BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Industri kecil

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal
yang penting bagi Indonesia. Furniture merupakan salah satu komoditi yang
diproduksi dan diperdagangkan secara global. Menurut ITTO (2010), nilai
produksi furniture dunia pada tahun 2009 berdasarkan pada data statistik dari 60
negara adalah sebesar US$ 267 milyar, dengan produsen terbesar USA yaitu
mencapai US$ 57,4 milyar. Produsen terbesar berikutnya adalah China US$ 37,9
milyar, Italy US$ 23,7 milyar, Jerman US$ 18,9 milyar, Jepang US$ 12,4 milyar,
Kanada US$ 11,7 milyar, Inggris US$ 10,1 milyar dan Prancis US$ 9,2 milyar.
Kurang lebih 55% dari nilai total produksi furniture dunia tersebut diproduksi
oleh negara maju (tidak termasuk China).
Negara tertinggi dalam mengkonsumsi furniture per kapita adalah
Norwegia, Kanada, Austria, Switzerland, Denmark dan Finlandia. Sedangkan
konsumen furniture terbesar pada tahun 2009 adalah USA (US$ 78,2 milyar),
China (US$ 24,9 milyar), Jerman (US$20,5 milyar), Inggris (US$15,5 milyar) dan
Jepang (US$ 15,5 milyar) (ITTO 2010).
Dalam hal perdagangan, 54% ekspor furniture dunia berasal dari negara
maju, namun sejak tahun 1990-an, pangsa pasar ini menurun sebesar 22%, dan
diambil alih oleh negara-negara penting lain seperti Polandia, Malaysia, Indonesia
dan Meksiko. Adapun negara pengekspor furniture terbesar di dunia adalah
China, dengan nilai ekspor pada tahun 2008 US$ 13,5 milyar dan besarnya tingkat
1
pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 meningkat sebesar 17% (ITTO 2010).
Sementara furniture Indonesia hanya menguasai 2,5% dari pangsa pasar dunia.
Pasar ekspor terbesar bagi Indonesia adalah Amerika Serikat sebesar 29,3%,
Jepang 9,6%, Belanda dan Inggris masing-masing 6,47%, dan Jerman 5,79%
(USAID-SENADA 2010).
Industri furniture di Indonesia baik skala besar kecil maupun menengah,
telah menyumbangkan devisa yang tidak sedikit. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya nilai ekspor furniture yang terus mengalami peningkatan, dimana selama
tahun 2006 – 2009 meningkat 17% dan benilai US$ 1,78 milyar.
Pada tahun 2009. Sebagian besar ekspor tersebut berasal dari furniture
kayu (75%), sementara furniture rotan 20% dan furniture logam/plastik 5%
(ASMINDO 2010 dalam USAID-SENADA 2010). Data ASMINDO 2010
menunjukkan bahwa ekspor furniture kayu Indonesia pada tahun 2009 hampir
mencapai US$ 1,351 milyar.
Apabila dibandingkan dengan nilai total ekspor furniture dunia pada tahun
2009 yaitu sebesar US$ 82 milyar (ITTO 2010), maka pangsa pasar furniture
Indonesia sebesar 2,17%. Data ekspor furniture kayu COMTRADE (2011)
menunjukkan nilai yang berbeda, dimana pada tahun 2009 nilai ekspor furniture
kayu Indonesia mencapai US$ 1,01 milyar atau sebesar 0,36% 2 dari total Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 2.729.708,2
milyar (BPS 2010). Pada tahun 2010, devisa furniture kayu tersebut mengalami
peningkatan sebesar 4,06% atau menjadi US$ 1,051 milyar (COMTRADE 2011).
2
Kegiatan di bidang furniture ini tidak hanya menghasilkan devisa, tetapi
juga menumbuhkan industri serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
antara lain seperti sektor pengusahaan hutan (tanaman dan alam), perdagangan
log, industri penggergajian, industri furniture finishing company, dan eksportir.
Melihat besarnya peranan industri furniture bagi penerimaan negara,
banyaknya pihak yang terkait di sektor lain seperti kehutanan, perdagangan dan
industri, serta semakin pentingnya persaingan yang sistematis, maka perlu upaya
untuk menjamin kelangsungan industri furniture. Konsekuensi lain dari
banyaknya industri furniture juga mengakibatkan terjadinya persaingan sengit
tidak hanya antar perusahaan di dalam negeri, tetapi juga persaingan dengan
perusahaan dari luar negeri.
