BAB I DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA

advertisement
BAB I
DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan : Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung
Waktu
: 2 (dua) kali tatap muka pelatihan (selama 180 menit)
Tujuan
: Setelah mempelajari model ini, Praja diharapkan
Mampu menjelaskan demokrasi dalam pemilihan
Kepala Daerah langsung
Metode
: Praktek (mempraktekkan, diskusi dan tugas
terstruktur)
1
A. Pendahuluan
Pilihan demokratisasi menjadi pilihan wajib bagi kegiatan
pemerintahan. Demokratisasi pemerintahan lokal, yaitu terbentuknya
ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara
langsung. Demokratisasi, juga berarti proses perubahan dan struktur
tatanan yang desentralistik melalui pembagian kekuasaan dan
kewenangan yang jelas antara pusat dan daerah, antara eksekutif dan
legislative.
Dalam konteks Indonesia, gerakan demokratisasi politik
menuntut pembaharuan mulai tampak pada era 1980-an. Ini ditandai
dengan tampilnya kekuatan masyarakat sipil dan kaum intelektual
melalui gerakan demokrasi sejak akhir era 1990-an. Gelombang
demokratisasi dalam nuansa demokrasi, tidak saja mempengaruhi
pemerintahan orde baru, tetapi juga masuk sampai ke dalam sendisendi kehidupan masyarakat.
Kondisi ini memacu dinamika politik berdemokrasi yang
menuntut dilaksanakannya reformasi di segala bidang. Sejak saat itu
proses pembaharuan di berbagai bidang kehidupan bangsa bergerak
maju dengan beragam tuntutan perubahan.
Di bidang politik, masyarakat menuntut adanya pemerintah baru yang
lebih demokratis. Oleh sebab itu, agenda prioritas yang ditempuh
pemerintahan transisi pasca Orde baru adalah melaksanakan Pemilu
2
sesegera mungkin. Proses reformasi politik mulai berjalan yang
ditandai dengan keluarnya beberapa kebijakan politik antara lain,
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UndangUndang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, UndangUndang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPRDPR-DPRD ( saat ini telah mengalami perubahan ). Semua ketentuan
tersebut diimplementasikan pada Pemilihan Umum 1999 dan
Pemilihan Umum 2004 yang dalam rangka kontinuitas telah
menghasilkan pemerintahan baru. Pada tataran lokal, reformasi politik
pemerintahan juga terus dilakukan dan otonomi daerah melalui
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah,
yang saat ini telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Kondisi baru yang mewarnai nuansa praktek politik
ketatanegaraan Indonesia, yaitu dilaksanakannya Pemilihan Presiden
Langsung dan pemilihan Kepala Daerah langsung. Pemilihan langsung
merupakan respons dari
semakin
meluasnya harapan seluruh
komponen bangsa untuk mengembalikan kedaulatan rakyat secara
demokratis. Hal ini untuk menjamin terciptanya mekanisme “ Check
and balances “ antara lembaga-lembaga pemerintahan.
Kekuasaan atau mandat yang diperoleh Presiden maupun Kepala
Daerah dari rakyat yang memilihnya dalam konteks kedaulatan rakyat
3
harus diimplementasikan dengan modus kekuasaan untuk melayani
rakyat dan bukan mendominasi rakyat. Ketika rakyat memberikan
mandat kekuasaan kepada Kepala daerah, maka hal itu dimaksudkan
untuk dikonversikan menjadi kesejahteraan rakyat.
Berbagai proses demokratisasi yang mulai tampak dalam
kehidupan politik sebagai akibat berbagai perubahan dalam sistem
Pemilu maupun Undang-Undang Politik yang mendasari aturan main
dalam proses politik masa kini, akan berpengaruh banyak dalam
proses pemerintahan di daerah. Tingkat kehidupan bermasyarakat
yang makin baik akan meningkatkan apresiasinya terhadap politik
sehingga membuatnya lebih kritis dalam menyikapi setiap phenomena
kenegaraan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari perubahan itu
adalah pemerintahan daerah akan semakin demokratis. Di pihak lain,
masyarakat akan mengenal lebih dekat dengan pemimpinnya karena
masyarakat dapat menentukan secara langsung siapa yang akan
menjadi pemimpin di daerah tersebut.
B. Makna Demokrasi.
B.1. Materi
Dalam Ilmu Politik, demokrasi difahami dari dua aspek, yaitu
demokrasi normative ( substantive democracy ) dan demokrasi empirik
( procedural democracy ). Secara normative menurut Gaffar (1998),
4
demokrasi merupakan sesuatu yang secara ideal hendak dilakukan dan
dijalankan oleh sebuah negara, seperti pernyataan “ pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat “ (demokrasi klasik) yang
biasanya dituangkan dalam konstitusi masing=masing Negara. Perlu
difahami, bahwa apa yang normative belum tentu dapat dilihat dalam
konteks kehidupan politik praktis sehari-hari suatu Negara. Oleh sebab
itu, demokrasi perlu difahami dari aspek empirik, yakni demokrasi
yang terwujud dalam kehidupan politik praktis.
Menurut Linz Greenstein dan Polsby ( 1975 ), demokrasi
secara empiris memperlihatkan adanya ruang gerak yang cukup tinggi
bagi masyarakat dalam suatu sistem politik Pemerintah untuk
berpartisipasi guna memformulasikan preferensi politik mereka
melalui organisasi politik yang ada, dan sejauh mana kompetisi antara
pemimpin dilakukan secara teratur ( regular basis ) untuk mengisi
jabatan politik.
Samuel P. Huntington ( 1997 ) dalam
Demokratisasi
Ketiga”
(
Third
Wave
of
“Gelombang
Democratization
)
mengemukakan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan
para
pemimpin
secara
kompetitif
oleh
rakyat.
Huntington
mendefinisikan bahwa sistem politik yang demokratis adalah sejauh
mana para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem
itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala, bahwa
5
para calon secara bebas bersaing untuk memperoleh dukungan suara
pemilih dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan
suara.
Demokrasi memiliki keunggulan dalam 10 hal disbanding
alternative manapun yang ada ( Robert Dahl, 1999 ) :
1. Menghindari tirani
2. Menjamin hak azasi
3. Menjamin kebebasan umum
4. Menentukan nasib sendiri
5. Otonomi moral
6. Menjamin perkembangan manusia
7. Menjaga kepentingan pribadi yang utama
8. Persamaan politik
9. Mendorong kemakmuran
10.Menjaga perdamaian
Gaffar ( 1999 ), menyimpulkan 5 ( lima ) prasyarat untuk
mengamati apakah sebuah political order merupakan sistem
pemerintahan yang demokratis atau tidak, yaitu :
1. Akuntabilitas, bahwa setiap pemegang jabatan yang dipilih
rakyat harus mempertanggungjawabkan ucapan, perilaku dan
kebijakan yang ditempuhnya.
6
2. Rotasi kekuasaan, bahwa peluang terjadinya rotasi kekuasaan
harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai.
3. Rekruitmen
politik
yang
terbuka, untuk
memungkinkan
terjadinya rotasi kekuasaan ; artinya, setiap orang yang
memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang
dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam
melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan tersebut.
4. Pemilihan umum, bahwa setiap warga Negara yang sudah
dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih serta bebas
menggunakan haknya sesuai kehendak hati nuraninya dan
dilaksanakan secara teratur.
5. Menikmati hak-hak dasar, bahwa setiap warga Negara bebas
menikmati hak-hak dasar mereka, termasuk didalamnya hak
untuk menyatakan pendapat, hak untuk berkumpul dan
berserikat dan hak untuk menikmati pers yang bebas.
Dengan demikian, esensi demokrasi adalah terwujudnya
kebebasan politik rakyat dalam mengekspresikan preferensi dan hakhak politiknya, adanya rekruitmen politik terbuka dan pemilihan
umum yang langsung, bebas dan fair dalam mengisi jabatan-jabatan
poilitik dan pemerintahan. Yang penting dari esensi demokrasi adalah
adanya kebebasan yang bertanggungjawab.
B.2. Praktek/Latihan
7
1. Jelaskan
pengertian demokrasi dari aspek
normatif
dari aspek empirik
2. Jelaskan keunggulan sistem demokrasi dibandingkan
dengan alternatif lainnya
3. Jelaskan beberapa prasyarat yang harus dimiliki suatu
pemerintahan yang demokratis
4. Jelaskan esensi daripada demokrasi
C. Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah
C. 1. Materi
Sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dilaksanakan berdasarkan atas asas desentralisasi dengan
menggunakan
prinsip
otonomi
seluas-luasnya,
nyata
dan
bertanggungjawab.
Prinsip otonomi yang seluas-luasnya adalah kepada daerah diberikan
tugas, wewenang, hak dan kewajiban utnuk menangani urusan
pemerintah yang tidak ditangani oleh pemerintah sendiri. Artinya,
urusan pemerintahan yang bertalian dengan pelaksanaan fungsi
Pemerintah, kepercayaan diberikan kepada daerah untuk menangani
dan/atau melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkannya,
8
sehingga isi otonomi dapat dikatakan baik dari segi jumlah maupun
jenisnya. Disamping itu, daerah diberikan keleluasaan untuk
menangani urusan pemerintahan yang diserahkan tersebut (political
decentralization) dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu
daerah dan tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri terutama
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
situasi dan kondisi serta karakteristik masing-masing daerah.
Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani
urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan
kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,
hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
Dengan demikian, isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu
sama dengan daerah lainnya.
Prinsip otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan
maksud
pemberian
otonomi,
yang
pada
dasarnya
untuk
memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan Nasional.
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata
dan bertanggungjawab, kepala daerah dan wakil kepala daerah
mempunyai peranan yang strategis di bidang penyelenggaraan
9
pemerintahan,
pembangunan
dan
pelayanan
masyarakat
dan
bertanggungjawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan
daerah.
Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, masa pendudukan
Jepang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan serta masa Orde Baru
sampai era reformasi sekarang ini, Kepala Daerah dengan beragam
penyebutan, seperti Gubernur, Bupati, Walikota, telah menunjukkan
eksistensinya, baik sebagai pemimpin organisasi pemerintahan dalam
mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat maupun dalam
memimpin
organisasi
administrasi
pemerintahan.
Kepala
Daerah/Wakil Kepala daerah mempunyai kedudukan yang penting dan
menonjol pada struktur Pemerintahan daerah. Ia adalah orang
pertama dan paling utama dalam mengkoordinasikan seluruh proses
pemerintahan daerah.
Dari
tinjauan
organisasi
dan
manajemen,
Kepala
daerah/Wakil Kepala daerah merupakan figure atau manajer yang
menentukan efektifitas pencapaian tujuan organisasi pemerintahan
daerah. Dalam pendekatan pelayanan, kepala Daerah/Wakil Kepala
daerah juga merupakan komponen strategis dalam mengupayakan
terwujudnya pelayanan yang berkualitas, baik pelayanan internal
dalam organisasi maupun pelayanan eksternal kepada masyarakat.
10
Di dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Pemerintahan daerah, antara lain disebutkan :
1. Kepala daerah
untuk provinsi disebut Gubernur, untuk
kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.
2. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah.
3. Wakil kepala daerah untuk provinsi disebut wakil gubernur,
untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut
wakil walikota.
4. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.
Jika dilihat dari hierarki kepemimpinan di Indonesia, Kepala
daerah/Wakil Kepala Daerah berada di posisi kepemimpinan tingkat
menengah, di atasnya terdapat kepemimpinan yang dijalankan oleh
Presiden
beserta
para
menteri,
dan
dibawahnya
terdapat
kepemimpinan yang dijalankan oleh Camat dan Kepala Desa/Lurah.
Para pemimpin pemerintahan tersebut bertanggungjawab sepenuhnya
atas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya
masing-masing, sekaligus mempertanggungjawabkan tugas yang
diembannya kepada pejabat yang berwenang sesuai hierarki
kepemimpinan tersebut.
C.2. Praktek/Latihan
11
1. Jelaskan pengertian prinsip otonomi yang seluas-luasnya,
nyata dan bertanggungjawab
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Kepala Daerah/Wakil
Kepala daerah bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Jelaskan kedudukan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
ditinjau
dari
hierarki
kepemimpinan kepemimpinan di Indonesia
D. Pemilihan Kepala Daerah Langsung
D.1. Materi
Suatu perubahan besar telah dilaksanakan dalam hal
pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah. Tidak seperti
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dimana pemilihan
Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh DPRD, maka
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Kepala Daerah dan
Wakil Kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan azas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil.
Perubahan kedua UUD 1945, pasal 18 yang diantaranya
menyebutkan Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
12
demokratis, telah menjadi dasar perubahan sistem pemilihan Kepala
Daerah tersebut. Perubahan ini disesuaikan dengan tugas dan
wewenang DPRD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat daerah, yang menyatakan antara lain bahwa DPRD
tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala daerah dan
Wakil Kepala daerah. Konsekuensinya, pemilihan secara demokrasi
dalam undang-undang ini dilakukan oleh rakyat secara langsung.
Selama ini pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan secara
representatif oleh lembaga legislatif daerah justru menutup keran
akses masyarakat terhadap kepala daerah. Sebab bangunan politik
yang termanifestasikian masih cenderung absurd antara peran
legislatif sebagai representasi warna ideologi politik, dalam hal ini
basis massa pemilihnya atau representasi keseluruhan masyarakat
dalam wilayah tersebut.
Dalam proses pemilihan Kepala Daerah mau tidak mau posisi Kepala
Daerah merupakan representasi kumulatif keseluruhan masyarakat di
wilayah tersebut, bukan lagi representasi kepentingan warna ideologi
politik seperti yang pernah diperankan oleh anggota legislatif.
Pilkada langsung sebenarnya adalah suatu proses pemilu
karena keduanya senafas dan sejiwa serta tidak bisa dipisahkan.
13
Walaupun
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan daerah tidak mendefinisikan Pilkada Langsung sebagai
pemilu, tetapi Undang-Undang tersebut telah mengadopsi seluruh
asas dan tahap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden.
Pilkada
Langsung
merupakan
satu
tahap
pencapaian
kemajuan perkembangan demokrasi di Tanah Air. Pilkada Langsung
menjadi solusi elegan sekaligus terobosan untuk mengatasi kemacetan
demokrasi lokal. Dengan demikian, guliran perubahan akan terus
berlangsung dari tingkat Nasional ke tingkat Lokal, khususnya dalam
memilih pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat sesuai
keinginannya.
Undang-Undang
Nomor
32
tahun
2004
telah
memunculkan arus besar dalam sistem pemerintahan daerah, yaitu
arus yang berorientasi pada kepentingan masyarakat (partisipatifpopulis).
Sistem pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala
daerah tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2005. Dengan sistem
baru tersebut, diharapkan para kepala daerah dan wakil kepala daerah
di seluruh Indonesia benar-benar merupakan hasil pilihan rakyat
sehingga benar-benar bertanggungjawab kepada rakyat. Kepala
pemerintahan daerah yang dipilih langsung oleh rakyat akan memiliki
14
legitimasi kuat dibanding dengan Dewan yang memilih lewat sistem
proporsional.
Pilkada langsung ini diselenggarakan oleh Komite Pemilihan
Umum Daerah (KPUD). Penyelenggaraan Pilkada ini diawasi oleh
Panitia Pengawas Pemilihan yang dibentuk dan terdiri dari unsurunsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers dan tokoh
masyarakat. Pasangan calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah
yang memperoleh suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara yang
sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih. Apabila tidak
mencapai suara lebih dari 50 persen, atau pasangan calon yang
memperoleh suara lebih dari 25 persen dari jumlah suara yang sah,
pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai
pasangan calon terpilih. Dalam hal pasangan calon yang perolehan
suara terbesar sebagaimana disebutkan diatas terdapat lebih dari satu
pasangan calon yang nperolehan suaranya sama, penentuan pasangan
calon terpilih dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang
lebih luas. Apabila ketentuan tersebut tidak terpenuhi, atau tidak ada
yang mencapai 25 persen dari jumlah suara yang sah, maka dilakukan
pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan
pemenang kedua. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2005,
pasal
95,
ayat
(8)
tentang
Pemilihan,
Pengesahan,
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala daerah dan wakil Kepala
Daerah, menyebutkan bahwa pasangan calon Kepala Daerah dan
15
Wakil Kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak pada putaran
kedua, ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.
Dalam rangka mewujudkan penguatan dan pemberdayaan
demokrasi di tingkat lokal, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada Langsung, yaitu :
1. Pilkada Langsung memungkinkan terwujudnya penguatan
demokratisasi di tingkat lokal, khususnya pembangunan
legitimasi politik. Ini didasarkan pada asumsi bahwa Kepala
Daerah terpilih memiliki mandate dan legitimasi yang kuat
karena didukung oleh suara pemilih nyata yang merefleksikan
konfigurasi kekuatan politik dan kepentingan konstituen
pemilih. Legitimasi ini akan merupakan modal politik penting
dan sangat diperlukan oleh suatu pemerintahan yang akan
berkuasa.
2. Pilkada
Langsung
diharapkan
mampu
membangun
dan
mewujudkan local accountability. Ketika seorang kandidat
terpilih menjadi Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka
para wakil rakyat yang mendapat mandat akan meningkatkan
kualitas
akuntabilitasnya
(pertanggungjawabannya
kepada
rakyat, khususnya konstituennya). Hal ini sangat mungkin
dilakukan karena obligasi moral dari penanaman modal politik
menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai wujud
16
pembangunan legitimasi politik. Mekanisme pemilihan Kepala
Daerah
yang
berlangsung
pada
masa
lalu,
cenderung
menciptakan ketergantungan berlebihan dari Kepala Daerah
kepada
DPRD,
sehingga
Kepala
Daerah
tersebut
lebih
meletakkan akuntabilitasnya pada anggota parlemen daripada
masyarakat yang seharusnya dilayaninya. Dampak negatifnya
adalah munculnya fenomena politik uang antara Kepala daerah
dan DPRD, karena laporan pertanggungjawaban (LPJ) Kepala
daerah menjadi komoditi bargaining dan negosiasi. Pilkada
Langsung diharapkan akan mampu mengikis fenomena tersebut.
3. Terciptanya optimalisasi mekanisme check and balances antara
lembaga-lembaga pemerintahan yang dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dan penguatan demokrasi pada level
lokal.
4. Pilkada Langsung diharapkan mampu meningkatkan kualitas
kesadaran politik dan kualitas partisipasi masyarakat. Pilkada
Langsung akan memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk menggunakan kearifan, kecerdasan dan kepedulian guna
menentukan sendiri siapa yang dianggap layak dan pantas
menjadi pemimpinnya. Mekanisme ini pula dapat memberikan
jalan untuk membuka mata para elit politik, bahwa pemegang
kedaulatan politik yang sebenarnya adalah warga masyarakat
dan bukan lembaga-lembaga lainnya.
