SURVEI PELAKSANAAN LINTAS MINAT PADA MATA PELAJARAN

advertisement
SURVEI PELAKSANAAN LINTAS MINAT PADA MATA PELAJARAN
BIOLOGI BESERTA ANALISIS KENDALA PELAKSANAAN DI SMA
NEGERI SE KOTA MALANG
Winda Meliawati1, Triastono2, Masjhudi3
Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang 65145
1
Email: [email protected]
2
Email: [email protected]
3
Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan,
analisis kendala beserta solusi program lintas minat biologi di SMA Negeri se
Kota Malang. Prosedur penelitian melalui pengisian kuesioner dengan subjek
kepala sekolah, guru, dan peserta lintas minat biologi. Hasil yang diperoleh menunjukkan, pelaksanaan lintas minat biologi di SMA Negeri se Kota Malang sesuai dengan acuan pemerintah, namun kendala berkaitan dengan proses pembelajaran ditemukan di SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, dan 9 Malang, kendala terkait sarana dan prasarana terjadi di SMAN 4 dan 8 Malang.
Kata Kunci: pelaksanaan, lintas minat, kendala.
ABSTRACT: This study aims to describe the implementation, analysis of
obstacles and solutions of biology cross-interest program at senior high school
in the city of Malang. Research procedures through questionnaires with the
subject of principals, teachers, and participants biology cross-interest. Based on
these results, implementation of cross-interest in biology at senior high school in
the city of Malang accordance with the reference for the government, but the
obstacles related to the learning process is found in SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, and 9
Malang, problems related facilities and infrastructure occurred in SMAN 4 and 8
Malang.
Keywords: implementation, cross-interest, constraints.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
bertujuan agar peserta didik memperoleh penguatan materi. Adanya penambahan
kelompok lintas minat pada struktur kurikulum SMA merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk menyediakan perluasan materi peserta didik. Lintas minat merupakan program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan pilihan minat, bakat, atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi
penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan minat
(Permendikbud Nomor 64 tahun 2014).
Di Kota Malang ada sepuluh Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang
telah ditetapkan pemerintah pusat untuk menerapkan Kurikulum 2013. Konsekuensinya adalah seluruh SMA Negeri di Kota Malang semestinya telah melaksanakan program lintas minat. Saat ini program lintas minat sudah berjalan selama
tiga tahun dan pelaksanaan lintas minat belum banyak dikaji khususnya di Kota
Malang, padahal program lintas minat merupakan salah satu upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan memahami arah perkembangan karir, dan
menyiapkan diri memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik (Kemendikbud, 2013).
1
2
Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Hastuti, 2014:105) dalam pelaksanaan lintas minat di SMA Negeri 1 Lawang terdapat kendala pada kegiatan
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Kendala pada perencanaan berupa
pengaturan jadwal untuk mata pelajaran lintas minat, sedangkan kendala
pelaksanaan pembelajaran yaitu peserta didik memiliki semangat rendah, dan
banyak yang terlambat masuk kelas. Kendala pada evaluasi berupa kesulitan
dalam pembagian soal ujian dalam satu kelas yang memilih mata pelajaran lintas
minat yang berbeda.
Penelitian ini akan mendeskripsikan pelaksanaan lintas minat pada mata
pelajaran biologi, karena berdasarkan studi pendahuluan di SMA se Kota Malang
pada Februari 2016, mata pelajaran biologi adalah salah satu mata pelajaran yang
setiap tahunnya selalu dibuka untuk program lintas minat karena banyaknya
peminat dari peserta didik di luar peminatan matematika dan ilmu pengetahuan
alam (MIPA) yang ingin mempelajari biologi. Selain itu, kendala dalam
mengimplementasikan lintas minat pada setiap sekolah akan dijabarkan beserta
solusinya.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan merupakan jenis
penelitian survei deskriptif. Penelitian survei merupakan suatu penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data (Effendi dan Tukiran, 2012:3). Pelaksanaan lintas minat dalam
penelitian ini meliputi 6 indikator yaitu input peserta didik lintas minat biologi,
input guru lintas minat biologi, proses pembelajaran, sarana dan prasarana,
pembiayaan, dan hasil belajar peserta didik lintas minat. Data untuk penelitian ini
diperoleh menggunakan multistrategi yaitu kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai perancang instrumen
penelitian, pengumpul data, serta peran peneliti adalah sebagai pengamat penuh.
