PENGARUH GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Sri Wiworo Retno Indah Handayani, Nadiya Andromeda Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang [email protected], [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya pengaruh antara gaya pengambilan keputusan dengan prokrastinasi akademik atau perilaku menunda Alat ukur prokrastinasi akademik menggunakan skala yang merupakan adaptasi dari skala Sri Wiworo (2013). Sedangkan skala gaya pengambilan keputusan akan dikembangkan dari indikator ciri-cirinya.Respondennya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi semester II Universitas Wisnuwardhana Malang yang II angkatan tahun 2014/2015 yang berjumlah 56 orang. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment. Hasil penelitian ini dengan menggunakan program statistik (SPS-2000) menunjukkan pengaruh sangat signifikan antara gaya pengambilan keputusan dengan prokrastinasi akademik artinya gaya pengambilan keputusan, mempengaruhi prokrastinasi akademik sehingga hipotesa yang menyatakan adanya pengaruh antara gaya pengambilan keputusan dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Wisnuwardhana Malang diterima pada taraf kepercayaan 99 %.Pada penelitian ini juga diperoleh variabel gaya pengambilan keputusan memberikan sumbangan efektif sebesar 70,5 % terhadap variabel Prokrastinasi akademik, sedangkan sisanya 29,5% disebabkan faktor lain. Kata kunci : Gaya pengambilan keputusan, prokrastinasi akademik Abstract: The research objective was to determine the influence of the style of decision making with academic procrastination or delay the conduct academic procrastination measuring instrument using a scale which is an adaptation of the scale Sri Wiworo (2013). While the scale of the decision-making style will be developed on the indicators of the students of the Faculty of Psychology cirinya.Respondennya is the second half of the II University of Malang Wisnuwardhana force in 2014/2015 which amounted to 56 people. While the analytical technique used is the product moment correlation. The results of this study using the statistical program (SPS-2000) edition Sutrisno Hadi and Yuni Pamardiningsih show the influence is significant between the style of decision making with academic procrastination means that the style of decision-making, influencing academic procrastination thus hypothesized that the influence of the style of decision making with academic procrastination on Wisnuwardhana Malang University students accepted at the level of 99% .In this study also acquired decision-making style variables contribute effectively amounted to 70.5% of the academic Procrastination variable, while the remaining 29.5% is due to other factors. Keywords: style of decision-making, academic procrastination (1999). Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka I. PENDAHULUAN Pendidikan nasional diharapkan mampu me- pemerintah tidak hanya memperhatikan pemba- wujudkan manusia-manusia pembangunan dan ngunan fisik tapi juga membangun non fisik, seperti rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung pepatah mengatakan “Di dalam jiwa yang sehat jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud terdapat badan yang sehat”, artinya pemerintah 50 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 melalui bidang pendidikan hendaknya membangun perilaku yang biasa kita jalankan dalam hidup softskills antara lain karakter peserta didik agar sehari–hari. nantinya pelaksana melakukan sesuatu bersifat positif maka hasilnya pembangunan diberbagai bidang dengan hasil yang cenderung positif, demikian pula sebaliknya memuaskan dan tepat sasaran. Fakta menunjukkan (Yusita, 2009). Tuntutan yang demikian tidak akan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia pada tercapai jika SDM (Sumber Daya Manusia) di tahun 2003 mencapai 9.53% atau sekitar 9.5 juta Indonesia tidak memiliki kepekaan terhadap warga negara sama sekali tidak memiliki pekerjaan, kualitas diri. SDM yang berkualitas bukan hanya dan angka tergantung pada sarana prasarana yang ada, tingkat pengangguran di Indonesia meningkat menjadi pendidikan ataupun skills yang dimiliki tetapi 9,86%. Hal ini diperparah dengan semakin bagaimana dia berperilaku dan bagaimana cara sempitnya lapangan pekerjaan, sehingga akan seseorang terjadi persaingan yang sangat ketat antara sarjana salah satu unsur yang penting pula. Intisari dari tersebut. Terbukti pada tahun dari tahun 2003 pengambilan keputusan adalah harapan akan sampai 2005 terjadi penyusutan lapangan pekerjaan terciptanya suatu hasil yang baik. Secara umum di kota dari 1,2 juta lapangan pekerjaan menjadi pembahasan 564.000 lapangan pekerjaan, proporsi penyusutan tidak hanya membahas pengambilan keputusannya yang sama terjadi pula di pedesaan (Hidayati, saja tetapi juga proses yang terjadi didalamnya. mereka bahkan bisa Januari menjadi tahun 2005 Apabila kebiasaan kita dalam mengambil suatu keputusan menjadi mengenai pengambilan keputusan 2005). Persoalannya, untuk menjadi SDM yang Berkaitan dengan keunikan atau keanekaraga- memiliki bekal performa yang diminati oleh dunia man pengambilan keputusan antara individu yang kerja adalah tidak mudah. Faktor kebiasaan satu dengan individu yang lain. Dalam hal menjadi hal yang sangat menentukan bagi performa mengambil keputusan, antar individu yang satu seseorang. Karena bagaimanapun kebiasaan (habit) dengan individu yang lain melakukan pendekatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam dengan cara yang tidak sama. Jadi ada gaya yang kehidupan manusia. Bahkan, kesuksesan atau berbeda-beda antar individu yang satu dengan yang kegagalan suatu usaha sangat ditentukan oleh lain dalam melakukan pengambilan keputusan kebiasaan yang dilakukan sebelumnya. Hal ini (Brigham Young University, 1999). Greeberg dan disebabkan yag Baron mendefinisikan pengambilan keputusan disadari, dilaksanakan sebagai proses membuat pilihan diantara beberapa sehari–hari, serta menjadi karakter. Aristoteles pilihan (dalam Dewi, 2006). Banyak teori-teori menyatakan bahwa kita adalah apa yag biasa kita yang berupaya menjelaskan model pengambilan lakukan. Artinya, setiap hasil usaha kita apakah keputusan di dalam individu maupun kelompok. kebiasaan adalah konsisten, sering tidak perilaku dalam hal belajar, pekerjaan, sosial, maupun Sebagai makhluk yang berkesadaran dan bebas pengembangan pribadi sangat ditentukan oleh menentukan pilihannya sendiri, jalan yang diemban 51 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 manusia terlihat demikian banyak. Apalagi pada yang terdiri dari berbagai daerah dan tentunya jaman yang sekompleks ini , permasalahan seperti memiliki latar belakang budaya yang berbeda. memilih sekolah, jurusan sekolah, universitas, jurusan kuliah, Banyak hal mempengaruhi seseorang sehingga pekerjaan, bidang pekerjaan, ia dapat melakukan aktivitas dengan baik. Baik kantor, pemimpin, pacar dll. Mengharuskan secara internal maupun eksternal. akan tetapi aspek manusia mengambil keputusan yang tepat dan akan internal individu menjadi penentu utama seseorang menghasilkan sesuatu yang baik ( Sarlito,2009). menjadi produktif. Dalam suatu waktu, seseorang Cara orang mengambil keputusan dapat digambarkan melalui gaya menjadi bergairah melakukan aktivitas atau pengambilan mungkin diwaktu lain ia menjadi malas sehingga keputusannya Ada dua dimensi dalam gaya menunda penyelesaian tugas, tergantung dari pengambilan keputusan, yakni: Orientasi nilai kondisi psikisnya. Selanjutnya perilaku ini menjadi (values orientation) dan Kompleksitas kognitif menguat dan diulangi lagi sehingga menjadi (cognitive complexity). Tipe pengambil keputusan kebiasaan. yang berorientasi nilai, fokus pada tugas (masalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada teknis) dan fokus pada orang (sosial).Sedangkan korelasi antara konsep diri dan stres denagan tipe pengambil keputusan yang menunjukkan prokrastinasi pada mahasiswa, ada korelasi negatif kompleksitas kognitif mengindikasikan tingkat di antara konsep diri dan Prokrastinasi dan ada mana