Data Kalibrasi hara K - Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

advertisement
JURNAL AGROTEKNOS Maret 2011
Vol.1. No.1. hal. 1-7
ISSN: 2087-7706
PENGARUH STATUS HARA KALIUM TANAH TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN NENAS
The Effect of Soil Potassium Status on the Growth
and Production of Pineapple
LA ODE SAFUAN1*), ROEDHY POERWANTO2), ANAS D. SUSILO2), SOBIR2)
1) Jurusan
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari.
Agronomi dan Hartikultura Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
2) Departemen
ABSTRACT
The aims of the research were: 1. to investigate effect of potassium status on
pineapple growth and production and N, P, K nutrient uptake , and 2. to determine the
critical level of potassium for pineapple. The research was conducted using randomized
blocked design with five soil K dosages: Ksr = 0 kg K2O ha-1, Kr = 70 kg K2O ha-1, Km = 140 kg
K2O ha-1, Kt = 210 kg K2O ha-1 and Kst = 280 kg K2O ha-1. The plant growth, N, P, K nutrient up
take and pineapple production were affected by soil potassium status and dosage of
potassium application. The critical level of potassium for pineapple “D” leaf was 1.71% of
dry matter.
Key words: Growth, production, nutrient status, potassium.
1
PENDAHULUAN
Kalium (K) merupakan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk
mendukung pertumbuhan tanaman nenas
(Malezieux dan Bartholomew, 2003). Tetapi
ketersediaannya dalam tanah umumnya
rendah, sehingga kekurangan K selalu menjadi
faktor
pembatas
untuk
meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanamanan nenas,
karena sebahagian besar K tanah berada
dalam bentuk tidak tersedia. Blake et al.
(1999) menjelaskan bahwa kadar K total
dalam tanah berkisar antara 0.01% sampai
4% tergantung pada jenis tanah, namun hanya
2% dari jumlah tersebut yang berada dalam
bentuk larutan maupun K yang dapat
dipertukarkan, sedangkan 98% sisanya
berada dalam bentuk mineral atau K
struktural yang tidak tersedia bagi tanaman.
Pada tanah-tanah tropika, kandungan K total
bisa menurun lebih cepat karena curah hujan
dan temperatur tinggi yang terus menerus
(Havlin et al., 1999).
*)Alamat
korespondensi:
E-mail: [email protected]
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
untuk meningkatkan
pertumbuhan dan
produktifitas tanaman nenas, perlu dilakukan
pemupukan dengan kalium, karena menurut
Kelly (1993) tanaman nenas membutuhkan
kalium dalam jumlah yang banyak untuk
metabolisme karbohidrat dan nitrogen dan
untuk berfungsinya stomata secara normal.
Kekurangan
kalium
akan
mengurangi
fotosintesis dan selanjutnya pertumbuhan,
dan berat buah yang dihasilkan akan
berkurang. Namun demikian pemupukan K
harus dilakukan secara efisien sesuai dengan
kebutuhan tanaman, karena pemberian
pupuk K yang lebih tinggi dapat menurunkan
serapan hara Ca dan Mg yang pada akhirnya
dapat menurunkan pertumbuhan dan
produksi tanaman (Zeng et al., 2001).
Pemupukan yang rasional dan berimbang
dapat tercapai apabila dalam pemupukan
memperhatikan status hara dan dinamika
hara tanah serta kebutuhan tanaman akan
hara tersebut untuk mencapai produksi yang
optimum. Pendekatan ini dapat dilaksanakan
dengan baik dan menguntungkan apabila
rekomendasi pemupukan dilandasi oleh hasil
penelitian uji tanah. Oleh karena itu tujuan
2
SAFUAN ET AL.
penelitian ini adalah untuk:. (1) mengetahui
pengaruh
status
hara
K
terhadap
pertumbuhan dan produksi serta serapan hara
N, P dan K tanaman nenas, (2) menentukan
status hara K tanah, dan (3) menentukan batas
kritis hara K tanaman nenas.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat. Penelitian ini
dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian IPB, Sawah Baru, Darmaga dari
Maret 2004 sampai Desember 2006. Analisis
tanah dan jaringan tanaman dilakukan di
Laboratorium Departemen IlmuTanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB,
Bogor, dan Laboratorium Pusat Penelitian
Tanah Bogor.
Rancangan
Percobaan.
Penelitian
kalibrasi uji tanah hara kalium disusun
berdasarkan Rancangan Acak Kelompok
(RAK), yang terdiri atas lima taraf status hara
K: Ksr = 0 kg K2O ha-1, Kr = 70 kg K2O ha-1, Km
= 140 kg K2O ha-1, Kt = 210 kg K2O ha-1, dan Kst
= 280 kg K2O ha-1. Setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga kali, sehingga jumlah unit
perlakuan adalah 15 unit perlakuan.
Pengolahan Tanah.
Tanah terlebih
dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan
gulma, selanjutnya dilakukan pengolahan
tanah dengan menggunakan cangkul sebanyak
dua kali.
Pengolahan pertama dilakukan
untuk membuat bongkahan-bongkahan tanah,
selanjutnya dilakukan pengolahan kedua
untuk
menghaluskan
tanah
dan
membersihkan tanah dari sisa-sisa akar
tanaman. Setelah pengolahan tanah selesai,
maka dilakukan pembuatan petak-petak
percobaan dengan ukuran 3 m x 2 m dengan
tinggi 20 cm. Jarak antar petak percobaan
adalah 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
Pembuatan Status Hara K. Kegiatan awal
setelah pengolahan tanah adalah pembuatan
status hara yaitu mulai dari sangat rendah
(OX), rendah (1/4 X), sedang (1/2 X), tinggi
(3/4 X) dan sangat tinggi (X). Dimana X
adalah jumlah K yang diberikan untuk
mencapai 0.6 me K/100 g tanah dengan
pengekstrak NH4OAc pH 7.0 (Suleman et al. ,
2000). Hasil uji tanah awal menunjukkan
bahwa kadar hara K tanah adalah 0,30
me/100 g tanah, dengan demikian maka untuk
mencapai status hara sebesar 0,6 me K/100 g
tanah masih diperlukan penambahan sebesar
J. AGROTEKNOS
0,3 me K/100 g tanah atau 0,3 x 39 mg K/100
g tanah = 11,7 mg K/100 g tanah = 14,04 mg
K2O/100 g tanah = 280,8 g K2O/ha,
digenapkan menjadi 280 kg K2O per hektar.
Sumber hara untuk pembuatan status hara
K adalah dari pupuk KCl (60% K2O). Cara
pemberiannya dilakukan dengan cara sebar
secara merata pada permukaan tanah di setiap
unit percobaan, kemudian dicangkul sehingga
tercampur secara merata dengan tanah dan
dibiarkan selama 8 bulan. Sebelum dilakukan
pengolahan tanah dan pemberian kapur serta
aplikasi pemupukan pada setiap status hara
terlebih dahulu dilakukan pengambilan
sampel tanah pada setiap status hara untuk
dianalisis dengan menggunakan metode
ekstraksi uji tanah hara K dengan pengekstrak
Bray-1 karena hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa metode ekstraksi Bray-1
merupakan metode ektraksi terpilik untuk uji
tanah hara kalium pada tanaman nenas.
Metode analisis tanah dilakukan berdasarkan
metode analisis uji tanah yang disusun oleh
Suleman dan Eviati (2002).
Aplikasi Pupuk Setiap Status Hara K.
Kegiatan tahap kedua
adalah aplikasi
pemupukan yaitu aplikasi pupuk N dan P pada
setiap status hara K tanah. Pada aplikasi
pemupukan tersebut diberikan pupuk dasar
berupa Urea (46% N) dan SP 36 (36% P2O5)
dengan dosis masing-masing 300 kg N ha-1 dan
200 kg P2O5 ha-1. Pemupukan dilakukan 3 kali
secara larikan sejajar barisan tanaman yaitu
bersamaan waktu tanam, 6 bulan sesudah
tanam dan 9 bulan sesudah tanam. Setiap kali
aplikasi diberikan sepertiga dari dosis pupuk
tersebut.
Pengapuran dan Penanaman. Sebelum
pengapuran, contoh tanah secara komposit
diambil pada setiap status hara tanah yang
telah dibuat,
kemudian dianalisis untuk
mengetahui kadar hara
K tanah yang
terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi.
Pengapuran
dengan
kapur
dolomit
(CaMg(CO)2) dilakukan 2 minggu sebelum
tanam dengan dosis 1 x Al-dd yang dilakukan
dengan cara disebar secara merata keseluruh
permukaan petak unit percobaan, dan
dicangkul hingga merata dengan tanah.
Selanjutnya pada petak percobaan yang
berukuran 3 m x 2 m ditanami bibit tanaman
nenas Smooth Cayenne Subang dengan jarak
tanam 75 cm x 30 cm.
Vol. 1 No.1, 2011
Pemeliharaan Tanaman.
Pemeliharahaan tanaman meliputi pengendalian gulma,
hama dan penyakit. Untuk mengendalikan
serangan patogen yang merusak akar, maka
setiap lubang tanam diberi Furadan-3G
sebanyak 2 g per lubang sebelum penanaman.
Tanaman juga disemprot dengan Diazinon
untuk mengendalikan penyakit dengan
volume semprotan 400 liter ha-1 pada
konsentrasi 1.5 ppm, sedangkan penyiangan
dilakukan setiap bulan sekali.
Pengamatan. Parameter yang diamati
meliputi 3 aspek yaitu; hara, pertumbuhan
dan produksi tanaman sebagai berikut : (1).
Kadar hara K tanah pada setiap status hara K
tanah dilakukan 1 kali yaitu sebelum
pengolahan tanah.
(2). Kadar hara dan
serapan hara N, P, K daun dilakukan pada saat
tanaman mulai berbunga. Sampel helai daun
yang dianalisis adalah daun“D” yaitu daun
paling
muda
yang
sudah
mencapai
pertumbuhan maksimal, biasanya juga
merupakan daun yang paling panjang.
Bahagian dasar daun yang putih yang tidak
mengandung klorofil dibuang (Jones et al.
1991). Serapan hara = Kadar hara x berat
kering daun“D” tanaman nenas. (3). Jumlah
daun pada saat tanaman berumur 6 bulan dan
9 bulan sesudah tanam serta pada saat
tanaman mulai berbunga. (4). Tinggi tanaman
pada saat tanaman berumur 6 bulan dan 9
bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman
mulai berbunga. (5). Panjang dan diameter
buah. (6). Berat buah dan berat makhota
pertanaman, serta produksi buah per hektar.
Status Hara Kalium terhadap Produksi Nenas
3
(7). Kadar padatan terlarut total buah nenas
dianalisis setelah panen dengan menggunakan
Hand refraktormeter.
Analisis Data. Data hasil pengamatan
dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil
analisis menunjukkan pengaruh yang nyata
pada taraf nyata 0.05, dilakukan uji ortogonal
untuk mengetahui pola respon tanaman
terhadap status hara K Tanah.
Penentuan Batas Kritis Hara K Tanaman
Nenas. Untuk menentukan batas kritis hara K
tanaman nenas, juga menggunakan prosedur
tersebut di atas, namun sebagai variabel
bebasnya (X) adalah kadar hara daun tanaman
nenas yang diukur pada saat tanaman mulai
berbunga. Batas kritis kadar hara K tanaman
nenas ditentukan berdasarkan metode Cate
dan Nelson (1971).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman. Hasil
analisis ragam pengaruh kadar hara K tanah
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah daun pada saat tanaman berbunga dan
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman pada saat tanaman berbunga. Untuk
mengetahui pola respon pengaruh kadar hara
K tanah terhadap jumlah daun dan tinggi
tanaman nenas, dilakukan uji ortogonal
seperti disajikan pada Tabel 1. Hasil uji
ortogonal menunjukkan bahwa kadar hara K
tanah memberikan pengaruh yang bersifat
linier terhadap pertambahan jumlah daun dan
tinggi tanaman nenas.
