Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 KAJIAN APLIKASI KOMPOS AZOLLA DAN PUPUK ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L) Gatot Kustiono1), Indarwati 2), Jajuk Herawati2) 1) 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Mojosari,Mojokerto Prodi Agroteknologi, Fak. Pertanian, Uniersitas Wijaya Kusuma Surabaya Jl. Dukuh Kupang XXV, Surabaya Email [email protected] HP. 081330931806 ABSTRAK Beras merupakan bahan pangan utama penduduk Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan beras maka produksi padi perlu ditingkatkan dengan intensifikasi pertanian. Penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus tanpa diimbangi dengan pemberian bahan organik dapat merusak sifat fisik tanah. Azolla ialah tanaman pakuan yang hidup di air yang memegang peranan penting memfiksasi nitrogen bebas dari udara. Pupuk organik Azolla dapat dipilih sebagai alternatif untuk mempertahankan kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah aplikasi kompos azolla dan pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil padi sawah. Penelitian dilaksanakan tahun 2009 , di daerah Mojosari, Kabupaten Mojokerto yang terletak pada ketinggian tempat 100 m dpl dengan jenis tanah inceptisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk azolla dan pupuk anorganik berpengaruh nyata pada semua parameter pengamatan komponen pertumbuhan dan hasil padi. Aplikasi kompos azolla dosis 6 ton.ha-1 pada tanaman padi varietas Ciherang mampu menghasilkan gabah 8,67 ton.ha 1 , perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen dosis anjuran (300 kg/ha Urea ; 75 kg/ha SP36; 50 kg/ha KCl ) tanaman padi sawah varietas Ciherang mampu menghasilkan gabah 8,09 ton. ha-1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Peningkatan penggunaan pupuk anorganik dan kompos Azolla meningkatkan persentase gabah isi hingga 90,8 persen Kata kunci : kompos, Azolla , pupuk anorganik, produksi PENDAHULUAN Sumber bahan pangan utama penduduk Indonesia adalah beras, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan beras, produksi padi perlu ditingkatkan dengan intensifikasi pertanian, yaitu penggunaan varietas unggul, populasi tanaman per hektar yang sesuai, dan penggunaan pupuk yang efisien. Pemupukan yang efisien dengan memperhatikan dua syarat, kuantitatif dan kualitatif. Syarat kuantitatif berkaitan dengan ketepatan dosis pupuk sesuai kesuburan tanah, dan syarat kualitatif berkaitan dengan ketepatan jenis pupuk, waktu dan penempatan (Nugroho et al., 1999). Penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus tanpa diimbangi dengan pemberian bahan organik dapat merusak sifat fisik tanah. Bahan organik menduduki posisi penting yang berpengaruh pada sifat fisika tanah serta sifat khas permukaan tanah. Disamping pupuk N, pupuk P dan K pada program intensifikasi padi sawah telah menyebabkan penimbunan fosfat dan kalium pada tanah sawah yang menyebabkan efisiensi pupuk menurun. Penurunan efisiensi ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun faktor Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura yang utama adalah hubungan tanah dan tanaman. Berbagai analisis dan asumsi terjadinya pelandaian produktivitas /penurunan efisiensi pupuk adalah karena terkurasnya hara lain sebagai akibat pemupukan N dan P berlebihan. Untuk melaksanakan intensifikasi padi sawah diperlukan rakitan teknologi pemupukan yang lebih efisien dan mudah diadopsi petani. Dekomposisi bahan organik mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung seperti penyediaan unsur hara, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu penyediaan bahan organik tanah yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan unsur hara. Pupuk kompos azolla dapat dipilih untuk mempertahankan kesuburan tanah melalui bahan organik. Azolla ialah tanaman pakuan yang hidup di air yang memegang peranan penting memfiksasi