Penelitian ini dilakukan di seluruh SMA Negeri yang menerapkan Kurikulum 2013 Di Kota Malang. Di Kota Malang terdapat SMA Negeri sebanyak 10
sekolah, yang tersebar di 3 Kecamatan wilayah Kota Malang yaitu Kecamatan
Klojen, Kedung Kandang, dan Lowok Waru. SMA Negeri di Kecamatan Klojen
terdapat 5 sekolah yaitu SMAN 1, 2, 3, 4, dan 5, untuk Kecamatan Kedung Kandang SMAN 6 dan 10, di Kecamatan Lowok Waru yaitu SMAN 7, 8, dan 9.
Pelaksanaan penelitian terdiri dari studi pendahuluan pada mata pelajaran
biologi di seluruh SMA Negeri se Kota Malang yang dilaksanakan mulai bulan
Februari 2016. Pengisian kuesioner dan observasi dilaksanakan pada pertengahan
April hingga awal Mei 2016. Analisis data angket serta menyusun laporan akhir
dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi dan sampel dalam penelitian ini
adalah pelaksana lintas minat mata pelajaran biologi yang meliputi kepala
sekolah, Guru Biologi kelas X dan XI, serta peserta didik kelas X dan XI. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan teknik total sampling dengan rincian pada
Tabel 1. Instrumen data yang digunakan untuk meniliti pelaksanaan lintas minat
divalidasi terlebih dahulu. Validator ahli dipilih berdasarkan kemampuan
validator dalam menguasai pengembangan instrumen penelitian pelaksanaan pembelajaran, khususnya lintas minat.
3
Tabel 1 Populasi dan Sampel Penilitian
No
Satuan Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
SMAN 1 Malang
SMAN 2 Malang
SMAN 4 Malang
SMAN 5 Malang
SMAN 6 Malang
SMAN 7 Malang
SMAN 8 Malang
SMAN 9 Malang
Total
Kepala Sekolah
1
1
1
1
1
1
1
1
8
Pelaksana Lintas Minat
Guru
Peserta Didik
Kelas X
1
1
38
2
22
2
56
1
43
1
1
2
30
11
189
Peserta Didik
Kelas XI
15
7
18
43
10
35
23
152
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis lembar observasi analisis
kuesioner, dan analisis dokumen penilaian hasil belajar. Untuk pertanyaan
kuesioner yang telah disediakan jawabannya, maka analisis datanya dengan
mentransfer ke dalam bentuk presentase, agar dapat dilihat kecenderungan
jawaban responden pada tiap-tiap jawaban. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏
Nilai % =
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Analisis data untuk kuesioner yang belum tersedia jawabannya melalui
kegiatan pengumpulan data, selanjutnya dianalisis dengan membaca keseluruhan
data yang diperoleh, data yang diperoleh diklasifikasikan atau dikoding. Analisis
data dari lembar observasi diawali dengan menghitung jumlah skor yang
diperoleh pada tiap elemen yang diamati. Jumlah skor diubah ke dalam bentuk
persentase, yang dihitung menggunakan Teknik Analisis Persentase (TAP).
Selanjutnya, menginterpretasikan nilai persentase rata-rata pada masing-masing
elemen, sesuai dengan kriterian penilaian persentase hasil analisis Tabel 2.
Analisis dokumen dalam penelitian ini yaitu dokumen penilaian guru. Hasil
dokumen penilaian dirubah kedalam bentuk grafik untuk mengetahui pola
perolehan hasil belajar peserta didik. Adapun rumus TAP menurut Arikunto
(2006) adalah sebagai berikut.
Nilai % =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑥 100%
Tabel 2 Kriteria Penilaian Persentase Hasil Analisis
No
Persentase Rata-Rata
Kriteria
90,1% - 100%
Sangat Baik
1.
80,1% - 90,0%
Baik
2.
70,1%
-80,0%
Cukup Baik
3.
60,1%
70,0%
Kurang Baik
4.
0,0% - 60,0%
Sangat Kurang Baik
5.
