Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil Dengan Lama

advertisement
Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil
Dengan Lama Persalinan
Awang Irawan Rusli, Dwiana Ocviyanti, Muchtaruddin Mansyur
1.
Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba
Raya/6, Jakarta, 10430, Indonesia
2.
Departemen Obstetri-Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya/6, Jakarta, 10430, Indonesia
3.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Pegangsaan Timur / 16, Jakarta, 10320, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Tujuan : Mengetahui hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama persalinan.
Metode : Penelitian menggunakan metode cross-sectional. Menggunakan data sekunder dari rekam medis.
Hasil
: Dari 480 rekam medis, 129 rekam medis terdapat data yang tidak lengkap pada riwayat
pemeriksaan kehamilan, 232 rekam medis lainnya adalah kasus persalinan dengan prosedur seksio sesaria, 30
data rekam medis yang tidak mencantumkan lama persalinan, 21 data rekam medis yang mencantumkan lama
persalinan secara tidak lengkap, sehingga diambil 68 data. ROC-Curve digunakan sebagai cut-off peningkatan
berat badan, yaitu 9,75 kg. Dari 68 kasus, 20 kasus peningkatan berat badan ≤ 9.75 kg dan 48 kasus
peningkatan berat badan > 9.75 kg. Penelitian mengunakan uji Chi-Square dengan nilai p = 0,216 yang
berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama persalinan.
Kasus lama persalinan yang panjang pada 20 kasus peningkatan berat badan ≤ 9.75 kg adalah 8 (40%) dan
pada 48 kasus peningkatan berat badan > 9.75 kg adalah 12 (25%).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama persalinan.
Kata kunci: peningkatan berat badan ibu hamil, lama persalinan
Association Between Weight Gain In Pregnancy With Labour Period
Abstract
Objective: Knowing association of weight gain in pregnancy with labour period
Method: Research using cross-sectional method. Secondary data was used from medical records.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Result: From 480 medical records, 129 cases had no history of complete antenatal care, 232 cases are
caesarian cases, 30 cases have no labour period, 21 cases have uncomplete record of labour period, so that is
taken 68 cases. ROC-Curve was used as a cut-off weight gain, which is 9.75 kg. Of 68 cases, 20 cases of
increased body weight ≤ 9.75 kg and 48 cases of weight gain > 9.75 kg. Research using Chi-square test with p
= 0.216, with a sense there is no significant relationship between weight gain in pregnancy with the outcome
of labour period in pregnant women. The incidence of long labour period in 20 cases of increased body
weight ≤ 9.75 kg is 8 (40%) and 48 cases of weight gain > 9.75 kg was 12 (25%).
Conclusion: No significant association between weight gain in pregnancy with labour period.
Keywords: Maternal weight gain, labour period
Pendahuluan
Proses kehamilan bukanlah sesuatu yang patologis, namun fisiologis pada semua kaum
hawa. Dengan demikian, penting untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada
masa kehamilan, seperti berat badan yang meningkat karena organ tubuh yang membesar
pada organ tubuh ibu hamil, yaitu payudara dan rahim, serta pertumbuhan janin dari masa
ke masa.
Berdasarkan anjuran badan kesehatan dunia / World Health Organization (WHO) menurut
pedoman yang dikeluarkan pada tahun 2009, peningkatan berat badan pada masa
kehamilan disesuaikan dengan perbandingan berat dan tinggi badan ibu hamil, atau
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil atau pada saat kunjungan pertama
pasien ke dokter atau layanan kesehatan.
Pedoman peningkatan berat badan hamil menurut WHO antara lain: IMT <18.5kg/m2
dengan penambahan berat badan 28-40 pound (setara dengan 12.6-18 kg), IMT 18.5-24.9
kg/m2 dengan penambahan berat badan 25-35 pound (11.25-15.75kg), IMT 25-29.9
kg/m2
dengan penambahan berat badan 15-25 pound (6.75-11.25 kg), dan IMT
30
kg/m2 untuk penambahan berat badan 11-20 pound (4.95-9 kg). Jika didapatkan berat badan yang meningkat melebihi saran WHO tersebut, akan timbul
penyulit-penyulit yang berhubungan dengan kehamilan dan keseluruhan proses persalinan
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
pada bayi dan / atau ibu, seperti berat badan bayi di atas rata-rata normal pada saat lahir
(makrosomia), lama persalinan yang memanjang sehingga meningkatkan angka kebutuhan
persalinan dengan prosedur seksio sesaria, serta risiko terjadinya gawat janin yang
meningkat.
Peneliti menemukan bahwa peningkatan berat badan ibu hamil di Indonesia belum didata
secara ilmiah, termasuk hubungannya dengan beberapa luaran persalinan yang penting,
seperti lama persalinan, kebutuhan prosedur seksio sesaria, berat badan lahir bayi, dan
sebagainya.
Maka dari itu, peneliti mengerjakan sebuah penelitian dengan tujuan memberikan gambaran
sebaran peningkatan berat badan hamil, sebaran lama persalinan, serta hubungannya pada
populasi masyarakat Indonesia.
Atas dasar latar belakang penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut ini adalah
rumusan pertanyaan penelitian:
1. Apakah peningkatan berat badan ibu hamil berhubungan dengan lama persalinan?
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain:
1. Tujuan Umum:
i.
Mengetahui hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama
persalinan di Indonesia
2. Tujuan Khusus:
i.
Mengetahui hubungan peningkatan berat badan selama kehamilan dengan
lama persalinan di Indonesia.
ii.
Mengetahui batas peningkatan berat badan ibu hamil di Indonesia yang tidak
menimbulkan masalah lama persalinan
Tinjauan Teoritis
Pada
perempuan hamil dengan berat badan berlebih, ternyata terdapat peningkatan dan
keterkaitan dengan luaran yang tidak baik selama masa perinatal bagi dirinya dan fetus.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Angka kematian pada ibu pun yang diakibatkan oleh obesitas meningkat. Pada perempuan
dengan IMT berlebih, insidens penyakit dan komplikasi lainnya meningkat, seperti diabetes
gestasional, hipertensi kronik, preeklampsia, makrosomia, operasi sesar, dan lain-lain. 2
Pada perempuan dengan IMT >29 kg/m , terjadi peningkatan hingga 2-4 kali lipat atas
kemungkinan tindakan operasi sesar. Insidensi operasi sesar untuk distosia meningkat 6
kali lipat pada ibu hamil dengan obesitas pada kehamilan pertama. Dilatasi dan evakuasi
pada trimester kedua lebih sulit dan memakan waktu lebih panjang pada ibu hamil dengan
IMT 30 atau lebih.
Tabel 1. Efek Samping Berat Badan Berlebih Pada Ibu Hamil
Komplikasi
Diabetes gestasional
Preeklampsia
Masa kehamilan memanjang
Seksio sesaria gawat darurat
Seksia sesaria elektif
Perdarahan postpartum
Infeksi pelvis
Infeksi saluran kemih
Infeksi luka
Makrosomia
IMT 20-24,9
0,8
0,7
0,13
7,8
4,0
10,4
0,7
0,7
0,4
0,9
IMT 25-29,9
1,7
1,5
1,2
1,3
1,2
1,2
1,2
1,2
1,3
1,6
IMT > 30
3,6
2,1
1,7
1,8
1,4
1,4
1,3
1,4
2,2
2,4
Kegemukan pada ibu hamil terjadi karena kelebihan asupan makanan, yang sebenarnya
hanya meningkat 10-15% saja. Hal ini tentunya menimbulkan ancaman serius bagi ibu
hamil baik sebelum, saat, dan setelah persalinan.
Obesitas pada ibu hamil meningkatkan risiko diabetes melitus gestasional, penyakit jantung
dan hipertensi, komplikasi tromboembolik, osteoartritis, serta beberapa kanker tertentu
seperti kanker payudara, endometrium, dan kolon. Dampak pada fetus yang dapat terlihat
antara lain makrosomia, berat badan lahir rendah, kelahiran belum cukup bulan, distosia
bahu, late fetal death, dan malformasi kongenital seperti defek tuba neuralis. Pemanjangan
waktu melahirkan, amniotomi lebih awal, disproporsi sefalopelvis, morbiditas peroperatif,
peningkatan kejadian seksio sesaria, preeklampsia, dan menurunnya sensitivitas insulin
terlihat setiap penambahan IMT 1-3 kg/m2 dari peningkatan berat badan yang disarankan
pada ibu hamil berdasarkan gambaran IMT saat sebelum hamil.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Berikut adalah sekilas mengenai peningkatan berat badan ibu hamil:
1. 35 % dipengaruhi berat fetus dan plasenta, 30% disumbangkan oleh lemak, sisanya
dipengaruhi total cairan tubuh dan protein ibu.