17
D.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan perbedaan pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
b. Jelaskan landasan hukum perubahan pemilihan Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung
oleh rakyat
c. Jelaskan organisasi penyelenggara dan pengawas Pilkada
Langsung serta unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi
penyelenggara Pilkada Langsung
d. Jelaskan bahwa dengan pelaksanaan Pilkada Langsung
dapat
mewujudkan
penguatan
demokrasi di tingkat lokal
18
dan
pemberdayaan
BAB II
KEDUDUKAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan
: KEDUDUKAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA
DAERAH
Waktu
: 2 (dua) kali tatap muka pelatihan ( selama 180
menit )
Tujuan
: Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan
mampu menjelaskan kedudukan Kepala Daerah/
Wakil Kepala Daerah
Metode
: Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas
Terstruktur )
19
A. Pendahuluan
Salah satu perubahan yang sangat penting dari sistem
pemnerintahan daerah setelah diberlakukannya Undang-Undang
Nomnor 22 Tahun 1999 adalah dipisahkannya secara tegas antara
institusi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan DPRD. Jika dalam
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 diatur bahwa yang disebut
Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan
DPRD, sehingga DPRD dianggap sebagai lembaga leksekutif, maka
dalam dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa di daerah dibentuk DPRD sebagai badan legislatif daerah dan
Pemerintah Daerah sebagai badan eksekutif daerah yang terdiri dari
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah beserta perangkat daerah.
Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 telah banyak mengubah sistem
pemerintah daerah menuju ke arah penyempurnaan yang lebih baik.
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah
adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Sedangkan DPRD sebagai
lembaga perwakilan rakyat adalah juga sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa posisi DPRD di
bawah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengalami perubahan,
20
yaitu
dari
sebagai
Badan
Legislatif
Daerah
menjadi
unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. DPRD Yang semula diposisikan
sebagai layaknya DPR untuk mengimbangi kekuasaan eksekutif yang
dipegang oleh Kepala Daerah, menjadi sebagai salah satu unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Hubungan antara Kepala Daerah dengan DPRD merupakan hubungankerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan
yang setara bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah
itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling
membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah
berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa
antar Kepala daerah dan DPRD adalah mitra sekerja dalam membuat
kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan
fungsi masing-masing, sehingga antar kedua lembaga itu
dapat
membangun hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung, bukan
merupakan lawan atau pesaing satu sama lain dalam melaksanakan
fungsi masing-masing.
B. Kedudukan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
B.1. Materi
Menurut
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004,
pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
21
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
oleh UUD 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan,
sedangkan DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.dan eksekutif adalah
pemerintah daerah.
Undang-Undang tersebut dengan tegas memisahkan antara badan
legislatif dan eksekutif daerah. Badan legislative daerah adalah DPRD,
sedangkan badan eksekutif adalah pemerintah daerah. DPRD
berkedudukan sederajat dengan pemerintah daerah atau badan
eksekutif. Dengan demikian jelaslah bahwa DPRD bukan bagian atau
unsur dari pemerintah daerah karena DPRD merupakan lembaga
perwakilan rakyat daerah. Undang-Undang ini juga menegaskan
bahwa kedudukan setiap unsur pemerintah daerah berdiri sendiri dan
tidak mempunyai hubungan hierarki. Karena itu, daerah provinsi
bukan atasan dari daerah kabupaten/kota.
Kewenangan yang diserahkan kepada daerah sangat besar,
mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Untuk melaksanakan
kewenangan tersebut, peran kepala daerah menjadi unsur penting
yang menggerakkan roda pemerintahan daerah. Oleh sebab itu,
22
rekruitmen kepala daerah harus diarahkan pada sistem rekruitmen
yang mampu menyeleksi kepala daerah yang benar-benar memiliki
kualifikasi yang dapat diandalkan dalam memacu perkembangan dan
pembangunan daerahnya.
Kedudukan kepala daerah/wakil kepala daerah selain
sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah pimpinan daerah
dan pengayom masyarakat sehingga harus mampu berpikir, bertindak
dan bersikap dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa,
Negara dan masyarakat umum daripada kepentingan pribadi,
golongan dan aliran. Oleh karena itu, dari kelompok atau etnis dan
keyakinan manapun Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah harus
bersikap arif, bijaksana, jujur, adil dan netral. Kepala Daerah sebagai
kepala eksekutif dibantu oleh seorang wakil kepala daerah.
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah pada wilayah provinsi
karena kedudukannya sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
juga sebagai kepala wilayah atau wakil pemerintah. Oleh sebab itu,
dalam
proses
rekruitmennya
harus
dapat
memadukan
dua
kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan Pemerintah dan Daerah.
Walaupun
kewenangan
demikian,
kepada
Pemerintah
daerah
untuk
Pusat
tetap
menyeleksi
memberikan
calon
Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah Provinsi yang kemudian dapat disetujui
oleh Pemerintah Pusat.
23
a. Tugas dan Wewenang serta Kewajiban Kepala Daerah dan
Wakil Daerah .
Kepala daerah mempunyai tugas dan wewenang :
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD ;
2) Mengajukan rancangan Peraturan Daerah ;
3) Menetapkan Peraturan daerah yang telah mendapatkan
persetujuan bersama DPRD ;
4) Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan daerah
tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan
bersama ;
5) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerrah ;
6) Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat
menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan; dan
7) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Wakil Kepala daerah mempunyai tugas :
1) Membantu
Kepala
daerah
dalam
menyelenggarakan
pemerintahan daerah ;
2) Membantu kepala daerah dalam rangka mengkoordinasikan
kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan
24
dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan,
melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta
mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya
dan lingkungan hidup ;
3) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan
kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi ;
4) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di
wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala
daerah kabupaten/kota ;
5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah
dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah ;
6) Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang
diberikan oleh kepala daerah ; dan
7) Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila
kepala daerah berhalangan.
Dalam
melaksanakan tugas
tersebut di atas, wakil kepala
daerah bertanggungjawab kepada kepala daerah.
Wakil kepala
daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya
apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau
tidak melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus
menerus dalam masa jabataannya.
25
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud diatas, kepala daerah/wakil kepala daerah berkewajiban :
1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ;
2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat ;
3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat ;
4) Melaksanakan kehidupan demokrasi ;
5) Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan ;
6) Menjaga
etika
dan
norma
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan daerah ;
7) Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah ;
8) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik
;Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangan daerah ;
9) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertical di
daerah dan semua perangkat daerah ;
10)Menyampaikan
rencana
strategis
penyelenggaraan
pemerintahan daerah di hadapan Rapat Paripurna DPRD.
26
Selain mempunyai kewajiban sebagaimana tersebut di atas,kepala
daerah mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD,
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
kepada masyarakat.
Laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
pemerintah tersebut disampaikan kepada Presiden melalui menteri
dalam negeri untuk Gubernur, dan kepada Menteri dalam negeri
melalui Gubernur untuk Bupati/Walikota 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun. Laporan dimaksud digunakan Pemerintah sebagai dasar untuk
melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah dan sebagai
bahan pembinaan lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundangundangan.
b. Tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah
Didalam pasal 37 Undang-Undang Nomnor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah antara
Gubernur
Pemerintah
yang karena
di
kedudukannya
wilayah
sebagai
lain disebutkan bahwa
jabatannya berkedudukan
provinsi
wakil
bertanggungjawab kepada Presiden.
27
yang
juga wakil
bersangkutan.
Pemerintah,
Dalam
Gubernur
Dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah, Gubernur
memiliki tugas dan wewenang :
1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kabupaten/kota ;
2) Koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah
provinsi dan kabupaten/kota ;
3) Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota
Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah dan atau Gubernur
selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya
tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam rangka pembinaan
oleh Pemerintah, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan
kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam
Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi serta oleh
gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten/kota.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah
proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah
daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan yang dilakukan oleh
Gubernur terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
28
utamanya terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota.
B.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan kedudukan Kepala Daerah dan DPRD menurut
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004
b. Jelaskan tugas Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah
c. Jelaskan tugas Gubernur sebagai wakil Pemerintah
29
BAB III
PERAN KPUD, PARTAI POLITIK DAN DPRD DALAM PEMILIHAN
KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan : PERAN KPUD, PARTAI POLITIK DAN DPRD DALAM
PEMILIHAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA
DAERAH
Waktu
: 2 (dua) kali tatap muka pelatihan (selama 180 menit)
Tujuan
: Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan
mampu menjelaskan Peran KPUD, Partai Politik
Dan DPRD dalam Pemilihan Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah
Metode
: Praktek ( mempraktekkan. diskusi dan
terstruktur
30
tugas
A. Pendahuluan
Sebagai
daerah
otonom,
daerah
provinsi
dan
kabupaten/kota memiliki pemerintahan daerah yang melaksanakan
fungsi-fungsi pemerintahan daerah, yakni Pemerintah Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kepala Daerah adalah
Kepala Pemerintah Daerah baik di daerah provinsi maupun
kabupaten/kota, yang merupakan eksekutif di daerah. Sedangkan
DPRD baik di daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kota
merupakan lembaga legislative daerah.
Dalam
rangka
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat (4) UUD
1945, kepala daerah dipilih secara demokratis. Di dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur
mengenai pemilihan kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh
rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.
Berdasarkan perkembangan hukum dan politik, untuk
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif
dan akuntabel yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan secara lebih terbuka
dengan
melibatkan
partisipasi
masyarakat.
Oleh
karena
itu,
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
31
tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan perubahan melalui
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
yaitu memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut
serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah ( KPUD )
yang bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya, KPUD menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
kepada DPRD.
B. Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
B.1. Materi
Pasal 22E, ayat (5) UUD 1945 menyatakan : “ Pemilihan
Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU)
yang bersifat nasional, tetap dan mandiri “. Ini berarti bahwa KPU
sebagai penyelenggara pemilu mencakup seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang menjalankan tugasnya secara
berkesinambungan dan bebas dari pengaruh pihak manapun disertai
dengan transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan.
32
KPU merupakan lembaga yang bersifat nasional, permanen
dan independen, yang secara hierarkhis diorganisasikan pada tingkat
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta telah diberikan otonomi
keuangan dan manajerial. KPU Nasional (Pusat) memiliki 7 (tujuh)
anggota yang disetujui oleh DPR dari maksimal 21 calon anggota ( 3
kali jumlah anggota KPU ) yang diajukan Presiden. KPU Provinsi
memiliki 5 (lima) anggota yang ditetapkan dengan Keputusan KPU
berdasarkan hasil uji kelayakan dan kepatutan terhadap 10 orang
calon yang diajukan oleh Tim Seleksi yang dibentuk KPU. KPU
Kabupaten/Kota juga memiliki 5 (lima) anggota yang ditetapkan
dengan Keputusan KPU Provinsi berdasarkan hasil uji kelayakan dan
kepatutan terhadap 10 orang calon yang diajukan oleh Tim Seleksi
yang dibentuk oleh KPU Provinsi.
Adanya lembaga penyelenggara pemilihan umum yang
professional membutuhkan Sekretariat Jenderal KPU di tingkat Pusat
dan sekretariat KPU Provinsi dan secretariat KPU Kabupaten/Kota di
daerah sebagai lembaga pendukung yang professional dengan tugas
utama membantu hal teknis administratif, termasuk pengelolaan
anggaran.
Tugas
dan
wewenang
KPUD
dalam
penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 66, sebagai
berikut :
33
a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah
b. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan Kepala daerah
dan Wakil Kepala daerah sesuai dengan tahapan yang diatur
dalam
peraturan
perundangan.
Mengkoordinasikan
penyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
daerah.
c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan
semua tahapan pelaksanaaan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah.
d. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye
semua tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala daerah dan
Wakil Kepala Daerah.
e. Meneliti persyaratan partai politik atau gabungan partai
politik yang mengusulkan calon.
f. Meneliti persyaratan calon Kepala daerah dan wakil Kepala
daerah yang diusulkan.
g. Menetapkan
pasangan
calon
yang
telah
memenuhi
persyaratan.
h. Menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye.
i. Mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye.
34
j. Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan
mengumumkan hasil pemilihan Kepala daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
k. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan
kepala daerah dan Wakil Kepala daerah.
l. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan.
m. Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana
kampanye dan mengumumkan hasil audit.
Sedangkan
KPUD
Kabupaten/Kota
sebagai
bagian
pelaksanaan tahapan penyelenggara pemilihan Gubernur/Wakil
Gubernur, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2005, pasal 6, mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
a. Merencanakan pelaksanaan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur di Kabupaten/Kota.
b. Melaksanakan pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur
dan Wakil Gubernur di Kabupaten/Kota.
c. Menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari
seluruh PPK dalam wilayah kerjanya, membuat berita
acara dan sertifikat hasil penghitungan suara.
d. Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya.
35
e. Mengkoordinasikan kegiatan panitia pelaksana pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur dalam wilayah kerjanya.
f. Menerima
pendaftaran
dan
mengumumkan
Tim
Kampanye Pasangan Calon di Kabupaten/Kota.
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan KPUD Provinsi.
Secara teknis, berdasarkan ketentuan dalam pasal 1, Nomor
21 Undang-Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah, dan pasal 1 Nomor 6 Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,
dan Pemberhentian Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah, Komisi
Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah
institusi yang diberi kewenangan khusus untuk menyelenggarakan
pemilihan Kepala daerah. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 57 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan pasal 4 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, KPUD Provinsi dan Kabupaten/Kota
dalam menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah bertanggungjawab
kepada DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Lebih lanjut di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pasal 67 diatur tentang kewajiban Komisi
Pemilihan Umum Daerah , yaitu :
a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara ;
b. Menetapkan standarisasi seta kebutuhan barang dan jasa
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala
36
daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan ;
c. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap
pelaksanaan permilihan dan menyampaikan informasi
kegiatannya kepada masyarakat ;
d. Memelihara arsip, dokumen pemilihan dan mengelola
barang inventaris milik KPUD berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
e. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada
DPRD
f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah secara tepat waktu.
Dalam penyusunan aturan Pemilihan Kepala daerah, Komisi
Pemilihan Umum Daerah memegang peranan yang penting, khususnya
berkenaan dengan penyusunan aturan, antara lain berisikan
program/kegiatan, jadwal waktu dan pelaksanaan di setiap tahapan
penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
Sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah, maka pada tahap
tersebut, KPUD membentuk divisi-divisi
kerja
yang bertugas
mempersiapkan dan menyusun berbagai aturan teknis pelaksanaan
Pilkada berdasarkan pasal-pasal yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu :
a. Divisi Kampanye dan Sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah.
37
b. Divisi Pendaftaran Pemilih dan Pencalonan.
c. Divisi Logistik, Informasi Teknologi dan Keuangan.
d. Divisi Hukum dan Hubungan Antar Lembaga.
B.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Daerah
b. Jelaskan kewajiban Komisi Pemilihan Umum Daerah
C. Peran Partai Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah
C.1. Materi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat sebagai hak asasi manusia yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara
kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
demokratis dan berdasarkan hukum.
Dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut
peningkatan peran, fungsi dan tanggungjawab Partai Politik dalam
kehidupan demokrasi secara konstitusional sebagai sarana partisipasi
politik masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa
38
Indonesia, menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik
Indonesia,
mengembangkan
kehidupan
demokrasi
berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Di dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik telah mengakomodasi beberapa paradigma baru seiring dengan
menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, melalui sejumlah
pembaruan yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan
Partai Politik, yang menyangkut demokratisasi internal Partai Politik,
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Partai
Politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan Partai
Politik dalam sistem berbangsa dan bernegara. Partai Politik
merupakan
sarana
partisipasi
politik
masyarakat
dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi
kebebasan yang bertanggungjawab. Secara umum dapat dikatakan
bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Melalui partai politik, rakyat dapat mewujudkan haknya untuk
menyatakan pendapat tentang arah kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Keragaman pendapat di dalam masyarakat akan
39
melahirkan keinginan untuk membentuk berbagai partai politik sesuai
dengan ragam pendapat yang hidup. Dengan demikian, pada
hakekatnya Negara tidak membatasi jumlah partai politik yang
dibentuk oleh rakyat. Dalam keragaman partai politik tersebut, setiap
partai politik mempunyai kedudukan, fungsi dan kewajiban yang sama
dan sederajat. Kedaulatan partai politik berada di tangan anggotanya.
Oleh sebab itu, partai politik bersifat mandiri dalam mengatur rumah
tangga organisasinya.
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik
berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik
rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan Negara, meminta dan mempersiapkan anggota masyarakat
dalam
pembuatan
kebijakan
Negara,
serta
membina
dan
mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan
politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai politik juga
merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan
tuntutan dalam proses politik. Semua fungsi ini diwujudkan melalui
Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara demokratis, jujur dan
adil.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
dalam perjalanannya dipandang belum optimal mengakomodasi
dinamika dan perkembangan masyarakat yang menuntut peran Partai
Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tuntutan
40
mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat nasional
dan modern sehingga Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang
Partai Politik diperbarui dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politiik.
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 diamanatkan
perlunya pendidikan poilitik dengan memperhatikan keadilan dan
kesetaraan gender yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran
akan hak dan kewajiban, meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif
warga Negara, serta meningkatkan kemandirian dan kedewasaan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu, pendidikan
politik harus ditingkatkan agar terbangun karakter bangsa yang
merupakan watak atau kepribadian bangsa Indonesia yang terbentuk
atas dasar kesepahaman bersama terhadap nilai-nilai kebangsaan
yang lahir dan tumbuh dalam kehidupan bangsa, antara lain kesadaran
berbangsa, keluhuran budi pekerti, dan keikhlasan untuk berkorban
bagi kepentingan bangsa. Dalam undang-undang tersebut juga
dinyatakan secara tegas larangan untuk menganut, mengembangkan,
dan
menyebarluaskan
sebagaimana
ajaran
diamanatkan
komunisme/Marxisme-Leninisme
oleh
Ketetapan
MPRS
Nomor
XXV/MPRS/Tahun 1966. Ketetapan MPRS tersebut diberlakukan dan
menghormati hukum, demokrasi dan hak asasi manusia.
a. Fungsi Partai Politik
41
Menurut Miriam Budiardjo (2008), fungsi Partai Politik di
Negara demokrasi, yaitu sebagai sarana komunikasi politik, sebagai
sarana sosialisasi politik, sebagai sarana rekruitmen
politik dan
sebagai sarana pengatur konflik ( conflict management ).
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik, pasal 11, dijelaskan bahwa Partai Politik berfungsi sebagai
sarana, sebagai berikut :
1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar
menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya
dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara ;
2) Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan
kesatuan
bangsa
Indonesia
untuk
kesejahteraan
masyarakat ;
3) Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik
masyarakat
dalam
merumuskan
dan
menetapkan
kebijakan Negara ;
4) Partrisipasi politik warga Negara Indonesia, dan
5) Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik
melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan
kesetaraan dan keadilan gender.
42
b. Peran Partai Politik dalam Pilkada
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun
2008 tentang
Partai Politik, Bab VI, Pasal 12, huruf d dan I, antara lain disebutkan
tentang hak Partai Politik, yaitu :
1) Ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta
kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2) Mengusulkan
pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden, calon gubernur dan wakil gubernur, calon
bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil
walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Sedangkan kewajiban Partai Politik sebagaimana diatur
didalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, Pasal 13, antara lain
sebagai berikut :
1) Menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi dan hak
asasi manusia.
2) Melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi
politik anggotanya.
3) Menyukseskan penyelenggaraan Pemilihan Umum
43
Selanjutnya di dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 07 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pencalonan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan
bahwa Partai Politik adalah peserta Pemilihan Umum sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah.
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Pasal 56, ayat 2 berbunyi : “ Pasangan calon
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh Partai Politik atau
gabungan Partai Politik “. Pasal tersebut menunjukkan begitu
dominannya wewenang Partai Politik dalam
mengajukan dan
mengusulkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah serta
menutup sama sekali peluang pasangan calon independen.