Mengingat besarnya peranan industri furniture bagi penerimaan negara,
banyaknya pihak yang terkait di sektor lain seperti instansi yang membidangi
masalah kehutanan, perdagangan dan industri, serta semakin pentingnya
persaingan yang sistematis, maka perlu upaya untuk menjamin kelangsungan
industri furniture termasuk kelangsungan dari segi pasokan bahan bakunya.
Disinilah analisis rantai nilai (value chain) memiliki peranan penting,
dimana seluruh siklus produksi diperhatikan termasuk hubungan dengan pasar
akhir.
Value
chain
merupakan
gambaran
kegiatan
yang
diperlukan
untukmenghasilkan suatu barang atau jasa, dimana barang dan jasa tersebut
bermula dari sebuah gagasan, selanjutnya melalui beberapa tahap produksi yang
berbeda untuk kemudian dibawa ke konsumen dan akhirnya di daurulang setelah
digunakan.
3
Pendekatan rantai nilai berperan dalam membantu menjelaskan dan
mengidentifikasi proses yang sesuai atau lebih baik dan efisien bagi perusahaan.
Sebagai perusahaan yang berfokus trading marketing atau branding
marketing produk furniture eksklusif berkualitas tinggi seperti lemari, meja
tamu, kursi dan sofa, d-Bodhi perlu mencermati dinamika siklus bisnis dalam
industri tersebut. Tidak seperti perusahaan pembuat perabot rumah tangga
lainnya, d-Bodhi menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk pembuatan produkproduk mereka. Bahan-bahan yang digunakan seperti besi atau kayu bekas kapal
atau bahkan celana jeans yang tidak dipakai lagi yang kemudian didaur ulang dan
digunakan sebagai bahan pembuatan sofa atau kursi.
Usaha d-Bodhi berpusat di Singapura dan memiliki cabang usaha dan
distribusi yang tersebar di banyak negara seperti Australia, Belgia, Canada,
Perancis, Jerman, Hongkong, Yunani, Israel, Italia, Jepang, Korea, Luxemburg,
Malaysia, Mauritius, Mexico, Caledonia Baru, Norwegia, Rusia, Slovakia, South
Africa, Switzerland, Swedia, Thailand, Belanda, dan Inggris. Di Indonesia sendiri,
tepatnya di Jogjakarta, d-Bodhi memiliki fasilitas pembuatan dan produksi untuk
produk-produk kebutuhan konsumen negara-negara tersebut.
d-Bodhi menggunakan konsep bisnis yang menawarkan produk furniture
buatan tangan (hand made, tidak diproduksi massal dalam pabrik), dengan desain
produk ahli-ahli professional, sehingga produk yang dihasilkan merupakan
produk-produk kualitas tinggi. Sebagai nilai tambah terhadap produk-produknya,
d-Bodhi menerapkan pula konsep “hijau” di dalam strategi perusahaannya.
4
Konsep “hijau” dalam strategi perusahaan adalah salah satu konsep yang
melengkapi strategi bisnis, operasi dan asset perusahaan yang telah dimengerti
secara baik dan telah sering dilakukan oleh perusahaan tersebut secara baik,
sebuah konsep “hijau” dalam strategi perusahaan dapat membantu perusahaan
tersebut secara fundamental dalam pengambilan keputusan yang mempunyai
dampak positif terhadap lingkungan (Olson, 2008).
Konsep “hijau” yang diterapkan oleh d-Bodhi mencakup model bisnis
yang terdiri dari produk dan jasa, channels dan partner, market dan geografi.
Contoh konsep “hijau” dalam model bisnis d-Bodhi yaitu memproduksi produkproduk yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan dasar daur ulang,
bekerja sama dengan para pengrajin tradisional di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia dan memasarkan produk-produknya ke target market yang
mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya lingkungan, yang di mana target
market ini lebih banyak berkumpul di negara-negara maju, sehingga d-Bodhi
memfokuskan pemasarannya di negara-negara maju.
