krisis perbankan dan disiplin pasar pada struktur

advertisement
KRISIS PERBANKAN DAN DISIPLIN PASAR PADA STRUKTUR
INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
George Adam, Rofikoh Rokhim
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak
Penelitian ini menganalisis tentang dampak pengaruh krisis perbankan terhadap tingkat disiplin
pasar di Indonesia. Peneliti menggunakan dua periode krisis perbankan dalam melakukan
penelitian ini yaitu krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997/1998 dan krisis perbankan
yang terjadi pada tahun 2008. Penulis menemukan fakta bahwa krisis perbankan yang terjadi di
Indonesia pada tahun 1997/1998 memperlemah tingkat disiplin pasar di Indonesia. Sementara itu
krisis perbanan yang terjadi pada tahun 2008 memperkuat tingkat disiplin pasar di Indonesia.
Selain itu penulis juga menemukan fakta bahwa tidak ada perbedaan tingkat disiplin pasar antara
domestic bank dan foreign bank setelah terjadinya krisis perbankan 2008 di Indonesia.
Kata Kunci : Krisis Perbankan; Disiplin Pasar; Kebijakan Pengambilan Profil Risiko Bank;
Indonesia
Abstract
This study analyzes the effect of banking crises towards market discipline in Indonesia. The
author use two periods of crises in Indonesia which are banking crisis in 1997/1998 and banking
crisis in 2008. The author also found a fact that on average market discipline weakens after
Indonesia’s banking crisis in 1997/1998. On the contrary, the author found a fact that market
discipline strengthen after Indonesia’s banking crisis in 2008. Eventually the author found a fact
that there is no difference in market discipline between domestic bank and foreign bank after
Indonesia’s banking crisis in 2008.
Keywords
: Banking Crises; Market discipline; Bank Risk Taking; Indonesia
1. Pendahuluan
Krisis keuangan yang terjadi di negara-negara Asia telah berdampak negatif pada sistem
keuangan dan menimbulkan krisis perbankan yang terjadi di berbagai negara. Krisis perbankan
ini diawali ketika terjadi liberalisasi keuangan yang ditandai dengan semakin bebasnya arus dana
asing di sektor perbankan. Liberalisasi ini telah meningkatkan arus modal dari luar negeri ke
negara-negara di Asia yang saat itu sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik.
Peningkatan dana dari luar negeri kemudian ditempatkan pada kredit atau proyek-proyek yang
memiliki yield tinggi. Kredit atau Proyek-proyek dengan yield tinggi adalah kredit dengan risiko
tinggi. Keputusan-keputusan untuk memberikan kredit pada proyek berisiko tinggi ini
menunjukkan telah terjadi adverse selection (Hahm dan Mishkin, 2000). Mishkin (1999) juga
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
menemukan fakta bahwa krisis perbankan yang terjadi di Asia diawali oleh perilaku pihak bank
yang tidak menunjukkan bankers behaviors yaitu suatu sikap yang tidak berhati-hati, tidak jujur,
terlalu berani dan terlalu cepat mengambil keputusan. Ketika ekonomi di wilayah Asia menurun
dan tingkat suku bunga meningkat, hal ini menekan kemampuan pihak spekulan untuk
mengembalikan hutang mereka sehingga dunia perbankan terancam penurunan kualitas aset
yang dimilikinya. Tindakan spekulan dan pihak bank ini memberikan kontribusi besar terhadap
keterpurukan domestic currency dan krisis perbankan yang terjadi di Asia termasuk di Indonesia.
Jika dianalisa lebih jauh dapat diduga bahwa tingkat disiplin pasar di negara-negara Asia
yang masih lemah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya krisis perbankan di Asia.
Disiplin pasar didefinisikan sebagai sebuah situasi dimana para deposan menghukum bank yang
lebih berisiko dengan meminta tingkat suku bunga yang lebih tinggi atau menarik tabungannya
dari bank tersebut (Cubillas, et al., 2012). Semestinya ketika suatu negara memiliki tingkat
disiplin pasar yang baik maka bank akan cenderung menunjukkan bankers behaviors dan
meminimalisir terjadinya tindakan spekulatif oleh para spekulan.
Berawal dari Thailand pada bulan Juli 1997, krisis ini cepat menular (contagion effect) dan
membawa dampak yang sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga aset lainnya di
beberapa negara Asia hingga ke Indonesia. Hingga Juli 1997, hampir semua pihak memprediksi
bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis. Sebagai pertimbangan,
pada saat itu fundamental ekonomi Indonesia menunjukkan tingkat inflasi yang rendah, surplus
perdagangan mencapai lebih dari USD900 juta, cadangan devisa yang sangat besar, lebih dari
USD20 milyar, dan sektor perbankan dengan kinerja yang sangat baik (Bank Indonesia, 2010a).
Tetapi siapa sangka sebulan setelah itu ekonomi di Indonesia terkena imbasnya juga. Kesalahan
berawal dari penggunaan dana investasi di Indonesia, ketika itu Indonesia menggunakan
pinjaman jangka pendek untuk membiayai proyek-proyek jangka panjang. Hal ini
mengindikasikan bahwa pelunasan hutang dilakukan dalam jangka pendek namun keuntungan
baru bisa didapatkan dalam jangka panjang. Selain itu sikap tidak prudent dari bank-bank di
Indonesia dalam menyalurkan kredit ke pihak-pihak yang tidak kredibel juga menyebabkan
krisis ini terjadi. Diawali dengan kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap USD. Akibatnya, banyak
bank mulai ditimpa kerugian, terutama bank yang punya pinjaman dalam mata uang asing dan
tidak melakukan lindung nilai atas pinjamannya. Gejolak kurs yang ditambah dengan
pemburukan arus kas bank-bank menyebabkan bank menghadapi kesulitan likuiditas. Masalah
likuiditas ini mengakibatkan bank kehilangan kepercayaan sehingga masyarakat ramai-ramai
menarik uangnya secara besar-besaran dari bank. Puluhan bank harus ditutup dengan
konsekuensi perekonomian bisa lumpuh total (Bank Indonesia, 2010a).
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Melihat penyebab utama krisis perbankan yang terjadi di Asia dan Indonesia maka peneliti
melakukan penelitian tentang kondisi disiplin pasar sebelum dan setelah krisis perbankan di
Indonesia. Penelitian ini penting dilakukan karena Indonesia merupakan negara bank based
country dimana 70% perputaran uangnya melalui bank. Pengertian yang mendalam tentang
kondisi disiplin pasar di Indonesia dapat meminimalisir terjadinya krisis perbankan yang dapat
menghancurkan seluruh sistem perekonomian Indonesia.
