SURVEI PELAKSANAAN LINTAS MINAT PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BESERTA ANALISIS KENDALA PELAKSANAAN DI SMA NEGERI SE KOTA MALANG Winda Meliawati1, Triastono2, Masjhudi3 Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145 1 Email: [email protected] 2 Email: [email protected] 3 Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan, analisis kendala beserta solusi program lintas minat biologi di SMA Negeri se Kota Malang. Prosedur penelitian melalui pengisian kuesioner dengan subjek kepala sekolah, guru, dan peserta lintas minat biologi. Hasil yang diperoleh menunjukkan, pelaksanaan lintas minat biologi di SMA Negeri se Kota Malang sesuai dengan acuan pemerintah, namun kendala berkaitan dengan proses pembelajaran ditemukan di SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, dan 9 Malang, kendala terkait sarana dan prasarana terjadi di SMAN 4 dan 8 Malang. Kata Kunci: pelaksanaan, lintas minat, kendala. ABSTRACT: This study aims to describe the implementation, analysis of obstacles and solutions of biology cross-interest program at senior high school in the city of Malang. Research procedures through questionnaires with the subject of principals, teachers, and participants biology cross-interest. Based on these results, implementation of cross-interest in biology at senior high school in the city of Malang accordance with the reference for the government, but the obstacles related to the learning process is found in SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, and 9 Malang, problems related facilities and infrastructure occurred in SMAN 4 and 8 Malang. Keywords: implementation, cross-interest, constraints. Pelaksanaan Kurikulum 2013 di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan agar peserta didik memperoleh penguatan materi. Adanya penambahan kelompok lintas minat pada struktur kurikulum SMA merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyediakan perluasan materi peserta didik. Lintas minat merupakan program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan pilihan minat, bakat, atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan minat (Permendikbud Nomor 64 tahun 2014). Di Kota Malang ada sepuluh Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang telah ditetapkan pemerintah pusat untuk menerapkan Kurikulum 2013. Konsekuensinya adalah seluruh SMA Negeri di Kota Malang semestinya telah melaksanakan program lintas minat. Saat ini program lintas minat sudah berjalan selama tiga tahun dan pelaksanaan lintas minat belum banyak dikaji khususnya di Kota Malang, padahal program lintas minat merupakan salah satu upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan memahami arah perkembangan karir, dan menyiapkan diri memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik (Kemendikbud, 2013). 1 2 Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Hastuti, 2014:105) dalam pelaksanaan lintas minat di SMA Negeri 1 Lawang terdapat kendala pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Kendala pada perencanaan berupa pengaturan jadwal untuk mata pelajaran lintas minat, sedangkan kendala pelaksanaan pembelajaran yaitu peserta didik memiliki semangat rendah, dan banyak yang terlambat masuk kelas. Kendala pada evaluasi berupa kesulitan dalam pembagian soal ujian dalam satu kelas yang memilih mata pelajaran lintas minat yang berbeda. Penelitian ini akan mendeskripsikan pelaksanaan lintas minat pada mata pelajaran biologi, karena berdasarkan studi pendahuluan di SMA se Kota Malang pada Februari 2016, mata pelajaran biologi adalah salah satu mata pelajaran yang setiap tahunnya selalu dibuka untuk program lintas minat karena banyaknya peminat dari peserta didik di luar peminatan matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA) yang ingin mempelajari biologi. Selain itu, kendala dalam mengimplementasikan lintas minat pada setiap sekolah akan dijabarkan beserta solusinya. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan merupakan jenis penelitian survei deskriptif. Penelitian survei merupakan suatu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Effendi dan Tukiran, 2012:3). Pelaksanaan lintas minat dalam penelitian ini meliputi 6 indikator yaitu input peserta didik lintas minat biologi, input guru lintas minat biologi, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan hasil belajar peserta didik lintas minat. Data untuk penelitian ini diperoleh menggunakan multistrategi yaitu kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai perancang instrumen penelitian, pengumpul data, serta peran peneliti adalah sebagai pengamat penuh. Penelitian ini dilakukan di seluruh SMA Negeri yang menerapkan Kurikulum 2013 Di Kota Malang. Di Kota Malang terdapat SMA Negeri sebanyak 10 sekolah, yang tersebar di 3 Kecamatan wilayah Kota Malang yaitu Kecamatan Klojen, Kedung Kandang, dan Lowok Waru. SMA Negeri di Kecamatan Klojen terdapat 5 sekolah yaitu SMAN 1, 2, 3, 4, dan 5, untuk Kecamatan Kedung Kandang SMAN 6 dan 10, di Kecamatan Lowok Waru yaitu SMAN 7, 8, dan 9. Pelaksanaan penelitian terdiri dari studi pendahuluan pada mata pelajaran biologi di seluruh SMA Negeri se Kota Malang yang dilaksanakan mulai bulan Februari 2016. Pengisian kuesioner dan observasi dilaksanakan pada pertengahan April hingga awal Mei 2016. Analisis data angket serta menyusun laporan akhir dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pelaksana lintas minat mata pelajaran biologi yang meliputi kepala sekolah, Guru Biologi kelas X dan XI, serta peserta didik kelas X dan XI. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik total sampling dengan rincian pada Tabel 1. Instrumen data yang digunakan untuk meniliti pelaksanaan lintas minat divalidasi terlebih dahulu. Validator ahli dipilih berdasarkan kemampuan validator dalam menguasai pengembangan instrumen penelitian pelaksanaan pembelajaran, khususnya lintas minat. 3 Tabel 1 Populasi dan Sampel Penilitian No Satuan Pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. SMAN 1 Malang SMAN 2 Malang SMAN 4 Malang SMAN 5 Malang SMAN 6 Malang SMAN 7 Malang SMAN 8 Malang SMAN 9 Malang Total Kepala Sekolah 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Pelaksana Lintas Minat Guru Peserta Didik Kelas X 1 1 38 2 22 2 56 1 43 1 1 2 30 11 189 Peserta Didik Kelas XI 15 7 18 43 10 35 23 152 Analisis data yang dilakukan meliputi analisis lembar observasi analisis kuesioner, dan analisis dokumen penilaian hasil belajar. Untuk pertanyaan kuesioner yang telah disediakan jawabannya, maka analisis datanya dengan mentransfer ke dalam bentuk presentase, agar dapat dilihat kecenderungan jawaban responden pada tiap-tiap jawaban. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 Nilai % = 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 Analisis data untuk kuesioner yang belum tersedia jawabannya melalui kegiatan pengumpulan data, selanjutnya dianalisis dengan membaca keseluruhan data yang diperoleh, data yang diperoleh diklasifikasikan atau dikoding. Analisis data dari lembar observasi diawali dengan menghitung jumlah skor yang diperoleh pada tiap elemen yang diamati. Jumlah skor diubah ke dalam bentuk persentase, yang dihitung menggunakan Teknik Analisis Persentase (TAP). Selanjutnya, menginterpretasikan nilai persentase rata-rata pada masing-masing elemen, sesuai dengan kriterian penilaian persentase hasil analisis Tabel 2. Analisis dokumen dalam penelitian ini yaitu dokumen penilaian guru. Hasil dokumen penilaian dirubah kedalam bentuk grafik untuk mengetahui pola perolehan hasil belajar peserta didik. Adapun rumus TAP menurut Arikunto (2006) adalah sebagai berikut. Nilai % = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100% Tabel 2 Kriteria Penilaian Persentase Hasil Analisis No Persentase Rata-Rata Kriteria 90,1% - 100% Sangat Baik 1. 