Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks Debris Pada

advertisement
RR.Ratnasari Dyah Purnomowati : Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks DEBRIS pada Siswa siswi SMA Tri Sukses
Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks Debris
Pada Siswa Siswi SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan
RR. Ratnasari Dyah Purnomowati, Arianto
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Abstrak
Kebersihan gigi dan mulut tidak lepas dari penilaian debris rongga mulut. Banyak upaya dilakukan untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut diantaranya makanan berserat dan berair selain bagus untuk kesehatan tubuh
juga bagus untuk kesehatan gigi dan mulut. Menurut McDonald dan Avery, makanan berserat dan berair secara
fisiologis akan meningkatkan intensitas pengunyahan. Proses pengunyahan akan merangsang produksi saliva,
dapat mendorong sekresi ludah, dan secara fisiologis dapat melakukan self cleansing dalam rongga mulut
membantu membilas gigi dari partikel – partikel makanan yang melekat pada gigi, juga melarutkan komponen
gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela pit dan fissure sehingga dapat mempengaruhi indeks
debris seseorang. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperiman dengan rancangan one group pretestpostest design. Populasi penelitian siswa SMA Trisukses Natar Lampung Selatan. Sampel penelitian ini
berjumlah 45 orang. Berdasarkan uji statistik mengunyah buah semangka dan sayur mentimun didapat nilai
probabilitas .000. oleh karena .000 < 0.05, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa debris sebelum dan sesudah
mengunyah semangka dan mentimun adalah tidak sama atau berbeda nyata. Artinya kedua buah ini sama-sama
efektif dalam menurukan angka debris. Disarankan untuk mengkonsumsi buah berserat dan berair sesudah
makan maupun untuk keseharian karena dapat menurunkan angka debris.
Kata kunci : Debris, mengunyah,semangka dan mentimun
Differences Watermelon and Cucumber Against Debris Index
Tri High School Students on Student Success South Lampung Natar
Abstract
Dental and oral hygiene can not be separated from debris ratings oral cavity. Many attempts were made to
maintain oral health including fibrous and watery foods other than good for the health of the body is also good
for oral health. According to McDonald and Avery, fibrous foods and aqueous physiologically will increase the
intensity of mastication. Mastication process will stimulate saliva production, can promote the secretion of
saliva, and physiologically can perform self-cleansing in the oral cavity helps rinse the teeth of particles particles of food that stick to the teeth, but also dissolves the sugar component of food residue trapped in the
sidelines of pit and fissure so debris can affect a person's index. The method used was experimental design with
one group pretest-posttest design. The study population of high school students Trisukses Natar South Lampung.
The research sample numbering 45 people. Based on statistical test chewing watermelon and cucumber
vegetable obtained probability value 000. therefore .000 <0.05, then Ho is rejected, meaning that debris before
and after chewing watermelon and cucumbers are not the same or significantly different. This means that both
pieces are equally effective in menurukan numbers debris. It is advised to consume fibrous and juicy fruits after
meals or for everyday because it can reduce the number of debris.
Keywords: Debris, chew, watermelon and cucumber
Korespondensi: RR. Ratnasari Dyah P, Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Jl.
Soekarno-Hatta No. 1 Bandar Lampung, mobile : 085768688805, e-mail : [email protected]
Jurnal Analis Kesehatan : Volume 5, No. 1 Maret 2016
511
RR.Ratnasari Dyah Purnomowati : Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks DEBRIS pada Siswa siswi SMA Tri Sukses
Pendahuluan
Kesehatan yang perlu diperhatikan selain
kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan
gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara
menyeluruh. Bakteri rongga mulut dapat
menyebar melalui aliran darah, disebut
bakteriema. Pada kondisi kebersihan mulut
yang baik, hanya sejumlah kecil bakteri
fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke
dalam aliran darah. Namun pada kondisi
kebersihan mulut yang buruk, jumlah bakteri
pada permukaan gigi meningkat 2-10 kali lipat.
Sehingga peluang terjadinya bakteriema juga
lebih besar. Bakteri inilah selain penyebab
kerusakan gigi dan jaringan pendukung gigi
juga dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan
penyakit-penyakit sistemik seperti stroke,
diabetes, penyakit jantung dan paru-paru
(Kusumawardani, 2011).
Penyakit gigi dan mulut diawali dengan
keadaan kebersihan gigi dan mulut. Plak
merupakan etiologi utama terjadinya karies dan
penyakit periodontal, karena plak mengandung
bakteri pathogen yang melekat pada permukaan
gigi dan gingival (gusi). Plak terjadi ketika
makanan yang mengandung karbohidrat (gula
dan zat tepung) seperti susu, minuman ringan,
kismis, kue, permen, dll tersisa pada gigi.
Untuk menghindari terjadinya penyakit gigi dan
mulut, maka kebersihan gigi dan mulut harus
ditingkatkan, yaitu dengan cara mencegah dan
menghilangkan akumulasi plak (Ardyan, 2010).
Kebersihan gigi dan mulut tidak lepas
dari penilaian debris di dalam rongga mulut.
Angka debris dipengaruhi oleh jenis makanan
yang dikonsumsi seseorang. Jenis makanan ini
dapat berupa makanan yang berserat, berair,
atau makanan manis, lunak, melekat.
Banyak upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut. Ada tiga
cara yaitu mekanik, chemis, dan modifikasi
metode mekanis dan chemis. Sampai saat ini
membersihkan gigi dan mulut masih
mengandalkan pada pembersihan secara
mekanik, yaitu dengan menyikat gigi.
Secara
fisiologis
Debris
dapat
dibersihkan dengan aliran saliva dan pergerakan
otot-otot rongga mulut pada saat proses
pengunyahan. Selain itu ada cara lain seperti
berkumur,
flossing (menggunakan benang
gigi), membersihkan lidah, mengunyah permen
karet, menghindari makanan yang mengandung
sukrosa, dan memperbanyak mengkonsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran yang berserat
dan berair (Ervina, 2010).
512
Mengatur pola makanan merupakan
tindakan awal untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulut sekaligus menghambat pembentukan
plak. Jenis makanan yang dikonsumsi tersebut
turut
mempengaruhi kebersihan gigi,
mempengaruhi gerakan (otot, tulang) dalam
proses penguyahan.
Makanan berserat dan berair selain bagus
untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk
kesehatan gigi dan mulut. Menurut McDonald
dan Avery, makanan berserat dan berair secara
fisiologis akan meningkatkan intensitas
pengunyahan dalam mulut. Proses pengunyahan
ini akan merangsang produksi saliva, dapat
mendorong sekresi ludah, dan secara fisiologis
dapat melakukan self cleansing dalam rongga
mulut membantu membilas gigi dari partikel –
partikel makanan yang melekat pada gigi dan
juga melarutkan komponen gula dari sisa
makanan yang terperangkap dalam sela – sela
pit dan fissure sehingga dapat mempengaruhi
angka debris indeks seseorang.
Menurut pendapat Hasan dan Sari
(2014), adanya friksi/gerakan pengunyahan
dari makanan berserat dan berair seperti buah
dan sayur, dalam penlitian ini mengunakan
buah semangka, mentimun yang merupakan
makanan yang berserat dan berair memaksa
gigi untuk menggerus makanan tersebut,
dengan kandungan air yang dimiliki dapat
lebih menghambat pembentukan plak.
Buah berserat dan ber air ini secara
fisiologis dapat menstimulasi atau mendorong
sekresi air ludah (saliva), saliva punya
kemampuan self cleansing alami pada plak gigi.
Self cleansing terjadi ketika makanan berserat
dan berair itu dikunyah pada rongga mulut.
Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur
dengan suatu index yang disebut Oral Hygiene
Index Simplifed (OHIS) oleh
Green and
Vermellion, nilai indeks diperoleh dari hasil
penjumlahan antara debris indeks dengan
kalkulus indeks.
Standar penilaian secara umum menurut
Greene dan Vermillion untuk debris sebagai
berikut :
1. Baik bilamana nilai keseluruhan
diantara 0 - 1,2.
2. Sedang bilamana nilai keseluruhan
diantara 1,3 – 3,0.
3. Buruk bilamana nilai keseluruhan
diantara 3,1 – 6,0.
Jurnal Analis Kesehatan : Volume 5, No. 1 Maret 2016
RR.Ratnasari Dyah Purnomowati : Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks DEBRIS pada Siswa siswi SMA Tri Sukses
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian
experimental dengan rancangan one group
pretest-postest design, dengan desain penelitian
sebagai berikut:
Pretest
O1
Treatment
X
Posttest
O2
O1 : yaitu pretest, untuk mengetahui
debris Indeks sebelum dilakukan
pengunyahan dengan semangka,
mentimun
O2 : yaitu posttest, untuk mengetahui
debris Indeks setelah dilakukan
pengunyahan dengan semangka
dan mentimun
X : Pemberian perlakuan pengunyahan
dengan semangka dan mentimun
Tabel 2. Debris indeks sebelum dan sesudah
mengunyah semangka
Semangka
Sebelum
Jumlah
%
Jumlah
%
Baik
11
73.3
15
100
Sedang
4
26.7
0
0
Buruk
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
Tabel 3. Debris indeks sebelum dan sesudah
mengunyah biscuit
Biskuit
Sebelum
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa – siswi SMA Tri Sukses Natar Lampung
Selatan, sedangkan sampel penelitian ini adalah
siswa kelas 1, 2 dan 3 .berjumlah 45 orang.
Pada penelitian ini sampel diberikan tiga
perlakuan yaitu pada hari pertama makan buah
semangka, hari kedua makan sayur mentimun,
kemudian hari ketiga makan biskuit, teknik
pengunyahan sesuai yang biasa dilakukan siswa
dengan kedua sisi rahang.
%
Jumlah
%
Baik
15
100.0
6
40.0
Sedang
0
0
9
60.0
Buruk
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
Tabel 4. Debris indeks sebelum dan sesudah
mengunyah dari tiga perlakuan
Sig. (2T
Df
tailed)
Mentimun
9.754
15
.000
Biskuit
Hasil penelitian terhadap 45 orang siswasiswi SMA didapatkan data penelitian yang
kemudian diuji secara statistic, didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Debris indeks sebelum dan sesudah
mengunyah mentimun
Mentimun
Sesudah
Jumlah
%
Jumlah
%
Baik
14
93.3
15
100
Sedang
1
6.7
0
0
Buruk
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
Jurnal Analis Kesehatan : Volume 5, No. 1 Maret 2016
Sesudah
Jumlah
Semangka
Hasil
Sebelum
Sesudah
9.804
15
.000
-6.860
15
.000
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa
kegiatan mengunyah mentimun
berhasil menurunkan debris secara signifikan
dibuktikan dentangan hasil t hitung.
Terlihat bahwa T hitung adalah 9.754
dengan nilai probabilitas .000. oleh karena .000
<0.05, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa
debris sebelum dan sesudah mengunyah
mentimun adalah berbeda nyata, dalam output
juga disertakan perbedaan mean sebesar
0.49933 yaitu selisih rata – rata debris sebelum
dan sesudah mengunyah mentimun.
Kegiatan mengunyah semangka juga
mampu menurunkan debris secara signifikan
dibuktikan dengan hasil t hitung Terlihat bahwa
T hitung adalah 9.804 dengan nilai probabilitas
.000. oleh karena .000 <0.05, maka Ho ditolak,
yang berarti bahwa debris sebelum dan sesudah
mengunyah semangka adalah berbeda nyata,
dalam output juga disertakan perbedaan mean
513
RR.Ratnasari Dyah Purnomowati : Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks DEBRIS pada Siswa siswi SMA Tri Sukses
sebesar 0.61067 yaitu selisih rata – rata debris
sebelum dan sesudah mengunyah semangka.
