1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan suatu rangkaian upaya yang
dilakukan bangsa Indonesia secara terencana dan berkesinambungan guna
mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan nasional meliputi pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Pembangunan nasional dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat secara merata diseluruh nusantara berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. Pembangunan nasional mengemban salah satu misi penting yaitu
mengembangkan
kualitas
sumber
daya
manusia
(SDM)
Indonesia.
Pengembangan kualitas SDM Indonesia ini dapat tercipta melalui iklim
pendidikan yang demokratis dan bermutu. Program-program pemerintah
dalam usaha meningkatkan kualitas SDM terus digiatkan melalui perbaikan
mutu pendidikan. Melalui mutu pendidikan nasional yang berkualitas akan
melahirkan SDM yang unggul dan berkompetensi, yaitu SDM yang menjadi
sumber kekuatan penggerak bagi seluruh proses pembangunan dalam
kehidupan masyarakat.
Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan
suatu bangsa, keberhasilan dalam membangun dasar-dasar pendidikan
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan pada bidang
lainnya seperti bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan.
Sumber daya manusia (human capital) dan sumber daya modal
(financial capital) merupakan faktor dominan yang turut memengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Sumber daya modal (financial capital) dahulu
dipercaya sebagai kekuatan utama penggerak laju pertumbuhan ekonomi.
Sumber daya modal tersebut diinvestasikan melalui alat-alat dan faktor
produksi, termasuk pada pembangunan infrastruktur seperti transportasi,
komunikasi dan irigasi guna memperlancar kegiatan perekonomian. Dewasa
ini terjadi pergeseran paradigma pembangunan ekonomi, bahwa kekuatan
1
2
yang dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi justru terletak pada faktor
sumber daya manusia (SDM), yang bertumpu pada sektor pendidikan.
Pembangunan dalam bidang pendidikan menjadi agenda penting yang
terus dibahas oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) penduduk Indonesia. Pembangunan SDM di Indonesia
dilakukan melalui tiga jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan
pengembangan karir ditempat kerja. Jalur pendidikan merupakan jalur utama
pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Jalur pelatihan dan pengembangan karir merupakan jalur suplemen dan
komplemen terhadap jalur pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal memainkan peran yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi
mendatang untuk dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilaksanakan berdasar pada
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut secara normatif
mengamanatkan tentang penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang harus
mengedepankan pengembangan intelegensi dan kemandirian belajar siswa.
Belajar merupakan proses perubahan pada diri individu dan selayaknya
belajar dimulai dengan sentuhan pengetahuan yang menghubungkan dengan
pengalaman belajar siswa. Proses pembelajaran yang baik adalah ketika
pembelajaran tersebut mampu memacu siswa untuk berpikir dan menjelajah
dalam rangka pemecahan masalah yang mengandung konteks materi
pelajaran. Proses belajar mengajar bukan hanya sekedar mentransfer
pengetahuan saja, melainkan mendorong siswa untuk belajar sendiri dengan
3
menghadapkan
mereka
pada
berbagai
masalah
yang
bermakna.
Kebermaknaan masalah inilah yang akan meningkatkan efektivitas belajar.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan berkembang
secara efektif dan efisien didalam masyarakat sesuai dengan porsi
kebutuhannya disetiap daerah. Pendidikan di sekolah ditempuh secara teratur,
sistematis, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas. Menurut UU
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (8) “Jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta
didik,
tujuan
yang
akan
dicapai
dan
kemampuan
yang
dikembangkan”. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 1 ayat (13) – (16)
dijelaskan tentang cakupan sekolah menengah di Indonesia yang terbagi atas
empat wadah utama yaitu, Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK). Masing-masing wadah sekolah/madrasah tersebut memiliki
perbedaan baik dalam segi pembelajaran, kurikulum, materi dan juga jurusan
yang dimilikinya. SMA memiliki kurikulum pembelajaran yang dirancang
guna menyiapkan siswa untuk melanjutkan kejenjang perguruan tinggi, hal
tersebut terlihat dari kurikulum pembelajaran di SMA yang lebih menitik
beratkan teori dari pada praktik. SMA terbagi atas tiga jurusan yaitu ilmu
pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan Bahasa. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan selain untuk menyiapkan siswa yang
akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi juga membekali lulusannya
dengan keterampilan khusus kejuruannya untuk siap terjun langsung dalam
dunia kerja. Madrasah Aliyah (MA) merupakan sekolah menengah dalam
binaan Kementrian Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah. Madrasah
aliyah Kejuruan (MAK) merupakan sekolah menengah kejuruan dibawah
Kementrian Agama dengan kekhasan agama Islam yang bertujuan selain
4
untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi juga
membekali lulusannya dengan keterampilan khusus kejuruan untuk siap
terjun langsung dalam dunia kerja.
Pembelajaran merupakan perwujudan dari proses pendidikan yang
dilaksanakan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pembelajaran
seharusnya dikemas dalam konteks yang mempermudah siswa untuk
menyerap materi pelajaran dan mengetahui bagaimana mengaplikasikan
materi yang dipelajari tersebut dalam kehidupan nyata. Penumpukan materi
ajar pada diri siswa tanpa mengetahui bagaimana relevenasinya dalam
konteks kehidupan nyata akan menjadikan pengetahuan tersebut kurang
bermakna. Mata pelajaran ekonomi merupakan salah satu kompetensi penting
yang harus dikuasai siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam
melakukan kegiatan ekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan
peristiwa
yang ada dimasyarakat, memahami konsep dan berlatih
memecahkan berbagai masalah ekonomi yang terjadi dimasyarakat.
Pengetahuan dan kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah ini
merupakan bekal utama bagi siswa untuk terjun dimasyarakat sebagai
individu yang terpelajar hasil dari proses pendidikan.
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari disiplin ilmu sosial yang
membahas secara ilmiah gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sosial.
Mata pelajaran ekonomi diharapkan mampu membantu siswa menerapkan
konsep dan teori ekonomi dalam menghadapi permasalahan ekonomi
dikehidupan sosial mereka. Mata pelajaran ekonomi bukan merupakan
pelajaran yang bersifat hapalan atau teoritis, artinya bahwa dalam proses
pembelajaran seharusnya siswa diajak untuk berkehidupan ekonomi dengan
cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi yang terjadi
disekitar. Pemamahan mengenai konsep pembelajaran ekonomi harus
ditanamkan sejak dini kepada diri siswa. Konsep-konsep dalam pembelajaran
ekonomi akan turut mempengaruhi pola pikir siswa dalam mengambil
keputusan ekonomi yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
5
Permasalahan ekonomi tidak terlepas dari kebutuhan yang sifatnya
tidak terbatas dihadapkan dengan sumber daya/alat pemuas kebutuhan yang
bersifat terbatas, hal ini menuntut siswa untuk menentukan pilihan yang
cerdas dan cermat dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya.
Penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut haruslah didasarkan pada
pemahaman tentang ilmu ekonomi yang baik dari diri siswa sehingga
menghasilkan keputusan ekonomi yang tepat. Pemahaman mengenai konsep
dan implementasi ilmu ekonomi yang baik akan memandu siswa dalam
mempertimbangkan antara manfaat, biaya dan kepuasaan yang diperolehnya
terhadap suatu produk atau jasa layanan. Pemahaman tersebut dapat
ditumbuhkan sejak dini pada diri siswa melalui mata pelajaran ekonomi
disekolah.