Teknik pemeriksaan kredibilitas dan keabsahan data melalui
keterlaksanaan pengamatan dengan mengadakan pengamatan secara hati-hati,
teliti, dan rinci. Pemeriksaan teman sejawat dengan mendiskusikan proses dan
hasil penelitian secara seksama dengan harapan penelitian yang dilakukan tidak
membias, dan triangulasi.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Lintas Minat di SMAN se Kota Malang
Pelaksanaan lintas minat biologi dalam penelitian ini terdiri dari 6
indikator yaitu input peserta didik lintas minat biologi, input guru, proses
pembelajaran, sarana dan prasarana, pembiayaan dan hasil belajar. Proses
pengambilan data dengan melakukan pengisisan kuesioner, jumlah kuesioner
yang disebarkan dan kembali dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah Kuesioner Penelitian
Kuesioner Kepala
Sekolah
Sekolah
Tersedia
Terisi
SMAN 1 MALANG
1
1
SMAN 2 MALANG
1
0
SMAN 4 Malang
1
0
SMAN 5 Malang
1
0
SMAN 6 Malang
1
0
SMAN 7 Malang
1
0
SMAN 8 Malang
1
0
SMAN 9 Malang
1
0
Kuesioner Guru
Tersedia
1
1
2
2
1
1
1
2
Terisi
1
1
2
2
1
1
1
2
Kuesioner peserta
didik
Tersedia
Terisi
15
14
38
33
29
25
74
68
86
40
10
7
35
31
53
39
1. Input Peserta Didik Lintas Minat Biologi
Indikator input peserta didik dijabarkan kedalam tiga sub indikator yaitu
alasan peserta didik memilih biologi sebagai mata pelajaran lintas minat, proses
pendaftaran lintas minat, dan konsistensi peserta didik mengikuti lintas minat
biologi. Alasan peserta didik memilih biologi sebagai mata pelajaran lintas minat
sangat bervariasi pada tiap sekolah. Alasan yang banyak dipilih peserta didik di
SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, dan 9 Malang adalah alasan suka dan ingin mempelajari
biologi, sedangkan di SMAN 7 Malang alasan yang paling banyak dipilih karena
biologi mudah untuk dipelajari. Secara eksplisit, data tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar peserta didik yang ada di SMA Negeri se Kota Malang
ingin mempelajari biologi sesuai dengan minat yang mereka miliki. Salah satu ciri
peserta didik yang berminat dalam belajar yaitu memiliki rasa suka dan senang
terhadap sesuatu yang diminatinya (Slameto, 2003: 57).
Persyaratan mengikuti lintas minat pada tiap sekolah berbeda, seluruh
SMA Negeri se Kota Malang telah menjalankan prosedur penetapan lintas minat
sesuai dengan peraturan pemerintah. Penetapan lintas minat peserta didik pada
jenjang SMA dapat ditentukan berdasarkan nilai rapor Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat, nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan dan konseling/ konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, dan hasil tes penempatan
(placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau tes bakat dan minat oleh
psikolog (Permen-dikbud Nomor 59 Tahun 2014).
Proses pendaftaran oleh peserta didik, di SMAN 1, 4, 6, 7, 8, 9 Malang
menyatakan 100% pendaftaran lintas minat sangat mudah, namun sebanyak 3,2%
peserta didik di SMAN 2 Malang dan 16% di SMAN 5 Malang merasa tidak
diberi kemudahan dalam melakukan pendaftaran dengan alasan pemilihan mata
pelajaran lintas minat tidak sesuai dengan keinginan peserta didik karena pihak
sekolah memberikan batas kuota untuk pilihan mata pelajaran lintas minat. Ala-
5
san peserta didik merasa pendaftarannya tidak mudah tidak sepenuhnya dapat
dibenarkan, karena untuk merubah mata pelajaran lintas minat, ataupun peminatan
harus disesuaikan dengan kapasitas dan kebijakan sekolah. Sekolah juga perlu
mempertimbangkan daya tampung dan ketersediaan jumlah guru untuk membuka
satu rombongan belajar. Meskipun demikian, peserta didik konsisten mengikuti
lintas minat biologi dari kelas X hingga XI.