seseorang memiliki toleransi terhadap korelasi negatif antara stres dan prokrastinasi pada ambiguitas dan kebutuhan terhadap struktur. mahasiswa (Sri Wiworo,2013). Menurut Rowe & Boulgarides (1994), dua dimensi Pengambilan keputusan terdiri dari dua di atas (orientasi nilai & kompleksitas kognitif) karakteristik apabila dikombi-nasikan menghasilkan 4 gaya individual dan pengambilan keputusan kelompok, pengambilan keputusan, yakni , Directive, analitis, pada penelitian ini peneliti mengambil gaya konseptual dan behavioral. pengambilan keputusan individu yaitu mahasiswa Hasi penelitian Rowe dan Bulgarides (dalam antara laki-laki dan pengambilan keputusan yang di dalam perkembangannya masuk pada masa Muti 2003) tentang perbedaan gaya pengambilan keputusan yaitu dewasa awal. perempuan menunjukkan bahwa “ Didalam pekerjaan yang Pengertian Prokrastinasi sama laki-laki dan perempuan secara umum tidak Pengertian Prokrastinasi Istilah prokrastinasi memiliki perbedaan yang signifikan mengenai gaya berasal dari bahasa Latin procrastination dengan pengambilan keputusan”. awalan pro yang berarti mendorong maju atau Seperti yang terjadi pada mahasiswa semester bergerak dan akhiran crastinus yang berarti II Universitas Wisnuwardhana (UNIDHA) Malang keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan 52 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 atau menunda sampai hari berikutnya (Gufron, 2003). Sehingga, pada abad intelegensi seseorang. Avoidance procrastination lalu, prokrastinasi bermakna positif jika penundaan atau behavioral procrastination adalah suatu sebagai upaya konstruktif untuk menghindari penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan keputusan impulsive dan tanpa pemikiran yang dilakukan sebagai cara untuk menghindari tugas matang, dan bermakna negative jika dilakukan yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk karena malas atau tanpa tujuan yang pasti. Ferrari dilakukan. (dalam Mierrina, 2005) membagi prokrastinasi menghindari kegagalan dalam menyelesaiakan menjadi dua : (a) Functional procrastination, yaitu pekerjaan. Prokrastinasi dilakukan untuk penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan Ellis (1986) menyatakan bahwa menunda untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap (procrastination) melaksanakan tugas/pekerjaan dan akurat, (b) disfunctional procrastination, yaitu dikonsepsikan sebagai tindakan negatif (Hidayat, penundaan yang tidak bertujuan, berakibat buruk 2004) Lebih spesifik lagi Ellis menyatakan bahwa dan menimbulkan masalah. menunda melaksanakan tugas merupakan satu dari Ada dua disfunctional bentuk prokrastinasi berdasarkan tujuan yang beberapa problem “psikis kecil” yang mereka mencerminkan kesulitan psikis yang lebih besar. decional Yang sering mereka gambarkan tentang dirinya procrastination dan avoidance procrastination. adalah keluhan bahwa dirinya tidak mampu Decisional prokrastination adalah suatu penundaan melakukan kegiatan apapun, merasa terlambat, dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi lebih suka menangguhkan tugas dsb. melakukan penundaan, yaitu ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam Prokrastinasi merupakan sikap dan perilaku menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam yang memiliki karakteristik mengulur-ulur atau menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stres. memperpanjang waktu dalam melakukan suatu hal, Selanjutnya Ferrari (Mierrina, 2005) menjelaskan bias berupa pekerjaan, tugas, hak, maupun prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk kewajiban. Prokrastinasi ini sering dilakukan oleh coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri kebanyakan dalam pembuatan keputusan pada situasi-situasi menyatakan bahwa seseorang procrastinator akan yang dipersepsikan penuh stres. Jenis prokrastinasi melakukan ini tugasnya sampai mendekati batas waktu akhir terjadi akibat mengindentifikasikan kegagalan tugas, yang dalam kemudian orang. Ariely penundaan & dalam Wertenbroch mengerjakan (Mierrina, 2005). menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga Selanjutnya Chu & Choi (2005) berpendapat akhirnya seseorang menunda untuk memutusakan bahwa prokrastinasi merupakan suatu hambatan masalah. Decisional procrastination berhubungan perilaku yang mengarah pada tindakan membuang- dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan buang tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat meningkatkan tingkat stres. waktu, tampilan kerja buruk dan 53 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 Kebiasaan menunda tugas dikatagorikan masalah kehidupan yang bahan-bahannya sebagai gaya hidup yang keliru, yaitu tidak seharusnya diperoleh dari pangalaman bekerja berusaha mencapai superioritas, kurang memiliki sebelumnya. self-control, dan kurang memiliki penilaian positif Sebagaimana perilaku prokrastinasi dilakukan pada bekerja (Adler dalam Hidayat, 2004). pada berbagai jenis tuigas atau pekerjaan, maka hal Menurut Adler, manusia memiliki pembawaan tersebut juga dibahas dalam teori-teori konseling untuk mengatasi rendah diri (inferioritas) dan dari semua aliran, baik afektif, kognitif, maupun kelemahan untuk mencapai superioritas serta behavioristik. Ketiganya memiliki cara pandang kesempurnaan dengan kemampuan dan penguasaan serupa terhadap kebiasaan menunda pekerjaan yang dimiliki yaitu dengan cara mengubah yang difokuskan pada penundaan belajar, yaitu kelemahan menjadi kekuatan, mengembangkan sebagai tindakan yang patologis. Corey (1986) kemampuan secara maksimal, mencapai sesuatu menyatakan dalam pendekatan afektif, teori gestalt yang lain. menyebut avoidance, yaitu kebiasaan menghindar Sebaliknya dengan self-control yang lemah, untuk melakukan kegiatan belajar. Orang yang seseorang kurang mandiri serta kendali diri. Ia tidak bersangkutan selalu atau hampir selalu lebih pernah berusaha untuk segera menyelesaikan tugas memilih melakukan pekerjaan lain atau diam. Teori namun karena dikalahkan oleh kenyakinan diri Person Centered menyatakan sebagai tidak dapat yang rendah maka aktifitas bekerjanya tidak mengaktualisasi diri. Klien belum mengetahui, bertahan. Ia memiliki penilaian yang kurang positif belum terhadap tugas kuliah. Tugas kuliah dianggap mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki. bukan Selanjutnya Corey (1986) menjelaskan bahwa teori lebih unggul wahana keunggulan melalui yang dirinya. lapangan dapat Akhirnya mengantarkan ia kembali menyadari, dan belum dapat Adler yang juga termasuk pada aliran afektif menghindar. menamakannya sebagai gaya hidup yang keliru. Ellis (1986) juga menyatakan bahwa orang Menurut Adler (1986) setiap orang memiliki gaya yang suka menunda pekerjaan atau tugas berarti hidup yang khas, yaitu pandangan individu tentang mengutamakan pendek, diri mereka, dunia luar, perilaku, serta kebiasaan menghindari berfikir tuntas, dan menghindari yang digunakan untuk mencapai tujuan pribadi. aktualisasi diri. Orang yang demikian berimplikasi Seseorang yang terbiasa menunda belajar berarti merusak diri (Hidayat, 2004). Menurut Ellis, salah keliru mamandang diri sebagai orang yang tidak satu ide irrasional seseorang menyatakan kita dapat mampu belajar dan meningkatkan prestasi belajar menghasilkan kesenangan yang tinggi dengan (Hidayat, 2004). hedonisme jangka sikap malas dan pasif. Ketidakrasionalan ide ini Fee dan Tangney ( Mierrina, 2005) akan terbukti pada kenyataan jangka panjang yaitu mengatakan bahwa procrastinator bukan hanya ketika seseorang dituntut memecahkan masalah- sekedar 54 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 masalah dalam manajemen waktu, melainkan suatu proses kompleks yang melibatkan Akademik adalah program pendidikan yang komponen afeksi, kognisi, dan perilaku. diarahkan Prokrastinasi berarti perilaku penundaan tugas, tanpa memperhatikan alasan terutama pengetahuan, melakukan pada teknologi, penguasaan dan seni. ilmu Program Pendidikan Akademik terdiri dari Program Sarjana, penundaan, sehingga prokrastinasi dapat dibedakan Program Magister, dan