Ekonomi sebagai salah satu mata pelajaran disekolah membekali siswa
dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam kehidupan ekonomi yang
baik. Pemahaman yang baik tentang ilmu ekonomi akan menghantarkan
siswa untuk cermat dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi dan
mengetahui
cara
yang
tepat
dalam
mengalokasikannya,
sehingga
menghantarkan pada kesejahteraan ekonomi dimasa depan. Guru sebagai
ujung tombak penyelenggaraan pendidikan dilapangan dituntut untuk selalu
menciptakan proses pembelajaran yang inovatif dan menarik sehingga
tercapai tujuan pembelajaran secara efektif. Tingkat penguasaan mata
pelajaran ekonomi disetiap sekolah dapat diketahui melalui data Pamer
sekolah berdasarkan nilai ujian nasional (UN) pada mata pelajaran ekonomi
yang direkapitulasi oleh Kementrian Pendidikan. Berikut merupakan ranking
SMA/MA Negeri dalam lingkup Kabupaten Karanganyar berdasarkan nilai
mata ujian ekonomi pada ujian nasional tahun pelajaran 2014/2015 :
6
Tabel 1.1 Ranking SMA/MA Negeri dalam lingkup Kabupaten
Karanganyar berdasarkan mata ujian ekonomi
No.
1.
Kode
Sek.
17-501
Nama Sekolah
Mata Ujian
Ekonomi
83,22
Rank
MA NEGERI 2 KARANGANYAR
2.
17-001
SMA NEGERI COLOMADU
81,28
2
3.
17-007
SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
80,22
3
4.
17-002
SMA NEGERI GONDANGREJO
80,12
4
5.
17-500
MA NEGERI GONDANGREJO
80,01
5
6.
17-012
SMA NEGERI KARANGPANDAN
79,42
6
7.
17-006
SMA NEGERI JUMAPOLO
78,70
7
8.
17-010
SMA NEGERI KERJO
75,44
8
9.
17-008
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
74,41
9
10.
17-001
SMA NEGERI MOJOGEDANG
74,24
10
11.
17-009
SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
73,42
11
1
Sumber: Data Pamer UN Tahun 2014/2015
Berdasarkan tabel 1.1 diatas peneliti tertarik untuk mengadakan
observasi di SMA Negeri 2 Karanganyar yang menempati ranking ke
sembilan dari sebelas sekolah menengah negeri di Kabupaten Karanganyar
berdasarkan nilai mata ujian ekonomi. Hasil observasi yang dilakukan di
SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016 diketahui bahwa
masih rendahnya hasil belajar ekonomi pada siswa kelas X IPS. Hasil belajar
ekonomi siswa pada uji kompetensi I dari jumlah total siswa sebanyak 147
siswa, terdapat 65 (44%) siswa yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yakni 75. Pada uji kompetensi II
terdapat 71 (48%) siswa yang belum mencapai KKM, dan pada hasil ujian
tengah semester terdapat 62 (42%) siswa belum mencapai nilai KKM. Siswa
yang hasil belajarnya belum tuntas wajib mengikuti remidi guna memenuhi
standar nilai KKM yang telah ditetapkan.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi selaku
informan, menuturkan bahwa masih rendahnya hasil belajar ini disebabkan
karena kurangnya motivasi siswa untuk berinteraksi dengan buku ajar. Buku
ajar yang digunakan belum mampu mengarahkan siswa untuk dapat
7
membangun pengetahuannya sendiri sesuai dengan instruksi kurikulum 2013
yang telah diterapkan untuk mengedepankan prinsip pembelajaran saintifik,
sehingga proses pembelajaran yang berlangsung cenderung hanya bersifat
informatif. Rendahnya motivasi siswa tersebut nampak
ketika siswa
mempelajari buku ajar, mereka kurang termotivasi untuk membaca buku
tersebut. Siswa hanya mempelajari buku ajar apabila ada tugas dan ketika
akan menghadapai ujian saja.
