pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat keluasan

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT
KELUASAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA
SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
Agus Sumarnadi Nugroho
ABSTRAK
Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor signifikan dalam
pencapaian efisiensi pasar modal dan sarana akuntabilitas publik. Salah satu tolok
ukur kualitas pengungkapan laporan keuangan perusahaan adalah dari tingkat
kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.
Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan yang tercermin
dalam rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan porsi
saham publik terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Penelitian
semacam ini akan memberikan pengetahuan bagi pembuat kebijakan dalam
menilai kualitas akuntansi suatu perusahaan. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah (1) adakah pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas,
ukuran perusahaan dan porsi saham publik baik secara simultan maupun secara
parsial terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, (2) seberapa besar
pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik
pengambilan sampel adalah dengan perposive sampling dan diperoleh 18
perusahaan sebagai sampel penelitian. Periode pengamatan adalah 4 (empat)
tahun yaitu tahun 2006-2009. Sehingga total sampel yang diperoleh adalah 72
laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar
di BEI. Metode pengumpulan data adalah dengan metode dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan regresi berganda (Multiple Regression Analisys).
Hasil regresi berganda dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5%
menunjukkan hasil sebagai berikut: R2 = 0,431, F = 11,764, signifikansi = 0,000.
Hasil ini menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif antara
karakteristik perusahaan yang diukur dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio
profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik yang berpengaruh positif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Sesuai hasil penelitian terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan adalah minimum sebesar 44,12% dan maksimum sebesar
85,29% dengan rata-rata sebesar 64,30%. Hal ini menunjukkan bahwa belum
semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan Bapepam No.SE-02/PM/2002
1 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
tanggal 27 Desember 2002, pengungkapan wajib diungkapkan secara lengkap
oleh perusahaan (emiten).
Kata Kunci: Karakteristik Perusahaan, Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan.
LATAR BELAKANG PENELITIAN
1.
Latar Belakang Masalah
Bagi pihak-pihak di luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan
merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui
kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Informasi yang didapat dari
suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan
(disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.
Perusahaan diharap dapat lebih transparan dalam mengungkap informasi
keuangan perusahaan, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan
seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi
kondisi ekonomi yang semakin berubah.
Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam
suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya jenis usaha
atau industri, struktur kepemilikan, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran
perusahaan (Safitri, 2008). Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang
digunakan meliputi tingkat likuiditas, tingkat leverage, tingkat profitabilitas,
ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan.
Karakteristik perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu:
1. Perusahaan manufaktur.
2. Perusahaan non manufaktur selain usaha bank dan lembaga keuangan
lainnya.
3. Kelompok usaha bank dan lembaga keuangan.
Jin dan Machfoedz (1998) dan Assih (1998) menggunakan satu variabel
dummy, yaitu kelompok usaha, menyimpulkan bahwa variabel kelompok usaha
tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan penghasilan. Sebaliknya Ashari et
al. (1994) menggunakan dua variabel dummy kelompok usaha, menyimpulkan
bahwa variabel kelompok usaha berpengaruh terhadap perataan laba.
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan
sukarela (Voluntary Disclosure) Darrough (1993) dalam Naim dan Rakhman
(2000). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai
pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui
keputusan ketua Bapepam No. Kep-134/BL/2006 (Peraturan X.K.6). Sedangkan
pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk
memberi informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk
keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut peraturan
2 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam ini
dimungkinkan.
Penelitian tentang keluasan pengungkapan dalam laporan keuangan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan hal yang penting dilakukan. Hal
tersebut akan memberi gambaran tentang sifat perbedaan keluasan pengungkapan
antara perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta dapat memberi
petunjuk tentang kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dalam
pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan
laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan. Pengungkapan laporan
keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi
yang ditempuh, kontinjensi, metode persediaan, dan jumlah saham yang beredar
dan ukuran alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat dalam historical cost.
Tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan adalah salah satu bentuk
kualitas pengungkapan. Banyak penelitian yang menggunakan index disclosure
methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan
digunakan untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan keuangan.
Penelitian tentang pengungkapan laporan keuangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena akan
memberi gambaran tentang sifat perbedaan keluasan pengungkapan antara
perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Pengetahuan tentang
hubungan antara karakteristik perusahaan dan keluasan pengungkapan laporan
keuangan akan berguna dalam analisis laporan keuangan, yaitu memberi
gambaran tentang tipe dan jumlah informasi yang disediakan perusahaan dengan
karakteristik tertentu, (Marwata, 2001).
Suripto (1999) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, menggunakan sampel pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1995 sebagai sampel
penelitian. Karakteristik perusahaan mendapat perhatian penting dalam penelitian
tersebut karena penelitian bertitik tolak dari pemikiran bahwa sejauh mana
pengungkapan sukarela oleh perusahaan sangat tergantung pada perbandingan
antara biaya dan manfaat pengungkapan tersebut, dan perbandingan biaya manfaat
tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari
perusahaan yang bersangkutan.
Beberapa penelitian empiris terdahulu menunjukkan bahwa karakteristikkarakteristik perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
meliputi: (1) Rasio leverage suatu perusahaan (Naim dan Rakhman, 2000;
Schipper (1981) dalam Marwata, (2001). Hasil penelitian menyatakan bahwa
semakin tinggi rasio leverage maka akan menyediakan informasi secara lebih
banyak untuk menemukan kebutuhan kreditur jangka panjang. (2) Size perusahaan
(Fitriani, 2001). Penelitian ini menyatakan bahwa variabel size perusahaan
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Cooke (1989) dalam Fitriani (2001)
menyatakan bahwa semakin besar size suatu perusahaan maka akan semakin
tinggi pengungkapannya. (3) Rasio likuiditas, (Subiyantoro, 1996 dalam Fitrian
(2001), Cooke (1989) dalam Fitrian (2001) menyatakan bahwa kondisi
perusahaan yang sehat, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat likuiditas
yang tinggi, berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas. (4) Net Profit
3 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Margin (Fitrian, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa net profit margin
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik.
Singvi dan Desai (1989) dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004) menyatakan
bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para
manajer untuk memberi informasi yang terinci. (5) Status Perusahaan (Fitrian,
2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel status perusahaan
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan. Menurut Susanto (1992) dalam
Fitriani (2001), perusahaan berbasis asing (PMA) mungkin melakukan
pengungkapan yang lebih luas.
2.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, bahwa pengungkapan informasi perusahaan secara wajib
(mandatory) dalam laporan keuangan tahunan nampaknya perlu bagi perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Apakah rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan
struktur kepemilikan, berpengaruh secara simultan terhadap tingkat luas
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan
struktur kepemilikan, berpengaruh secara parsial terhadap tingkat luas
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan maka tujuan yang ingin
dicapai:
1. Menguji
pengaruh secara simultan rasio likuiditas, rasio leverage,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap tingkat
luas kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Menguji pengaruh secara parsial rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap tingkat luas kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk memperkuat
hasil penelitian sebelumnya dan menjadi dasar dalam kajian berikutnya khusus
4 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat luas pengungkapan
laporan keuangan perusahaan manufaktur.
2. Manfaat Praktis
a. Investor
Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam
kaitan dengan pengambilan keputusan investasi dan sebagai bahan evaluasi
dalam menilai kinerja emiten.
b. Emiten
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada
emiten mengenai minimum disclosure agar informasi yang disajikan dapat
bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi.
5.
Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat memberi manfaat yang diharapkan, maka untuk
lebih memusatkan penelitian pada pokok masalahnya, maka perlu ditetapkan
ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini terbatas pada tingkat luas kelengkapan pengungkapan wajib
(mandated disclosure) yang terdapat dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2006-2009.
2. Penelitian mengenai tingkat luas kelengkapan pengungkapan ini dilakukan
dengan memberi pembobotan terhadap item-item pengungkapan wajib
(mandated disclosure), pengungkapan wajib merupakan pengungkapan
informasi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan
pemakai laporan keuangan.
TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1.
Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2001:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan
juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian
tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan Brigham dan Houston (2001:78)
mengatakan bahwa laporan keuangan adalah posisi perusahaan pada suatu waktu
tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu, akan tetapi nilai
riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan
untuk membantu memprediksi laba dan deviden masa depan.
5 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan
lainnya yang berkaitan laporan tersebut (IAI, 2002:2). Home dan Wachowicz
(1997) mengatakan jika neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada
satu titik waktu tertentu, laporan laba rugi menunjukkan keuntungan perusahaan
sepanjang periode waktu tertentu. Dari kedua laporan keuangan tersebut, beberapa
laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan
penggunaan dana serta laporan arus kas. Laporan keuangan biasanya disusun atas
dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di
masa depan.
Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”
(IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship).
Selain itu juga disebutkan empat karakteristik kualitatif laporan keuangan,
yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Informasi
keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk
dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi informasi
dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
3. Andal
Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang jujur (faithful representation).
4. Dapat dibandingkan
Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi
periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan
sejenis lainnya pada periode waktu yang sama.
2.
Karakteristik Perusahaan
Safitri (2008) karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang
melekat dalam suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi,
diantaranya jenis usaha atau industri, struktur kepemilikan, tingkat likuiditas,
tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan.
Tingkat Likuiditas
Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat
likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.
Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi
yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan
6 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
itu kredibel (Cooke, 1989 dalam Fitriani, 2001). Tetapi di lain pihak, likuiditas
dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola
keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah
cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal
sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al,
1994 dalam Fitriani, 2001).
Tingkat Leverage
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan dengan
leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi.
Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya
lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan
menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Pernyataan serupa juga
dikemukakan oleh Ainun dan Fuad (2000), bahwa perusahaan dengan rasio
liabilitas atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam
laporan keuangan dari pada perusahaan dengan rasio yang rendah.
Tingkat Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi liabilitas kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar,
rasio terbaik adalah jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal
sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio leverage ini sebaiknya
besar (Harahap, 2004:303).
Tingkat Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba ( profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset
dan modal saham. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam profitabilitas, yaitu
rasio profit margin, return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).
Profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu, atau biaya yang tinggi untuk tingkat penjualan tertentu. Secara umum
rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen (Hanafi dan
Halim, 2007:84).
Ukuran Perusahaan
Menurut Fitriani, (2001) terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk
menghitung size perusahaan, yaitu total aset, penjualan bersih dan kapitalisasi
pasar. Dalam penelitiannya size perusahaan didasarkan pada total aset, karena
total aktiva lebih menunjukkan size perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar
(Market Capitalization). Jadi semakin besar size perusahaan maka akan semakin
tinggi pengungkapan (Almilia dan Retrinasari, 2007). Dalam penelitian ini
karakteristik perusahaan yang digunakan meliputi tingkat solvabilitas, tingkat
profitabilitas, dan ukuran perusahaan.
Saham Publik
7 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Ainun dan Fuad (2000) mengemukakan bahwa adanya perbedaan dalam
proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang
membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail
butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan
semakin luas.
3.
Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa
laporan keuangan harus memberi informasi dan penjelasan yang cukup mengenai
hasil aktifitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali, 2000:235). Hendriksen
(2002:429) mengatakan, secara sederhana pengungkapan dapat diartikan sebagai
pengeluaran informasi (the release of information). Para akuntan cenderung
menggunakan istilah ini dalam batasan yang lebih sempit, yaitu pengeluaran
informasi tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan
tahunan.
Menurut Belkaouli (2000:219) tujuan pengungkapan antara lain:
1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui
serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut.
2. Untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan
yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko dan
return.
3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa
mendatang.
Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen
kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) dalam Simanjuntak dan Widiastuti (2004:243), agency
relationship (hubungan keagenan) ada bilamana satu atau lebih individu yang
disebut dengan principal bekerja dengan individu atau organisasi lain yang
disebut agent, principal akan menyediakan fasilitas dan mendelegasikan
kebijakan pembuatan keputusan kepada agen.
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Harianto dan Sudomo
(2001:106) teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dengan
pemegang saham, di mana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang
saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Prinsipal menyediakan
fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen
mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham
kepadanya. Agen diwajibkan memberi laporan periodik pada prinsipal tentang
usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya melalui laporan
keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, laporan keuangan
merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemiliknya.
