BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keimanan dan ketaqwaan merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20/2003 pasal 3 dikemukakan: pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dimensi Imtaq merupakan bagian yang terpadu dalam tujuan pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembinaan imtaq bukan hanya tugas dari bidang kegiatan atau bidang kajian tertentu secara terpisah, melainkan tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya sistem pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai suatu sistem yang terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manuasia yang utuh, yang salah satu cirinya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Supriyadi, 2005:125). Dalam tataran operasional, maka cita-cita pendidikan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa melalui pendidikan terletak pada pundak guru. Dengan demikian, komunitas guru mempunyai peran dan kedudukan strategis dalam pembangunan nasional khususnya dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Dalam UU No 14 Tahun 2005 mendefinisikan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan ditegaskannya guru sebagai pekerjaan profesional otomatis menuntut adanya prinsip profesionalitas yang selayaknya dijunjung tinggi dan dipraktekan oleh para guru, seorang guru hendaknya memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi yang jelas. Demikian halnya dengan upaya menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa. Dalam konteks upaya menanamkan nilai iman dan takwa, maka guru harus memiliki kecakapan yang mumpuni dalam menanamkan nilai iman dan takwa tersebut melalui proses pembelajaran yang ia laksanakan (Sauri, 2010:2). Berdasarkan Permendiknas tahun 2005 nomor19 tentang Standar Isi, menjabarkan mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya. Mata pelajaran Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain 3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 4) Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi 5) Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri 6) Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia 7) Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan adanya tujuan pembelajaran biologi tersebut maka biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dengan nilai religi. Salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi yang dapat menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai religi dalam pembelajaranya adalah pencemaran lingkungan. Membahas masalah lingkungan tidak akan ada habisnya, terlebih dalam era globalisasi. Dalam Global Forum pada 2224 Juli 1993 “An Ecology Poverty” Daka, Direktur eksekutif program lingkungan PBB (UNEF) menyatakan bahwa dunia kita berada di tepi kehancuran lantaran ulah manusia. Di bumi, sumber-sumber alam dijarah kelewat batas, pada setiap detik diperkirakan sekitar 200 ton karbodioksida dilepas ke atmosfir dan 750 ton topsoil musnah. Sementara itu, diperkirakan sekitar 47.000 hektar tanah dibabat, 16.000 hektar tanah digunduli, dan diantara 100 hingga 300 spesies mati setiap hari. Pencemaran lingkungan kini bukan merupakan hal yang baru lagi, misalnya kota dan desa lebih padat dan kotor, air bersih semakin sulit didapatkan, banjir dan kebakaran hutan terjadi di mana-mana. Kenyataan di atas menimbulkan tanda tanya besar, tanggung jawab siapa hal itu dan sejauh mana peran jawab manusia khususnya umat Islam yang diciptakan Allah sebagai "khalifah" di bumi ini. Dalam Islam, etika terhadap alam mengantarkan manusia untuk bertanggung jawab sehingga ia tidak melakukan perusakan, atau dengan kata lain setiap perusakan terhadap masalah lingkungan harus dinilai perusakan terhadap diri-sendiri. Sebab, Allah mengecam orang-orang yang hidupnya menimbulkan kerusakan bumi. Berangkat dari hal itu, penanaman nilai religi yang berkaitan dengan tanggung jawab manusia terhadap kelestarian lingkungan harus diberikan sejak dini agar timbul kesadaran untuk memelihara lingkungan sehingga dapat membantu mengoptimalkan upaya pencegahan kerusakan lingkungan dimasa yang akan datang. Salah satu cara yang relevan dengan kondisi tersebut adalah dengan mengintegrasikan nilai religi dalam proses pembelajaran disekolah. Dalam hal ini, mengintegrasikan nilai religi yang berkaitan dengan konsep kesadaran dan tanggung jawab, serta kebersihan diri dan lingkungan dalam materi pokok pencemaran lingkungan pada pembelajaran biologi. Dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian tindakan di SMU N 19 Kotamadya Bandung, Kusnadi (2010:4) menunjukan bahwa tindakan pembelajaran integrasi nilai-nilai tauhid dalam pembelajaran geografi memperlihatkan adanya perubahan tujuan pembelajaran geografi, dari yang berorientasi pada penguasaan materi geografi bertambah kepada tujuan memahami kebesaran Allah SWT tanpa sedikitpun mengurangi tujuan semula dan penerapan pembelajaran integrasi nilai-nilai tauhid ternyata dapat meningkatkan kesadaran tauhidiyah di kalangan siswa. Hal ini juga dapat terlihat pada hasil penelitian Mulyati (2008:1) yang menunjukan bahwa integrasi Imtaq dalam pembelajaran matematika dapat menumbuhkan kecerdasan ruhaniah siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP IT Ar-Raihan, nilai religi telah diintegrasikan dalam RPP yang berupa ayat Al-Quran sebagai salah satu sumber belajar. Namun, belum dirinci dalam langkah-langkah pembelajaran. Sehingga, penerapan pembelajaran dengan integrasi nilai religi belum berjalan optimal. Hal ini berpengaruh pada rata-rata nilai non akademis siswa pada aspek afektif. Dapat dilihat pada rata-rata nilai afektif siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VII tahun pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010 yang sama jumlahnya dengan nilai KKM yaitu 70. Hasil tersebut baru mencapai target minimal yaitu rata-rata nilai hasil belajar aspek afektif sama dengan nilai KKM. Oleh karena itu, hasil belajar aspek afektif di SMP IT Ar-Raihan masih perlu ditingkatkan sehingga bisa di atas nilai KKM. Model pembelajaran problem based insruction belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran biologi di sekolah ini. Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran Direct Instruction dengan metode ceramah dan diskusi. Padahal, model pembelajaran problem based instruction merupakan salah satu model yang diduga cocok untuk digunakan dalam pembelajaran biologi pada materi pokok pencemaran lingkungan. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari secara autentik sehingga diharapkan dapat menemukan konsep secara mandiri. Melalui model pembelajaran problem based instruction siswa diorientasikan pada masalah, baik berupa fenomena, percobaan atau cerita. Siswa didorong untuk mengmpulkan informasi dari buku pelajaran dan Al-Quran sebagai langkah dalam menemukan pemecahan masalah. Langkah terakhir, siswa menyiapkan suatu karya berupa laporan, video atau kesimpulan dan kemudian mengevaluasi proses-proses yang mereka gunakan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pemecahan masalah merujuk pada Al-Quran, sehingga siswa diharapakan dapat menemukan solusi yang diintegrasikan dengan nilai religi. Solusi yang diintegrasikan dengan niali religi tersebut, nantinya diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa dan meningkatkan nilai afektif siswa. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian dengan mengintegrasikan nilai religi dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran Problem Based Instruction yang ditinjau dari aspek afektif pada materi pokok pencemaran lingkungan di SMP IT Ar-Raihan Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah pengaruh secara signifikan integrasi nilai religi dalam pembelajaran Biologi melalui model pembelajaran problem based instruction dalam meningkatkan hasil belajar aspek afektif siswa? 2. Apakah integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran problem based instruction pada materi pokok pencemaran lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh integrasi nilai religi dalam pembelajaran Biologi melalui model pembelajaran problem based instruction dalam meningkatkan hasil belajar aspek afektif siswa. 2. Apakah integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran problem based instruction pada materi pokok pencemaran lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa. D. Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang dapat membantu siswa agar lebih termotivasi untuk berakhlak mulia yang didasari keyakinan terhadap kebenaran Al-Quran. 2. Penelitian ini dapat memberikan contoh pembelajaran dengan integrasikan nilai religi dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran problem based instruction pada materi pokok pencemaran lingkungan serta memberikan variasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan konsep yang dipelajari. 3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya peningkatan kualitas siswa dan guru. E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Nilai religi yang diintegrasikan adalah akhlak yang mulia berupa: a. kesadaran b. tanggung jawab c. kebersihan diri dan lingkungan (Muhaimin, 2009:111). 2. Hasil belajar yang diukur adalah ranah afektif (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral) (Depdiknas, 2008:4). 3. Integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi pada materi pokok pencemaran lingkungan adalah bentuk pembelajaran yang memasukkan, menggabungkan dan mengaitkan nilai religi (akhlak yang mulia) berupa kesadaran, tanggung jawab serta kebersihan diri dan lingkungan dengan pengetahuan umum yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, yaitu pencemaran lingkungan, yang diharapkan dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota keluarga dan masyarakat (dimodifikasi dari Sauri, 2008:3). 4. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas Abu bakar dan kelas Umar pada semester genap di SMP IT Ar-Raihan tahun pelajaran 2010/2011. 5. Materi pokok yang diberikan adalah pencemaran lingkungan. 6. Model pembelajaran yang digunakan adalah problem based instruction. F. Kerangka Pikir Integrasi nilai religi dalam pembelajaran merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Output pendidikan formal diharapkan tidak hanya cerdas dalam iptek namun diimbangi dengan kecerdasan spiritual. Mampu mengamalkan ilmu dalam kehidupan nyata sesuai dengan aturan yang diciptakan sang pencipta. Semakin rentanya usia bumi tak dapat ditampik lagi, hutan yang semakin sempit karena penebangan liar juga kebakaran hutan, isu pemanasan global juga bencana alam yang semakin sering terjadi di bumi. Manusia yang diciptakan Allah SWT sebagai khalifah dimuka bumi sepertinya belum sanggup memaksimalkan tanggug jawabnya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan merupakan salah satu faktor utama kerusakan lingkungan, sehingga perlu adanya penanaman maupun penguatan kesadaran akan tanggung jawab manusia terhadap kelestarian lingkungan. Langkah yang diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan adalah dengan menanamkan nilai religi dalam konsep pencemaran ligkungan pada saat pembelajaran biologi disekolah. Peserta didik diharapkan dapat memiliki kesadaran yang tinggi akan tanggung jawab terhadap lingkungan sejak dini agar mampu berperan dalam mengurangi kerusakan lingkungan di masa yang akan datang. Pada hakikatnya, belajar merupakan proses pembiasaan dan penanaman pemahaman yang akan mempengaruhi sikap siswa. Untuk itu, integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi pada materi pokok pencemaran lingkungan melalui model pembelajaran PBI yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan merujuk pada Al-Quran perlu dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar aspek afektif siswa. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah Integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi pada materi pokok pencemaran lingkungan dan variabel terikat adalah hasil belajar aspek afektif siswa. Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram paradigma penelitian sebagai berikut : X Y Gambar 1. Kerangka Pikir Keterangan : X = Integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran problem based instruction pada materi pokok pencemaran lingkungan; Y = Hasil belajar aspek afektif siswa. G. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 = Ada pengaruh secara signifikan dari integrasi nilai religi dalam pembelajaran Biologi melalui model pembelajaran problem based instruction dalam meningkatkan hasil belajar aspek afektif siswa. H1 = Integrasi nilai religi dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran problem based instruction pada materi pokok pencemaran lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa.