TINJAUAN HUKUM ISLAMTENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM

advertisement
TINJAUAN HUKUM ISLAMTENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM
PASAL 1688 KUH PERDATA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
MASITAH
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
Program Strata Satu (S-1)
Jurusan / Prodi : Syari’ah / Muamalat
NIM : 2012011094
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
ZAWIYAH COT KALA LANGSA
1436 H / 2015 M
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Masitah
Tempat / Tgl. Lahir
: Rimba Sawang, 20 Mei 1993
No. Pokok
: 2012011094
Fakultas
: Syariat
Jurusan
: Muamalat
Semester
: IX (Sembilan)
Alamat
: Desa Rimba Sawang, Kec Tenggulun, Kab Aceh Tamiang
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya saya yang berjudul “Tinjauan
Hukum IslamTentang Penarikan Hibah Dalam Pasal 1688 KUH Perdata”
adalah benar hasil karya sendiri dan orisinil sifatnya. Apabila dikemudian hari
ternyata / terbukti hasil plagiasi karya orang lain atau dibuatkan orang lain, maka
akan dibatalkan dan saya siap menerima sanksi akademik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Langsa, 16 November 2015
Yang membuat pernyataan,
(MASITAH)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Zawiyah Cot Kala Langsa Sebagai Salah Satu Beban Studi
Program Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Syariah
Diajukan Oleh:
MASITAH
NIM. 2012011094
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
Jurusan : Syari’ah
Program Studi : Muamalat
NIM : 2012011094
Disetujui Oleh
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Dr. H. Zulkarnaini Abdullah. MA
NIP.19670511 1990 02 1 001
Azwir.MA
Mengetahui:
Dekan Fakultas Syari‟ah
Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
Dr. Zulfikar, MA
NIP. 19720909 199905 1 001
Telah Dinilai Oleh Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi Fakultas Syari’ah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
Dinyatakan Lulus Dan Disahkan Sebagai Tugas Akhir
Penyelesaian Program Sarjana, Strata Satu ( S1 )
Dalam Ilmu Muamalah
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 November 2015
Di
Langsa
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekretaris
Dr. H. Zulkarnaini Abdullah. MA
Azwir. MA
Anggota I
Anggota II
Dr. Zulfikar, MA
Nairazi AZ, MA
Mengetahui:
Dekan Fakultas Syariah
IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Dr. Zulfikar, MA
NIP. 19720909 199905 1 001
ABSTRAK
Nama: Masitah, Tempat Tanggal Lahir: Rimba Sawang, 20 Mei 1993,
Fakultas/Prodi: Syari‟ah/Muamalat, Nim: 2012011094, Judul Skripsi: Tinjauan
Hukum IslamTentang Penarikan Hibah Dalam Pasal 1688 KUH Perdata
Hibah merupakan sebuah pilihan ibadah yang pada ujungnya bertujuan untuk
menciptakan rasa kasih antara penghibah dan penerima hiba. Banyak
bermunculan kasus dengan adanya hibah justru menimbulkan konflik dalam
masyarakat. Faktor pemicunya adalah adanya penarikan hibah dan kecemburuan
di antara ahli waris lainnya, serta adanya persamaan dan perbedaan antara hukum
Islam dan Perdata yang mengatur masalah hibah ini. Persamaan dan perbedaan
itulah yang menjadi unik untuk dikaji dan selanjutnya dicari jalan tengan untuk
membedakan wilayah hukumnya masing-masing. Sebagai perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu bagaimana ketentuan penarikan hibah dalam Pasal 1688
KUH Perdata? Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai penarikan hibah
dalam Pasal 1688 KUH Perdata? Jenis penelitian ini adalh jenis penelitian
kepustakaan yaitu penelitian terhadap naskah dokumen yang ada dalam
perundang-undangan atau dokumen lainnya dalam hal ini literartur yang relevan.
Penelitian ini bersifat kualitatif. Sebagai data primer penelitian ini adalah
Kompilasi Hukum Islam dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Sedangkan
data sekundernya adalah literarur lain yang mendukung data primer. Metode
pengumpulan datanya dengan teknik studi dokumentasi atau studi dokumenter.
Untuk menganalisis data menggunakan metode deskriptif analitis yakni
menggambarkan dan menganalisis penarikan penarikan hibah dalam Pasal 1688
KUH Perdata ditinjau dari perspektif hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia.
Alasan digunakannya metode analisis ini karena penelitian ditujukan pada
sejumlah kepustakaan yang relevan dengan tema skripsi ini. Hasil pembahasan
menunjukan bahwa tentang penarikan hibah dalam ketentuan pasal 1688, yang
mana menurut pasal ini kemungkinan untuk mencabut atau menarik kembali atas
sesuatu hibah yang diberikan kepada orang lain ada, sedangkan dalam pasal 212
Kompilasi Hukum Islam dengan sangat tegas menyatakan bahwa hibah tidak
ditarik kembali kecuali hibah orang tua kepda anaknya. Pasal 212 KHI sejalan
dengan pandangan hukum Islam yang mana berpendapat bahwa hibah tidak dapat
ditarik kembali, dan hal ini bertentangan dengan pandangan KUH Perdata yang
dalam pasal 1688 KUH Perdata bahwa hibah dapat dicabut kembali kecuali jika
terjadi tiga hal. Tentang hukumnya, bahwa kebolehan penarikan kembali hibah
dalam Pasal 1688 KUH Perdata, yaitu a) Karena syarat-syarat resmi untuk
penghibahan tidak dipenuhi; b) Jika orang yang diberi hibah telah bersalah
melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang bertujuan membunuh atau
kejahatan lain terhadap penghibah; c) Apabila penerima hibah menolak memberi
nafkah atau tunjangan kepada penghibah, setelah penghibah jatuh miskin. Dengan
terjadinya penarikan atau penghapusan hibah ini, maka segala macam barang yang
telah dihibahkan harus segera dikembalikan kepada penghibah.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sebagai awal kata, kiranya tiada sepatah kata pun yang pantas penulis
ucapkan kecuali hanyalah panjatkan tasbih dan tahmid keharibaan Ilahi Rabbi
Dzat yang menguasi semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya yang
senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada diri penulis,
sehingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi dengan penelitian yang
berjudul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Penarikan Hibah Dalam Pasal 1688
Kuh Perdata”ini dengan baik dan lancar.
Shalawat dan salam penuh kerinduan kepada Rasulullah SAW atas segala
teladannya di medan kehidupan dan di medan dakwah sehingga memacu dalam
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Penyelesaian penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan,
semangat dan segenap sumbangsih dari berbagai pihak. Karena dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. H. Zulkarnaini Abdullah, MA selaku Rektor IAIN Zawiyah
Cot Kala Langsa.
2. Bapak Dr. Zulfikar, MA selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Zawiyah
Cot Kala Langsa.
3. Ibu Anizar, MA selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN
Zawiyah Cot Kala Langsa.
4. Bapak Dr. H. Zulkarnaini Abdullah, MA selaku pembimbing I, serta
Azwir, MA selaku pembimbing II yang menyempatkan waktunya untuk
menelaah dari bab perbab pembuatan skripsi ini.
5. Segenap dosen yang telah mendidik dengan tulus, terima kasih atas ilmu
yang ditularkan, dan para pegawai di Fakultas Syari‟ah yang telah
memberi pelayanan administratif kepada mahasiswa.
6. Untuk bapak dan ibu ( Abdul Muis dan Asmahwati) tercinta dan adikadik tercinta ( Abdul Kadir Ismadi dan Abdul Hasyim ) yang tiada hentihentinya memberikan dorongan, motivasi, doa, serta pengorbanan kalian
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan lancar dan baik,
terima kasih semuanya, penulis bangga punya kalian semua.
7. Buat Teman-teman seperjuangan Fakultas Syari‟ah angkatan 2011 ( Oza,
Umha, dan Uci ), jangan pernah lupakan persahatan kita serta masih
banyak yang lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu
yang dengan ikhla menyayangi dan membantu penulis.
8. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis mengucaokan terima kasih dan semoga kebaikan semua pihak
yang telah memberikan bantuan mendapat balasan pahala dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa setiap karya manusia sesungguhnya hanya menuju
kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak
sehingga dapat menjadikan karya ini menjadi lebih baik. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya untuk perbaikan kehidupan manusia.
Amin.
Langsa, 5 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB IPENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5
F. PenjelasanIstilah ................................................................................... 8
G. Metode Penelitian................................................................................. 10
H. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 12
BAB IIHIBAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
PengertiandanDasarHibahdalamKUHPerdata ..................................... 14
MacamHibahdanSyaratSahnyaHibah .................................................. 19
Syarat-syaratHibahdalamKUHPerdata ................................................ 23
HakdankewajibanhibahdalamKUHPerdata.......................................... 26
MekanismePenghibahan ...................................................................... 28
HibahWasiat ......................................................................................... 29
PenarikanHibahdalamKUHPerdata...................................................... 34
IntisariPasal-PasalHibahdalamKUHPerdata ........................................ 36
BAB III HIBAH DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM ....................... 37
A.
B.
C.
D.
E.
Pengertian dan Dasar Hukumnya ......................................................... 37
Rukun, Syarat dan Hukum Hibah ........................................................ 41
Fungsi dan Hikmah Hibah ................................................................... 49
Penarikan Hibah ................................................................................... 51
Intisari Pasal-pasal Hibah dalam KHI .................................................. 52
BAB IVANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 1688
KUHPERDATA ............................................................................................. 55
A. AnalisisPenarikanKembaliHibahdalamPasal 1688 KUH Perdata ....... 55
B. AnalisisPandangan Hukum IslamTerhadapPenarikanKembaliHibah
DalamPasal1688 KUH Perdata ............................................................ 58
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 65
A. Kesimpulan .......................................................................................... 65
B. Saran-saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yang telah Allah tegaskan dalam
Al-Qur‟an surah Adh-Dzariyatayat 56 yakni sebagai berikut:
      
Artinya:“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.1
Berdasarkan Firman Allah SWT di atas, maka segala tindakan yang kita
lakukan di dunia ini, baik hubungan dengan Allah maupun hubungan dengan
sesama manusia haruslah berpedoman pada hukum-hukum Allah atau hukum
Islam yang telah Allah tentukan dalam Al-Qur‟an dan As- Sunnah, tujuannya agar
setiap tindakan kita memiliki nilai ibadah dihadapan-Nya. Dalam Islam banyak
cara untuk melakukan kebaikan atau menyalurkan hartanya kepada orang lain, ada
beberapa macam nama pemberian dalam Islam, diantaranya: wasiat, hadiah,
sedekah, hibah dan wakaf. Pemberian itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan mewujudkan kasih sayang diantara sesama manusia dan maksud
tersebut tidak akan terwujud kecuali dengan memberikan balasan serupa. Suatu
hadiah dapat menjadikan kecintaan pada diri penerima hadiah kepadanya. Selain
itu dijelaskan tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah.
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Pustaka Jaya Ilmu,
2013), h. 523.
Salah satu sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
adalah dengan harta, namun harta bukanlah tujuan utama yang dicari dalam
kehidupan, dengan keberadaan harta manusia diharapkan memiliki sikap syukur
dan dermawan yang memperkokoh sifat kemanusiaannya, dan salah satu cara
memperoleh harta atau memindahkan hak milk disini adalah dengan jalan hibah,
yang mempunyai arti suatu pemberian, mengandung makna suatu pemberian
barang secara kemanusiaan dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan tanpa
mengharapkan imbalan.
Hibah yang merupakan salah satu bentuk hubungan sosial kemasyarakatan
telah diatur secara jelas dan rinci dalam kitab fiqh muamalah yang berpedoman
pada al-Qur‟an dan al-Hadist dan kini telah dipositifisasi dalam bentuk Kompilasi
Hukum Islam (KHI), demikian pula hukum positif lainnya khususnya KUH
Perdata. Islam mengijinkan seseorang memberikan sebagai hadiah semua harta
miliknya ketika masih hidup, tetapi perlu diingat juga dalam pemberian harus ada
sifat keadilan. Dalam pemberian hibah juga demikian. Dimana hibah adalah
pemilikan sesuatu benda melalui transaksi (aqad) tanpa mengharap imbalan yang
telah diketahui dengan jelas ketika pemberi masih hidup.2 Dalam rumusan
Kompilasi Hukum Islam, hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki.
