Komparasi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Kebijakan investasi (penanaman modal) di Indonesia berawal pada tahun
1966, akan tetapi memasuki tahun yang ke-46, bukanlah jaminan bahwa
berinvestasi di Indonesia menjadi hal yang sangat diminati oleh berbagai negara
maju maupun berkembang. Hal tersebut dibuktikan oleh penilaian yang
dilakukan Political and Economic Risk Consultancy Ltd., yaitu sebuah lembaga
konsultansi dan penilai negara-negara di Asia timur dan selatan. Lembaga ini
menilai berkaitan dengan dunia bisnis (investasi) dengan variabel sosial-politik,
korupsi, resiko atas hak kekayaan intelektual, kualitas buruh dan sistem lain yang
merupakan kelebihan dan kekurangan negara-negara Asia. Penilaian dalam
Executive Summary of Major Risks in 2010, Overall Country Risk Ranking,
menempatkan Indonesia pada rangking ke-13 dari 16 negara di benua Asia
(semakin rendah peringkat, resiko investasi semakin tinggi).1 Penulis akan
melakukan komparasi (perbandingan) hukum antara Undang-undang No.25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) dengan Law
on Investment in Vietnam No.59-2005-QH11 (selanjutnya disebut LIV). Mengapa
Penulis memilih membandingkan (mengkomparasikan) kebijakan investasi
dengan negara Vietnam? Pertama, karena dalam pembuatan UUPM Pemerintah
1
www.asiarisk.com/exsum.pdf. Diunduh pada tanggal 20 September 2011, pada pukul 09.28
WIB.
1
menggunakan referensi yang salah satunya adalah LIV2, hal ini berarti
pengaturan investasi pada LIV lebih baik sehingga dijadikan panutan dalam
pembuatan kebijakan investasi di Indonesia. Kedua, Indonesia dan Vietnam
merupakan negara anggota WTO (World Trade Organization), dengan penafsiran
jika keduanya terikat pada suatu organisasi yang sama, maka terikat pada
ketentuan yang sama pula (diluar perjanjian bilateral masing-masing negara
dengan negara lain), dan ketiga, Vietnam memiliki sejarah perkembangan
investasi yang dinilai menarik.
Vietnam dengan sejarah kebijakan investasi yang dimulai pada tahun tahun
1986 (lebih muda dibandingkan di Indonesia) diawali dengan menerapkan
reformasi pasar bebas yang dikenal sebagai Đổi Mới (Renovasi) oleh Partai
Komunis Vietnam. Dengan kekuasaan negara yang tetap tidak terlawankan,
kepemilikan swasta atas pertanian dan perusahaan-perusahaan, deregulasi dan
investasi asing dipacu. Ekonomi Vietnam mencapai pertumbuhan yang cepat
dalam produksi bidang pertanian dan perindustrian, konstruksi dan perumahan,
ekspor dan investasi asing. Vietnam sekarang adalah satu di antara negara dengan
pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, 3 didukung dengan data dari Executive
Summary of Major Risks in 2010, Overall Country Risk Ranking yang
menempatkan Vietnam pada posisi ke-7 dari 16 negara Asia. 4
2
Lihat hlm.41 pada skripsi ini.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Vietnam. Diunduh Pada tanggal 16 September 2011,
pukul 09.38 WIB. Didukung pula oleh wacana pada buku Hukum Investasi (2007) yang ditulis
oleh Sentosa Sembiring. Bandung: C.V.Nuansa Aulia. Hlm. 273.
4
Ibid. Diunduh pada tanggal 20 September 2011, pada pukul 09.28 WIB.
3
2
Bagaimana dapat terjadi keadaan yang demikian? Dalam sebuah artikel
dengan topik Foreign direct investment in Vietnam an overview, dikemukakan
sebagai berikut:
“The major goals of Vietnam’s FDI policy is to attract capital,
advanced technology, and management potential, increase savings,
improve people’s living standart and realize the cause of
modernization and industrialization”5
Dari kutipan artikel di atas dapat dilihat bahwa, sasaran dari Pemerintah Vietnam
mengundang investor asing adalah sebagai cara pengalihan teknologi,
kemampuan manajemen. Melalui cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan ekonomi masyarakat. Sedangkan bagi investor asing, hal tersebut
menjadi peluang bagi mereka untuk berinvestasi.
Undang-undang merupakan instrumen penegakan hukum positif penjamin
yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan pengaturan agar tercapainya tujuan
hukum, yang dapat memberikan keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan
pada masyarakat. Terkait pula dengan fungsi investasi yaitu untuk pembangunan
nasional. Bilamana suatu peraturan perundang-undangan yang ada tidak
mencakup pengaturan yang dipandang menguntungkan negara, pihak yang
menerima investasi, maupun investor atau tidak dapat dipercaya untuk melindungi
modal yang ditanamkan, maka diperlukan adanya penelitian hukum yang
diharapkan dapat memberikan masukan positif terhadap UUPM, agar investor
percaya dan tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
5
Artikel Foreign direct Investment in Vietnam an overview. Dalam Sentosa Sembiring. Hukum
Investasi. Bandung: C.V.Nuansa Aulia. Hlm.274.
3
Komparasi hukum akan dilakukan dengan cara mencari persamaan dan
perbedaan dari kedua UU tersebut, lalu menganalisanya. Sehingga penelitian
dapat menunjukkan kelebihan dari kebijakan investasi di negara Vietnam, yang
diharapkan dapat memberikan hasil dan masukan yang baik bagi hukum positif
Indonesia, untuk kemajuan pembangunan nasional dan iklim investasi yang baik.
Oleh sebab itu, maka akan Penulis mencoba menuangkannya dalam penulisan
hukum yang berjudul:
“Komparasi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dengan Law on Investment in Vietnam No.59-2005-QH11”
B. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi di Indonesia telah berjalan kurang lebih 46 tahun
lamanya sejak dicanangkan oleh pemerintahan Indonesia yang ditunjukkan
dengan adanya TAP MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan
Landasan Ekonomi Keuangan dan Pembangunan khususnya ketentuan dalam
Pasal 9 disebutkan bahwa:
“Pembangunan ekonomi terutama berarti mengelola kekuatan
ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman
modal,
penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan,
peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi
dan manajemen”
Lalu apa yang dimaksud dengan penanaman modal itu sendiri? Berikut
merupakan definisi penanaman modal:6
6
Hendrik Budi Untung. 2009. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 2-3.
4
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (yang
selanjutnya disingkat dengan UUPM)
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik
oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Kamus Ekonomi
Investment (investasi) mempunyai dua makna yakni: “Pertama. investasi
berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda tidak bergerak, setelah
dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan dan memberikan
hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang membedakan investasi
dengan spekulasi. Kedua. Dalam teori ekonomi investasi berarti pembelian
alat produksi (termasuk di dalamnya benda-benda untuk dijual) dengan modal
berupa uang”.
3. Kamus Hukum Ekonomi
Investment, penanaman modal, investasi berarti penanaman modal yang
biasanya dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva
tetap perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud memperoleh
keuntungan.
Seperti yang dinyatakan diatas mengenai definisi investasi, beberapa sumber
mensinonimkan istilah investasi dengan penanaman modal. Selain itu inti yang
5
dapat diambil, secara eksplisit menyatakan bahwa investasi dilakukan untuk
mencari keuntungan, baik untuk pihak investor maupun penerima investasi.
Mengapa Indonesia membutuhkan investasi? Secara khusus investasi
dibutuhkan untuk melancarkan pelaksanaan pembangunan nasional dengan dasar
pemenuhan tujuan negara yang menjanjikan kesejahteraan umum seperti yang
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke-4 (empat).
Kemudian bagaimana cara untuk mewujudkan kesejahteraan umum tersebut?
Kesejahteraan umum dapat diwujudkan melalui pranata pembangunan. Sedangkan
pembangunan tersebut membutuhkan biaya yang besar, ketika negara tidak dapat
memenuhi kebutuhan akan ketersediaan dana untuk melaksanakan pembangunan
secara mandiri, maka investasi adalah jawaban dari kebutuhan tersebut.
