KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis

advertisement
KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
DENGAN DUA KALI PENYORTIRAN
MUHAMMAD RIZKI SULISTIONO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
MUHAMMAD RIZKI SULISTIONO. Keragaman Benih Ikan Nila
Oreochromis niloticus dengan Dua Kali Penyortiran. Dibimbing oleh Komar
Sumantadinata dan Odang Carman.
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas penting
budidaya perikanan, khususnya perikanan air tawar di Indonesia. Kendala utama
dalam pengembangan budidaya nila di Indonesia adalah kurangnya ketersediaan
benih. Permasalahannya terletak pada kualitas benih yang dihasilkan. Kualitas
benih mencakup faktor genetik, ketepatan waktu panen, serta ketepatan ukuran
(keseragaman ukuran). Keseragaman merupakan unsur penting untuk komoditas
benih ikan. Secara umum, semakin seragam ukuran benih maka dianggap semakin
baik kualitasnya. Tujuan percobaan ini adalah melihat keragaman panjang baku
(panjang badan) dan bobot benih ikan nila yang dilakukan sortasi sebanyak dua
kali. Percobaan dibagi kedalam 3 kasus, 1 kontrol, dan kumulatif dari semua
kasus. Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, panjang baku,
bobot, dan keragaman dari panjang baku dan bobot ikan nila. Sortasi yang
dilakukan pada bulan pertama dan kedua pada populasi benih ikan nila tiap kasus
dan kumulatif dapat meningkatkan panjang baku rata-rata dan menurunkan
keragaman. Panjang baku rata-rata dan keragaman meningkat kembali setelah
dilakukan pemeliharaan berikutnya. Setelah masa pemeliharaan 3 bulan, standar
deviasi dan CV bobot pada populasi kontrol relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan populasi benih ikan nila tiap kasus dan kumulatif.
Kata kunci: ikan nila, keragaman, sortasi
ABSTRACT
MUHAMMAD RIZKI SULISTIONO. Diversity of Tilapia Oreochromis
niloticus fry with Twice Sorting. Supervised by Komar Sumantadinata and Odang
Carman.
Tilapia Oreochromis niloticus is one of the important, especially freshwater,
aquaculture commodity in Indonesia. The main obstacle in developing tilapia
culture in Indonesia is the insufficient amount of tilapia fry. The problem lies on
the quality of the produced fry. Fry quality includes genetic factor, precise harvest
time, and precise size (equality of size). Generally speaking, the more fry having
equal size the better their qualities are. This research aimed to observe the
diversity of standard length (body length) and weight of tilapia fry with twice
sorting. This research is divided into three cases, 1 control, and cumulative of all
cases. Observed parameters are survival rate, standard length, weight, and the
diversity of standard length and weight of tilapia fry. Sorting was carried out at
the first and second month and cumulative can increase the average standard
length and decrease the variance. Average standard length and diversity increased
again on the next month. After three months rearing, standard deviation and CV of
weight on control is relatively higher than fry population on all cases and
cumulative.
Keywords: tilapia, diversity, sorting
KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
DENGAN DUA KALI PENYORTIRAN
MUHAMMAD RIZKI SULISTIONO
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Keragaman Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus
dengan Dua Kali Penyortiran
Nama Mahasiswa
: Muhammad Rizki Sulistiono
Nomor Pokok
: C14060164
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc
NIP. 19450719 196902 1 001
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc
NIP. 19591222 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc
NIP. 19591222 198601 1 001
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
KERAGAMAN BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus DENGAN DUA
KALI PENYORTIRAN
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2010
M. Rizki sulistiono
C14060164
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah penelitian ini.
Karya ilmiah berjudul “Keragaman Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus
dengan Dua Kali Penyortiran” dilaksanakan sekitar tujuh bulan yang dimulai dari
bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Juli 2010 yang bertempat di Kolam
Percobaan Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Prof. Komar Sumantadinata selaku pembimbing I, dan Dr. Odang
Carman selaku Pembimbing II serta Ketua Departemen Budidaya Perairan, Prof.