Dalam prakteknya, banyak hibah yang dicabut atau ditarik oleh pemberi
hibah dengan berbagai alasan, misalnya si penerima hibah berkelakuan buruk atau
memiliki jiwa pemboros. Hal ini diketahui setelah hibah itu diberikan. Padahal
2
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grasindo Persada,
1995), h. 466.
orang itu sebelumnya menampakkan kelakuanbaik namun kemudian berubah
seiring perubahan waktu. Sebagai buktinya yaitu adanya kasus gugat menggugat
di pengadilan antara penghibah dengan yang diberi hibah. Alasan penarikan
kembali hibah itu karena si penerima hibah telah menyalahgunakan barang hibah
itu.
Terhadap kenyataan tersebut, mazhab Hanafi berpendapat bahwa akad hibah
itu tidak mengikat. Oleh sebab itu, pemberi hibah boleh saja mencabut kembali
hibahnya. Mazhab Hambali berpendapat bahwa orang yang memberikan barang
diperbolehkan mencabut kembali pemberiannya sebelum pemberian itu diterima.
Sedangkan mazhab Syafi'i menegaskan bahwa apabila hibah itu telah dinilai
sempurna dengan adanya penerimaan dengan seizin pemberi, atau pihak pemberi
telah menyerahkan barang yang diberikan, maka hibah yang demikian ini telah
berlangsung. Hibah yang telah berlangsung seperti itu tidak sah ditarik kembali,
kecuali bagi seorang bapak, seorang kakek, ibu dan nenek perempuan.
Ringkasnya bahwa ayah punya hak mencabut kembali pemberiannya kepada
anak.3
Jumhur
ulama
mengatakan
bahwa
pemberi
hibah
tidak
boleh
menarik/mencabut hibahnya dalam keadaan apapun, kecuali pemberi hibah itu
adalah ayah dan penerima hibah adalah anaknya sendiri.4 Alasan Jumhur ulama
adalah sabda Rasulullah SAW:
3
Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqh „ala al-Mazahab al-Arba‟ah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1972),
h. 225.
4
Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid Wa Nihayah al Muqtasid, Juz II, (Beirut: Dar alJill, 1989), h. 249.
َّ‫ ثُم‬,ُ‫ قَبلَ اَننَّجُِِّ صهَ اهلل عهْو ًصهم ( اَنْعَبئِذُ فِِ ىِجَتِوِ كَبنْكَ ْهتِ َّقِِء‬: َ‫ قَبل‬-‫سَضَِِ اَنهَّوُ عَنْيُمَب‬- ٍ‫ًَعَنْ اِثْنِ عَجَّبس‬
ِ ‫َّعٌُدُ فِِ قَ ْئِوِ ) مُتَّ َفقٌ عَهَْْو‬
Artinya: Bersumber dari Ibnu Abbas: "Sesungguhnya Nabi saw.
bersabda:"Orang yang meminta kembali pemberiannya itu sama seperti
orang yang menelan kembali air ludahnya. (HR. Al Bukhari dan Muslim).5
Dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang penarikan
hibah ini diatur dalam ketentuan pasal 1688, yang mana menurut pasal ini
kemungkinan untuk mencabut atau menarik atas sesuatu hibah yang diberikan
kepada orang lain ada, sedangkan dalam Pasal 212 Komoilasi Hukum Islam
dengan sangat tegas menyatakan bahwa hibah tidak dapat ditarik kembali.
Dengan demikian dalam perspektif fiqih dan KHI bahwa hibah tidak dapat
ditarik, sedangkan dalam KUH Perdata memungkinkan untuk hibah dapat ditarik.
Yang menjadi masalah adakah persamaannya antara KHI dan KUH Perdata, serta
apa yang melatar belakangi perbedaan dari kedua sistem hukum itu dalam hal
penarikan hibah.
