4.5 Lembar Kerja dan Data Hasil Percobaan Tabel 4.1 SCR Anoda- Anoda- Katoda- Gate- Anoda- Gate - Katoda Gate Gate Resistor Beban Beban Mati 223 0 223 0 223 223 Hidup 52 0 86 1 223 223 Terang 7 1 9 7 223 223 Tabel 4.3 TRIAC Anoda- Anoda- Katoda- Gate- Anoda- Gate- Katoda Gate Gate Resistor Beban Beban Mati 222 0 222 0 223 223 Hidup 237 0 240 1 222 223 Terang 3 0 2 0 215 216 Tabel 4.4 TRIAC dan DIAC Anoda- Anoda- Katoda- Gate- Anoda- Gate- Katoda Gate Gate Resistor Beban Beban Mati 223 0 223 11 224 224 Hidup 124 0 123 17 224 224 Terang 5 0 5 4 224 224 4.6 Analisa Pembahasan Hasil Percobaan Pada percobaan ini terdapat enam jenis besar tegangan yang akan diukur, yaitu tegangan dari Anoda ke katoda, Anoda ke Gate, Katoda ke Gate, Gate ke Resisitor, Anoda ke Beban dan Gate ke Beban. Masing - masing pecobaan diuji dan diukur pada saat lampu mati, redup, dan terang. Pengujian tersebut akan dilakukan untuk semua percobaan yaitu untuk percobaan SCR, SCR dengan Diode, TRIAC, serta TRIAC dan DIAC. 4.6.1 Percobaan SCR Pada percobaan SCR, besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada saat lampu mati (pada table 4.6.1). Hal ini 1 disebabkan karena lapisan N-P yang ada ditengah mendapatkan reverse-bias. Di mana pada saat lampu mati, tidak ada arus yang mengalir dan tegangan yang dihasilkan besar. Dapat digambarkan sebagai berikut : Pada saat lampu dalam keadaan mati, maka tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown. Hasil perhitungan masing-masing tegangannya adalah sebagai berikut: : Anoda/Katoda Pada saat lampu mati Tegangan Anoda/Katoda = 220 Volt Hasil pengukuran = 223 Volt Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 223 220 x 100 % 220 = 1,36 % Pada saat lampu redup Tegangan Anoda/Katoda = 220 Volt 2 Hasil pengukuran = 52 Volt Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 52 220 x 100 % 220 = 76,3 % Pada saat Lampu terang Tegangan Anoda/Katoda = 220 Volt Hasil pengukuran = 7 Volt Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori = 7 220 x 100 % 220 = 96,8 % Anoda / Gate Untuk percobaan Anoda Gate, dapat rangkaiannya dapat dilihat pada gambar berikut : Vin = Vr + VGT Vin = IGT(R) + VGT 3 Gambar 4.21 Rangkaian Anoda / Gate pada SCR Ket : V in : Tegangan Sumber VGT : 0,75 Volt IGT : 15 mA Tegangan Anoda/ Gate = V in - VGT = 220 Volt – 0.75 Volt = 219.25 Volt Hasil pengukuran = 0 Volt Untuk tegangan Anoda / Gate tegangannya hampir mendekati 0. Hal tersebut disebabkan pada saat itu SCR dikatakan dalamm keadaan OFF, di mana sebelumnya SCR telah ON dengan besar tegangan di Anoda / Katoda. Jadi tidak dapat dihitung persentase kesalahannya, karena akan menghasilkan persentase kesalahan yang besar padahal SCR dalam keadaan OFF bukan karena kurang presisi alat atau sebab lain seperti kurang telitinya pembacaan besar tegangan yang dilakukan oleh para praktikan. Katoda /Gate Untuk percobaan Katoda - Gate, dapat rangkaiannya dapat dilihat pada gambar berikut : Vin = Vr + VGT Vin = IGT(R) + VGT V in : Tegangan Sumber VGT : 0,75 Volt IGT : 15 mA Pada saat lampu mati 4 Tegangan Katoda/ Gate = V in - VGT = 220 Volt – 0.75 Volt = 219.25 Volt Hasil pengukuran = 223 Volt Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 223 219,25 x 100 % 219,25 = = 1,71 % Pada saat lampu redup Tegangan Katoda/ Gate = V in - VGT = 220 Volt - 0,75 Volt = 219,25 Volt Hasil pengukuran = 86 Volt Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 86 219,25 x 100 % 219,25 = 60,77 % Pada saat Lampu terang Tegangan Katoda/ Gate = V in - VGT = 220 Volt - 0,75 Volt = 219,25 Volt Hasil pengukuran = 9 Volt Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 9 219,25 219,25 x 100 % = 95,9 % 5 Resistor Perhitungan untuk Resistor digunakan cara yang sama seperti perhitungan Tegangan di Anoda / Gate sebagai berikut : Vin = Vr + VGT Vin = IGT(R) + VGT Gambar Ket : V in : Tegangan Sumber VGT : 0,75 Volt IGT : 15 mA Pada saat lampu mati Nilai Resistor = Vin Vgt = Igt 223 0,75 x 103 15 = 14,6 X 103 Hasil pengukuran = 0 Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 0 14,6 x 100 % 14,6 6 = 100 % Pada saat lampu redup Nilai Resistor = Vin Vgt 223 0,75 = x 103 15 Igt = 14.6 X 103 Hasil pengukuran = 1 Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 1 14.6 x 100 % 14.6 = 93,16 % Pada saat Lampu terang Nilai Resistor = Vin Vgt 220 0,75 = x 103 15 Igt = 14.6 X 103 Hasil pengukuran = 0 Sehingga dapat dicari persentase kesalahan relatifnya sebagai berikut : % kesalahan relatif = = Vpengukuran Vteori x 100 % Vteori 0 14.8 x 100 % 14.8 = 100 % Tabel 4.5 Persentase kesalahan Relatif (%) SCR 7 Persentase kesalahan Relatif Anoda / Katoda Anoda / Gate Resistor Mati 1,36% 1,71% 100% Redup 76,3% 60,77% 93,16% Terang 96,8% 95,89% 100% ( %) Dari tabel persentase kesalahan di atas terlihat bahwa persentase kesalahannya cukup besar, hal ini disebabkan karena resistor menyebabkan tegangan dari anoda ke gate mendekati 0 dan apabila dihitung persentase kesalahannya, hasilnya sangat besar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam mengukur ataupun membaca skala hasil pengukuran. 