M. Zairin Jr. Selaku pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Nurhidayat (alm) dan
Kurniasih, beserta kakak (Hasan dan Husen) dan keluarga besar atas segala doa,
fasilitas dan kasih sayangnya, seluruh staf pengajar dan staf tata usaha
Departemen BDP yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan mengenai
akuakultur hingga saat ini. Tidak lupa ucapan terima kasih juga ditujukan kepada
Pak Aam yang telah membantu selama proses penelitian, Rani Dyah Qamarun
Nisa untuk motivasinya selama ini, Silfanny, Khaefa, Puguh, Isni, Rona, Citra,
Karno, Azhar, Novia, Hasan, Sulistya, Astri, Prana, Ikbal dan Saul yang telah
membantu penulis dalam proses penelitian, teman-teman BDP 43, 42, dan 44,
serta teman-teman Perwira 88 (Saul, Iskandar, Basti, Maria, Chris, Mario, dll) dan
Lorong 5 angkatan 2006/07 yang telah menemani penulis dalam menjalani masa
perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Desember 2010
Muhammad Rizki Sulistiono
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 7 Februari 1989 dari ayah
Nurhidayat (alm.) dan ibu Kurniasih. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA plus Bina Bangsa
Sejahtera (BBS) Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian
Bogor, dan pada tahun kedua penulis memilih program studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama masa perkuliahan, penulis magang di Balai Budidaya Air Payau
(BBAP) Situbondo pada tahun 2008 dan melakukan Praktek Lapangan di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun
2009. Penulis juga menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan pada
semester genap 2009/2010 Selain itu, penulis juga aktif dalam Himpunan
Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai pengurus pada periode 2007/2008,
dan sebagai ketua pada periode 2008/2009. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi
diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “Keragaman Benih Ikan Nila
Oreochromis niloticus dengan Dua Kali Penyortiran”.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
ix
I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
II. BAHAN DAN METODE .................................................................
3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
3.1 Panjang Baku .................................................................................
3.2 Bobot .............................................................................................
3.3 Tingkat Kelansungan Hidup ..........................................................
5
5
7
8
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
4.1 Kesimpulan ....................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................
10
10
10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
11
LAMPIRAN ...........................................................................................
12
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik keragaman panjang baku benih ikan nila Oreochromis
niloticus dengan sortasi dua kali selama 3 bulan pemeliharaan….
6
2. Grafik keragaman bobot rata-rata benih ikan nila Oreochromis
niloticus dengan sortasi dua kali selama 3 bulan pemeliharaan…..
8
3. Grafik tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila Oreochromis
niloticus dengan dua kali penyortiran selama 3 bulan
pemeliharaan………………………………………………………..
9
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Induk ikan nila yang digunakan dalam percobaan……………….
13
2.
Keragaman panjang baku benih ikan nila Oreocromis niloticus
dengan sortasi dua kali dan tanpa sortasi (kontrol)………………
14
Keragaman bobot benih ikan nila Oreocromis niloticus pada
bulan ke-3………………………………………………………...
15
3.
ix
I. PENDAHULUAN
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas penting
budidaya perikanan, khususnya perikanan air tawar di Indonesia. Ikan ini
merupakan introduksi yang didatangkan secara bertahap ke Indonesia yang
diawali pada tahun 1969. Di Indonesia, ikan nila mempunyai berbagai jenis,
diantara jenis-jenis tersebut adalah nila Nirwana, nila GESIT, nila GIFT, nila
merah (red NiFi), nila Best, dan banyak lainnya. Beberapa hal yang mendukung
pentingnya komoditas ikan nila diatas adalah memiliki laju pertumbuhan yang
relatif lebih cepat terutama ikan nila yang berkelamin jantan (Chapman, 2000).
Ikan nila juga memiliki ketahanan yang baik terhadap kondisi lingkungan yang
buruk.
Di antara jenis ikan bersirip (finfish), ikan nila memiliki pertumbuhan
produksi yang tinggi, yakni sekitar 23,96%, dalam kurun waktu 2004 sampai
2008. Pada tahun 2004 produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton, tahun 2008
telah mencapai volume produksi 291.037 ton sedangkan pada tahun 2009
produksi ikan nila di Indonesia mencapai 323.389 ton (KKP, 2010). Kebutuhan
pasar ikan nila tidak hanya terbuka untuk ikan nila ukuran konsumsi, tetapi
merambah pula ke stadium benih. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya
minat petani ikan untuk membesarkan ikan nila di keramba jaring apung (KJA).
Kendala utama dalam pengembangan budidaya nila di Indonesia adalah
kurangnya ketersediaan benih. Permasalahannya terletak pada kualitas benih yang
dihasilkan. Kualitas benih mencakup faktor genetik, fisiologi, dan ukuran
(keseragaman ukuran).