2. Peningkatan berat badan ibu hamil yang berlebih identik dengan penumpukan
jaringan adiposa, yang merupakan produsan senyawa pengganggu homeostasis
kardiovaskuler, seperti IL-6, produksi CRP yang meningkat. Akibatnya, risiko
penyakit kardiovaskuler menjadi bertambah. Hal ini meningkatkan risiko diabetes
gestasional, mengingat resistensi insulin pada ibu hamil mengalami penurunan.
Akibatnya, terdapat kemungkinan lebih tinggi atas ukuran bayi lebih besar dan lama
persalinan memanjang, yang dapat diakhiri dengan seksio sesaria.
3. Berikut adalah panduan WHO mengenai kenaikan berat badan saat hamil pertama:
a. Berat badan meningkat 12-18 kg pada IMT < 18,5 kg/m2
b. Berat badan meningkat 11-16 kg pada IMT 18,5 – 23,5 kg/m2
c. Berat badan meningkat 7-11 kg pada IMT 23,5 – 28 kg/m2
d. Berat badan meningkat kurang dari 7 kg pada IMT >28 kg/m2
Persalinan merupakan proses yang melibatkan kontraksi uterus, dilatasi serviks, formasi
jalan lahir, dan turunnya bayi melalui pelvis. Serat otot miometrium mengalami kontraksi
dan relaksasi seperti otot lainnya. Pada proses persalinan, otot yang berkontraksi tidak
kembali ke bentuk asalnya saat relaksasi, namun memendek secara perlahan-lahan. Hal
ini disebut retraksi. Secara bertahap kapasitas rahim berkurang dan ketebalan dinding rahim
meningkat. Saat terjadi proses persalinan, kontraksi mengalami peningkatan, baik dalam
frekuensi, kekuatan, dan durasi. Otot uterus pada segmen bawah bersifat tipis dan relatif
pasif. Serviks terutama tersusun oleh jaringan ikat fibrosa.
Akibat retraksi progresif segmen atas otot rahim, serviks mengalami dilatasi serta segmen
bawah rahim menipis dan meregang. Pertemuan segmen atas dan bawah rahim disebut
cincin retraksi fisiologis. Biasanya penipisan dan dilatasi serviks terjadi bersamaan, kecuali
pada pasien primigrvida saat serviks menipis terlebih dahulu.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Penipisan dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari regio internal os dengan sedikit
perdarahan dan membebaskan operkulum. Akibatnya, kepala fetus muncul dan terbentuk
air ketuban dalam amnion yang menekan serviks.
Proses persalinan dibagi menjadi tiga kala, yaitu:
1. Kala satu, dimulai dari dilatasi serviks.
2. Kala dua, dimulai saat pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi.
3. Kala tiga, dimulai saat bayi lahir hingga terlahirnya plasenta.
Fetus mulai turun saat persalinan kala satu dan kala dua. Jalan lahir dibentuk oleh dilatasi
serviks dan vagina, serta oleh peregangan dan perpindahan otot dasar serviks dan perineum.
Karena melekat pada uterus, bulil-buli tertarik ke atas pubis sehingga uretra teregang.
Persalinan kala satu berlangsung 4-8 jam, terkadang lebih dari 12 jam pada primigravida.
Efek peningkatan kekuatan kontraksi pada ibu akan mudah terlihat, seperti menerapkan pola
nafas tertentu atau stres karena kontraksi. Membran biasanya akan ruptur spontan.
Persalinan kala dua biasanya berlangsung kurang dari 1 jam, atau mungkin lebih lama
padaprimigravida. Kala dua dikenali dengan perubahan karakter kontraksi, yaitu menjadi
lebih kuat dan ekspulsif yang disertai keinginan meneran. Diafragma terfiksir, pasien mulai
menahan nafas, dan otot abdomen berkontraksi. Terkadang ada sensasi mual, ingin muntah,
atau isi perut bergerak karena terkanan rektum sehingga ibu mungkin berhenti meneran.
Kepala bayi mulai turun dalam pelvis dan mungkin terlihat atau teraba melalui perineum.