Selain itu peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti menemukan fakta menarik
dimana mayoritas penelitian terdahulu menemukan bukti bahwa tingkat disiplin pasar justru
melemah setelah terjadinya krisis perbankan. Jika dikaitkan dengan faktor utama penyebab krisis
di Asia yaitu tingkat disiplin pasar yang lemah, fakta ini sungguh sangat tidak bisa diterima.
Seharusnya tingkat disiplin pasar meningkat setelah terjadinya krisis perbankan guna mencegah
kembali terjadinya krisis perbankan tetapi fakta-fakta yang ditemukan oleh penelitian terdahulu
menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Hadad, et al. (2011) dalam penelitiannya menganalisa perubahan dalam skema penjaminan
deposit dan regulasi modal pada bank-bank di Indonesia selama krisis perbankan yang terjadi
pada tahun 1997-1998. Mereka menemukan pengadopsian dari skema blanket guarantee
melemahkan tingkat disiplin pasar. Penelitian lain tentang pengaruh krisis perbankan terhadap
disiplin pasar dilakukan oleh Cubillas, et al. (2012), mereka menganalisis tentang efek dari krisis
perbankan pada disiplin pasar dengan menggunakan sampel internasional dari bank-bank. paper
ini menunjukkan bahwa secara rata-rata disiplin pasar melemah setelah terjadinya krisis
perbankan. Sementara itu Demirgüç-Kunt dan Huizinga (2004) dalam penelitian mereka yang
menggunakan database internasional bank di 51 negara menunjukkan bahwa asuransi deposito
eksplisit membuat keinginan deposan untuk memantau bank sangat kecil dan melemahkan
tingkat disiplin pasar. Semakin murah hati asuransi deposito, semakin besar melemahnya disiplin
pasar. Di sisi lain, Peria dan Schmukler (2001) melakukan penelitian dengan sampel tiga negara
yaitu Argentina, Cili dan Meksiko selama tahun 1980 dan 1990. Mereka menemukan fakta
bahwa deposan menghukum bank-bank untuk tingkah laku mereka yang berisiko, dengan
menarik deposit mereka dan meminta tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Disiplin pasar
menjadi lebih penting setelah terjadinya krisis dan penjaminan deposito tidak muncul untuk
mengurangi tingkat disiplin pasar.
Penelitian ini juga dibuat guna mendukung peraturan BCBS (Basel Committee on Banking
Supervision) pada Juni 2004 serta edisi revisi pada Juni 2006 membuat kerangka Basel II untuk
memperkokoh kinerja dan menjaga tingkat kestabilan dunia perbankan di seluruh dunia.
Terdapat tiga pilar utama dalam kerangka Basel II, yaitu syarat permodalan, supervisi resmi dan
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
disiplin pasar. Krisis global yang terjadi pada saat ini mengharuskan para pembuat kebijakan,
institusi perbankan, depositor serta pihak-pihak yang berkaitan lainnya memperbaiki semua
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan sebuah bank untuk mengambil risiko. Sebagai
contoh Gueyie dan Lai (2003) mengatakan bahwa faktor-faktor pendisiplinan yang
mempengaruhi keputusan sebuah bank untuk mengambil risiko termasuk pendisiplinan regulasi,
pendisiplinan oleh bank itu sendiri dan disiplin pasar.
Disiplin pasar secara umum disetujui oleh para regulator dan akademisi untuk membatasi
risiko bank yang selalu berubah-ubah dan mencegah terjadinya krisis perbankan (Cubillas, et al.,
2012). Penelitian yang dilakukan peneliti berfokus pada perubahan tingkat disiplin pasar di
Indonesia pada saat mengalami krisis perbankan yang berdampak sistemik pada tahun 1997/1998
dan krisis yang tidak berdampak sistemik pada tahun 2008 (Laeven dan Valencia, 2012).
Penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara risiko bank dan cost of bank deposit berubah
setelah terjadinya krisis perbankan.
Dengan melihat masih sedikitnya penelitian tentang pengaruh disiplin pasar terhadap krisis
perbankan dan betapa pentingnya untuk mengetahui hubungan antara krisis perbankan dan
tingkat disiplin pasar dimana tingkat disiplin pasar yang tinggi diharapkan dapat mencegah
terjadinya krisis dan menjaga tingkat kestabilan bank serta dapat mempercepat pemulihan maka
peneliti tertarik melakukan penelitian ini.
Dengan mengacu pada penelitian Cubillas, et al. (2012) melalui penelitian ini diharapkan
dapat menyediakan bukti sistematis tentang pengaruh krisis perbankan terhadap tingkat disiplin
pasar di Indonesia.
2. Latar Belakang Teori dan Hipotesis
Peria dan Schmukler (2001) dalam penelitiannya meneliti tiga negara yaitu Argentina, Cili
dan Meksiko selama 1980 dan 1990. Mereka menemukan fakta bahwa deposan akan
menghukum bank-bank untuk tingkah laku mereka yang berisiko, dengan menarik deposit
mereka dan meminta tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Tingkat disiplin pasar menjadi lebih
penting setelah terjadinya krisis dan penjaminan deposito tidak muncul untuk mengurangi
tingkat disiplin pasar.
Lalu penelitian lain oleh Hadad, et al. (2011) yang menganalisa perubahan dalam skema
penjaminan deposit dan regulasi modal pada bank-bank di Indonesia selama krisis perbankan
yang terjadi pada tahun 1997-1998. Mereka menemukan pengadopsian dari skema blanket
guarantee melemahkan tingkat disiplin pasar. Penelitian lain tentang pengaruh krisis perbankan
terhadap disiplin pasar dilakukan oleh Cubillas, et al. (2012), mereka menganalisis tentang efek
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
dari krisis perbankan pada disiplin pasar dengan menggunakkan sampel internasional dari bankbank. paper ini menunjukkan bahwa secara rata-rata disiplin pasar melemah setelah terjadinya
krisis perbankan.
Jika dilihat dari hasil penelitian ini dapat dikatakan hasil penelitian sebelumnya masih
belum konklusif dimana beberapa penelitian menemukan fakta bahwa tingkat disiplin pasar
melemah setelah krisis perbankan dan di sisi lain beberapa penelitian menyimpulkan fakta
bahwa tingkat disiplin pasar menguat setelah terjadinya krisis perbankan. Selain itu dari
mayoritas penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa tingkat disiplin pasar yang menjadi penyebab
krisis perbankan di Asia dan Indonesia pada masa lalu malah melemah setelah terjadinya krisis
perbankan. Dan jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia belum ada penelitian tentang dampak
krisis perbankan 2008 terhadap tingkat disiplin pasar. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui
apakah krisis perbankan memperlemah atau memperkuat tingkat disiplin pasar di Indonesia.
