1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Belajar Seni Budaya dan

advertisement
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Belajar Seni Budaya dan Keterampilan adalah belajar tantang daya cipta
dan kemandirian. Dimana seseorang harus dapat menciptakan, berkarya sesuatu
bentuk yang dapat dinikmati oleh dirinya maupun orang lain. Daya cipta
memerlukan kecerdasan atau kemampuan yang tinggi untuk menghasilkan suatu
bentuk hasil karyaseni atau keterampilan yang baik. Hal ini akan menemukan
kesulitan bagi anak Tunagrahita, karena anak tunagrahita memiliki kecerdasan
dibawah rata-rata, sehingga dalam berkarya mereka mengalami kesulitan.
Didalam mengikuti pembelajaran seni budaya dan keterampilan siswa
kelas 4 di SLB-C Dharma Asih Depok pun mengalami kesulitan, karena belajar
seni budaya tidak hanya satu macam bentuk seni saja yang harus dipelajari, tetapi
kurikulum seni budaya dan keterampilan terbagi empat pokok bahasanyang harus
dikuasai oleh setiap siswa diantaranya ;
1. Siswa harus memahami seni suara.
2. Siswa harus memahami seni lukis.
3. Siswa harus memahami seni musik.
4.
Siswa harus memahami seni tari.
Dengan memperhtikan empat pokok bahasan diatas maka anak tunagrahita
kelas 4 di SLB-C Dharma Asih Depok mendapat kesulitan a). siswa hanya dapat
mengikuti seni suara yang sederhana, b). siswa hanya dapat mewarnai
gambardengan goresan tidak beraturan, dan c). siswa hanya dapat memukul alat
1
musik (seperti gamelan dan angklung) dengan lemah dan kasar. Di SLB-C
Dharma Asih, maka peneliti dan observer menyimpulkan bahwa mereka belum
dapat berkonsentrasi dan dalam gerakan tangan saat melakukan tugas yang
dikerjakan pada pembelajaran seni budaya dan keterampilan masih kaku. Untuk
menbantu anak tunagrahita di SLB-C Dharma Asih dalam meningkatkan Aktifitas
dan motorik halusnya dalam belajar terutama dalam pembalajaran seni budaya
dan keterampilan diperlukan berbagi upaya dari guru. Diantaranya dengan
menyiapkan bahan, alat atau media pembelajaran yang dapat menarik minat
belajar bagi anak tunagrahita. Agar pelaksanaan pembelajaran seni budaya dan
keterampilan dapat tercapai, memperhatikan apa yang terjadi di kelas 4 SLB-C
Dharma Asih
yaitu siswa-siswa tersebut belum mampu mengkoordinasikan
konsentrasi dan motorik halusnya.
Motorik halus sangat diperlukan dalam melakukan aktifitas belajar di
dalam kelas, sebab setiap pembelajaran siswa mencatat atau menulis hasil belajar
yang disampaikan oleh guru. Motorik merupakan masalh yang pada umumnya
dikaitkan dengan anak tunagrahita yang disebabkan oleh kecerdasan yang menjadi
hambatan. Keterampilan motorik anak tunagrahita yang diperlukan untuk
mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan ini
sangat diperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting.
Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara mata dan
tangan yang banyak dalam hal koordinasi tersebut kurang dimiliki oleh anak
tunagrahita.
2
Memperhatikan kemampuan motorik siswa kelas 4 di SLB-C dharma
Asih, maka peneliti dan observer merencanakan bentuk pembelajaran seni budaya
dan keterampilan yang dapat mengubah dan meningkatkan kemampuan motorik
anak tunagrahita kelas 4 di SLB-C Dharma Asih Kota Depok yaitu seni tari kreasi
yang sederhana yang bentuk syair dan lagunya sudah diterima dilingkungan anak
dan daerah setempat. Bentuk seni tari itu di beri nama “ Seni tari kreasi ondelondel.”
Seni merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, kesenian salah satunya
seni tari adalah produk manusia yang berupa cerminan ektesis dan olah cipta, rasa
dan karya manusia yang logika tersendiri. Logika seni berdasarkan pada
keindahan, sesuatu yang sebenarnya tidak mudah untuk dijelaskan meskipun tidak
sulit untuk dinikmati.
Budaya dan seni betawi sudah melekat di kehidupan siswa-siswa SLB-C
Dharma Asih, mereka sudah menikmati budaya dan seninya sehingga saat
mendengar musik atau lagu betawi mereka akan mengikuti irama walaupun tidak
beraturan. Dengan seni tari yang diiringi musik akan meningkatkan rasa senang
dan secara tidak langsung akan mengikuti apa yang didengarnya sekaligus akan
mengerakan badan mengikuti irama.
