JURNAL AGROTEKNOS Maret 2011 Vol.1. No.1. hal. 1-7 ISSN: 2087-7706 PENGARUH STATUS HARA KALIUM TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN NENAS The Effect of Soil Potassium Status on the Growth and Production of Pineapple LA ODE SAFUAN1*), ROEDHY POERWANTO2), ANAS D. SUSILO2), SOBIR2) 1) Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. Agronomi dan Hartikultura Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. 2) Departemen ABSTRACT The aims of the research were: 1. to investigate effect of potassium status on pineapple growth and production and N, P, K nutrient uptake , and 2. to determine the critical level of potassium for pineapple. The research was conducted using randomized blocked design with five soil K dosages: Ksr = 0 kg K2O ha-1, Kr = 70 kg K2O ha-1, Km = 140 kg K2O ha-1, Kt = 210 kg K2O ha-1 and Kst = 280 kg K2O ha-1. The plant growth, N, P, K nutrient up take and pineapple production were affected by soil potassium status and dosage of potassium application. The critical level of potassium for pineapple “D” leaf was 1.71% of dry matter. Key words: Growth, production, nutrient status, potassium. 1 PENDAHULUAN Kalium (K) merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk mendukung pertumbuhan tanaman nenas (Malezieux dan Bartholomew, 2003). Tetapi ketersediaannya dalam tanah umumnya rendah, sehingga kekurangan K selalu menjadi faktor pembatas untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanamanan nenas, karena sebahagian besar K tanah berada dalam bentuk tidak tersedia. Blake et al. (1999) menjelaskan bahwa kadar K total dalam tanah berkisar antara 0.01% sampai 4% tergantung pada jenis tanah, namun hanya 2% dari jumlah tersebut yang berada dalam bentuk larutan maupun K yang dapat dipertukarkan, sedangkan 98% sisanya berada dalam bentuk mineral atau K struktural yang tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanah-tanah tropika, kandungan K total bisa menurun lebih cepat karena curah hujan dan temperatur tinggi yang terus menerus (Havlin et al., 1999). *)Alamat korespondensi: E-mail: [email protected] Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktifitas tanaman nenas, perlu dilakukan pemupukan dengan kalium, karena menurut Kelly (1993) tanaman nenas membutuhkan kalium dalam jumlah yang banyak untuk metabolisme karbohidrat dan nitrogen dan untuk berfungsinya stomata secara normal. Kekurangan kalium akan mengurangi fotosintesis dan selanjutnya pertumbuhan, dan berat buah yang dihasilkan akan berkurang. Namun demikian pemupukan K harus dilakukan secara efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena pemberian pupuk K yang lebih tinggi dapat menurunkan serapan hara Ca dan Mg yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Zeng et al., 2001). Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila dalam pemupukan memperhatikan status hara dan dinamika hara tanah serta kebutuhan tanaman akan hara tersebut untuk mencapai produksi yang optimum. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan apabila rekomendasi pemupukan dilandasi oleh hasil penelitian uji tanah. Oleh karena itu tujuan 2 SAFUAN ET AL. penelitian ini adalah untuk:. (1) mengetahui pengaruh status hara K terhadap pertumbuhan dan produksi serta serapan hara N, P dan K tanaman nenas, (2) menentukan status hara K tanah, dan (3) menentukan batas kritis hara K tanaman nenas. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian IPB, Sawah Baru, Darmaga dari Maret 2004 sampai Desember 2006. Analisis tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Departemen IlmuTanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Bogor, dan Laboratorium Pusat Penelitian Tanah Bogor. Rancangan Percobaan. Penelitian kalibrasi uji tanah hara kalium disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas lima taraf status hara K: Ksr = 0 kg K2O ha-1, Kr = 70 kg K2O ha-1, Km = 140 kg K2O ha-1, Kt = 210 kg K2O ha-1, dan Kst = 280 kg K2O ha-1. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga jumlah unit perlakuan adalah 15 unit perlakuan. Pengolahan Tanah. Tanah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma, selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul sebanyak dua kali. Pengolahan pertama dilakukan untuk membuat bongkahan-bongkahan tanah, selanjutnya dilakukan pengolahan kedua untuk menghaluskan tanah dan membersihkan tanah dari sisa-sisa akar tanaman. Setelah pengolahan tanah selesai, maka dilakukan pembuatan petak-petak percobaan dengan ukuran 3 m x 2 m dengan tinggi 20 cm. Jarak antar petak percobaan adalah 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Pembuatan Status Hara K. Kegiatan awal setelah pengolahan tanah adalah pembuatan status hara yaitu mulai dari sangat rendah (OX), rendah (1/4 X), sedang (1/2 X), tinggi (3/4 X) dan sangat tinggi (X). Dimana X adalah jumlah K yang diberikan untuk mencapai 0.6 me K/100 g tanah dengan pengekstrak NH4OAc pH 7.0 (Suleman et al. , 2000). Hasil uji tanah awal menunjukkan bahwa kadar hara K tanah adalah 0,30 me/100 g tanah, dengan demikian maka untuk mencapai status hara sebesar 0,6 me K/100 g tanah masih diperlukan penambahan sebesar J. AGROTEKNOS 0,3 me K/100 g tanah atau 0,3 x 39 mg K/100 g tanah = 11,7 mg K/100 g tanah = 14,04 mg K2O/100 g tanah = 280,8 g K2O/ha, digenapkan menjadi 280 kg K2O per hektar. Sumber hara untuk pembuatan status hara K adalah dari pupuk KCl (60% K2O). Cara pemberiannya dilakukan dengan cara sebar secara merata pada permukaan tanah di setiap unit percobaan, kemudian dicangkul sehingga tercampur secara merata dengan tanah dan dibiarkan selama 8 bulan. Sebelum dilakukan pengolahan tanah dan pemberian kapur serta aplikasi pemupukan pada setiap status hara terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel tanah pada setiap status hara untuk dianalisis dengan menggunakan metode ekstraksi uji tanah hara K dengan pengekstrak Bray-1 karena hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode ekstraksi Bray-1 merupakan metode ektraksi terpilik untuk uji tanah hara kalium pada tanaman nenas. Metode analisis tanah dilakukan berdasarkan metode analisis uji tanah yang disusun oleh Suleman dan Eviati (2002). Aplikasi Pupuk Setiap Status Hara K. Kegiatan tahap kedua adalah aplikasi pemupukan yaitu aplikasi pupuk N dan P pada setiap status hara K tanah. Pada aplikasi pemupukan tersebut diberikan pupuk dasar berupa Urea (46% N) dan SP 36 (36% P2O5) dengan dosis masing-masing 300 kg N ha-1 dan 200 kg P2O5 ha-1. Pemupukan dilakukan 3 kali secara larikan sejajar barisan tanaman yaitu bersamaan waktu tanam, 6 bulan sesudah tanam dan 9 bulan sesudah tanam. Setiap kali aplikasi diberikan sepertiga dari dosis pupuk tersebut. Pengapuran dan Penanaman. Sebelum pengapuran, contoh tanah secara komposit diambil pada setiap status hara tanah yang telah dibuat, kemudian dianalisis untuk mengetahui kadar hara K tanah yang terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi. Pengapuran dengan kapur dolomit (CaMg(CO)2) dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1 x Al-dd yang dilakukan dengan cara disebar secara merata keseluruh permukaan petak unit percobaan, dan dicangkul hingga merata dengan tanah. Selanjutnya pada petak percobaan yang berukuran 3 m x 2 m ditanami bibit tanaman nenas Smooth Cayenne Subang dengan jarak tanam 75 cm x 30 cm. Vol. 1 No.1, 2011 Pemeliharaan Tanaman. Pemeliharahaan tanaman meliputi pengendalian gulma, hama dan penyakit. Untuk mengendalikan serangan patogen yang merusak akar, maka setiap lubang tanam diberi Furadan-3G sebanyak 2 g per lubang sebelum penanaman. Tanaman juga disemprot dengan Diazinon untuk mengendalikan penyakit dengan volume semprotan 400 liter ha-1 pada konsentrasi 1.5 ppm, sedangkan penyiangan dilakukan setiap bulan sekali. Pengamatan. Parameter yang diamati meliputi 3 aspek yaitu; hara, pertumbuhan dan produksi tanaman sebagai berikut : (1). Kadar hara K tanah pada setiap status hara K tanah dilakukan 1 kali yaitu sebelum pengolahan tanah. (2). Kadar hara dan serapan hara N, P, K daun dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga. Sampel helai daun yang dianalisis adalah daun“D” yaitu daun paling muda yang sudah mencapai pertumbuhan maksimal, biasanya juga merupakan daun yang paling panjang. Bahagian dasar daun yang putih yang tidak mengandung klorofil dibuang (Jones et al. 1991). Serapan hara = Kadar hara x berat kering daun“D” tanaman nenas. (3). Jumlah daun pada saat tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman mulai berbunga. (4). Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman mulai berbunga. (5). Panjang dan diameter buah. (6). Berat buah dan berat makhota pertanaman, serta produksi buah per hektar. Status Hara Kalium terhadap Produksi Nenas 3 (7). Kadar padatan terlarut total buah nenas dianalisis setelah panen dengan menggunakan Hand refraktormeter. Analisis Data. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf nyata 0.05, dilakukan uji ortogonal untuk mengetahui pola respon tanaman terhadap status hara K Tanah. Penentuan Batas Kritis Hara K Tanaman Nenas. Untuk menentukan batas kritis hara K tanaman nenas, juga menggunakan prosedur tersebut di atas, namun sebagai variabel bebasnya (X) adalah kadar hara daun tanaman nenas yang diukur pada saat tanaman mulai berbunga. Batas kritis kadar hara K tanaman nenas ditentukan berdasarkan metode Cate dan Nelson (1971). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman. Hasil analisis ragam pengaruh kadar hara K tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada saat tanaman berbunga dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada saat tanaman berbunga. Untuk mengetahui pola respon pengaruh kadar hara K tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman nenas, dilakukan uji ortogonal seperti disajikan pada Tabel 1. Hasil uji ortogonal menunjukkan bahwa kadar hara K tanah memberikan pengaruh yang bersifat linier terhadap pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman nenas. Tabel 1. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 dan 9 bulan sesudah tanam dan pada saat tanaman berbunga Jumlah Daun (helai) pada saat Tinggi Tanaman (cm) pada saat Kadar K tanah (ppm K2O) 6 Bulan 9 Bulan Berbunga 6 Bulan 9 Bulan Berbunga 4.63 31.82 45.38 46.23 63.73 87.16 99.93 12.23 32.72 46.28 47.82 67.26 91.42 106.18 18.47 31.15 46.55 49.10 65.28 92.59 108.27 21.00 32.35 46.12 50.65 70.06 93.26 110.53 31.20 32.72 48.00 49.97 70.42 96.73 111.75 F test tn tn * tn tn ** Pola respon Ltn Qtn Ltn Qtn L** Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn L** Qtn Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar hara K tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik. ** = nyata pada taraf nyata 0.01, * = nyata pada taraf nyata 0.05, tn = tidak nyata. Sebagai salah satu unsur hara penting bagi tanaman, ketersediaan hara kalium tanah menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman nenas di lapangan. Tabel 1, menunjukkan bahwa, meskipun pada saat tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanaman belum nampak pengaruh 4 SAFUAN ET AL. perbedaan kadar hara kalium tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman, tetapi ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar hara kalium tanah akan diikuti peningkatan jumlah daun dan tinggi tanaman. Tanah dengan kadar hara kalium 31.2 ppm K2O menghasilkan tanaman yang tinggi dan jumlah daun yang banyak. Berarti bahwa untuk memperoleh petumbuhan tanaman nenas yang baik perlu dilakukan pemupukan dengan kalium. Serapan Hara N, P dan K. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kadar hara K tanah memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap serapan hara N, P, K tanaman nenas. Penambahan K dibutuhkan untuk meningkatkan penyerapan K, sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman nenas karena unsur hara K merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk mendukung pertumbuhan tanaman nenas (Malezieux dan Bartholomew, 2003). Banuelos et al. (2002) mengemukakan bahwa kalium memegang peranan penting dalam fungsi sel termasuk pengaturan: (1) turgor, (2) keseimbangan muatan, dan (3) potensial membran dan aktivitas membran sitosol. Pemeliharaan turgor tanaman sangat penting untuk berfungsinya proses fotosintesis dan metabolisme secara baik. Tanaman juga membutuhkan K untuk pembentukan ATP, yang dihasilkan dalam proses fotosintesis dan respirasi (Havlin et al., 1999), karena ATP merupakan sumber energi utama bagi berlangsungnya proses metabolisme tanaman. J. AGROTEKNOS Total penyerapan N dan sintesis protein mengalami penurunan pada tanaman yang kekurangan K (Havlin et al., 1999). Berarti bahwa, peningkatan serapan hara K pada tanaman yang tumbuh pada tanah yang mempuyai kadar hara K yang tinggi atau memperoleh pemupukan K akan meningkatkan serapan hara N serta sintesis protein. Penyerapan K akan meningkatkan tekanan turgor sel penjaga, keadaan ini menyebabkan stomata membuka sehingga meningkatkan asimilasi CO2 selama fototsintesis. Dengan demikian maka dibutuhkan pembentukan ATP dalam jumlah yang banyak untuk mentranslokasikan asimilat ke berbagai organ tanaman yang kemudian digunakan untuk pertumbuhan maupun ditimbun dalam organ penyimpanan seperti buah. Oleh karena itu, dalam kondisi demikian tanaman akan menyerap hara P dan N dalam jumlah banyak karena kedua unsur hara tersebut merupakan unsur penyusun senyawa ATP. Hasil uji ortogonal pada Tabel 2, menunjukkan bahwa peningkatan kadar hara K tanah selain memberikan pengaruh yang bersifat linier, juga menunjukkan pengaruh yang bersifat kuadratik terhadap serapan hara N, P dan K berarti bahwa peningkatan kadar hara K tanah dapat meningkatkan serapan hara N, P dan K, tetapi pada kadar hara K yang semakin tinggi akan mengurangi serapan hara N dan P bagi tanaman nenas. Namun demikian pengaruh pemupukan K masih tetap menunujukkan pengaruh yang bersifat linier terhadap peningkatan serapan hara N dan P. Tabel 2. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap serapahan hara N, P, dan K daun “D” tanaman nenas Kadar hara K tanah (ppm Serapan hara daun ”D” K2O) Hara N (g/helai) Hara P (g/helai) Hara K(g/helai) 4.63 61.74 17.25 58.05 12.23 72.72 20.67 84.24 18.47 79.64 18.50 154.67 21.00 82.70 23.72 199.41 31.20 77.00 21.28 180.09 F test ** ** ** Pola respon L** Q** L** Q** L** Q** Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar hara K tanah dan pupuk K terhadap serapan hara N dan P tanaman nenas. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik. ** = nyata pada taraf nyata 0.01, tn = tidak nyata. Ketika pupuk K diberikan kedalam tanah maka setelah bereaksi dengan air dalam larutan tanah, kation K+ akan bergerak ke kompleks pertukaran sehingga dapat menggeser kation lainnya dari kompleks pertukaran. Demikian juga apabila kadar K tanah semakin meningkat maka kompleks pertukaran akan didominasi oleh K. Dalam Vol. 1 No.1, 2011 kondisi demikian, kation-kation lain seperti Ca2+, Na+, Mg2NH4+, Mn2+, dan Al3+ akan bergerak ke dalam larutan tanah sehingga mudah tersedia untuk diserap oleh tanaman, tetapi apabila tidak digunakan oleh tanaman maka kation-kation tersebut akan mudah tercuci sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Apabila kadar Mn dan Al berada dalam jumlah yang banyak, dapat meracuni tanaman. Selain itu, Al juga dapat mengikat P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan serapan hara N dan P pada kondisi status hara K tanah yang sangat tinggi. Peningkatan serapan hara K disebabkan oleh tingginya kadar hara K tanah. Namun demikian, dengan meningkatnya kadar hara K+ dalam tanah, akan menyebabkan kompetisi dengan kation lain seperti Ca2+ dan Mg2+ untuk diserap oleh tanaman, sehingga penyerapakan K yang tinggi dapat mengurangi penyerapan Ca2+ dan Mg2+ (Havlin et al., 1999). Demikian pula Jones (1998) menjelaskan bahwa konsentrasi K yang tinggi akan menghambat serapan Mg dan Ca sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi Mg dan Ca. Disisi lain, keseimbangan Ca dan Mg terhadap K dalam tanaman sangat penting. Ketidak seimbangan antara kadar hara dalam tanah dan jaringan Status Hara Kalium terhadap Produksi Nenas 5 tanaman dapat menyebabkan laju pertumbuhan tanaman berkurang, sehingga serapan hara K juga akan semakin menurun. Produksi Tanaman Nenas. Hasil analisis ragam pengaruh kadar hara K tanah terhadap berbagai komponen produksi tanaman nenas, menunjukkan bahwa kadar hara K tanah memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap diameter buah, dan pengaruh nyata terhadap; panjang buah, berat buah tanpa mahkota, dan produksi buah per hektar. Tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat mahkota dan padatan terlarut total. Rata–rata pengaruh kadar hara kalium tanah terhadap komponen produksi pada Tabel 3, menunjukkan bahwa kadar hara K memberikan pengaruh yang bersifat linier dan sangat nyata terhadap berat buah, panjang buah, diameter buah, dan produksi buah (ton ha-1). Peningkatan kadar kalium tanah sampai 31.20 ppm K2O, masih diikuti oleh peningkatan: berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, dan produksi buah (ton ha-1), sedangkan pengaruh kadar hara K terhadap parameter berat mahkota dan padatan terlarut total tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Tabel 3. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah dan padatan terlarut total Kadar hara K tanah (ppm K2O) Kompen produksi tanaman nenas Berat Berat Panjang Diameter Produksi Padatan Buah Mahkota (g) Buah (cm) Buah (cm) Buah terlarut (g) (ton/ha) total (%) 4.63 1555 281 17.38 12.51 62.21 14.92 12.23 1759 281 18.59 13.04 70.35 15.12 18.47 1830 284 18.90 13.22 73.20 15.50 21.00 1843 304 18.68 13.16 73.73 15.27 31.20 1993 285 19.78 13.49 79.71 14.94 F test * tn * ** * tn Pola respon L** Qtn Ltn Qtn L** Qtn L** Qtn L** Qtn Ltn Qtn Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar hara K tanah terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah dan padatan terlarut total. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik. ** = nyata pada taraf nyata 0.01. * = nyata pada taraf nyata 0.05, tn = tidak nyata. (Buah tanpa makhota). Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa tanah yang mempunyai kandungan hara K sebesar 4.63 ppm K2O, sangat membutuhkan pemupukan kalium untuk meningkatkan kadar hara K tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk kalium pada Tabel 31, menunjukkan bahwa pemupukan kalium menujukkan pengaruh yang bersifat linier terhadap berbagai para meter komponen produksi tanaman nenas: berat buah (g), berat mahkota (g), panjang buah (cm), diameter buah (cm), dan produksi buah (ton ha-1). Dalam penelitian ini, pengaruh dosis pupuk kalium terhadap berat mahkota dan padatan SAFUAN ET AL. terlarut total tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa unsur hara kalium sangat dibutuhkan oleh tanaman nenas untuk memperoleh produksi yang tinggi. Malezieux dan Bartholomew (2003) mengemukakan bahwa, kalium dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk mendukung pertumbuhan tanaman nenas. Kekurangan kalium akan mengurangi produksi fotosintesis dan selanjutnya pertumbuhan tanaman, berat buah dan tunas buah (Kelly 1993). Kekurangan kalium juga menyebabkan buah yang dihasilkan mempunyai kandungan gula dan asam yang rendah dan berwarna pucat (Py et al., 1987). Elumalai et al. (2002) mengemukakan bahwa kalium diperlukan untuk akumulasi dan translokasi karbonat yang baru saja dibentuk tanaman dari hasil fotosintesis. Selain itu, ion K+ memfasilitasi beberapa respon fisiologi pada tanaman, termasuk pembukaan dan penutupan stomata, gerakan daun dan regulasi polarisasi membran. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim penting untuk fotosintesis dan respirasi, juga mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk pembentukan pati dan protein (Marschner, 1995). Batas Kritis Hara Tanaman Nenas. Analisis tanaman adalah sebagai bagian integral dalam program pengujian tanah saat ini (Tan, 1996). Dalam analisis jaringan, daun merupakan bagian tanaman yang biasa digunakan untuk analisis unsur hara tanaman, karena kadar hara dalam daun diasumsikan sebagai refkleksi dari status hara dalam tanah. Hal ini disebabkan karena terbukti, bahwa kadar hara tanaman berkorelasi secara nyata dengan kadar hara tanah, hasil tanaman dan beberapa faktor kualitas tanaman. Hasil penentuan batas kadar hara K daun tanaman nenas berdasarkan metode Cate dan Nelson pada Gambar 1, menunjukkan bahwa batas kritis kadar hara K daun ”D” untuk tanaman nenas adalah 1.71% bobot kering. Berarti bahwa apabila kadar hara K daun “D” tanaman nenas berada dibawah kadar hara tersebut, perlu dilakukan pemupukan kalium untuk meningkatkan kadar hara K daun sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi yang optimal. Jones et al. (1991) J. AGROTEKNOS mengemukakan bahwa status hara K daun tanaman terdiri atas tiga kelas: rendah (<2.2%), cukup (2.2-3.0%), dan tinggi (>3.0%). 100 90 Hasil relatif (%) 6 80 70 Batas 60 kritis 50 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 Kadar K daun "D" (%) Gambar 1. Hubungan antara kadar hara K daun “D” dengan hasil relatif SIMPULAN Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 1. Pertumbuhan dan serapan hara N, P, K serta produksi tanaman nenas dipengaruhi oleh kadar hara tanah. 2. Untuk meningkatkan produksi dan kulitas buah tanaman nenas sangat diperlukan perbaikan status hara Kalium tanah. 3. Batas kritis kadar hara K daun ”D” tanaman nenas adalah 1.71% bobot kering. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Menristek R.I., dan Pusat Kajian Buah Tropika, LPPM, IPB, Bogor yang telah membiayai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Banuelos MA, Graciadeblas B, Cubero B, and Navarro AR. 2002. Inventory and functional characterization of the hak potassium transporters of rice. Plant Physiology , 130: 784-795. Blake L, S Mercik, M Koerschens, KWT Goulding, S Stempen, A Weigel, PR Poulton and DS Powlson. 1999. Potassium content in soil, uptake in plants and potasium balance in three European long-term field experiments. Plant and Soil 216:1 – 14. Elumalai RP, Nagpal P, and Reed JW. 2002. A mutation in the Arabidopsis Kt2/Kup2 potassium transporter gene affects shoot cell expansion. Plant Cell, 14: 119-131. Vol. 1 No.1, 2011 Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, and Nelson WL. 1999. Soil Fertility and Ferlitizer; An Introduction to Nutrient Management. Sixth edition. New Jersey: Prentice Hall. Upper Saddle River. Jones JB, Wolf B, and Mills HA. 1991. Plant Analysis Hanbook, a Practical Sampling, Preparation, Analysis, and Interpretation Guide. USA: Macro-Micro Pub. Inc. Jones JB. 1998. Plant Nutrition Manual. New York: CRC Press. Kelly DS. 1993. Nutritional disorders. Di dalam: Broadley RH, Wasman III RC, and Sinclair EC . Editor. Pineapple Pests and Disordes. Australia. Queensland Dept. of Primary Industries. Hlm 33 – 42. Malezieux E and Bartholomew DP. 2003. Plant Nutrition. di dalam: Bartholomew DP, Paul RE and Rohrbach KG. Edited. The Pineapple Botany, Production and Uses. USA. New York. CABI Pulising. Hlm. 143-166. Status Hara Kalium terhadap Produksi Nenas 7 Py C, Lacoeuilhe JJ and Teisson C. 1987. The Pineapple, Cultivation and Uses. Editions G.-P. Maisonneuve, Paris. Suleman dan Eviati. 2002. Metode Analisis Uji Tanah. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Suleman, Eviati S, Atikah, dan Sri Adiningsih J. 2000. Hubungan kuantitas dan intensitas kalium untuk menduga kemampuan tanah dalam persediaan hara kalium. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan Sumberdaya Tanah, Iklim dan Pupuk. Cipayung –Bogor, 31 Oktober – 2 Nopember 2000. hlm 125-140. Tan KH. 1996. Soil Sampling, Preparation, and Analysis. Madison Avenue, New York. Marcel Dekker, Inc. Zeng Q, Brown PH, and Holtz BA. 2001. Potassium fertilization affects soil K, leaf K concentration, and nut yield and quality of mature pistachio trees. Hort Science. 36 (1) : 85 – 89.