Hipotesis yang dibentuk adalah sebagai berikut :
H1 : Krisis perbankan 1997/1998 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
disiplin pasar di Indonesia.
H2 : Krisis perbankan 2008 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat disiplin
pasar di Indonesia.
Melihat penelitian sebelumnya dari Cubillas, et al. (2012) dan Hadad, et al. (2011) peneliti
belum menemukan penelitian yang meneliti tentang pengaruh krisis perbankan terhadap tingkat
disiplin pasar dalam dua periode krisis. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini sebab
jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia maka selama kurun waktu dari krisis pertama dan krisis
kedua, peneliti menduga terjadi perubahan regulasi maupun psikologis pasar yang akan
mempengaruhi perubahan tingkat disiplin pasar dalam dua periode krisis tersebut. Sebagai
contoh pada tahun 2006 terjadi perubahan pada skema blankeet guarantee menjadi limited
blanket guarantee yang peneliti duga akan menimbulkan perbedaan tingkat disiplin pasar
terhadap dua periode krisis. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dibentuk adalah :
H3 : Tidak ada perbedaan tingkat disiplin pasar di Indonesia setelah krisis perbankan
1997/1998 dengan krisis perbankan 2008
Penelitian oleh Hadad, et al. (2011) yang menganalisa perubahan dalam skema penjaminan
deposit dan regulasi modal pada bank-bank di Indonesia selama krisis perbankan yang terjadi
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
pada tahun 1997-1998 menemukan fakta bahwa pengadopsian dari skema blanket guarantee
melemahkan tingkat disiplin pasar. Selain itu mereka juga menemukan fakta bahwa disiplin
pasar bekerja lebih baik pada bank luar negeri dibandingkan bank domestik.
Berdasarkan penelitian Hadad, et al. (2011), peneliti disini mempertimbangkan bahwa
faktor kepemilikan bank mempengaruhi kehadiran dari disiplin pasar. Peneliti menduga bahwa
tingkat disiplin pasar akan lebih baik pada foreign bank dibandingkan domestic bank. Hal
tersebut dikarenakan foreign bank disupervisi oleh regulator dalam negeri maupun luar negeri,
oleh karena itu foreign bank harus mempunyai tata kelola yang lebih baik daripada domestic
bank. Berikut adalah hipotesis yang dibentuk :
H4 : Tidak ada perbedaan tingkat disiplin pasar setelah krisis perbankan antara foreign
bank dan domestic bank di Indonesia
3. Data, Variabel dan Metodologi
3.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari
beberapa sumber data. Data keuangan level bank didapat dari perpustakaan Bank Indonesia.
Data-data yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel makro diambil dari situs bank
dunia (www.worldbank.org) dan situs IMF (www.imf.org). Data yang akan diolah dalam
penelitian ini adalah unbalanced panel data karena jumlah sampel bank yang digunakan
berbeda setiap tahunnya. Untuk menguji pengaruh krisis perbankan yang terjadi pada tahun
1997/1998 terhadap tingkat disiplin pasar, penelitian ini menggunakan sampel dari tahun
1994-2007. Sementara itu untuk untuk pengaruh krisis perbankan yang terjadi pada tahun
2008 terhadap tingkat disiplin pasar, penelitian ini menggunakan sampel dari tahun 19992011.
3.2 Variabel
3.2.1 Variabel Dependen
Peneliti mengikuti Peria dan Schmukler (2001), Demirgüç-Kunt dan Huizinga (2004),
Hadad et al. (2011), Cubillas et al. (2012) yang menguji adanya disiplin pasar dengan
menganalisis apakah deposan menghukum bank berisiko dengan meminta suku bunga yang lebih
tinggi. Variabel dependen adalah biaya deposito untuk bank i pada tahun t (!"#$%!" ). Hal ini
diukur dengan rasio tahunan beban bunga terhadap total deposit.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
3.2.2 Variabel Independen
Pada penelitian ini peneliti mengikuti Cubillas, et al. (2012) dan Hadad, et al. (2011),
dimana dalam penelitian mereka menyertakan lagged dependent variable yakni !"#$%!"!! .
Dengan variabel ini peneliti ingin melihat apakah biaya deposito pada saat ini dipengaruhi
oleh biaya deposito pada periode sebelumnya.
Selain itu peneliti mengikuti Peria dan Schmukler (2001) dan Hadad, et al. (2011),
dimana mereka mempertimbangkan tiga jenis risiko bank: insolvensi, likuiditas, dan risiko
kredit.
Peneliti mengikuti Laeven dan Levine (2009) serta Hadad et al. (2011) yang
menggunakan proksi Z-score bank (ZSCORE) sebagai proksi untuk insolvensi bank. Z-score
yang lebih tinggi menunjukkan bahwa keadaan bank lebih stabil karena berhubungan terbalik
dengan kemungkinan insolvensi bank. Karena Z-score highly skewed, peneliti menggunakan
logaritma natural dari nilai Z-score, yang terdistribusi normal. ZSCORE dihitung dengan
dengan tingkat pengembalian aset (ROA) ditambah capital aset ratio dibagi dengan standar
deviasi dari return aset.
Peneliti menggunakan rasio aktiva lancar terhadap total aktiva (LIQUIDITY) sebagai
proksi untuk risiko likuiditas seperti yang dilakukan oleh Demirgüç-Kunt dan Huizinga
(2004) dan Hadad et al. (2011).
Peneliti menggunakan rasio penyisihan kerugian kredit dengan total kredit bruto (LLP)
sebagai proksi untuk risiko kredit, rasio ini digunakan antara lain oleh Gropp dan Vesala
(2004) serta Nier dan Baumann (2006).
3.2.3 Variabel Kontrol
Peneliti mengikuti Cubillas et al. (2012) menyertakan variabel-variabel tingkat bank,
variabel-variabel tingkat industri, dan variabel-variabel makro ekonomi sebagai variabel
kontrol. Variabel-variabel tingkat bank yang digunakan adalah persentase simpanan nasabah
(CUSTOMERD), ukuran aset bank (SIZE), biaya overhead (OVERHEAD), dan indeks Lerner
(LERNER).