Tabel 1. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 dan 9 bulan
sesudah tanam dan pada saat tanaman berbunga
Jumlah Daun (helai) pada saat
Tinggi Tanaman (cm) pada saat
Kadar K tanah
(ppm K2O)
6 Bulan
9 Bulan
Berbunga
6 Bulan
9 Bulan
Berbunga
4.63
31.82
45.38
46.23
63.73
87.16
99.93
12.23
32.72
46.28
47.82
67.26
91.42
106.18
18.47
31.15
46.55
49.10
65.28
92.59
108.27
21.00
32.35
46.12
50.65
70.06
93.26
110.53
31.20
32.72
48.00
49.97
70.42
96.73
111.75
F test
tn
tn
*
tn
tn
**
Pola respon
Ltn Qtn
Ltn Qtn
L** Qtn
Ltn Qtn
Ltn Qtn
L** Qtn
Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar hara K tanah terhadap jumlah daun dan
tinggi tanaman. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik. ** = nyata pada
taraf nyata 0.01, * = nyata pada taraf nyata 0.05, tn = tidak nyata.
Sebagai salah satu unsur hara penting bagi
tanaman, ketersediaan hara kalium tanah
menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pertambahan jumlah daun dan
tinggi tanaman nenas di lapangan. Tabel 1,
menunjukkan bahwa, meskipun pada saat
tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan
sesudah tanaman belum nampak pengaruh
4
SAFUAN ET AL.
perbedaan kadar hara kalium tanah terhadap
jumlah daun dan tinggi tanaman, tetapi ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar
hara kalium tanah akan diikuti peningkatan
jumlah daun dan tinggi tanaman. Tanah
dengan kadar hara kalium 31.2 ppm K2O
menghasilkan tanaman yang tinggi dan jumlah
daun yang banyak. Berarti bahwa untuk
memperoleh petumbuhan tanaman nenas
yang baik perlu dilakukan pemupukan dengan
kalium.
Serapan Hara N, P dan K. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa kadar hara K
tanah memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap serapan hara N, P, K tanaman
nenas. Penambahan K dibutuhkan untuk
meningkatkan penyerapan K, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan tanaman nenas karena
unsur hara K merupakan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk
mendukung pertumbuhan
tanaman nenas
(Malezieux
dan
Bartholomew,
2003).
Banuelos et al. (2002) mengemukakan bahwa
kalium memegang peranan penting dalam
fungsi sel termasuk pengaturan: (1) turgor,
(2) keseimbangan muatan, dan (3) potensial
membran dan aktivitas membran sitosol.
Pemeliharaan turgor tanaman sangat penting
untuk berfungsinya proses fotosintesis dan
metabolisme secara baik.
Tanaman juga
membutuhkan K untuk pembentukan ATP,
yang dihasilkan dalam proses fotosintesis dan
respirasi (Havlin et al., 1999), karena ATP
merupakan sumber energi utama bagi
berlangsungnya proses metabolisme tanaman.
J. AGROTEKNOS
Total penyerapan N dan sintesis protein
mengalami penurunan pada tanaman yang
kekurangan K (Havlin et al., 1999). Berarti
bahwa, peningkatan serapan hara K pada
tanaman yang tumbuh pada tanah yang
mempuyai kadar hara K yang tinggi atau
memperoleh
pemupukan
K
akan
meningkatkan serapan hara N serta sintesis
protein.
Penyerapan K akan meningkatkan tekanan
turgor sel penjaga, keadaan ini menyebabkan
stomata membuka sehingga meningkatkan
asimilasi CO2 selama fototsintesis. Dengan
demikian maka dibutuhkan pembentukan ATP
dalam
jumlah
yang
banyak
untuk
mentranslokasikan asimilat ke berbagai organ
tanaman yang kemudian digunakan untuk
pertumbuhan maupun ditimbun dalam organ
penyimpanan seperti buah. Oleh karena itu,
dalam kondisi demikian tanaman akan
menyerap hara P dan N dalam jumlah banyak
karena kedua unsur hara tersebut merupakan
unsur penyusun senyawa ATP.
Hasil uji ortogonal pada Tabel 2,
menunjukkan bahwa peningkatan kadar hara
K tanah selain memberikan pengaruh yang
bersifat linier, juga menunjukkan pengaruh
yang bersifat kuadratik terhadap serapan hara
N, P dan K berarti bahwa peningkatan kadar
hara K tanah dapat meningkatkan serapan
hara N, P dan K, tetapi pada kadar hara K yang
semakin tinggi akan mengurangi serapan hara
N dan P bagi tanaman nenas.
Namun
demikian pengaruh pemupukan K masih tetap
menunujukkan pengaruh yang bersifat linier
terhadap peningkatan serapan hara N dan P.
Tabel 2. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap serapahan hara N, P, dan K daun “D” tanaman nenas
Kadar hara K tanah (ppm
Serapan hara daun ”D”
K2O)
Hara N (g/helai)
Hara P (g/helai)
Hara K(g/helai)
4.63
61.74
17.25
58.05
12.23
72.72
20.67
84.24
18.47
79.64
18.50
154.67
21.00
82.70
23.72
199.41
31.20
77.00
21.28
180.09
F test
**
**
**
Pola respon
L** Q**
L** Q**
L** Q**
Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar hara K tanah dan pupuk K terhadap
serapan hara N dan P tanaman nenas. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik.
** = nyata pada taraf nyata 0.01, tn = tidak nyata.
Ketika pupuk K diberikan kedalam tanah
maka setelah bereaksi dengan air dalam
larutan tanah, kation K+ akan bergerak ke
kompleks
pertukaran
sehingga
dapat
menggeser kation lainnya dari kompleks
pertukaran. Demikian juga apabila kadar K
tanah semakin meningkat maka kompleks
pertukaran akan didominasi oleh K. Dalam
Vol. 1 No.1, 2011
kondisi demikian, kation-kation lain seperti
Ca2+, Na+, Mg2NH4+, Mn2+, dan Al3+ akan
bergerak ke dalam larutan tanah sehingga
mudah tersedia untuk diserap oleh tanaman,
tetapi apabila tidak digunakan oleh tanaman
maka kation-kation tersebut akan mudah
tercuci sehingga menjadi tidak tersedia bagi
tanaman. Apabila kadar Mn dan Al berada
dalam jumlah yang banyak, dapat meracuni
tanaman. Selain itu, Al juga dapat mengikat P
sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan serapan
hara N dan P pada kondisi status hara K tanah
yang sangat tinggi.
Peningkatan serapan hara K disebabkan
oleh tingginya kadar hara K tanah. Namun
demikian, dengan meningkatnya kadar hara K+
dalam tanah, akan menyebabkan kompetisi
dengan kation lain seperti Ca2+ dan Mg2+ untuk
diserap oleh tanaman, sehingga penyerapakan
K yang tinggi dapat mengurangi penyerapan
Ca2+ dan Mg2+ (Havlin et al., 1999). Demikian
pula Jones (1998) menjelaskan bahwa
konsentrasi K yang tinggi akan menghambat
serapan Mg dan Ca sehingga menyebabkan
terjadinya defisiensi Mg dan Ca. Disisi lain,
keseimbangan Ca dan Mg terhadap K dalam
tanaman sangat penting. Ketidak seimbangan
antara kadar hara dalam tanah dan jaringan
Status Hara Kalium terhadap Produksi Nenas
5
tanaman
dapat
menyebabkan
laju
pertumbuhan tanaman berkurang, sehingga
serapan hara K juga akan semakin menurun.
Produksi Tanaman Nenas. Hasil analisis
ragam pengaruh kadar hara K tanah terhadap
berbagai komponen produksi tanaman nenas,
menunjukkan bahwa kadar hara K tanah
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap diameter buah, dan pengaruh nyata
terhadap; panjang buah, berat buah tanpa
mahkota, dan produksi buah per hektar.
Tetapi tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap berat mahkota dan padatan
terlarut total.
Rata–rata pengaruh kadar hara kalium
tanah terhadap komponen produksi pada
Tabel 3, menunjukkan bahwa kadar hara K
memberikan pengaruh yang bersifat linier dan
sangat nyata terhadap berat buah, panjang
buah, diameter buah, dan produksi buah (ton
ha-1). Peningkatan kadar kalium tanah sampai
31.20 ppm K2O, masih diikuti oleh
peningkatan: berat buah, berat mahkota,
panjang buah, diameter buah, dan produksi
buah (ton ha-1), sedangkan pengaruh kadar
hara K terhadap parameter berat mahkota dan
padatan terlarut total tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata.
Tabel 3. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter
buah, produksi buah dan padatan terlarut total
Kadar hara K
tanah
(ppm K2O)
Kompen produksi tanaman nenas
Berat
Berat
Panjang
Diameter
Produksi
Padatan
Buah
Mahkota (g)
Buah (cm)
Buah (cm)
Buah
terlarut
(g)
(ton/ha)
total (%)
4.63
1555
281
17.38
12.51
62.21
14.92
12.23
1759
281
18.59
13.04
70.35
15.12
18.47
1830
284
18.90
13.22
73.20
15.50
21.00
1843
304
18.68
13.16
73.73
15.27
31.20
1993
285
19.78
13.49
79.71
14.94
F test
*
tn
*
**
*
tn
Pola respon
L** Qtn
Ltn Qtn
L** Qtn
L** Qtn
L** Qtn
Ltn Qtn
Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar hara K tanah terhadap berat buah,
berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah dan padatan terlarut total. Pola
respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik. ** = nyata pada taraf nyata 0.01. * = nyata
pada taraf nyata 0.05, tn = tidak nyata. (Buah tanpa makhota).
Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa
tanah yang mempunyai kandungan hara K
sebesar 4.63 ppm K2O, sangat membutuhkan
pemupukan kalium untuk meningkatkan
kadar hara K tanah sehingga dapat
mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman secara optimal. Pengaruh pemberian
berbagai dosis pupuk kalium pada Tabel 31,
menunjukkan bahwa pemupukan kalium
menujukkan pengaruh yang bersifat linier
terhadap berbagai para meter komponen
produksi tanaman nenas: berat buah (g), berat
mahkota (g), panjang buah (cm), diameter
buah (cm), dan produksi buah (ton ha-1).
Dalam penelitian ini, pengaruh dosis pupuk
kalium terhadap berat mahkota dan padatan
SAFUAN ET AL.
terlarut total tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata.
Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa
unsur hara kalium sangat dibutuhkan oleh
tanaman nenas untuk memperoleh produksi
yang tinggi. Malezieux dan Bartholomew
(2003) mengemukakan bahwa, kalium
dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk
mendukung pertumbuhan tanaman nenas.
Kekurangan
kalium
akan
mengurangi
produksi
fotosintesis
dan
selanjutnya
pertumbuhan tanaman, berat buah dan tunas
buah (Kelly 1993). Kekurangan kalium juga
menyebabkan
buah
yang
dihasilkan
mempunyai kandungan gula dan asam yang
rendah dan berwarna pucat (Py et al., 1987).
Elumalai et al. (2002) mengemukakan bahwa
kalium diperlukan untuk akumulasi dan
translokasi karbonat yang baru saja dibentuk
tanaman dari hasil fotosintesis. Selain itu, ion
K+ memfasilitasi beberapa respon fisiologi
pada tanaman, termasuk pembukaan dan
penutupan stomata, gerakan daun dan
regulasi
polarisasi
membran.
Kalium
merupakan pengaktif dari sejumlah besar
enzim penting untuk fotosintesis dan
respirasi, juga mengaktifkan enzim yang
diperlukan untuk pembentukan pati dan
protein (Marschner, 1995).
Batas Kritis Hara Tanaman Nenas.
Analisis tanaman adalah sebagai bagian
integral dalam program pengujian tanah saat
ini (Tan, 1996). Dalam analisis jaringan, daun
merupakan bagian tanaman yang biasa
digunakan untuk analisis unsur hara tanaman,
karena kadar hara dalam daun diasumsikan
sebagai refkleksi dari status hara dalam tanah.
Hal ini disebabkan karena terbukti, bahwa
kadar hara tanaman berkorelasi secara nyata
dengan kadar hara tanah, hasil tanaman dan
beberapa faktor kualitas tanaman.
Hasil penentuan batas kadar hara K daun
tanaman nenas berdasarkan metode Cate dan
Nelson pada Gambar 1, menunjukkan bahwa
batas kritis kadar hara K daun ”D” untuk
tanaman nenas adalah 1.71% bobot kering.
