Kisah Sang Pendidik

advertisement
21
TABLOID REPUBLIKA
MUJAHIDAH
JUMAT, 15 OKTOBER 2010
Asy-Syifa binti al-Harits
Kisah Sang Pendidik
Oleh Heri Ruslan
Oleh Heri Ruslan
Ia termasuk muhajirin
angkatan pertama dan
termasuk wanita yang berba'iat
kepada Rasulullah.
aum wanita telah menempati peran penting dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara sejak zaman Rasulullah SAW.
Muslimah tak hanya betugas mengurus
anak dan suami, namun juga bisa berkarya dan
berprestasi. Salah seorang sahabat wanita di zaman Rasulullah berperan penting di awal perkembangan Islam adalah asy-Syifa binti al-Harits.
Nama lengkapnya adalah asy-Syifa binti
Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin
Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka'ab alQurasyiyyah al-Adawiyah. Ia telah mendedikasikan
dirinya sebagai pendidik atau guru wanita yang
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada para
Muslimah pada zamannya.
Seperti dikisahkan Mahmud Mahdi al-Istanbuli
dan Mushthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi dalam
Nisaa' Haular Rasuuli (Wanita Teladan di Zaman
Rasulullah SAW), asy-Syifa dikenal sebagai
Muslimah yang cerdas dan utama. "Ia merupakan
salah seorang tokoh Islam yang menonjol dan di
dalam dirinya terhimpun pengetahuan dan keislaman," tutur al-Istanbuli dan Abu an-Nashr.
Asy-Syifa memeluk Islam sebelum Rasulullah
SAW melakukan Hijrah. Ia termasuk muhajirin
angkatan pertama dan termasuk wanita yang
berba'iat kepada Rasulullah. Beliaulah yang disebutkan dalam firman Allah SWT dalam Alquran
surat Al-Mumtahanah ayat 12:
"Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia bahwa mereka tidak akan mem-
K
persekutukan Allah dengan sesuatu apa pun,
tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan
membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat
dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan
kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu
dalam urusan yang baik, maka terimalah janji
setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada
Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Asy-Syifa' menikah dengan Abu Hatsmah bin
Hudzaifah bin Adi. Ia dikarunia seorang anak
bernama Sulaiman bin Abi Hatsmah. Asy-Syifa
dikenal sebagai guru membaca dan menulis
sebelum datangnya Islam. Sehingga, ketika
cahaya Islam singgah dikalbunya, ia tetap
mendedikasikan dirinya untuk mengajar para
Muslimah dengan mengharapkan ganjaran dan
pahala dari Allah SWT.
Itulah yang membuatnya ditabalkan sebagai
'guru wanita pertama dalam Islam'. Di antara
wanita yang dididik oleh asy-Syifa adalah Hafshah
binti Umar bin Khatthab RA, yang tak lain adalah
istri Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW meminta kepada
asy-Syifa' untuk mengajarkan Hafshah RA menulis dan sebagian Ruqyah (pengobatan dengan
doa-doa).
Asy-Syifa berkata, "Suatu ketika Rasulullah
SAW pernah datang menemuik, saat aku berada
di samping Hafshah. Lalu beliau bersabda,
"Mengapa tidak engkau ajarkan kepadanya
(Hafshah) ruqyah sebagaimana engkau mengajarkan kepadanya menulis." (HR Abu Daud).
Sebelum ajaran Islam datang, asy-Syifa
memang dikenal sebagai ahli ruqyah di masa
Jahiliyah. Ketika ia memeluk Islam dan berhijrah
beliau berkata kepada Rasulullah SAW, "Aku
adalah ahli ruqyah di masa Jahliliyah dan aku
ingin memperlihatkannya kepada Anda." Lalu
Nabi saw bersabda, "Perlihatkanlah kepadaku."
Asy-Syifa berkata, "Maka, aku perlihatkan cara
meruqyah kepada beliau yakni meruqyah penyakit
bisul." Kemudian, Rasulullah SAW bersabda,
"Obatilah dengan ruqyah, dan ajarkanlah hal itu
kepada Hafshah."
Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah saat
melakukan ruqyah adalah: "Ya Allah Tuhan manusia, Yang Maha menghilangkan penyakit, sembuhkanlah, karena Engkau Maha Penyembuh, tiada
yang dapat menyembuhkan selain Engkau, sembuh
yang tidak terjangkiti penyakit lagi." (HR Abu Daud).
Asy-Syifa termasuk sahabat Rasulullah SAW
yang beruntung, karena telah mendapatkan
bimbingan dan perhatian dari Rasulullah SAW. Ia
sangat mencintai Rasulullah SAW sebagaimana
kaum mukminin dan mukminat yang lain. Ia beliau belajar dari hadis-hadis yang banyak tentang
urusan dien (agama) dan dunia.
Ia juga turut menyebarkan Islam dan memberikan nasihat kepada umat. Asy-Syifa pun tidak
kenal lelah untuk mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang dimilikinya. Umar bin Khatthab
sangat mendahulukan pendapatnya, menjaganya
dan mengutamakannya dan terkadang beliau
mempercayakan kepadanya dalam urusan pasar.
Begitu pula sebaliknya, asy-Syifa juga menghormarti Umar. Ia memandang Umar sebagai
seorang muslim yang jujur, teladan yang baik,
bertakwa dan berbuat adil. Suatu ketika asy-Syifa'
melihat ada rombongan pemuda yang sedang
berjalan lamban dan berbicara dengan suara lirih.
Ia lalu bertanya, "Siapakah mereka?" Orangorang menjawab, "Mereka adalah ahli ibadah."
Mendengar itu, asy-Syifa lalu berkata: "Demi
Allah, Umar adalah orang yang apabila berbicara
suaranya terdengar jelas, bila berjalan melangkah
dengan cepat, dan bila memukul menyakitkan."
Sang mujahidah menjalani sisa-sisa hidupnya
setelah Rasulullah SAW wafatnya. Ia senantiasa
memperhatikan keadaan kaum Muslim dan
memuliakan mereka, sampai ajal menjemputnya
pada tahun 20 Hijriyah. Sungguh, asy-Syifa adalah
seorang Muslimah yang patut dijadikan teladan
bagi kaum wanita di sepanjang masa. ■
Download