Lundholm (1996) dalam Naim dan Rakhman (2000:73) mengemukakan ada
dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan
standar, yaitu:
1. Pengungkapan Wajib (mandated disclosure)
8 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan
oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk
mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan
memaksa perusahaan untuk mengungkapnya. Luas pengungkapan wajib tidak
sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan
regulasi yang lebih baik akan mensyaratkan pengungkapan minimum atau
lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang.
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan
sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy
dan Palepu (1993) dalam Naim dan Rakhman (2000:73) mengemukakan
meskipun semua perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan
minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan
informasi yang diungkapkan ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan
kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas
dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.
Menurut Hendriksen (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan yang
umumnya diusulkan, yaitu:
1. Pengungkapan cukup (Adequate disclosure)
Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu
pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dan
angka-angka yang disajikan dapat diinterprestasikan dengan benar oleh
investor.
2. Pengungkapan wajar (Fair disclosure)
Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung menyiratkan suatu etika, yaitu
memberi perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan.
3. Pengungkapan penuh (Full disclosure)
Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi
sebagian orang, pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara
berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan
membahayakan, karena penyajian rinci dan tidak penting justru akan
mengaburkan informasi yang signifikan sehingga membuat laporan keuangan
sulit ditafsir.
4.
Pengertian Pengungkapan Laporan Keuangan
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan
(Chariri dan Ghozali, 2007:377). Apabila dikaitkan dengan kata, disclosure berarti
memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data
tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan
dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut
harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadiankejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.
Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai
9 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa
banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian
membaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.
Pengertian pengungkapan dalam laporan keuangan menurut Stice (2000)
dalam Christianti (2007), pengungkapan dalam laporan keuangan adalah
pelaporan rinci sebuah transaksi dalam catatan pada laporan keuangan. Evans
(2002:334) mendifinisikan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah
“Disclosure means supplying information in the financial statements including in
the statements themselves, the notes to the statements and the supplementary
disclosures associated with the statements”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laporan
keuangan yang disajikan perlu disertai dengan informasi-informasi pendukung
yang sering kali disebut dengan istilah pengungkapan, agar laporan keuangan
yang disajikan mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi dalam
menafsirkan laporan keuangan.
Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran
informasi (the realease of information). Akuntan cenderung menggunakan istilah
ini dalam batasan yang lebih sempit, yaitu pengeluaran informasi tentang
perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan (Naim dan
Rakhman, 2000). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat
dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi hanya jika laporan keuangan
dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai. Pengungkapan yang memadai
bukan berarti banyaknya penggunaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang
panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalan-persoalan yang dianggap
penting oleh auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para
konsumennya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham.
Karena kewajaran penyajian, laporan keuangan bergantung pada cukup tidaknya
pengungkapan-pengungkapan mengenai hak-hak yang cukup materiil. Hal-hal
yang cukup materiil dan perlu diungkapkan adalah erat hubungannya dengan:
a. Bentuk, susunan dan isi laporan keuangan serta penjelasan-penjelasan yang
dilampirkan.
b. Istilah-istilah yang digunakan.
c. Banyaknya perincian-perincian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan.
d. Dasar penilaian atau penentuan dari jumlah-jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan, misalnya dasar penilaian persediaan, dasar penentuan
penyusutan aktiva tetap.
e. Aktiva-aktiva yang dipakai sebagai jaminan pinjaman.
f. Deviden yang tertunggak, pembatasan pembagian deviden dan hutang-hutang
yang bersyarat.
g. Adanya kepentingan-kepentingan yang berafiliansi atau yang menguasai serta
sifat dan volume transaksi-transaksi dengan kepentingan tersebut.
5. Tujuan Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan
Tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan menurut (Chariri dan
Ghozali, 2007:382) bahwa tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:
10 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai
lainnya dalam mengambil keputusan secara rasional.
b. Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya
menilai jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih.
c. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan.
d. Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performa keuangan) suatu
perusahaan selama satu periode.
e. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai
kepentingan pemilik.
f. Untuk membandingkan antara perusahaan dan antar tahun. Untuk menyediakan
informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang.
g. Untuk membantu investor dalam menerapkan return dan investasinya.
6. Jenis Pengungkapan
Menurut (Chariri dan Ghozali, 2007:393), menyatakan ada dua jenis
pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar,
yaitu:
a. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh
standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia peraturan mengenai
pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dikeluarkan oleh Ketua
BAPEPAM melalui ketutusan nomor 17/PM/2002 atau VIII.G.7. Dalam
praktik yang paling lazim digunakan adalah pengungkapan yang cukup
(Adequate Disclosure). Pengungkapan yang cukup merupakan pengungkapan
yang minimum yang disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Menurut Lundholm (1996) dalam Naim dan Rakhman (2000:73),
pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan
secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar atau peraturan
yang berlaku. Naim dan Rakhman (2000:73) pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan melebihi yang diwajibkan.
Dalam pengungkapan sukarela, manajemen bebas untuk memberi informasi
akuntansi maupun informasi lainnya di luar standar pengungkapan yang sudah
ditetapkan. Menurut Froidevaux (2004) dalam Christanti (2007), pengungkapan
sukarela berisi taksiran laba yang akan dibagi oleh manajemen, penyajian kepada
publik, pengungkapan relasi investor, website, internet, press release, konfrensi
pers, informasi sukarela dalam laporan tahunan, juga semua informasi kebijakan
keuangan perusahaan yang dapat dipakai untuk berbagai tujuan.
Berdasar penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela
dapat mengurangi asimetri informasi antara partisipan pasar. Kredibilitas dan
reabilitas merupakan hal utama yang menjadi perhatian dalam pengungkapan
informasi secara sukarela.
7.
Kelengkapan Pengungkapan
Kelengkapan (comprehensiveness) adalah suatu bentuk kualitas. Menurut
Imhoff (1992) dalam Naim dan Rakhman (2000:72), kualitas tampak sebagai
atribut-atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi. Meskipun kualitas
11 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
akuntansi masih memiliki makna ganda (ambiguous), banyak penelitian yang
menggunakan index of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas
pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari
isi suatu laporan keuangan tahunan. Dengan kata lain Imhoff menyatakan bahwa
tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Menurut Naim dan Rakhman (2000:72) kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan sangat tergantung kepada standar yang diberlakukan di suatu negara.
Negara maju dengan regulasi yang lebih ketat relatif lebih tinggi pengungkapan
laporan keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan di negara
berkembang. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan
tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal
dan sosial di negara berkembang.
Hendriksen (2002:425) mengatakan bahwa penetapan tingkat kelengkapan
pengungkapan yang tepat idealnya tergantung pada tingkat kesejahteraan sosial
yang dihasilkan oleh pengungkapan. Jika tidak ada suatu teori etika yang
memungkinkan pengukuran kesejahteraan sosial, maka para regulator akuntansi
berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti relevansi dan keandalan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk menilai manfaat dari laporan
keuangan tersebut.
Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan oleh
emiten atau perusahaan publik industri manufaktur ditetapkan oleh Bapepam
dalam Surat Edaran No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Pedoman ini
dimaksudkan untuk memberi suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang
terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh
(full disclosure) sehingga dapat memberi kualitas informasi keuangan bagi para
pengguna.
Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan
menggunakan index of disclosure methodology, seperti indeks Wallace.
Rumus indeks Wallace =
% (Nugraheni, 2002:80)
Keterangan:
n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan.
k : jumlah item yang seharusnya diungkapkan.
8.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis alternatif
adalah sebagai berikut:
H1 : Terhadap pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran
perusahaan, dan struktur kepemilikan secara simultan terhadap keluasan
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan.
H2a : Rasio likuiditas
berpengaruh
terhadap keluasan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahunan.
12 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
H2b : Rasio leverage berpengaruh terhadap keluasan kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan tahunan.
H2c : Rasio net profit margin berpengaruh terhadap keluasan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
terhadap keluasan kelengkapan
H2d : Ukuran perusahaan berpengaruh
pengungkapan laporan keuangan tahunan.
H2e : Struktur kepemilikan berpengaruh
terhadap keluasan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahunan.
METODE PENELITIAN
1.
Populasi Sampel Dan Tehnik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam
penelitian ini kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan catatan atas laporan
keuangan tahun 2006-2009 secara berturut-turut.
2. Perusahaan yang mempunyai laporan keuangan yang berakhir 31 Desember.
3. Perusahaan yang memiliki laba positif.
4. Perusahaan tidak mengalami delisting dari BEI sehingga bisa terusmenerus
melakukan perdagangn saham di BEI selama periode estimasi.
5. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia.
Berdasarkan kriteria diatas yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah
18 perusahaan manufaktur makan dan minuman.
2.
Data Dan MetodePengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, yang dapat
berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman di BEI
periode 2006-2009 dan catatan atas laporan keuangan yang ada di www.idx.co.id.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu berupa Laporan
Tahunan Emiten. Data tentang indeks kelengkapan pengungkapan diambil dari
laporan tahunan emiten pada tahun 2006-2009. Data tentang rasio likuiditas, rasio
leverage, net profit margin, jumlah asset, dan saham publik dapat diambil dari
laporan keuangan perusahaan manufaktur diBEI periode 2006-2009.
3.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
13 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Untuk mengoperasionalkan variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan
definisi operasionaldan pengukurannya.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan tahun 2006-2009. Variabel ini mengukur berapa banyak butir
pengungkapan laporan keuangan yang material diungkap oleh perusahaan. Butir
pengungkapan yang diukur pengungkapan wajib. Yang tergolong pada Madatory
Disclosure adalah informasi yang terdapat dalam SK Bapepam No.SE02/PM/2002 tanggal 2002, terdapat 68 item. Untuk mengukur kelengkapan
pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks Kelengkapan
Pengungkapan. Indeks pengungkapan untuk setiapperusahaan sampel diperoleh
dengan cara sebagai berikut:
1. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi, dimana jika
suatu item diungkapkan diberi nilai sati dan jika tidak diungkapkan akan diberi
nilai nol.
2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapat skor total.
3. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan dengan cara membagi total
skor yang diperoleh dengan total skor yang diharapkan dapat diperoleh oleh
perusahaan.
2. Variabel Independen
Pengukuran variabel independent dilakukan sebagai berikut:
a. Rasio likuiditas. Penelitian ini menggunakan rasio lancar perusahaan yang
dijadikan sampel tahun 2006-2009, yang diukur dengan membagiaktiva
lancar terhadap kewajiban lancar.
b. Rasio leverage. Penelitian ini menggunakan Debt To Equity Ratio (DER)
perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2006-2009 yang diukur
denganmembagi total kewajiban dengan ekuitas pemegang saham.
c. Net Profit Margin diukur berdasarkan rasio antara laba bersih terhadap
tingkat penjualan.Net Profit Margin dihitung dari tahun 2006-2009 dari
perusahaan yang dijadikan sampel.
d. Ukuran perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan total aktiva dari perusahaan sampel tahun20062009.Ukuran perusahaan = Ln Total Asset. Penggunaan total aktiva dalam
penelitian ini, karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) total aktiva
lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar.
14 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
e. Saham publik.Variabel ini diukur dengan melihat dari berapa besar saham
yang dimiliki oleh publik pada perusahaan go public yang terdaftar di BEI.
Pada ICMD juga telah dinyatakan jumlah besarnya kepemilikan oleh publik.
4.
Tehnik Analisis Data
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan terhadap rasio-rasio variabel yang dianalisis, yaitu:
rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan, saham
publik, dan menghitung besarnya indeks kelengkapan pengungkapan.
2. Analisis Deskriptif merupakan suatu metode dalam mengorganisir dan
menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur
mengenai suatu kegiatan.
3. Uji Asumsi Klasik, terdapat empat asumsi yaitu: Uji normalitas dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), Uji Multikolinieritas, Uji
Heteroskedastisitas dan Uji autokorelasi.
4. Analisi Regresi Berganda dihasilkan dengan cara memasukkan input data
variabel ke fungsi regresi. Analisis persamaan regresi berganda digunakan
untuk mengetahuipengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel
terikat. Persamaan regresi berganda dapat dinyatakan sebagai berikut:
INDEX = a + β1CR + β2DER + β3NPM + β4SIZE +β5OS + e
Keterangan:
INDEX
= indeks skor pengungkapan laporan keuangan
a
= konstanta (tetap)
β1 – β5
= koefisien regresi
CR
= rasio likuiditas
DER
= rasio leverage
NPM
= net profit margin
SIZE
= ukuran perusahaan
OS
= saham publik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Deskripsi Variabel Penelitian
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahun
2006-2009, sehingga diperoleh data sebanyak 18 perusahaan. Untuk
15 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
perhitungan data di susun secara panel, jadi jumlah data observasi sebanyak
72 data (18 x 4).
Deskripsi variabel penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan, likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan porsi saham
publik.
Dapat diketahui bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
perusahaan minimum adalah sebesar 44,12% yang diperoleh PT Cahaya Kalbar
Tbk (CEKA). Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
maksimal diperoleh PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) sebesar 85,29%. Rata-rata
tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang menjadi
target populasi adalah 64,29%.
Pada variabel likuiditas, hasil menunjukkan bahwa perusahaan yang
memiliki rasio likuiditas paling rendah (minimum) adalah PT Aqua Golden
Mississippi Tbk (AQUA) adalah sebesar 0,62 kali. Likuiditas yang paling tinggi
(maksimum) adalah sebesar 9,82 kali diperoleh PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA).
Nilai rata-rata rasio likuiditas adalah sebesar 2,5388 mengindikasikan bahwa ratarata setiap Rp 1 hutang jangka pendek perusahaan dijamin dengan Rp 2,53 aktiva
lancarnya.
Variabel leverage perusahaan diukur dengan membagi total utang dengan
total ekuitasnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan leverage yang paling rendah
(minimum) adalah sebesar 0,07 diperoleh PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
sedangkan nilai maksimum sebesar 5,69 diperoleh PT Sekar Laut Tbk (SKLT).
Rata-rata leverage perusahaan yang diteliti adalah 1,5592 mengindikasikan bahwa
rata-rata utang perusahaan terhadap modalnya sebesar 1,55 kali.
Pada variabel profitabilitas hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ratarata kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah sebesar 16,37%, Nilai
profitabilitas maksimum sebesar 61,85% dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk (AISA), sedangkan nilai minimum profitabilitas dimiliki PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA) sebesar 0,49%.
Variabel ukuran perusahaan (Size) yang diukur dengan menggunakan total
aktiva, menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran
perusahaan yang paling kecil adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
dengan total aktivanya sebesar Ln 10,13. Sedangkan nilai ukuran perusahaan yang
paling besar dimiliki PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) dengan total aktiva
sebesar Ln 17,12. Rata-rata nilai ukuran perusahaan yang diteliti adalah sebesar
Ln 13,32.
Variabel saham publik yang diukur dengan membagi jumlah saham yang
dimiliki publik dengan total saham, menunjukkan hasil bahwa perusahaan dengan
porsi saham publik yang paling sedikit adalah PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
sebesar 1,83%. Sedangkan nilai paling tinggi sebesar 61,50% dimiliki oleh PT
16 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Davomas Abadi Tbk (DAVO). Nilai rata-rata prosentase porsi saham perusahaan
yang dimiliki publik adalah sebesar 25,05%.
2.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh karakteristik perusahaan yang diukur dari CR
(rasio likuiditas), DER (rasio leverage), NPM (net profit margin), SIZE (ukuran
perusahaan) dan OS (saham publik) terhadap tingkat keluasan pengungkapan
wajib laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh
persamaan regresi linear berganda, dapat diketahui bahwa persamaan regresi
linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
INDEX = 36,176 – 1,331 CR + 0,888 DER + 0,011 NPM + 1,970 SIZE +
0,147 OS.
Dari persamaan regresi tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa:
α = intersept sebesar 36,176 artinya apabila semua variabel independen
(likuidtas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap
konstan (bernilai 0), maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan
bernilai sebesar 36,176.
Koefisien likuiditas (CR) sebesar -1,331, artinya apabila likuiditas
mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (leverage, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan akan menurun sebesar 1,331%.
Koefisien leverage (DER) sebesar 0,888, artinya apabila leverage
mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,888%.
Koefisien profitabilitas (NPM) sebesar 0,011, artinya apabila profitabilitas
mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, leverage,
ukuran perusahaan dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,011%.
Koefisien ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 1,970, artinya apabila ukuran
perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas,
leverage, profitabilitas dan saham publik) dianggap konstan, maka kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 1,970 %.
Koefisien saham publik (OS) sebesar 0,147, artinya apabila saham publik
mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, leverage,
profitabilitas dan ukuran perusahaan) dianggap konstan, maka kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 0,147 %.
17 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
3.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar prosentase variabel
independen (likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham
publik) secara bersama-sama menerangkan variasi variabel dependen
(kelengkapan pengungkapan laporan keuangan). Dari hasil uji regresi diperoleh
nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,431. Hasil ini berarti
bahwa ada kontribusi sebesar 43,1 % dari variabel independen (likuiditas,
leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik) dalam memprediksi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
menjadi target populasi. Sedangkan sisanya sebesar 56,9 % dijelaskan oleh
variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.
Pengujian Hipotesis
Sehubungan dengan perumusan masalah dan hipotesis penelitian yang
diajukan sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat dijelaskan
bahwa variabel-variabel yang mempunyai pengaruh Indeks skor pengungkapan
laporan keuangan (Y) adalah karakteristik perusahaan yang terdiri atas CR,DER,
NPM, SIZE dan OS.
4.1 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk memprediksi pengaruh positif antara variabel
independen yaitu (likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan
saham publik) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen
(Indeks kelengkapan pengungkapan laporan keuangan). Dari perhitungan diatas
diketahui nilai F sebesar 11,764 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, taraf
signifikansi α = 5% .