Dengan menerapkan strategi tersebut, d-Bodhi sukses dalam industri
furnitureHal ini dibuktikan dengan semakin banyak cabang-cabang yang dibuka
oleh d-Bodhi di berbagai negara serta raihan penghargaan-penghargaan bergengsi
karena produk-produknya yang eksklusif.
Melalui konsep strategi “hijau” d-Bodhi ingin melangkah lebih maju, yaitu
dengan menerapkan konsep core values perusahaan yaitu tiga prioritas
sustainabilitas: Pertama, menjadi perusahaan yang bebas polusi karbon. Kedua
mendukung kinerja untuk pengembangan teknologi yang ramah lingkungan dan
5
menemukan cara baru dalam teknik daur ulang dan ketiga, bertanggung jawab
besar terhadap para pekerja dan komunitas.
Dengan visi baru perusahaan yaitu ingin menanamkan konsep hijau di
dalam core values perusahaan, d-Bodhi juga ingin melebarkan sayap bisnis
mereka lebih lebar, dengan membuka cabang penjualan tidak hanya di negaranegara maju saja akan tetapi juga di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia.
Untuk dapat masuk ke industri furniture di Indonesia bukanlah hal yang
mudah, terlebih dengan adanya rencana perubahan core values perusahaan.
Indonesia memiliki masyarakat dengan demografi yang berbeda dengan negaranegara lain terutama dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara maju.
Dengan demikian, strategi yang diterapkan pun perlu direncanakan secara matang
sesuai dengan kondisi di Indonesia agar produk-produk d-Bodhi dapat di terima di
pasar Indonesia.
Selain kondisi Indonesia, baik mengenai masyarakat maupun hal-hal yang
berkaitan dengan seperti sosial, ekonomi dan politik, d-Bodhi juga harus
menghadapi para perusahaan furniture yang telah menjalankan bisnisnya di
Indonesia. Untuk dapat bertahan di pasar Indonesia, d-Bodhi harus bisa
menghadapi para pesaing di dalam industri furniture di Indonesia, dan bahkan
harus bisa melebihi pesaing-pesaing tersebut untuk mendapatkan market yang
lebih besar di Indonesia.Untuk dapat memasuki pasar Indonesia, perusahaan dBodhi harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan furniture yang telah
ada di Indonesia. Penggunaan analisis rantai nilai dapat membantu untuk
6
mengetahui baik keunggulan maupun kelemahan dalam aktivitas-aktivitas di
dalam perusahaan sehingga dapat membantu dalam merencanakan strategi dalam
bersaing.
Skema aktivitas proses produksi furniture d-Bodhi berdasarkan pesanan.
Aliran informasi pemesanan dapat berasal dari pembeli luar negeri dan pembeli
dalam negeri. Pembeli luar negeri yaitu pembeli global atau importir umumnya
memesan mebel ke eksportir.
Desain dan spesifikasi furniture selanjutnya diproduksi sesuai dengan
keinginan pembeli atau buyer driven yaitu suatu rantai nilai yang memiliki
karakteristik dimana pengecer atau pedagang besar mendominasi aturan-aturan
dalam sistem produksi. Dengan demikian skema rantai nilai dari para actor
(pelaku) yang terlibat dalam kegiatan bisnis d-Bodhi dapat digambarkan sebagai
berikut.
7
Pengrajin /
Pemasok
Logistik&
Kualitas
Desain
d-BODHI
Mesin
Cat, Perekat,
Dempul, Politur,
dll
Pembeli
Para pembeli
Pedagang besar
Domestik
Pedagang besar
Internasional
Pedagang
Pengecer Domestik
Pedagang pengecer
Internasional
Konsumen
Akhir
Di daur ulang
Di buang
Gambar 1: Skema Aktivitas Produksi d-Bodhi
Berdasarkan skema tersebut, masalah penelitian ini adalah, aktivitas dalam
perusahaan d-Bodhi yang terkait dengan building block of competitive advantages
8
dari perusahaan ini perlu dilakukan secara efisien, sehingga mampu bersaing
dalam industry furniture di Indonesia.
Fenomena di atas memotivasi penulis melakukan studi tentang kinerja
aktivitas value chain yang terkait dengan building block of competitive
advantages dari perusahaan d-Bodhi, dalam rangka bersaing dalam industri
furniture di pasar domestik maupun global (internasional).