nitrogen bebas dari udara. Selain berperan sebagai bahan organik, azolla yang tumbuh pada tanaman padi dapat menekan pertumbuhan gulma (Sebayang, 1996). Kompos azolla ialah pupuk organik yang dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik serta membantu dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah sehingga sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk alami (termasuk kompos azolla) sebagai pupuk tanah dapat meningkatkan kandungan C organik (Sugito et al., 1995 dalam Nugroho et al., 1999). Penggunaan kompos azolla lebih sering akan meningkatkan aktivitas biologi, meningkatkan kondisi fisik dan kimia sehingga menjadi lebih baik dan Selanjutnya kompos azolla dapat sebagai penyedia unsur hara dan mineral yang terdapat pada tanah bagian bawah secara lebih efisien (Suhartina dan Adisarwanto,1996). Keunggulan kompos azolla yaitu kandungan unsur hara kompos azolla lebih tinggi daripada kompos lain, kompos azolla tidak tercemar logam berat yang merugikan tanaman, dan dapat meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Djojosoewito, 2000). Untuk mencapai produktivitas lahan yang tinggi dan lestari, perlu dikembangkan teknologi usahatani “intensifikasi rasional” yang menekankan pada pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik yang seimbang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos azolla dan pupuk anorganik yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. Sedangkan hipotesis yang diajukan adalah bahwa pemberian dosis pupuk kompos azolla 6 ton / ha dan pupuk anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BPTP Jawa Timur ; bulan April sampai dengan Juli 2010. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yang diulang 3 kali. Faktor pertama, yaitu dosis pupuk kompos azolla dengan 4 level : 1) Kompos azolla 0 ton/ha (K0) ; 2) Kompos azolla 2 ton/ha (K1); 3) Kompos azolla 4 ton/ha (K2) ; 4) Kompos azolla 6 ton/ha (K3). Faktor kedua, yaitu dosis pupuk anorganik per ha yang terdiri dari 3 level: 1) Dosis anjuran 100 persen : 300 kg Urea ; 75 kg SP36; 50 kg KCI (D1) ; 2) Dosis pupuk anorganik 75 persen : 225 kg Urea; 56,25 kg SP36; 37,5 kg KCI (D2); 3). Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 Dosis pupuk anorganik 50 persen : 150 kg Urea; 37,5 kg SP36; 25 kg KCI (D3). Dari kedua faktor tersebut didapatkan 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 petak percobaan. Pengamatan dilakukan pada parameter pertumbuhan dan hasil. Data yang didapat di analisa dengan menggunakan analisa ragam (uji F) dengan taraf 5 persen. Apabila terdapat perbedaan antara masing-masing perlakuan dilakukan pengujian dengan uji BNT pada taraf 5 persen. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen pertumbuhan tanaman Parameter komponen pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun . Tidak terjadi interaksi antara 2 faktor yang dicoba, akan tetapi pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik secara terpisah berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Rata-rata tinggi tanaman (cm) jumlah daun dan jumlah anakan akibat perlakuan dosis pupuk organik kompos azolla dan pupuk anorganik disajikan pada Tabel 1 Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm), Jumlah Daun, Dan Jumlah Anakan Akibat Perlakuan Dosis Pupuk Organik Kompos Azolla Dan Pupuk Anorganik. Dosis pupuk organik (t.ha-1) Tinggi tan, (cm) Umur tanaman 60 (hst) Jumlah daun (helai) 68,83 a 71,28 b 72,17 b 73,56 c 1,12 Jumlah anakan 31,22 a 33,50 b 33,67 b 35,00 c 1,21 0 (K0) 68,42 2 (K1) 69,48 4 (K2) 70,04 6 (K3) 69,18 BNT 5 persen tn Dosis pupuk anorganik ( persen) 100 (D1) 69,36 72,29 b 34,33 b 75 (D2) 69,27 71,38 ab 38,13 ab 50 (D3) 69,23 70,71 a 32,58 a BNT 5 persen tn 1,30 1,30 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 persen (p=0,05); hst : hari setelah transplanting; tn : tidak berbeda nyata. PadaTabel 1 terlihat bahwa perlakuan penggunaan pupuk organik 6 t.ha-1 (K3) tanaman padi mampu memberikan jumlah daun per rumpun yang nyata lebih banyak dibandingkan perlakuan dosis pupuk organik 4 t.ha-1 (K2), 2 t.ha-1 (K1) dan 0 t.ha-1 (K0) dengan peningkatan jumlah daun per rumpun berturut-turut sebesar 0,48 persen, 0,79 persen dan 1,65 persen pada umur 60 hst. Demikian pula penggunaan dosis pupuk anroganik 100 persen berpengaruh sama dengan perlakuan pengggunaan pupuk anorganik 75 persen terhadap parameter jumlah daun. Bila aplikasi pupuk diturunkan 50 persen maka berpengaruh negatif terhadap pengurangan pembentukan jumlah daun tanaman padi. Pertumbuhan tanaman ialah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman, dimana pertumbuhan ini merupakan hasil dari integrasi berbagai reaksi biokimia, peristiwa biofisik dan proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura tanaman bersama dengan faktor luar (Sitompul dan Guritno, 1995). Dalam proses pertumbuhan tanaman, pemberian pupuk organik dan anorganik sangat penting dilakukan. Pemberian pupuk organik kompos azolla dan pupuk anorganik pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L) telah memberikan pengaruh yang berbeda pada komponen pertumbuhan tanaman padi sawah varietas ciherang. Tinggi tanaman ialah ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Pada umur 60 hst, tinggi tanaman tidak memberikan pengaruh, hal ini diduga pada umur 60 hst tanaman memasuki fase generatif; fotosintat yang dihasilkan tanaman ditranslokasikan untuk pembentukan malai dan gabah. Hal ini sesuai dengan pendapat Novizan (2002) yang menyatakan bahwa pupuk anorganik, khususnya nitrogen dibutuhkan pada setiap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Daun ialah organ tanaman yang berfungsi untuk menerima cahaya dan bagian tanaman yang dapat melakukan fotosintesis sehingga merupakan indikator pertumbuhan yang penting. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata pada pembentukan jumlah daun, hal ini dikarenakan unsur pupuk sudah tersedia dalam tanah dan bisa disuplai untuk pertumbuhan tanaman. Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen (D1) pada 60 hst, berpengaruh sama dengan perlakuan (D2). Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen (D1) memberikan jumlah daun per rumpun yang berbeda nyata dengan dosis pupuk anorganik 50 persen (D3) dengan penurunan 0,83 persen. Pada jumlah anakan per rumpun menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kompos azolla berpengaruh pada jumlah anakan per rumpun. Pada parameter jumlah anakan perumpun menunjukkan bahwa pada 60 hst, perlakuan dosis organik 6 t.ha -1 (K3) memberikan jumlah anakan per rumpun yang nyata lebih banyak dibandingkan perlakuan dosis pupuk organik 4 t.ha-1 (K2), 2 t.ha-1 (K1) dan 0 t.ha-1 (K0) dengan peningkatan jumlah anakan per rumpun berturut-turut sebesar 1 persen, 1,13 persen dan 2,83 persen pada umur 60 hst. Hal ini diduga karena pupuk organik kompos azolla telah terdekomposisi secara sempurna pada awal pertumbuhan, sehingga berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman selanjutnya. Pupuk organik kompos azolla berpengaruh pada pembentukan anakan. Jumlah anakan terus meningkat sampai umur 60 hst. Hal ini sesuai dengan pendapat Vergara (1992) yang menyatakan bahwa pertumbuhan anakan padi dimulai umur 10 hst dan mencapai maksimum umur 50-60 hst. Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen (D1) , berpengaruh sama dengan perlakuan pupuk anorganik 75 persen (D2), terhadap pembentukan jumlah anakan padi. Apabila penggunaan pupuk anorganik diturunkan menjadi 50 persen (D2) terjadi penurunan jumlah anakan per rumpun. Komponen hasil tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh interaksi antara 2 faktor yang dicoba terhadap parameter komponen hasil diamati yaitu jumlah malai per Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 rumpun, bobot 1000 butir dan hasil gabah per hektar. Rata-rata jumlah malai per rumpun, berat 1000 butir padi, persen gabah isi, serta hasil gabah per ha akibat perlakuan dosis pupuk organik kompos azolla dan pupuk anorganik disajikan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan pupuk organik 6 t.ha-1 (K3) memberikan hasil jumlah malai per rumpun yang nyata lebih banyak jumlah malai per rumpunnya dibandingkan perlakuan dosis pupuk organik 4 t.ha-1 (K2), 2 t.ha-1 (K1) dan 0 t.ha-1 (K0) dengan peningkatan jumlah malai per rumpun berturut-turut sebesar 4,73 persen, 6,2 persen dan 6,23 persen. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Malai Perrumpun, Bobot 1000 Butir, persen Gabah Isi , Serta Hasil Gabah / Ha ,Akibat Perlakuan Dosis Pupuk Organik Kompos Azolla Dan Pupuk Anorganik. Dosis pupuk Organik (ton / ha ) Jumlah malai per rumpun Bobot 1000 butir Gabah isi ( persen ) 0 (K0) 15,69 a 22,67 a 80,42 a 2 (K1) 15,71 a 25,09 b 80,05 a 4 (K2) 16,71 b 26,56 c 82,10 a 6 (K3) 19,93 c 28,61 d 89,62 b BNT 5 persen 0,99 0,84 3,02 Dosis pupuk anorganik ( persen) 100 (D1) 18,23 b 26,39 b 86,0 b 75 (D2) 16,90 a 25,48 ab 83,4 ab 50 (D3) 15,90 a 25,32 a 81,5 a BNT 5 persen 1,15 1,15 3,32 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, berbeda nyata pada uji BNT 5 persen (p=0,05) Hasil gabah (t.ha-1) 5,04 a 6,73 b 8,10 c 8,67 c 1,09 8,09 b 7,42 ab 6,85 a 1,31 menunjukkan tidak Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen (D1) memberikan hasil jumlah malai per rumpun yang berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk anorganik 75 persen (D2) dan 50 persen (D3) dengan pengurangan penggunaan jumlah pupuk anorganik terjadi penurunan jumlah malai per rumpun berturut-turut sebesar 2,6 persen dan 4,56 persen. Pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata pada berat 1000 butir biji , persen gabah isi dan hasil gabah per hektar. Penggunaan pupuk organik 6 t.ha-1 (K3) memberikan hasil nyata terhadap bobot 1000 butir, persen gabah isi dan hasil gabah/ha dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk organik 4 t.ha-1 (K2), 2 t.ha1 (K1) dan 0 t.ha-1 (K0) dengan peningkatan bobot seribu butir berturut-turut sebesar 2 persen, 3,4 persen dan 5,78 persen. Persentase gabah isi bisa meningkat hingga 89,62 persen. Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen (D1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk anorganik 75 persen (D2), baik untuk parameter berat 1000 biji ataupun hasil gabah/ha; tetapi apabila dosis pupuk anorganik diturunkan menjadi 50 persen (D3) terjadi penurunan bobot 1000 butir sebesar 1,39 persen. Tanaman padi hanya mampu memberikan hasil 6,86 ton / ha. Dengan Aplikasi 100 persen pupuk Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura anorganik tanaman padi masih memberikan persentase gabah isi 86 persen serta hasil tertinggi 8,09 ton / ha gabah kering Pada parameter pengamatan bobot 1000 butir menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kompos azolla dan pupuk anorganik memberikan pengaruh pada bobot 1000 butir dan hasil per hektar. Hal ini disebabkan pemberian pupuk organik kompos azolla memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga tanah lebih remah yang akan mempermudah perkembangan akar tanaman dan juga mempermudah akar dalam penyerapan anorganik di dalam tanah. Selain itu pupuk organik kompos azolla mengandung unsur-unsur makro dan mikro yang dapat mempengaruhi gabah pada tanaman padi. Perlakuan dosis pupuk organik 6 t.ha -1 (K3) nyata lebih banyak hasil gabahnya dibandingkan perlakuan dosis pupuk organik 4 t.ha -1 (K2), 2 t.ha-1 (K1) dan 0 t.ha-1 (K0) dengan peningkatan hasil gabah berturut-turut sebesar 4,15 persen, 8,76 persen dan 12,44 persen. Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen (D1) tidak berbeda nyata hasil gabahnya dengan perlakuan dosis pupuk anorganik 75 persen (D2), tetapi apabila diturunkan dosis pupuk anorganik menjadi 50 persen (D3) terjadi penurunan hasil gabah sebesar 5,57 persen. Azolla termasuk tumbuhan berkualitas tinggi, dan sebagai green manure memiliki kandungan N tinggi, kandungan lignin dan polifenol rendah (Handayanto, 2004). Suatu bahan organik akan mudah terdekomposisi jika nisbah C/N ratio < 20. Bahan organik yang memiliki kandungan N > 2,5 persen, kandungan lignin < 15 persen dan kandungan polifenol < 4 persen dikatakan berkualitas tinggi (Hairiah et al., 2000). Berdasarkan analisis tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bahan organik, C organik dan C/N rasio pada tanah. Meskipun terjadi peningkatan, kandungan dalam tanah masih tergolong rendah, tetapi masih cukup digunakan untuk pertanaman selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis pupuk kompos azolla, menunjukkan bahwa C/N rasio rendah, yang berarti dekomposisi azolla dalam tanah cepat yang mengakibatkan pasokan nitrogen juga lebih cepat tersedia dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa apabila C/N rasio rendah, pasokan nitrogen lebih cepat tersedia dalam tanah. Keadaan inilah yang menyebabkan semakin tinggi pupuk azolla yang dicobakan sampai dosis 6 ton/ha masih berpengaruh positif meningkatkan hasil padi persatuan luas. Dengan pemupukan Azolla dosis 6 ton / ha tanaman padi mampu memberikan hasil 8,67 ton / ha, dengan persentase gabah isi 89,62 persen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perlakuan dosis pupuk organik kompos azolla 6 t.ha -1 menunjukkan hasil gabah per hektar yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan dosis pupuk organik kompos azolla yang lain yaitu sebesar 8,67 t.ha -1 dengan persentase gabah isi 89,62 persen. Perlakuan dosis pupuk anorganik 100 persen menunjukkan hasil gabah per hektar yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan dosis pupuk anorganik yang lain yaitu sebesar 8,09 t.ha -1 dengan persentase gabah isi 86 persen. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 Saran Perlu penelitian spesifik lokasi lebih lanjut untuk mengetahui dosis pupuk organik kompos azolla yang tepat, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L) pada beberapa macam varietas padi, pada daerah tertentu. DAFTAR PUSTAKA Djojosoewito. S. 2000. Azolla, pertanian organik dan multiguna. Kanisius. Yogyakarta. Hairiah, K. S.R Utami. D. Suprayogo. Sunaryo. S.M Sitompul. B. Luciana. R. Mulia. Meine van Noordwijk dan Georg Cadish. 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. ICRAF. Bogor. Handayanto, E . S. Ismunandar.1999. Seleksi Bahan Organik Untuk Peningkatan Sinkronisasi Nitrogen Pada Ultisol Lampung. Habitat 11(109): 37-47. Handayanto, E dan E. Arisoesilaningsih. 2004. Biomassa Flora Lokal Sebagai Bahan Organik Untuk Pertanian Sehat di Lahan Kering. Habitat 15(3):140-151. Novizan. 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. Nugroho. A, Syamsulbahri, D. Hariyono, A. Soegianto, dan N. Hariatin. 1999. Upaya meningkatkan hasil jagung manis melalui pemberian kompos azolla dan pupuk N (urea). Agrivita. 1(22) : 11-17 Sebayang, H.T. 1996. Azolla, suatu kajian produksi dan potensinya dalam bidang pertanian. Habitat. 97(8):45-48 Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sugito. Y, Y. Nuraini, dan E. Nihayati. 1995. Sistem pertanian organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Suhartina dan T. Adisarwanto. 1996. Manfaat jerami padi pada budidaya kedelai di lahan sawah. Habitat. 97(8):41-48 Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik. Kanisius. Yogyakarta. Utomo, W.H, M. Suendarti, T. Islami, dan M. Daradjad. 1993. Pengaruh pemberian azolla pada pertanaman padi sawah terhadap sifat fisik tanah dan hasil kedelai pasca padi. Agrivita. 2(16):86-91 Vergara, B.S. 1990. Bercocok tanam padi. Proyek Prasarana Fisik Bappenas. Jakarta. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012