4.6.3 Percobaan TRIAC Dengan cara yang sama persentase kesalahan relatif (%) pada masing-masing pengukuran tegangan untuk percobaan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8 Persentase kesalahan Relatif (%) TRIAC Persentase kesalahan Relatif Anoda / Katoda Katoda / Gate Resistor Mati 0.9% 1,25% 100% Redup 7,7% 9,46% 93,16% Terang 98,63% 99,08% 100% ( %) Dari tabel persentase kesalahan di atas terlihat bahwa persentase kesalahannya cukup besar terutama pada pengukuran di resistor, hal ini disebabkan karena resistor menyebabkan tegangan dari anoda ke katoda mendekati 0 dan apabila dihitung persentase kesalahannya, hasilnya sangat besar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam mengukur ataupun membaca skala hasil pengukuran. 8 4.6.4 Percobaan TRIAC dan DIAC Dengan cara yang sama persentase kesalahan relatif (%) pada masing-masing pengukuran tegangan untuk percobaan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8 Persentase kesalahan Relatif (%) TRIAC dan DIAC Persentase kesalahan Relatif Anoda / Katoda Katoda / Gate Resistor Mati 1,36% 1,71% 24,65% Redup 43,63% 43,89% 16,43% Terang 97,72% 97,71% 72,60% ( %) Dari tabel persentase kesalahan di atas terlihat bahwa persentase kesalahannya cukup besar terutama pada pengukuran di resistor, hal ini disebabkan karena resistor menyebabkan tegangan dari anoda ke katoda mendekati 0 dan apabila dihitung persentase kesalahannya, hasilnya sangat besar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam mengukur ataupun membaca skala hasil pengukuran. 4.7 Pertanyaan dan Tugas Tugas 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC! 2. Jelaskan perbedaan - perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC! 3. Berikan penjelasan tentang fungsi dan karakteristik dari SCR, TRIAC, dan DIAC! 4. Terangkan cara kerja osilator relaksasi dengan SCR. 5. Apakah keuntungan-keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada pengaturan daya ? 6. Buatlah contoh aplikasi – aplikasi yang menggunakan SCR, TRIAC, dan DIAC! 7. Menurut data dan analisa yang anda buat, apakah yang akan terjadi jika hambatan pada masing – masing rangkaian diatas dikurangi, jelaskan dengan analisa matematis! 9 8. Mengapa pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup, jelaskan dengan analisa matematis! 9. Bagaimanakah hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya sudut tunda penyalaan ? 10. Berikan kesimpulan anda pada masing – masing percobaan diatas! 4.7.1 Jawaban Pertanyaan 1. - SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah komponen dengan tiga pemicu yaitu: Anoda(A), Katoda(K) dan Gate(G). SCR atau Tyristor masih termasuk keluarga semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung thiratron. Bagian-bagiannya diterangkan sebagai berikut : SCR dirancang untuk menyebababkan aliran yang rata dari anoda ke katoda. SCR dibangun dari empat lapisan P dan N yang saling berhubungan sebagai berikut: 10 - Triac adalah tyristor dengan tiga pemicu ,yang mengatur arus ke dua arah.Ini sejenis dengan dua komponen SCR dihubungkan secara pararel dan dalam hubungan dengan inverter. setara dengan dua SCR yang dihubungkan parallel. Dan dijelaskan sebagai berikut: Triac dibangun dari 5 lapisan NPNPN - Diac adalah trysitor yang hanya punya dua kaki. DIAC bukanlah termasuk keluarga thyristor, namun prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan 11 pada DIAC, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.Adapun gambar dari struktur dan symbol DIAC sebagai berikut : 2. - Pada SCR Struktur : Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda.Adapun gambar dari struktur SCR sebagai berikut : Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan dengan kurva I-V SCR berikut ini : 12 Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi. Cara Kerja : Pada prinsipnya SCR dapat menghantarkan arus bila diberikan arus gerbang (arus kemudi).Arus gerbang ini hanya diberikan sekejap saja sudah cukup dan thyristor akan terus menghantarwalaupun arus gerbang sudah tidak ada. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan 13 tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH). o Pada TRIAC Struktur : TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama. Adapun gambar dari struktur TRIAC sebagai berikut : Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini : 14 Terdapat parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (mengoff-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. Cara Kerja : TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah.Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran. o Pada DIAC Struktur : DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari struktur DIAC sebagai berikut : 15 Karateristik : Adapun karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini : Untuk mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya.Karena DIAC sendiri termasuk sukar dilewati oleh arus dua arah. Cara Kerja : Pada prinsipnya diac akan menahan arus kearah dua belah fihak, tetapi setelah tegangan melampaui suatu harga tertentu, ia akan menghantar secara penuh. 3. - Fungsi dan karateristik dari SCR yaitu sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier 16 biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik. SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH). Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi. o Fungsi dan karateristik dari TRIAC yaitu TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama. Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. - Fungsi dan karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan gambar 17 berikut ini: Gambar 4.11 Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB,diac break-over dan berperan sebagai diode penghubung.Peranan ini sama pada kedua arah. Menambahkan diac pada gerbang triac meningkatkan substansi tegangan penghidupan dari triac dan dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih dalam pengontrolan dalam tegangan tinggi. 4. Penggunaan OSILATOR SCR Osilator gelombang ralaksasi utamanya digunakan sebagai pembangkit sinusosidal. Gelombang gigi gergaji, gelombang kotak dan variasi bentuk gelombang tak beraturan termasuk dalam kelas ini. Pada dasarnya pada osilator ini tergantung pada proses pengosongan-pengisian jaringan kapasitor-resistor. Perubahan tegangan pada jaringan digunakan untuk mengubah-ubah konduksi piranti elektronik. Untuk pengontrol, pada osilator dapat digunakan transistor, UJT (uni junction transistors) atau IC (integrated circuit). 5. Keuntungan penggunaan SCR pada pengaturan daya adalah SCR dapat mengontrol tegangan tinggi sehingga SCR dapat melewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus 18 dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH). - Keuntungan penggunaan TRIAC pada pengaturan daya adalah TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate sehingga TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. 6. Aplikasi SCR Sebagai rangkaian Saklar (switch control) Sebagai rangkaian pengendali (remote control) SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi Pengatur motor Pemanas AC Pemanas induksi Aplikasi TRIAC Sebagai rangkaian pengaturan daya (power control) Aplikasi DIAC Sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. Aplikasi dimmer lampu 7. Menurut data dan analisis yang dibuat apabila hambatan pada masing – masing rangkaian diatas dikurangi,maka besar tegangan pada masingmasing rangkaian pun juga akan berkurang baik itu pada rangkaian SCR,SCR dengan Diode,TRIAC,TRIAC DIAC,karena menurut Hukum Ohm 19 yaitu tegangan sebanding dengan hasil kali antara arus dengan hambatan, dapat dirumuskan sebagai berikut : V=IxR Misal kita ambil contoh yaitu percobaan SCR di mana digunakan resistor sebesar 2,2 KΩ dan 820 Ω dalam keadaan parallel maka R ekuivalennya adalah 1 1 0,82 2,2 1 + = = = 0,597Ω dengan IGT = 15 mA = 2,2 0,82 0,82 x 2,2 1,674 15x10-3 A, VGT = 0,75 v, maka V in = IGT (R) + VGT = 15x10-3 A (0,597) + 0,75 = 0,76 volt. Sangat jauh berbeda hasilnya apabila menggunakan hambatan seperti hasil perhitungan hambatan pada rangkaian SCR,di mana Nilai Resistor = Vin VGt 220 0,75 = x 103 = 14,6 X 103 = 14,6 KΩ terlihat IGt 15 bahwa nilai Vin menjadi lebih besar yaitu 220 v. 8. Karena pada DIAC terdapat tegangan BreakOver (Vbo),walaupun pada SCR dan TRIAC juga terdapat tegangan BreakOver ini, akan tetapi pada DIAC tegangan breakOver ini sangat penting. Hanya dengan tegangan breakover tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya.Maka dari itu terdapat satu variable tegangan lagi yang harus ditambahkan pada rumus untuk mencari tegangan pada SCR maupun TRIAC yaitu V in = IGT (R) + VGT Menjadi V in = IGT (R) + VGT + Vbo Penambahan variabel ini tentu saja menambah nilai tegangan Vin sehingga apabila DIAC dipsang dalam rangkaian nyala lampu pada saat potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup.Selain itu pengaruh pemasangan Resistor dalam rangkaian juga sangat besar, karena resistor ini menggeser phasa tegangan VAC sehingga lampu bisa lebih terang dan lebih redup. 9. Hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya sudut tunda penyalaan a) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR memiliki persentase kesalahan relatif yang cukup besar pada Katoda/Gate (Tegangan Katoda/Gate 20 tegangannya mendekati 0 dikarenakan pada saat itu SCR dikatakan dalam keadaan OFF, di mana sebelumnya SCR telah ON dengan besar tegangan di Anoda/Katoda dan Anoda/Gate) dan Resistor saat lampu keadaan terang. b) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dengan diode dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR dengan diode memiliki persentase kesalahan relatif yang lebih besar dibandingkan dengan SCR tanpa diode, yaitu pada Katoda/Gate dan Resistor. c) Pada percobaan TRIAC dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada TRIAC memiliki persentase kesalahan relatif yang lebih besar dibandingkan dengan SCR dan SCR dengan diode, yaitu pada saat kondisi lampu dalam keadaan terang. d) Pada percobaan TRIAC dan DIAC dapat disimpulkan bahwa pengukuran memiliki persentase kesalahan relatif sangat hasil besar dibandingkan dengan SCR, SCR dengan diode, dan TRIAC. . 10. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari masing-masing percobaan yaitu sebagai berikut: a. Percobaan SCR Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada saat lampu mati. Terdapat tegangan yang menyebakan sambungan NP pada SCR jenuh dan hilang yaitu tegangan breakdown .Di mana tegangan breakdown ini menyebabkan nilai tegangan dari anoda ke katoda dan dari anoda ke gate semakin kecil dari Lampu yang dalam keadaan mati sampai dalam keadaan terang. b. Percobaan SCR dengan Diode Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada saat lampu mati. Terdapat tegangan yang menyebakan sambungan NP pada SCR jenuh dan hilang yaitu tegangan breakdown atau tegangan reverse-bias nilai 21 tegangan menjadi berkurang bila dibandingkan dengan nilai tegangan pada percobaan lainnya yang merupakan karateristik dari Diode. c. Percobaan TRIAC TRIAC dapat menghantarkan arus dua arah tidak seperti pada SCR. Sehinngga nilai Tegangan dari Katoda ke Gate pada TRIAC lebih besar bila dibandingkan dengan SCR Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada saat lampu mati. d. Percobaan TRIAC dengan DIAC Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada saat lampu mati. Pada DIAC terdapat tegangan breakover (Vbo). Hanya dengan tegangan breakover tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus, sehingga pada percobaan TRIAC dan DIAC ini nilai Tegangan dari Anoda ke Katoda dan dari Anoda ke Gate lebih besar bila dibandingkan dengan Percobaan dengan TRIAC saja. 4.8 Kesimpulan Dari data hasil percobaan dan analisa hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. SCR hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Arus yang mengalir hanya dari anoda ke katoda atau dari anoda ke gate sehingga besar tegangan dari anoda ke gate atau dari anoda ke katoda lebih besar dibandingkan dengan katoda ke gate, resistor ataupun pengukuran pada beban. 2. Pada percobaan SCR dengan dioda besar tegangan dari anoda ke katoda serta anoda ke gate lebih kecil dibandingkan dengan percobaan SCR. 3. Pada percobaan SCR besar tegangan dari anoda ke katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada saat lampu padam. 22 4. Pada percobaan SCR dengan dioda nilai tegangan menjadi berkurang karena pengaruh dari karakteristik dioda yaitu yang mempunyai tegangan reverse bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP pada SCR jenuh dan hilang serta membuat nilai tegangan menjadi berkurang. 5. TRIAC dapat mengalirkan arus dalam dua arah sehingga nilai tegangan dari katoda ke gate pada percobaan TRIAC lebih besar bila dibandingkan dengan percobaan SCR. 6. DIAC berfungsi sebagai pemicu TRIAC sehingga pada pecobaan TRIAC dan DIAC nilai tegangan secara keseluruhan lebih besar bila dibandingkan dengan percobaan TRIAC saja. 23 24