GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NaF YANG DITUNDA 1 DAN 2 JAM DI STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh : SILVI WULANDARI NIM. 13DA277044 PRODI D-III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NaF (NATRIUM FLUORIDA) YANG DITUNDA 1 DAN 2 JAM1 Silvi Wulandari2 Dewi Kania Y3 Atun Farihatun4 INTISARI Penundaan pemeriksaan glukosa darah dapat mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah sebab sebagian glukosa akan digunakan untuk metabolisme sel-sel darah maka ditambahkan antikoagulan Natrium Flourida (NaF) yang dapat mencegah metabolisme glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah dalam sampel serum dengan plasma NaF (Natrium Flourida) yang ditunda 1 dan 2 jam. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang mahasiswa/ mahasiswi STIKes Muhammadiyah Ciamis. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Kadar glukosa diperiksa dengan alat Photometer 5010 v5 Riele, metode GOD-PAP. Rata-rata penurunan kadar glukosa darah serum yang ditunda 1 jam sekitar 1-2 mg/dL (1.6%) dan ditunda 2 jam menurun sekitar 3-4 mg/dL (3.8%). Sedangkan glukosa darah plasma NaF yang ditunda 1 jam menurun sekitar 0.1-0.2 mg/dL (0.2%) dan yang ditunda 2 jam menurun sekitar 0.3-0.4 mg/dL (0.4%). Simpulan dari penelitian ini adalah kadar glukosa dalam sampel plasma NaF lebih stabil dibandingkan serum. Penambahan NaF dapat direkomendasikan untuk mengukur kadar glukosa secara akurat. Kata kunci : Kadar glukosa darah, serum, plasma NaF Kepustakaan : 19, 2005-2015 Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing 1, 4 nama pembimbing 2 AN ANALYSIS OF BLOOD GLUCOSE LEVELS IN SERUM USED PLASMA SODIUM FLUORIDA (NaF) OF DELAYED 1 AND 2 HOURS Silvi wulandari ²Dewi kania Y ³Atun farhatun4 ABSTRACT Delayed checks blood glucose can lead to a decrease in blood glucose levels because most of the glucose will be used for the metabolism of blood cells are then added to the anticoagulant sodium fluorida ( NaF ) that can prevent glucose metabolism.This study aims to analyze blood glucose levels in serum samples used plasma NaF (Natrium Flourida) of delayed 1 and 2 hours. The design of this study used is descriptive studyp. The study of sample as many as 30 students at STIKes Muhammadiyah Ciamis. The sampling technique using quota sampling Glucose levels checked by means of Photometer 5010 v5 Riele, GOD-PAP method. The average reduction in serum blood glucose delayed 1 hour approximately 1-2 mg / dL (1.6%) and delayed 2 hours decreased approximately 3-4 mg / dL (3.8%), while a decrease in plasma blood glucose NaF delayed 1 hour 0.1- 0.2 mg / dL (0.2%) and the delayed 2 hours decreased by around 0.3-0.4 mg / dL (0.4%). The conclusion of this study is the level of glucose in plasma samples NaF more stable than serum. The addition of NaF can be recommended to measure glucose levels accurately. Keywords Library Description : blood glucose, serum, plasma NaF : 19, 2005-2015 : 1 the title of the, 2 name of student, 3 name of supervisor 1, 4 name of supervisor 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium klinik adalah salah satu faktor penunjang yang penting dalam membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit, salah satunya pemeriksaan glukosa darah. Glukosa darah merupakan gula yang berada dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas. Nilai rujukan kadar gula darah dalam serum/ plasma 70-110 mg/dl, gula dua jam postprandial ≤140 mg/dl/2 jam, dan gula darah sewaktu ≤110 mg/dl (Joyce, 2013). Umumnya pemeriksaan kimia darah khususnya glukosa menggunakan serum sebagai spesimen. Serum merupakan hasil pemisahan antara komponen cair dari darah (whole blood). Proses pemisahan komponen darah untuk mendapatkan serum dapat dilakukan dengan mendiamkan darah minimal selama 1-2 jam hingga terjadi pemisahan dengan sendirinya. Penundaan pemeriksaan dapat mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah sebab sebagian glukosa akan digunakan untuk metabolisme sel-sel darah. Pada sampel serum yang disimpan pada suhu kamar dapat menurunkan kadar glukosa darah kurang lebih 1-2% sampel serum perjam (Sacher, 2012), yang stabil kurang dari 2 jam (Kardika,2013). Kenyataan di lapangan masih sering dilakukan penundaan pemeriksaan karena alasan tertentu misalnya kerusakan alat, pemeriksaan susulan, mengefisienkan pemakaian reagen, dan tidak semua laboratorium menyediakan zat penghambat glikolisis karena tanggal kadaluarsanya yang cepat. 