Selanjutnya ketentuan Pasal 59, ayat 3 Undang-Undang
Nomnor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa
pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diusulkan
oleh Partai Politik, dan wajib membuka kesempatan seluas-luasnya
bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat. Selanjutnya,
partai politik dan gabungan partai politik memproses bakal calon
melalui
mekanisme
yang
demokratis
dan
transparan,
yakni
memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat. Secara umum,
44
terkesan bahwa partai politik seperti mendapat kesempatan istimewa
dalam Pilkada, yang cenderung memfungsikan dirinya sebagai
“political vehicle” bagi para pasangan calon.
Ramainya perbincangan tentang calon perseorangan dimulai
ketika Mahkamah Konstitusi membuat kejutan dengan memberikan
kepastian hukum melalui putusan MK Nomor 5/PUU-V/2007
mengenai uji materi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang dasar 1945. Putusan
Mahkamah Konstitusi atas hasil uji materi Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah diajukan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat daerah Kabupaten Lombok Tengah.
Konsekuensinya lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dilakukan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, antara lain pada
ketentuan Pasal 56 ayat 2, sehingga berbunyi sebagai berikut :
(1) Kepala Daerah dan wakil Kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil.
(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang
45
memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam
undang-undang ini.
Selanjutnya didalam pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008, menyebutkan peserta pemilihan Kepala daerah dan
Wakil Kepala Daerah adalah :
(1) Pasangan calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau
gabungan partai politik.
(2) Pasangan calon perseorangan yang didukung oloeh
sejumlah orang
Partai
Politik
atau
gabungan
Partai
Politik
dapat
mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan
perolehan sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD atau 15%
dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota
Dalam rangka penguatan peran partai politik dalam
kaitannya dengan Pilkada secara langsung, Dedi Putra (2010)
mengatakan : Partai Politik harus dapat melakukan beberapa hal,
yaitu :
Pertama, Perubahan paradigma, khususnya menyangkut peran partai
politik dalam pilkada. Partai Politik harus melihat Pilkada bukan
semata-mata masalah proyeksi kekuasaan, tetapi harus mampu
melihat dalam frame yang lebioh luas bahwa Pilkada langsung adalah
46
bagian dari proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Kompetisi yang
fair dan hadirnya calon-calon yang berkualitas
pemerintahan daerah
yang baik
dan
akan melahirkan
pada
akhirnya akan
memupuk kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi dan peran
partai politik di dalamnya.
Kedua,
Partai
Politik
harus
bersungguh-sungguh
berusaha
menawarkan pasangan calon terbaik, yaitu calon yang memiliki
kapabilitas
sekaligus
integritas
kepemimpinan.
Pertimbangan
poncalonan bukan semata-mata popularitas atau modal yang
dimilikinya, meskipun k3duanya memang penting dan tidak dapat
diabaikan untuk mobilisasi peroleehan suara. Namun, dengan
orientasi
politik
jangka
panjang,
partai
politik
seharusnya
mempertimbangkan dengan serius kesesuaian visi, misi, dan program
calon dengan platform partai karena kinerja calon sebenarnya
merupakan representative partai politik dalam mengejewantahkan
blueprint mereka tentangg pemerintahan.
Ketiga, Peran Partai Politik dalam mobilisasi dukungan harus
mendewasakan pemilih melalui pilihan isu dan cara yang bijak,
terutama
terkait
dengan
kemungkinan
konflik
di
tengah
masyarakat.Masing-masing daerah mempunyai karakteristik tersendiri
dan partai harus cerdas memilah mana yang layak dan tidak untuk
ditawarkan kepada pemilih. Adalah tugas partai politik sebagai mesin
47
pemenangan dalam Pilkada untuk memenangkan calonnya. Akan
tetapi, hal ini tidak berarti semua cara menjadi boleh untuk digunakan,
meskipun memang aturan dan perangkat yang ada belum memadai.
C.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan fungsi Partai Politik.
b. Jelaskan peran Partai Politik pada masa Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebelum dan sesudah dilakukan perubahan kedua melalui
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008.
D. Peran DPRD dalam pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
D.1. Materi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah telah memunculkan arus besar dalam sistem pemerintahan
daerah, yaitu arus yang berorientasi pada kepentingan masyarakat
(partisipatif-populis). Yang paling menarik dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 adalah ketentuan mengenai pemilihan kepala
daerah secara/wakil kepala daerah secara langsung. Ketentuan ini
merupakan hal baru dan pertama kali dalam sejarah sistem
pemerintahan daerah di Indonesia. Undang-undang ini mengubah
secara total sistem pemilihan kepala daerah yang sebelumnya diatur
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menyebutkan
48
bahwa pemilihan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD yang dihadiri sekurangkurangnya dua pertiga jumlah anggota DPRD.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa
kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan
calon yang dipilih melalui pemilihan umum ( pemilu ) yang
dilaksanakan secara demokratis. Lebih lanjut di dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ketentuan Pasal
56 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut :
(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil.
(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang
memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam
undang-undang ini.
Menurut Morissan ( 2006 ), ada tiga argumentasi yang
melatarbelakangi perubahan fundamental pemilihan kepala daerah
tersebut, yaitu :
49
a. Pimpinan Negara tertinggi (presiden) telah dipilih secara
langsung dalam pemilu yang dilakukan pertama kali melalui
Pemilu tahun 2004, sementara pimpinan wilayah terendah
(kepala desa) juga dilaksanakan secara langsung, lantas
mengapa pemilihan kepala daerah tidak juga dilakukan
secara langsung. Dengan demikiantidak ada alas an untuk
tidak melaksanakan pemilu langsung bagi gubernur, bupati
dan walikota.
b. Pemilu kepala daerah akan lebih mewujudkan kedaulatan
yang berada ditangan rakyat, sebagaimana ketentuan Pasal 1
ayat (2) UUD 1945. Dengan adanya kedaulatan ditangan
rakyat di pemerintahan daerah maka ongkos politik (money
politics) tidak lagi banyak terjadi yang pada gilirannya nanti
akan mempercepat kesejahteraan rakyat.
c. Secara yuridis, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
menentukan bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD sudah
tidak sesuai lagi karena undang-undang ini merupakan
produk hukum sebelum amandemen UUD 1945. Sementara
itu, sudah ada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD,
yang tidak menyebutkan adanya tugas dan wewenang DPRD
untuk memilih kepala daerah. Hal ini ditafsirkan bahwa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 menginginkan
50
pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung oleh
rakyat.
Dengan demikian, pemilihan kepala daerah/wakil kepala
daerah tidak hanya dilakukan melalui sistem satu pintu, yaitu
menempatkan partai politik menjadi satu-satunya saluran perekrutan
kepemimpinan
pemerintahan
daerah,
tetapi
pasangan
calon
perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang dapat mendaftarkan
diri sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil
bupati dan calon walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud di dalam pasal 59, ayat (2a dan 2b ) UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008.
Selanjutnya di dalam Ketentuan Peralihan Pasal 233, Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa kepala daerah yang
berakhir masa jabatannya pada tahun 2004 sampai dengan bulan Juli
2005 diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung pada
bulan Juni 2005. Kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada
bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan
pemilihan kepala daerah secara langsung pada bulan Desember 2008.
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang
dibentuk
di
daerah
provinsi,
daerah
kabupaten/kota
dan
berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Peran DPRD dalam pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah
51
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008,
pasal 42, ayat d, e, j, sebagai berikut :
a. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala
daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada
Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD
Kabupaten/Kota.
b. Memilih
wakil
kepala
daerah
dalam
hal
terjadi
kekosongan jabatan wakil kepala daerah.
c. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPU
Provinsi
dan/atau
KPU
Kabupaten/Kota
dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.
Berbeda halnya dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, di dalam Undang-Undang Nomor
12 tahun 2008 mengatur dengan jelas mengenai pengisian kekosongan
jabatan wakil kepala daerah yang menggantikan kepala daerah yang
meninggal dunia, mengundurkan diri, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus dalam
masa jabatannya. Dalam hal pengisian kekosongan jabatan wakil
kepala daerah sebagaimana dimaksud di atas, peran DPRD cukup
menentukan. Di dalam Pasal 26, menyebutkan sebagai berikut :
Ayat (4) :
52
Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari partai
politik atau gabungan partai politik dan masa jabatannya
masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala
daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah
berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD.
Ayat (5) :
Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari calon
perseorangan dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan
belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua)
orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD.
Ayat (6) :
Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik
karena meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara
53
terus menerus dalam masa jabatannya dan masa jabatannya
masih tersisa
18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah
mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah
berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD.
Ayat (7) :
Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
yang berasal dari calon perseorangan karena meninggal dunia,
berhenti,
diberhentikan
atau
tidak
dapat
melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus
dalam masa jabatannya dan masa jabatannya masih tersisa 18
(delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2
(dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh
Rapat Paripurna DPRD.
Tugas dan wewenang DPRD, antara lain membentuk Panitia
Pengawas Pemilihan Kepala daerah sebagaimana diatur di dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dihapus dan tidak ditemukan
lagi di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Namun, di dalam
54
Pasal 236A menyebutkan bahwa : “ Dalam hal penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah akan berlangsung
sebelum terbentuknya panitia pengawas pemilihan oleh Badan
Pengawas Pemilu, DPRD berwenang membentuk panitia pengawas
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Ketentuan
yang
mengatur
tentang
panitia
pengawas
pemilihan, antara lain diatur di dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1, angka (15), (16), (17) dan (18), yaitu :
a. Badan pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu,
adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan
Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu
Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah Panitia
yang
dibentuk
penyelenggaraan
oleh
Pemilu
Bawaslu
di
untuk
wilayah
mengawasi
provinsi
dan
kabupaten/kota.
c. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disebut
Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk
Panwaslu
Kabupaten/Kota
55
untuk
mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama
lain.
d. Pengawas Pemilu lapangan adalah petugas yang dibentuk
oleh
Panwaslu
penyelenggaraan
Kecamatan
Pemilu
di
untuk
desa
mengawasi
atau
nama
lain/kelurahan.
D.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan sistem pemilihan kepala daerah menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008.
b. Jelaskan mekanisme pemilihan wakil kepala daerah dan
peran DPRD dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil
kepala daerah yang berasal dari partai politik atau
gabungan
partai
politik
dan
yang
berasal
dari
perseorangan.
c. Jelaskan pengawas pemilihan umum menurut UndanUndang
Nomor 22 Tahun 2007
56
BAB IV
PESERTA PEMILIHAN DAN PERSYARATAN CALON
KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan : PESERTA PEMILIHAN DAN PERSYARAATAN CALON
KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Waktu
: 2 ( dua ) kali tatap muka pelatihan ( selama 180
menit
T ujuan
: Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan
mampu menjelaskan tentang Peserta Pemilihan
dan Persyaratan Calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
Metode
: Praktek ( mempraktekkan dan diskusi )
57
A. Pendahuluan
Lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang
Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah terjadi perubahan yang mendasar
terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi tentang calon
perseorangan. Dalam arti, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil ikepala daerah.
Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik dan pasangan calon perseorangan yang
didukung oleh sejumlah orang.
Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan
pasangan calon apabila memperoleh 15% kursi di DPRD atau
akumulasi suaranya mencapai 15% dalam pemilihan umum anggota
DPRD di daerah yang bersangkutan. Sedangkan pasangan calon
perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur/Wakil
Gubernur dan calon Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil
Walikota apabila memenuhi syarat dukungan sebagaimana dimaksud
di dalam pasal 59, ayat (2a), (2b) dan (2c).
58
B. Peserta Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
B.1. Materi
Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008, rekruitmen calon kepala daerah di Indonesia menunjukkan
fenomena bahwa calon hanya membutuhkan “kenderaan” partai
politik, bukannya kepentingan partai politik untuk mencari kaderkader yang memenuhi kriteria akseptabilitas dan kredibilitas.
Walaupun agak sulit dibuktikan, namun beredar isu politik uang
(money politics) yang menguat terkait dengan pencarian “kenderaan”
oleh para kandidat.
Sistem pencalonan Pilkada langsung yang dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 6 Tahun 2005
merupakan sistem yang tidak memiliki batas-batas yang tegas sebagai
sistem
terbatas
atau
terbuka.
Alasannya
adalah
mekanisme
pendaftaran calon menempatkan partai politik pada posisi dan fungsi
yang sangat strategis atau menentukan. Ketentuan mengenai
kedudukan strategis partai politik tersebut dirumuskan pada Pasal 59,
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang berbunyi :
“ Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh
Partai Politik”.
59
Dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945
dan
mewujudkan
kepemimpinan daerah yang demokratis yang memperhatikan prinsip
persamaan dan keadilan dan kepastian hukum, maka Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dilakukan
perubahan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Perubahan
Mahkamah
tersebut
Konstitusi
terjadi
tentang
calon
setelah
adanya
Putusan
perseorangan.
Putusan
Mahkamah Konstitusi dilatarbelakangi atas hasil uji materi UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
diajukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lombok Tengah, Lalu Ranggalawe. Mahkamah Konstitusi menyatakan
bahwa pasal-pasal yang dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat dalam undang-undang tersebut, antara lain, Pasal 56, ayat
2, yang berbunyi : “ Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat
1 diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik” ; Pasal 59
ayat 1, sepanjang mengenai frase “ yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik “ ; Pasal 59 ayat 2. Sepanjang mengenai
frase “ sebagaimana dimaksud pada ayat 1 “ ; Pasal 59 ayat 3,
sepanjang mengenai frase “ partai politik atau gabungan partai politik
60
wajib “, frase “ yang seluas-luasnya “, dan frase “ dan selanjutnya
memproses bakal calon tersebut “.
Pasal-pasal tersebut hanya memberikan hak kepada partai
politik atau gabungan partai politik untuk mengusulkan/mengajukan
pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah serta sama sekali
menutup kemungkinan peluang pasangan calon independen.
Akhirnya, peluang pasangan calon perseorangan menjadi
lebih terbuka sebagaimana diatur dalam Pasal 59, ayat (1) UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008, yang berbunyi :
Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah :
a. Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.
b. Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah
orang.
Bila dicermati Undang-Undang Dasar 1945, pada prinsipnya
telah memberikan kesempatan yang lebih terbuka kepada setiap
warga negara untuk menjadi calon kepala daerah. Hal tersebut dapat
dilihat pada Pasal 18, ayat (4) yang berbunyi :
“ Bupati, Gubernur dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis “.
61
Dari ketentuan Pasal 18, ayat (4) tersebut tidak ada aturan
yang mengharuskan calon kepala daerah berasal dari partai politik.
Inilah
yang
menjadi
jalan
pembuka
bagi
munculnya
calon
perseorangan dalam Pemilihan kepala daerah. Sedangkan untuk pasalpasal yang lain, Mahkamah Konstitusi menyatakan tetap berlaku,
termasuk pasal-pasal yang membuat ketentuan pencalonan kepala
daerah
melalui partai politik. Keputusan Mahkamah Konstitusi
tersebut tidak merekomendasikan tentang pengaturan lebih lanjut
mengenai calon perseorangan dan tidak memberikan batasan masa
transisi
tentang
pelaksanaan
putusan.
Mahkamah
Konstitusi
berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Komisi
Pemilihan Umum dapat membuat aturan untuk mengisi kekosongan
hukum tentang persyaratan calon perseorangan.
B.2.Praktek/Latihan
a. Jelaskan ketentuan yang mengatur tentang
pemilihan kepala
daerah
peserta
dan wakil kepala daerah
menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 12
b. Jelaskan landasan
Tahun 2008.
hukum yang memberi kesempatan
calon pasangan perseorangan dalam pemilihan kepala
daerah
62
C. Persyaratan Calon Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah
C.1. Materi
Kedudukan
Kepala
Daerah/Wakil
Kepala
Daerahselain
sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah pimpinan daerah
dan pengayom masyarakat sehingga harus mampu berpikir, bertindak
dan bersikap dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa,
Negara dan masyarakat umum daripada kepentingan pribadi,
golongan dan aliran. Disamping itu, Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah harus bersikap arif, bijaksana, jujur, adil dan netral. Kepala
daerah sebagai kepala eksekutif dibantu oleh seorang wakil kepala
daerah.
Di dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008,
mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah, yaitu :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, UndangUndang Dasar Negara Republik Indinesia Tahun 1945, citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah.
c. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat
atas dan/atau sederajat.
63
d. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon
gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang-kurangnya 25
(dua puluh lima) tahun bagi calon bupati/wakil bupati dan
walikota/wakil walikota.
e. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan menyeluruh dari tim dokter.
f. Tidak
pernah
dijatuhi
pidana
berdasarkan
putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
g. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
h. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di
daerahnya.
i. Menyerahkan
daftar
kekayaan
pribadi
dan
bersedia
diumumkan.
j. Tidak
sedang
memiliki
tanggungan
utang
secara
perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi
tanggungjawabnya yang merugikan keuangan Negara.
k. Tidak
sedang
dinyatakan
pailit
berdasarkan
putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
64
l. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang
belum memiliki NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran
pajak.
m. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat
antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga
kandung, suami atau isteri.
n. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil
kepala daerah selama 2 (dua ) kali masa jabatan dalam
jabatan yang sama.
o. Tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah ; dan
p. Mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah yang masih menduduki
jabatannya.
Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor Nomor 12
Tahun 2008, Pasal 59 mengatur tentang persyaratan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang diusul dari partai politik atau
gabungan partai politik dan pasangan calon perseorangan yang
didukung oleh sejumlah orang.
Partai
politik
atau
gabungan
partai
politik
dapat
mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan
perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah
kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan
65
suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang
bersangkutan.
Sedangkan pasangan calon perseorangan dapat mendaftarkan diri
sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila memenuhi
syarat dukungan dengan ketentuan :
a. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000
jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma
lima persen)
b. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000
sampai dengan 6.000.000 jiwa harus didukung sekurangkurangnya 5% (lima persen),
c. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000
sampai dengan 12.000.000 jiwa harus didukung sekurangkurangnya 4% (empat persen), dan
d. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 jiwa
harus didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga persen).
Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud di atas, tersebar
lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota di provinsi
yang bersangkutan. Bagi pasangan calon perseorangan yang
mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati atau
walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan
ketentuan :
66
a. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan
250.000
jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5%
(enam koma lima persen).
b. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000
sampai dengan 500.000 jiwa harus didukung sekurangkurangnya 5% (lima persen).
c. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000
sampai dengan 1.000.000 jiwa harus didukung sekurangkurangnya 4% (empat persen) ; dan
d. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari
1.000.000 jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga
persen).
Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud di atas, tersebar
pada lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan
kabupaten/kota
yang
bersangkutan.
Dukungan
di
sebagaimnana
dimaksud diatas dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai
dengan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat keterangan
tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
D. Form Isian
1. Surat Pernyataan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Model BB – KWK).
67
2. Surat Pernyataan Setia kepada Pancasila Sebagai Dasar Negara,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia Serta Pemerintah (Model BB 1 KWK).
3. Surat Pernyataan Belum Pernah Menjabat Sebagai Kepala
Daerah Atau Wakil Kepala daerah Selama Dua Kali Masa
Jabatan Yang Sama (Model BB 2 – KWK).
4. Daftar Riwayat Hidup Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah (Model BB 3 – KWK).
5. Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kemampuan Secara Rohani
dan Jasmani (Model BB 4 – KWK).
6. Surat Keterangan Tidak Memiliki Tanggungan Utang (Model BB
5 – KWK).
7. Surat Keterangan Tidak Dinyatakan Pailit (Model BB 6 – KWK).
8. Surat Keterangan Tidak Sedang Dicabut Hak Pilihnya, Tidak
Pernah Dihukum Penjara Karena Tindak Pidana Makar Dan
Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara (Model BB 7 – KWK).