Sedangkan untuk variabel tingkat industri sebagai variabel kontrol peneliti mengikuti
Beck, et al. (2006), Fonseca dan González (2010), dan Hadad, et al. (2011) yang
menggunakan
tingkat
konsentrasi
bank
(CONC)
dan
proksi
pembangunan
bank
(PRIVATECRED). Dan terakhir untuk variabel-variabel makro ekonomi peneliti menyertakan
pertumbuhan produk domestik bruto riil (GDPGR) dan tingkat inflasi (INFLASI) sebagai
variabel kontrol.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
CUSTOMERD adalah rasio total simpanan nasabah terhadap total kewajiban berbunga.
Peneliti menggunakan variabel ini untuk mengendalikan persentase deposito bank yang
umumnya dijamin dan kurang sensitif terhadap disiplin pasar. SIZE adalah natural logaritma
dari total aset bank. Peneliti mengendalikan pengaruh ukuran untuk beberapa alasan. Di satu
sisi, simpanan pada bank-bank besar mungkin akan berbiaya lebih rendah jika hipotesis “too
big too fail” terjadi. Deposan percaya bahwa mereka akan dikompensasi oleh regulator jika
terjadi kesulitan dan mereka memiliki risiko yang lebih rendah sebagai akibat dari
peningkatan diversifikasi portofolio aset mereka (Park dan Peristiani, 1998). Namun di sisi
lain, bank-bank yang lebih besar dapat membayar suku bunga deposito lebih tinggi dari bankbank kecil jika mereka memiliki pilihan investasi yang lebih baik atau mereka ingin bersaing
secara lebih intensif dengan bank yang lebih kecil (Rosen, 2007). OVERHEAD didefinisikan
sebagai beban bank non-bunga yang dibagi dengan aset. Perbedaan dalam OVERHEAD dapat
menangkap perbedaan dalam tingkat kerja atau upah serta campuran produk bank dan kualitas
layanan. Pengeluaran yang lebih tinggi dapat berhubungan dengan kinerja bank kurang efisien
dan dengan demikian menurunkan suku bunga deposito, sesuai dengan traditional efficientstructure hypothesis (Berger dan Hannan, 1989). Tetapi rasio pengeluaran terhadap total asse
juga dapat dikaitkan dengan layanan yang lebih baik kepada pelanggan. Jika kita bisa
mengontrol kualitas layanan, kita dapat mengharapkan bahwa peningkatan pengeluaran nonbunga untuk memiliki dampak positif pada tingkat suku bunga (Cubillas, et al., 2012).
LERNER, sebagai variabel persaingan perbankan, adalah proksi untuk mengukur kekuatan
pasar bank, didefinisikan sebagai selisih antara harga dan biaya marjinal dinyatakan sebagai
persentase dari harga. Seperti Hadad, et al. (2011), peneliti tidak memprediksi tanda yang
jelas untuk LERNER karena bank dapat menggunakan kekuatan pasar yang lebih besar untuk
membayar suku bunga yang lebih rendah pada deposito mereka tetapi mereka juga dapat
menggunakannya untuk membayar tingkat bunga yang lebih tinggi untuk terus meningkatkan
kekuatan pasar mereka.
Mengikuti Beck, et al. (2006), Fonseca dan González (2010), dan Hadad, et al., (2011),
CONC digunakan sebagai variabel struktur pasar, dimana CONC merupakan proksi untuk
tingkat konsentrasi bank, didefinisikan sebagai fraksi aset dari tiga bank terbesar sebagai
bagian dari aset seluruh bank umum dalam sampel kami. Selain itu PRIVATECRED
digunakan sebagai proksi bagi tingkat development bank, dihitung dengan private credit by
deposit money banks and other financial institutions over GDP.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Akhirnya, peneliti menyertakan karakteristik ekonomi makro sebagai variabel kontrol.
Kami mengikuti Demirgüç-Kunt dan Huizinga (2004) dan Hadad, et al. (2011) dan kontrol
untuk pertumbuhan produk domestik bruto riil (GDPGR) dan tingkat inflasi (INFLATION).
3.3 Metodologi
Peneliti menerapkan Generalized Method of Moments (GMM) estimator yang
dikembangkan untuk model dinamis data panel oleh Arellano dan Bond (1991) seperti yang
dilakukan oleh Hadad, et al. (2011), Naceur dan Omran (2011), Herrero, et al. (2009),
Albertazzi dan Gambacorta (2009), Athanasoglou, et al.,
(2008), serta Dietrich dan
Wanzenried (2010) untuk mempelajari perubahan dalam hubungan antara risiko bank dan
biaya deposito bank setelah terjadinya krisis perbankan. Beberapa hal yang menyebabkan
peneliti memilih metode ini adalah pertama penelitian ini menggunakan data unbalanced
panel, kedua adanya proses autoregressive dalam data mengenai perilaku biaya deposito
(yaitu, kebutuhan untuk menggunakan model lag dependen variabel untuk menangkap sifat
dinamis dari biaya deposito), yang ketiga adalah kemungkinan adanya endogenitas pada
variabel penjelas serta adanya efek bank tertentu yang tidak diketahui, dimana dapat
dieliminasi dengan melakukan first difference pada semua variabel.
Model utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model yang
sebagaimana digunakan oleh Cubillas et al. (2012), yakni sebagai berikut :
COSTDijt = β0 + β1 COSTDit -1 + β2 RISKi,t + β3 CRISISit + β4 RISKit x CRISISit + β5 BANKit
+ β6 MACROit +
!"##
!!!""# !"
+ !! + !!"#
COSTDit merupakan biaya deposito untuk bank i pada tahun t. RISKit merupakan
himpunan dari tiga proksi resiko untuk bank i pada tahun t (ZSCORE, LIQUIDITY, dan LLP).
CRISISit merupakan variabel dummy yang mengambil nilai 1 untuk tahun setelah krisis
perbankan dan nol untuk periode sebelum krisis. RISKit x CRISISit merupakan variabel yang
menangkap perubahan disiplin pasar setelah terjadinya krisis perbankan. Bankit merupakan
vektor kontrol dari variabel level bank dan level industri. MACROt adalah vektor dari variabel
makroekonomi. Sedangkan
!"##
!!!""# !"
merupakan suatu set variabel dummy untuk
menangkap semua bank- invariant time effects yang tidak dimasukkam dalam regresi.!!
merupakan unobservable bank-spesific effect dan !!"# merupakan white noise error. Dalam
spesifikasi model di atas, β2 mengukur tingkat disiplin pasar pada periode sebelum krisis, dan
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
β4 menangkap perubahan di dalamnya setelah krisis perbankan terjadi. Karena nilai-nilai yang
lebih tinggi pada ZSCORE dan LIQUIDITY menunjukkan tingkat yang lebih rendah dari
risiko bank, kehadiran disiplin pasar pada periode sebelum krisis akan ditunjukkan koefisien
negatif untuk variabel-variabel ini (Cubillas, et al., 2012; Hadad, et al., 2011).