Berarti bahwa apabila kadar hara K daun “D”
tanaman nenas berada dibawah kadar hara
tersebut, perlu dilakukan pemupukan kalium
untuk meningkatkan kadar hara K daun
sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan
produksi yang optimal. Jones et al. (1991)
J. AGROTEKNOS
mengemukakan bahwa status hara K daun
tanaman terdiri atas tiga kelas: rendah
(<2.2%), cukup (2.2-3.0%), dan tinggi
(>3.0%).
100
90
Hasil relatif (%)
6
80
70
Batas
60
kritis
50
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
Kadar K daun "D" (%)
Gambar 1. Hubungan antara kadar hara K daun
“D” dengan hasil relatif
SIMPULAN
Berdasarkan uraian pada hasil dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan :
1. Pertumbuhan dan serapan hara N, P, K
serta
produksi
tanaman
nenas
dipengaruhi oleh kadar hara tanah.
2. Untuk meningkatkan produksi dan kulitas
buah tanaman nenas sangat diperlukan
perbaikan status hara Kalium tanah.
3. Batas kritis kadar hara K daun ”D”
tanaman nenas adalah 1.71% bobot
kering.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
Menristek R.I., dan Pusat Kajian Buah Tropika,
LPPM, IPB, Bogor yang telah membiayai
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Banuelos MA, Graciadeblas B, Cubero B, and
Navarro AR. 2002. Inventory and functional
characterization of the hak potassium
transporters of rice. Plant Physiology , 130:
784-795.
Blake L, S Mercik, M Koerschens, KWT Goulding, S
Stempen, A Weigel, PR Poulton and DS Powlson.
1999. Potassium content in soil, uptake in
plants and potasium balance in three European
long-term field experiments. Plant and Soil
216:1 – 14.
Elumalai RP, Nagpal P, and Reed JW. 2002. A
mutation in the Arabidopsis Kt2/Kup2
potassium transporter gene affects shoot cell
expansion. Plant Cell, 14: 119-131.
Vol. 1 No.1, 2011
Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, and Nelson WL.
1999.
Soil Fertility and Ferlitizer; An
Introduction to Nutrient Management. Sixth
edition. New Jersey: Prentice Hall. Upper
Saddle River.
Jones JB, Wolf B, and Mills HA. 1991. Plant
Analysis Hanbook, a Practical Sampling,
Preparation, Analysis, and Interpretation Guide.
USA: Macro-Micro Pub. Inc.
Jones JB. 1998. Plant Nutrition Manual. New York:
CRC Press.
Kelly DS. 1993. Nutritional disorders. Di dalam:
Broadley RH, Wasman III RC, and Sinclair EC .
Editor. Pineapple Pests and Disordes. Australia.
Queensland Dept. of Primary Industries. Hlm 33
– 42.
Malezieux E and Bartholomew DP. 2003. Plant
Nutrition. di dalam: Bartholomew DP, Paul RE
and Rohrbach KG. Edited. The Pineapple Botany,
Production and Uses. USA. New York. CABI
Pulising. Hlm. 143-166.
Status Hara Kalium terhadap Produksi Nenas
7
Py C, Lacoeuilhe JJ and Teisson C. 1987. The
Pineapple, Cultivation and Uses. Editions G.-P.
Maisonneuve, Paris.
Suleman dan Eviati. 2002. Metode Analisis Uji
Tanah. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat.
Suleman, Eviati S, Atikah, dan Sri Adiningsih J.
2000.
Hubungan kuantitas dan intensitas
kalium untuk menduga kemampuan tanah
dalam persediaan hara kalium. Di dalam:
Prosiding
Seminar
Nasional
Reorientasi
Pendayagunaan Sumberdaya Tanah, Iklim dan
Pupuk. Cipayung –Bogor, 31 Oktober – 2
Nopember 2000. hlm 125-140.
Tan KH. 1996. Soil Sampling, Preparation, and
Analysis. Madison Avenue, New York. Marcel
Dekker, Inc.
Zeng Q, Brown PH, and Holtz BA. 2001. Potassium
fertilization affects soil K, leaf K concentration,
and nut yield and quality of mature pistachio
trees. Hort Science. 36 (1) : 85 – 89.
Download