Program Doktor. menjadi prokrastinasi yang menguntungkan dan Prokrastinasi Akademik yang menimbulkan masalah (Burka & Yuen, dalam Schouwenberg (dalam Nur Lailatul M, 2008) Nur Lailatul M, 2008). Albert Ellis dan William mengatakan bahwa prokrastinasi akademik sebagai Knaus (2004) menyatakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku penundaan dapat termanifestasi suatu dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan kegagalan untuk memulai melakukan maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas diamati. Joseph Ferrari pada waktu yang ditentukan. Mereka melihat prokrastinasi menjadi prokrastinasi sebagai suatu perilaku yang berasal prokrastinasi akademik dari pikiranpikiran irrasional yang telah menjadi Prokrastinasi kebiasaan (traits). akademik 2 jenis dan akademik dan non (1995) membagi tugas, non yaitu akademik. yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi Selanjutnya, dalam penelitian ini dibatasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pengertian prokrastinasi sebagai suatu penundaan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, akademik, misalnya tugas sekolah atau kursus. dengan melakukan aktivitas lain yang tidak Prokrastinasi non akademik adalah penundaan diperlukan dalam pengerjaan tugas, dengan jenis yang dilakukan pada jenis tugas non formal atau disfungsional procrastination, yaitu penundaan tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari- yang hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, dilakukan pada tugas yang penting, penundaan tersebut tidak bertujuan, dan bisa tugas kantor, dan sebagainya. menimbulkan akibat yang negatif baik yang Di kalangan ilmuan, istilah prokrastinasi untuk kategori decisional procrastination atau avoidance menunjukan pada suatu kecenderungan menunda – procrastination. nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan, Pengertian Akademik pertama kali digunakan oleh Brown dan Holzman Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor merupakan sebuah diarahkan terutama pengembangan 178/U/2001, penyampaian pada disiplin (Manual surveys of study habits and attitude, akademik 1967). Istilah prokrastinasi digunakan untuk ilmu yang menggambarkan suatu kecenderungan menunda- penguasaan dan nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan pengetahuan, sehingga seseorang gagal menyelesaikan tugas- ilmu teknologi, dan/atau seni tertentu, yang mencakup program pendidikan. Program tugas tersebut tepat pada waktunya (Wie, 2008). Pendidikan 55 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 Solomon dan Rothblum (dalam Mierrina 2005) Takut akan kegagalan dan keengganan pada menyatakan suatu penundaan dikatakan sebagai tugas adalah dua komponen penting dari penundaan prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan (Yusita, 2009). Sejalan hal tersebut, Burka dan pada tugas penting, dilakukan berulang-ulang Yuen (1983) menyatakan fear of the failure adalah secara sengaja dan meninbulkan perasaan tidak ketakutan yang berlebihan untuk gagal. Seseorang nyaman, secara subyektif dirasakan oleh seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas karena takut procrastinator. Ferrari, dkk (dalam Yusita, 2009) jika gagal menyelesaikannya sehingga akan menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi mendatangkan dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, kemampuannya. Akibatnya seseorang menunda- yaitu: (1) prokrastinasi hanya sebagai perilaku nunda untuk mengerjakan tugas yang dihadapinya. penundaan, yaitu bahwa setiap perbuatan untuk Ferrari (dalam Mierrina, 2005) menyebutkan menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut bahwa procrastinator sebagai sikap malas atau sebagai prokrastinas, tanpa mempermasalahkan manja, dimana individu itu tidak mampu untuk tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan. (2) mengatur dirinya. Selanjutnya Sapadin (1996) prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola mengenalkan enam gaya prokrastinasi yang pokok perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah yaitu: Perfection. Seseorang memiliki prinsip untuk kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah mengerjakan tugas secara sempurna, sehingga merupakan respon tetap yang selalu dilakukan individu memilih menunda mengerjakan tugas; seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya Dreamer. Banyak mempunyai ide besar tetapi tidak disertai oleh adalanya kenyakinan-kenyakinanyang dilakukan, irrasional. (3) prokrastinasi sebagai suatu trait mengabiskan waktunya untuk mempersiapkan diri, kepribadian, dalam pengertian ini prokrastnasi mencari tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan menyusun rencana pelaksanaan tugas secara teliti tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang tetapi sebenarnya berlebihan sehingga dia menunda melibatkan komponen-komponen perilaku maupun mengerjakan tugas; Worrier, tidak berfikir tugas struktur mental lain yang saling terkait yang dapat berjalan baik, tetapi takut apa yang dilakukan lebih diketahui secara langsung maupun tidak langsung. jelek atau gagal, individu khawatir gagal sehingga Berdasarkan uraian di atas, prokrastinasi memilih untuk menunda mengerjakan tugas; akademik adalah yang procrastinator buku-buku yang negatif lebih akan banyak diperlukan, dan menunda-nunda Defier, tidak mau diperintah atau dinasehati oleh pengerjaan tugas-tugas formal yang berhubungan orang lain(suka menentang), suka disebut penunda dengan telah karena dengan kebiasaan pada umumnya; Crisis ditetapkan, yang dilakukan secara sadar oleh Maker, suka membuat masalah dalam pekerjaan individu tersebut. karena terlambat memulai, Procrastinator suka Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi menunda mengerjakan tugas menjelang batas akhir akademik perilaku penilaian pada waktu yang 56 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 waktu yang disediakan, sehingga sering tidak dapat dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, menyelesaikan tugas pada waktunya; Over Doer, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang terlalu banyak tugas, selalu menyatakan ‘ya’ pada telah dia tentukan sendiri. Seorang procrastinator tugas yang diberikan, cenderung kurang dapat juga dengan sengaja tidak segera melakukan mengatur waktu, sumber daya yang ada dan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia menyelesaikan konflik yang terjadi. Akhirnya miliki untuk melakukan aktivitas lain yang sering menunda tugas yang harus diselesaikan. dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan Burka dan Yuen (1983) berpendapat bahwa hiburan seperti membaca (Koran, majalah, atau stres dapat meningkatkan prokrastinasi. Bahkan buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, ditegaskan oleh mereka (dalam Yusita, 2009) mendengarkan music, dan sebagainya, sehingga bahwa ada aspek irrasional yang dimiliki oleh menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan seseorang procrastinator, yaitu bahwa suatu tugas tugas yang harus diselesaikan. harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia Sedangkan Millgram (dalam Yusita, 2007) merasa lebih aman untuk tidak melakukannya mengatakan bahwa prokarastinasi adalah suatu segera, karena itu akan manghasilkan sesuatu yang perilaku spesifik yang meliputi : (1) suatu perilaku tidak maksimal, dengan kata lain penundaan yang yang meibatkan unsur penundaan baik untuk dikatagorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan aktivitas. (2) menghasilkan akibat-akibat lain yang atau sudah lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas., suatu tugas, dan penundaan tersebut disebabkan dipersepsikan oleh pelaku prokarstinasi sebagai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, dalam memandang tugas. misalnya tugas kantor, tugas sekolah maupun tugas pola yang penundaan tersebut Ferrari, dkk (dalamYusita, 2009) mengatakan bahwa seorang procrastinator rumah (3) melibatkan tangga, (4) suatu tugas menghasilkan yang keadaan menghabiskan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya waktu secara berlebihan, maupun melakukan hal- perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik, hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian dan sebagainya. suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan Berdasarkan pendapat tersebut dapat waktu yang dimilikinya. Lebih lanjut dijelaskan disimpulkan bahwa perilaku prokrastinasi dapat seseorang procrastinator mempunyai kesulitan menimbulkan keterlambatan dan kegagalan dalam untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas penyelesaian tugas serta menimbulkan stres. waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang Ciri-ciri Prokrastinasi procrastinator sering mengalami keterlambatan 57 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 Ferrari dkk. (1995) menyatakan bahwa sebagai lambatnya kerja seseorang dalam melakukan suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik suatu tugas dapat menjadi diri yang utama dapat memanivestasikan dalam indikator tertentu dalam prokrastinasi akademik. yang dapat diukur dan diamati melalui ciri-ciri c. Kesenjangan waktu antara rencana dan tertentu berupa : kinerja a. Penundaan untuk menyelesaikan dihadapi. memulai kerja pada Seseorang yang maupun tugas aktual. mempunyai yang Seorang kesulitan prokrastinator untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah melakukan ditetapkan sebelumnya. prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi prokrastinator sering harus segera diselesaikan dan berguna bagi deadline yang telah ditentukan, baik oleh dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda orang lain maupun rencana-rencana yang untuk menyelesaikan dan berguna bagi telah dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda mungkin telah merencanakan untuk mulai untuk menyelesaikan sampai tuntas jika mengerjakan tugas pada waktu yang telah dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan dia tentukan Seorang tidak memenuhi sendiri. Seseorang tiba dia tidak juga melakukan sesuai dengan prokrastinasi apa yang telah direncanakan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam menyebabkan mengerjakan suatu tugas daripada waktu kegagalan untuk menyelesaikan tugas . yang dibutuhkan pada orang lain umumnya. d. Melakukan keterlambatan aktivitas lain maupun yang lebih Seorang prokrastinator menghabiskan waktu menyenangkan daripada melakukan tugas yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinasi secara berlebihan, maupun melakukan hal- dengan sengaja tidak segera melakukan hal dalam tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu tanpa yang dia miliki untuk melakukan aktivitas memperhitungkan keterbatasan waktu yang lain yang dipandang lebih menyenangkan dan dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara mendatangkan hiburan, seperti membaca berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), tidak dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan dan sebagainya, sehingga menyita waktu waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang yang dia miliki untuk mengerjakan tugas kegiatan tersebut mengakibatkan seseorang yang harus diselesaikannya. yang menyelesaikan tidak dibutuhkan suatu tugas, tidak berhaasil menyelesaikan tugasnya Ciri prokrastinasi tersebut akan digunakan secara memadai. Keterlambatan, dalam arti untuk susunan skala prokrastinasi akademik. 58 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 Gaya Pengambilan Keputusan dapat berlaku bagi semua orang. Setiap orang 1) Pengertian Gaya Pengambilan Keputusan belajar mengandalkan suatu cara terbaik yang Sweeney dan Mc Farlin (2002) mendefinisikan berlaku atas dirinya sesuai pengalamannya. pengambilan keputusan sebagai proses dalam Berdasarkan mengevaluasi satu atau lebih pilihan dengan tujuan pengambilan keputusan ini, maka diketahui bahwa untuk meraih hasil terbaik yang diharapkan. gaya pengambilan keputusan ini bersifat individual, Sedangkan (2003) yaitu terkait dengan kondisi masing-masing mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai individu. Hal ini jelas ikut menentukan gaya suatu proses mengidentifikasi dan memilih solusi pengambilan keputusan yang dimiliki seseorang. Kinicky dan Kreiner yang mengarah pada hasil yang diinginkan. batasan-batasan Harren, dkk. tentang (1978) gaya membedakan Pengambilan keputusan memiliki tujuan dan pengambilan keputusan ke dalam dua (2) gaya makna yang berbeda-beda terhadap keputusan yang pengambilan keputusan yang berseberangan yaitu diambil. gaya rasional dan intuitif Penggolongan dua gaya Ada orang memilih berdasarkan pertimbangan ekonomi, ada yang dikarenakan ini di dasarkan atas: pertimbangan kekerabatan, kedekatan, pertim- a. Tingkat individu dalam menggunakan strategi bangan rasional, ikut orang lain dan lain pengambilan keputusan yang bersifat logis sebagainya. Hal tersebut tergantung kebutuhan berlawanan dengan strategi pengambilan masing-masing individu. Ketika manusia menyada- keputusan yang bersifat emosional. ri dirinya membutuhkan uang maka tujuan yang b. Cara individu dalam mengolah dan menang- akan digapai adalah mendapatkan uang, dan tujuan gapi informasi serta melakukan evaluasi ini dalam situasi pengambilan keputusan. mengarahkan tingkah lakunya. Gaya pengambilan keputusan dipahami sebagai cara 2) Jenis Gaya Pengambilan Keputusan respon yang dipelajari atau dibiasakan dimana Menurut Rowe dan Boulgardes (1992) cara melaluinya individu melakukan pendekatan dan orang mengambil keputusan dapat digambarkan melakukan pengambilan keputusan (Bruce & Scott, melalui gaya pengambilan keputusannya. Ada 1999). Batasan yang lain menyatakan bahwa gaya beberapa faktor yang menentukan yaitu : pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang a. Cara seseorang menerima dan memahami dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan- tanda isyarat-isyarat tertentu keputusan penting dalam hidupnya (Harren, 1980). b. Suatu yang penting menurut penilaian Dalam penjelasan berikutnya, Harren (1980) juga menyatakan bahwa tanpa seseorang memperhatikan c. Faktor keputusan-keputusan yang dibuatnya, tiap-tiap konteks atau situasional saat pengambilan keputusan dilakukan orang mempunyai cara unik untuk mengambil Bagaimana keputusan. Tidak ada satupun cara terbaik yang ia menginterpretasi atau memahami, bagaimana merespons, dan apa yang 59 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 dipercaya oleh seseorang sebagai sesuatu yang Dicirikan sebagai pengambil keputusan yang penting mengartikan bahwa gaya pengambilan terbaik keputusan merefleksikan cara seseorang bereaksi kemampuannya dalam beradaptasi, sehingga terhadap situasi yang dihadapinya. tidak cepat dalam mengambil keputusan. Terdapat dua dimensi yang berbeda di dalam c. gaya pengambilan keputusan, yaitu orientasi nilai dan toleransi terhadap ambiguitas. dalam kehati-hatiannya dan Conceptual Individu Tipe hal cenderung dengan luas gaya konseptual, pan-dangannya dalam pengambilankeputusan yang fokusnya pada tugas mempertimbangkan berbagai alternatif. Fokus dan masalah teknis atau fokus terhadap orang lain mereka adalah jangka panjang, dan mereka dan masalah sosial adalah pengambil keputusan sangat baik dalam menemukan kreativitas yang terhadap pemecahan masalah. Disamping itu, tingkat dimana kompleksitas kognitif dan orientasi..→ orientasi seseorang memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap pada manusia tinggi. Ada kepercayaan dan struktur atau kendali dalam hidupnya . Dua dimensi kebutuhan dalam hubungan dengan bawahan. ini ketika dikombinasikan akan menghasilkan 4 Cenderung idealis, menekankan pada etika dan gaya pengambilan keputusan yaitu directive, nilai. Kreatif, cepat memahami hubungan yang analitis, konseptuaal dan behavioral. kompleks. Fokusnya pada jangka panjang berorientasi ambiguitas a. nilai. Toleransi mengindikasikan tingkat Directive dengan komitment organisasi yang tinggi. Individu dengan gaya direktif, toleransinya Berorientasi ke masa depan pada prestasi dan rendah terhadap ambiguitas, ia mencari penghargaan, pengakuan, dan kemandirian. rasionalitas. