BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. (Soekanto, 2009:212213). Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. 12 13 2.2 Sistem Pengendalian Internal Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menerapkan setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem Pengendalian Intern tersebut sudah dirancang dan di implementasikan dengan baik, dan secara memadai diperbaharui untuk memenuhi keadaan yang terus berubah perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus. Pimpinan Instansi Pemerintah melakukan pemantauan antara lain melalui evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Internya masing-masing untuk mengetahui kinerja dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern serta cara menigkatkannya. Pemantauan juga berguna untuk mengidentifikasi dan mengatasi resiko utama seerti penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah-kelola. Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara memerintahkan pengaturan lebih lanjut ketentuan mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. 14 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyatakan bahwa : “Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang kemudian disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.” Sedangkan menurut Permendagri No. 04 Tahun 2008 Pedoman Pelaksanaan Review Atas Laporan Keuangan Daereah Pasal 1 Ayat (10) adalah : “Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam penciptaan efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keandalan penyajian keuangan daerah.” Sistem Pengendalian Internal merupakan kegiatan pengendalian terutama atas pengelolaan sistem informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi meliputi 15 Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut : a. Pengendalian Umum Pengendalian ini meliputi pengamanan sistem informasi, pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi, pengendalian atas perangkat lunak sistem, pemisahan tigas, dan kontinuitas pelayanan. b. Pengendalian Aplikasi Pengendalian ini meliputi pengendalian otorisasi, pengendalian kelengkapan,pengendalian akurasi, dan pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data. 2.2.1 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyebutkan bahwa: “SPIP terdiri dari unsur-unsur berikut: lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.” 16 Unsur-unsur SPIP dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Lingkungan Pengendalian Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam lingkungan kerjanya. Lingkungan pengendalian terdiri dari: a. Penegakan integritas dan nilai etika; b. Komitmen terhadap kompetensi; c. Kepemimpinan yang kondusif; d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia; g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. 2. Penilaian Resiko Dalam rangka penilaian resiko, pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Penilaian resiko terdiri dari: 17 a. Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan b. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan c. Identifikasi resiko d. Analisis resiko e. Mengelola resiko selama perubahan 3. Kegiatan Pengendalian Pimpinan Instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dari sifat dan tugas dan fungsi yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian terdiri dari: a. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; b. Pembinaan sumber daya manusia; c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. Pengendalian fisik atas aset; e. Penetapan dan reviu atas indikatir dan ukuran kinerja; f. Pemisahan fungsi; g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan k. Dokumentasi dan kejadian penting atas Sistem Pengendalian Intern. 18 4. Informasi dan Komunikasi Pimpinan Instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. a. Informasi b. Komunikasi c. Bentuk dan sarana komunikasi 5. Pemantauan Pimpinan Instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Internal melalui: a. Pemantauan berkelanjutan b. Evaluasi terpisah c. Penyelesaian audit 2.2.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah sendiri memiliki tujuan untuk mencapai kegiatan pemerintahan yang efektif dan efisien, perlindungan aset Negara, keterandalan laporan keuangan, kepatuhan pada perundang-undangan dan peraturan serta kebijakan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan Instansi pemerintah maka pimpinan instansi pemerintah daerah menetapkan : 19 1. Strategi operasional yang konsisten 2. Strategi manajemen yang terintegrasi dan rencana penilaian risiko Arens et. Al. (198:2011) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo memaparkan tiga tujuan umum manajemen dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu: 1. Reliability Of Financial Reporting 2. Efficiency and Effectiveness Of Operations 3. Compliance With Laws and Regulations Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut. Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efektif dan efisien untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan non-keuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. Manajemen harus menguji efektifitas 20 pelaksanaan pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian sudah berjalan seperti yang telah dirancang dan apakah orang yang melaksanakan memiliki kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pengendalian secara efektif. 2.2.3 Pihak yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2002:182) terdapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pengendalian internal organisasi, diantaranya adalah: 1. Manajemen 2. Dewan komisaris dan komite audit 3. Auditor intern 4. Personel lain entitas 5. Auditor independen Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pengendalian internal organisasi dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Manajemen Manajemen bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan secara efektif pengendalian intern organisasinya. Direktur utama perusahaan bertanggung jawab untuk menciptakan atmosfer pengendalian di tingkat puncak, agar kesadaran terhadap pentingnya pengendalian menjadi tummbuh diseluruh organisasi. 