Pelemahan atau peningkatan disiplin pasar setelah krisis perbankan akan ditangkap oleh
β4 yang berarti koefisien negatif atau positif untuk interaksi antara dua proksi yaitu risiko
bank dan variabel dummy krisis.
Karena LLP berkaitan positif dengan risiko bank, interpretasi koefisien dari variabel ini
akan menjadi kebalikan dari yang dijelaskan untuk ZSCORE dan LIQUIDITY.
Tabel 1 Statistika Deskriptif
Obs Mean Maximum Minimum Std. Dev. Jarque-­‐bera Probability COSTD 1.965 0,108860 2,404033 0,003553 0,114056 83.6315.5 0,000000 ZSCORE 1.965 2,468475 6,261288 -­‐3,097473 1,231411 17,61818 0,000149 LIQUIDITY 1.965 0,965629 0,998761 0,852843 0,025568 1.053.579 0,000000 LLP 1.965 0,062168 1,683092 0,000000 0,102657 232.961.1 0,000000 CUSTOMERD 1.965 0,830436 0,993861 0,024555 0,182689 1.720.490 0,000000 SIZE 1.965 14,18900 20,00809 9,766751 1,920393 73,73743 0,000000 OVERHEAD 1.965 0,018587 0,192041 0,000756 0,011845 120.229,7 0,000000 LERNER 1.965 0,458824 0,963216 -­‐2,212755 0,222676 16.358,37 0,000000 CONC 1.965 0,428727 0,569505 0,356510 0,053899 199,1287 0,000000 PRIVATECRED 1.965 32,35134 53,52872 17,19195 13,13892 208,5680 0,000000 GDPGR 1.965 0,044556 0,084000 -­‐0,131000 0,043615 12.157,06 0,000000 INFLATION 1.965 0,145861 0,753000 0,055000 0,145519 16.884,91 0,000000 Sumber : Hasil pengolahan data oleh peneliti menggunakan E-views 6.0
Tabel 2 Korelasi Variabel Independen
ZSCORE ZSCORE LIQUIDITY LLP CUSTOMERD SIZE OVERHEAD LERNER CONC PRIVATECRED GDPGR INFLATION 1,00000 -­‐0,06575 -­‐0,28611 0,18948 0,03839 0,03435 0,26277 -­‐0,38684 0,02929 0,10448 -­‐0,10379 LIQUIDI TY -­‐0,06575 1,00000 -­‐0,00691 -­‐0,31986 0,45782 -­‐0,31428 0,17513 -­‐0,13390 -­‐0,10037 0,07353 -­‐0,07573 LLP -­‐0,28611 -­‐0,00691 1,00000 -­‐0,10235 -­‐0,03082 0,08304 -­‐0,13404 0,27111 -­‐0,09917 -­‐0,33236 0,24690 CUSTO MERD 0,18948 -­‐0,31986 -­‐0,10235 1,00000 -­‐0,13343 0,11706 -­‐0,03607 -­‐0,02090 -­‐0,11090 -­‐0,03185 0,00400 SIZE OVER HEAD 0,03435 -­‐0,31428 0,08304 0,11706 -­‐0,23165 1,00000 0,15040 -­‐0,04690 -­‐0,03460 -­‐0,02861 0,01634 0,03839 0,45782 -­‐0,03082 -­‐0,13343 1,00000 -­‐0,23165 0,10623 -­‐0,30299 -­‐0,24791 0,10162 -­‐0,12053 LER NER 0,26277 0,17513 -­‐0,13404 -­‐0,03607 0,10623 0,15040 1,00000 -­‐0,29188 -­‐0,16576 0,18953 -­‐0,16940 CONC -­‐0,38684 -­‐0,13390 0,27111 -­‐0,02090 -­‐0,30299 -­‐0,04690 -­‐0,29188 1,00000 -­‐0,00092 -­‐0,09259 -­‐0,08319 PRIVATECR
ED 0,02929 -­‐0,10037 -­‐0,09917 -­‐0,11090 -­‐0,24791 -­‐0,03460 -­‐0,16576 -­‐0,00092 1,00000 -­‐0,18018 0,29902 GDPGR INFLATION 0,10448 0,07353 -­‐0,33236 -­‐0,03185 0,10162 -­‐0,02861 0,18953 -­‐0,09259 -­‐0,18018 1,00000 -­‐0,91506 -­‐0,10379 -­‐0,07573 0,24690 0,00400 -­‐0,12053 0,01634 -­‐0,16940 -­‐0,08319 0,29902 -­‐0,91506 1,00000 Sumber : Hasil pengolahan data oleh peneliti menggunakan E-views 6.0
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
4. Bukti Empiris dan Pembahasan
Tabel 3 Rangkuman Hasil Pengolahan Data Periode Krisis 1997/1998 dan Periode
Krisis 2008
Variabel Dependen = COSTDEPT Periode Krisis 1997-­‐1998 Independen Variabel LAG COSTDEPT 0,09528*** (0,000) ZSCORE -­‐0,00240 (0,992) LIQUIDITY -­‐6,70592** (0,017) LLP 16,62653** (0,040) ZSCORE XCRISIS 0,00499 (0,985) LIQUIDITYXCRISIS 5,28492* (0,079) LLPXCRISIS -­‐16,42473** (0,042) CUSTOMERD -­‐0,22468** (0,013) SIZE 0,38568*** (0,000) OVERHEAD 35,99287*** (0,000) LERNER -­‐0,28264*** (0,000) CONC 2,68749*** (0,000) PRIVATECRED -­‐0,01001*** (0,000) GDPGR -­‐2,15636*** (0,000) INFLATION 0,80935*** (0,001) Periode Krisis 2008 -­‐2,33680** (0,018) 0,05377* (0,073) -­‐2,75280 (0,269) -­‐0,12698 (0,319) -­‐0,12400** (0,038) -­‐2,11317 (0,867) 2,29172 (0,185) -­‐0,06544*** (0,009) 0,07331 (0,316) 20,11706** (0,013) -­‐0,56418*** (0,006) 3,45036** (0,019) 0,01835** (0,033) 2,80903 (0,164) 0,41286* (0,074) Sumber : Hasil pengolahan data oleh peneliti menggunakan Stata 11
* Statisitical significance at 10%
** Statisitical significance at 5%
*** Statisitical significance at 1%
Berdasarkan hasil pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa krisis perbankan yang terjadi
di Indonesia selama periode 1997/1998 menyebabkan terjadinya pelemahan tingkat disiplin
pasar di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan variabel-variabel yang
menangkap adanya disiplin pasar sebelum krisis (ZSCORE, LIQUIDITY dan LLP) dan setelah
krisis (ZSCOREXCRISIS, LIQUIDITYXCRISIS dan LLPXCRISIS). Pengaruh signifikan dari
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
variabel LIQUIDITY yang bertanda negatif dan LLP yang bertanda positif menandakan
adanya kehadiran disiplin pasar sebelum terjadinya krisis perbankan. Lalu pengaruh
signifikan dari variabel LIQUIDITYXCRISIS yang bertanda positif dan LLPXCRISIS yang
bertanda negatif konsisten dengan gagasan bahwa telah terjadi penurunan sensitivitas biaya
deposito terhadap risiko bank setelah krisis perbankan. Hasil ini konsisten dengan apa yang
telah ditemukan oleh Cubillas, et al. (2012), Hadad, et al. (2011) dan Demirgüç-Kunt dan
Huizinga (2004). Pada ketiga penelitian sebelumnya tersebut jaminan eksplisit pemerintah
terhadap simpanan diduga kuat sebagai penyebab pelemahan disiplin pasar.