Terlihat bahwa T hitung adalah -6.860
dengan nilai probabilitas .000. oleh karena .000
<0.05, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa
debris sebelum dan sesudah mengunyah biskuit
adalah berbeda nyata (negatif), dalam output
juga disertakan perbedaan mean sebesar 0.89600 yaitu selisih rata – rata debris sebelum
dan sesudah mengunyah biscuit.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
debris indeks siswa SMA Trisukses Natar
mengalami penurunan setelah mengunyah buah
semangka dan sayur mentimun. Penurunan ini
terjadi karena selama proses pengunyahan
terjadi pergerakan otot – otot pengunyahan,
dengan gerakan otot ini mempunyai
kemampuan untuk dapat mendorong sekresi
ludah terhadap rongga mulut sehingga terjadi
self cleansing dalam mulut (Milati,2009). Self
cleansing adalah pembersihan secara alami
pada gigi terhadap sisa-sisa makanan yang
tertinggal didalam mulut (Grandfa, 2007).
Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat
bahwa adanya perbedaan penurunan debris
antara sebelum dan setelah mengunyah buah
semangka
maupun
mengunyah
sayur
mentimun, yang artinya mengunyah buah
semangka dan mengunyah sayur mentimun
sama-sama efektif dalam menurunkan angka
debris.
Sayur mentimun yang merupakan
makanan padat mempunyai kandungan serat
sebesar 0,5 gram, mengunyah mentimun
membutuhkan kerja otot yang lebih untuk
menghancurkan makanan, secara fisiologis
merangsang mulut manusia untuk menggerus
dan menghancurkannya sebelum masuk ke
saluran pencernaan. Kerja otot inilah yang akan
memacu produksi saliva sebagai penunjang
terjadinya proses pembersihan secara alami
(self cleansing) pada gigi. Banyak nya saliva
yang dihasilkan dibantu dengan serat yang
terkandung di dalam mentimun secara fisiologis
serat menyikat gigi dari sisa makanan yang
menempel pada permukaan gigi, sehingga sisa
makanan terangkat, gigi menjadi bersih.
Buah semangka memilik. kandungan air
sebanyak 92 gram, banyaknya kandungan air
pada buah semangka ini bersama – sama
dengan saliva yang dihasilkan dari proses
514
mengunyah buah semangka tersebut akan
membilas sisa makanan yang tertinggal pada
permukaan gigi.
Selain kandungan serat pada mentimun
dan kandungan air pada buah semangka yang
dapat membersihkan gigi, cara mengunyah dan
jumlah kunyahan yang dikendalikan dapat
mempengaruhi penurunan debris, karena
mengunyah akan meningkatkan jumlah air
ludah. Selain itu kekerasan jenis makanan turut
mempengaruhi prose self cleansing gigi.
Semakin padat makanan yang dikunyah,
semakin banyak kerja otot semakin banyak
saliva yang dihasilkan sangat membantu proses
pembersihan gigi yang akan mempengaruhi
nilai debris.
Pada perlakuan mengunyah biskuit
terlihat hasil negatif, menunjukan kondisi yang
buruk, yaitu banyak sisa biskuit yang tertinggal
pada permukaan gigi dengan demikian nilai
debris buruk. Biskut adalah makanan yang
berupa tepung atau lunak dan melekat dapat
dengan mudah menepel pada permukaan gigi,
mempercepat pembentukan lapisan plak.
Dari hasil penelitian diatas terlihat sayur
mentimun sedikit lebih efektif dalam
menurunkan nilai debris dari buah semangka,
dan makan biskuit membuat nilai debris buruk
Daftar Pustaka
1.