Hasil uji ANOVA antara likuiditas (CR), leverage (DER), profitabilitas
(NPM), ukuran perusahaan (SIZE) dan porsi saham publik (OS) terhadap
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan (INDEX) diperoleh nilai F
(11,764) signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
mengindikasikan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel bebas
(karakteristik perusahaan yang terdiri atas likuiditas (CR), leverage (DER),
profitabilitas (NPM), ukuran perusahaan (SIZE) dan saham publik (OS)
berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat (Indeks
skor pengungkapan laporan keuangan).
4.2. Uji t (Uji Parsial)
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh
secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (tak
bebas). Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh variabel bebas
yang terdapat pada model yang terbentuk untuk mengetahui apakah variabel bebas
(X) yang ada dalam model secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (Y).
18 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Tabel 7
Hasil Perhitungan Uji t
Model Anova
t
CR (likuiditas)
-3,335
DER (leverage)
1,463
NPM (profitabilitas)
0,207
SIZE (ukuran Perusahaan)
2,712
OS (saham publik)
2,772
Sumber: Lampiran 5, Data diolah
Sig
0,001
0,148
0,837
0,009
0,007
Uji t antara likuiditas (CR) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan (Indeks). Berdasar tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (-3,335) dan
nilai signifikansi sebesar 0,001 < taraf signifikansi α = 5% =0,05, maka dari hasil
uji ini dinyatakan H0 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima yang
artinya secara parsial rasio likuiditas (CR) berpengaruh negatif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Uji t antara leverage (DER) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (1,463) dan nilai
signifikansi sebesar 0,148 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji
ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya secara parsial rasio
leverage (DER) berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
Uji antara profitabilitas (NPM) terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t ( 0,207)
dan nilai signifikansi sebesar 0,837 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari
hasil uji ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya secara parsial
rasio profitabilitas (NPM) berpengaruh positif terhadap
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Uji t antara ukuran perusahaan (SIZE) terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan
nilai t (2,712) dan nilai signifikansi sebesar 0,009 > taraf signifikansi α = 5% =
0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak, yang artinya
secara parsial ukuran perusahaan (SIZE) perpengaruh positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Uji t antara saham publik (OS) terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Berdasarkan tabel 7 diatas, hasil perhitungan nilai t (2,772)
dan nilai signifikansi sebesar 0,007 > taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari
hasil uji ini dinyatakan H0 diterima sehingga Ha ditolak, yang artinya secara
parsial saham publik (OS) berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
5.
Pembahasan
Model regresi linear berganda tersebut memiliki nilai koefisien korelasi
sebesar 0,686 yang berarti menunjukkan hubungan secara bersama-sama antara
variabel karakteristik perusahaan yang terdiri atas CR, DER, NPM, SIZE dan OS
dengan Indeks skor pengungkapan laporan keuangan adalah sebesar 68,6 %.
19 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Model regresi linear berganda tersebut memiliki nilai koefisien determinasi
sebesar 0,471 yang berarti menunjukkan kontribusi pengaruh secara bersamasama (simultan) antara variabel karakteristik perusahaan yang terdiri atas CR,
DER, NPM, SIZE dan OS terhadap Indeks skor pengungkapan laporan keuangan
sebesar 47,1 %, sedangkan sisa 52,9 % dipengaruhi oleh variabel lainnya selain
variabel karakteristik perusahaan dalam penelitian ini.
Hasil regresi berganda dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5%
menunjukkan hasil sebagai berikut: R2 = 0,431, F = 11,764, signifikansi = 0,000.
Hasil ini memberikan dasar hipotesis H0 ditolak, artinya secara bersama-sama
(simultan) variabel independen (likuiditas, leverage, net profit margin, size dan
saham publik) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (indeks skor
pengungkapan laporan keuangan). Variabel independen (likuiditas, leverage, net
profit margin, size dan saham publik) ternyata kontribusinya sebesar 43,1 %
dalam menjelaskan variasi pengungkapan laporan keuangan.
Hasil penelitian ternyata konsiten dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Beberapa penelitian tersebut diantaranya Subiyantoro (1996), Naim dan Rakhman
(2000), Fitriyani (2001), Simanjuntak dan Widiastuti (2004), namun tidak
konsisten dengan penelitian Nugraheni (2002).
Sesuai hasil penelitian di atas terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan adalah minimum sebesar 44,12 % dan maksimum sebesar
85,29 % dengan rata-rata sebesar 64,30 %. Hal ini menunjukkan bahwa belum
semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan Bapepam yaitu Surat Edaran
Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 diungkapkan
secara lengkap oleh perusahaan. Kondisi ini menyiratkan bahwa Bapepam perlu
mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan (emiten) agar
perusahaan dapat memberikan pengungkapan yang lebih lengkap. Sehingga
laporan keuangan memiliki manfaat yang signifikan bagi keperluan pemakainya.
Item-item pengungkapan yang paling sedikit diberikan oleh perusahaan
adalah item-item pada komponen neraca yaitu: wesel tagih, wesel bayar,
kewajiban lancer lain-lain, kewajiban tidak lancer lainnya, hutang subordinasi,
obligasi konvensi, opsi saham, modal saham diperoleh kembali. Pada komponen
laporan laba rugi yang paling sedikit diungkapkan oleh perusahaan adalah item
laba (rugi) per saham dilunasi, sedangkan pada laporan perubahan modal adalah
item setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang diakui secara langsung dalam ekuitas. Hal tersebut disebabkan
perusahaan belum mengklasifikasikan komponen laporan keuangannya sesuai
dengan pedoman penyajian laporan keuangan yang disyaratkan oleh Bapepam.
Alasan lain mungkin transaksi-transaksi pada item-item tersebut memang kurang
dilakukan oleh perusahaan (emiten).
Hasil ini sangat konsiten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Suripto (1999), dimana diungkapkan bahwa tingkat pengungkapan dalam laporan
keuangan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek Djakarta masih relatif
rendah yang ditunjukan dengan rendahnya jumlah skor pengungkapan yang
diperoleh.