Sementara itu berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa krisis
perbankan yang terjadi di Indonesia selama periode 2008 menyebabkan terjadinya
peningkatan tingkat disiplin pasar di Indonesia. Pengaruh signifikan dari variabel ZSCORE
yang bertanda positif menandakan tidak adanya kehadiran disiplin pasar sebelum terjadinya
krisis perbankan. Lalu pengaruh signifikan dari variabel ZSCOREXCRISIS yang bertanda
negatif konsisten dengan gagasan bahwa telah terjadi peningkatan sensitivitas biaya deposito
terhadap risiko bank setelah krisis perbankan. Hasil ini konsisten dengan Peria dan Schmukler
(2001) dalam penelitiannya yang meneliti tiga negara yaitu Argentina, Cili dan Meksiko
selama 1980 dan 1990. Mereka menemukan fakta bahwa deposan akan menghukum bankbank untuk tingkah laku mereka yang berisiko, dengan menarik deposit mereka dan meminta
tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Disiplin pasar menjadi lebih penting setelah terjadinya
krisis.
Tanda negatif dari variabel CUSTOMERD pada periode krisis 1997/1998 dan 2008
menunjukkan bahwa bank membayar rata-rata suku bunga yang lebih rendah untuk simpanan
yang dijamin (Cubillas, et al., 2012). Selain itu tanda positif variabel SIZE pada periode krisis
1997/1998 konsisten dengan pernyataan bahwa bank yang lebih besar memiliki pilihan
investasi yang lebih baik dan bersaing secara lebih intensif dibandingkan bank yang lebih
kecil. Lalu Tanda positif dari variabel OVERHEAD pada hasil regresi dengan periode krisis
1997/1998 dan 2008 menandakan bahwa bank tidak efisien dalam menjalankan operasinya.
Tanda negatif dari variabel LERNER pada kedua hasil regresi konsisten dengan Hadad, et al.,
(2011) dimana bank menggunakan kekuatan pasar yang lebih besar untuk membayar suku
bunga yang lebih rendah pada simpanan nasabah. Lalu tanda positif pada variabel CONC
menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi pasar mempengaruhi suku bunga deposito bank,
dimana di industri yang semakin terkonsentrasi maka suku bunga simpanan akan meningkat.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Hasil regresi variabel PRIVATECRED pada periode krisis tahun 1997/1998
menunjukkan bahwa tingkat pengembangan bank yang lebih tinggi menurunkan cost of fund
dari bank tersebut. Di sisi lain hasil regresi variabel PRIVATECRED pada tahun 2008
menunjukkan bahwa tingkat pengembangan bank yang lebih tinggi meningkatkan cost of fund
dari bank tersebut. Tanda negatif pada variabel GDPGR pada hasil regresi periode krisis
tahun 1997/1998 menunjukkan fakta bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
menurunkan cost of fund dari bank. Pada akhirnya tanda positif dari variabel inflasi pada
kedua hasil regresi menunjukkan bahwa ketika inflasi meningkat maka akan meningkatkan
cost of fund.
Dari hasil analisis data di atas maka hipotesis dari penelitian ini dapat terjawab. Dari
hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa krisis perbankan yang terjadi di Indonesia
baik yang terjadi pada tahun 1997/1998 maupun tahun 2008 memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap krisis perbankan. Krisis perbankan 1997/1998 menyebabkan pelemahan
tingkat disiplin pasar di Indonesia sementara itu di sisi lain krisis perbankan 2008
menyebabkan penguatan tingkat disiplin pasar di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini
menerima hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa krisis
perbankan 1997/1998 dan krisis perbankan 2008 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat disiplin pasar di Indonesia.