1 2 Allah SWT berfirman dalam surat (QS At-Taubah /9: 105) : Artinya : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS At-Taubah /9: 105). Maksud dari ayat tersebut dalam bekerja diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT dan jangan lah menunda- nunda pekerjaan terutama penundaan pemeriksaan yang dapat mempengaruhi hasil karena Allah SWT akan menilai dan memberi ganjaran atas pekerjaan yang dilakukan. Penurunan kadar glukosa darah karena proses penyimpanan dapat dicegah dengan pemberian antikoagulan Naf (Natrium Flourida). Antikoagulan NaF berfungsi sebagai antiglikolitik yang dapat mencegah metabolisme gula dengan cara menghambat kerja enzim phosphoenol pyruvate dan urease sehingga dapat mempertahankan stabilitas kadar glukosa dalam sampel (Nugraha,2015). sampel darah setelah dikeluarkan jika tidak langsung diperiksa akan terjadi penurunan kadar glukosa akibat glikolisis oleh sel-sel darah sehingga digunakan NaF untuk menghambat glikolisis (Sacher, 2012). Sampel yang ditambahkan antikoagulan NaF (Natrium Flourida 2,5 mg/ml) dapat stabil pada suhu 15-250 C selama 24 jam dan pada suhu 40 C selama 10 hari (Kardika,2013). 3 Berdasarkan uraian diatas menjadi alasan penelitian saya mengenai Gambaran Kadar Glukosa Darah dalam Sampel Serum dengan Plasma NaF (Natrium Flourida) yang Ditunda 1 dan 2 Jam. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: “bagaimana gambaran kadar glukosa darah dalam sampel serum dengan plasma NaF (natrium flourida) yang ditunda 1 dan 2 jam?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah dalam sampel serum dengan plasma natrium flourida (NaF) yang ditunda 1 dan 2 jam. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui kadar glukosa darah dalam sampel serum dengan plasma natrium flourida (NaF). b. Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah yang ditunda 1 dan 2 jam. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah dengan Penambahan NaF(Natrium Flourida). 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang Pemeriksaan Glukosa Darah serta dapat mengontrol keadaan gula di tubuh. 3. Bagi D III Analis Kesehatan 4 Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi Prodi D III Analis Kesehatan mengenai pengaruh penyimpanan glukosa darah dan antikoagulannya sehingga dapat di jadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah “Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Menggunakan Sampel Plasma EDTA dan Serum yang Langsung Diperiksa dan yang Ditunda Dua Jam ” oleh Lita Araini (2014), pada penelitian didapatkan hasil terdapat perbedaan secara bermakna. Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel yang diteliti yaitu Glukosa Darah. dan perbedaannya terletak pada Plasma NaF (Natrium Flourida), waktu tunda 1 dan 2 jam, tahun penelitian, dan tempat penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Glukosa Glukosa adalah produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada organisme hidup dan penggunaannya dikendalikan oleh insulin (Dorland, 2011). Menurut Murray (2009), Glukosa merupakan karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain di ubah menjadi glukosa di hati. Sedangkan menurut Tandra, Hans (2008) glukosa adalah sumber energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas. Insulin diperlukan untuk permeabilitas membran sel terhadap glukosa dan untuk transportasi glukosa ke dalam sel (Joyce, 2013) Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat atau darah mengandung banyak insulin. Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) terjadi karena insulin yang beredar tidak mencukupi, kondisi ini disebut sebagai penyakit diabetes melitus. Nilai rujukan kadar gula darah dalam serum atau plasma 70-110 mg/dl, gula dua jam post pandial ≤140 mg/dl/2jam, dan gula sewaktu ≤110 mg/dl (Joyce, 2013). 