Keragaman ukuran merupakan unsur penting untuk komoditas benih ikan.
Keragaman sangat diperlukan untuk mengetahui penyebaran sifat ikan, baik
keragaman genotip maupun keragaman fenotip. Keragaman fenotip dipengaruhi
oleh variasi genetik dan lingkungan (Dunham, 2004). Keragaman (Variance)
merupakan penyebaran suatu nilai di sekitar nilai rata-rata (Nazir, 1983). Secara
umum, semakin seragam ukuran benih maka dianggap semakin baik kualitasnya.
Untuk mendapatkan benih ikan yang relatif seragam, biasanya pembenih
ikan melakukan sortasi dan grading. Grading ditujukan untuk membagi populasi
1
kedalam beberapa kelompok, sedangkan sortasi dalam hal ini biasanya dilakukan
untuk menyisihkan sebagian kecil populasi agar dalam tahap pemeliharaan
selanjutnya lebih baik dalam hal keseragaman hasil panen. Sedangkan dari sisi
pembenih, dengan melakukan proses sortasi dalam pembenihan ikan nila, maka
pembenih dapat menjaga kualitas benih yang dijual, sehingga harga jual benih
ikan nila menjadi lebih baik.
Tujuan percobaan ini adalah mengetahui peran sortasi sebanyak dua kali
dalam keragaman ukuran benih ikan nila.
2
II. BAHAN DAN METODE
Prosedur
Percobaan dibagi kedalam 3 kasus. Pada kasus 1 digunakan benih dari
hibridisasi dari ikan nila hitam jantan (GESIT) dan nila merah (Lampiran 1).
Benih yang digunakan dalam kasus 2 merupakan hasil hibridisasi dari nila putih
jantan dan nila nirwana, sedangkan benih yang digunakan dalam kasus 3
merupakan benih hasil hibridisasi dari ikan nila putih jantan dan nila merah
(Lampiran 1). Pada populasi ikan kontrol digunakan benih dari hibridisasi dari
ikan nila hitam jantan (GESIT) dan nila merah (Lampiran 1). Populasi ikan nila
kumulatif merupakan gabungan dari populasi ikan nila pada kasus 1, 2 dan 3.
Percobaan ini dimulai dari pemijahan induk, pemeliharaan larva dan benih,
serta tahap pengamatan. Tahap pengamatan meliputi pengamatan variasi dari
beberapa parameter, yaitu panjang baku dan bobot dari benih ikan nila pada umur
3 bulan.
Pemijahan induk dilakukan pada hapa berukuran 3 x 2 x 1 m dengan mesh
size sebesar 1 x 1 mm. pemijahan dilakukan secara alami dengan perbandingan 1 :
1 dimana 1 jantan dikawinkan dengan 1 betina. Setelah induk memijah, dilakukan
pemeliharaan larva dalam hapa berukuran 3 x 2 x 1 m dengan mesh size sebesar 1
x 1 mm. larva diberi pakan komersil berbentuk bubuk secara at satiation. Benih
berumur satu bulan dipindahkan ke hapa yang ber-mesh size 5 x 5 mm untuk
mendapatkan sirkulasi air yang lebih bagus. Pada umur 2 bulan, benih sudah
mulai diberi pakan komersil berupa pelet terapung (tidak bubuk) secara at
satiation.
Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, panjang baku,
bobot, dan keragaman dari panjang baku dan bobot ikan nila. Pengamatan
dilakukan selama satu bulan sekali saat benih berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3
bulan. Pengukuran panjang baku dilakukan pada tiap bulannya dengan
menggunakan mistar, sedangkan pengukuran bobot hanya dilakukan pada bulan
ketiga dan pengukuran dilakukan dengan timbangan digital AD-300 dengan
ketelitian 0,01 g. Pada saat umur benih 1 dan 2 bulan dilakukan sortasi pada
populasi benih tersebut. Sortasi dilakukan dengan cara menyisihkan sebagian
3
kecil dari populasi tersebut yang memiliki ukuran panjang baku yang relatif kecil
dibawah rata-rata panjang baku dari populasi tersebut. Pada populasi ikan kontrol
tidak dilakukan sortasi. Pada umur benih 3 bulan dilakukan pengamatan akhir dari
hasil sortasi. Dari hasil yang diperoleh, dilakukan pengolahan data menggunakan
Microsoft Excel 2007.
(1) Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan rumus:
SR (%) =
Keterangan:
Nt
x 100%
No
Nt = Jumlah Ikan pada waktu t (ekor)
No = Jumlah ikan awal (ekor)
(2) Standar Deviasi (Walpole,1993) dihitung dengan rumus:
Standar Deviasi =
Keterangan : σ2 = Variasi (Ragam)
(3) Koefisien Variasi (Coefficient of Variation, CV) dihitung dengan
rumus:
CVpop = σ/μ x 100 %
Keterangan: CVpop = Koefisien Variasi Populasi (%)
σ
= Standar Deviasi (SD)
µ
= rata-rata
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Panjang Baku
Panjang baku rata-rata populasi benih ikan nila pada tiap kasus dan
kumulatif mengalami peningkatan setelah dilakukan sortasi pada bulan pertama
(Gambar 1a), sedangkan standar deviasi dan CV mengalami penurunan (Gambar
1b dan 1c). Setelah dilakukan pemeliharaan hingga bulan kedua, panjang baku
rata-rata, standar deviasi, dan CV populasi benih ikan nila tiap kasus, kumulatif
dan kontrol mengalami peningkatan kembali. Namun populasi benih ikan nila
kontrol memiliki standar deviasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi semua kasus dan kumulatif. Hal ini menunjukkan bahwa populasi benih
ikan nila pada semua kasus dan kumulatif memiliki tingkat keseragaman ukuran
yang lebih baik daripada populasi benih ikan nila kontrol.
Panjang baku rata-rata benih ikan nila pada tiap kasus dan kumulatif
kembali mengalami peningkatan setelah dilakukan sortasi kedua (Gambar 1a),
tetapi standar deviasi dan CV mengalami penurunan (Gambar 1b dan 1c).
Populasi benih ikan nila pada kontrol tidak mengalami perubahan nilai karena
tidak dilakukan sortasi. Setelah dilakukan pemeliharaan berikutnya hingga bulan
ketiga, panjang baku rata-rata dan standar deviasi pada populasi benih ikan nila
tiap kasus, kumulatif dan kontrol mengalami peningkatan (Gambar 1a dan 1b).
Koefisien variasi pada populasi benih ikan nila tiap kasus dan kumulatif
mengalami penurunan setelah dilakukan pemeliharaan hingga bulan ketiga,
namun populasi kontrol tetap mengalami peningkatan keragaman (Gambar 1c).
Pada bulan ketiga dapat dilihat bahwa standar deviasi populasi benih ikan
nila kontrol memiliki standar deviasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan standar deviasi pada semua kasus dan kumulatif (Gambar 1b). Hal ini
menunjukkan bahwa populasi benih ikan nila pada semua kasus dan kumulatif
memiliki tingkat keseragaman yang lebih tinggi dibanding kontrol yang
disebabkan oleh proses sortasi yang dilakukan sebelumnya.
5
Gambar 1. Grafik keragaman panjang baku benih ikan nila Oreochromis niloticus
dengan sortasi dua kali selama 3 bulan pemeliharaan.
Proses sortasi yang menyingkirkan benih yang memiliki panjang baku yang
relatif kecil menyebabkan rataan dari panjang bakunya pun berubah menjadi
relatif lebih besar dari sebelum disortasi sehingga menyebabkan ukuran ikan
menjadi lebih seragam. Hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya nilai standar
6
deviasi dan persentase koefisien keragaman setelah dilakukan sortasi. Populasi
benih ikan nila pada kontrol tidak mengalami perubahan panjang baku, standar
deviasi, dan CV karena tidak dilakukan sortasi.
Selama masa pemeliharaan dari bulan pertama hingga bulan kedua, dan dari
bulan kedua hingga bulan ketiga, panjang baku rata-rata populasi dan keragaman
populasi ikan nila dari tiap kasus, kumulatif dan kontrol mengalami peningkatan.
Hal ini disebabkan karena ikan tumbuh selama masa pemeliharaan. Pertumbuhan
tiap individu dan populasi ikan nila berbeda-beda yang mengakibatkan
meningkatnya keragaman ukuran panjang baku dari ikan nila.
Dunham (2004) menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan ikan nila
dipengaruhi oleh kondisi genetik ikan, padat tebar, persaingan, dll. Pada masa
pemeliharaan dari bulan kedua hingga bulan ketiga, koefisien keragaman populasi
benih ikan nila tiap kasus dan kumulatif mengalami penurunan. Hal ini
menandakan bahwa pada pemeliharaan dari bulan kedua hingga ketiga, populasi
benih ikan nila tiap kasus dan kumulatif relatif lebih seragam dibandingkan
populasi benih ikan nila tiap kasus dan kumulatif masa pemeliharaan sebelumnya.
Sedangkan pada populasi benih ikan nila kontrol terus mengalami peningkatan
koefisien keragaman tiap bulannya. Hal ini menandakan bahwa populasi benih
ikan nila kontrol cenderung mengalami peningkatan keragaman tiap bulannya.
Proses sortasi yang baik seharusnya tidak melebihi 15% dari populasi. Hal
tersebut dikarenakan apabila proses sortasi melebihi 15%, maka terlalu banyak
benih ikan yang terbuang dan menyebabkan kerugian bagi pembenih ikan. Dalam
populasi benih ikan pada kasus 1, proses sortasi kedua menyisihkan ikan sebanyak
63 ekor atau 31,5% (Lampiran 2). Pada populasi benih ikan nila kasus 1 diduga
memiliki kualitas genetik yang kurang baik sehingga banyak ikan mengalami
pertumbuhan yang relatif lebih lambat dari ikan lainnya dalam populasi tersebut.
Dunham (2004) menyatakan bahwa selain faktor lingkungan, faktor genetik juga
mempengaruhi keragaman fenotip dari suatu populasi ikan.
3.2 Bobot
Setelah masa pemeliharaan 3 bulan, standar deviasi dan CV bobot pada
populasi kontrol relatif lebih tinggi dibandingkan dengan populasi benih ikan nila
tiap kasus dan kumulatif (Gambar 2). Hal tersebut disebabkan karena pada
7
populasi
kontrol
tidak
dilakukan
proses
sortasi,
sehingga
penyebaran
pertumbuhan banyak yang tidak merata pada individu ikan. Sedangkan pada
populasi benih ikan nila tiap kasus dan kumulatif dilakukan sortasi tiap bulannya
sehingga populasi menjadi lebih seragam.
Populasi benih ikan nila kontrol dan kasus 1 memiliki ukuran bobot yang
tidak berbeda jauh pada umur 3 bulan (Lampiran 3). Hal ini diduga karena jenis
induk yang digunakan dalam kedua populasi tersebut sama, yaitu nila GESIT dan
nila merah (Lampiran 1). Namun, walaupun memiliki ukuran bobot yang tidak
berbeda jauh, populasi kontrol memiliki standar deviasi dan CV yang relatif jauh
lebih tinggi dibandingkan populasi pada kasus 1 (Gambar 2). Hal ini
menunjukkan bahwa populasi benih ikan nila kasus 1 memiliki ukuran bobot yang
lebih seragam dibandingkan populasi kontrol.
Gambar 2. Grafik keragaman bobot rata-rata benih ikan nila Oreochromis
niloticus dengan sortasi dua kali selama 3 bulan pemeliharaan.
3.3 Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan pada saat panen
dengan jumlah ikan sat tebar (Effendie, 1979). Gambar 3 menunjukkan tingkat
kelangsungan hidup populasi benih ikan nila setiap bulannya, dimana tingkat
kelangsungan hidup tertinggi pada bulan ketiga dimiliki oleh populasi benih ikan
nila secara kumulatif sebesar 90,52%, diikuti oleh kontrol sebesar 86,16%, kasus
3 sebesar 85,08%, dan tingkat kelangsungan hidup terkecil dimiliki oleh kasus 2
8
sebesar 80,30% (Lampiran 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
dilakukannya sortasi sebanyak dua kali tidak terlalu mempengaruhi tingkat stress
ikan yang dapat mengakibatkan rendahnya kelangsungan hidup populasi tersebut.
Gambar 3. Grafik tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila Oreochromis
niloticus dengan dua kali penyortiran selama 3 bulan pemeliharaan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
9
4.1 Kesimpulan
Sortasi yang dilakukan pada bulan pertama dan kedua pada populasi benih
ikan nila tiap kasus dan kumulatif dapat meningkatkan panjang baku rata-rata dan
menurunkan keragaman. Panjang baku rata-rata dan keragaman meningkat
kembali setelah dilakukan pemeliharaan berikutnya.