Lalu hasil regresi yang dilakukan oleh peneliti juga mendapatkan fakta bahwa terdapat
perbedaan tingkat disiplin pasar di Indonesia setelah terjadinya krisis perbankan pada tahun
1997/1998 dan tahun 2008. Pada krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997/1998
ditemukan fakta bahwa telah terjadi pelemahan tingkat disiplin pasar di Indonesia. Di sisi lain
pada krisis perbankan yang terjadi pada tahun 2008 ditemukan fakta bahwa telah terjadi
penguatan tingkat disiplin pasar di Indonesia. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
menolak hipotesis ketiga (H3) yang berarti ada perbedaan tingkat disiplin pasar di Indonesia
setelah krisis perbankan 1997/1998 dengan krisis perbankan 2008. Pada krisis 1997/1998
pemerintah Indonesia masih menggunakan skema full blanket guarantee namun pada krisis
2008 pemerintah Indonesia sudah menggunakan limited blankeet guarantee. Perbedaan
kebijakan penjaminan simpanan nasabah ini diduga kuat menjadi faktor utama yang
menyebabkan perbedaan hasil pada krisis 1997/1998 serta krisis 2008. Hasil ini konsisten
dengan apa yang ditemukan oleh Cubillas, et al. (2012), Hadad et al. (2011) serta DemirgüçKunt dan Huizinga (2004). Mereka menemukan fakta bahwa jaminan eksplisit pemerintah
terhadap simpanan dan kebijakan penanganan krisis yang bersifat akomodatif menyebabkan
pelemahan disiplin pasar setelah krisis perbankan.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Tabel 4 Rangkuman Hasil Pengolahan Data Domestic Bank dan Foreign Bank (Periode
Krisis 1997/1998 dan Periode 2008)
Variabel Dependen = COSTDEPT Independen Variabel LAG COSTDEPT ZSCORE LIQUIDITY LLP ZSCORE XCRISIS LIQUIDITYXCRISIS LLPXCRISIS CUSTOMERD SIZE OVERHEAD LERNER CONC PRIVATECRED GDPGR INFLATION Periode Krisis 1997-­‐1998 Domestic Bank 0,08044*** (0,001) -­‐0,02492 (0,928) -­‐6,97062*** (0,008) 16,21422** (0,038) 0,01014 (0,971) 6,58150** (0,027) -­‐15,83887** (0,041) -­‐0,21179** (0,038) 0,383039*** (0,000) 36,33125*** (0,000) -­‐0,25223*** (0,000) 2,71646*** (0,000) -­‐0,00912*** (0,000) -­‐2,08970*** (0,000) 0,82000*** (0,000) Foreign Bank -­‐0,10601 (0,133) -­‐0,04658 (0,470) 1,40361 (0,431) -­‐1,19558 (0,601) 0,05242 (0,413) -­‐1,24306 (0,425) 1,16924 (0,609) -­‐0,17059*** (0,000) 0,00968 (0,334) 2,84640*** (0,005) -­‐0,16519*** (0,000) 0,18863*** (0,004) 4,62e-­‐06 (0,995) -­‐0,38577* (0.094) 0,06485 (0.160) Periode Krisis 2008 Domestic Bank -­‐2,58537** (0,016) 0,09313* (0,079) -­‐4,27262 (0,173) 0,03787 (0,672) -­‐0,18975** (0,018) 0,07129 (0,995) 2,30668 (0,197) -­‐0,06750*** (0,009) 0,11017 (0,216) 19,94362** (0,011) -­‐0,71615*** (0,001) 4,20928** (0,018) 0,01876** (0,040) 2,96102 (0,203) 0,61032** (0,060) Foreign Bank 0,00363 (0,957) -­‐0,00156 (0,696) 1,13615* (0,098) -­‐0,00811 (0,637) 0,01245** (0,036) -­‐6,18955* (0,087) -­‐0,28940 (0,158) -­‐0,15638*** (0,007) 0,00902 (0,447) 3,02978** (0,010) -­‐0,12521*** (0,002) -­‐0,02191 (0,801) -­‐0,00146 (0,207) -­‐1,15691*** (0,005) 0,06651 (0,139) Sumber : Hasil pengolahan data oleh peneliti menggunakan Stata 11
* Statisitical significance at 10%
** Statisitical significance at 5%
*** Statisitical significance at 1%
Pada model di atas dapat dilihat
bahwa tanda dan pengaruh signifikan pada variabel
LIQUIDITY (-) dengan p-value sebesar 0,08 dan LLP (+) dengan p-value sebesar 0,38
menunjukkan kehadiran disiplin pasar pada domestic bank sebelum krisis perbankan 1997/1998
di Indonesia. Sementara itu bila kita melihat tanda dan pengarruh signifikan dari variabel
LIQUIDITYXCRISIS (+) dengan p-value sebesar 0,027 dan LLPXCRISIS (-) dengan p-value
sebesar 0,041 menunjukkan adanya penurunan sensitivitas biaya deposito terhadap risiko bank
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
setelah krisis perbankan pada domestic bank, sebagai pengaruh negatif dari LIQUIDITY pada
biaya deposito bank dan pengaruh positif LLP terhadap risiko bank. Dengan berdasarkan fakta
diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi pelemahan disiplin pasar pada domestic bank di
Indonesia setelah terjadinya krisis perbankan 1997/1998.
Sedangkan untuk hasil pengolahan data untuk foreign bank penulis tidak dapat
menemukan bukti konklusif, hal ini dikarenakan tidak adanya variabel independen yang
signifikan.
Sementara itu untuk krisis perbankan yang terjadi pada tahun 2008. Pada model di atas
dapat dilihat bahwa tanda dan pengaruh signifikan pada variabel ZSCORE (+) dengan p-value
sebesar 0,079 menunjukkan tidak adanya kehadiran disiplin pasar pada domestic bank sebelum
krisis perbankan 2008 di Indonesia. Lalu bila kita melihat tanda dan pengaruh signifikan dari
variabel ZSCOREXCRISIS (-) dengan p-value sebesar 0,018 menunjukkan adanya peningkatan
sensitivitas biaya deposito terhadap risiko bank setelah krisis perbankan pada domestic bank,
sebagai pengaruh positif dari ZSCORE pada biaya deposito bank. Dengan berdasarkan fakta
diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan disiplin pasar pada domestic bank di
Indonesia setelah terjadinya krisis perbankan 2008. Lalu untuk foreign bank pada tahun 2008
dapat dilihat bahwa tanda dan pengaruh signifikan pada variabel LIQUIDITY (+) dengan p-value
sebesar 0,098 menunjukkan tidak adanya kehadiran disiplin pasar pada foreign bank sebelum
krisis perbankan 2008 di Indonesia. Sementara itu bila kita melihat tanda dan pengaruh
signifikan dari variabel LIQUIDITYXCRISIS (-) dengan p-value sebesar 0,087 menunjukkan
adanya peningkatan sensitivitas biaya deposito terhadap risiko bank setelah krisis perbankan
pada foreign bank, sebagai pengaruh positif dari LIQUIDITY pada biaya deposito bank.
Dari analisis di atas didapatkan fakta bahwa terjadi pelemahan disiplin pasar pada domestic
bank setelah krisis perbankan tahun 1997/1998, tetapi penulis tidak menemukan hasil yang
konklusif terhadap foreign bank dikarenakan semua variabel independen yang menangkap
adanya tingkat disiplin pasar tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikan ini diduga akibat
jumlah sampel yang tidak cukup. Sehingga pada periode krisis 1997/1998 penulis tidak bisa
menjawab hipotesis keempat (H4). Sementara itu pada krisis 2008 ditemukan fakta bahwa terjadi
peningkatan disiplin pasar setelah krisis perbankan baik pada domestic bank maupun foreign
bank yang berarti menjawab dan menerima hipotesis keempat (H4) yaitu tidak ada perbedaan
tingkat disiplin pasar setelah krisis perbankan 2008 antara foreign bank dan domestic bank di
Indonesia. Hasil ini berlawanan dengan apa yang ditemukan oleh Hadad, et al. (2011) yang
melakukan penelitian menggunakan periode krisis 1997/1998 dimana pada penelitian tersebut
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
ditemukan bahwa tingkat disiplin pasar pada foreign bank lebih baik dibandingkan domestic
bank.