9. Surat Pernyataan Kesanggupan Mengundurkan Diri Dari Jabatan
Apabila Terpilih Menjadi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
(Model B 6 – KWK).
68
BAB V
PERAN STAKEHOLDER DALAM PEMILIHAN
KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan
: PERAN STAKEHOLDER DALAM PEMILIHAN
KEPALA DAERAH/WAKIL KEPLA DAERAH
Waktu
: 2 ( dua ) kali tatap muka pelatihan ( selama 180
menit
Tujuan
: Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan
Mampu menjelaskan Peran Stakeholders dalam
Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Metode
: Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas
Terstruktur )
69
A, Pendahuluan
Di negara yang telah mapan, proses demokratisasi seringkali
digambarkan berlangsung secara gradual dan akomodatif. Namun
pengalaman empiris di Negara yang sedang mencari bentuk demokrasi
menunjukkan bahwa proses demokratisasi umumnya berlangsung
dalam suasana mobilisasi dan ketidaksabaran yang kadangkala
diwarnai dengan kekerasan, Hal ini tidak jauh berbeda dengan proses
demokratisasi yang berlangsung di Indonesia. Mengutip pendapat
Samuel Huntington ( 1991 ) bahwa demokrasi itu tidak pernah
berkembang atau tumbuh linier (terletak pada satu garis lurus) dan
bersifat pasti. Namun, demokrasi merupakan serangkaian gelombang
yang maju, mundur, lalu bergulung-gulung kemudian memuncak lagi.
Pendapat tersebut sepertinya sesuai dengan sejarah perjalanan
bangsa Indonesia.
Bila
dipotret
secara
nasional,
dalam
realitasnya
penyelenggaraan Pilkada langsung menghadirkan nuansa dan warna
tersendiri di setiap daerah. Ada beberapa kabupaten/kota yang
pelaksanaan Pilkadanya mengalami gejolak konflik politik yang serius
dan cenderung destruktif sampai terjadinya kerusuhan, baik antar
massa pendukung calon, para kandidat dengan KPUD, maupun
pendukung calon dengan KPUD. Fakta ini mencederai demokrasi yang
sedang dibangun. Mahkamah Agung, KPU Pusat dan lain-lain
mengimplikasikan
tentang
ketidaksiapan
70
dan
ketidakmatangan
masyaraakat kita dalam berdemokrasi, disamping ketidaksiapan para
stakeholders yang terlibat dalam proses Pilkada. Kondisi ini
mengundang
keprihatinan,
bahwa
pada
saat
starting
point
membangun demokrasi, kultur dan perilaku kita belum mendukung
keinginan tersebut.
Kekhawatiran banyak pihak atas terjadinya dampak negative
dan hambatan dalam pelaksanaan Pilkada, maka peran stakeholders
sangat dibutuhkan untuk mengurangi kekhawatiran di atas. Para
stakeholders
yang
diharapkan
dapat
membantu
kelancaran
penyelenggaraan Pilkada, antara lain Desk Pilkada, Pegawai negeri
Sipil, Masyarakat, Media Massa dan Quick Qount.
B. Peran Desk Pilkada
B.1. Materi
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor :
120.05 110 Tahun 2005, dibentuk Desk Pilkada Pusat. Sedangkan
untuk Desk Pilkada di Tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota dibentuk
Desk Pilkada berdasarkan keputusan kepala daerah.
Pembentukan Desk Pilkada pada awalnya banyak menuai
kritik dari berbagai organisasi dan lembaga sosial masyarakat maupun
perorangan. Mereka berpendapat bahwa pembentukan Desk Pilkada
tidak mempunyai dasar hukum. Mantan Sekretaris Kementerian
Dalam Negeri, Siti Nurbaya (Suara Pembaharuan, 08 Maret 2005),
71
ketika ditanya wartawan sebelum menghadiri Rapat Tertutup dengan
Panitia Anggaran DPR untuk membahas anggaran Pilkada di gedung
DPR mengatakan :
“Desk Pilkada yang sudah dibentuk Depdagri tidak
bermaksud
untuk
mengendalikan
penyelenggaraan
Pilkada.
Pembentukan Desk Pilkada itu bertujuan untuk merekam dan
mengikuti perkembangan serta sekaligus memfasilitasi hal-hal yang
memang bersifat penegasan. Desk Pilkada juga bermaksud untuk
mengatasi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi selama
penyelenggaraan Pilkada”.
Meskipun tidak disebut dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, tetapi ada peran atribusi pemerintah dalam menjalankan
kewenangannya. Dalam konteks tersebut, kewenangan tidak selalu
dalam pengertian delegatif. Kewenangan juga tidak selalu berarti
diperintahkan. Sebaliknya, secara hukum, kewenangan itu selalu
atributif.
Walaupun
menyelenggarakan
di
daerah
Pemilihan
sudah
Kepala
dibentuk
Daerah,
KPUD
KPUD
yang
masih
membutuhkan petunjuk dan penegasan-penegasan dari pemerintah.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) elemen penting dalam Pilkada, yaitu :
pertama, proses secara teknis penyelenggaraan Pilkada ; kedua,
prinsip-prinsip demokratisasi ; ketiga, persoalan-persoalan keamanan
72
dan ketertiban masyarakat. Ketiga-tiganya harus berjalan seiring dan
selaras.
Desk Pilkada mempunyai tugas :
1. Memantau kelancaran pelaksanaan kegiatran pada setiap
tahap Pilkada.
2. Memantau situasi/dinamika politik dan keamanan serta
merumuskan langkah yang diperlukan.
3. Memberi dukungan fasilitas kepada penyelenggara Pilkada
sesuai kebutuhan.
4. Menyusun langkah-langkah antisipatif dan kebijakan yang
responsif
terhadap
situasi
politik
dan
ketentraman,
ketertiban dan keamanan yang berkembang di daerah,
menjelang, selama dan pasca-Pilkada.
5. Melaksanakan sosialisasi tentang peraturan perundangundangan Pilkada serta upaya penyadaran kepada warga
masyarakat
untuk
berperan
serta
secara
aktif
dan
proporsional dan hak-hak politik warga, dan
6. Melaksanakan advokasi mengenai penyelesaian sengketa,
pelanggaran, dan permasalahan hukum yang mungkin
muncul dalam penyelenggaran Pilkada.
Dalam praktek penyelenggaraan Pilkada, masalah yang
dihadap Desk Pilkada adalah terbatasnya sarana dan prasarana
73
pendukung, khususnya peralatan penunjang, seperti jaringan telepon,
faks, e-mail, dan terbatasnya sumber daya manusia yang mengelola
kegiatan Desk Pilkada. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
Pemerintah daerah, khususnya dalam rangka efektifitas dan efesiensi
fungsi dan peran Desk Pilkada sebagai supporting unit yang sifatnya
melengkapi dan bukan sebagai aktor utama pelaksana Pilkada.
B.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan tugas Desk Pilkada
b. Jelaskan latar belakang pembentukan Desk Pilkada
c. Jelaskan masalah-masalah yang sering dihadapi Desk
Pilkada dalam penyelenggaraan Pilkada
C, Peran Pegawai Negeri Sipil
C.1. Materi
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) sebagai bagian dari suatu
masyarakat politik, memiliki hak yang sama dalam proses Pilkada,
yaitu hak dipilih dan memilih. Akan tetapi disisi lain, pegawai negeri
sipil sebagai public servant dihadapkan dengan tugas pelayanan
kepada semua lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, hak-hak politik
pegawai negeri sipil perlu diatur dalam peraturan perundang-
74
undangan
dengan
tujuan
untuk
menjamin
tidak
terjadinya
penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan yang bersifat
partisan, dan atau tidak menggunakan fasilitas publik untuk
kepentingan partisan. Dalam netralitasnya ini, pegawai negeri sipil
senantiasa harus memposisikan diri secara tepat dan profesional
dalam proses Pilkada langsung.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Republik Indonesia Nomor : SE/08.A/M.PAN/5/2005. Tanggal 2
Mei 2005 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan
Kepala Daerah, antara lain menetapkan bahwa bagi pegawai negeri
sipil yang menjadi calon kepala daerah :
1. Wajib membuat surat pernyataan mengundurkan diri dari
jabatan negeri pada Jabatan Struktural atau Fungsional yang
disampaikan kepada Atasan Langsung untuk dapat diproses
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Dilarang menggunakan anggaran pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
3. Dilarang
menggunakan
fasilitas
yang
terkait
dengan
jabatannya.
4. Dilarang melibatkan pegawai negeri sipil lainnya untuk
memberikan dukungan dalam kampanye.
Bagi pegawai negeri sipil yang bukan calon Kepala
daerah/Wakil Kepala Daerah :
75
1. Dilarang
terlibat
dalam
kegiatan
kampanye
untuk
mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
2. Dilarang
menggunakan
fasilitas
yang
terkait
dengan
jabatannya dalam kegiatan kampanye.
3. Dilarang membuat keputusan dan atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon
selama masa kampanye.
4. Pegawai Negeri Sipil dapat menjadi anggota Panitia
Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara
(PPS), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
dan Pengawas Pemilihan, dengan izin dari Pejabat Pembina
Kepegawaian atau Atasan Langsung.
Bagi pegawai negeri yang tidak menaati kewajiban dan
larangan sebagaimana tertera pada angka 1 dan 2 di atas,
dikategorikan melanggar Pasal 2 huruf b, I dan z Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil dan dijatuhi hukuman disiplin :
1. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama 1
(satu) tahun :
a. Bagi pegawai negeri sipil yang melibatkan pegawai negeri
sipil
lainnya
untuk
kampanye.
76
memberikan
dukungan
dalam
b. Bagi pegawai negeri sipil yang duduk sebagai Panitia
Pengawas Pemilihan tanpa izin dari Pejabat Pembina
Kepegawaian atau Atasan Langsung.
2. Pemberhentian Dengan Hormat Atas Permintaan Sendiri sebagai
pegawai negeri sipil dengan hak-hak kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku :
a. Bagi pegawai negeri sipil yang terlibat dalam kegiatan
kampan ye untuk mendukung Kepala Daerah atau Wakil
Kepala Daerah.
b. Bagi pegawai negeri sipil yang menggunakan fasilitas yang
terkait dengan jabatannya.
c. Bagi pegawai negeri sipil yang menjadi anggota Panitia
Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara
(PPS), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
kegiatan kampanye (KPPS), tanpa izin dari Pejabat
Pembina Kepegawaian atau Atasan Langsung.
3. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri
sipil :
a. Bagi pegawai negeri sipil yang menggunakan anggaran
pemerintah dan pemerintah daerah dalam proses
Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah.
77
b. Bagi pegawai negeri sipil yang menggunakan fasilitas yang
terkait dengan jabatannya dalam proses Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
c. Bagi pegawai negeri sipil yang membuat keputusan dan
atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye.
C.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan hak politik Pegawai Negeri Sipil dalam proses
Pilkada
b. Bagaimana seyogianya posisi Pegawai Negeri Sipil dalam
mempertahankan netralitasnya secara profesional dan
tepat dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.
Jelaskan pendapat Praja.
c. Jelaskan sanksi yang dapat dikenakan bagi Pegawai Negeri
Sipil yang tidak menaati kewajiban dan larangan dalam
proses penyelenggaraan Pilkada berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nompr 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
D. Peran Masyarakat
D.1.Materi
78
Robert A. Dahl ( 1999 ) berpendapat, bahwa pemerintahan
yang demokratis akan menunjukkan kadar partisipasi rakyat yang
tinggi, baik dalam memilih pejabat publik, mengawasi perilakunya
maupun menentukan arah kebijakan umum kepemerintahannya.
Kadar demokrasi suatu Negara dapat ditentukan oleh dua hal :
1. Seberapa besar peran masyarakat dalam menentukan arah
kebijakan
umum
kepemerintahan.
Peran
ini
dapat
diaktualisasikan melalui mekanisme partisipasi politik yang
salah satunya melalui pemilihan pejabat publik (kepala
daerah) secara langsung, sehingga masyarakat dapat memilih
secara langsung calon-calon yang dinilai oleh mereka sebagai
individu yang mau dan mampu menangkap, mengapresiasi,
dan mengimplementasikan aspirasi warganya ketika calon
tersebut terpilih sebagai pejabat publik.
2. Seberapa besar peran warga masyarakat dalam menentukan
siapa di antara mereka yang dijadikan pejabat publik. Jika
mereka mengidentifikasikan diri sebagai orang yang prodemokrasi, anti-korupsi, mencita-citakan pemerintahan yang
bersih dan bertanggungjawab, serta menginginkan masa
depan kehidupan yang lebih baik, seharusnya pilihan mereka
pada kandidat Kepala Daerah pun adalah pilihan yang
mencerminkan sikap, keinginan, dan cita-cita mereka.
79
Dalam konteks tersebut di atas, Samuel Huntington dan Joan
M. Nelson (1991) menyebutkan, bahwa partisipasi otonomis
(autonomous participation) sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam
proses demokrasi. Inilah kemandirian politik, sesuatu yang dapat
tumbuh karena adanya pendidikan politik dari stakeholders Pilkada,
partai politik, KPUD, Desk Pilkada ataupun pemerintah.
Sesungguhnya pendidikan akan melahirkan pemahaman yang
berujung pada pencerahan. Demikian halnya dengan pendidikan
politik. Seorang individu yang mengalami pencerahan akan memiliki
kemandirian untuk mengambil keputusan. Dari sana akan melahirkan
sikap : menggunakan hak pilih atau menanggalkannya (golongan
putih).
Sikap apatis masyarakat dalam menggunakan hak politik,
antara lain disebabkan oleh kurangnya sosialisasi; pasangan calon
tidak memikat publik; masyarakat malas dan jenuh (skeptis) dengan
hajatan demokrasi tersebut karena mereka tidak memiliki rekam jejak
para calon dan program-programnya; dan tidak memilih dianggap
sebagai bentuk protes atas proses politik yang sedang berjalan yang
menurut mereka tidak mengakomodasikan kandidat yang mereka
idolakan.
Kedekatan emosional antara pemilih dengan para kandidat
merupakan salah satu daya tarik partisipasi politik masyarakat dalam
Pilkada. Ditengah sistem dan kultur politik yang bersifat paternalistik,
80
maka partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Semakin besar
dan baik kualitas partisipasi masyarakat, maka kelangsungan
demokrasi akan semakin baik pula. Demikian juga sebaliknya. Kadar
kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana
tingkat otonomi dalam menentukan sikapnya ; apakah karena
pengaruh mobilisasi partai politik semata, faktor primordialisme atau
karena rasionalitas, dan hati nurani.
Kalau
keberpihakan
politik
lahir
dari
pertimbangan-
pertimbangan yang rasional, maka ini merupakan pertanda positif bagi
perkembangan dan format demokrasi ke depan. Tetapi jika pilihan
politik hanya karena pengaruh mobilisasi saja, maka perkembangan
demokrasi masa depan patut dipertanyakan lagi.
Hukum demokrasi selalu menempatkan partisipasi masyarakat dalam
posisi terdepan. Antara masyarakat dan demokrasi terdapat makna
yang komplementer dan simultan. Agar demokrasi berjalan dengan
baik, maka partisipasi masyarakat merupakan konsekuensi logis yang
harus ditumbuhkembangkan. Penguatan demokrasi lokal tidak akan
tercipta manakala masyarakat hanya dijadikan objek politik dan
konstituen yang pasif. Dengan cara ini, demokrasi akan lebih cepat
meresap ke bawah dan dapat dirasakan secara konkret oleh
masyarakat yang secara formal berada pada hierarki sistem politik
yang paling rendah. Dalam praktek, partisipasi masyarakat yang
berperan dalam penyelenggaraan Pilkada sangat besar. Hal ini dapat
81
dilihat dari jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS), semuanya
dilengkapi dengan personil PPS yang berasal dari masyarakat dimana
TPS itu berada.
D.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan bahwa pemerintahan yang demokratis
dapat
membentuk partisipasi masyarakat yang tinggi ;
b. Mengapa pendidikan politik perlu diberikan kepada rakyat
dan apa pengaruh pendidikan politik bagi rakyat ? Jelaskan
pendapat Praja
c. Berdasarkan pengamatan Praja terhadap penyelenggaraan
Pilkada, bagaimanakah tingkat partisipasi dan peran
masyarakat dalam proses Pilkada? Jelaskan pendapat Praja.
E. Peran Media Massa
E.1. Materi
Kedudukan media massa (pers) dalam konteks pemilihan
langsung sangat strategis, Media massa (terutama media elektronik)
mempunyai jangkauan yang sangat luas dan mampu menyebarkan
informasi secara instan dalam waktu yang sangat singkat. Dengan
menampilkan visualisasi fisik yang kuat, media massa mampu
82
membentuk dan mengembangkan pencitraan (baik ataupun buruk)
bagi siapapun, tidak terkecuali bagi para kandidat.
Komunikasi politik untuk kepentingan pemenangan Pilkada
secara langsung melibatkan dua variable penting, yaitu massa pemilih
dengan segala karakteristiknya dan media massa sebagai alat
pengendali. Kandidat yang cerdas akan dapat membaca massa dan
terampil
memanfaatkan
media
massa.
Media
massa
dapat
mengalirkan darah kehidupan politik, sehingga proses politik berjalan
dinamis. Media massa juga dapat menyebarkan pesan-pesan
provokatif ataupun yang menyejukkan. Dalam Pilkada langsung, media
massa bukan hanya berfungsi membangun citra khalayak, kelompok
ataupun lembaga, tetapi juga dapat mengendalikan citra sesuai visi
dan misinya.
Meskipun penerimaan massa atau konstituen dalam
memilih figure juga turut dipengaruhi oleh peran media massa. Namun
kekuatan media massa bukan satu-satunya menjadi penentu. Oleh
sebab itu, media massa harus benar-benar mampu menempatkan diri
secara independen dan tidak tergiur dalam permainan money politics.
Media massa memiliki tanggungjawab moral dan sosial terhadap
informasi
yang
disebarkannya,
dan
tidak
sekedar
mengejar
keuntungan.
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 76
dan 77 mengatur tentang penggunaan media massa (media cetak dan
83
elektronik) oleh para pasangan calon dalam menyampaikan tema dan
materi kampanye. Di samping itu, media elektronik dan media cetak
wajib memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan calon
untuk memasang iklan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah dalam rangka kampanye.
Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, Pasal 56 dan 57,
juga memperkenankan kampanye dilaksanakan melalui media cetak
dan media elektronik. Demikian juga di dalam Pasal 19, ayat (3a) dan
(3 f) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, berbunyi sebagai berikut :
Untuk memilih calon anggota KPU Provinsi, Tim Seleksi
melakukan tahapan kegiatan :
a. Mengumumkan
pendaftaran calon anggota KPU Provinsi
sekurang-kurangnya pada 2 (dua) media massa cetak harian
lokal untuk 1 (satu) kali terbit dan 1 (satu) media massa
elektronik lokal selama 3 (tiga) hari berturut-turut.
b. Mengumumkan nama daftar bakal calon anggota KPU
Provinsi yang lulus seleksi tertulis sekurang-kurangnya pada 2
(dua) media massa cetak harian lokal selama 1 (satu) hari dan
1 (satu) media massa elektronik lokal selama 3 (tiga) hari
berturut-turut utnuk mendapatkan masukan dan tanggapan
dari masyarakat dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja.
84
Dari berbagai ketentuan ini tampak dengan jelas peran
media atau pers sangatlah besar, mulai dari tahap persiapan sampai
dengan tahap penghitungan suara. Pengaturan penggunaan media
massa ini diperlukan guna menghindarkan timbulnya konflik antar
konstituen dari para calon kepala daerah.
Menurut J. Kaloh ( 2008 ) : “ Dalam kondisi masyarakat yang
belum sadar akan arti demokrasi, media massa harus melihat dirinya
sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari konflik. Oleh sebab itu,
media massa harus menarik diri dari konflik, naik keposisi yang lebih
tinggi dan suci, serta memerankan dirinya sebagai “negarawan”,
bukan
“politisi”.
Negarawan
memperjuangkan
kepentingan
masyarakat luas dan pandangan jangka panjangnya. Politisi sebaliknya
: berjuang untuk kepentingan kelompoknya dan perspektifnya jangka
pendek.
Profesionalisme
merupakan
faktor
penting
dari
independensi dan kenetralan pers. Banyak pengalaman bahwa media
massa yang tidak memihak, merupakan media yang paling disenangi
oleh masyarakat umum. Sedangkan media yang hanya menyuarakan
salah satu calon, ruang geraknya menjadi terbatas karena saingan
calon pasti enggan menggunakan media tersebut sebagai penyalur
informasi kampanyenya. Media massa yang netral dan dapat
dipercaya masyarakat serta kandidat yang bertarung, mengurangi opsi
85
pengerahan massa. Pembentukan opini dirasakan lebih efrektif dan
efisien lewat media massa daripada mengerahkan massa.
E.2. Praktek/Latihan
a. Mengapa peran Media Massa sangat penting dalam
penyelenggaraan Pilkada? Jelaskan pendapat Praja.
b. Bagaimanakah peraturan perundang-undangan mengatur
tentang penggunaan media massa oleh pasangan calon
Pilkada
dalam
penyelenggaraan
pemilihan
kepala
daerah/wakil kepala daerah? Jelaskan pendapat Praja
c. Jelaskan implikasi yang dapat terjadi bila media massa
tidak professional, memihak dan tidak netral dalam
penyelenggaraan Pilkada.
F. Peran Quick-Qount
F.1. Materi
Seiring
dengan
perkembangan
dunia
Information
Technology ( IT ) di Indonesia, menyebabkan pertukaran dan sharing
informasi dalam bentuk digital menjadi relatif cepat dan menyebabkan
bidang ilmu ini menjadi salah satu bidang yang paling cepat
86
berkembang di dunia. Dengan teknologi informasi yang lebih maju
sekarang ini, seperti teknologi SMS, WAP maupun internet (blog,
jejaring sosial, portal, dll), informasi kegiatan demokrasi terasa
semakin cepat, mudah dan murah dalam mengaksesnya. Pada posisi
sebagai pengguna, dengan teknologi internet, kita dimungkinkan
untuk berpartisipasi memberikan opini publik ataupun dapat
mengikuti pooling mengenai kebijakan atau isu yang sedang marak di
masyarakat. Pada posisi sebagai pemilik teknologi, kemajuan teknologi
perangkat lunak seperti pengolah data, memungkinkan dibuatnya
sistem atau apliklasi yang sangat berguna untuk pencapaian tujuan
politik orang atau partai. Perkiraan-perkiraan kemenangan politikpun
dapat diperoleh dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi
ini. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan
dapat berbentuk Quick Qount
Dalam konteks tersebut di atas, tolok ukur keberhasilan
sebuah pelaksanaan Pilkada ditentukan oleh keakuratan data dan
kecepatan pengolahan data yang ada hingga menghasilkan sebuah
Pilkada yang jujur dan adil. Selama ini, penghitungan manual yang
dilakukan di tingkat PPS, PPK, Kecamatan, hingga Kabupaten,
penggunaan teknologi informasi dalam pengolahan data yang
jumlahnya cukup besar menjadi salah kendala yang harus dihadapi.
Banyak indikasi kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) yang
berlangsung yang dapat mengakibatkan kerugian di berbagai pihak
87
dan cenderung berdampak kepada konflik. Salah satu faktor utama
penyebab terjadinya konflik pada setiap pemilihan umum maupun
pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia adalah tidak
dimanfaatkannya teknologi dalam sistem pemilu.
Dengan menerapkan Teknologi Informasi yang benar dalam
Pilkada diharapkan akan dapat memudahkan dan mengefektifkan
kinerja serta SDM yang ada sehingga akan tercipta Pilkada yang aman,
jujur, adil dan akurat. Oleh karena itu dengan sistem IT yang baik
diharapkan konflik dan kerawanan kecurangan yang ada dapat
diminimalisir. Sebab, berdasarkan data Direktorat Jenderal Otonomi
Daerah Departemen Dalam Negeri, dari 265 pemilukada yang sudah
dilaksanakan, ada 145 yang berujung ke pengadilan
Permasalahan yang terjadi selama ini adalah seluruh
perhitungan/tabulasi suara dilakukan dengan menggunakan sistem
manual atau menggunakan data tulisan berupa angka di formulir C1
KWK dan C2 Besar yang ada di tingkat TPS. Kemudian data akan
dipindahkan ke tingkat Kelurahan, ke tingkat Kecamatan, dan terakhir
di tingkat KPUD. Dalam beberapa tahapan pemindahan data di setiap
tingkat dilakukan secara manual. Proses pemindahan data dari tingkat
TPS sampai dengan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU)
Kabupaten/Kota sangat riskan dilakukan manipulasi data.
88
Perhitungan suara secara cepat (Quick Qount) atau juga
dikenal sebagai Tabulasi Suara Paralel ( Parallel Vote Tabulation ),
merupakan salah satu metode yang berguna untuk memantau proses
pemungutan suara.
Quick Qount merupakan teknik penghitungan
cepat yang menggunakan metode statistik murni dengan mengambil
sampling data secara random dan merata pada daerah urban, rural,
pesisir dan pedalaman. Karena Quick Qount berbasiskan pada metode
statistic, maka parameter keberhasilannya sangat tergantung pada
metodologi statistika yang dipakai. Metode Quick Qount tentunya
mempunyai
keuntungan
dan
kerugian
dibandingkan
dengan
perhitungan manual oleh KPU.
Disamping itu, Quick Qount merupakan sebuah proses
pengumpulan informasi oleh ratusan bahkan ribuan relawan melalui
pemantauan langsung saat pemungutan dan perhitungan suara di
seluruh tempat pemungutan suara ( TPS ) yang ada. Pemantau
mencatat informasi, termasuk hasil perhitungan suara yang ada, dan
melaporkan hasil tersebut ke pusat pengumpulan data ( server )
melalui SMS. Dalam implementasi Quick Qount, IT berperan sangat
penting dalam proses input, pengiriman dan pengolahan data. Sebagai
contoh dalam penerapan aplikasi SMS gateway untuk Quick Qount,
prosesnya dilakukan secara bertahap, yaitu :
1) Surveyor di tiap TPS mengirim SMS ke Data Center ;
89
2) Data Center akan mengirimkan validasi dan autentikasi
untuk keadaan berhasil ataupun gagal ;
3) Data kemudian dimasukkan menjadi database ;
4) Input data dari database masuk ke bagian Analisa Statistik.
Ketika proses Pilkada berlangsung, salah satu lembaga sosial
yang memantau sekaligus melakukan quick qount penghitungan suara
adalah NDI. NDI (National Democratic Institute), yaitu suatu Lembaga
Sosial Masyarakat Internasional yang mempunyai tujuan membantu
negera-negara berkembang di dunia dalam melaksanakan dan
memperkokoh demokrasi yang seutuhnya. Salah satu proyek yang
dikerjakan adalah dengan memanfaatkan teknik Quick Qount, yaitu
suatu teknik penghitungan cepat dalam proses Pemilihan Umum
Langsung.
NDI merupakan lembaga nonprovit, dan saat ini kantor NDI
telah tersebar di 60 negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Kantor NDI Pusat di Indonesia berada di jalan Teuku Cik Di Tiro, No. 37
A PAV, Jakarta.
NDI mendapat data dari Departemen Dalam Negeri. Data yang diambil
adalah data pada suatu daerah yang akan melaksanakan proses
pemilihan kepala daerah secara langsung. Metode pengolahan
datanya sendiri menggunakan teknik Information Technology ( IT )
yang diolah berdasarkan data yang masuk yang dilaporkan oleh para
90
relawan pada saat penghitungan suara pemilih telah selesai
dilaksanakan dengan melaporkan hasil akhir perhitungan tiap TPS
(Formulir C1) yang ditandatangani oleh para saksi dan pemantau.
Dalam realitasnya, proses perhitungan cepat ini dapat dengan
cepat memberikan informasi kepada masyarakat pemilih mengenai
hasil sementara perolehan suara masing-masing calon Kepala Daerah.
Beberapa
daerah dalam penyelenggaraan Pilkada telah
melaksanakan Quick Qount bekerjasama dengan LSI (Lembaga Survei
Indonesia), seperti : KPUD Provinsi Bali, Kaltim, DKI Jakarta, NTB,
Jateng dan beberapa KPUD Kabupaten/Kota. Dalam penerapan Quick
Qount tersebut, LSI mencatat rekor Quick Qount paling presisi dan
akurat dalam sejarah Indonesia ketika Lembaga tersebut melakukan
Qouck Qount di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi
karena selisih dengan hasil penghitungan suara KPUD hanya 0,5% ( Nol
koma lima persen ).
Pada saat ini, sudah terdapat sejumlah lembaga survey yang
telah melakukan quick qount, antara lain Insert Institute, Jaringan
Suara Indonesia, Adhyaksa Supporting House, Institute for Social and
Political Economics Issues (ISPEI) dan Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Lembaga-lembaga tersebut pada tanggal 23 Juni 2010 (hari
pencoblosan) Pemilukada melakukan quick qount pada 10 Kabupaten
di Provinsi Sulawesi Selatan. Jika Lembaga Survei di atas melakukan
91
quick qount, KPUD sebagai penyelenggara juga melakukan real qount
pada 10 Kabupaten yang menggelar pemilukada, yaitu Luwu Timur,
Luwu Utara, Tana Toraja, Soppeng, Maros, Pangkep, Barru, Bulukumba
dan Selayar. KPUD menggunakan teknologi SMS bekerjasama dengan
salah satu operator real qount tersebut.
Mengenai dasar hukum penggunaan teknologi Quick Qount
dalam Pemilu, Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan putusan
pada
tanggal
30
Maret
2009,
yaitu
Mahkamah
Konstitusi
membebaskan lembaga survey untuk mempublikasikan hasil survey
atau jajak pendapat pada masa tenang menjelang Pemilu. Di samping
itu, Mahkamah Konstitusi juga membolehkan lembaga survey
mengumumkan hasil perhitungan cepat (quick Qount) sesaat setelah
pemungutan suara.
F.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan apa dimaksud dengan teknik Quick Qount.
b. Jelaskan manfaat menggunakan teknik Quick Qount dalam
penghitungan suara
c. Jelaskan proses penerapan aplikasi SMS gateway pada quick
qount yang selama ini digunakan pada saat pemungutan
suara pemilukada dilaksanakan
92
G. Peran Tim Sukses
G.1. Materi
Kemenangan
atau
kegagalan
para
kandidat
dalam
pertarungan di arena Pemilihan Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah,
tidak semata-mata ditentukan oleh kandidat itu sendiri, tetapi juga
oleh berbagai komponen yang secara langsung maupun tidak langsung
terlibat dalam keseluruhan proses, antara lain adanya sebuah tim yang
lazim dikenal dengan nama Tim Sukses/Tim Kampanye.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor : 07 Tahun 2007
tentang Pedoman Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala daerah, Pasal 1 ayat (8), mengatur tentang
Tim Kampanye, yaitu : “ Tim pelaksana kampanye, selanjutnya disebut
Tim Kampanye adalah tim yang dibentuk oleh pasangan calon
bersama-sama Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang
bertugas dan berwenang membantu penyelenggaraan kampanye serta
bertanggungjawab
kampanye. Pasal
atas
pelaksanaan
teknis
penyelenggaraan
9, ayat (3) berbunyi : “ Pada saat pendaftaran
pasangan calon, partai politik atau gabungan partai politik
mendaftarkan tim kampanye dan menyerahkan rekening khusus dana
kampanye yang dibuat pada 1 (satu) Bank”.
Selanjutnya di dalam pasal 11 diatur ketentuan sebagai
berikut :
93
Tim Kampanye sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (3), dapat
dibentuk secara berjenjang, di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Kecamatan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tingkat Provinsi didaftarkan kepada KPU Provinsi ;
b. Tingkat
Kabupaten/Kota,
didaftarkan
kepada
KPU
Kabupaten/Kota;
c. Tingkat Kecamatan, didaftarkan kepada PPK.
Tim Sukses memainkan peran yang sangat signifikan untuk
menghantar
kandidatnya
meraih
kemenangan
ataupun
harus
menerima kekalahan. Mereka berfungsi sebagai mesin pemenangan
para kandidat. Sebagai mesin pemenangan kandidat, Tim Sukses harus
memiliki berbagai keunggulan. Selain naluri politik yang tinggi, para
anggota Tim Sukses harus memiliki keunggulan SDM yang memadai,
terutama
ketajaman
kemampuan
untuk
membaca
dan
memperkirakan strategi dan langkah ke depan dengan mempelajari
fenomena-fenomena dalam masyarakat. Tim Sukses harus bekerja
maksimal untuk mengubah tantangan dan hambatan menjadi peluang
untuk kemenangan kandidatnya.
Disamping itu, Tim Sukses harus mampu membuat pencitraan
positif tentang kandidatnya dan menjaga konsistensinya dalam
mengemban amanat. Strategisnya peran Tim Sukses sebagai mesin
pemenangan kandidat, diakui tidak hanya oleh kandidat itu sendiri,
tetapi juga okeh masyarakat luas.
94
Oleh sebab itu, anggota Tim Sukses harus diisi oleh anggota
yang memiliki latar belakang pengalaman berorganisasi baik politik
maupun kemasyarakatan. Latar belakang dibentuknya Tim Sukses
adalah mengikuti garis kebijakan partai dengan mengusung kaderkader terbaik partai dan membuka kesempatan kepada figur-figur
independen yang diseleksi dengan mempertimbangkan beberapa
indikator, antara lain kekuatan, kemampuan pribadi, dan integritas
yang bersangkutan. Langkah awal adalah melakukan konsolidasi dan
menyatukan
komitmen
Tim
Sukses,
kemudian
menyepakati
mekanisme kerja dan membentuk sekretariat Tim Kampanye atau Tim
Sukses. Selanjutnya, menyusun agenda kerja dan membuat jadual
pertemuan berkala untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.
Dengan demikian, Tim Sukses menjadi bagian penting dari
strategi
pemenangan
kandidat,
sehingga
perannya
sangat
diperhitungkan. Oleh sebab itu, para kandidat harus mampu merekrut
Tim Sukjses yang benar-benar ingin berjuang bersama, mencurahkan
segenap daya dan upaya untuk memenangkan kandidatnya.
G.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tim Sukses/Tim
Kampanye
95
b. Jelaskan, mengapa peran Tim Sukses sangat menentukan
bagi pemenangan kandidat Pilkada
c. Jelaskan syarat-syarat dan keunggulan yang dimiliki
anggota Tim Sukses agar dapat menghantar kemenangan
kandidat dalam pemilihan kepala daerah/wakil kepala
daerah.
96
BAB VI
TAHAP PERSIAPAN DALAM PELAKSANAAN PILKADA
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan
: TAHAP PERSIAPAN DALAM PELAKSANAAN
PILKADA
Waktu
: 2 ( kali ) tatap muka pelatihan (selama 180 menit)
Tujuan
: Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan
mampu menjelaskan Tahap Persiapan dalam
Pelaksanaan Pilkada
Metode
: Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas
Terstruktur )
97
A. Pendahuluan
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
langsung berdasarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, terdiri dari 2 (dua) tahap, yakni
masa persiapan dan tahap pelaksanaan. Setiap tahap mencakup
beberapa kegiatan dan harus dilakukan secara berurutan serta tidak
boleh ada satupun proses yang terlewati.
Tahap Persiapan, antara lain meliputi : surat pemberitahuan Pilkada,
penyusunan aturan. Pembentukan Panitia Pengawas, Sosialisasi,
Penyusunan Anggaran dan Pemutakhiran data pemilih.
Tahap Pelaksanaan, antara lain meliputi : Penetapan Daftar Pemilih,
Pendaftaran/Penetapan
Calon,
Kampanye,
Pemungutan
suara,
Penghitungan suara, Penetapan pasangan calon dan Pengesahan serta
pelantikan.
B. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pilkada
B.1. Materi
Dalam Pasal 65 ayat (2), Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004,
disebutkan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam masa
persiapan :
98
a. Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai
berakhirnya masa jabatan ;
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya
masa jabatan Kepala Daerah ;
c. Perencanaan, penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara
dan jadual tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah ;
d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS ;
e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.
Masing-masing
kegiatan
yang
dilaksanakan
dalam
masa
persiapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai
berakhirnya masa jabatan.
Secara
normatif,
peran
DPRD
dalam
proses
Pilkada
sebagaimana tertuang dalam Pasal 118, ayat 1 adalah melakukan
pengawasan pada semua tahap pelaksanaan pemilihan. Pada tahap
ini, DPRD akan menyampaikan surat pemberitahuan tentang
berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.
Berdasarkan
pemberitahuan
DPRD,
Kepala
Daerah
menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kepada
Pemerintah
dan
menyampaikan
99
laporan
keterangan
pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat 30
(tiga puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD.
Dalam praktek, seiring dengan berakhirnya masa jabatan Kepala
daerah,
maka
untuk
mencegah
terjadinya
kevakuman
penyelenggaraan pemerintahan daerah, Pemerintah pusat akan
menetapkan Penjabat Gubernur untuk Provinsi. Sedangkan Menteri
Dalam Negeri akan menetapkan Penjabat Bupati/Walikota untuk
Kabupaten/Kota yang.
Di dalam Pasal 131, ayat (4), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah,
menjelaskan : “ Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah,
Sekretaris Daerah melaksanakan tugas
sehari-hari Kepala Daerah sampai dengan Presiden mengangkat
Penjabat Kepala Daerah”. Penjabat Kepala daerah dimaksud diangkat
dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 132, ayat (1), sebagai berikut :
a. Mempunyai
pengalaman
di
bidang
pemerintahan,
yang
dibuktikan dengan riwayat jabatan.
b. Menduduki jabatan struktural eselon 1 dengan pangkat golongan
sekurang-kurangnya IV/c bagi Penjabat Gubernur dan jabatan
100
structural eselon II pangklat golongan sekurang-kurangnya IV/b
bagi Penjabat Bupati/Walikota.
c. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan selama 3 (tiga) tahun
terakhir sekurang-kurangnya mempunyai nilai baik.
Bagi Sekretaris Daerah yang diusulkan menjadi Penjabat
Kepala Daerah, untuk sementara waktu melepaskan jabatannya dan
ditunjuk pelaksana tugas. Dalam pelaksanaan tugasnya, Penjabat
Kepala Daerah bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri
Dalam Negeri bagi Penjabat Gubernur dan Menteri Dalam Negeri bagi
Penjabat Bupati/Walikota. Masa jabatan Penjabat Kepala Daerah
paling lama 1 (satu) tahun.
Tugas pokok yang diemban Penjabat tersebut, antara lain :
memfasilitasi pemilihan Kepala daerah/Wakil Kepala daerah yang
definitif
dan
memfasilitasi
terselenggaranya
fungsi-fungsi
pemerintahan dan pengembangan program serta rencana kerja
pembangunan daerah secara berkesinambungan.
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya
masa jabatan Kepala Daerah.
Sebagaimana pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah,
maka DPRD juga akan menyampaikan surat pemberitahuan mengenaii
berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah kepada
KPUD.
101
Berdasarkan Pasal 3, ayat (2), Peraturan Pemerintah Nomor
5 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dinyatakan
bahwa berdasarkan pemberitahuan DPRD kepada KPUD, maka KPUD
menetapkan :
1) Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata
cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala
Daerah ;
2) Pembentukan PPK, PPS dan KPPS, dan
3) Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.
c. Perencanaan, Penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara
dan jadual tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.
Dalam tahap penetapan tata cara dan jadual waktu tahapan
pelaksanaan pemilihan ditetapkan dengan Keputusan KPUD. Dalam
praktek, penyusunan aturan Pilkada oleh KPUD melibatkan beberapa
stakeholders, yaitu : Pemerintah Daerah, DPRD, Partai Politik, Panitia
Pengawas, dan lain-lain. Dalam tahap ini KPUD memegang peranan
penting, khususnya berkenaan dengan penyusunan aturan, antara lain
: program/kegiatan, jadual waktu dan pelaksanaan disetiap tahapan
penyelenggaraan pemilihan.
Sebagai penyelenggara Pilkada di daerah, maka pada tahap
ini KPUD akan membentuk divisi-divisi kerja yang bertugas
mempersiapkan dan menyusun berbagai aturan teknis pelaksanaan
102
Pilkada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu :
1) Divisi Kampanye dan sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah ;
2) Divisi Pendaftaran Pemilih dan Pencalonan ;
3) Divisi Logistik, Informasi, Teknologi dan Keuangan ;
4) Divisi Hukum dan Hubungan Antara-lembaga.
Disamping
itu,
penyelenggaraan Pilkada
KPUD
akan
menyusun
mekanisme
dalam beberapa aturan teknis yang
dituangkan dalam keputusan Komisi Pemilihan Umum, antara lain :
1) Keputusan KPUD tentang Program dan jadual Waktu
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah
2) Keputusan KPUD tentang Tata Cara menjadi Pemantau dan
Pencabutan Hak sebagai Pemantau ;
3) Keputusan
KPUD
tentang
Tata
Cara
Pelaksanaan
Pendaftaran Pemilih ;
4) Keputusan KPUD tentang Kemampuan Rohani dan Jasmani
Pasangan Calonn Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;
5) Keputusan KPUD tentang Organisasi dan Tata Kerja PPK,
PPS dan KPPS ;
6) Keputusan KPU tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan
Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;
103
7) Keputusan KPU tentang Penetapan Kantor Akuntan Publik
untuk Mengaudit Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;
8) Keputusan KPUD tentang Kampanye Pemilihan Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah ;
9) Keputusan KPUD tentang Pencalonan Pasangan Kepala
daerah/Wakil Kepala Daerah ;
10)Keputusan
KPUD
tentang
Tata
Cara
Pelaksanaan
Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS.
Dalam tahap ini, KPUD juga akan melaksanakan beberapa
kegiatan, antara lain :
1) rapat koordinasi teknis untuk
menyiapkan Rencana
Anggaran Pelaksanaan Pilkada ,
2) mengadakan pertemuan dengan Ikatan Dokter Indonesia
Provinsi atau Kabupaten/Kota dan pihak Rumah Sakit
Umum untuk mengadakan penilaian terhadap kemampuan
rohani dan jasmani pasangan calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala daerah.
3) Memfasilitasi proses Pilkada dalam hal pengadaan dan
pendistribusian
Surat
Suara
berserta
perlengkapan
pelaksanaan pemilihan, misalnya : tinta, kotak suara,
poster, leaflet.
104
4) Menetapkan
pengamanan
keputusan
terhadap
tata
cara
pencetakan,
pelaksanaan
penghitungan,
penyimpanan, pengepakan dan pendistribusian Surat Suara
ke tempat tujuan, dan jumlah Surat Suara yang akan
didistribusi.
5) Menetapkan keputusan tentang tata cara dan teknis
pendistribusian Surat Suara sampai ke KPPS dengan
memperhatikan
kecepatan
waktu
dan
keamanan
penyampaian Surat Suara.
6) Menetapkan jumlah, lokasi, bentuk, dan tata cara letak
TPS.
7) Mengadakan koordinasi dengan Kapolda Provinsi atau
Kapolres Kabupaten/Kota tentang pengamanan terhadap
Surat Suara selama proses pencetakan berlangsung,
penyimpanan dan pendistribusian ke tempat tujuan.
Penetapan aturan yang meliputi tata cara dan jadual waktu
tahapan pelaksanaan pemilihan yang ditetapkan dengan Keputusan
KPUD disampaikan kepada DPRD dan Kepala daerah selambatlambatnya 14 (empat belas) hari setelah pemberitahuan DPRD.
Sedangkan kebutuhan anggaran untuk kegiatan pemilihan Pilkada
disampaikan oleh KPUD kepada Pemerintah Daerah untuk diproses
sesuai dengan mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan
daerah.
105
d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS
Berdasarkan Pasal 10, ayat (3) Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum, Tugas dan
wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, antara lain meliputi :
1) Menyusun
dan
menetapkan
tata
kerja
KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dengan
memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi ;
2) Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi serta Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah Kabupaten/Kota
dalam wilayah kerjanya.
Sedangkan Panitia Pengawas Pemilu Provinsi (Panwaslu
Provinsi) dan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota (Panwaslu
Kabupaten/Kota) dibentuk oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwaslu Kecamatan)
dibentuk
oleh
Panwaslu
Kabupaten/Kota
untuk
mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan. Pengawas Pemilu
Lapangan dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan.
Tugas, wewenang, dan kewajiban PPK meliputi :
106
1) Membantu KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
dalam melakukan pemutakhiran data pemilih, daftar
pemilih sementara dan daftar pemilih tetap ;
2) Membantu KPU Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan
Pemilu ;
3) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di
tingkat kecamatan yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota ;
4) Menerima dan menyampaikan daftar pemilih kepada KPU
Kabupaten/Kota ;
5) Mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS
di wilayah kerjanya.
6) Melakukan
rekapitulasi
hasil
penghitungan
suara
sebagaimana dimaksud pada angka 5) dalam rapat yang
harus dihadiri oleh saksi peserta Pemilu ;
7) Mengumumkan hasil rekapitulasi sebaqgaimana dimaksud
angka 6).
8) Menyerahkan
hasil
rekapitulasi
suara
sebagaimana
dimaksud pada angka 5) kepada seluruh peserta Pemilu ;
9) Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat
sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya
kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kecamatan, dan
KPU Kabupaten/Kota ;
107
10) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Panwaslu Kecamatan ;
11) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya ;
12) Melaksanakan
sosialisasi
penyelenggaraan
Pemilu
dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPK
kepada masyarakat ;
13) Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang
diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
14) Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang
diberikan oleh undang-undang.
Tugas, wewenang dan kewajiban PPS meliputi :
1) Membantu KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota dan
PPK dalam melakukan pemutakhiran data pemilih, daftar
pemilih sementara, daftar pemilih hasil perbaikan dan
daftar pemilih tetap ;
2) Membentuk KPPS ;
3) Mengangkat petugas pemutakhiran data pemilih ;
4) Mengumumkan daftar pemilih ;
5) Menerima masukan dari masyarakat tentang daftar
pemnilih sementara ;
108
6) Melakukan perbaikan dan mengumumkan hasil perbaikan
daftar pemilih sementara ;
7) Menetapkan hasil perbaikan daftar pemilih sementara
sebagaimana dimaksud pada angka 6) untuk menjadi
daftar pemilih tetap ;
8) Mengumumkan
daftar
pemilih
tetap
sebagaimana
dimaksud pada angka 7) dan melaporkan kepada KPU
Kabupaten/Kota melalui PPK ;
9) Menyampaikan daftar pemilih tetap kepada PPK
10) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di
tingkat desa/kelurahan yang telah ditetapkan oleh KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/KJota, dan PPK ;
11) Mengumumkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS
di wilayah kerjanya ;
12) Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah
penghjitungan suara dan setelah kotak suara disegel ;
13) Meneruskan kotak suara dari setiap TPS kepada PPK pada
hari yang sama setelah terkumpulnya kotak suara dari
setiap TPS dan tidak memiliki kewenangan membuka kotak
suara yang sudah disegel oleh KPPS ;
109
14) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Pengawas Pemilu Lapangan ;
15) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya ;
16) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPS kepada
masyarakat ;
17) Membantu PPK dalam menyelenggarakan Pemilu, kecuali
dalam hal penghitungan suara ;
18) Melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain yang
diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,
dan PPK sesuai dengan peraturan perundang=undangan,
dan
19) Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang
diberikan oleh undang-undang.
Tugas, wewenang, dan kewajiban KPPS meliputi :
1) Mengumpulkan dan menempelkan daftar pemilih tetap di
TPS ;
2) Menyerahkan daftar pemilih tetap kepada saksi peserta
Pemilu yang hadir dan Pengawas Pemilu Lapangan ;
110
3) Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di TPS ;
4) Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS ;
5) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh saksi, Pengawas Pemilu Lapangan, peserta
Pemilu, dan masyarakat pada hari pemungutan suara ;
6) Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah
penghitungan suara dan setelah kotak suara disegel ;
7) Membuat berita acara pemungutan dan penghitungan suara
serta membuat sertifikasi penghitungan suara dan wajuib
menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Pengawas
Pemilu Lapangan, dan PPK melalui PPS ;
8) Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan
Pengawas pemilu Lapangan ;
9) Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara
dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPK melalui
PPS pada hari yang sama.
Mengenai pemutakhiran data, dalam Pasal 70 UndangUndang Nomor 32, menjelaskan : Daftar Pemilih pada saat
pelaksanaan Pemilihan Umum terakhir di daerah, digunakan sebagai
daftar pemilih untuk pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Menurut Undang-Undang ini, Daftar Pemilih Sementara (DPS)
adalah Daftar Pemilih yang diambilk dari Daftar Pemilih Tetap Pemilu
terakhir, ditambah dengan Daftar Pemilih Tambahan (Pasal 72 ayat 2).
111
Pada awalnya, beberapa KPUD yang menyelenggarakan
Pilkada
berpendapat
bahwa,
ketentuan
tersebut
cukup
membingungkan karena terdapat kekaburan terhadap apa yang
disebut Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tambahan.
Pasal 74, ayat 1 menyebutkan DPS terdiri dari Daftar Pemilih, Daftar
Pemilih Tambahan ditambah Pemilih yang sudah pindah tempat
tinggal dan Pemilih yang dalam keadaan terpaksa menggunakan hak
pilihnya di TPS lain. Pasal 74, ayat 3, menyebutkan bahwa : Pemilih
yang belum terdaftar dalam DPS dapat mendaftarkan diri ke PPS dan
dicatat dalam Daftar Pemilih Tambahan. Selanjutnya, Pasal 74, ayat 4
menyebutkan, bahwa baik DPS maupun DPT sama-sama menyebut
Daftar Pemilih Tambahan sebagai bagiannya.
Selain terdapat kekaburan, jiuga ditemui kerumitan prosedur,
mekanisme, dan tata cara menetapkan Pemilih untuk kepentingan
Pilkada. Menurut Kaloh ( 2008 ), pengalaman KPUD Kabupaten/Kota
se Sulawesi Utara, DP4 ( Daftar Penduduk Potensi Pemilih Pilkada )
sebagai produk daftar pemilih yang sudah dimutakhirkan dan
divalidasi oleh Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan setempat,
memiliki kelemahan mendasar dari segi tingkat akurasi, transparansi
dan akuntabilitas data. Walaupun kegiatannya bernama pemutakhiran
dan validasi Daftar Pemilih, tetapi data yang diterima KPUD
Kabupaten/Kota lebih mirip hasil P4B yang dilakukan BPS untuk
Pemilu 5 April 2004.
112
Permasalahan di atas terjadim karena sumber daya dan
infrastruktur Kantor Catatan Sipil yang masih belum memadai untuk
melakukan pemutakhiran dan validasi data yang berasal dari P4B dan
dikonversikan dalam Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(SIAK).
Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan Pilkada di Provinsi
Sulawesi Utara pada tahun 2005, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
sebagai fasilitator telah terlebih dahulu melakukan pemutakhiran data
DP4B (Daftar Penduduk Potensi Pemilih Pilkada Berkelanjutan)
Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi Utara. Kebijakan tersebut
dilakukan sebagai tindak lanjut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor : 470/3300/SJ, tanggal 29 Desember 2004, perihal Petunjuk
Pemutakhiran Data Penduduk untuk bahan daftar mpemilihan Pilkada.
Disamping itu, Pemerintah Provinsi telah melakukan konsultasi dan
koordinasi dengan Dirjen Administrasi Kependudukan Kementerian
Dalam Negeri tentang Pemutakhiran Data DP4B dimaksud dan
melaksanakan
Rapat
mKabupaten/Kota
se
Koordinasi
Provinsi
dengan
Sulawesi
Pemerintah
Utara
dalam
Daertah
rangka
pemutakhiran data DP4B, dan dilanjutkan dengan kegiatan fasilitasi
dan pemantauan kegiatan pemutakhiran sebagai tindak mlanjut hasil
rapat koordinasi/konsultasi.
113
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : 6 Tahun 2005, tanggal 11 Februari 2005, bentuk-bentuk
formulir Pendaftaran Pemilih Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah, antara lain : Model A 1 – KWK, Model A 2 – KWK,
Model A 3 – KWK, Model A.3.1 – KWK, Model A.3.1 – KWK, Model
A.3.2 – KWK, Model A.3.3 – KWK, Model A 4 – KWK, Model A 5 – KWK,
Model A 6 – KWK, Model A 7 – KWK.
e. Pembentukan dan Pendaftaran Pemantau
Pemantau pemilihan adalah pelaksana pemantauan pemilihan
yang telah terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPUD.
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2005
tentang
Pemilihan,
Pengesahan
Pengangkatan
dan
pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Bagian
Kedua Pemantau Pemilihan, Pasal 115, disebutkan :
(1) Pemantauan pemilihan dapat dilakukan oleh pemantau
pemilihan yang meliputi lembaga swadaya masyarakat, dan
badan hukum dalam negeri.
(2) Pemantau pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus memenuhi persyaratan yang meliputi :
a. Bersifat independen, dan
b. Mempunyai sumber dana yang jelas.
114
(3) Pemantau Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), harus mendaftarkan dan memperoleh akreditasi dari
KPUD.
Untuk
menjadi
pemantau
pemilihan,
lembaga
sosial
masyarakat dan badan hukum dalam negeri mendaftarkan kepada
KPUD dengan mengisi formulir pendaftaran dengan menyertakan
proposal yang berisi :
a. Jumlah anggota pemantau ;
b. Alokasi
anggota
pemantau
masing-masing
di
kabupaten/kota/kecamatan ;
c. Nama, alamat dan pekerjaan pengurus pemantau yang dilampiri
2 (dua) buah photo terbaru ukuran 3 x 4 berwarna, dan
d. Sumber dana.
Pemantau pemilihan mempunyai hak :
a. Mendapatkan akses di wilayah pemilihan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan ;
b. Mendapatkan perlindungan hukum dan keamanan ;
c. Mengamati dan mengumpulkan informasi jalannya proses
pelaksanaan pemilihan dari tahap awal samp[ai tahap akhir.
d. Berada di lingkungan TPS pada hari pemungutan suara dan
memantau jalannya proses pemungutan dan penghitungan
suara sesuai dengan ketentuan ;
e. Mendapat akses informasi dari KPUD ;
115
f. Menggunakan
perlengkapan
untuk
mendokumentasikan
kegiatan pemantauan sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan
pemilihan.
g. Melaporkan setiap pelanggaran pemilihan kepada panitia
pengawas pemilihan.
Pemantau pemilihan mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi kode etik pemantau pemilihan ;
b. Mematuhi
memasuki
permintaan
daerah
untuk
atau
meninggalkan
tempat
tertentu
atau
atau
tidak
untuk
meninggalkan tempat pemungutan suara atau termpat
penghitungan suara dengan alas an keamanan ;
c. Menanggung sendiri semua biaya selama kegiatan pemantauan
berlangsung ;
d. Membantu pemilih dalam merumuskan pengaduan yang akan
disampaikan jepada pengawas pemilihan.
e. Menyampaikan hasil pemantauan mengenai pemungutan dan
penghitungan suara kepada KPUD Provinsi dan/atau KPUD
kabupaten/kota,
dan
kepada
masyarakat
sebelum
kedudukan,
dan
pengumuman hasil pemungutan suara.
f. Menghormati
peranan,
wewenangpenyelenggara pem ilihan serta menunjuk sikap
hormat dan sopan kepada penyelenggara pemilihan dan kepada
pemilih ;
116
g. Melaksanakan peranannya sebagai pemantau secara tidak
berfihak dan dapat diverifikasi.
h. Memastikan
bahwa
informasi
yang
dikumpulkan
dan
laporannya disusun secara sistematis, akurat dan dapat
diferifikasi.
i. Melaporkan seluruh hasil pemungutan kepada KPUD.
Di dalam melaksanakan tugasnya, setiap anggota lembaga
pemantau pemilihan wajib memakai kartu tanda pengenal pemantau
pemilihan. Kartu tanda pemantau pemilihan diberikan oleh KPUD
Provinsi atau KPUD Kabupaten/Kota.
B.2. Praktek/Latihan
a. Jelaskan tahap-tahap persiapan Pilkada
b. Jelaskan peran DPRD pada masa persiapan pelaksanaan
c. Bagaimanakah bila masa persiapan pelaksanaan Pilkada
terjadi kekosongan jabatan kepala daerah dan wakil kepala
daerah ? Jelaskan pendapat Praja
d. Jelaskan peran dan kegiatan yang dilakukan KPUD pada masa
tahap persiapan Pilkada
e. Jelaskan tugas dan wewenang PPK, PPS dan KPPS
f. Jelaskan syarat-syarat untuk menjadi pemantau pemilihan
dan hak-hak pemantau pemilihan
117
C. Form Isian
1. Daftar Pemilih Sementara Pemilihan Kepala daerah dan Wakil
Kepala daerah (Model A 1 – KWK).
2. Daftar pemilih Tambahan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah (Model A 2 – KWK).
3. Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala
Daerah (Model A 3 – KWK).
4. Perbaikan Daftar Pemilih Sementara (Model A 3.1 – KWK).
5. Daftar Pemilih Baru (Model A3.2 – KWK).
6. Tanda Bukti Sudah Didaftar Sebagai Pemilih Baru (Model A.3.3 –
KWK).
7. Salinan Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala daerah (Model A 4 – KWK).
8. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala daerah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan
(Model A 5 – KWK).
9. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Kepala daerah
dan Wakil Kepala Daerah oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah
Kabupaten/Kota (Model A 6 – KWK).
118
10. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala daerah oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah
Provinsi (Model A 7 – KWK).