80,1% - 90,0% Baik 2. 70,1% -80,0% Cukup Baik 3. 60,1% 70,0% Kurang Baik 4. 0,0% - 60,0% Sangat Kurang Baik 5. Teknik pemeriksaan kredibilitas dan keabsahan data melalui keterlaksanaan pengamatan dengan mengadakan pengamatan secara hati-hati, teliti, dan rinci. Pemeriksaan teman sejawat dengan mendiskusikan proses dan hasil penelitian secara seksama dengan harapan penelitian yang dilakukan tidak membias, dan triangulasi. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Lintas Minat di SMAN se Kota Malang Pelaksanaan lintas minat biologi dalam penelitian ini terdiri dari 6 indikator yaitu input peserta didik lintas minat biologi, input guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pembiayaan dan hasil belajar. Proses pengambilan data dengan melakukan pengisisan kuesioner, jumlah kuesioner yang disebarkan dan kembali dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah Kuesioner Penelitian Kuesioner Kepala Sekolah Sekolah Tersedia Terisi SMAN 1 MALANG 1 1 SMAN 2 MALANG 1 0 SMAN 4 Malang 1 0 SMAN 5 Malang 1 0 SMAN 6 Malang 1 0 SMAN 7 Malang 1 0 SMAN 8 Malang 1 0 SMAN 9 Malang 1 0 Kuesioner Guru Tersedia 1 1 2 2 1 1 1 2 Terisi 1 1 2 2 1 1 1 2 Kuesioner peserta didik Tersedia Terisi 15 14 38 33 29 25 74 68 86 40 10 7 35 31 53 39 1. Input Peserta Didik Lintas Minat Biologi Indikator input peserta didik dijabarkan kedalam tiga sub indikator yaitu alasan peserta didik memilih biologi sebagai mata pelajaran lintas minat, proses pendaftaran lintas minat, dan konsistensi peserta didik mengikuti lintas minat biologi. Alasan peserta didik memilih biologi sebagai mata pelajaran lintas minat sangat bervariasi pada tiap sekolah. Alasan yang banyak dipilih peserta didik di SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, dan 9 Malang adalah alasan suka dan ingin mempelajari biologi, sedangkan di SMAN 7 Malang alasan yang paling banyak dipilih karena biologi mudah untuk dipelajari. Secara eksplisit, data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik yang ada di SMA Negeri se Kota Malang ingin mempelajari biologi sesuai dengan minat yang mereka miliki. Salah satu ciri peserta didik yang berminat dalam belajar yaitu memiliki rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya (Slameto, 2003: 57). Persyaratan mengikuti lintas minat pada tiap sekolah berbeda, seluruh SMA Negeri se Kota Malang telah menjalankan prosedur penetapan lintas minat sesuai dengan peraturan pemerintah. Penetapan lintas minat peserta didik pada jenjang SMA dapat ditentukan berdasarkan nilai rapor Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat, nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan dan konseling/ konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, dan hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau tes bakat dan minat oleh psikolog (Permen-dikbud Nomor 59 Tahun 2014). Proses pendaftaran oleh peserta didik, di SMAN 1, 4, 6, 7, 8, 9 Malang menyatakan 100% pendaftaran lintas minat sangat mudah, namun sebanyak 3,2% peserta didik di SMAN 2 Malang dan 16% di SMAN 5 Malang merasa tidak diberi kemudahan dalam melakukan pendaftaran dengan alasan pemilihan mata pelajaran lintas minat tidak sesuai dengan keinginan peserta didik karena pihak sekolah memberikan batas kuota untuk pilihan mata pelajaran lintas minat. Ala- 5 san peserta didik merasa pendaftarannya tidak mudah tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, karena untuk merubah mata pelajaran lintas minat, ataupun peminatan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kebijakan