5. Kesimpulan
Hasil analisis kami menyimpulkan bahwa krisis perbankan 1997/1998 memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat disiplin pasar di Indonesia dimana krisis ini melemahkan tingkat
disiplin pasar di Indonesia. Di sisi lain krisis perbankan 2008 berpengaruh signifikan terhadap
tingkat disiplin pasar di Indonesia dimana krisis ini memperkuat tingkat disiplin pasar di
Indonesia. Perbedaan hasil ini diduga kuat dikarenakan pada penelitian sebelumnya Indonesia
masih menggunakan sistem full blanket guarantee, sementara pada penelitian tentang krisis yang
dilakukan oleh penulis pada tahun 2008 Indonesia sudah menggunakan skema limited blanket
guarantee. Selain itu penelitian ini juga mendapatkan fakta bahwa terjadi pelemahan disiplin
pasar pada domestic bank setelah krisis perbankan tahun 1997/1998, tetapi penulis tidak
menemukan hasil yang konklusif terhadap foreign bank dikarenakan semua variabel independen
yang menangkap adanya tingkat disiplin pasar tidak signifikan. Sementara itu pada krisis 2008
ditemukan fakta bahwa terjadi peningkatan disiplin pasar setelah krisis perbankan baik pada
domestic bank maupun foreign bank yang berarti tidak ada perbedaan tingkat disiplin pasar
setelah krisis perbankan 2008 antara foreign bank dan domestic bank di Indonesia.
6. Saran
Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat diperluas dengan cara meneliti faktorfaktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat disiplin pasar setelah krisis
perbankan. Selain itu peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lintas negara serta
memasukkan skema penjaminan simpanan limited blanket guarantee dengan degradasi
berdasarkan risiko yang akan diterapkan di Indonesia pada tahun 2015.
Bagi pihak bank, peneliti menyarankan pihak bank untuk bersikap prudent guna
meminimalisir terjadinya krisis perbankan. Pihak bank diharapkan bisa mengelola risiko
insolvensi, risiko likuiditas dan risiko kredit yang dimilikinya dengan baik. Hasil peningkatan
disiplin pasar setelah krisis perbankan 2008 menunjukkan bahwa para deposan sudah concern
terhadap perilaku bank yang berisiko sehingga bank harus menunjukkan sikap banker
behaviors yaitu suatu sikap yang prudent, jujur dan mengambil keputusan yang matang.
Bagi para regulator, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat suatu
keputusan atau kebijakan yang meningkatkan disiplin pasar seperti peningkatan pengawasan
industri perbankan. Selain itu pihak regulator juga diharapkan dapat menerapkan regulasi
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Basel III dan skema penjaminan simpanan limited blanket guarantee dengan degradasi
berdasarkan risiko dengan segera guna menciptakan kondisi dunia perbankan yang sehat dan
mencegah terjadinya krisis.
Bagi pihak deposan, Dengan hasil penelitian ini diharapkan pihak deposan dapat lebih
concern terhadap perilaku bank yang berisiko guna meminimalisir terjadinya krisis perbankan
dan kejadian yang merugikan nasabah.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Daftar Pustaka
Albertazzi, U., Gambacorta, L., 2009. Bank profitability and the business cycle. Journal of
Financial Stability 5, 393–409.
Arellano, M., Bond, S., 1991. Some test of specification for panel data: Monte Carlo evidence
and application to employment equations. Review of Economic Studies 58, 227–297.
Athanasoglou, P.P., Brissimis, S.N., Delis, M.D., 2008. Bank-specific, Industry-specific and
macroeconomic determinants of bank profitability. Journal of International Financial
Markets, Institutions and Money 18, 121–136.
Bank Indonesia, 2010. Krisis Keuangan Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan
Indonesia, Jakarta.
Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., Maksimovic, V., 2006. The influence of financial and legal
institutions on firm size. Journal of Banking and Finance 30, 2995–3015.
Berger, A., Hannan, T.H., 1989. The price–concentration relationship in banking. The Review
of Economics and Statistics 71, 291–299.
Cubillas, E., Fonseca, A.R., González, F., 2012. Banking crises and market discipline :
international evidence. Journal of Banking and Finance 36, 2285-2298.
Demirgüç-Kunt, A., Huizinga, H., 2004. Market discipline and deposit insurance. Journal of
Monetary Economics 51, 375–399.
Dietrich, A., Wanzenried, G., 2010. Determinants of bank profitability before and during the
crisis : evidence from switzerland. Journal of International Financial Markets, Institutions,
and Money 21, 307-327.
Fonseca, A.R., González, F., 2010. How bank capital vary across countries: the influence of
cost of deposits, market power and bank regulation. Journal of Banking and Finance 34,
892–902.
García-Herrero, Gavilá, S., Santabárbara, D., 2009. What explains the low profitability of
Chinese banks?. Journal of Banking & Finance 33, 2080–2092.
Gropp, R., Jukka, V., Vulpes, G., 2004. Market indicators, bank fragility, and indirect market
discipline. EconWPA: Finance 0411015
Gueyie, J.-P., Lai, V.S., 2003. Bank moral hazard and the introduction of official deposit
insurance in Canada. International Review of Economics and Finance 12, 247–273.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Hadad, M.D., Agusman, A., Monroe, G.S., Gasbarro, D., Zumwalt, J.K., 2011. Market
discipline, financial crisis and regulatory changes: evidence from Indonesian banks. Journal
of Banking and Finance 35, 1552–1562.
Hahm, J., Mishkin, F.S., 2000. Causes of the Korean financial crisis :lessons for policy.
NBER Working Papers 7483.
Laeven, L., Levine, R., 2009. Bank governance, regulation and risk taking. Journal of
Financial Economics 93, 259–275.
Laeven, L., Valencia, F., 2012. Systemic banking crises: an update. IMF Working Paper No.
12/163.
Mishkin, F.S., 1999. Lessons from the Asian crisis. Journal of International Money and
Finance, 18, 709-723.
Naceur, S.B., Mohammed, O., 2011. The effects of bank regulations, competition, and
financial reforms on banks’ performance. Emerging Market Review 12, 1-20.
Nier, E., Baumann, U., 2006. Market discipline, disclosure and moral hazard in banking.
Journal of Financial Intermediation 15, 332–361.
Park, S., Peristiani, S., 1998. Market discipline by thrift depositors. Journal of Money, Credit,
and Banking 30, 347–364.
Peria, M.S., Schmukler, S.L., 2001. Do depositors punish banks for bad behavior?. Journal of
Finance 56, 1029–1051.
Rosen, R.J., 2007. Banking market conditions and deposit interest rates. Journal of Banking
and Finance 31, 3862–3884.
UNIVERSITAS INDONESIA Krisis Perbankan..., George Adam, FE UI, 2013
Download