Rendahnya interaksi siswa dalam mempelajari bahan ajar dapat
disebabkan oleh banyak faktor yang memengaruhi diantaranya adalah isi dan
desain teks pelajaran. Faktor isi dan desain bahan ajar turut memengaruhi
motivasi siswa untuk membaca dan mempelajarinya. Konsep-konsep mata
pelajaran ekonomi yang terdapat dalam buku ajar seharusnya disajikan untuk
membawa siswa dalam membangun dan menciptakan pengetahuannya sendiri
dengan cara memberi makna sesuai dengan pengalaman belajarnya.
Penelitian Matanluk
(2013) menyatakan bahwa penggunaan modul
pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui
pendekatan yang berpusat pada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam
penemuan pengetahuan. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar
merupakan
tolak
ukur
optimalnya
proses
pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu pengembangan bahan ajar dalam
bentuk modul pembelajaran ekonomi berbasis contextual learning untuk
mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran
menggunakan
modul
berbasis
kontekstual
akan
menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu upaya penerapan konsep dan prinsip pembelajaran mandiri. Modul
merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasanbatasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya (Depdiknas: 2008). Modul perlu dikembangkan secara
8
sistematis sesuai prinsip pembelajaran individual agar diperoleh hasil belajar
yang efektif dan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis contextual
learning akan lebih banyak melibatakan peran siswa secara mandiri dalam
mengggali pengetahuan dan konsep, guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam proses pembelajaran. Pada hakekatnya pengembangan modul dalam
proses pembelajaran merupakan kegiatan perencanaan penyampaian pesan
atau materi ajar agar lebih mudah dipahami siswa.
Modul dikembangkan melalui pendekatan yang mempermudah siswa
dalam memahami konsep dan penerapannya dalam kehidupaan nyata.
Permasalahan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat menjadi dasar untuk
mengkonstruk suatu konsep pembelajaran ekonomi. Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pendekatan
pembelajaran yang menekankan peran aktif siswa dalam proses belajar
mengajar untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
tersebut dibangun oleh siswa secara bertahap dan berkesinambungan.
Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan berasal dari kemampuan
daya ingat melalui hafalan tekait konsep-konsep materi ajar yang disajikan
oleh guru. Siswa harus mengonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi
makna
melalui
pengalaman
nyata.
Melalui
pendekatan
kontekstual
diharapkan kegiatan pembelajaran ekonomi menjadi efektif sehingga tujuan
pendidikan dan pembelajaran ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.
Pembelajaran kontekstual sebagai sebuah pendekatan pembelajaran
yang menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pembelajaran
kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang
dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, konteks
dalam kehidupan nyata akan memberikan arti, relevansi dan manfaat penuh
terhadap belajar (Trianto 2009 :107). Pendekatan pembelajaran berbasis
kontekstual akan menciptakan suasana belajar yang didalamnya siswa akan
menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang hanya menerima
penjelasan satu arah dari guru dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.
9
Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajarannya, mereka
menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun
pengetahuan baru. Dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali
pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks
diluar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks.
Materi pelajaran yang dipadukan dengan konteks kehidupan sosial yang
dikemas dalam sebuah modul akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan
yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk
menyelesaikannya.
Siswa
mampu
secara
mandiri
menggunakan
pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum
pernah dihadapi, serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap
belajarnya seiring dengan peningkatan pengetahuan dan pengalaman mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Ekonomi
Berbasis Contextual Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X IPS SMA Negeri 2 Karangayar Tahun Pelajaran 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis
contextual learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS
SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan modul pembelajaran ekonomi
berbasis contextual learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X IPS SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016?
10
C. Tujuan Pegembangan
Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
dari pengembangan ini adalah :
1. Menganalisis pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis
contextual learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS
SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016.
2. Menganalisis efektivitas penggunaan modul pembelajaran ekonomi
berbasis contextual learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X IPS SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016.
D. Pentingnya Pengembangan
Pentingnya penelitian dan pengembangan modul ekonomi berbasis
contextual learning dilaksanakan berdasarkan pada studi pendahuluan yang
mengkaji,
menyelidiki
dan
mengumpulkan
informasi,
dengan
mengidentifikasi hal-hal yang menyimpang ataupun hal-hal yang belum
sesuai dari harapan pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Karanganyar
pada tahun pelajaran 2015/2016 dan mengumpulkan informasi dengan cara
mengeksplorasi pembelajaran ekonomi secara empiris maupun teoritis.
Pengembangan modul pembelajaran ekonomi membantu siswa dalam
memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang
sulit diperoleh dan sebagai sumber belajar baru untuk memberikan motivasi
dalam kegiatan belajar. Pembelajaran menggunakan modul ekonomi berbasis
contextual learning akan mempermudah siswa dalam memahami konsepkonsep dasar ekonomi yang diajarkan. Materi pembelajaran dikemas dalam
sebuah konsep belajar yang menghubungkan antara materi ajar dengan situasi
dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Modul
pembelajaran ekonomi berbasis contextual learning sebagai bahan ajar yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan
siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik atau lingkungan
11
sosial siswa serta sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan secara
optimal di sekolah.
E. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
Pengembangan modul ekonomi berdasarkan pada analisis kebutuhuan
yang diwujudkan kedalam pengembangan desain modul. Desain modul yang
dimaksud bertujuan untuk mempermudah siswa dalam belajar, yang
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, meningkatkan motivasi belajar,
meningkatkan hasil belajar serta dapat memberi manfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Pengembangan modul pembelajaran berbasis contextual learning
pada dasarnya adalah penuangan strategi penyampaian pesan pembelajaran
kontekstual yang umumnya disajikan secara tatap muka atau secara verbal
dikelas kedalam sebuah media pembelajaran cetak dalam bentuk modul.
Berdasarkan hal tersebut maka substansi materi perlu dikemas dengan
mengintegrasikan prinsip instruksi strategi pembelajaran kontekstual, prinsip
desain
pesan
pembelajaran
dan
prinsip
komponen
pokok
strategi
pembelajaran agar penyampaian pesan tersebut efektif. Berikut disajikan tabel
pengintegrasian prinsip pembelajaran kontekstual dan prinsip desain pesan
pembelajaran kedalam setiap komponen pokok strategi pembelajaran
Tabel 1.2 Desain substansi materi modul berbasis contextual learning
No.
1.
2.
3.
Komponen strategi
pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran
pendahuluan
Penyampaian materi
pembelajaran
Memancing
penampilan
CTL
Relating
Desain Pesan
Kesiapan dalam hal pengetahuan
prasyarat dan motivasi yang
disampaikan oleh guru/fasilitator
Experimenting Penggunaan alat pemusat
perhatian (gambar, ilustrasi, bagan
warna-warni, gambar instruksi)
Applyying
Partisipasi aktif siswa
o aktifitas mental (memikirkan,
menalar, merenungkan,
membayangkan, merasakan)
o aktifitas fisik (melakukan
latihan, menjawab pertanyaan,
mengkomunikasikan ide)
12
Lanjutan tabel 1.2
4.
o Pemberian umpan
balik
o Kegiatan tindak
lanjut
(Transfering,
pengayaan dan
remidial)
Transfering o Perulangan
(Tinjauan awal pada saat
memulai pelajaran dan
kesimpulan pada akhir
pembelajaran)
o Pemberian umpan balik
(soal dan kunci jawaban untuk
mengukur kemampuan siswa)
Substansi materi ajar dikemas dalam sebuah modul dengan kerangka
sebagai berikut: 1) Halaman judul, 2) Lembar identitas modul, 3) Kata
pengantar, 4) Daftar isi, 5) Petunjuk penggunaan modul, 6) Peta modul, 7)
Peta kompetensi, 8) Glossarium, 9) Tujuan pembelajaran, 10) Uraian materi,
11) Rangkuman, 12) Uji kompetensi, 13) Daftar pustaka, 14) Kunci jawaban.