5 6 2. Faktor yang Menentukan Kadar Glukosa Darah Plasma Kadar glukosa plasma ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan jumlah yang meninggalkannya. Lima persen (5%) glukosa yang dikonsumsi diubah menjadi glikogen didalam hati, dan 30-40% dimetabolisme di dalam otot dan jaringan lain. Pada waktu puasa, glikogen dihati dipecah dan hati melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Ketika kadar puasanya lebih lama, glikogen habis dan terjadi peningkatan glukoneogenesis dari asam amino dan gliserol didalam hati. Pada orang normal glukosa plasma turun sekitar 60 mg/dl sebab kelaparan berkepanjangan namun tidak menimbulkan gejala hipoglikemia karena glukogenesis mencegah terjadinya penurunan lebih lanjut (Ganong, 2012). 3. Metabolisme Glukosa Karbohidrat yang berada dalam makanan berupa polimer heksana yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Dalam keadaan normal glukosa di fosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat. Enzim yang mengkatalisis adalah heksokinase, kadarnya meningkat oleh insulin dan menurun pada keadaan kelaparan dan diabetes. Sedangkan glukosa dapat disimpan di hati atau otot sebagai glikogen, Glikogen bekerja saat aktivas otot dan glukosa darah terisi sesuai kebutuhan (Pearce, 2013) Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetilkoenzim A (asetil-KoA) yang dapat menghasilkan energi. Glukosa dapat disimpan di hati atau otot sebagai glikogen, suatu polimer yang terdiri dari banyak residu glukosa dalam bentuk yang dapat dibebaskan dan dimetabolisme sebagai glukosa.Hati juga dapat mengubah glukosa melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai trigliserida atau asam amino yang digunakan untuk membentuk 7 protein. Karena besarnya volume dan kandungan enzim untuk berbagai konversi metabolik, hati berperan dalam mendistribusikan glukosa untuk menghasilkan energi. Sebagian besar energi untuk fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa (Sacher, 2012) 4. Glikolisis Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa serta jalur utama untuk metabolisme fruktosa, galaktosa dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan glikolisis untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen merupakan hal penting karena memungkinkan otot rangka bekerja keras saat pasokan oksigen terbatas, serta memungkinkan jaringan bertahan hidup ketika mengalami anoksia. Jadi glikolisis adalah reaksi pelepasan energi yang memecah satu molekul glukosa (terdiri dari 6 atom karbon ) atau monosakarida yang lain menjadi dua molekul asam piruvat ( terdiri dari 3 atom karbon), 2 NADH (nicotinamide Adenin Dinucleotide H), dan 2 ATP (Murray, 2014). 5. Hormon yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Hormon-hormon yang mempengaruhi kadar glukosa adalah sebagai berikut: a. Hormon insulin Hormon insulin di produksi di dalam prankreas oleh sel-sel beta pulau langerhans, hormon ini dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen atau perubahan menjadi asam lemak serta meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel (Sacher, 2012). 8 b. Hormon glukagon Hormon glukagon diproduksi di dalam prankreas oleh sel-sel alfa pulau langerhans, hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa dengan meningkatkan pembebasan glukosa dari glikogen (Sacher, 2012). c. Hormon pertumbuhan Hormon pertumbuhan merupakan hormon yang terbentuk di hipofisis anterior yang memiliki efek metabolik melawan kerja insulin. Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Murray, 2005). d. Hormon tiroid Hormon tiroid merupakan hormon metabolisme utama di dalam tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang larut dalam lemak. Hormon tiroid terkait dengan oksidasi glukosa, laju metabolisme atau mengatur metabolisme, meningkatkan sintesis protein, serta mempunyai efek meningkatkan kadar glukosa darah (Saryono, 2009). e. Hormon epinefrin Hormon epinefrin disekresi oleh medula adrenal akibat rangsangan yang menimbulkan stress dan menyebabkan glikogenesis di hati dan otot. Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Murray, 2005). f. Hormon somatostatin Hormon somatostatin diproduksi di dalam sel D pankreas. Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Sacher, 2012). g. Hormon kortisol Hormon kortisol disekresi oleh korteks adrenal, Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan mensintesis glukosa dari asam amino (Sacher, 2012). 9 h. Hormon ACTH Hormon ACTH merupakan hormon yang terbentuk di hipofisis anterior. Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Sacher, 2012). 6. Keadaan yang Berhubungan dengan Kadar Glukosa Darah Abnormal Keadaan yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yang abnormal, diantaranya : a. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa darah yaitu kurang dari 50 mg/100 ml darah. Hipoglikemia dapat disebabkan karena puasa dan olahraga, olahraga dapat meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel-sel otot rangka. Kelebihan hipoglikemia dapat disebabkan karena berlebihnya dosis insulin pada penderita diabetes melitus. Hipoglikemia menyebabkan beberapa gejala gangguan fungsi sistem saraf pusat diantaranya konfusi iritabilitas, kejang dan koma (Elizabeth, 2009). b. Hiperglikemia Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa darah yaitu rentang nilai glukosa puasa normal 126 mg/100 ml darah. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh defisiensi insulin atau penurunan responsivitas sel terhadap insulin. Hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu hormon tiroid, prolaktin dan hormon pertumbuhan (Elizabeth, 2009). 10 7. Jenis- jenis Pemeriksaan Glukosa Darah a. Glukosa Darah Sewaktu Merupakan uji kadar glukosa yang dapat dilakukan sewaktu-waktu, tanpa harus puasa karbohidrat terlebih dahulu atau mempertimbangkan asupan makanan terakhir. Tes glukosa darah sewaktu biasanya digunakan sebagai tes skrining untuk penyakit Diabetes Mellitus. Kadar glukosa sewaktu normal adalah kurang dari 110 mg/dl. b. Glukosa Puasa Merupakan uji kadar glukosa darah pada pasien yangmelakukan puasa selama 10-12 jam. Kadar glukosa ini dapat menunjukan keadaan keseimbangan glukosa secara keseluruhan atau homeostatis glukosa. dan pengukuran rutin sebaiknya di lakukan pada sampel glukosa puasa. Kadar glukosa puasa normal adalah antara 70-110 mg/dl. c. Glukosa 2 Jam Post Prandial Glukosa 2 jam post prandial merupakan jenis pemeriksaan glukosa dimana sample darah diambil 2 jam setelah makan atau pemberian glukosa. Tes gula darah 2 jam post prandrial biasanya dilakukan untuk menguji respon metabolik terhadap pemberian karbohidrat 2 jam setelah makan. Kadar glukosa 2 jam post pandrial normal adalah kurang dari 140mg/dl. Jika kadar glukosa kurang dari 140mg/dl 2 jam setelah makan, maka kadar glukosa tersebut sudah kembali ke kadar sesudah kenaikan awal yang berarti bahwa pasien tersebut mempunyai mekanisme pembuangan glukosa yang normal. Sebaliknya, apabila kadar glukosa 2 jam post prandrial setelah makan masih tetap tinggi, maka dapat disimpulkan adanya gangguan metabolisme pembuangan glukosa. 11 d. Tes toleransi glukosa oral Tes toleransi glukosa oral dilakukan untuk pemeriksaan glukosa apabila ditemukan keraguan hasil glukosa darah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pemberian karbohidrat kepada pasien. Namun sebelum pemberian karbohidrat kepada pasien, ada hal yang harus diperhatikan, seperti keadaan status gizi yang normal, tidak sedang mengkonsumsi salisilat, diuretik, anti kejang steroid, atau kontrasepsi oral, tidak merokok, dan tidak makan dan minum apapun selain air selama 12 jam sebelum pemeriksaan (Marks, 2005). 8. Pemeriksaan Glukosa Darah Pemeriksaan glukosa awalnya menggunakan darah lengkap, namun sekarang di laboratorium pemeriksaan glukosa darah menggunakan serum, karena eritrosit memiliki kadar protein yang lebih tinggi daripada serum. Sedangkan serum memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Kadar glukosa darah dapat diperiksa dari serum, darah lengkap (whoole blood) yang berasal dari pembuluh darah kapiler atau vena, dan plasma(Sacher, 2012). Hitung sel darah merah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis berlebihan dalam sampel sehingga terjadi penurunan kadar glukosa yang bermakna, Penurunan ini tidak bermakna jika laboratorium melakukan pemrosesan darah segera setelah sampel diterima (Hilda, 2011). Penurunan kadar glukosa darah pada proses penyimpanan dapat dicegah dengan pemberian antikoagulan NaF (Natrium Flourida) (Sacher, 2012). 