Dengan memperhatikan kondisi siswa yang senang seni budaya betawi, maka
peneliti dan observer mengarahkan siswa untuk menari dan diiringi musik dan
lagu betawi yaitu ondel-ondel dengan tujuan :
1. Siswa merasa senang belajar seni budaya
2. Siswa dapat konsentrasi mengikuti gerak yang dicontohkan.
3
3. Siswa dapat mengerakan tangan dan jari tanpa beban, sehingga diharapkan
siswa memiliki motorik halus lebih baik sehingga anak tunagrahita
tersebut dapat menulis dan menggunting dengan baik.
B. Sasaran Tindakan
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah, bahwa anak
wajib mengikuti pembelajaran seni budaya dan keterampilan untuk pencapaian
keberhasilan
belajar. Inti dari penelitian ini terletak pada semua siswa yang
memiliki jiwa seni dan menghargai budaya bangsa walaupun setiap siswa tidak
harus menguasai semua bidang seni. Setelah diamati dari sekian anak terbagi 3
kelompok yaitu :
1. Anak yang dapat mengikuti seni suara
2. Anak yang dapat mengikuti seni lukis
3. Anak yang hanya diam saja
4. Setelah diamati anak yang diam dan tidak dapat mengikuti keduanya
kegiatan tersebut disebabkan oleh motorik halus anak yang belum
terbentuk.
Khususnya pembelajaran seni budaya dan keterampilan yang harus tercapai maka,
dalam rangka pencapaian keberhasilan belajar. Inti dari penelitian ini terletak pada
gejala-gejala yang timbul pada saat penelitian anak tunagrahita Seni tari yang
diiringi dengan music ternyata sangat berpengaruh bagi anak Tunagrahita untuk
selalu aktif terutama bagi anak kelas 4 yang mengalami hambatan motorik untuk
mengikuti pembelajaran seni lukis karena permasalahan terhambat motorik
4
halusnya. Setelah dilibatkan dalam pembelajarn seni tari kreasi ondel-ondel yang
diiringi dengan music anak selalu aktif bergoyang.
Maka untuk meningkatkan keberhasilan belajar anak perlu beberapa komponen
yang menandai aktualisasi keterlibatan siswa dalam PBM kesenian / tari kreasi.
Komponen-komponen tersebut antara lain seperti guru, siswa, materi, metode
mengajar, ruang dan waktu, dan sarana prasarana.
a. Guru
Perilaku guru juga dipengaruhi oleh dua komponen yaitu kompetensi
dan kepribadian. Kompetensi guru terdiri atas kognitif, affektif, dan psykomotorik
kompetensi.
Kompetensi kognitif guru terkait dengan kemampuan keterampilan dan berpikir
guru. Setiap guru memiliki pandangan yang berbeda dalam memahami materi ajar
juga dalam pengelolaan kelas sebagai contohnya. Kemampuan berpikir guru akan
mempengaruhi keterlibatan siswa dalam proses belajar.
Kompetensi afektif guru terkait dengan sikap guru dalam proses pembelajaran.
Sikap atau peilaku guru akan mempengaruhi pula terhadap keterlibatan siswa
dalam proses belajar. Sebagai contoh, guru yang mempunyai sifat cepat marah
akan membuat siswa takut dan segan belajar. Sebaliknya, guru yang memiliki sifat
ramah terhadap siswa akan membuat siswa merasa nyaman dan senang belajar
sehingga siswa akan terlibat sendirinya dalam proses pembelajaran.
Kompetensi psykomotorik guru terkait dengan keterampilan dalam menjalankan
proses
pembelajaran.
Keterampilan
ini
termasuk
keterampilan
untuk
berkomunikasi dengan siswa, menjawab dan bertanya, mengelola kegiatan
5
pembelajaran, dan lain-lain. Keterampilan berseni ini juga akan mempengaruhi
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Siswa
Sama halnya dengan guru, perilaku siswa dalam proes pembelajaran
dipengaruhi oleh dua komponen dasar yaitu kompetensi dan kepribadian.
Kompetensi siswa terdiri atas kompetensi kognitif, afektif, dan psykomotorik.
Kompetensi kognitif siswa terkait dengan kemampuan berpikir mereka. Setiap
siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami pelajaran, seperti
cara menginformasikan sesuatu, memecahkan masalah, mengevaluasi, dan lainlain. Perbedaan kemampuan berpikir siswa akan mempengaruhi keterlibatan
mereka dalam proses pembelajaran.