4.2 Saran
Perlakuan sortasi sebanyak dua kali dapat direkomendasikan dalam usaha
pembenihan ikan nila.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bardach, J.E, J.H. Ryther dan W.O McLarney. 1972. Aquaculture: The Farming
and Husbandry of Fresh Water and Marine Organism. John Wiley and Sons.
New York. P: 868
Chapman, F.A. 2000. Culture of Hybrid Tilapia. Institut of Food and Agricultural
Science, University of Florida.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perairan. Yayasan Dewi Sri. Bogor: 112 hal
KKP. 2010. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2010. Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dunham, R.A. 2004. Aquculture and Fisheries Biotechnology: Genetic
Approaches. USA: CABI Publishing.
Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: P.T Gramedia
Pustaka Utama.
11
LAMPIRAN
Lampiran 1. Induk ikan nila yang digunakan dalam percobaan
12
Kasus 1
a
b
(a) Nila GESIT (Jantan); (b) Nila Merah (Betina)
Kasus 2
a
b
(a) Nila Putih (Jantan); (b) Nila Nirwana (Betina)
Kasus 3
a
b
(a) Nila Putih (Jantan); (b) Nila Merah (Betina)
Kontrol
a
b
(a) Nila GESIT (Jantan); (b) Nila Merah (Betina)
13
Lampiran 2. Keragaman panjang baku benih ikan nila Oreocromis niloticus
dengan sortasi dua kali dan tanpa sortasi (kontrol)
Jumlah
(Ekor)
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
Kumulatif
Kontrol
Umur 1 bulan
255
Sortasi ke-1
240
Sortasi
Ukuran
Jumlah
(cm)
(ekor)
SR
(%)
100
<3
15 (5,88%)
< 5,5
63 (31,5%)
84,91
Panjang Baku
Rata-Rata
V
CV
3,15 ± 0,39
0,152
12,36
3,18 ± 0,38
0,145
11,95
5,45 ± 0,64
0,416
11,84
5,74 ± 0,54
0,290
9,39
(cm)
(%)
Umur 2 Bulan
200
Sortasi ke-2
137
Umur 3 Bulan
134
83,05
7,43 ± 0,61
0,371
8,19
Umur 1 bulan
499
100
2,18 ± 0,38
0,144
17,44
Sortasi ke-1
421
2,30 ± 0,35
0,124
15,33
3,71 ± 0,70
0,490
18,86
3,82 ± 0,66
0,433
17,24
<2
78 (15,63%)
< 3,5
39 (10,37%)
Umur 2 Bulan
376
Sortasi ke-2
337
89,31
Umur 3 Bulan
303
80,30
5,89 ± 0,91
0,833
15,49
Umur 1 bulan
767
100
2,46 ± 0,49
0,241
20,01
Sortasi ke-1
650
2,59 ± 0,39
0,152
15,03
3,98 ± 0,76
0,576
19,08
4,16 ± 0,64
0,404
15,29
< 2,5
117 (15,25%)
<4
82 (13,20%)
Umur 2 Bulan
621
Sortasi ke-2
539
95,54
Umur 3 Bulan
480
85,08
5,99 ± 0,83
0,691
13,88
Umur 1 bulan
1521
100
2,47 ± 0,55
0,298
22,11
Sortasi ke-1
1311
2,61 ± 0,48
0,234
18,54
Umur 2 Bulan
1197
91,30
4,14 ± 0,94
0,879
22,65
Sortasi ke-2
1013
4,26 ± 0,87
0,765
20,54
Umur 3 Bulan
917
90,52
6,17 ± 0,98
0,968
18,25
Umur 1 bulan
289
100
3,43 ± 0,44
0,192
13,27
Umur 2 Bulan
255
88,24
5,87 ± 0,98
0,960
16,70
Umur 3 Bulan
249
86,16
8,03 ± 1,36
1,839
16,88
210 (13,81%)
184 (15,34%)
14
Lampiran 3. Keragaman bobot benih ikan nila Oreocromis niloticus pada
bulan ke-3
Bobot
Rata-Rata (g)
V
CV (%)
Kasus 1
14, 5075 ± 4, 1097
16,8896
28,33
Kasus 2
6, 9122 ± 3,2839
10,7843
47,51
Kasus 3
7,9738 ± 3,3772
11,4062
42,35
Kontrol
14, 9667 ± 7,4797
55,9455
49,98
8,5778 ± 4,2717
18,2475
49,80
Komulatif
15
Download