faktor risiko yang berhubungan dengan

advertisement
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN GLOBAL PADA
BALITA
RISK FACTORS ASSOCIATED WITH GLOBAL
DEVELOPMENT DELAY IN TODDLERS
Dita Rahmaika Arumsari, Muhammad Faizi
Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya
Email: [email protected]
Abstrak
Latar Belakang: Periode terpenting perkembangan anak adalah dibawah umur dua tahun.
Keterlambatan perkembangan global (KPG) merupakan bagian dari keterlambatan perkembangan.
Di Poli Tumbuh Kembang RSUD dr Soetomo Surabaya, gangguan perkembangan yang paling
banyak ditemukan adalah keterlambatan perkembangan global. Tujuan penelitian, untuk
mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan global pada
balita di Poli Tumbuh Kembang RSUD dr Soetomo Surabaya. Metode:
analitik
dengan
pendekatan case control. Populasi kelompok kasus adalah balita yang didiagnosa Keterlambatan
Perkembangan Global pada bulan Maret 2013. Populasi kelompok kontrol adalah balita dengan
perkembangan normal pada bulan Januari 2010-Maret 2013. Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling untuk kelompok kasus dan simple random sampling untuk kelompok
kontrol. Besar sampel 40 balita dengan perbandingan kasus:kontrol (1:1). Sumber data dari rekam
medik. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik. Hasil: faktor-faktor yang
terbukti berpengaruh: berat badan lahir (ρ=0,012; OR=45,596), penyakit kronis (ρ=0,015;
OR=9,021), status gizi balita (ρ=0,029; OR=5,907) dan urutan anak (ρ=0,005; OR=0,076) dengan
probabilitas 98,4%. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh: paparan rokok dalam kehamilan
(ρ=0,108), riwayat komplikasi kehamilan ibu ρ=0,432), infeksi dalam kehamilan ibu (ρ=1,000),
jenis persalinan (ρ=1,000), asfiksia (ρ=0,005), dan prematuritas (ρ=0,000). Kesimpulan:
keterlambatan perkembangan global pada balita di Poli Tumbuh Kembang RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dipengaruhi oleh berat badan lahir, penyakit kronis, status gizi balita, dan urutan anak.
Kata kunci: Keterlambatan Perkembangan Global, Faktor-Faktor Risiko, berat badan lahir,
penyakit kronis, status gizi balita, urutan anak, paparan rokok dalam kehamilan, riwayat
komplikasi kehamilan ibu, infeksi dalam kehamilan ibu, jenis persalinan, asfiksia, prematuritas
Abstract
Background: The most important period of development of the child is under the age of two
years. Global developmental delay (KPG) is part of a developmental delay. Growth in Poli dr
Soetomo, a developmental disorder that most commonly found is a global developmental delay.
The purpose of research, to identify risk factors associated with global developmental delays in
infants at Poli Growth Soetomo dr. Methods: case control analytic approach. Population groups of
cases are diagnosed toddler Global Development Delay in March 2013. The population of the
control group is toddlers with normal development in January 2010-March 2013. Sampling using
total sampling technique for the case group and simple random sampling for the control group.
Large sample of 40 toddlers with comparative case: control (1: 1). Source data from medical
records. Data analysis using Chi-square test and logistic regression. Results: factors that proved
influential: birth weight (ρ = 0.012; OR = 45.596), chronic diseases (ρ = 0.015; OR = 9.021),
nutritional status (ρ = 0.029; OR = 5.907) and the order of the child ( ρ = 0.005; OR = 0.076) with
a probability of 98.4%. Factors that do not affect: smoke exposure in pregnancy (ρ = 0.108),
28
history of pregnancy complications mother ρ = 0.432), an infection in the mother's pregnancy (ρ =
1.000), type of delivery (ρ = 1.000), asphyxia (ρ = 0.005) and prematurity (ρ = 0.000). Conclusion:
global developmental delays in infants at Hospital Dr. Poli Growth Soetomo affected by birth
weight, chronic diseases, nutritional status of children, and child sequences.