Ali Hasan, 2014, Manfaat Konsumsi Serat
Bagi Kesehatan Gigi Dan Gusi,
http://sehatdanmurah.Blogspot.com/2014/01/manfaatkonsumsi-serat-bagi kesehatan.html
2.
Be Kien Nio, 1987, Preventive Dentistry,
Bandung, Yayasan Kesehatan Gigi,
Indonesia
3.
Cream Sari Kosmetik, 2011, Cara Menjaga
Kesehatan Gigi Dan Gusi Dengan
Makanan
Yang
Berserat,http://www.widjiume
.com/2014/02/cara-menjaga-kesehatangigi-dan gusi.html David Rhio Agatha,
2013.
4.
Kusumawardani, Endah, 2011, Buruknya
Kesehatan Gigi dan Mulut. Hanggar
korektor, Yogyakarta.
Leni Herlina Afrianti, 2010, 33 Macam
Buah-Buahan Untuk Kesehatan, (Bandung:
Alfabeta)
5.
Jurnal Analis Kesehatan : Volume 5, No. 1 Maret 2016
RR.Ratnasari Dyah Purnomowati : Perbedaan Semangka dan Mentimun Terhadap Indeks DEBRIS pada Siswa siswi SMA Tri Sukses
6.
Lita Darmawan, 2007, Cara Cepat
Membuat Gigi Sehat Dan Cantikdengan
Dental Cosmetik, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama)
20. Tarigan, Rasinta.1994.Kesehatan Gigi dan
Mulut.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC
7.
Megananda hiranya putri, dkk. 2012, Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi, ( Jakarta: Buku
Kedokteran EGC )
21. Darby ML, Walsh MM. Dental hygiene
theory and practice (3rded). Canada:
Saunders Elsevier, 2010; p.281-39. -----tentang debris indeks
8.
Mangku,2009.jorok 77 Persen Orang
indonesia
Malas
Sikat
Gigi,http;//www.suarakaryaonline/news.ht
ml?id=180439
9.
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
22. Hidayanti L.Peran buah dan sayur dalam
menurunkan keparahan karies gigi pada
anak. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. 2007
Pusat data dan informasi pertanian.
Analisis konsumsi pangan. Departemen
Pertanian. 2009. h.91.
10. Nurheti Yuliarti, 2011, 1001 Khasiat
Buah-Buahan (Yogyakarta: Andi)Prakoso
MH, Pengertian Debris Indeks,
11. Wikipedia,
mastikasi
2013,
http://id.wikipedia.org/wiki/Mastikasi
23. Zerlina Lalage, 2013, Khasiat Selangit 101
Buah dan Sayur, (Klaten: Galmas
Publisher).
24. Vera Fararah bararah, 2010.
Helth”.http://helth.detik.Com
“Detik
12. Djuita,Iendah.1992.Spesifik
Protection.Jakarta:Depkes RI
13. Muhlisah, Fauziah dan Sapta Hening
S.1999.Sayur dan Bumbu Dapur
Berkhasiat Obat. Jakarta:PT Penebar
swadaya
14. Notoatmodjo,Soekidjo.2010.Metodologi
Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta
15. Ramadhan, Ardyan Gilang.2010.Serba
Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta
Selatan.
16. Riskesdas 2013. Kesehatan Gigi dan
Mulut.
17. Sri muftri D.S & Tuti Roida
Pardede.penetapan kadar kalium, natrium
dan magnesium pada semangka (citrullus
vulgaris, schard) daging buah berwarna
kuning dan merah secara spektrofotometri
serapan atom.
18. (http://uda.ac.id/jurnal/files/Jurnal%201%2
0%20Penetapan%20Kadar%20Semangka.
pdf)
19. Sugiyono 2008. Statistik untuk penelitian.
Bandung.
Jurnal Analis Kesehatan : Volume 5, No. 1 Maret 2016
515
Download