12 Antikoagulan NaF berfungsi sebagai antiglikolitik yang dapat mencegah metabolisme gula dengan cara menghambat kerja enzim phosphoenol pyruvate dan urease sehingga dapat mempertahankan stabilitas kadar glukosa dalam sampel (Nugraha,2015) Suhu ruangan mempengaruhi tingkat glikolisis. pada suhu lemari glukosa tetap stabil beberapa jam didalam darah sedangkan pada suhu kamar kadar glukosa dalam darah akan menurun karena proses glikolisis. Penyimpanan sampel pada suhu kamar dapat menyebabkan menurunnya kadar glukosa darah kurang lebih 1-2% sampel serum perjam ( Sacher, 2012). 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan glukosa bervariasi adalah tergantung dari Metabolisme makanan menjadi glukosa oleh tubuh dan bagaimana tubuh mengolah glukosa darah tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar glukosa terdiri dari: a. Makanan Makanan dapat menaikkan glukosa darah.terutama makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak. b. Olahraga dan aktivitas Olahraga dan aktivitas dapat menurunkan glukosa darah. Olahraga juga mengurangi resistensi insulin sehingga kerja insulin lebih baik dan mempercepat pengangkutan glukosa masuk kedalam sel untuk kebutuhan energi. c. Obat Obat-obatan dapat meningkat kadar glukosa darah. d. Trauma atau stroke Trauma atau stroke dapat meningkatkan glukosa darah. 13 e. Alkohol Alkohol dapat menghambat hati melepaskan glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah turun. Tapi alkohol juga dapat meningkatkan glukosa darah bila mengandung kalori tinggi. f. Merokok Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Tandra Hans, 2008) g. Penundaan pemeriksaan Penundaan pemeriksaan dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam serum, karena adanya aktifitas yang dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar dapat menyebabkan menurunnya kadar glukosa darah kurang lebih 1-2% perjam (Sacher, 2012). 10. Perbedaan Antara Plasma Dan Serum Plasma merupakan bagian yang cair dari darah yang ditambahkan antikoagulan (anti pembekuan darah), antikoagulan dapat menjaga darah tetap cair di luar sistem vaskular. Antikoagulan juga dapat mencegah sebagian besar koagulasi dengan membuang ion-ion kalsium atau mengelasi. Golongan dari antikoagulan kelasi yaitu sitrat, oksalat dan EDTA. Sedangkan heparin berfungsi mencegah koagulasi dengan menghambat trombin. Tetapi antikoagulan heparin tidak berpengaruh terhadap konsentrasi kalsium (Sacher, 2012). Serum merupakan cairan dari darah yang membeku atau menggumpal, serum normal mengandung faktor XII, XI, X, IX, dan VII sedangkan serum tidak normal mengandung fibrinogen, protombin, faktor VIII, faktor V, dan faktor XIII (Sacher,2012). 14 Perbedaan antara serum dan plasma yaitu plasma mengandung protein terlarut, seperti fibrinogen serta berbagai protein lainnya. Sedangkan serum tidak mengandung fibrinogen tetapi mengandung semua protein lainnya. Fibrinogen diubah menjadi fibrin yang tidak larut lalu bersama eritrosit membentuk bekuan darah (Riswanto, 2013) 11. Antikoagulan Antikoagulan adalah zat yang dapat mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau menghambat pembentukan trombin yang di gunakan untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembentukan. Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya (Gandasoebrata,2010). Penambahan antikoagulan berdasarkan keperluan pemeriksaan sebab sifat dari zat adiktif yang ditambahkan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap sampel darah. Beberapa Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium antara lain (Nugraha,2015) : a. EDTA (Ethylen Dismine Tetra Acetat) Umumnya EDTA tersedia dalam bentuk kering yaitu garam di-kalium (K2EDTA) dan garam di-natrium (Na2EDTA) atau kalium (K3EDTA) dalam bentukcair. Kelebihan EDTA yaitu sebagai antikoagulan yang memiliki sifat zat aditif yang tidak dapat merubah morfologi sel dan mencegah trombosit bergumpal. sehingga sangat baik di pakai sebagai antikoagulan hematologi seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, laju endap darah (LED), apusan darah, hitung leukosit dan hitung trombosit. Kekurangan EDTA mempunyai sifat yang sulit larut dibandingkan dengan antikoagulan yang 15 lain. Antikoagulan yang sering digunakan dalam laboratorium yaitu K3EDTA karena tingginya kelarutan sehingga menghasilkan sampel yang memiliki gumpalan lebih sedikit (Nugraha, 2015). b. Natrium Sitrat Natrium sitrat atau trisodium citrate dihidrat umumnya digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 3,2% dan 3,8%. Antikoagulan ini dapat mencegah koagulasi dengan cara mengendapkan ion kalsium, sehingga menjadi bentuk yang tidak aktif. Natrium sitrat Digunakan untuk pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) cara westergreen (Nugraha, 2015). c. Heparin Heparin merupakan antikoagulan yang kurang banyak dipakai dalam pemeriksaan hematologi karena harganya mahal, namun heparin menjadi antikoagulan pilihan sebab tidak mengubah komposisi darah. Ada beberapa macam heparin yang digunakan dalam laboratorium, yaitu ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Antikoagulan heparin tidak diperbolehkan untuk pemeriksaan apusan darah tepi karena dapat menyebabkan latar belakang berwarna gelap (biru) (Nugraha, 2015). d. NaF (Natrium Flourida) Antikoagulan Natrium Flourida yang dikombinasikan dengan Kalsium Oksalat untuk pemeriksaan glukosa darah, NaF merupakan antiglikolitik yang dapat mencegah metabolisme glukosa yaitu dengan cara menghambat kerja enzim phosphoenol pyruvate serta urease sehingga kadar glukosa dalam darah tetap stabil (Nugraha,2015). 16 B. Kerangka Konsep 1 jam Glukosa dalam sampel serum Terjadi Proses glikolisis Waktu tunda 1 dan 2 jam Glukosa dalam sampel plasma NaF Kadar Glukosa Darah Tidak terjadi proses glikolisis 1 jam Gambar 2.1 Kerangka Konsep Keterangan : 2 jam = Variabel yang akan diteliti 2 jam DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. Muhidin, S.A. & Somantri, A. (2011) Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia. Corwin, Elizabeth J. (2009) buku saku patofisiologi ed 3. Jakarta: EGC. Dorland, W.A. Newman. (2011) Kamus Kedokteran. (Albertus Agung Mahode et al, Penerjemah). Jakarta : EGC. Gandasoebrata.R. (2010) Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke-10. Jakarta: Dian Rakyat. Hilda. (internet) (2011) pengaruh waktu terhadap hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus, diakses pada 2 november 2011,hlm 45-97 https://husadamahakam.files.wordpress.com/ Joyce, LeFever. (2013) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6. Jakarta : EGC. Kardika, W.B.I, dkk (internet) (2013) Preanalitik dan Interprestasi Glukosa Darah untuk diagnosis diabetes melitus. Dari https://Download.portalgaruda.org/article.php?article=82599&val= 970 Marks, Dawn B.Phd, Allan D.Marks,MD, Collen M.Smith.Phd, (2005) Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC Kedokteran. Murray, Robert K, Granner, Darly K & Rodwell, Victor W. (2009) Biokimia Harper (Harper’s Illutrated Biochemistry) Edisi 27. Jakarta : EGC. Murray, Robert K. (2005) Biokimia Biochemistry). Jakarta : EGC. 32 Harper (Harper’s Illutrated 33 Murray, Robert K. (2014) Biokimia Harper (Harper’s Illutrated Biochemistry) Edisi 29. Jakarta : EGC. Nugraha, Gilang (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta: CV Trans Info Medika. Pearce, Evelyn (2013) anatomi dan fisiologi untuk paramedis jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Riswanto. (2013) Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia Kanal Medika Sacher, A Ronald (2012) Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC. Saryono, SKP., Mkes. (2009) Biokimia Hormon. Yogyakarta : Nuha Medika. Sugiyono. (2014) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tandra, Hans (2008) Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. William, F.Ganong. (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Cetakan 2012. Jakarta: EGC.