Keywords: Global Development Delay, the risk factors, birth weight, chronic diseases, nutritional
status of children, child sequence, smoke exposure in pregnancy, maternal history of pregnancy
complications, maternal infections in pregnancy, type of delivery, asphyxia, prematurity
PENDAHULUAN
Perkembangan anak merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mengantarkan anak menjadi manusia dewasa dengan fungsi yang optimal. Setiap
anak berkembang dengan kecepatan dan ketepatan yang berbeda. Walaupun ada
perbedaan individual, tetapi secara keseluruhan tahapan perkembangan dapat
diukur dengan patokan yang berlaku (IDAI, 2010). Periode terpenting
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah umur dibawah 5 tahun (Menkes JH,
2006 dalam Suwarba, 2008). Beberapa domain perkembangan tersebut antara lain
motorik halus, motorik kasar, berbahasa/bicara, personal social/interaksi sosial,
kognitif, dan aktivitas sehari-hari.
Global Developmental Delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan
Global (KPG), merupakan suatu keadaan ditemukannya keterlambatan yang
bermakna lebih atau sama dengan 2 domain perkembangan. Keterlambatan
bermakna artinya pencapaian kemampuan pasien kurang dari 2 standar deviasi
(SD) dibandingkan dengan rerata populasi pada umur yang sesuai (Tanuwijaya,
2002 dalam Suwarba, 2008). Angka kejadian keterlambatan perkembangan secara
umum sekitar 10% anak-anak di seluruh dunia (Suwarba, 2008).
Di Poli Tumbuh Kembang Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada bulan
Januari 2013 sampai Maret 2013, gangguan yang paling panyak ditemukan adalah
Global developmental delay (GDD) atau keterlambatan perkembangan global
(KPG) yaitu sebesar 39,1%. Tujuan peneneltian ini adalah untuk mengetahui
faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan global pada
balita di Poli Tumbuh Kembang Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya.
METODE
Penelitian ini dilakukan di Poli Tumbuh Kembang Anak RSUD Dr
Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan pada tanggal 21-28 Mei 2013. Penelitian
29
menggunakan analitik obsevasional dengan pendekatan Case Control. Populasi
kelompok kasus adalah seluruh balita yang memeriksakan diri di Poli Tumbuh
Kembang
anak
RSUD
Dr
Soetomo
dengan
diagnosa
keterlambatan
perkembangan global pada bulan Maret 2013. Populasi pada kelompok kontrol
adalah balita dengan diagnosa perkembangan normal yang memeriksakan diri di
Poli Tumbuh Kembang anak RSUD Dr Soetomo pada Januari 2010 – Maret 2013.
Teknik sample pada kelompok kasus menggunakan total sampling. Jumlah
balita dengan diagnosa keterlambatan perkembangan global pada bulan Maret
2013 berjumlah 40 balita. Sampel pada kelompok kontrol menggunakan teknik
simple random sampling dengan besar sampel 40 balita (perbandingan 1:1).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah balita dengan usia 1 - <5 tahun.
Sedangkan criteria ekslusi adalah sumber data dalam rekam medis yang tidak
lengkap. Variabel bebas adalah berat badan lahir, paparan rokok (aktif/pasif dalam
satu rumah) pada waktu kehamilan ibu, riwayat infeksi (TORCH dan IMS) dalam
kehamilan ibu, komplikasi kehamilan ibu (DM, Hipertensi, Pre eklamsia/eklamsi),
jenis persalinan, asfiksia, prematuritas, status gizi balita, penyakit kronis, dan
urutan anak. Variabel terikat adalah keterlampabat perkembangan global.
Sumber data didapatkan dari rekam medis dan buku register pasien poli
tumbuh kembang RSUD dr Soetomo periode Januari 2010 - Maret 2013.
Responden kelompok kasus dan kontrol dicatat nomor rekam mediknya melalui
buku register pasien poli tumbuh kembang RSUD dr Soetomo periode Januari
2010 - Maret 2013. Variabel-variabel yang diteliti dalam rekam medis responden
dicatat pada lembar pengumpulan data.
Analisis data yang diguakan dalam penenitian ini yaitu: (1) Analisis
Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi
Square dan jika tidak memenuhi syarat dilakukan uji Fisher’s Exact. (2) Analisis
multivariat untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian
keterlambatan perkemabangan global (KPG), yaitu menggunakan uji statistik
regresi logistik ganda. Data diproses melalui SPSS for Windows 16.
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kelompok kasus sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 55%, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 57.5%. Pada kelompok kasus maupun
kelompok kontrol, hampir setengahnya berusia 12-23 bulan, yaitu sebesar 45%
(18 responden) pada kelompok kasus dan sebesar 30% (12 responden) pada
keompok kontrol. Pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol, hampir
setengahnya ibu berusia 26-30 tahun, yaitu sebesar 37.5% pada kelompok kasus
dan 42.5% pada kelompok kontrol. Hampir setengahnya ibu hamil pada usia 2630 tahun, yaitu sebesar 40% baik kelompok kontrol maupun kelompok kasus
(Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik data umum responden penelitian
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia (Bulan)
12-23
24-35
36-47
48-59
Usia Ibu (Tahun)
<21
21-25
26-30
31-35
>35
Usia Ibu Saat Hamil (Tahun)
<21
21-25
26-30
31-35
>35
Kasus
n = 40
Kontrol
n = 40
F
%
F
%
18
22
45
55
23
17
57.5
42.5
18
8
4
10
45
20
10
25
12
9
8
11
30
22.5
20
27.5
0
5
15
12
8
0
12.5
37.5
30
20
0
9
17
10
4
0
22.5
42.5
25
10
2
10
16
8
4
5
25
40
20
10
5
15
16
3
1
12.5
37.5
40
7.5
2.5
Pada kelompok kasus hampir seluruhnya memiliki domain keterlambatan
lebih dari 2 aspek, yaitu sebesar 87.5% (Tabel 2).
31
Tabel 2. Distribusi balita kelompok kasus berdasarkan doamain
keterlambatan
Domain Keterlambatan
2
>2
Total
F
5
35
40
%
12.5
87.5
100
Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan hubungan yang bermakna pada
berat badan lahir (p = 0,005), asfiksia (p =0,000), prematuritas (p = 0,026), status
gizi balita (p = 0,000), penyakit kronis (p = 0,000), dan urutan anak (p = 0,001)
(Tabel 3).
Tabel 3. Analisis bivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan global pada balita
Variabel
KPG
Kategori
Perkembangan
Normal
F
(%)
1
8,3
39
57,4
(%)
100
100
14,3
53,4
7
73
100
100
2
28,6
7
100
47,9
38
52,1
73
100
0
0
1
100
1
100
Tidak
40
50,6
39
49,4
79
100
Asfiksia
.
Ya
Tidak
16
24
100
37,5
0
40
0
62,5
16
64
100
100
0,000
Prematuritas
Ya
Tidak
6
34
100
45,9
0
40
0
54,1
6
74
100
100
0,026
0
0
1
100
1
100
40
50,6
39
49,4
79
100
25
80,6
6
19,4
31
100
15
30,6
34
69,4
49
100
Ya
Tidak
22
18
81,5
34
5
35
18,5
66
27
53
100
100
Anak Pertama
Anak Kedua
dst
13
31,7
28
68,3
41
100
27
69,2
12
30,8
39
100
Paparan rokok dalam
kehamilan ibu
Riwayat Komplikasi
Kehamilan (DM, hipertensi,
preeklamsia/eklamsia) Ibu
Riwayat Infeksi (TORCH dan
IMS) dalam Kehamilan Ibu
Jenis Persalinan
Status Gizi Balita
Penyakit Kronis
.
Urutan Anak
F
11
29
(%)
91,7
42,6
Ya
Tidak
6
34
85,7
46,6
1
39
Ya
5
71,4
Tidak
35
Ya
p value*
(𝛼=0,05)
F
12
68
Berat Badan Lahir
BBLR
BBLN
Total
Pervaginam
dengan
Tindakan
Pervaginam
atau SC
0,005
0,108
0,432
1,000
1,000
Gizi
Kurang/Buruk
Gizi Baik
32
0,000
0,000
0,001
Berdasarkan analisis multivariat regresi logistik berganda, menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna pada berat badan lahir, status gizi balita,
penyakit kronis, dan urutan anak. Variabel yang paling berpengaruh adalah berat
badan lahir. Balita dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) memiliki risiko 45,596
kali lebih besar (95% CI = 2,294 – 906,211) dibandingkan dengan balita dengan
berat bayi lahir normal (BBLN). Balita yang pernah atau sedang menderita
penyakit kronis memiliki risiko 9,021 kali lebih besar (95% CI = 1,537 – 52,962)
dibandingkan dengan balita yang tidak pernah atau tidak sedang menderita
penyakit kronis. Balita dengan status gizi kurang/buruk memiliki risiko 5,907 kali
lebih besar (95% CI = 1,196 – 29,167) dibandingkan balita dengan status gizi
baik. Balita yang merupakan anak pertama memiliki risiko 0,076 kali lebih besar
(95% CI = 0,013 – 0,450). Karena nilai OR pada urutan anak 0,076 < 1, maka
anak pertama mencegah terjadinya KPG dibandingkan anak kedua dan seterusnya
(Tabel 4).
Tabel 4. Analisis multivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan global pada balita
Variabel
B
p value
OR
Berat Badan Lahir
Penyakit Kronis
Status Gizi Balita
Posisi Anak
3,820
2,200
1,776
-2,582
0,012
0,015
0,029
0,005
45,596
9,021
5,907
0,076
Constant
-1,002
0,068
0,367
95% CI
EXP (B)
2,294 – 906,211
1,537 – 52,962
1,196 – 29,167
0,013 – 0,450
Variabel yang paling berpengaruh adalah berat badan lahir berdasarkan
hasil uji regresi logistik ganda. Balita dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)
memiliki risiko 45,596 kali lebih besar (95% CI = 2,294 – 906,211) dibandingkan
dengan balita dengan berat bayi lahir normal (BBLN). Balita yang pernah atau
sedang menderita penyakit kronis memiliki risiko 9,021 kali lebih besar (95% CI
= 1,537 – 52,962) dibandingkan dengan balita yang tidak pernah atau tidak sedang
menderita penyakit kronis. Balita dengan status gizi kurang/buruk memiliki risiko
5,907 kali lebih besar (95% CI = 1,196 – 29,167) dibandingkan balita dengan
status gizi baik. Balita yang merupakan anak pertama memiliki risiko 0,076 kali
lebih besar (95% CI = 0,013 – 0,450). Karena nilai OR pada urutan anak 0,076 <
33
1, maka anak pertama mencegah terjadinya KPG dibandingkan anak kedua dan
seterusnya.
PEMBAHASAN
Beberapa penelitian menemukan bahwa bayi dengan Intra Uterine Growth
Retardation mengalami tingkat perkembangan yang rendah. IUGR menunjukkan
kendala dalam nutrisi janin selama masa kritis perkembangan otak. Anak yang
lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko 2,6 kali lebih besar untuk
terjadinya keterlambatan perkembangan (Sitaresmi, 2008). Penelitian yang sama
juga dilakukan oleh Soleimani F pada tahun 2008 di Iran yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara berat
badan lahir rendah dengan keterlambatan
perkembangan dengan nilai p 0,006. Masalah perkembangan syaraf terjadi dua
sampai lima kali lebih besar pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Di
negara-negara barat, prevalensi dari gangguan perkembangan syaraf – mental
pada bayi dengan berat badan lahir 1500 – 2500 gram sebesar 8% dan naik sampai
15% pada berat lahir 1001 – 1500 gram (Bennet, 2005 dalam Soleimani, 2008).
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa paparan
rokok pada kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan anak (Hidayat, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Naomi B. pada tahun 2005 menyatakan bahwa
pada ibu dengan paparan rokok saat kehamilan, berisiko 6,8 kali mempunyai anak
dengan kecerdasan intelektual yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh David
L. pada tahun 1994 menyatakan bahwa paparan rokok saat kehamilan dapat
mengakibatkan gangguan perkembangan neurologis pada anak. Hasil yang tidak
bermakna ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang terlalu sedikit
dan waktu penelitian yang singkat. Pada penelitian ini, terdapat 6 balita yang
terapapar rokok dalam kehamilan ibu, namun paparan rokok tersebut adalah p
paparan rokok pasif. Pada pemeriksaan antenatal, ibu hamil selalu diberikan
konseling oleh tenaga medis tentang bahaya asap rokok terhadap janin dalam
kandungan. Oleh sebab itu, ibu hamil yang rutin memeriksakan kehamilannya,
cendenrung akan menghindari paparan asap rokok baik aktif maupun pasif.
34
Hal penelitian tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa diabetes
gestational bersifat teratogenik sehingga dapat mengakibatkan anomali kongenital
dan defek susunan syaraf pusat. Hipertensi dan preeklamsi/eklamsi mempunyai
ikatan erat dengan angka kesakitan dan kematian janin (Varney, 2007). Penelitian
yang dilakukan oleh T. Fatemeh pada tahun 2012 di Iran menyatakan bahwa
kehamilan dengan resiko tinggi, termasuk diabetes gestational, hipertensi, dan
preeklamsia/ekalmsia
mempunyai
hubungan
yang
signifikan
dengan
keterlambatan perkembangan pada anak usia 4 – 60 bulan.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bang pada tahun 2008 di Korea yang menyebutkan bahwa komplikasi kehamilan,
termasuk diabetes gestational, hipertensi, dan
preeklamsia/ekalmsia tidak
mempunyai hubungan signifikan dengan perkembangan anak dengan nilai
signifikansi ρ value < α (0,080 > 0,05). Hasil yang tidak bermakna ini disebabkan
oleh jumlah sampel yang terlalu sedikit dan waktu penelitian yang kurang. Ibu
hamil
dengan
komplikasi
kehamilan
seperti
diabetes,
hipertensi,
preeklamsi/ekalmsi akan mendapatkan penanganan yang tepat bila rutin
memeriksakan kehamilannya. Intervensi yang diberikan oleh dokter spesialis
obstetri dan ginekologi, akan meminimalkan kemungkinan morbiditas pada janin
yang akan berpengaruh pada perkembangannya kelak.
Penelitian ini tidak mendukung teori yang ada dimana infeksi trimester
pertama dan kedua oleh TORCH (toxoplasma, Rubella, Sitomegalovirus, herpes
Simplex) dan PMS (penyakit menular seksual) dapat mengakibatkan kelainan
janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital (Tanuwidjaya dalam Moersintiwarti, 2010). Infeksi TORCH dan PMS
dapat mengganggu pertumbuhan dan maturasi otak (Swarba, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh balita yang menderita KPG
tidak memiliki riwayat infkesi (TORCH dan IMS) pada kehamilan ibu. Di
Indonesia, infeksi intrauterine yang sering ditemui adalah infeksi toxoplasma dan
cytomegalovirus. Infeksi tersebut tidak selalu diikuti dengan gejala. Jika diikuti
dengan gejala, gejala yang timbul biasanya hanya bersifat ringan. Tidak semua ibu
hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal difasilitasi dengan skrining
TORCH. Hal ini dapat menjelaskan mengapa hasil penelitian tidak bermakna.
35
Hasil penelitian ini tidak sesuai teori menurut Tanuwidjaya dalam
Moersintowarti 2010 yang menyatakan bahwa asfiksia pada bayi baru lahir dapat
menyebabkan kerusakan otak. Otak bayi yang mengalami asfiksia membengkak
dan aliran darahnya terbendung, sel-sel otak terutama di daerah hipotalamus,
ganglion basal, serebelum, dan lapisan III, IV, V, dan korteks serebri banyak yang
rusak. Kerusakan otak tersebut akan mempengaruhi perkembangan bayi pada
tahap selanjutnya (Markam, 2011).
Penelitian di India yang dilakukan oleh Sachdeva S. pada tahun 2010
menujukkan bahwa asfiksia tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
keterlambatan perkembangan global pada bayi dan balita. Penelitian randomized
control trial pada beberapa tempat termasuk di India, membuktikan bahwa udara
ruangan dengan oksigen 100% untuk resusitasi pada bayi aterm dengan asfiksia
tidak menyebabkan gangguan perkembangan syaraf sampai umur dua tahun. Hal
ini dapat menjelaskan perkembangan yang normal pada balita dengan riwayat
tidak langsung menangis saat lahir (Ramji S, 2005).
Pada penelitian ini, penilaian asfiksia tidak berdasarkan apgar score, tetapi
berdasarkan bayi langsung menangis atau tidak saat lahir. Di Indonesia, setiap
tempat persalinan, baik di rumah sakit, di klinik bersalin, maupun di tempat
praktek bidan sudah dilengkapi dengan alat resusitasi bayi baru lahir. Tenaga
kesehatan penolong persalinan sudah banyak dibekali dengan pelatihan
manajemen resusitasi pada bayi baru lahir. Jika saat menolong persalinan
didapatkan bayi yang tidak langsung menangis, resusitasi segera dilakukan sesuai
prosedur tetap yang sudah ada. Dengan manajemen resusitasi yang baik, bayi
dengan asfiksia dapat tertolong dari periode kritis.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
mayoritas bayi prematur mengalami pengurangan volume otak. Kerusakan otak
pada bayi premature yang bersifat akut akan menyebabkan kerusakan kronik yang
progresif yang berakibat berkurangnya volume white matterotak dan mielenisasi
yang terlambat (Hardyastuti dalam IDAI 2010). Studi tentang konsekuensi
keterlambatan perkembangan pada bayi premature dilaporkan sebagai faktor
risiko utama untuk keterlambatan perkembangan (Bang, 2008).