Menariknya tema ini untuk diteliti adalah karena dalam prakteknya, banyak
pemberi hibah yang menarik hibahnya. Berdasarkan keterangan di atas
mendorong penulis memilih judul ini dengan tema: "Tinjauan Hukum
IslamTentang Penarikan Hibah dalam Pasal 1688 KUH Perdata”
5
467
M. Nashirudin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta : Gema Insani, 2005) h.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. 6 Bertitik tolak
pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan:
1. Bagaimana ketentuan penarikan hibah dalam Pasal 1688 KUH Perdata?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai penarikan hibah dalam Pasal
1688 KUH Perdata?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui ketentuan penarikan hibah dalam Pasal 1688 KUH Perdata.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam mengenai penarikan hibah dalam
Pasal 1688 KUH Perdata.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis: Memberikan kontribusi sebuah keilmuan bagi siapa saja
khususnya bagi penulis dan pihak yang bersangkutan dalam Hukum Islam
yang terkait dengan hibah.
2. Secara praktis: Dapat dijadikan sebuah landasan hukum bagi siapa saja apabila
terjadi sebuah permasalahan yang terkait dengan hukum hibah.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang penulis buat ini bukanlah hal baru yang muncul dalam dunia
penelitian, karena setelah penulis mencari ada beberapa yang membahas hal
serupa, seperti yang pernah dibuat oleh Muhammad Munir Mahasiswa Institut
6Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 18, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 312.
Agama Islam Negeri (IAIN) WalisongoSemarang dalam skripsi yang berjudul
“Analisisterhadap Pendapat Imam Syafi‟î tentang Hukum Pencabutan Kembali
Hibah”. Pada intinya penulis skripsi ini menyatakan bahwa menurut Imam
Syafi‟i, hibah tidak boleh dicabut kembali manakala si penghibah memberi hibah
dengan maksud untuk memperkuat silaturahmi atau sebagai sedekah sukarela
tanpa mengharap imbalan. Sedangkan bila si penghibah memberi hibah dengan
maksud mendapat imbalan maka hibah boleh dicabut kembali. Karena hibah
merupakan pemberian yang mempunyai akibat hukum perpindahan hak milik,
maka pihak pemberi hibah tidak boleh meminta kembali harta yang sudah
dihibahkannya, sebab hal itu bertentangan dengan prinsip-prinsip hibah.
Alasan hukum Imam Syafi‟i tentang pencabutan kembali hibah, dapat
ditegaskan bahwa ia menggunakan metode istinbat hukum berupa hadis yang
diriwayatkan Imam Malik dalam Kitab al-Muwatta'. Hadis tersebut memberi
qarinah (petunjuk) bahwa sesungguhnya orang yang memberi hibah apakah
dalam bentuk sedekah atau hadiah, dan si penghibah memberikannya tanpa
mengharap imbalan maka pemberian itu tidak bisa dicabut kembali. Namun
demikian bila si penghibah mengharapkan imbalan maka hibah yang demikian
dapat dicabut kembali, karena hibah yang demikian boleh jadi ada semacam akad
atau komitmen antara penghibah dengan yang menerima hibah. Komitmen itu
bisa misalnya penghibah bersedia memberi, dengan catatan si penerima hibah
memberi imbalan apakah berupa nafkah hidup dan sebagainya.7
7
Muhammad Munir, Skripsi : Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang hukum
Pencabutan Kembali Hibah, (Semarang : IAIN Walisongo, 2006), h. 6.
Dalam penelitian “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 1688 KUH
Perdata Tentang Kebolehan Penarikan Kembali Hibah” yang dibuat oleh
Kunhari Fakultas Syariah IAIN Walisongo yang membahas hampir sama persis
dengan
penelian
yang
dilakukan
penulis.
Dalam
penelian
ini
lebih
meniitikberatkan tentang bagaimana pandangan hukum islam sedangkan dalam
penelitian yang penulis lakukan lebih kepada Kompilasi Hukum Islam.8
Dan dalam “Analisis Penadapat Imam Malik Tentang Serah Terima Tidak
Termasuk Syarat Sah Dalam Hibah”
yang dibuat oleh Farid Eko Wibowo
Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo yang membahas tentang Imam
Malik yang berpendapat bahwa serahterima tidak termasuk syarat sah dalam
hibah, akan tetapi menjadi syarat tam(penyempurnaan).9
Selanjutnya sudah banyak pembahasan dalam buku-buku modern karangan
para tokoh ternama, diantaranya dalam buku Hukum-Hukum Fiqih Islamkarangan
TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqih Muamalahkarangan Rachmat Syafe‟i, Fiqih
Islam, Muamalah, Munakahat, Faraid dan Jinayah, (Hukum Perdata & Pidana
Islam) Beserta Kaidah-kaidah Hukumnya karangan Moch. Anwar dan masih
banyak lagi kitab dan buku-buku yang membahas masalah tersebut, hal itu juga
terbukti dengan banyaknya buku diperpustakaan maupun browser internet yang
telah penulis baca.
Namun disini penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi dan lebih khusus dari
segi ketentuan penarikan hibah dalam Pasal 1688 KUH Perdata dan bagaimana
8
Kunhari, Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 1688 KUH Perdata
Tentang Kebolehan Penarikan Kembali Hibah, (Semarang : IAIN Walisongo, 2008), h. 4.
9
Farid Eko Wibowo, Skripsi : Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Serah Terima
Tidak Termasuk Syarat Sah Dalam Hibah, ( Semarang : IAIN Walisongo, 2008), h. 4.
pandangan hukum Islam dalam Kompilasi Hukum Islam terhadap penarikan hibah
tersebut. Kiranya apa yang penulis buat nantinya dapat menjadi hal yang
bermanfaat bagi penulis pribadi, maupun bagi pembaca baik dari kalangan para
intelektual maupun masyarakat nantinya. Oleh karena itu maka penulis merasa
perlu untuk mengangkat judul ini dalam penulisan skripsi.
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kerancuan pemahaman karena penafsiran yang berbeda
dari judul penelitian diatas, maka penulis akan menjelaskan pengertian
berhubungan dengan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tinjauan Hukum Islam
Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
kehidupan berdasarkan al-Qur‟an, al-Hadist, dan pendapat para ulama yang
berkaitan dengan hibah.10
2. Hibah
Secara bahasa hibah adalah pemberian (athiyah), sedangkan menurut istilah
hibah yaitu:11
َ‫ض ًََنٌْ مِنَ انْبَعْم‬
ٍ ٌَ‫ع‬
ِ ‫تَمْهِْكٌ مُنْجِزٌ ُمطَْهقٌ فَِ عَ ْنٍ حَبهَ انْحََْبحِثِهَب‬
Artinya:“Pemilikan yang munjiz (selesai) dan muthlak pada sesuatu benda
ketika hidup tanpa penggantian meskipun dari yang lebih tinggi.”
10Sudarsono,
11
Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 169.
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Edisi I, Cet. V, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h. 210.
Didalam syara‟ sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang
pokok persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu
dia hidup, tanpa adanya imbalan. Apabila seseorang memberikan hartanya kepada
orang lain untuk dimanfaatkan tetapi tidak diberikan kepadanya hak kepemilikan
maka harta tersebut disebut i‟arah atau al‟Ariyah (pinjaman).12
3. KUH Perdata
Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku
setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang
timbul dalam pergaulan masyarakat maupun keluarga. Kitab Undang-Undang
Hukum perdata (KUH Perdata) yang dikenal dengan istilah Bugerlijk Wetboek
(BW) adalah kodifikasi hukum perdataBelanda yang isi dan bentuknya sebagaian
besar serupa dengan Code Civil Prancis (kodifikasi hukum perdata Prancis).13
Jadi yang penulis maksudkan disini adalah Pasal 1688 KUH Perdata yang
terdapat dalam Buku 2 tentang Benda menyangkut penarikan kembali hibah yang
berbunyi:14
“Suatu hibah tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan karenanya,
melainkan dalam hal-hal yang berikut:
1. Karena tidak dipenuhi syarat-syarat dengan mana penghibahan telah
dilakukan;
2. Jika si penerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu
melakukan kejahatan yang bertujuan mengambil jiwa si penghibah
atau suatu kejahatan lain terhadap si penghibah;
12
Al’Ariyah ialah kebolehan memanfaatkan barang yang masih utuh yang masih di
gunakan, untuk kemudian dikembalikan pada pemiliknya. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14,
terj: Mudzakir, Cet. XX, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987) h. 174.