21 2. Dewan komisaris dan komite audit Dewan komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen bertanggung jawab dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern. 3. Auditor intern Auditor intern bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian intern entritas dan membuat rekomendasi peningkatannya. 4. Personel lain entitas Peran dan tanggung jawab semua personel lain yang menyediakan informasi atau yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik. 5. Auditor independen Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan, auditor dapat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya, sehingga ia dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit, atau dewan komisaris. Berdasarkan temuan auditor tersebut, manajemen dapat melakukan peningkatan pengendalian inter entitas. 22 2.2.4 Operasional Instansi Pemerintah Daerah Sesuai dengan Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemrintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu operasional merupakan proses operasi yang terus-menerus dilakukan. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari: Penerimaan Perpajakan; Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); Penerimaan Hibah; Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan Penerimaan Transfer. Sedangkan arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan 23 untuk: Pembayaran Pegawai; Pembayaran Barang; Pembayaran Bunga; Pembayaran Subsidi; Pembayaran Hibah; Pembayaran Bantuan Sosial; Pembayaran Lainlain/Kejadian Luar Biasa; dan Pembayaran Transfer. Dalam rangka pengelolaan keuangan dan aset daerah Kota Bandung agar sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, DPKAD Kota Bandung melakukan beberapa kegiatan operasional diantaranya : 1. Pengumpulan, asistensi dan pengkoordinasian seluruh data penyusunan anggaran pendapatan dan belanja di lingkungan pemerintah kota bandung; 2. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung dengan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan; 3. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang diterbitkan pada setiap awal triwulan dan Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) di lingkungan pemerintah kota bandung; 4. Penerbitan Surat Kas Posisi Harian yang diterbitkan setiap hari berdasarkan Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) sebagai bahan kebijakan pimpinan dalam menentukan pencairan anggaran; 24 5. Penerbitan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) untuk karyawan/wati di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang akan memasuki masa pensiun; 6. Sosialisasi aturan-aturan pengelolaan keuangan dan aset baik yang berasal dari pusat maupun yang berasal dari Pemerintah Kota Bandung sendiri; 7. Pengumpulan, asistensi dan pengkoordinasian seluruh data pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan di lingkungan pemerintah kota bandung baik secara triwulanan, semesteran maupun setiap akhir tahun anggaran; 8. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung yang disusun berdasarkan Laporan Keuangan di lingkungan pemerintah kota bandung; 9. Pelayanan penerimaan pembayaran Sewa atas Tanah milik Pemerintah Kota Bandung yang disewakan kepada masyarakat Kota Bandung; 10. Pelayanan Sertifikasi Tanah milik Pemerintah Kota Bandung sebagai upaya Pemerintah Kota mengamankan aset-aset fasilitas umum dan fasilitas sosial. 25 Kegiatan operasional di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung ini telah disusun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah yang disajikan pada laporan operasional. Laporan Operasional menyediakan informasi sebagai berikut: 1. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan; 2. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi; 3. Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif; 4. Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus operasional). 2.2.5 Efektivitas dan Efisiensi Pengertian efektifitas dan efisiensi menurut Mardiasmo (2009), efektivitas merupakan kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai: melakukan hal yang tepat seperti: sasaran perusahaan, pihak pelaksana, fasilitas pendukung, pelaksanaan kegiatan, dan hasil. Sedangkan efisiensi merupakan hasil kerja yang 26 dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan, maka semakin efisien kegiatan tersebut. Dengan diterbitkannya PP Nomor 60 tahun 2008, setiap instansi pemerintah berkewajiban menerapkan SPIP dalam kegiatannya. Penerapan SPIP dengan baik dan benar akan meningkatkan citra instansi pemerintah karena mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, menampilkan laporan keuangan yang andal, serta menghindarkan negara dari kerugian karena memiliki SDM yang taat pada peraturan. 27 2.3 Penelitian Terdahulu no Nama/ Judul Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Hasil Tahun 1 Mila Sari Peranan Audit Variabel Octavia (2014) Operasional Terhadap Efektivitas dan Hasil penelitian menunjukan Independen : Peranan bahwa Audit Operasional Efisiensi Kinerja Karyawan audit operasional berdasarkan Uji F secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap Variabel efektivitas dan efisiensi kinerja Dependen Efektivitas Efisiensi karyawan yang ada pada divisi dan Operasi. Dari hasil pengujian hipotesis berdasarkan analisis statistik regresi linier berganda melalui uji t dapat dikatakan bahwa secara pelaksanaan parsial kegiatan audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas dan efisiensi kinerja 28 karyawan divisi Operasi, sedangkan indepedensi auditor, kompetensi auditor, program audit dan mempunyai tindak lanjut pengaruh yang signifikan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi kinerja karyawan divisi Operasi. 2 Leo Christyanto Peranan Variabel Dari hasil penelitian dapat (2011) Independen : dilihat Sistem Pengendalian Intern dalam Meningkatkan Peranan Sistem Operasional pada Siklus pertanyaan dalam variabel X hasil yang valid, selain itu baik Intern variabel X dan Y memperoleh Variabel Kegiatan seluruh dan variabel Y menunjukkan Pengendalian Efektivitas dan Efisiensi bahwa hasil Dependen :Efektivitas Efisiensi yang reliabel. Berdasarkan hasil uji hipotesis dan yang dapat dilihat bahwa sistem pengendalian internal Persediaan dan berperan sebesar 86,7 % dalam Pergudangan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional 29 pada siklus persediaan dan pergudangan sebanyak sementara 13,3 faktor-faktor % terdapat lain yang memiliki peran. Dari hasil signifikansi korelasi Pearson dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena hasil signifikansi korelasi Pearson sebesar 0.000<0,05. Dari pembahasan hasil kuesioner dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan perusahaan telah melaksanakan prosedur sistem pengendalian internal dengan baik begitu pula kegiatan dengan operasional perusahaan dimana perusahaan telah menjalankannya dengan efektif dan efisien. 30 2.4 Kerangka Pemikiran Dengan adanya tuntutan efisiensi, efektivitas dan ekonomisasi dari penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia hal ini menuntut instansi pemerintah daerah untuk melakukan aktivitas operasional secara efektif dan efisien untuk mendukung tercapainya sasaran dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, oleh karena itu untuk mencegah atau menghindari ketidakefektivan dan ketidakefisiensian tersebut maka diperlukan alat yang dapat mengukur efektivitas dan efisiensi dari bidang-bidang fungsional yang mampu menciptakan suatu peringatan dini bagi pengelolaan perusahaan yang akhirnya akan memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu, kita perlu melihat sejauh mana pelaksanaan pengendalian intern yang ditetapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, maka diperlukan suatu pemeriksaan atas operasional dalam pengendalian intern yang dapat membantu kegiatan operasional itu sendiri. Pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan operasional. Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa untuk mengukur efektivitas pengendalian intern ini, maka perusahaan perlu melaksanakan pengawasan agar tidak terjadi ketidakefektivitasan dan inefisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Definisi Efektivitas menurut Stoner (dalam Darsono & Siswandoko, Tjatjuk, 2011:196) menjelaskan efektifitas adalah konsep yang luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi, yang berhubungan dengan tingkat 31 keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi. Pengendalian intern yang memadai adalah yang menerapkan komponen-komponen pengendalian intern yang terdiri dari : lingkungan pengendalian, perkiraan resiko yang timbul, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta tindak lanjut, hingga dapat tercapainya tujuan pengendalian intern itu sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan baik, diperlukan suatu alat bantu. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengendalian intern adalah komputer. Pengertian pengendalian intern menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009;319) adalah sebagai berikut : ”Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas, yang didesain untuk memberikan keyakinan tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa operasional adalah pelaksanaan berbagai kegiatan operasi. Hasil dari operasi ini berupa efektivitas yang telah dicapai perusahaan. Sedangkan sasarannya adalah membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja dalam mencapai efektivitas, sasaran ini direkomendasikan dalam bentuk laporan yang bersifat konstruktif atau saran untuk perbaikan. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pengendalian intern sangat berperan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi operasional. Dimana keterkaitan adalah controlling/monitoring sebagai komponen harta perusahaan termasuk instansi 32 pemerintah daerah sangat memerlukan pengelolaan yang baik atau pengelolaan yang baik dapat tercipta dengan penerapan suatu pengendalian yang baik pula. Dan untuk mengukur efektivitas pengendalian intern ini, maka pemerintah daerah melakukan pengawasan dalam kegiatan operasional yang mencakup semua aspek kegiatannya. ” Hubungannya dapat dilihat dari pernyataan Abdul Halim (2004;147) mengenai beberapa konsep dasar dari pengendalian intern, yaitu : ”Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mencapai tujuan instansi baik operasional maupun kepatuhan serta sistem pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang mutlak dimana sistem pengendalian intern pemerintah pasti mempunyai kelemahan.” Untuk lebih jelas kerangka pemikiran akan digambarkan dalam skema kerangka pemikiran di bawah ini: Sistem Pengendalian Efektivitas dan Intern efisiensi operasional Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 33 2.5 Hipotesis Teoritis Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : Pengendalian intern mempunyai peranan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional instansi pemerintah daerah kota bandung”. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dibangun dan yang akan diuji adalah sebagai berikut : Ho : Sistem Pengendalian intern Pemerintah tidak mempunyai peranan yang signifikan dalam mempengaruhi efektivitas dan efisiensi operasional. Ha : Sistem Pengendalian intern Pemerintah mempunyai peranan yang signifikan dalam mempengaruhi efektivitas dan efisiensi operasional.