119
BAB VII
TAHAP PELAKSANAAN PILKADA
Deskripsi Singkat Topik :
Pokok Bahasan : TAHAP PELAKSANAAN PILKADA
Waktu
: 2 ( dua ) kali tatap muka pelatihan ( selama 180 menit )
Tujuan
: Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan
mampu menjelaskan Tahap Pelaksanaan Pilkada
Metode
: Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas
Terstruktur )
120
A. Pendahuluan
Tahap
: penetapan daftar pemilih ; pendaftaran dan
penetapan calon kepala daerah ; kampanye ; pemungutan suara ;
penghitungan suara ; dan penetapan pasangan calon kepala
daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan dan pelantikan. Pada
tahap ini, para stakeholders yang berperan adalah KPUD, Pemerintah,
Pemerinytah Daerah dan Panitia Pengawas. Setiap calon yang diajukan
oleh Partai Politik dan calon perseorangan, perlu diteliti oleh KPUD.
Pada proses ini, terbuka kesempatan bagi masyarakat untuk
memberikan
tanggapan
dan
berbagai
masukan
yang
harus
ditindaklanjuti oleh KPUD terhadap hasil penelitian calon. Parpol dan
calon perseorangan hanya memiliki kewenangan sampai pada tahap
pencalonan saja. Sedangkan pemilihannya berada langsung di tangan
rakyat.
Sistem pencalonan dalam Pemilihan Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah telah mendorong terjadinya kompetisi karena harus
terdapat sekurang-kurangnya 2 (dua) pasangan calon, sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
B. Tahap Pelaksanaan Pilkada
121
B.1. Materi
a. Penetapan Daftar Pemilih
Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan,
Warga Negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.
Sebagai pemilih harus memenuhi syarat :
1) Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya ;
2) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan
3) Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam)
bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang
dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk.
Pemilih yang telah terdaftar sebagai pemilih akan diberikan
tanda bukti pendaftaran (Model A.3.3 – KWK).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, KPUD
menerima daftar calon pemilih dari PPS sebagai bahan untuk
pembuatan Kartu Pemilih dan diteruskan kepada perangkat daerah
yang mengurusi tugas bidang kependudukan dan catatan sipil
setempat sebagai bahan pemutakhran data penduduk. KPUD
menerima rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dari PPK per
desa/kelurahan dalam wilayah kerja PPK.
Dalam
hal
pemilihan
Bupati/Walikota,
KPUD
Kabupaten/Kota menetapkan rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar
dan jumlah TPS dalam wilayah kabupaten/kjota. Sedangkan dalam hal
122
pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, KPUD Provinsi menetapkan
rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS dalam wilayah
Provinsi. Rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar digunakan sebagai
bahan penyusunan kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan
pemilihan serta pendistribusiannya. KPUD melakukan pengisian Kartu
Pemilih untuk setiap pemilih yang namanya tercantum dalam daftar
pemilih tetap setelah daftar pemilih tetap diumumkan.
Dalam hal pendaftaran pemilih, setelah dibentuk Panitia
Pemilihan Kecamatan ( PPK ) dan Panitia Pemungutan Suara ( PPS ),
pendaftaran pemilih dilakukan oleh PPS dengan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku.
Pendaftaran pemilih melibatkan aparat di tingkat desa/kelurahan
melalui tahapan uji publik guna memberikan akses yang luas kepada
masyarakat untuk mendaftarkan diri secara proaktif jika ada warga
yang belum terdaftar. Hasil akhirnya berupa Daftar Pemilih Tetap (
DPT ) yang salinannya disampaikan oleh PPS kepada PPK. Oleh PPK
dibuat rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap ( DPT ) tingkat Kecamatan dan
hasilnya dikirim ke KPUD Kabupaten/kota.
Untuk pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, masing-masing KPUD
Kabupaten/Kota mengirim rekapitulasi DPT dari daerahnya kepada
KPUD Provinsi. Selanjutnya, dibuat rekapitulasi DPT yang akan
digunakan untuk keperluan logistik Pilkada, yaitu pencetakan kartu
123
pemilih, formulir, surat suara, tinta, dan alat tulis menulis yang
dibutuhkan dalam proses pemungutan dan perhitungan suara.
Selanjutnya, berangkat dari data tersebut, KPUD yang
dibantu oleh pemerintah daerah kemudian melakukan pengisian Kartu
Pemilih untuk selanjutnya disampaikan kepada para pemilih yang
telah terdaftar. Proses pencetakan/penggadaan Kartu Pemilih
ditempuh melalui beberapa proses, yaitu desain kartu pemilih, desain
plat cetakan, pengumpulan DP-4 dari kabupaten/kota, mencetak DP-4
yang digunakan sebagai data pemilih sementara dan dikirim ke PPS
untuk pemutakhiran data ; konversi data DP-4 dan personalisasi.
Pelaksanaan proses pencetakan dilakukan secara simultan antara
editing, klasifikasi data, entri data tambahan, pencetakan dan sortir
setelah pencetakan.
a. Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah
1) Pendaftaran Pasangan Calon
Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008, peserta pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah :
a) Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan Partai politik.
124
b) Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah
orang.
Partai
politik
atau
gabungan
partai
politik
dapat
mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan
perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah
kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan
suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang
bersangkutan
Pasangan calon perseorangan dapat mendaftarkan diri
sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila memenuhi
syarat dukungan dengan ketentuan :
a) Provinsi
dengan
jumlah
penduduk
sampai
dengan
2.000.000 (duajuta) jiwa harus didukung sekurangkurangnya 6,5% (enam koma lima persen) ;
b) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000
(dua juta) sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa harus
didukung sekurang-kurangnya 5% (lima mpersen) ;
c) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000
(enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta)
jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat
persen) ; dan
125
d) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000
(dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya
3% (tiga persen).
Selanjutnya,
pasangan
calon
perseorangan
dapat
mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati atau
walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan
ketentuan :
a) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan
250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa harus didukung
sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma lima persen) ;
b) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000
(dua ratus lima puluh ribu) sampoai dengan 500.000 (lima
ratus ribu) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 5% (lima
persen) ;
c) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000
(lima ratus ribu) jiwa sampai dengan 1.000,000 (satu juta)
jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (emnpat
persen) ; dan
d) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari
1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurangkurangnya 3% (tiga persen).
Jumlah dukungan bagi calon perseorangan yang akan
mendaftarkan diri sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur
126
tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota
di provinsi dimaksud. Sedangkan pasangan calon perseorangan yang
akan mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati
atau walikota/wakil walikota harus mendapat dukungan tersebar di
lebih
dari
50%
(lima
puluh
persen)
jumlah
kecamatan
di
kabupaten/kota dimaksud.
Dukungan dimaksud dibuat dalam bentuk surat dukungan yang
disertai dengan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat
keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-un
dangan.
Pada saat melakukan pendaftaran, calon yang berasal dari
partai politik atau gabungan partai politik dan calon perseorangan
wajib menyerahkan formulir pendaftaran ke KPU Provinsi bagi calon
Gubernur/Wakil Gubernur dan KPU Kabupaten/Kota bagi calon
Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota.
a) Partai politik atau
gabungan partai
politik pada saat
mendaftarkan calon partai politik wajib menyerahkan :
(1) Surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai
politik atau pimpinan partai politik yang bergabung (jenis
form Model B-PKWK) ;
127
(2) Kesepakatan tertulis antarpartai politik yaqng bergabung
untuk mencalonkan pasangan calon (jenis form Model B 1APKWK) ;
(3) Surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas
pasangan
yang
dicalonkan
yang
ditandatangani
oleh
pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang
bergabung (jenis form Model B 2A-PKWK) ;
(4) Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon
kepala daerah dan wakil kepala daerah secara berpasangan
(jenis form Model B 2B-PKWK-KPU) ;
(5) Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai
pasangan calon (jenis form Model B 3-PKWK-KPU) ;
(6) Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari
jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil
kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(jenis form Model B 4-PKWK-KPU) ;
(7) Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi
calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara
Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia (jenis form Model B 6 A-PKWK) ;
(8) Surat pernyataan tidak aktif dari jabatan bagi pimpinan DPRD
tempat yang bersangkutan menjadi calon di daerah yang
menjadi wilayah kerjanya (jenis form Model B 5-PKWK-KPU) ;
128
(9) Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR,
DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah ;
(10)Visi, misi dan program dari pasangan calon tertulis.
b) Calon perseorangan pada saat mendaftar wajib menyerahkan
(1) Surat pencalonan yang ditandatangani oleh pasangan calon
perseorangan (jenis form Model B-PKWK-KPU) ;
(2) Berkas dukungan dalam bentuk pernyataan dukungan yang
dilampiri dengan fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau surat
keterangan tanda penduduk (jenis form Model B 1B-PKWKKPU) ;
(3) Surat pernyataan kesediaan sebagai calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah secara berpasangan (jenis form
Model B 2B-PKWK-KPU) ;
(4) Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai
pasangan calon (jenis form Model B 3-PKWK-KPU) ;
(5) Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari
jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil
129
kepala
daerah
sesuai
dengan
peraturan
perundang-
undangan (jenis form Model B 4-PKWK-KPU) ;
(6) Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi
calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, Tentera Nasional
Republik Indonesia, dan anggota Kepolisian Republik Indonesia
(jenis form Model B 6A-PKWK) ;
(7) Surat pernyataan non aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD
tempat yang bersangkutan menjadi calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah di daerah wilayah kerjanya (jenis form
Model B 5-PKWK-KPU) ;
(8) Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD,
dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah ;
(9) Visi, misi dan program dari pasangan calon secara tertulis.
Disamping persyaratan tersebut di atas, kelengkapan
persyaratan yang harus diserahkan oleh calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah yang berasal dari partai politik atau gabungan
partai politik dan calon perseorangan sebagaimana dimasuk dalam
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008, sebagai berikut :
(1) Surat pernyataan mengenal daerahnya dan dikenal oleh
masyarakat di daerahnya (jenis form Model B 6-PKWK-KPU) ;
130
(2) Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara
lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung,
suami atau isteri (jenis form Model BB 1-PKWK-KPU) ;
Daftar riwayat hidup dari partai politik atau gabungan partai
politik dibuat dan ditandatangani oleh calon dan diketahui
pimpinan partai.
Daftar riwayat hidup dari calon perseorangan dibuat dan
ditandatangani oleh calon ;
(3) Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil
Kepala daerah selama 2 (dua) kali mmasa jabatan dalam jabatan
yang sama, yang dibuktikan dengan melampirkan keputusan
pelantikan dalam jabatan Kepala Daerah atau Wakil Kepala
Daerah (jenis form Model BB 2-PKWK-KPU) ;
(4) Surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (jenis
form Model BB 3-PKWK-KPU) ;
(5) Surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
Cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah (jenis
form Model BB 4-PKWK-KPU) ;
(6) Surat keterangan hasil pemeriksaan kemampuansecara rohani
dan jasmani dari Tim Pemeriksa Kesehatan yang ditetapkan oleh
131
KPUD sebagai bukti pemenuhan syarat calon (jenis form Model
BB 5-PKWK-KPU) ;
(7) Surat keterangan tidak sedang memiliki tanggungan utang
secara perorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi
tanggungjawabnya yaqng merugikan keuangan Negara (jenis
form Model BB 6-PKWK-KPU) ;
(8) Surat keterangan tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (jenis form Model BB 7-PKWK-KPU) ;
(9) Surat keterangan tidak pernah dipidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun penjara (jenis form Model BB 8PKWK) ;
10)Surat keterangan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (jenis form Model BB 8-PKWK-KPU) ;
11)Surat keterangan tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari Lurah/Kepala Desa atau
sebutan lain yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
calon dan foto copy KTP yang berusia sekurang-kurangnya 25
(dua puluh lima) tahun ;
132
12)Foto copy ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang telah
dilegalisir oleh instansi yang berwenang ;
13)Surat tanda terima laporan daftar kekayaan calon dari instansi
yang berwenang memeriksa Laporan Kekayaan Penyelenggara
Negara ;
14)Foto copy Kartu Nomor Wajib Pajal (NPWP) atas nama calon,
tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama calon untuk
masa 5 (lima) tahun terakhir atau sejak calon menjadi wajib
pajak, dan tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak dari
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat calon yang bersangkutan
terdaftar ;
15)Surat pernyataan tidak dalam status sebagai pejabat kepala
daerah ;
16)Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm, berwarna dan hitamn putih
masing-masing 4 (empat) lembar sesuai dengan cirri khas yang
bersangkutan ;
17)Daftar nama Tim Kampanye (jenis form Model AB-PKWK) ;
18)Rekening khusus dana kampanye.
133
Masa pendaftaran calon sebagaimana dimaksud di atas paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak pengumuman pasangan calon.
Sebagai contoh, dapat dilihat model pembukaan pendaftaran Bakal
Pasangan Calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota
Surabaya Tahun 2010 sebgaimana terlampir.
Setelah pasangan calon
menyerahkan surat pencalonan
beserta lampirannya, KPUD akan melakukan verifikasi dan rekapitulasi
dukungan calon perseorangan sebagamana diatur dalam Pasal 59A,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, sebagai berikut :
(1) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan untuk
pemilihan gubernur/wakil gubernur dilakukan oleh KPU provinsi
yang dibantu oleh KPU kabupaten/kota, PPK, dan PPS.
(2) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan untuk
pemilihan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota
dilakukan oleh KPU kabupaten/kota yang dibantu oleh PPK dan
PPS.
(3) Bakal
pasangan
calon
perseorangan
untuk
pemilihan
bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota menyerahkan
daftar dukungan kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum waktu pendaftaran
pasangan calon dimulai.
134
(4) Bakal
pasangan
calon
perseorangan
untuk
pemilihan
gubernur/wakil gubernur menyerahkan daftar dukungan kepada
PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 28 (dua puluh
delapan) hari sebelum waktu pendaftaran pasangan calon
dimulai.
(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak dokumen
dukungan bakal pasangan calon perseorangan diserahkan.
Hasil
verifikasi
dan
rekapitulasi
dukungan
calon
perseorangan sebagaimana dimaksud di atas dituangkan dalam berita
acara yang selanjutnya diteruskan kepada KPU provinsi dan salinan
hasil verifikasi dan rekapitulasi disampaikan kepada bakal pasangan
calon untuk dipergunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan
jumlah dukungan untuk pencalonan pemilihan gubernur/wakil
gubernur. Sedangkan untuk pencalonan pemilihan bupati/wakil bupati
dan walikota/wakil walikota, hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan
calon perseorangan, salinan berita acara dimaksud disampaikan
kepada
bakal
calon
perseorangan
bupati/wakil
bupati
dan
walikota/wakil walikota.
Selanjutnya pasangan calon partai politik atau gabungan
partai politik dan calon perseorangan akan diteliti persyaratan
administrasinya dengan
melakukan klarifikasi
kepada instansi
pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari masyarakat
135
terhadap persyaratan calon. Hasil penelitian diberitahukan secara
tertulis kepada calon partai politik dengan tembusan pimpinan partai
politik, gabungan partai politik yang mengusulkan, atau calopn
perseorangan paling lama 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak
tanggal penutupan pendaftaran.
Apabila pasangan calon belum memenuhi syarat atau
ditolak, Pasal 60, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, antara lain
mengatur sebagai berikut :
(1) Pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik
belum memenuhi syarat atau ditolak karena tidak memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan/atau Pasal
59 ayat (5), partai politik atau gabungan partai politik yang
mengajukan calon diberi kesempatan untuk melengkapi
dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan
pasangan calon atau mengajukan calon baru paling lama 7
(tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian
persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota
(Pasal 60, ayat 3).
(2) Apabila belum memenuhi syarat, calon perseorangan diberi
kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat
pencalonan beserta persyaratan pasangan calon paling lama
7 (tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian
136
persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota
(Pasal 60, ayat 3a).
(3) Apabila belum memenuhi syarat, calon perseorangan diberi
kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat
pencalonan beserta persyaratan pasangan calon paling lama
14 (empat belas) hari sejak saat pemberitahuan hasil
penelitian persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU
kabupaten/kota (Pasal 60, ayat 3b).
(4) Apabila calon perseorangan ditolak oleh KPU provinsi
dan/atau KPU kabupaten/kota karena tidak memenuhi
persyaratan, pasangan calon tidak dapat mencalonkan
kembali(Pasal 60, ayat 3c).
(5) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan
penelitian ulang tentang kelengkapan dan/atau perbaikan
persyaratan
calon,
sekaligus
memberitahukan
hasil
penelitian tersebut paling lama 14 (empat belas) hari kepada
pimpinan partai politik yang mengusulkannya atau calon
perseorangan(Pasal 60, ayat 4).
(6) Apabila hasil penelitian berkas calon tidak memenuhi syarat
dan ditolak oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota,
partai
politik,
gabungan
partai
politik,
atau
calon
perseorangan tidak dapat lagi mengajukan calon (pasal 60,
ayat 5).
137
2)Penetapan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Berdasarkan hasil penelitian, KPUD menetapkan nama-nama
pasangan calon yang memenuhi syarat sebagai peserta pemilihan
sekurang-kurangnya 2 (dua) pasangan calon yang dituangkan dalam
berita acara penetapan pasangan calon. Bila tidak terpenuhi 2 (dua)
pasang calon, KPUD mengembalikan kepada partai politik atau
gabungan partai politik yang mencalonkan dan partai politik atau
gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan mengajukan
kembali pasangan calon hingga terpenuhi sekurang-kurangnya 2 (dua)
calon.
Setelah KPUD menetapkan nama-nama pasangan calon,
KPUD mengumumkan secara luas melalui media massa dan/atau
papan pengumuman tentang nama pasangan calon yang telah
ditetapkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya jangka
waktu penelitian. Pasangan calon yang telah ditetapkan dan
diumumkan akan dilakukan undian secara terbuka untuk menetapkan
nomor urut Pasangan Calon. Nomor urut dan nama-nama pasangan
calon yang telah ditetapkan dalam rapat pleno terbuka KPU provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota, disusun dalam daftar calon pasangan calon
Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah yang ditetapkan oleh KPU
provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan dituangkan dalam berita acara
penetapan Pasangan Calon. Penetapan dan pengumuman pasangan
calon bersifat final dan mengikat.
138
3. Kampanye
Kampanye
dilaksanakan
sebagai
bagian
dari
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Tahap kampanye merupakan tahap yang diberikan kepada semua
pasangan calon untuk menjual dan meyakinkan pemilih agar terpikat
pada pasangan calon yang bersangkutan. Dalam tahap ini,
stakeholders yang berperan adalah KPUD, partai politik, masyarakat,
panitia pengawas, pemerintah daerah.
Penyelenggaraan kampanye dilakukan di seluruh wilayah provinsi
untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan seluruh kabupaten
Untuk pemilihan Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota.
Kampanye dilakukan selama 14 (empat belas) hari dan berakhir 3
(tiga) hari sebelum hari pemungutan suara. Waktu 3 (tiga) hari
sebelum hari dan tanggal pemungutan suara merupakan masa tenang.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah, Pasal 75, antara lain menjelaskan :
(1) Kampanye diselenggarakan oleh Tim Kampanye yang dibentuk
oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan
partai
politik yang menguisulkan atau
perseorangan.
139
pasangan calon
(2) Tim Kampanye didaftarkan ke KPU provinsi dan/atau KPU
kabupaten/kota bersamaan dengan pendaftaran calon.
(3) Kampanye dilaksanakan secara bersama-sama atau secara
terpisah oleh pasangan calon dan/atau oleh tim kampanye.
(4) Penanggungjawab kampanye adalah pasangan calon, yang
pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh tim kampanye.
(5) Tim kampanye dapat dibentuk secara berjenjang di provinsi,
kabupaten/kota bagi pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur dan kabupaten/kota dan kecamatan bagi pasangan
calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.
(6) Dalam
kampanye,
rakyat
mempunyai
kebebasan
untuk
menghadiri kampanye.