2. Input Guru Lintas Minat Biologi
Indikator input peserta didik dijabarkan dalam empat sub indikator yaitu
sosialisasi lintas minat, jumlah guru biologi, intensitas guru mengajar biologi untuk kelompok lintas minat, dan beban mengajar. Sosialisasi secara khusus untuk
pelaksanaan lintas minat biologi hampir seluruh guru di SMA Negeri se Kota
Malang tidak pernah mendapatkan sosialisasi, hanya guru di SMAN 5 Malang
yang mendapatkan sosialisasi dari pihak sekolah. Untuk sosialisasi dalam skala
besar misalkan seperti sosialisasi oleh Dinas Pendidikan setempat hanya
membahas pelaksanaan Kurikulum 2013, tidak spesifik pada pelaksanaan lintas
minat. Selanjutnya mengenai jumlah guru biologi pada setiap sekolah secara
keseluruhan sudah memadai secara lebih rinci tertulis pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Input Guru Lintas Minat Biologi
SEKOLAH
SUB INDIKATOR
SLM
JGB
IGM
SMAN 1 Malang
Tidak pernah
Memadai Baru pertama kali
mengajar lintas minat.
SMAN 2 Malang
Tidak pernah
Memadai Selalu mengajar lintas
minat setiap tahun sejak
berlakunya Kurikulum
2013
SMAN 4 Malang
Tidak pernah
Memadai Baru pertama kali
mengajar lintas minat.
SMAN 5 Malang
Sosialiasi
Memadai Selalu mengajar lintas
pelakasanaan
minat setiap tahun sejak
lintas minat
berlakunya Kurikulum
dari sekolah
2013
SMAN 6 Malang
Tidak pernah
Memadai Selalu mengajar lintas
minat setiap tahun sejak
berlakunya Kurikulum
2013
SMAN 7 Malang
Tidak pernah
Memadai hanya mengajarkan lintas
minat jika mapel biologi
ada peminatnya.
SMAN 8 Malang
Tidak pernah
Memadai Selalu mengajar lintas
minat setiap tahun sejak
berlakunya Kurikulum
2013
BM
≤ 24jp/minggu
24-40
jp/minggu
24-40
jp/minggu
24jam/minggu
24-40
jp/minggu
24jam/minggu
≤ 24jp/minggu
ekuivalensi jam
kerja sebagai
wakil kepala
sekolah bagian
sarana dan
prasarana
SMAN 9 Malang
Tidak pernah
Memadai Selalu mengajar lintas
≤ 24jp/minggu
minat setiap tahun sejak
ekuivalensi jam
berlakunya Kurikulum
kerja sebagai
2013
wali kelas.
Catatan: SLM = Sosialisasi Lintas Minat ; IGM = Intensitas Guru Mengajar; JGB = Jumlah Guru Biologi ; BM = Beban Mengajar
6
3. Proses Pembelajaran
Seluruh guru di SMAN se Kota Malang telah membuat perangkat pembelajaran lengkap dengan perangkat penilainnya. Pembelajaran yang disampaikan
guru merupakan implementasi dari RPP yang telah dibuat guru sebelumnya. Guru
di SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 7 menerapkan model pembelajaran yang berbeda untuk
biologi kelas lintas minat dengan kelas peminatan MIPA, karena menyesuaikan
dengan kondisi peserta didiknya. Bertolak belakang dengan sekolah lainnya,
SMAN 8 dan 9 Malang menerapkan model pembelajaran yang sama untuk kelas
lintas minat maupun untuk peminatan MIPA. Dalam hal ini Guru lebih mengetahui kondisi peserta didiknya, sehingga guru dapat menentukan model
pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan.
Berdasarkan observasi pembelajaran yang telah dilakukan, kegiatan
pembelajaran yang disampaikan guru di kelas rata-rata sudah cukup baik, tetapi
hampir seluruh peserta didik di SMAN se Kota Malang menyatakan pembelajaran
yang disampaikan kadang-kadang meningkatkan minat, dan kadang-kadang
mudah dipahami. Bahkan, sebanyak 4% peserta didik di SMAN 4 Malang
menyatakan pembelajaran yang disampaikan tidak pernah meningkatkan minat
peserta didik. Menurut pernya-taan guru SMAN 4 Malang, kebanyakan peserta
didik kurang termotivasi dan kurang antusias dalam pembelajaran.