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1990) h. 5.
14
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Weatboek, pasal 1688
butir 1, 2, dan 3.
3. Jika ia menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah,
setelah orang ini jatuh dalam kemiskinan.”
G. Metode Penelitian
Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan cara pemecahannya. Dalam versi lain dirumuskan, metode penelitian
adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan instrumen adalah
alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data itu,
15
maka metode
penelitian skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penulisan ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan yaitu
penelitian terhadap naskah dokumen yang ada dalam perundang-undangan
atau dokumen lainnya dalam hal ini literatur yang relevan.
2. Sumber Data
Sumber
data
penelitian
adalah
subyek
dari
mana
dapat
diperoleh.Sumber data menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
meliputi :
a. Data Primer, yaitu buku-buku dan kitab yang berkaitan dengan
bahasan penulis, antara lain : Kompilasi Hukum Islam dan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata .
15Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), h. 194.
b. Data Sekunder, yaitu literatur lainnya yang mendukung data primer, di
antaranya: Kompilasi Hukum Islam, Imam Taqi al-Din, Kifayah Al
Akhyar, Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid Wa Nihayah al Muqtasid,
Abd Arrahman al-Jaziri, Fikih Sunnah, Kitab al-Fiqh „ala al-Mazahib
al-Arba‟ah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa teknik studi dokumentasi atau studi
dokumenter yaitu dengan meneliti sejumlah kepustakaan (Library research),
kemudian memilah-milahnya dengan memprioritaskan sumber bacaan yang
memiliki nilai aktual dan kualitas, baik dari aspek isinya maupun otoritas
pengarangnya. Untuk itu digunakan data kepustakaan yang berkaitan dengan
masalah penarikan hibah.16
4. Metode Analisis Data
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan metode deskriptif
analitis yakni menggambarkan dan menganalisis penarikan hibah dalam Pasal
1688 KUH Perdata ditinjau dari perspektif hukum Islam. Alasan
digunakannya metode analisis ini karena penelitian ditujukan pada sejumlah
kepustakaan yang relevan dengan tema skripsi ini.
5. Pedoman Penulisan
Untuk keseragaman dalam teknik penulisan penulis berpedoman
kepada buku pedoman penulisan skripsi dan karya ilimiah yang disusun oleh
16
Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002) h. 206.
Team Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah
Cot Kala Langsa Tahun 2011.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing
menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang saling
mendukung dan melengkapi.
Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,tinjauan
pustaka,penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika Penulisan. Bagian
ini merupakan arahan dan acuan kerangka penelitian serta sebagai bentuk
pertanggung jawaban penelitian.
Bab II menguraikan tentang hibah dalam perspektif hukum Islam. Uraian
mengenai hibah ini meliputi pengertian dan dasar hukumnya, syarat hibah dan
rukunnya serta hukumnya, hibah dalam fungsi dan hikmah, penarikan hibah
menurut hukum Islam. Selain itu, pembahasan mengenai intisari pasal-pasal
tentang hibah dalam KHI.
Bab III menguraikan hibah dalam KUH Perdata yang meliputipengertian
dan dasar hibah dalam KUH Perdata, macam hibah dan syarat sahnya hibah,
syarat-syarat hibah dalam KUH Perdata, hak dan kewajiban hibah dalam KUH
Perdata, mekanisme penghibahan, hibah wasiat, penarikan hibah dan intisari
pasal-pasal hibah dalam KUH Perdata.
Bab keempat berisi analisis hukum Islam terhadap Pasal 1688 KUH Perdata
yang meliputi analisis penarikan kembali hibah dalam Pasal 1688 KUH Perdata,
dan analisis pandangan hukum Islam tentang penarikan hibah dalam Pasal 1688
KUH Perdata.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran dan penutup.
Download