(7) Jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPU provinsi
dan/atau KPU kabupaten/kota dengan memperhatikan usul dari
pasangan calon.
Pada saat kampanye mulai dilaksanakan, hari pertama
kampanye dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD dengan acara
penyampaian visi, misi, dan program dari pasangan calon secara
berurutan dengan waktu yang sama tanpa dilakukan dialog.
Di dalam Pasal 56, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah, mengatur tentang bentuk
kampanye, yaitu :
140
Kampanye dapat dilaksanakan melalui :
(1) Pertemuan terbatas ;
(2) Tatap muka dan dialog ;
(3) Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik ;
(4) Penyiaran melalui radio dan/atau televise ;
(5) Penyebaran bahan kampanye kepada umum ;
(6) Pemasangan alat peraga di tempat umum ;
(7) Rapat umum ;
(8) Debat publik/debat terbuka antar calon ; dan atau
(9) Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundangundangan.
Pasal 60, mengatur tentang larangan kampanye bagi
pasangan calon atau tim kampanye, yaitu :
(1) mempersoalkan dasar Negara Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ;
(2) menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dan/atau Partai Politik ;
(3) menghasut
atau
mengadu
domba
Partai
Politik,
perseorangan, dan/atau kelompok masyarakat ;
(4) menggunakan
kekerasan,
ancaman
kekerasan
atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan,
kelompok masyarakat dan/atau Partai Politik ;
(5) mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban umum;
141
(6) mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk
mengambil alih kekuasaan dari pemerintah yang sahy ;
(7) merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye
pasangan calon lain ;
(8) menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah dan
Pemerintah Daerah ;
(9) menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan ; dan
(10) melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan
berjalan kaki dan/atau dengan kenderaan di jalan raya.
4. Pemungutan Suara
Pemungutan suara merupakan inti pelaksanaan Pilkada.
Persiapan berbulan-nulan, tenaga, pikiran, waktu, dan biaya
dicurahkan untuk kelancaran dan kesuksesan pemungutan suara.
Menurut kriteria demokrasi, proses pemungutan suara harus langsung,
umum, bebas dan rahasia. Integritas pelaksanaan pemungutan suara
sangat penting dan mendasar karena merupakan “ jantung “
pelaksanaan
Pilkada.
Proses
pelaksanaan
pemungutan
suara
merupakan ujian atas pelaksanaan azas langsung, umum, bebas dan
rahasia, serta jujur dan adil, sebagai syarat mutlak Pemilihan Umum.
Pemungutan suara pemilihan diselenggarakan paling lambat
30 (tiga puluh) hari sebelum masa jabatan Kepala daerah berakhir,
dengan cara memberikan suara melalui surat suara yang berisi nomor,
142
foto, dan nama pasangan calon. Pemberian suara dilakukan dengan
mencoblos salah satu pasangan calon dalam surat suara.
Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan
disediakan kotak suara sebagai tempat surat suara yang digunakan
oleh pemilih. Sebelum melaksanakan pemungutan suara KPPS
melakukan :
(1) Pembukaan kotak suara ;
(2) Mengeluarkan seluruh isi kotak suara ;
(3) Pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan ; serta
(4) Penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
Kegiatan KKPS tersebut di atas dapat dihadiri oleh saksi dari pasangan
calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat. Di cara
samping itu, kegiatan KPPS tersebut dituangkan dalam berita acara
yang ditandatangani oleh Ketua KPPS, dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
anggota KPPS dan dapat ditandatangani oleh saksi dari pasangan
calon.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, pasal
80,
mengatur tentang tata cara pemungutan suara, sebagai berikut :
(1) KPPS memberikan penjelasan tentang tata cara pemungutan
suara.
(2) Pemilih diberi kesempatan oleh KPPS berdasarkan prinsip
urutan kehadiran pemilih.
143
(3) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak , pemilih
dapar meminta surat suara pengganti kepada KPPS, kemudian
KPPS memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.
(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara,
pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada KPPS,
kemudian KJPPS memberikan surat suara pengganti hanya satu
kali.
Selanjutnya dalam Pasal 81, menjelaskan :
(1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus
oleh KPPS.
(2) Tanda khusus berupa tinta pada salah satu jari tangan.
Suara untuk pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
dinyatakan sah apabila (Pasal 82) :
(1) Surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS
(2)Tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat
yang memuat satu pasangan calon, atau
(3)Tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama pasangan calon yang telah
ditentukan, atau
144
(3)Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu
kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama
pasangan calon, atau
(4)Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat
yang memuat nomor, foto, dan nama pasangan calon
5. Penghitungan Suara
Penghitungan
suara
dilakukan
oleh
KPPS
setelah
pemungutan suara berakhir. Pelaksanaannya dimulai pada pukul13.00
waktu setempat sampai dengan selesai. Sebelum penghitungan suara
dimulai, KPPS menghitung :
(1) Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan
daftar pemilih tetap untuk TPS ;
(2) Jumlah pemilih dari TPS lain ;
(3) Jumlah surat suara yang tidak terpakai ; dan
(4) Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak
atau keliru dicoblos.
(5) Penghitungan suara dilakukan dengan cara memungkinkan saksi
pasangan calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga
masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas proses
penghitungan suara.
(6) Setelah selesai penghitungan suara di TPS, KPPS membuat berita
acara
dan
sertifikat
hasil
145
penghitungan
suara
yang
ditandatangani oleh Ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang anggota KPPS serta
dapat ditandatangani oleh saksi
pasangan calon.
(7) KPPS menyerahkan berita acara, sertifikat hasil penghitungan
suara,
surat
suara,
dan
alat
kelengkapan
administrasi
pemungutan dan penghitungan suara kepada PPS segera setelah
selesai penghitungan suara.
(8) PPS setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara,membuat berita acara penerimaan dan
melakukan
rekapitulasi
jumlah
suara
untuk
tingkat
desa/kelurahan dan dapat dihadiri oleh saksi pasangan calon,
panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat.
(9) Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara
dari semua TPS dalam wilayah kerja desa/kelurahan yang
bersangkutan, PPS membuat berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua dan paling
sedikit 2 (dua) orang anggota PPS serta ditandatangani oleh saksi
pasangan calon.
(10)PPS wajib menyerahkan 1 (satu) eksemplar berkas berita acara
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS
kepada PPK setempat selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah
menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara
dari TPS.
146
(11)Setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan
suara, PPK membuat berita acara penerimaan dan melakukan
rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat kecamatan dan dapat
dihadiri oleh satu saksi pasangan calon, panitia pengawas,
pemantau, dan warhga masyarakat.
(12)Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara
di semua TPS dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan,
PPK membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua dan
sekurang-kurangnya
2
(dua)
orang
anggota
PPK
serta
ditandatangani oleh saksi pasangan calon.
(13)PPK wajib menyerahkan 1 (satu) eksemplar berkas berita acara
dan sertifikat hasil penghitungan suara di PPK kepada KPUD
kabupaten/kota selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah
menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suaram
dari PPS.
Dalam proses penghitungan suara, KPUD menerima berkas
berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara dari
setiap KPPS. Kemudian membuat berita acara penerimaan dan
melakukan rekapitulasi jumlah suara, dengan dihadiri oleh satu saksi
pasangan calon, panitia pengawas, pemantau dan warga masyarakat.
Selanjutnya, membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
147
penghitungan suara yang ditandatangani Ketua dan anggota KPUD
serta saksi pasangan calon. KPUD kemudian memberikan salinan
berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara
kepada saksi pasangan calon dan menempelkan satu eksemplar
sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum.
Salah satu stakeholders yang beperan penting selama proses
pemungutan dan penghitungan suara berlangsung adalah Panitia
Pengawas Pilkada, yang secara normatif berdasarkan ketentuan Pasal
66, ayat (4), Undfang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, memiliki tugas
dan wewenang, sebagai berikut :
(1) Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah’
(2) Menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
(3) Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
(4) Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan
kepada instansi yang berwenang, dan
(5) Mengatur hubungan koordinasi antar panitia pengawasan pada
semua tingkatan.
Sedangkan kewajiban Panitia Pengawas adalah sebagai berikut :
(1) Memperlakukan pasangan calon secara adil dan merata.
(2) Melakukan pengawasan pelaksanaan pemilihan secara aktif,
148
(3) Meneruskan temua dan laporan yang merupakan pelanggaran
kepada pihak yang berwenang.
(4) Menyampaikan laporan kepada DPRD atas pelaksanaan tugas
pada akhir masa tugas.
6. Penetapan Pasangan Calon Kepala daerah/Wakil Kepala
Daerah terpilih, Pengesahan dan Pelantikan
Penyelengaraan Pilkada akhirnya berujung pada penetapan
pasangan calon terpilih. Integritas, kredibilitas dan akuntabilitas
tahapan ini tergantung sepenuhnya pada proses dan hasil pemungutan
dan penghitunbgan suara, pelaksanaan rekapitulasi perhitungan suara
di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota dan KPUD Propinsi.
Stakeholders yang berperan penting pada tahapan ini adalah
KPUD, terutama berkaitan dengan pembuatan berita acara dan
rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diputuskan dalam rapat
Paripurna KPUD, dan selanjutnya menetapkan pasangan calon terpilih.
Menurut Pasal 97, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, antara lain sebagai berikut :
(1) Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang
memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah
suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.
149
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak
terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang memperoleh suara lebih dari 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah suara sah, pasangan calon yang perolehan
suaranya terbesar ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.
(3) Dalam hal pasangan calon yang perolehan suara terbesar
sebagaimana dimaksud angka (2) terdapat lebih dari satu
pasangan calon yang perolehan suaranya sama, penentuan
pasangan
calon
terpilih
dilakukan
berdasarkan
wilayah
perolehan suara yang lebih luas.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka (2) tidak
terpenuhi, atau tidak ada yang mencapai 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah suara sah, dilakukan pemilihan putaran
kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan kedua.
(5) Apabila pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada angka
(4) diperoleh dua pasangan calon, kedua pasangan calon
tersebut berhak mengikuti pemilihan putaran kedua.
(6) Apabi;a pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada angka
(4) diperoleh oleh tiga pasangan calon atau lebih, penentuan
peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan wilayah
perolehan suara yang lebih luas.
150
(7) Apabila pemenang kedua sebagaimana dimaksud pada angka (4)
diperoleh oleh lebih dari satu pasangan calon, penentuannya
dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.
(8) Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang
memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua ditetapkan
sebagai pasangan calon terpilih.
Hasil pemilihan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan selanjutnya
diusulkan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi Calon
Gubernur/Wakil Gubernur dan Menteri Dalam Negeri melalui
Gubernur bagi pasangan calon Bupati/Wakil Bupati atau pasangan
calon Walikota/Wakil Walikota untuk disahkan dan selanjutnya
dilantik menjadi Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah (Pasal 98).
Berdasarkan usul Pimpinan DPRD tersebut, Presiden
mengesahkan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih,
dan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden mengesahkan
pengangkatan pasangan calon Bupati/Wakil Bupati atau pasangan
calon Walikota/Wakil Walikota selambat-lambatnya dalam waktu 30
(tiga puluh) hari (Pasal 99).
Gubernur
dan
Wakil
Gubernur
sebelum
memangku
jabatannya dilantik oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden.
Sedangkan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota
sebelum memangku jabatannya, dilantik oleh Gubernur atas nama
151
Presiden. Masa jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
adalah 5 (lima) tahun, terhitung sejak pelantikan, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali
masa jabatan.
Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati atau Walikota dan Wakil Walikotra dilaksanakan dalam Rapat
Paripurna DPRD (Pasal 102, ayat 3). Pelantikan dilaksanakan di Gedung
DPRD dalam Rapat Paripurna yang bersifat istimewa atau di tempat
lain yang dipandang layak untuk itu (Pasal 102, ayat 4).
Setelah
semua
tahapan
penyelenggaraan
pemilihan
dilaksanakan, KPUD menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penggunaan anggaran yang diterima KPUD dari APBD kepada DPRD.
Laporan
pertanggungjawaban
penggunaan
anggaran
tersebut
disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dan/atau aparat perngawasan fungsional lainnya (Pasal 104,
ayat 2 dan 3).
B.2. Praktek/Latihan
a. Sebutkan kegiatan-kegiatan dalam tahap pelaksanaan
Pilkada
b. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi warga Negara
Indonesia untuk dapat menggunakan hak memilih dalam
Pilkada
152
c. Jelaskan proses pembuatan Daftar Pemilih Tetap (DPT),
mulai dari tingkat PPS sampai dengan hasilnya dikirim ke
KPUD
d. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi Partai Politik
atau gabungan Partai Politik untuk dapat mendaftarkan
pasangan calonnya sebagai peserta Pilkada
e. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi calon
perseorangan ketika melakukan pendaftaran sebagai
calon peserta Pilkada
f. Sebutkan dan jelaskan modul formulir yang wajib
diserahkan pasangan calon ke KPUD pada saat melakukan
pendaftaran
g. Jelaskan pendapat Praja apabila berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan KPUD terhadap persyaratan
yang diserahkan pasangan calon ternyata tidak memenuhi
syarat atau ditolak
h.
Jelaskan kegiatan yang dilakukan KPUD
menetapkan nama-nama pasangan calon
setelah
i. Jelaskan bentuk-bentuk kampanye dan larangan kampanye
bagi pasangan calon atau Tim Kampanye
j. Kapan pemungutan suara Pilkada diselenggarakan dan
bagaimana cara pemberian cuara dilakukan pemilih?
Jelaskan pendapat Praja
k. Jelaskan tata cara pemungutan suara dalam pelaksanaan
Pilkada
153
l.
Jelaskan kegiatan yang dilakukan KPPS setelah
penghitungan suara selesai dilaksanakan di tingkat TPS
sampai dengan hasilnya dipublikasikan atau ditempel di
tempat umum
m. Jelaskan ketentuan yang mengatur tentang suara yang
harus diperoleh pasangan calon sehingga dapat
ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.
n.
Jelaskan peran DPRD, mulai dari penetapan pasangan
calon terpilih sampai dengan pelantikan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakikl Bupati serta Walikota
dan Wakil Walikota
C. Form Isian
1. Nama Tim Kampanye dan Juru Kampanye Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Model AB – KWK).
2. Peringatan Tertulis/Penghentian Kegiatan Kampanye Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Model AB 1 – KWK).
3. Pembatalan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Model AB 2 – KWK).
4. Permintaan Cuti Gubernur/Wakil Gubernur Untuk Melakukan
Kampanye Pemilihan Gubernur/Wakil Gubern ur (Model AB 3 –
KWK).
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Tentang Pemberian Cuti Untuk
Melakukan Kampanye bagi Gubernur dan Wakil Gubernur
(Model AB 4 – kwk).
154
6. Keputusan Gubernur Tentang Pemberian Cuti Untuk Melakukan
Kampanye Bagi Bupati/Wakil Bupati (Model AB 6 – KWK).
7. Keputusan Gubernur Tentang Pemberian Cuti Untuk Melakukan
Kampanye bagi Walikota dfan Walikota (Model 5 – KWK).
8. Lampiran III : Bentuk Formulir Kelengkapan Calon Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, terdiri dari : Model B – KWK, Model B
1 – KWK, Model B 2 – KWK, Model B 3 – KWK, Model B 4 – KWK,
Model B 5 – KWK, Model B 6 – KWK, Model B 7 – KWK, Model
BB – KWK, Model BB 1 – KWK, Model BB 2 – KWK, Model BB 3 –
KWK, Model BB 4 1 KWK, Model BB 5 – KWK, Model BB 6 – KWK,
Model BB 7 – KWK, Model BB 8 – KWK, Model BC – KWK
9. Lampiran IV : Bentuk Formulir Pemungutan Suara dan
Penghitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, terdiri dari : Model C – mKWK, Model C 1 – KWK,
Lampiran Model C 1 – KWK, Model C 2 – KWK, Model C 3 –
KWK, Model, Model C 4 – KWK, Model C 5 – KWK, Model C 6 –
KWK, Model C 7 – KWK, Model C – 8 – KWK, Model C 9 – KWK.
10. Lampiran V : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat
Desa/Kelurahan oleh Panitia Pemungutan Suara, terdiri dari :
Model D – KWK, Model D 1 – KWK, Lampiran I Model D 1 –KWK,
Lampiran 2 Model D 1 – KWK, Model D 2 – KWK, Model D 3 –
KWK, Model D 4 – KWK, Model D 5 – KWK.
11. Lampiran VI : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat
Kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, terdiri dari :
Model DA – KWK, Model DA 1 – KWK, Lampiran I Model DA 1 –
KWK, Lampiran 2 Model DA 1 – KWK, Model DA 2 – KWK, Model
DA 3 – KWK, Model DA 4 – KWK, Model DA 5 – KWK.
155
12. Lampiran VII : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat
Kabupaten/Kota oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota,
terdiri dari : Model DB – KWK, Model DB 1 – KWK, Lampiran I
insiModel DB 1 – KWK, Lampiran 2 Model DB 1 – KWK, Model DB
2 – KWK, Model DB 3 KWK, Model DB 4 – KWK, Model DB 5 –
KWK.
13. Lampiran VIII : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat
Provinsi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi, terdiri
dari : Model DC – KWK, Model DC 1 – KWK, Lampiran 1 Model
DC 1 – KWK, Lampiran 2 Model DC 1 – KWK, Model DC 2 – KWK,
Model DC 3 – KWK.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Otonomi Daerah, Sambutan Direktur Jenderal Otonomi Daerah
Pada Acara Sosialisasi Pilkada, Diamond, Jakarta,2005
Fokusmedia, Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian
156
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Bandung, 2008
Harahap, Abdul Asri, Manajemen
dan Resolusi Konflik
Pilkada,
Cidesindo, 2005
Huntington, Samuel, P, Gelombang Demokratisasi Ketiga, PT Pustaka
Utama Grafiti, Jakarta, 1997
Kaloh, J, Demokrasi dan Kearifan Lokal pada Pilkada Langsung, Kata
Hasta Pustaka, 2008
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama,
Edisi Revisi, Cetakan II, Jakarta, 2008
Morissan, Hukum Tata Negara Republik Indonesia Era Reformasi,
Pamdina Prakarsa, Jakarta, 2005
Nasution, Arif, M, Demokratisasi dan Problema Otonomi Daerah,
Mandar Maju, Cetakan I, 2003
Sadu Wasistiono, Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja
Dewan
Perwakilan Rakyat daerah (DPRD), Fokusmedia, Bandung, 2009
Sarundajang, Babak Baru Sistem Pemerintahan Daerah, Kata Hasta
Pustaka, Jakarta, 2005
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Kata Hasta
Pustaka, Jakarta, 2005
Sarundajang, Pilkada Langsung Problema dan Prospek, Kata Hasta
Pustaka, Jakarta 2005
Varma, SP, Teori-teori Politik Modern, PT Raja Graffindo Persada,
157
Jakarta, 1982
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggara
Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang
Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah
Dan Wakil Kepala Daerah
Keputusan KPU Nomor07 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara
Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
SE Menpan RI Nomor SE/08.AM.PAN/5/2005 Tanggal 2 Mei
2005
Tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan
Kepala Daerah.
Website/Surat Kabar :
www.fh.wisnuwardhana.ac.id, 19 Mei 2010
www.fajar.co.id, 16 Juni 2010
158
www.fajar.co.id, 16 Juni 2010
www.restama.com, 16 Juni 2010
www.lsi.co.id, 6 Juli 2010
159
Download