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi
Pengembangan modul ekonomi berbasis contextual learning ini mengacu
pada beberapa asumsi, yaitu :
a) Pengembangan modul ekonomi berbasis contextual learning dapat
memberikan pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh
siswa.
b) Desain pembelajaran kontekstual dalam sebuah bahan ajar berbentuk
modul
akan
mengarahkan
siswa
untuk
dapat
membangun
pengetahuannya sendiri dan sebagai pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran yang berpusat pada siswa .
c) Siswa lebih termotivasi, terbimbing dan lebih terkontrol arah belajarnya
dengan menggunakan modul berbasis contextual learning sebagai
pegangan dalam pembelajaran.
2. Keterbatasan Pengembangan
Keterbatasan dan lingkup penelitian pengembangan ini adalah sebagai
berikut :
13
a) Modul pembelajaran yang akan dikembangkan terbatas pada standar
kompetensi koperasi pada siswa kelas X IPS semester genap SMA
Negeri 2 Karanganyar yang mengacu pada kurikulum 2013.
b) Penggunaan modul pembelajaran ekonomi berbasis contextual
learning terbatas mengukur hasil belajar siswa pada materi koperasi.
c) Pengembangan modul ekonomi berbasis contextual learning ini
mengacu pada penelitian pengembangan Borg & Gall (dalam Arifin
2012: 130), terbatas pada delapan tahap karena disesuaikan dengan
kebutuhan pengembangan dalam penelitian ini.
d) Pengembangan ini hanya pada lingkup SMA Negeri 2 Karanganyar
yang dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan belajar
siswa, maka hasilnya tidak dapat memenuhi kebutuhan diluar SMA
Negeri 2 Karanganyar.
e) Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya sesuai
untuk penelitian ini saja.
G. Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara
penulis dan pembaca terkait dengan istilah yang ada dalam penelitian. Definisi
istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan
Pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut.
2.
Modul
Modul merupakan sarana belajar mandiri yang dirancang secara
sistematis, sederhana dan terencana untuk mempermudah siswa dalam
memahami konteks materi pelajaran sehingga tercapai tujuan belajar
yang diinginkan.
14
3.
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4.
Pembelajaran ekonomi
Pembelajaran ekonomi adalah ilmu yang mempelajari prilaku
manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Ilmu ekonomi
memperlajari tentang bagaimana individu menentukan pilihan terhadap
kebutuhan yang tidak terbatas dihadapkan pada alat pemuas kebutuhan
yang terbatas.
5.
Modul berbasis contextual learning
Modul berbasis contextual learning merupakan bahan ajar yang
disusun dan dirancang berdasarkan komponen pembelajaran kontekstual.
Modul ekonomi berbasis contextual learning akan mengarahkan siswa
untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran
kontekstual memadukan antara materi ajar dengan penerapan dalam
kehidupan nyata. Siswa diarahkan untuk mengonstruk pengetahuan
dengan pengalaman nyata menggunakan konten-konten bahan ajar
melalui pendekatan pengajaran kontekstual. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan kebermaknaan dari materi ajar
yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide yang cemerlang.
Materi ajar dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan semata
menghapal pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif sesuai dengan
instruksi-instruksi yang disajikan dalam modul tersebut.
6.
Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran
yang diusung oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan
saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada
15
sains yang meliputi tahap mengamati, menanya, menalar, mencoba dan
mengkomunikaskan. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan
suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini
sebagai
titian
emas
perkembangan
dan
pengembangan
sikap,
keterampilan dan pengetahuan siswa.
7.
Penilaian Autentik
Proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa
mengalami
proses
pembelajaran
dengan
benar
meliputi
aspek
knowledge, skill dan attitude.
8.
Hasil belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar yang mencakup aspek knowledge,
skill dan attitude yang dapat diukur menggunakan tes dan lembar
observasi
selama
proses
pembelajaran
dan
pada
pembelajaran untuk mengetahui perkembangan siswa.
ahir
proses
Download