Efek Sitotoksik Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia Catappa) Pada Sel Widr Barinta Widaryanti, Nur Khikmah dan Nunung Sulistiyani Program Studi Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Manggala Yogyakarta Jl. Bratajaya No. 25 Sokowaten Banguntapan Bantul email: [email protected] Abstrak Kanker adalah proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol disertai oleh invasi ke jaringan disekitarnya. Kemoterapi merupakan salah satu cara dalam pengendalian kanker, walaupun penemuan dan penggunaanya memberikan hasil yang baik namun memiliki toksisitas yang tinggi. Bahan alam dinilai memberikan prospek sebagai alternatif penghambat sel kanker, karena dianggap tidak memiliki efek samping yang mebahayakan. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui efek sitotoksik ekstrak daun ketapang pada sel kanker usus besar WiDr. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan terapi kanker. Daun ketapang dimaserasi menggunakan pelarut kloroform, etil asetat dan metanol. Uji sitotoksik ketiga ekstrak daun ketapang pada sel WiDr dilakukan dengan MTT cel viability Assay. Uji morfologi apoptosis dilakukan dengan pewarnaan ganda etidium bromida/ akridin oranye dan diamati menggunakan mikroskop fluoresen. Hasil penelitian menunjukan menunjukkan bahwa ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol dapat menurunkan viabilitas pada berbagai konsentrasi. Nilai IC50 ekstrak kloroform adalah 183 µg/mL, nilai IC50 ekstrak etil asetat adalah 106,9 µg/mL sedangkan ekstrak metanol adalah 102,8 µg/mL. Hasil uji apoptosis ekstrak etil asetat mengunakan pewarna etidium bromide/akridin oranye menyebabkan apoptosis pada sel WiDr. Rendahnya sitotoksisitas ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak kloroform daun ketapang menunjukan bahwa daun ketapang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoprevensi. Kata Kunci: apoptosis, Terminalia cattapa, uji sitotoksik Pendahuluan Kanker merupakan proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang diikuti oleh invasi sel ke jaringan di sekitarnya serta penyebaran ke bagian tubuh lain. Sifat utama sel kanker adalah proliferasi terus menerus sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara sel hidup dengan sel mati.1 Menurut catatan WHO pada tahun 2000 hingga tahun 2010 kanker menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian didunia setelah penyakit jantung. Kanker diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga akan menempati urutan pertama pada tahun 2030. Di negara anggota ASEAN pada tahun 2008 terdapat lebih dari 500.000 kasus kematian akibat kanker, jenis kanker penyebab kematian adalah kanker paru-paru, hati dan kanker usus besar. Di Indonesia jumLah kejadian kanker usus besar adalah 17,2/100.000 orang, kemungkinan akan bertambah seiring dengan perubahan pola makan dan gaya hidup. 2 Oleh karena itu, diperlukan pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Salah satu pengendalian kanker dilakukan dengan kemoterapi. Pengobatan dengan cara tersebut memberikan hasil yang bagus, namun toksisitas dan efek sampingnya cukup tinggi, serta biaya yang tidak murah. Bahan alam saat ini banyak digunakan sebagai alternatif penghambat kanker, karena dianggap tidak memiliki efek samping yang membahayakan dan biaya terjangkau. Bahan alami memiliki prospek sebagai antikanker berkaitan dengan senyawa metabolit sekunder yang secara biologis dapat memberi pertahanan terhadap penyakit. Tanaman ketapang (Terminalia catappa) tumbuh di daerah tropis dan subtropis banyak digunakan sebagai tanaman hias dan pelindung. Daun dan batang ketapang telah banyak Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal” 43 dilaporkan memiliki aktivitas farmakologi, karena kandungan senyawa metabolit sekunder. Daun ketapang mengandung senyawa alkaloid, tannin, saponin, terpenoid dan senyawa fenolik.3 Ekstrak air daun ketapang diketahui dapat menghambat invasi dan metastasis pada sel A549 dan Lewis lung carcinoma (LLC). 4 Ekstrak etanol daun ketapang dapat menghambat metastasis human tongue cel carcinoma SSC-4.5 Ekstrak air batang ketapang memiliki potensi sebagai antioksidan dan menghambat pertumbuhan sel Erlich ascites carcinoma (EAC). 6 Menurut Morioko et al.,7 ekstrak air ketapang dapat menghambat karsinogenesis pada tikus F344 yang diinduksi azoxymethane. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak daun ketapang pada sel kaner usus besar WiDr. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah aktivitas antikanker ekstrak daun ketapang sehingga dapat memberikan kontribusi pada pengembangan penggunaan bahan alam sebagai agen kemoprevensi. Metode Penelitian Pembuatan ekstrak daun ketapang Daun ketapang yang masih berwarna hijau diperoleh dari daerah Sokowaten Banguntapan Bantul. Daun ketapang dikeringkan dan dihancurkan secara manual, kemudian dimaserasi menggunakan pelarut kloroform, etil asetat dan metanol. Maserat dikering anginkan hingga diperoleh massa ekstrak kental, kemudian dikeringkan hingga diperoleh ekstrak kering kloroform, ekstrak kering etil asetat dan ekstrak kering metanol. Penyiapan kultur sel WiDr Sel kanker usus WiDr diperoleh dari koleksi bagian parasitologi Fakultas Kedokteran UGM. Sel dikultur menggunakan medium DMEM. Uji Sitotoksik Sel ditanam pada plate kultur 96 sumuran sejumLah 1x104 sel/sumuran dengan volume medium 100 µl pada masing-masing sumuran. Setelah inkubasi 24 jam, sel dilakukan pemberian ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol dari daun ketapang, kemudian inkubasi kembali. Setelah 24 jam ditambahkan (3-(4,5- 44 dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide (MTT) dengan konsentrasi 50 mg/mL sebanyak 10 µl per sumuran, 4 jam kemudian reaksi dihentikan dengan penambahan 100 mL SDS 10% dalam HCl 0.01 N. Absorbansi dibaca menggunakan Benchmark microplate reader (BioRad) pada panjang gelombang 595. Viabilitas sel dalam persen dihitung dengan persamaan: AbsP AbsM 100% ViabilitasSel AbsK AbsM Abs P = absorbansi sel dengan perlakuan Abs M = absorbansi media Abs K = absorbansi sel kontrol Nilai IC50 ditentukan dengan analisis probit menggunakan program SPSS 17. Seluruh percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan. Uji morfologi apoptosis Sel WiDr ditanam pada coverslip yang diletakkan dalam kultur plate 24 sumuran sejumLah 5000 sel/sumuran. Setelah inkubasi selama 24 jam sel diperlakukan dengan ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol pada konsentrasi 150 µg/mL, kemdian diinkubasi kembali selama 24 jam. Sel yang mengalami apoptosis diamati dengan penambahan 10 mL larutan etidium bromide/akridin oranye pada masing-masing sumuran, yang dibuat dengan konsentrasi 50 mg/15 mg dalam 1 mL etanol. Setelah 5 menit kemudian diamati menggunakan mikroskop fluoresen. Sel yang hidup terlihat berwarna hijau sedangkan sel apoptosis berwarna oranye dan terlihat adanya fragmentasi Hasil Dan Pembahasan Uji sitotoksisitas dilakukan untuk mengetahui efek perlakuan ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol pada sel kanker kolon WiDr. Dasar yang digunakan untuk menetapkan nilai sitotoksisitas adalah inhibition concentration (IC50). Nilai IC50 adalah konsentrasi suatu bahan uji yang mampu menghambat 50% pertumbuhan sel. Sel WiDr di beri perlakuan ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal” metanol dengan seri konsentrasi 180, 160, 140, 120, 100, 80, 60, 40 dan 20 µg/mL dengan waktu inkubasi 24 jam. Seri kadar tersebut dipilih berdasarkan uji pendahuluan. Hasil perlakuan sel Gambar 1. W iDr dengan ketiga ekstrak menunjukan kecenderungan penurunan viabilitas sel tergantung pada konsentrasi yang diberikan (Gambar 1). Pengaruh pemberian ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol pada sel WiDr dengan konsentrasi 20-180 µg/ mL, dengan waktu inkubasi 24 jam. Ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol memberikan pengaruh sitotoksik lebih tinggi dibandingkan ekstrak metanol. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa metabolit pada daun ketapang yang diduga memiliki aktivitas antikanker adalah senyawa yang memiliki polaritas lebih tinggi. Ekstrak air daun ketapang dari Taiwan menunjukkan potensi antimetastasis pada sel kanker paru-paru dan kanker oral,4,5 sedangkan menurut Behera et al.,8 ekstrak kloroform daun ketapang dari India memiliki sitotoksisitas tinggi menggunakan Brine Shrimp assay. Perbedaan tersebut dapat terjadi kemungkinan lokasi tanaman juga akan mempengaruhi aktivitas antitumor senyawa aktif yang terkandung dalam ketapang. Sitotoksisitas direpresentasikan dalam nilai Inhibition Concetration (IC50) yang ditentukan berdasarkan analisa probit. Nilai IC50 dari ketiga ekstrak disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Nilai IC50 Ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol daun ketapang pada sel W iDr, dengan waktu inkubasi 24 