Proses persalinan per vaginam disebut lama apabila kala 1 laten lebih dari 8 jam atau jumlah
kala 1 dan 2 melebihi 12 jam. Penyebab pemanjangan lama persalinan antara lain persalinan
primigravida, ukuran bayi besar, atau disproporsi sefalopelvis (CPD). Persalinan lama yang
mengancam nyawa biasanya dilanjutkan dengan seksio sesaria. Metode Penelitian
Studi ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) yang mengambil sumber
data dari data sekunder rekam medis pasien selama perawatan kehamilan di unit rawat jalan
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
suatu rumah sakit swasta di Bekasi (selanjutnya disebut RS X Bekasi) dalam rentang waktu
Januari hingga Desember 2009 yang kemudian melaksanakan prosedur persalinan di RS X
Bekasi, yang dilaksanakan dalam bimbingan Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI
pada bulan Januari 2010 – Juni 2011.
Subjek populasi adalah seluruh ibu hamil yang datang memeriksakan diri dan menjalani
persalinan di RS X Bekasi pada tahun 2009 yang datanya tercatat dalam rekam medis
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi:
a. Subjek terdaftar sebagai pasien RSIA Permata Cibubur dalam masa
kehamilan hingga proses persalinan
b. Pemeriksaan kehamilan rutin tercatat minimal 2 kali, masing-masing pada
awal trimester pertama dan akhir trimester ketiga sebelum melahirkan
c. Tidak ada riwayat penyakit penyerta sebelum hamil
2. Kriteria eksklusi
a. Data responden tidak tercatat dengan lengkap
b. Pemeriksaan pertama tidak dilakukan pada trimester pertama
c. Proses persalinan tidak dilakukan di RSIA Permata Cibubur
d. Prosedur persalinan bukan per vaginam
e. Terdapat penyakit penyerta atau keguguran
Besar sampel data nominal sampel tunggal untuk estimasi proporsi populasi dihitung
dengan:
N= ( Z ) 2 pq D2 Keterangan rumus: • N = jumlah/besar sampel • = tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan = 0,05 sehingga Z yaitu kesalahan tipe I penelitian ini sebesar 1,96. • p = proporsi keadaan yang akan dicari. p= 0,3. Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
• q = 1-p = 1-0,3= 0,7. • D = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan D= 0,15. Angka-angka di atas di masukkan kembali ke rumus besar sampel: N= (1,96)2x 0,3x 0,7 (0,15)2 N= 35,85 N + 10% N = 39,43 = 39 (besar sampel minimal = 39 responden)
Penelitian dilakukan tanpa informed consent terhadap pasien dengan menjaga kerahasiaan
terhadap rekam medis dan terlebih dahulu meminta izin kepada pihak RS X Bekasi.
Variabel yang diteliti pada studi ini adalah kenaikan berat bada ibu hamil sebagai variabel
bebas dan lama persalinan sebagai variabel terikat. Data dikumpulkan dengan
menggunakan rekam medis pasien RS X Bekasi yang kontrol rutin ke poliklinik untuk
memeriksakan diri secara berkala dan menjalankan proses persalinan. Peneliti memberikan
permohonan izin terhadap bagian rekam medis untuk menyiapkan data semua pasien
obstetri ginekologi RS X Bekasi yang melakukan kunjungan pertama dalam rentang waktu
Januari - Desember 2009. Setelah itu, data sekunder dari rekam medis disadur pada suatu
lembar khusus penelitian.
Data yang telah disadur akan diverifikasi kembali oleh peneliti, seperti kelengkapan data,
serta kesesuaian dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu, dilakukan entri data
sambil dilakukan seleksi skala pengukuran spesifik, yaitu numerik, nominal, dan ordinal.
Usia ibu hamil, berat badan hamil trimester pertama dan ketiga, kenaikan berat badan
hamil, dan lama persalinan adalah data numerik. Lama persalinan diubah menjadi data
nominal menurut studi kepustakaan, yaitu ≤ 720 menit dan > 720 menit. Kenaikan berat
badan hamil digolongkan menjadi data ordinal dengan memakai cut-off point dari ROCCurve (Receiver Operating Characteristic Curve). Semua data akan melalui uji statistik.