sekolah. Sekolah juga perlu mempertimbangkan daya tampung dan ketersediaan jumlah guru untuk membuka satu rombongan belajar. Meskipun demikian, peserta didik konsisten mengikuti lintas minat biologi dari kelas X hingga XI. 2. Input Guru Lintas Minat Biologi Indikator input peserta didik dijabarkan dalam empat sub indikator yaitu sosialisasi lintas minat, jumlah guru biologi, intensitas guru mengajar biologi untuk kelompok lintas minat, dan beban mengajar. Sosialisasi secara khusus untuk pelaksanaan lintas minat biologi hampir seluruh guru di SMA Negeri se Kota Malang tidak pernah mendapatkan sosialisasi, hanya guru di SMAN 5 Malang yang mendapatkan sosialisasi dari pihak sekolah. Untuk sosialisasi dalam skala besar misalkan seperti sosialisasi oleh Dinas Pendidikan setempat hanya membahas pelaksanaan Kurikulum 2013, tidak spesifik pada pelaksanaan lintas minat. Selanjutnya mengenai jumlah guru biologi pada setiap sekolah secara keseluruhan sudah memadai secara lebih rinci tertulis pada Tabel 4. Tabel 4 Data Input Guru Lintas Minat Biologi SEKOLAH SUB INDIKATOR SLM JGB IGM SMAN 1 Malang Tidak pernah Memadai Baru pertama kali mengajar lintas minat. SMAN 2 Malang Tidak pernah Memadai Selalu mengajar lintas minat setiap tahun sejak berlakunya Kurikulum 2013 SMAN 4 Malang Tidak pernah Memadai Baru pertama kali mengajar lintas minat. SMAN 5 Malang Sosialiasi Memadai Selalu mengajar lintas pelakasanaan minat setiap tahun sejak lintas minat berlakunya Kurikulum dari sekolah 2013 SMAN 6 Malang Tidak pernah Memadai Selalu mengajar lintas minat setiap tahun sejak berlakunya Kurikulum 2013 SMAN 7 Malang Tidak pernah Memadai hanya mengajarkan lintas minat jika mapel biologi ada peminatnya. SMAN 8 Malang Tidak pernah Memadai Selalu mengajar lintas minat setiap tahun sejak berlakunya Kurikulum 2013 BM ≤ 24jp/minggu 24-40 jp/minggu 24-40 jp/minggu 24jam/minggu 24-40 jp/minggu 24jam/minggu ≤ 24jp/minggu ekuivalensi jam kerja sebagai wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana SMAN 9 Malang Tidak pernah Memadai Selalu mengajar lintas ≤ 24jp/minggu minat setiap tahun sejak ekuivalensi jam berlakunya Kurikulum kerja sebagai 2013 wali kelas. Catatan: SLM = Sosialisasi Lintas Minat ; IGM = Intensitas Guru Mengajar; JGB = Jumlah Guru Biologi ; BM = Beban Mengajar 6 3. Proses Pembelajaran Seluruh guru di SMAN se Kota Malang telah membuat perangkat pembelajaran lengkap dengan perangkat penilainnya. Pembelajaran yang disampaikan guru merupakan implementasi dari RPP yang telah dibuat guru sebelumnya. Guru di SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 7 menerapkan model pembelajaran yang berbeda untuk biologi kelas lintas minat dengan kelas peminatan MIPA, karena menyesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Bertolak belakang dengan sekolah lainnya, SMAN 8 dan 9 Malang menerapkan model pembelajaran yang sama untuk kelas lintas minat maupun untuk peminatan MIPA. Dalam hal ini Guru lebih mengetahui kondisi peserta didiknya, sehingga guru dapat menentukan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan. Berdasarkan observasi pembelajaran yang telah dilakukan, kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru di kelas rata-rata sudah cukup baik, tetapi hampir seluruh peserta didik di SMAN se Kota Malang menyatakan pembelajaran yang disampaikan kadang-kadang meningkatkan minat, dan kadang-kadang mudah dipahami. Bahkan, sebanyak 4% peserta didik di SMAN 4 Malang menyatakan pembelajaran yang disampaikan tidak pernah meningkatkan minat peserta didik. Menurut pernya-taan guru SMAN 4 Malang, kebanyakan peserta didik kurang termotivasi dan kurang antusias dalam pembelajaran. Partisipasi peserta didik di SMAN 1, 4, 5, 7, 8, dan 9 Malang tergolong sangat aktif. Banyak peserta didik merespon pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan. Sebaliknya, di SMAN 2 dan 6 peserta didik kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran. Di SMAN 2 Malang dalam mengatasi permasalahan peserta yang tidak aktif guru berusaha memberikan motivasi, serta memberikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan jurusan asal mereka. Sedangkan di SMAN 6 biasanya guru menegur dan menasehati peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran biologi erat kaitannya dengan kegiatan pratikum. Seluruh peserta didik di SMA Negeri se Kota Malang melakukan kegiatan praktikum untuk memperoleh pengalaman belajar. 4. Sarana dan Prasarana SMAN 1, 5, 6, 7, 8, dan 9 Malang untuk pelaksanaan pembelajarannya menggunakan ruang laboratorium. Bertambahnya rombongan belajar karena adanya lintas minat, mengharuskan sekolah untuk dapat mengkondisikan keterbatasan jumlah ruang sedemikian rupa agar proses pembelajaran dapat tetap terlaksana. Akibatnya, karena pembelajaran biologi memiliki laboratorium yang kondisinya memungkinkan, pembelajaran terpaksa menggunakan ruang laboratorium. Berbeda dengan kondisi di SMAN 4 Malang, kegiatan belajar berlangsung di ruang yang tidak tetap, terkadang di ruang agama 1 atau ruang mulok, bahkan untuk kelas X terkadang tidak mendapatkan ruangan. Di SMAN 2 pembelajaran dilaksanakan di kelas yang sudah ditetapkan untuk pembelajaran lintas minat biologi. Meskipun demikian, SMAN 1, 2, 5, 6, 7, 8dan 9 menyatakan ruang kelas yang digunakan sudah cukup menunjang kenyamanan belajar peserta didik. Namun, terkait dari segi laboartorium dan perpustakaan seluruh sekolah memiliki fasilitas yang layak dan memadai untuk menunjang aktivitas peserta didik. 7 5. Pembiayaan Pembiayaan sangat penting dalam mendukung pelaksanaan program pembelajaran, tanpa adanya anggaran pembiayaan suatu program tentu tidak dapat berjalan. Berdasarkan data yang telah dihimpun, pembiayaan khusus dari pemerintah untuk pelaksanaan lintas minat tidak ada. Anggaran pendidikan yang diberikan pemerintah bersifat untuk keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan, tidak hanya khusus untuk lintas minat. Meskipun demikian, setiap sekolah sudah menganggarkan dana untuk melaksanaakan lintas minat agar pelaksanaannya sama dengan pembelajaran lainnya, dan tidak ada kendala yang dialami berkaitan dengan pembiayaan. 6. Hasil Belajar Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan belajar melalui kegiatan belajar mengajar.Beberapa sekolah menetapkan Nilai KKM biologi yang berbeda untuk kelompok lintas minat dengan kelompok peminatan MIPA. SMAN 1 Malang menetapkan KKM lintas minat 78, sedangkan KKM untuk MIPA 80. SMAN 2 Malang, KKM lintas minat 75, KKM untuk MIPA 80. SMAN 6 Malang KKM lintas minat 70 untuk MIPA 75. Beberapa sekolah juga ada yang tidak membedakan nilai KKM untuk lintas minat maupun un-tuk kelompok MIPA seperti di SMA 4, 5, 7, 8 dan 9 Malang. KKM lintas minat bio-logi di SMAN 4 sebesar 78, SMAN 5 sebesar 75, SMAN 7 sebesar 75 SMAN 8 sebesar 78, dan SMAN 9 sebesar 76. Hasil belajar peserta didik yang ditinjau berdasarkan nilai rapot semester 1, masing-masing sekolah 100% seluruh peserta dapat memenuhi nilai KKM yang telah ditetapkan oleh guru mata pelajaran. Dalam prosesnya, peserta didik yang belum mencapai KKM guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan remedial, sebagian guru melakukan pengayaan dan remedial. Sekolah yang menerapkan sistem kredit semester (SKS) memberikan kesempatan peserta didik untuk mengikuti kegiatan semester pendek untuk menuntaskan nilai yang belum mencapai KKM. B. Kendala Pelaksanaan Lintas Minat dan Solusinya Pada SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, dan 9 menyatakan menemukan kendala dalam menangani peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kendala