Pembangunan nasional dilakukan oleh setiap negara, baik negara
berkembang hingga negara maju dimana identik dengan bidang ekonomi. Bagi
negara berkembang, dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk
melaksanakan pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan
yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat tabungan (saving)
masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien,
keterampilan (skill) yang belum memadai serta tingkat teknologi yang belum
modern. Kendala-kendala ini umumnya yang sedang dicoba diatasi oleh negara
berkembang dengan berbagai cara dan alternatif diantaranya melalui bantuan dan
kerjasama dengan luar negeri yang dibutuhkan untuk melengkapi modal dalam
negeri yang dapat segera dikerahkan.7
7
Aminuddin ilmar. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. 2007. Hlm.2.
6
Salah satu negara berkembang tersebut adalah Indonesia. Seperti yang
dinyatakan sebelumnya modal sangat diperlukan dalam pembangunan, ketika
berbagai cara dan alternatif seperti bantuan dan kerjasama luar negeri terganggu
karena keadaan negara pada tahun 1965 (Peralihan pemerintahan Orde Lama ke
Orde Baru, dan meletusnya G 30S/PKI) inflasi meningkat tajam dan berada diatas
angka 600%. 8
Perekonomian kembali melemah di berbagai bidang usaha, hingga
pendekatan terhadap negara-negara terutama negara Belanda dilaksanakan dan
menghasilkan bantuan dana bagi negara Indonesia. Bantuan luar negeri diartikan
oleh Bruce Herrick dan Charles P. Kind Leberger sebagai pemindahan
internasional yang dibuat dengan bentuk konsesional (bukan pada tingkat pasar)
untuk meningkatkan pembangunan ekonomi.9 Salah satu bentuk bantuan tersebut
adalah berupa pinjaman. Pada mulanya negara-negara maju enggan membantu
Indonesia lewat pemberian pinjaman luar negeri yang disebabkan Indonesia
pernah melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing di
Indonesia serta keadaan politik yang meresahkan. Dengan kemampuan
pemerintahan Orde baru yang dapat meyakinkan beberapa negara, akhirnya
negara-negara tersebut terdorong memberi pinjaman, dan negara tersebut adalah
negara (anggota) yang tergabung dalam bank Dunia (World bank).
Perekonomian dunia menjadi goyah ketika terjadi resesi. Akibatnya negara
maju mulai tertutup dalam hal memberikan pinjaman dan berdampak pada
perekonomian negara-negara berkembang. Dengan keadaan yang demikian,
8
9
Ibid. Hlm.3.
N. Rosyidah Rakhmawati. Hukum Ekonomi Internasional Dalam Era Global. 2006. Hlm.88.
7
negara-negara berkembang atau sedang berkembang mencari alternatif bantuan
yang didapati melalui cara penanaman modal asing. Begitu juga dengan
Indonesia, Indonesia melakukan cara alternatif yaitu dengan “kebijaksanaan pintu
terbuka” terhadap penanaman modal asing untuk melakukan aplikasi usahanya di
Indonesia.10
Berbeda negara, berbeda pula sejarah kebijakan investasinya. Jika Indonesia
telah lebih awal memulainya, Vietnam baru memulainya pada tahun 1986 yang
diawali dengan reformasi pasar bebas Đổi Mới (Renovasi). Sebagai tindak lanjut
pada tahun 1987 Pemerintah Vietnam menerbitkan Law on Foreign Investment.
Setelah Vietnam mulai membuka diri terhadap investor asing, maka para investor
dari negara-negara asia seperti Taiwan dan Hongkong, beberapa negara Eropa
(Perancis, Belanda, dan Inggris), Australia bahkan Amerika (perusahaan IBM,
General Electric, Pepsi,Coca Cola, exxon dan Mobil oil) telah berinvestasi di
Vietnam.11 Tidak cukup sampai pada prestasi itu saja, Vietnam memperbaharui
UU investasi tahun 1987 pada tahun 1990 (yang mencantumkan pengaturan joint
venture). Perubahan mendasar terjadi pada tahun 1992 yakni investor asing yang
akan menanamkan modalnya dapat melakukan investasi hingga 70 tahun.12
Langkah-langkah Vietnam selanjutnya baik dalam kebijakan investasi maupun
penandatanganan perjanjian dengan berbagai negara maju (salah satunya Amerika
Serikat) dipastikan untuk dan alasan yang menjadikan Vietnam menjadi negara
yang diminati investor asing. Informasi lain yang Penulis dapati tentang sejarah
kebijakan investasi di Vietnam adalah, sama dengan kebijakan di Indonesia pada
10
Aminuddin ilmar. Op.Cit. Hlm.4.