20 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR (rasio likuiditas) tidak
berpengaruh terhadap indeks skor pengungkapan laporan keuangan. Artinya
tinggi rendahnya rasio likuiditas perusahaan tidak mempengaruhi manajemen
dalam mengungkapkan informasi di laporan keuangan. Kemampuan perusahaan
dalam mengelola asset perusahaan harus diungkapkan kepada publik secara
penuh, baik perusahaan yang tingkat likuiditasnya rendah maupun tinggi.
Semakin tinggi likuiditas perusahaan tidak semakin tinggi tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahunan. Konsisten dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang
membuktikan bahwa hanya leverage, profitabilitas dan proporsi kepemilikan
saham publik yang mempengaruhi indeks kelengkapan laporan keuangan.
Hasil penelitian Size (ukuran perusahaan) berpengaruh positif terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Artinya semakin besar ukuran perusahaan,
maka semakin besar indeks pengungkapan dalam laporan keuangan. Hal ini
berarti perusahaan besar di pasar modal merupakan entitas (harta) yang banyak
disorot oleh publik, sehingga harus mengungkapkan lebih banyak informasi
sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangannya. Karena adanya asumsi going concern, di
mana perusahaan didirikan untuk jangka panjang, maka perusahaan akan
memperoleh tekanan untuk mengolah informasi yang ada untuk dilaporkan pada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Hal ini konsisten dengan penelitian Suripto (1999) dan Meek et al. (1995)
yang menyebutkan bahwa dalam penelitian-penelitian sebelumnya variabel size
adalah yang paling konsisten berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Hasil
penelitian ini mendukung temuan dan size perusahaan merupakan variabel penting
dalam menjelaskan variasi kualitas pengungkapan dalam laporan keuangan
tahunan. Naim dan Rakhman (2000) menguji hubungan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa rasio ungkitan secara signifikan dan positif berkaitan dengan
kelengkapan ungkapan laporan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian OS (saham publik) diperoleh hasil bahwa variabel ini
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Semakin besar saham yang dimiliki oleh publik maka akan semakin banyak pula
butir-butir pengungkapan laporan keuangan yang dikehendaki oleh para
investornya sehingga akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan perusahaan. Sesuai dengan agency teory, hubungan keagenan
dijalankan antara principal (pemegang saham) dengan agent (manajemen).
Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk mengelola perusahaan, sedangkan
agent bertanggungjawab untuk melaporkan secara periodik segala aktivitas yang
dijalankannya. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari publik terhadap
transparansi perusahaan semakin diperlukan. Kondisi semacam ini sesuai dengan
konsep Good Corporate Governance yang merupakan pengembangan dari Agency
theory. Hal ini disebabkan adanya tuntutan masyarakat dan konflik kepentingan,
keadaan semacam ini tentunya akan membuat manajemen untuk mempunyai
prinsip utama sebagai pegangan bahwa keterbukaan merupakan suatu syarat
mutlak dalam menjalankan aktivitas perusahaan publik.
21 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Hasil penelitian ini konsiten dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang juga menyatakan bahwa saham publik
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
1.
Simpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di depan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Karena F = 11,764 dan sig 0,000 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi
5% sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semua variabel bebas (karaktristik
perusahaan yang terdiri atas CR, DER, NPM, SIZE dan OS berpengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat Indeks skor pengungkapan
laporan keuangan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar = -3,335 dan sig 0,001 maka
H0 ditolak pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial
variabel CR (likuiditas) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor
pengungkapan laporan keuangan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 1,463 dan sig 0,148 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial
variabel DER (leverage) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor
pengungkapan laporan keuangan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 0,207 dan sig 0,837 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial
variabel NPM (profitabilitas) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks
skor pengungkapan laporan keuangan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 2,712 dan sig 0,009 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial
variabel SIZE (ukuran perusahaan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Indeks skor pengungkapan laporan keuangan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh t sebesar 2,772 dan sig 0,007 maka H0
diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial
variabel OS (saham publik) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks skor
pengungkapan laporan keuangan.
Variabel CR (likuiditas), DER (leverage), NPM (profitabilitas), SIZE
(ukuran perusahaan) dan OS (saham publik) berpengaruh secara simultan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y). Dengan demikian hipotesis
pertama yang dirumuskan dalam bentuk alternatif “variabel CR, DER, NPM,
SIZE dan OS berpengaruh secara simultan terhadap tingkat keluasan
pengungkapan laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah ditolak”.
Variabel CR (likuiditas), DER (leverage), NPM (profitabilitas), SIZE
(ukuran perusahaan) dan OS (saham publik) berpengaruh secara parsial terhadap
tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan pada sektor industri makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis
dua yang dirumuskan dalam bentuk alternative “variabel CR, DER, NPM, SIZE
dan OS berpengaruh secara parsial terhadap tingkat keluasan pengungkapan
22 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia adalah ditolak”, kecuali CR (likuiditas), saja yang diterima.
Sesuai hasil penelitian di atas terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan adalah minimum sebesar 44,12% dan maksimum sebesar
85,29% dengan rata-rata sebesar 64,30%. Hal ini menunjukkan bahwa belum
semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan Bapepam yaitu Surat Edaran
Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002, pengungkapan
wajib diungkapkan secara lengkap oleh perusahan (emiten).
2.
Implikasi
Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas dapat ditarik implikasi sebagai
berikut:
1. Pemilikan saham publik juga mempengaruhi luas pengungkapan laporan
keuangan tahunan perusahaan. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari publik
terhadap transparansi perusahaan semakin diperlukan. Kondisi semacam ini
sesuai dengan konsep Good Corporate Governance yang merupakan
pengembangan dari Agency theory. Hal ini disebabkan adanya tuntutan
masyarakat dan konflik kepentingan, keadaan semacam ini tentunya akan
membuat manajemen untuk mempunyai prisip utama sebagai pegangan bahwa
keterbukaan merupakan suatu syarat mutlak dalam menjalankan aktivitas
perusahaan.