Kompetensi afektif siswa terkait dengan sikap mereka dalam proses pembelajaran.
Siswa yang menganggap pelajaran kesenian itu lebih penting, bagi anak
Tunagrahita maka mereka akan lebih fokus pada pembelajaran tersebut dari pada
pembelajaran akademik. Perbedaan bakat seni siswa akan mempengaruhi
keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.
Kompetensi psykomotorik siswa terkait dengan kemampuan menari mereka
dalam proses pembelajaran. Tiap siswa ABK memiliki kemampuan bakat menari
yang berbeda dalam mengikuti pembelajaran seni tari,
berkomunikasi baik
dengan guru maupun siswa yang lainnya, dan lain-lain. Perbedaan kemampuan
seni siswa inilah yang juga akan mempengaruhi keterlibatan mereka dalam proses
pembelajaran.
6
Kepribadian siswa terkait dengan watak/ karakter mereka. Karakter tersebut
seperti ketekunan, kemalasan, kedisiplinan, selalu berpikir positif, aktif, pasif
dalam kelas, dan lain-lain. Hal-hal seperti inilah yang juga akan mempengaruhi
tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Materi
faktor lain yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran adalah materi pelajaran. Materi yang akan disampaikan untuk siswa,
seharusnya sesuai dengan pengalokasian waktu penyampaian materi dan juga
harus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Aspek yang lain seperti
topik, kuantitas, dan kualitas materi juga harus diperhatikan pula.
d. Metode Mengajar
Suatu metode mengajar yang bagus akan meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar sehingga mereka tidak akan merasa bosan dengan pembelajaran
akademis. Metode mengajar yang pas dan tepat akan membuat siswa mampu
untuk mengikuti proses pembelajaran secara fisik maupun nonfisik.
Setiap metode mempunyai cara sendiri dalam pengaplikasiannya. Suatu metode
mengajar yang bagus tidak hanya terletak pada guru dan muridnya saja,
melainkan pada ketepatan meteri pembelajaran juga. Sebagai contoh jika metode
mengajarnya sesuai dengan siswa dan materi pembelajaran, tetapi tidak pada guru
maka pembelajaran yang baik tidak akan terwujud.
e. Ruang dan Waktu
Dalam proses pembelajaran, diperlukan waktu dan ruang belajar yang
tepat. Waktu yang tepat untuk PBM adalah ketika siswa masih segar (fresh)
7
pikirannya dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Belajar dipagi hari dapat
membuat siswa lebih termotivasi dan fresh untuk belajar daripada saat siang hari,
dengan alasan di siang hari energi siswa sudah berkurang sehingga siswa cepat
merasa letih, mengantuk, lapar, dan bosan. Begitu juga dengan ruang belajar,
ruangan yang terlalu luas dan sempit juga akan mengganggu proses pembelajaran.
Ruang belajar yang luasnya pas, nyaman, tenang, dan tersedia penerangan lampu
akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar dan hal ini akan
mempengaruhi keterlibatan mereka dalam PBM.
f. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana (fasilitas) belajar dapat membantu guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Fasilitas belajar seperti media, area sekolah,
bangunan sekolah dan alat-alatnya, kantin, perpustakaan, lapangan, dan semua
yang mempengaruhi keantusiasan siswa utnuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran akan dapat meningkatkan keberhasilan belajar dan semangat mereka
dalam belajar . selain itu, fasilitas belajar yang memadai nantinya juga akan
menciptakan kondisi pembelajaran yang nyaman pula.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan yaitu :
1.
Apakah pembelajaran seni tari kreasi ondel-ondel dapat meningkatkan
motorik halus Anak Tunagrahita di SLB-C Dharma Asih Kota Depok?
8
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
“ Pembelajaran seni tari kreasi dapat meningkatkan motorik halus Anak
Tunagrahita kelas di SLB-C Dharma Asih Kota Depok ”
E. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru
dan bagi siswa untuk meningkatkan motorik halusnya.
b. Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :
“Untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran seni tari kreasi dapat
meningkatkan motorik halus Anak Tunagrahita di SLB-C Dharma Asih Kota
Depok.”
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
SLB-C Dharma Asih Kota Depok.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SLB-C Dharma Asih Kota Depok dapat
lebih meningkatkan pemberdayaan pembelajaran seni tari agar motorik halus
siswa lebih baik.
9
2.
Guru
Sebagai bahan masukan guru SLB dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya.
3.
Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pembelajaran seni tari
kreasi dalam rangka meningkatkan motorik halus agar lebih baik untuk anak
berkebutuhan khusus.
10
Download