pembelajaran dari segi peserta didik sangat beraneka ragam pada tiap sekolah. SMAN 2, 5, 6, 8, dan 9 memiliki kendala yang serupa dalam menghadapi permasalahan kemalasan dan kurang termotivasinya peserta didik dalam belajar. Salah satu alasan yang dinyatakan guru SMAN 8 Malang pada angket, alasan peserta didik kurang termotivasi karena adanya pembagian mata pelajaran yang digunakan sebagai syarat kelulusan ataupun yang diuji secara nasional. Di SMAN 4 Malang guru mengalami kendala dalam mengatasi pengetahuan peserta didik yang kurang memadai karena tidak memperoleh materi penunjang dari mata pelajaran yang lain seperti kimia dan fisika. Padahal, dalam mempelajari biologi tidak dapat terlepas dengan cabang ilmu sains lainnya. Selain itu, pemahaman peserta didik kurang karena minat baca peserta didik rendah. Menghadapi masalah tersebut, 8 guru mengatasinya dengan menurunkan target pembelajaran. Data selengkapnya terkait kendala dan solusi dari guru dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kendala Pelaksanaan Lintas Minat Biologi dan Solusinya Sekolah SMAN 1 Malang SMAN 2 Malang SMAN 4 Malang SMAN 5 Malang SMAN 6 Malang SMAN 7 Malang SMAN 8 Malang SMAN 9 Malang Kendala pelaksanaan lintas minat biologi Media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi, karena hanya menggunakan slide PPt dan charta. Pada saat pembelajaran peserta didik kurang termotivasi. Keterbatasan peserta didik untuk memiliki bahan ajar. Pada sistem data pokok pendidikan (DAPODIK) guru hanya terdata mengajar biologi, tidak dispesifikan guru mengajar untuk lintas minat dan untuk peminatan. Pengetahuan peserta didik yang kurang memadai karena tidak memperoleh materi penunjang dari mata pelajaran yang lain seperti kimian dan fisika. Peserta didik dalam memahami materi kurang baik, karena literasi/minat membaca peserta kurang. Ruang kelas yang tidak pasti, membuat waktu pembelajaran jadi terlambat karena harus mencari ruang kelas untuk pembelajaran. Memotivasi, menjelaskan pentingnya biologi serta terapannya bagi kehidupan. Peserta didik terkadang sulit untuk memahami materi karena materi yang diajarkan sangat banyak. Menangani kemalasan peserta didik dalam belajar. Pada saat praktikum peserta didik kurang teliti dan terampil dalam menggunakan alat. Peserta didik kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena banyaknya beban mapel yang harus ditanggung oleh peserta didik. Sekolah mengalami kekurangan ruang kelas semenjak melaksanakan lintas minat, akibatnya peserta didik belajar menggunakan ruang laboratorium. Peserta didik terkadang kurang fokus dan ramai saat pembelajaran Dalam kegiatan praktikum peserta didik kurang terampil dalam menggunakan alat. Solusi Menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran. Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan juga selalu memberikan motivasi kepada peserta didik. Mendorong peserta didik untuk meminjam buku dari perpustakaan. Semoga sistemnya diperbaiki supaya diketahui bahwa guru tidak hanya mengajar untuk peminatan MIPA saja namun juga mengajar lintas minat. Menurunkan target pembelajaran dan tidak menyamakan pendalaman materi dengan kelompok MIPA. Menjelaskan ke peserta didik pelanpelan agar dapat dipahami. Seharusnya disediakan sebuah ruangan tetap untuk pelaksanaan pembelajaran agar jam pelajaran tidak terpotong untuk mencari ruang kelas. Usaha guru mengatasi kesulitan siswa dengan cara memberikan praktik lapangan. Diskusi bersama peserta didik dengan memberikan banyak kesempatan untuk tanya jawab. Guru berusaha untuk menasehati peserta didik agar tidak malas dalam pembelajaran. Membimbing dan mendampingi peserta didik pada saat kegiatan praktikum. Guru harus mengenali karakter peserta didik agar dapat lebih memahami proses belajar yang mereka inginkan serta lebih banyak menggunakan media pembelajaran seperti gambargambar untuk memudahkan mereka belajar. Saat ini sekolah sedang proses menambah ruangan kelas untuk menunjang pembelajaran. Memberikan pertanyaan secara spontan untuk mengembalikan fokus peserta didik, serta memberikan umpan balik yang cepat. Mengajarkan peserta didik menggunakan alat dan mendampingi selama kegiatan praktikum. 