Partisipasi peserta didik di SMAN 1, 4, 5, 7, 8, dan 9 Malang tergolong
sangat aktif. Banyak peserta didik merespon pembelajaran yang disampaikan oleh
guru dengan cara mengajukan pertanyaan. Sebaliknya, di SMAN 2 dan 6 peserta
didik kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran. Di SMAN 2 Malang dalam
mengatasi permasalahan peserta yang tidak aktif guru berusaha memberikan
motivasi, serta memberikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sesuai
dengan jurusan asal mereka. Sedangkan di SMAN 6 biasanya guru menegur dan
menasehati peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran
biologi erat kaitannya dengan kegiatan pratikum. Seluruh peserta didik di SMA
Negeri se Kota Malang melakukan kegiatan praktikum untuk memperoleh
pengalaman belajar.
4. Sarana dan Prasarana
SMAN 1, 5, 6, 7, 8, dan 9 Malang untuk pelaksanaan pembelajarannya
menggunakan ruang laboratorium. Bertambahnya rombongan belajar karena adanya lintas minat, mengharuskan sekolah untuk dapat mengkondisikan keterbatasan jumlah ruang sedemikian rupa agar proses pembelajaran dapat tetap terlaksana. Akibatnya, karena pembelajaran biologi memiliki laboratorium yang
kondisinya memungkinkan, pembelajaran terpaksa menggunakan ruang laboratorium. Berbeda dengan kondisi di SMAN 4 Malang, kegiatan belajar berlangsung
di ruang yang tidak tetap, terkadang di ruang agama 1 atau ruang mulok, bahkan
untuk kelas X terkadang tidak mendapatkan ruangan. Di SMAN 2 pembelajaran
dilaksanakan di kelas yang sudah ditetapkan untuk pembelajaran lintas minat
biologi. Meskipun demikian, SMAN 1, 2, 5, 6, 7, 8dan 9 menyatakan ruang kelas
yang digunakan sudah cukup menunjang kenyamanan belajar peserta didik.
Namun, terkait dari segi laboartorium dan perpustakaan seluruh sekolah memiliki
fasilitas yang layak dan memadai untuk menunjang aktivitas peserta didik.
7
5. Pembiayaan
Pembiayaan sangat penting dalam mendukung pelaksanaan program
pembelajaran, tanpa adanya anggaran pembiayaan suatu program tentu tidak dapat
berjalan. Berdasarkan data yang telah dihimpun, pembiayaan khusus dari
pemerintah untuk pelaksanaan lintas minat tidak ada. Anggaran pendidikan yang
diberikan pemerintah bersifat untuk keterlaksanaan pembelajaran secara
keseluruhan, tidak hanya khusus untuk lintas minat. Meskipun demikian, setiap
sekolah sudah menganggarkan dana untuk melaksanaakan lintas minat agar
pelaksanaannya sama dengan pembelajaran lainnya, dan tidak ada kendala yang
dialami berkaitan dengan pembiayaan.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan belajar melalui kegiatan
belajar mengajar.Beberapa sekolah menetapkan Nilai KKM biologi yang berbeda
untuk kelompok lintas minat dengan kelompok peminatan MIPA. SMAN 1
Malang menetapkan KKM lintas minat 78, sedangkan KKM untuk MIPA 80.
SMAN 2 Malang, KKM lintas minat 75, KKM untuk MIPA 80. SMAN 6 Malang
KKM lintas minat 70 untuk MIPA 75. Beberapa sekolah juga ada yang tidak
membedakan nilai KKM untuk lintas minat maupun un-tuk kelompok MIPA
seperti di SMA 4, 5, 7, 8 dan 9 Malang. KKM lintas minat bio-logi di SMAN 4
sebesar 78, SMAN 5 sebesar 75, SMAN 7 sebesar 75 SMAN 8 sebesar 78, dan
SMAN 9 sebesar 76.
Hasil belajar peserta didik yang ditinjau berdasarkan nilai rapot semester
1, masing-masing sekolah 100% seluruh peserta dapat memenuhi nilai KKM yang
telah ditetapkan oleh guru mata pelajaran. Dalam prosesnya, peserta didik yang
belum mencapai KKM guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan remedial, sebagian guru melakukan pengayaan dan remedial. Sekolah
yang menerapkan sistem kredit semester (SKS) memberikan kesempatan peserta
didik untuk mengikuti kegiatan semester pendek untuk menuntaskan nilai yang
belum mencapai KKM.