2. Size perusahaan merupakan indikator yang dapat meningkatkan luas
pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini sesuai
dengan kaidah dalam Agency Theory, dimana superior selalu ingin mengawasi
jalannya operasi perusahaan agar kepentingannya dapat terwakili dalam
pengelolaan perusahaan. Hasil penelitian ini memberikan tambahan jajaran
khasanah pengetahuan yang mendukung hasil penelian sebelumnya, sehingga
memperkuat dalam penetapan dalam teori pengetahuan akuntansi. Dari hasil
penelitian size perusahaan yang diukur dengan besarnya asset perusahaan
berpengaruh terhadap luas pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan. Hal ini dikarenakan asset perusahaan akan selalu mendapat sorotan
dari pasar maupun publik. Mengingat asset perusahaan menjadi sorotan pasar
atau publik, maka manajemen senantiasa akan berusaha untuk meningkatkan
pengelolaan yang lebih serius terhadap asset perusahaan dan selalu berusaha
agar jumlah asset dapat ditingkatkan terus.
3.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:
1. Sampel dalam penelitian hanya terbatas pada perusahaan manufaktur sektor
industri makanan dan minuman (Food and Beverages) sehingga hasil
penelitian kurang mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya dan tidak
dapat digeneralisasi.
2. Periode pengamatan yang relatif pendek karena hanya empat tahun (tahun 2006
sampai dengan tahun 2009), sehingga hasil penelitian kurang mencerminkan
fenomena yang sesungguhnya.
23 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya lima variabel, sehingga
diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat memperbanyak variabel lainnya
karena sangat dimungkinkan ada variabel yang lebih berpengaruh terhadap
indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan.
DAFTAR REFERENSI
Ainun Naim dan Fuad Rachman, 2000, “Analisis Hubungan antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 15
No 1 pp 70-82.
Ang, Robert, 1997. Buku Pinter : Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Media Soft
Indonesia.
Assih, Prihatin, 2000, “Pengungkapan Untuk meningkatkan Kualitas Laporan
Keuangan dalam rangka memenuhi criteria Decision Usefulness”. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, STIE YKPN, Yogyakarta.
Bambang Suripto, 1998. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan, Makalah
dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi II.
Bapepam, 2002. Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia.
Belkaouli, Ahmed Riahi, 2000. Teori Akuntansi.Buku I. Jakarta. Salemba Empat.
Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti. 2004, “Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia Vol 7, No 3, September 2004 hal 351-366.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001, Manajemen Keuangan, Jakarta,
Erlangga.
Chariri Anis dan Imam Ghozali, 2007. Teori Akuntansi, Edisi ke tiga, Universitas
Diponegoro.
Djarwanto P.S, 2000. Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis
Penulisan Skripsi. Yogyakarta. Liberty.
Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. 2002, Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan,
Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN.
Fitriani. 2001, Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Makalah dipresentasikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi IV.
Gujarati, Damodar, 2001. Ekonometrika Dasar, diterjemahkan oleh Sumarno
Zein. Jakarta. Erlangga.
Gunawan, Yuniati. 2000, “Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium
Akuntansi III, Bandung.
Hanafi, Mahmud M, dan Abdul Halim, 2000. Analisa Laporan Keuangan,
Yogyakarta. UPP AMP YKPN.
Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2007. Edisi Revisi Analisis Laporan
Keuangan. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
24 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. 2001. Perangkat dan Teknis Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta. PT Bursa Efek Jakarta.
Harjanti Widiastuti, 2002, Pengaruh Ungkapan Sukarela dalam Laporan
Tahunan terhadap Earning Response Coefficient (ERC), Simposium
Nasional Akuntansi V, Sesi 2/A, IAI Jakarta, Hal 74-86.
Hendriksen Eldon S. 1989, Jilid Dua Teori Akuntansi, Jakarta, Penerbit Erlangga
Hendriksen Eldon S dan Van Breda Michael F. 1991, Fifth Edition “Accounting
Theory” American Institute of Certified Public Accountant.
Hendriksen Eldon S dan Van Breda Michael F. 2002. Teori Akuntansi, Buku 2.,
Batam, Interaksara.
Horne, James C.Van dan John M.Wachowicz, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan, Buku I. Jakarta. Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Salemba
Empat
Indonesia Capital Market Directory (ICMD), 2010. Jakarta, BEI.
Imam Ghozali, dan Anis Chariri, 2001, Edisi Pertama Teori Akuntansi,
Semarang. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Imam Ghozali. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate, Semarang, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi Dan Manajemen, BPFE Yogyakarta.
Iqbal Hasan. 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Edisi
Kedua, Jakarta, PT.Bumi Aksara.
Kasmadi dan Djoko Susanto, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Keuangan Perusahaanperusahaan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Edisi
Desember 2004.
Kieso E Donald, Weygant J.Jerry dan Warfield D.Terry, 2002, Edisi sepuluh
Akuntansi Intermediate, Jakarta. Penerbit Erlangga.
Marwata, 2001, Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas
Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di
Indonesia, Makalah dipersembahkan dalam Simposium Nasional
Akuntansi IV, 2001.
Mamduh M.Hanafi, dan Abdul Halim, 2003, Edisi Revisi Analisis Laporan
Keuangan. Yogyakarta, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP YKPN.
Meek, Gary K, Clare B. Roberts and Sidney J. Gray, 1995, “Factor Influencing
Voluntary Annual Report Disclosure by US, UK and Continentaln
European Multinational Corporation”, Journal of International Business
Studies, Vol 26 pp.555-572.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Penerbit Liberty.
Nugraheni, B.Linggar Yekti, Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto, 2002.
Analisis Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan
Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.VIII, No.1.pp.75-91.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1998. Metode Penelitian Bisnis, Edisi
Pertama, Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
25 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
Subiyantoro, Edy. 1997, Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia,
Simposium Nasional Akuntansi I, Yogyakarta.
Suripto, Bambang, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”, Simposium Nasional
Akuntansi II, September 1999.
Suta, I Putu Gede Ary, 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta. Yayasan
SAD Satria Bakti.
Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi 3.
Yogyakarta, BPFE.
Weston, J.Fred dan Eugene F. Brigham, 1993. Manajemen Keuangan. Jakarta.
Erlangga.
http://www.idx.co.id.
26 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
27 
Download