9 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan survei yang telah dilakukan disimpulkan bahwa pelaksanaan lintas minat di seluruh SMA Negeri se Kota Malang yang ditinjau dari 6 indikator yaitu input peserta lintas minat, input guru, sarana dan prasaran, pembiayaan, dan hasil belajar sesuai dengan acuan pemerintah. Hasil analisis kendala yang diperoleh diantaranya, SMAN 7 Malang tidak memiliki kendala dalam melaksanakan lintas minat. Sementara, SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8 dan 9 Malang mengalami kendala dalam pembelajaran di kelas seperti kendala dalam mengkondisikan peserta didik, kendala penggunaan media, dan pelaksanaan praktikum. Kendala berkaitan dengan sarana prasarana ruang kelas dinyatakan oleh SMAN 4 dan 8 Malang yang kekurangan kelas untuk pelaksanaan lintas minat. Solusi kendala di SMAN 1 Malang, dengan menggunakan media yang tersedia secara optimal. Selanjutnya, solusi rendahnya motivasi peserta didik di SMAN 2 Malang dengan menggunakan metode yang bervariasi, dan guru mengharapkan perbaikan sistem data pokok pendidikan (DAPODIK) terkait kejelasan pelaksanaan lintas minat. Solusi kendala pembelajaran untuk SMAN 4 Malang, dengan menurunkan target dan membimbing peserta didik, sedangkan kendala ruang kelas, diharapkan sekolah menyediakan ruang kelas yang memadai. Di SMAN 5 guru mengatasi kesulitan peserta didik dalam pembelajaran dengan memberikan praktik lapangan dan berdiskusi. SMAN 6 Malang untuk kendala dalam pelaksanaan praktikum, guru membimbing dan mendampingi selama kegiatan praktikum. Guru Di SMAN 8 Malang melakukan pendekatan secara personal untuk mengatasi peserta didik yang kurang termotivasi, dan menambah ruang kelas untuk mengatasi kendala sarana prasarana. Guru SMAN 9 Malang mengatasi peserta didik yang kurang fokus dalam pembelajaran dengan memberikan pertanyaan secara spontan, dan mengajarkan peserta didik menggunakan alat untuk menunjang kegiatan praktikum. Saran Berdasarkan kesimpulan adanya sejumlah kendala yang sebagian besar pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebaiknya pelaksanaan lintas minat ini perlu diadakan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui keefektivan dari lintas minat yang dilaksanakan, selain itu kendala yang berkaitan dengan pengadaan ruang kelas diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi sekolah dalam menyediakan fasilitas pembelajaran secara layak. DAFTAR RUJUKAN Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Effendi, Sofian dan Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3IS Hastuti, Yusi Iraning. 2014. Implementasi Pembelajaran Lintas Minat Di SMA Negeri 1 Lawang Berdasarkan Kurikulum 2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:PPs Um Kemendikbud. 2013. Pedoman Peminatan Peserta Didik. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menegah Atas/Madrasah Aliyah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Online), (http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen /Permendikbud (lampiran).pdf), diakses 18 Februari 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan Pada Pendidikan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Online), (http://sdm.data. kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendikbud (lampi ran).pdf), diakses 20 November 2015. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Jakarta: Rineka Cipta