Data dengan distribusi normal menggunakan mean untuk ukuran pemusatan dan standar
deviasi untuk ukuran penyebaran. Data dengan sebaran tidak normal menggunakan median
sebagai ukuran pemusatan dan minimum maksimum sebagai ukuran penyebaran.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Semua data tersebut ditabulasi dalam bentuk data deskriptif untuk dilakukan uji statistik
analisis komparatif untuk mengetahui adanya hubungan antara kenaikan berat badan hamil
(nominal) dengan lama persalinan (nominal) dengan uji Chi Square. Apabila pada tabel
2x2 yang diuji terdapat setidaknya 20% sel dengan nilai expected yang kurang dari lima, uji
Chi-Square digantikan dengan uji Fisher. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel
dengan penjelasan deskriptif. Usia dan selisih berat badan hamil menampilkan nilai median
dan maksimum-minimum, sedangkan lama persalinan menampilkan tabel distribusi
frekuensi.
Akhirnya, data disusun dalam bentuk laporan penelitian yang diserahkan peda ketua modul
riset FKUI, serta dipresentasikan di hadapan staf pengajar modul riset FKUI.
Berikut adalah definisi operasional dalam penelitian ini:
1. Responden adalah ibu hamil yang memeriksakan diri dan menjalani proses
persalinan di RS X Bekasi pada tahun 2009.
2. Usia, dicatat saat pemeriksaan pertama pasien dengan pembulatan ke bawah jika
usia responden terdapat kelebihan yang kurang dari 6 bulan.
3. Usia kehamilan adalah lama kehamilan responden yang dinyatakan dalam minggu.
4. Berat badan trimester pertama adalah berat badan responden yang didapatkan
melalui pemeriksaan pertama kehamilan saat usia hamil kurang dari 12 minggu,
dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
5. Berat badan trimester ketiga adalah berat badan responden yang didapatkan melalui
pemeriksaan terakhir sebelum persalinan, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
6. Kenaikan berat badan hamil, dihitung dari selisih antara berat badan trimester ketiga
dengan berat badan trimester pertama.
7. Lama persalinan adalah waktu yang dibutuhkan dalam proses persalinan per
vaginam yang dinyatakan dalam menit, dimulai dari munculnya keinginan meneran
pada ibu hingga saat bayi berhasil dilahirkan.
8. Lembar penelitian adalah lembar yang dibuat dan diisi oleh peneliti, berisi butirbutir yang penting untuk dicari dalam rekam medis pasien.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Tahap-tahap penelitian ini adalah:
1. Penyusunan proposal pada bulan Januari 2010
2. Pengumpulan dan pencatatan rekam medis pada bulan Juli 2010 di RS X Bekasi
3. Penyaduran dan pengolahan data ke SPSS 17 pada bulan Mei 2011.
4. Analisis data pada bulan Mei 2011.
5. Pembuatan dan penulisan laporan penelitian pada bulan Mei 2011.
Hasil Penelitian
Dari 480 rekam medis yang didapatkan, 361 data dieksklusi karena 129 data tidak lengkap
pada riwayat kehamilan dan 232 lainnya adalah kasus persalinan seksio sesaria. Sisa 119
data terdiri dari 30 data tanpa lama persalinan, 21 data dengan lama persalinan tidak
lengkap, dan 68 data yang dipakai karena terdapat lama persalinan yang lengkap. Terdapat
1 data yang tidak mencantumkan usia ibu saat hamil. Berikut adalah sebaran data umum.
Tabel 2. Gambaran Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum
Usia ibu saat hamil (tahun)
Berat badan (kg)
Trimester pertama
Trimester ketiga
Kenaikan berat badan hamil
Lama persalinan (menit)
Mean
30,00
Standar Deviasi
23-49
Jumlah
67
55,95
67,81
11,86
426,00
9,14
8,95
3,97
34-1884
68
68
68
68
Data lama persalinan diubah dari skala numerik menjadi nominal berdasarkan kepustakaan,
yaitu ≤ 720 menit (12 jam) dan >720 menit. Cut-off point kenaikan berat badan hamil
dengan ROC-Curve adalah 9,75 kg dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas 40%.