1.2. Rumusan Masalah
Untuk dapat memasuki pasar Indonesia, perusahaan d-Bodhi harus mampu
bersaing dengan perusahaan furniture yang telah ada di Indonesia. Ketatnya
persaingan mengharuskan setiap pemain dalam industry furniture melakukan
improvisasi dan inovasi terhadap kinerja manajemen rantai nilai (value chain)
guna mengatasi dan mengantisipasi perubahan permintaan oleh pelanggan dengan
mengutamakan kualitas, harga yang bersaing dengan persediaan produk yang
tetap terkontrol agar tetap dapat “survive” dalam bersaing mengembangkan dan
merebut pangsa pasar.
Pengalaman empiris sejumlah perusahaan menunjukkan kinerja rantai nilai
(value chain) sangat menunjang keberhasilan perusahaan dalam memenangkan
persaingan. Menurut sejumlah literatur kinerja rantai nilai adalah seluruh
rangkaian kegiatan untuk membawa bahan baku dari produsen hingga sampai
ketangan konsumen.
Serangkaian proses panjang tersebut harus dikelola dengan baik oleh dBodhi untuk menciptakan kepuasan terhadap pelanggan, sehingga pelanggan
9
mendapat produk yang tersedia pada waktu yang tepat, dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat, dan dengan harga yang sesuai.
1.3.Pertanyaan Penilitian
Bertolak dari uraian diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini, Bagaimana Kinerja Value Chain d-Bodhi Menghadapi Persaingan
Industri Furniture Di Indonesia ?”. Secara rinci rumusan masalah tersebut adalah,
 Apa saja aktivitas-aktivitas dalam perusahaan d-Bodhi yang dapat
membantu perusahaan tersebut sehingga dapat unggul dalam bersaing
di industri furniture di Indonesia?
 Apa saja aktivitas-aktivitas dalam perusahaan d-Bodhi yang perlu
dibenahi agar perusahaan dapat lebih unggul dalam bersaing dalam
industri furniture di Indonesia melalui analisis building block?
1.4.Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dungkapkan di muka, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Value Chain perusahaan d-Bodhi
Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Industri furniture.
1.5.Pembatasan masalah
a. Subyek studi adalah industry furniture d-Bodhi, dengan mengambil studi
kasus pada salah satu cabangnya di Indonesia yang terletak di Daerah
Istimewa Jogjakarta. Tepatnya Jln. Bantul KM 4, Jogjakarta
b. Masalah yang akan dibahas adalah kinerja Value Chain dalam rangka
menghadapi persaingan industry furniture sejenis baik domestik maupun
global atau internasional.
10
c. Penilaian kinerja rantai nilai (Building Blocks of Competitive Advantages
System) dalam penelitian ini menggunakan empat indikator yaitu
fleksibilitas, kualitas produk, responsifitas dan efisiensi biaya.
d. Hasil analisis digunakan sebagai masukan dalam merumuskan strategi
bersaing dalam bisnis furniture sejenis oleh d-Bodhi.
1.6.Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, manfaat atau kegunaan yang
diharapkan adalah berupa sejumlah rekomendasi masukan bagi manajemen dBodhi dalam mengembangkan mindset tentang strategi bersaing. Dengan
demikian manajemen d-Bodhi lebih siap menghadapi persaingan dalam industry
furniture yang semakin ketat di Indonesia.
1.7. Sistematika
Penelitian ini ditulis dalam lima bab, dengan sistematika seperti yang
dijelaskan di bawah ini.

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari tujuh sub-bab, yaitu latar belakang, perumusan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori
Pada bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yang kemudian teori tersebut akan dipakai untuk membuat
analisis yang akan dicantumkan pada Bab IV.
11

Bab III Profil Perusahaan
Pada bab ini akan dijelaskan profil perusahaan secara singkat, seperti produkproduk yang dihasilkan, visi dan misi dan struktur organisasi di dalam
perusahaan.

Bab IV Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini akan dijelaskan data-data yang diambil untuk melakukan
analisis. Kemudian juga akan dijelaskan hasil analisis dari data yang ada dan
teori yang dijelaskan pada bab II sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
analisis pada bab IV sebelumnya, dan saran yang bisa diajukan kepada
perusahaan yang dijadikan objek di dalam penelitian ini.
12
Download