36
Hasil yang tidak bermakna mungkin disebabkan karena jumlah sampel
yang terlalu sedikit dan waktu penelitian yang singkat. Hal ini dapat dilihat dari
data yang menunjukkan hanya terdapat 6 balita yang lahir prematur. Selain itu
keterlambatan perkembangan global dipengaruhi oleh multifaktor. Bayi yang
dilahirkan prematur bisa jadi mengalami perkembangan yang normal bila faktorfaktor penentu pertumbuhan dan berkembangan yang lain dipenuhi dengan baik.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan
teori bahwa riwayat kelahiran
pervaginam dengan tindakan seperti vakum ekstraksi atau forceps dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan otak (Nursalam, 2005). Menurut peneliti, hasil
yang tidak bermakna tersebut disebabkan oleh sudah jarangnya penggunaan
vakum ekstraksi maupun forceps dalam pertolongan persalinan. Berdasarkan hasil
penelitian, hanya terdapat 1 balita dari seluruh responden yang lahir secara
pervaginam dengan tindakan (vakum/forcep). Indikasi persalinan dengan vakum
ekstraksi antara lain pada ibu yang mempunyai penyakit jantung, penyakit paru
fibrotic dan kala II yang memanjang. Sedangkan indikasi persalinan forceps ialah
ibu dengan preekalmisa/eklamsia, rupture uteri yang membakat, ibu dengan
penyakit jantung dan paru-paru, adanya gawat janin, dan kala II yang memanjang.
Saat ini, ibu maupun janin dengan indikasi diatas, biasanya dilakukan operasi
caesar (SC) yang sudah direncanakan, maupun yang mendadak. Operasi Caesar
(SC) meminimalkan resiko trauma pada kepala bayi, sehingga pemilihan jenis
persalinan untuk forcep maupun vakum ekstraksi untuk saat ini sudah jarang
dilakukan.
Untuk tumbuh dan berkembang, anak mebutuhkan zat gizi esensial
mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air yang harus
dikonsumsi secara seimbang sesuai dengan tahapan usianya. Anak dapat
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang
adekuatnya asupan zat gizi tersebut (Supartini, 2004). Defisiensi nurien tertentu
sangat menentukan perkembangan susunan syaraf pusat maupun perifer yang
menimbulkan kelainan neurologis (Medina, 2008). Anak dengan malnurisi
mempunyai risiko yang lebih besar untuk keterlambatan perkembangan. Sebuah
review sistematis menyebutkan bahwa pada balita dan anak-anak, berat badan
kurang dan kekerdilan juga berhubungan dengan apatis, kurangnya pengaruh
37
positif, dan rendahnya tingkat bermain ( Walker, 2007). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sitaresmi pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa status gizi
pada anak berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan.
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan
dan perkembangan. Bila anak menderita penyakit kronis, maka pencapaian
kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak
memiliki masa kritis (Hidayat, 2008). Penyimpangan perkembangan yang terjadi
akibat dari gejala/kelainan yang menetap, pengobatan yang lama, keterbatasan
aktivitas atau mobilitas, atau keterbatasan terhadap kegiatan sekolah, rekreasi,
bermain, aktivitas keluarga da pekerjaan (Soetjiningsih dalam Moersintowarti,
2010). Tidak dapat dipungkiri bahwa anak yang berada dalam kondisi sehat, maka
percepatan untuk perkembangannya menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Balita
yang memiliki atau sedang menderita penyakit kronis, masa kritis dalam
perkembangannya akan mengalami hambatan.
Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan intelektual
lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang
dewasa dibandingkan dengan anak kedua dan seterusnya (Hidayat, 2008). Orang
tua yang merawat hanya satu anak, akan cenderung lebih fokus dan lebih banyak
menstimulasi perkembangannya. Hal ini terjadi pada anak pertama maupun anak
tunggal. Pada anak kedua dan seterusnya, perhatian orang tua menjadi kurang
fokus terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, karena orang tua juga
merawat saudara yang lain. Hal ini dapat menjelaskan mengapa anak pertama atau
anak tunggal lebih mencegah terjadinya keterlambatan perkembangan global.
SIMPULAN DAN SARAN
Keterlambatan perkembangan global (KPG) pada balita di Poli Tumbuh
Kembang RSUD Dr. Soetomo Surabaya dipengaruhi oleh berat badan lahir,
penyakit kronis, status gizi balita, dan urutan anak. Diharapkan masyarakat dapat
menghindari faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan global. Tenaga medis kuhusnya bidan, diharapkan dapat
memebrikan asuhan yang komprehensif pada pasangan yang ingin menikah, ibu
hamil, ibu bersalin, bayi dan balita. Disarankan kepada peneliti lain untuk
38
melakukan penelitian tentang faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap
keterlambatan perkembangan global pada balita yang belum diteliti dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bang, Kyungsook, 2008, ‘Analysis of Risk factors in Children with Suspected
developmental Delays’, World Academy of Science, Engineering and
Technology, vol.24, pp. 429-434.
Breslau, N, Paneth, N, Lucia, VC, Pollak, RP, 2005, ‘Maternal Smoking During
Pregnancy and Offspring IQ’, Internaional Journal of Epidemiology, vol.34,
pp. 1047-1053.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Depkes.
Hidayat, A, Alimul, 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
IDAI, 2010. A journey to Child Neurodevelopment: Application in Daily Practice.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Markam, Soemarno, 2011. Penuntun Neurologi. Tangerang: Binanusa Aksara.
Marimbi, Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Jogjakarta: Nuha Medika.
Medina, MT, Amador, CC, Hernandes, R, Hesse, N, 2008, ‘Neurologic
Consequence of Malnutrition, Semin Clin Neurol, vol.6, pp. 1-63.
Moersintowarti, BN, Sularyo, TS, Soetjiningsih, Suyitno, H, Ranuh, IGNG,
Wiradisuria, S (eds), 2010. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
Sagung Seto.
Nursalam, Susilaningrum, R, Utami, S, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Ramji, S, Saugstad, OD, 2005, “Use of 100% Oxygen or Room Air in Neonatal
Resuscitation’, Am Acad Pediatr, vol.6, pp 1047-1053.
Sachdeva, S, Amir, S, Alam, S, Khan, S, Kahlique, N, Ansari, MA, 2010, ‘Global
developmental Delay and Its Determinants Among Urban Infants and
Toddlers: A Cross sectional Study’, Indian J Pediatr, vol.77, pp. 975-980.
39
Sitaresmi, MN, Ismail, D, Wahab, A, 2008, ‘Risk Factor of Developmental Delay:
a community-based study, Paediatrica Indonesiana’, vol.48, no.3, pp. 161165.
Soleimani, F, Vameghi, R, Hemmati, S, Roghani, RS, 2008, ‘Perinatal and
Neonatal Risk Factors for neurodevelopmental Outcome in Infants in
Karaj’, Arch Iranian Med, vol.2, no.2, pp. 135-139.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Suwarba, IGN, Widodo, DP, Handryastuti, RAS, 2008, ‘Profil Klinis dan Etiologi
Pasien Keterlambatan Perkembangan Global di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta’, Sari Pediatri, vol. 10, no. 4, pp. 255-261.
Tjandrajani, A, Dewanti, A, Burhany, AA, Widjaja JA, 2012, ‘Keluhan Utama
pada Keterlambatan Perkembangan Umum di Klinik Khusus Tumbuh
Kembang RSAB Harapan Kita’, Sari Pediatri, vol. 13, no. 6, pp. 373-377.
Torabi, F, Akbari, SAA, Amiri, S, Soleimani, F, Majd, HA, 2012, ‘Correlation
Between High Risk Pregnancy and Developmental Delay in Children Aged
4-60 Months’, Libyan J Med, vol.7, pp.1-6.
Wong, DL, Eaton, MH, Wilson, D, Winkelstein, ML, Schwartz, P, 2009. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.
Varney, H, Kriebs, JM, Gegor, CL, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4
Volume 1. Jakarta: EGC.
40
Download