Sentosa Sembiring. Op.Cit. Hlm.273-274.
12
F.van Sluis. Foreign Investment in Vietnam. Dalam Sentosa Sembiring. Op.Cit. Hlm.276.
11
8
tahun 60-an dimana pengaturan tentang penanaman modal asing dan Penanaman
modal dalam negeri dipisahkan. Kemudian pada tahun 2001 akhirnya diwujudkan
menjadi satu dalam Law on Investment yang mengatur mengenai penanaman
modal dalam negeri dan asing.
Fungsi investasi selalu dipaparkan untuk mendorong pembangunan nasional
sehingga kesejahteraan umum dapat tercipta. Secara spesifik, kegiatan investasi
memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong
tumbuhnya bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam bentuk proses
produksi maupun permesinan, dan menciptakan lapangan kerja.13
Berkaitan dengan penanaman modal, istilah lain yang dapat ditemukan
adalah capital flight atau pelarian modal. Definisnya adalah sebagai berikut:
Capital flight in economics, occurs when assets and/ or money rapidly
flow out of a country, due to an economic event (such as an increase in
taxes on capital and/ or capital holders or the government of the
country defaulting on its debt) and that distrubs investors and causes
them to lower their valuation of the assets in that country, or otherwise
to lose confidence in its economic strength.14
Capital flight dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu: kondisi ekonomi maupun
politik suatu negara yang memburuk, bencana alam pada negara penerima modal,
dan bisa pula karena regulasi mengenai penanaman modal tidak melindungi
modal dan investor dengan baik.
Apabila capital flight terjadi dari Indonesia ke negara lain, maka tentu saja
akan berdampak pada perekonomian negara, kesejahteraan masyarakat, terutama
13
Delissa A. Ridgway dan Mariya A. Thalib. Globalization and Development: Free Trade,
Foreign Aid, Investment amd The Rule of Law. California Western Internationla Law Jurnal,
Vol.33. Spring 2003. Hlm.335. Dalam Camelia Malik. Jaminan Kepastian Hukum dalam
Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia. Jurnal Hukum Bisnis, Vol.26 No.4. 2007. Hlm.16 .
14
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Capital_Flight. Diunduh pada tanggal 16 September 2011, pada
pukul 10.38 WIB.
9
tujuan negara yaitu pembangunan nasional. Bila negara berkembang ingin
menarik negara maju untuk berinvestasi di negara tersebut, maka ada beberapa hal
yang harus dipenuhi untuk menarik arus modal asing tersebut, antara lain:15
1. Peraturan-peraturan kebijakan tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat
berubah dan dapat menjamin adanya kepastian hukum karena ketiadaan
kepastian hukum akan menyulitkan perencanaan jangka panjang usaha
mereka.
2. Prosedur Perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat mengakibatkan
high cost economy.
3. Jaminan terhadap investasi mereka dan proteksi hukum mengenai hak atas
kekayaan milik investor.
4. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terlaksananya investasi
mereka dengan baik, antara lain meliputi komunikasi, transportasi atau
pengangkutan, perbankan dan perasuransian.
Ketika kebijakan negara sudah memenuhi empat unsur penting diatas, maka
dapat dipastikan negara tersebut akan menarik minat investor untuk berinvestasi
dinegaranya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka komparasi hukum dalam
fungsinya sebagai perencanaan hukum (legal planning) sangat dibutuhkan
(menciptakan) peraturan-peraturan yang presisi dan menguntungkan bagi setiap
pihak sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi. Dalam hal ini
dibutuhkan legal drafters yakni perencanaan-perencanaan hukum pada masa yang
15
Nindyo Pramono. 2006. Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hlm.171.
10
akan datang. Untuk mewujudkan peraturan-peraturan hukum ini hanya
perbandingan hukumlah yang dapat menyiapkannya, karena dengan perbandingan
hukum kita mengetahuinya melalui pengalaman-pengalaman negara lain. 16
Dengan melaksanakan perbandingan hukum antara UUPM dengan LIV, Penulis
berharap dapat mengambil keunggulan pengaturan investasi dari LIV, sebagai
masukan untuk perubahan UUPM yang lebih baik pada masa mendatang.