Kemudian, uji Chi-Square dilakukan oleh program SPSS 17,0 dengan variabel kenaikan
berat badan hamil (nominal) dihubungkan dengan lama persalinan (nominal) dan tidak
berpasangan. Expected count kurang dari lima sebesar 0% pada uji Chi-Square
menunjukkan data tersebut valid. Nilai p yang didapat dari pearson Chi-square adalah
0,216 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan bermakna antara kenaikan berat badan
hamil dengan lama persalinan.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Tabel 3. Klasifikasi Kenaikan Berat Badan Hamil Terhadap Lama Persalinan di RS X Bekasi
Kenaikan
BB Hamil
< 5kg
5 – 10 kg
10 – 15 kg
15 – 20 kg
> 20 kg
Frekuensi
(%)
3 (4,41%)
21 (30,88%)
31 (45,59%)
11 (16,18%)
2 (2,94%)
Lama Persalinan (menit)
Mean (SD)
Median Minimum
357,67 (257,19) 369
95
658,90 (502,19) 655
34
515,74 (394,59) 444
48
491,82 (297,83) 400
122
371,00 (72,12)
371
320
Maksimum
609
1884
1415
1124
422
Tabel 4. Sebaran Lama Persalinan Menurut Kenaikan Berat Badan Hamil di RS X Bekasi, 2009
Kenaikan BB
Hamil (kg)
< 9,75
> 9,75
Total
Lama Persalinan (menit)
< 720
> 720
Total
12 (17,65%)
8 (11,76%)
20 (29,41%)
36 (52,94%)
12 (17,65%) 48 (70,59%)
48 (70,59%)
20 (29,41%) 68 (100%)
Tabel 5. Perbandingan Lama Persalinan Menurut Kenaikan Berat Badan Hamil di RS X Bekasi, 2009
Kenaikan BB
Hamil (kg)
< 9,75
> 9,75
Lama Persalinan (menit)
< 720
> 720
Total
12 (60%)
8 (40%)
20 (100%)
36 (75%)
12 (25%)
48 (100%)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perbandingan lama persalinan tidak berbeda
antara kelompok data dengan kenaikan berat badan hamil yang tinggi maupun yang rendah.
Maka dari itu, perbedaan lama persalinan pada ibu hamil dengan peningkatan berat badan
lebih dari 9,75 kg dibandingkan kurang dari 9,75 kg adalah tidak bermakna.
Pembahasan
Kehamilan dapat diidentikkan dengan peningkatan berat badan secara berkala dan wajar.
Suatu proses kehamilan tidak dapat dikatakan fisiologis tanpa peningkatan berat badan. Hal
tersebut terjadi karena pada ibu hamil terjadi penambahan total air dalam tubuh, lemak,
fetus, darah, dan sebagainya. Secara fisiologis, fetus dan plasenta akan memberikan andil
sebanyak 35% pada peningkatan berat badan ibu hamil, serta 30% lagi oleh penambahan
lemak, dan sisanya dipengaruhi peningkatan total protein dan cairan tubuh ibu hamil.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Peningkatan berat badan normal saat hamil yang direkomendasikan antara 10-12 kg.
Menurut ACOG (American Colloge of Obstetricians and Gynecologists) 2005, kenaikan
berat badan lebih baik sekitar 2-4 pounds (setara 0,9 -­‐ 1,8 kg) pada akhir trimester satu
dan sekitar 1 pound (setara dengan 0,45 kg) pada setiap minggu setelahnya. Pedoman
peningkatan
berat badan lainnya dapat didasarkan pada indeks massa tubuh (IMT)
sesuai dengan pedoman WHO pada tahun 2009, yaitu IMT <18.5 kg/m2 disarankan
kenaikan berat badan sebesar 28-40 pounds (setara dengan 12,8 -­‐ 18 kg), IMT 11,25 15,75 kg), IMT 25-29,9 kg/m2 dengan penambahan berat badan sekitar 15-25 pounds
(6,75 – 11,25 kg), dan IMT 30 kg/m2 dengan penambahan berat badan 11-20 pounds
(setara 4,95 – 9 kg).
Peningkatan berat badan selama kehamilan yang bersifat terus menerus sehingga IMT akan
1-3 kg/m2 berhubungan dengan peningkatan risiko yang signifikan terhadap hipertensi
gestasional, preeklampsia, diabetes gestasional, seksio sesaria, dan makrosomia.
Peningkatan berat badan hamil yang melebihi rekomendasi dapat mempengaruhi kondisi ibu
dan janin. Bagi janin, peningkatan berat badan hamil yang berlebih dapat menyebabkan
ukuran bayi lebih besar dibanding usia kehamilannya. Hal ini dapat menjadi faktor penyulit
dalam persalinan. Akibatnya, lama persalinan dapat memanjang hingga lebih dari 12 jam.