B. Kendala Pelaksanaan Lintas Minat dan Solusinya
Pada SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8, dan 9 menyatakan menemukan kendala dalam
menangani peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kendala pembelajaran dari
segi peserta didik sangat beraneka ragam pada tiap sekolah. SMAN 2, 5, 6, 8, dan
9 memiliki kendala yang serupa dalam menghadapi permasalahan kemalasan dan
kurang termotivasinya peserta didik dalam belajar. Salah satu alasan yang dinyatakan guru SMAN 8 Malang pada angket, alasan peserta didik kurang termotivasi
karena adanya pembagian mata pelajaran yang digunakan sebagai syarat
kelulusan ataupun yang diuji secara nasional. Di SMAN 4 Malang guru
mengalami kendala dalam mengatasi pengetahuan peserta didik yang kurang
memadai karena tidak memperoleh materi penunjang dari mata pelajaran yang
lain seperti kimia dan fisika. Padahal, dalam mempelajari biologi tidak dapat
terlepas dengan cabang ilmu sains lainnya. Selain itu, pemahaman peserta didik
kurang karena minat baca peserta didik rendah. Menghadapi masalah tersebut,
8
guru mengatasinya dengan menurunkan target pembelajaran. Data selengkapnya
terkait kendala dan solusi dari guru dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kendala Pelaksanaan Lintas Minat Biologi dan Solusinya
Sekolah
SMAN 1
Malang
SMAN 2
Malang
SMAN 4
Malang
SMAN 5
Malang
SMAN 6
Malang
SMAN 7
Malang
SMAN 8
Malang
SMAN 9
Malang
Kendala pelaksanaan lintas minat biologi
 Media pembelajaran yang digunakan kurang
bervariasi, karena hanya menggunakan slide PPt
dan charta.
 Pada saat pembelajaran peserta didik kurang
termotivasi.
 Keterbatasan peserta didik untuk memiliki
bahan ajar.
 Pada sistem data pokok pendidikan (DAPODIK)
guru hanya terdata mengajar biologi, tidak
dispesifikan guru mengajar untuk lintas minat
dan untuk peminatan.
 Pengetahuan peserta didik yang kurang
memadai karena tidak memperoleh materi
penunjang dari mata pelajaran yang lain seperti
kimian dan fisika.
 Peserta didik dalam memahami materi kurang
baik, karena literasi/minat membaca peserta
kurang.
 Ruang kelas yang tidak pasti, membuat waktu
pembelajaran jadi terlambat karena harus
mencari ruang kelas untuk pembelajaran.
 Memotivasi, menjelaskan pentingnya biologi
serta terapannya bagi kehidupan.
 Peserta didik terkadang sulit untuk memahami
materi karena materi yang diajarkan sangat
banyak.
 Menangani kemalasan peserta didik dalam
belajar.
 Pada saat praktikum peserta didik kurang teliti
dan terampil dalam menggunakan alat.
 Peserta didik kurang termotivasi mengikuti
pembelajaran karena banyaknya beban mapel
yang harus ditanggung oleh peserta didik.
 Sekolah mengalami kekurangan ruang kelas
semenjak melaksanakan lintas minat, akibatnya
peserta didik belajar menggunakan ruang
laboratorium.
 Peserta didik terkadang kurang fokus dan ramai
saat pembelajaran
 Dalam kegiatan praktikum peserta didik kurang
terampil dalam menggunakan alat.
Solusi
 Menggunakan media pembelajaran
yang lebih bervariasi untuk menunjang
pelaksanaan pembelajaran.
 Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan juga selalu
memberikan motivasi kepada peserta
didik.
 Mendorong peserta didik untuk
meminjam buku dari perpustakaan.
 Semoga sistemnya diperbaiki supaya
diketahui bahwa guru tidak hanya
mengajar untuk peminatan MIPA
saja namun juga mengajar lintas
minat.
 Menurunkan target pembelajaran dan
tidak menyamakan pendalaman materi
dengan kelompok MIPA.
 Menjelaskan ke peserta didik pelanpelan agar dapat dipahami.
 Seharusnya disediakan sebuah ruangan
tetap untuk pelaksanaan pembelajaran
agar jam pelajaran tidak terpotong
untuk mencari ruang kelas.

Usaha guru mengatasi kesulitan siswa
dengan cara memberikan praktik
lapangan.
 Diskusi bersama peserta didik dengan
memberikan banyak kesempatan
untuk tanya jawab.
 Guru berusaha untuk menasehati
peserta didik agar tidak malas dalam
pembelajaran.
 Membimbing dan mendampingi
peserta didik pada saat kegiatan
praktikum.




Guru harus mengenali karakter peserta
didik agar dapat lebih memahami
proses belajar yang mereka inginkan
serta lebih banyak menggunakan
media pembelajaran seperti gambargambar untuk memudahkan mereka
belajar.
Saat ini sekolah sedang proses
menambah ruangan kelas untuk
menunjang pembelajaran.
Memberikan pertanyaan secara
spontan untuk mengembalikan fokus
peserta didik, serta memberikan
umpan balik yang cepat.
Mengajarkan peserta didik
menggunakan alat dan mendampingi
selama kegiatan praktikum.
9
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan survei yang telah dilakukan disimpulkan bahwa pelaksanaan
lintas minat di seluruh SMA Negeri se Kota Malang yang ditinjau dari 6 indikator
yaitu input peserta lintas minat, input guru, sarana dan prasaran, pembiayaan, dan
hasil belajar sesuai dengan acuan pemerintah. Hasil analisis kendala yang
diperoleh diantaranya, SMAN 7 Malang tidak memiliki kendala dalam
melaksanakan lintas minat. Sementara, SMAN 1, 2, 4, 5, 6, 8 dan 9 Malang
mengalami kendala dalam pembelajaran di kelas seperti kendala dalam mengkondisikan peserta didik, kendala penggunaan media, dan pelaksanaan praktikum.
Kendala berkaitan dengan sarana prasarana ruang kelas dinyatakan oleh SMAN 4
dan 8 Malang yang kekurangan kelas untuk pelaksanaan lintas minat.
Solusi kendala di SMAN 1 Malang, dengan menggunakan media yang
tersedia secara optimal. Selanjutnya, solusi rendahnya motivasi peserta didik di
SMAN 2 Malang dengan menggunakan metode yang bervariasi, dan guru
mengharapkan perbaikan sistem data pokok pendidikan (DAPODIK) terkait kejelasan pelaksanaan lintas minat. Solusi kendala pembelajaran untuk SMAN 4
Malang, dengan menurunkan target dan membimbing peserta didik, sedangkan
kendala ruang kelas, diharapkan sekolah menyediakan ruang kelas yang memadai.
Di SMAN 5 guru mengatasi kesulitan peserta didik dalam pembelajaran dengan
memberikan praktik lapangan dan berdiskusi. SMAN 6 Malang untuk kendala
dalam pelaksanaan praktikum, guru membimbing dan mendampingi selama
kegiatan praktikum. Guru Di SMAN 8 Malang melakukan pendekatan secara
personal untuk mengatasi peserta didik yang kurang termotivasi, dan menambah
ruang kelas untuk mengatasi kendala sarana prasarana. Guru SMAN 9 Malang
mengatasi peserta didik yang kurang fokus dalam pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan secara spontan, dan mengajarkan peserta didik
menggunakan alat untuk menunjang kegiatan praktikum.
Saran
Berdasarkan kesimpulan adanya sejumlah kendala yang sebagian besar
pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebaiknya pelaksanaan lintas minat ini
perlu diadakan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui keefektivan
dari lintas minat yang dilaksanakan, selain itu kendala yang berkaitan dengan
pengadaan ruang kelas diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi sekolah dalam
menyediakan fasilitas pembelajaran secara layak.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Effendi, Sofian dan Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3IS
Hastuti, Yusi Iraning. 2014. Implementasi Pembelajaran Lintas Minat Di SMA
Negeri 1 Lawang Berdasarkan Kurikulum 2013. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang:PPs Um
Kemendikbud. 2013. Pedoman Peminatan Peserta Didik. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59
Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menegah Atas/Madrasah Aliyah. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (Online), (http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen
/Permendikbud (lampiran).pdf), diakses 18 Februari 2016.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2014 tentang Peminatan Pada Pendidikan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Online), (http://sdm.data.
kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendikbud (lampi ran).pdf), diakses
20 November 2015.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Download