Dalam mengkomparasikan kebijakan investasi UUPM dengan LIV, maka
Penulis akan mengambil beberapa aspek, yaitu: lingkup investasi, jaminan dan
kewajiban yang diberikan Pemerintah, hak dan kewajiban investor serta transfer
dan repatriasi dalam valuta asing sesuai kebijakan investasi. Mengingat faktor
lingkungan bisnis, baik nasional, regional dan global yang tidak mendukung serta
kurang menariknya insentif atas fasilitas investasi yang termasuk hak investor
merupakan salah satu kendala eksternal dalam pelaksanaan investasi di Indonesia
khususnya.17
C. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan kebijakan investasi di Indonesia dengan Vietnam, atas
dasar UUPM dan LIV?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
16
17
R. Soeroso. 2007. Perbandingan Hukum Perdata.. Hlm. 29.
Salim dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Hlm.4.
11
yang dihadapi.18 Jawaban dari isu tersebut merupakan preskripsi yang berupa
rekomendasi atau saran yang dimaksudkan oleh penulis dapat memberi masukan
terhadap hukum positif berkenaan dengan kebijakan investasi. Masukan tersebut
kiranya dapat digunakan sebagai acuan (Legal Drafters) dalam perubahan UUPM
pada masa yang akan datang, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang lebih
diminati oleh investor untuk berinvestasi pada masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian yuridis
normatif. Penulis akan mengemukakan argumentasi yang didasari pada
perundang-undangan baik UUPM dan LIV.
1. Pendekatan
Didalam suatu penelitian hukum terdapat beberapa macam
pendekatan.
Pendekatan
tersebut
akan
membantu
peneliti
untuk
menemukan jawaban dari isu hukum yang diangkat. Berikut merupakan
pendekatan penelitian yang ada dalam penelitian hukum19: Pendekatan
Undang-undang (Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case Approach),
Pendekatan Historis (Historical Approach), Pendekatan Komparatif
(Comparative Approach) dan Pendekatan konseptual (Conceptual
Approach).
Dari
kelima
jenis
pendekatan
diatas,
Penulis
akan
menggunakan pendekatan Komparatif (Comparative Approach). Secara
18
19
Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian hukum. Hlm. 35.
Ibid. Hal.93-95.
12
tegas Penulis menyatakan akan melakukan komparasi terhadap UU Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan Law on Investment in
Vietnam ( UU Investasi Vietnam) pada judul proposal ini.
2. Bahan Hukum
Dalam hal dilakukannya penelitian yang bersifat normatif atau
penelitian hukum kepustakaan, bahan hukum yang dikenal adalah bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pertama,
bahan hukum primer yang dimaksud berupa Konstitusi, Peraturan
Perundang-undangan,
bahan
hukum
yang
tidak
dikodifikasikan,
yurisprudensi, traktat dan bahan hukum peninggalan Belanda yang hingga
saat ini masih berlaku. Kedua, bahan hukum sekunder merupakan bahan
yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
rancangan undang-undang, hasil penelitian, dan hasil karya dari kalangan
hukum.
Dan yang Ketiga, bahan hukum tertier yakni bahan yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan sekunder, yaitu kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.20
Pada penelitian hukum yang akan dilakukan oleh Penulis, Penulis
akan mempergunakan bahan hukum yang semestinya digunakan dalam
penelitian hukum normatif, yaitu, bahan hukum Primer berupa: UndangUndang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Law on Investment in Vietnam. Bahan hukum sekunder yang akan
20
Soerjono Soekanto. 1995. Penelitian Hukum Normatif. Hlm.13.
13
digunakan adalah:
buku-buku teks, dan jurnal-jurnal hukum. Terakhir
bahan hukum tertier yang akan digunakan berupa kamus.
3. Tekhnik Analisis
Penulis akan membandingkan kedua kebijakan tersebut diatas
dengan cara memilih substansi-substansi yang akan dibandingkan, mencari
kesamaan serta perbedaan pengaturan tentang suatu substansi yang sama,
dan menganalisisnya satu per-satu.
4. Unit Amatan dan Unit Analisis
Unit amatan dari penulisan ini adalah kebijakan investasi atau
penanaman modal pada negara Indonesia dan Vietnam, dan unit
analisisnya adalah UUPM dan LIV.
14
Download