Peneliti mengambil data dari rekam medis pasien ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
antenatal dan melahirkan di sebuah rumah sakit swasta di Bekasi pada bulan Januari
sampai Desember 2009 dengan total 480 data rekam medis. Setelah dilakukan proses
seleksi, 361 data rekam medis masuk ke dalam kriteria drop-out, yaitu 129 rekam medis
terdapat data yang tidak lengkap pada riwayat pemeriksaan kehamilan, dan 232 rekam
medis lainnya merupakan kasus persalinan dengan prosedur seksio sesaria. Dari 119 data
rekam medis yang digunakan, terdapat 30 data rekam medis yang tidak mencantumkan
lama persalinan sama sekali, 22 data rekam medis yang mencantumkan lama persalinan
secara tidak lengkap, sehingga data khusus diambil dari 68 data rekam medis. Dengan
mengelompokkan lama persalinan menjadi kurang dari atau sama dengan 720 menit dan
lebih dari 720 menit, peneliti menggunakan ROC Curve (Receiver Operating Characteristic
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Curve) untuk mendapatkan cut-off point peningkatan berat badan ibu, yaitu pada angka
9,75 kg dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas 40%. Data peningkatan berat badan hamil
pada penelitian ini menggunakan pembulatan 0,5 kg terdekat. Maka dari itu, peningkatan
berat badan hamil digolongkan menjadi tidak lebih dari 9,5 kg dan tidak kurang dari 10 kg.
Setelah masing-masing variabel diklasifikasikan, maka dilakukan uji hipotesis untuk
mengetahui hubungan kemaknaan antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama
persalinan. Digunakan uji hipotesis Chi- Square dengan variabel yang dihubungkan adalah
peningkatan berat badan ibu selama kehamilan (nominal) dengan berat badan lahir bayi
(nominal) dan tidak berpasangan. Pada hasil uji Chi-Square didapatkan nilai expected count
yang kurang dari 5 adalah sebesar 0%, yang berarti data tersebut valid. Nilai p yang didapat
berasal dari pearson chi-square yaitu sebesar 0,216 (p > 0,05). Dengan demikian, mengacu
pada uji Chi-Square, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan berat
badan ibu selama kehamilan dengan lama persalinan.
Dari 68 responden, 20 data (29,41%) termasuk dalam kategori peningkatan berat badan
hamil ≤ 9,5 kg dan 48 data (70.59%) lainnya termasuk dalam kategori peningkatan berat
badan hamil ≥ 10 kg. Dari 68 responden, 48 data (70.59%) menghasilkan lama persalinan
>720 menit (12 jam), serta 20 data (29,41%) menghasilkan lama persalinan ≤ 720 menit.
Pada peningkatan berat badan hamil ≤ 9,5 kg didapatkan lama persalinan > 720 menit lebih
sedikit dibandingkan lama persalinan ≤ 720 menit (40% berbanding 60%). Hal yang sama
juga terjadi pada peningkatan berat badan hamil ≥ 10 kg, yaitu lama persalinan > 720 menit
lebih sedikit dibandingkan lama persalinan ≤ 720 menit (25% berbanding 75%). Pada ibu
hamil yang naik berat badan ≥ 10 kg, lama persalinan > 720 menit didapat pada 25% kasus.
Pada ibu hamil yang naik berat badan ≤ 9,5 kg, lama persalinan > 720 menit didapat pada
40% kasus. Perbedaan lama persalinan pada ibu hamil yang mengalami peningkatan berat
badan ≥ 10 kg dibandingkan ≤ 9,5 kg selama kehamilan adalah tidak bermakna.
Berdasarkan gambaran data di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan berat badan pada masa
kehamilan tidak berpengaruh dengan lama persalinan. Hal ini mungkin terjadi akibat faktor
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
lain terhadap persalinan per vaginam, seperti ukuran bayi yang lebih besar, disproporsi
sefalopelvis, hingga dilakukannya prosedur persalinan seksio sesaria. Pada penelitian ini,
banyak sekali data yang termasuk kriteria eksklusi karena persalinan seksio sesaria yang
dilakukan atas indikasi disproporsi sefalopelvis atau gagal induksi. Hasil penelitian ini akan
menjadi lebih baik jika peningkatan berat badan hamil dihubungkan dengan berat badan
lahir bayi, lama persalinan beserta penyulitnya, prosedur persalinan, indikasi seksio sesaria,
serta lama persalinan kala 1 laten, kala 1 aktif, dan kala 2.
Sebaran lama persalinan juga tidak merata. Persalinan yang paling lama didapati pada
kelompok ibu hamil yang naik berat badan 5-10kg. Lama persalinan maksimal di kelompok
ibu hamil yang naik berat badan 10-15 kg lebih rendah dibandingkan kelompok yang naik
berat badan 5-10 kg, namun lebih tinggi dari kelompok yang naik berat badan 15-20 kg.
Justru pada ibu hamil dengan peningkatan berat badan lebih dari 20 kg tidak terlihat lama
persalinan yang memanjang. Usia ibu pada saat melahirkan, jumlah kelahiran per vaginam
sebelumnya, dan IMT ibu hamil merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi lama
persalinan. Penelitian ini masih belum bisa menemukan adanya hubungan antara faktorfaktor tersabut atas lama persalinan.
Dengan demikian, untuk memberikan hasil yang lebih bermakna, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut yang menghubungkan variabel sebagai berikut:
1. Indeks massa tubuh (IMT) ibu hamil, sehingga peningkatan berat badan ibu hamil
dapat diukur berdasarkan IMT, yaitu tidak hanya dengan berat badan melainkan
juga dengan tinggi badan.
2. Berat badan lahir bayi, karena ukuran bayi yang besar adalah penyebab utama lama
persalinan yang memanjang.
3. Indikasi seksio sesaria, seperti disproporsi sefalopelvis, gagal induksi, gawat janin,
plasenta previa, dan sebagainya.
4. Jumlah persalinan, terutama karena lama persalinan primigravida yang umumnya
lebih panjang dibandingkan persalinan berikutnya.
5. Lama persalinan beserta komponennya, yaitu kala 1 laten, kala 1 aktif, dan kala 2.
Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Kesimpulan
1. Batas peningkatan berat badan hamil di Indonesia yang tidak menimbulkan masalah
lama persalinan adalah 10 kg.
2. Peningkatan berat badan hamil tidak berhubungan dengan lama persalinan.
Saran
1. Lakukan pemeriksaan antenatal secara rutin
2. Berikan edukasi pada ibu hamil agar menjaga kenaikan berat badan di bawah 10 kg.
Daftar Referensi
1. Lowry F.(2009). Institute of Medicine Sets New Guideline for Weight Gain During
Pregnancy. Medscape.
2. Andreasen KR, Andersen ML, Schantz AL. (2004). Obesity and Pregnancy. In: Acta
Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 83, 1022-9.
3. Cunningham FG, et al. (2007). Prenatal Care. In: Williams Obstetrics (22nd ed.). US:
Mc.Graw-Hill.
4. Watkins ML, et al. (2003). Maternal Obesity and Risk for Birth Defects. In:
Pediatrics, 111, 1152-8.
5. Kramer MS, et al. (1998). Prepregnancy weight and the risk of adverse pregnancy
outcomes. England Journal Medicine, 338: 147-52
6. Baeten JM, et al. (2001). Pregnancy complications and outcomes among overweight
and obese nulliparous women. Am J Public Health, 91, 436-40.
7. Achadiat, Chrisdiono M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
8. Rayburn, William F, Carey J. (2001). Obstetri dan Ginekologi. (9th ed.). Jakarta:
EGC.
9. Benson, Ralph C, Martin L. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. (9th ed.).
Jakarta: EGC.
10. Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. (4th ed.). Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Smith SA, Hulsey T, Goodnight W. (2008). Effects of Obesity on Pregnancy.
Journal Obstetric, Gynaecologic, and Neonatal Nursing, 37, 176-84.
12. Braunwald, et al.(2008). Harrison’s Principles of Internal Medicine. (17th ed.). US:
Mc.Graw-Hill.
13. Hanretty KP. (2004). Obstetrics Illustrated. (6th ed.). USA: Churchill Livingstone.
14. Suitor CW. (1997). Maternal Weight Gain: A Repot of an Expert Work Group.
Virginia: National Center for Education in Maternal and Child Health. Hubungan peningkatan…, Awang Irawan Rusli, FK UI, 2011
Download