jam Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh National Cancer Institut bahwa senyawa dikatakan memiliki potensi sitotoksik pada konsentrasi 20 µg/mL. Ketiga ekstrak daun ketapang menunjukan nilai IC 50 diatas kriteria yang ditetapkan sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga ekstrak memiliki efek sitotoksik yang rendah pada sel kanker WiDr. Untuk menunjukan pengaruh pemberian ekstrak terhadap opotosis sel WiDr dilakukan dengan metode pewarnaan ganda dengan Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal” 45 konsentrasi perlakuan 120 µg/mL dengan waktu inkubasi 24 jam. Hasil pewarnaan ganda menunjukan bahwa terjadi kematian sel ditunjukan dengan warna oranye. Apoptosis sel ditunjukan dengan ciri-ciri adanya membrane Gambar 2. Efek apoptosis ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol daun ketapang pada sel WiDr. (A) Sel kontrol, (B) sel dengan pemberian ekstrak kloroform, (C) Sel dengan pemberian ekstrak etil asetat dan (D) Sel dengan pemberian ekstrak metanol. Tanda panah kuning menunjukan sel hidup dan tanda panah merah menunjukan sel apoptosis Sebagian besar senyawa bioaktif yang terdapat dalam tanaman telah banyak dikembangkan untuk agen kemoprevensi. Syarat untuk dapat digunakan sebagai agen kemoprevensi adalah memiliki efek sitotoksisitas rendah serta mekanisme hambatan proliferasinya diketahui. 10 Agen kemoprevensi seringkali digunakan sebagai terapi kombinasi.11 Daun ketapang menunjukan potensi sebagai agen kemoprevensi mengingat efek sitotoksisitasnya yang rendah dan dapat menyebabkan apoptosis pada sel kanker WiDr. Namun demikian masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa bioaktif yang mungkin berperan sebagai antikanker, menguji kecepatan proliferasi serta mekanisme hambatan proliferasi selnya. 46 blebing, pengkerutan sel dan fragmentasi.9 Hasil uji apoptosis secara morfologi menunjukan bahwa ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol menunjukan ciri-ciri sel apoptosis (Gambar 2). Kesimpulan Ekstrak kloroform, etil asetat dan metanol dari daun ketapang dapat menurunkan viabilitas sel, dengan nilai toksisitas tergolong rendah sehingga daun ketapang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoprevensi. Ucapan Terimakasih Penelitian ini dibiayai oleh DIPA Kopertis wilayah V yogyakarta, Nomor: 0600/023.04.01/ 14/2011, serta anggaran rutin Unit Penelitian dan pengabdian Masyarakat Akademi Analis Kesehatan Manggala Yogyakarta. Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal” Daftar Pustaka 6. Venkatalakshmi, P, Brinda, P, Induja, K, Invitro Anti Oxidant and Anti Tumor Studies on Terminalia catappa Bark. International of Pharmacy and Pharamceutical Sciences, 2014, Vol 6, Supll 1. 7. Morioka, T, Suzui, M, Nabandith, V, Inamine, M, Nakayama, T, Ichiba, T, Yoshimi, N. Modifying Effect of Terminalia catappa on Azoxymethane-induced Colon Carcinogenesis in Male F344 Rats. Europian Journal of Cancer Prevention, 2005, 14 (2): 101-105. 8. Behera, DR, Bhatnagar, S, and Mahapatra, AK. Cytotoxix and Radical Scavenging Potential of Indian Almond (Terminalia catappa) Leaf Extracts. British Biomedical Buletin, 2014, 2(1): 031-039. Martin, .R., Targeting Apoptosis with Dietary Bioactive Agents Exp. Biol. Med, 2006, 231:117-12. 1. Parton, M, Dowsett, M, Smith, I. Studies of Apoptosisis in Breast Cancer. BMJ, 2001, 322: 1528-1532. 2. Kimman, M, Norman, R, Jan, S, Kingston, D, Woodward, M. The Burden of Cancer in Member Countries of the Association of Southeast Asian Nation (ASEAN). Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 2012, 13:411-420. 3. Muhammad, A, and Mudi, SY. Phytochemical Screening and Antimicrobial Activities of Terminalia catappa Leaves Extracts. Biokemistri, 2011, 23 (1): 35-39. 4. Chu, SC, Yang, SF, Liu, SJ, Kuo, WH, Chang, YZ, Hsieh, YS. In V itro and in vivo Antimetastatic Effect of Terminalia catappa L. leaves on Lung Cancer Cells.Food and Chemical Toxicology, 2007, 45: 1194-1201. 9. Yang, SF, Chen, MK, Hsieh, YS, Yang, JS, Zavras, AI, Hsieh, YH, Su, SC, Kao, TY, Chen, PN, Chu, SC. Antimetastatic effects of Terminalia catappa L on oral cancer via Downregulation of Metastacis-associated Proteases., Food and Chemical Toxicology, 2010, 48:1052-1058. 11. Sporn, Michael, B, and Suh, N. Chemo-prevention of Cancer. Carcinogenesis, 2000, 21(3): 525-530. 5. 10. Greenwald, P. Cancer Chemoprevention. BMJ, 2002, 324: 714-718. Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal” 47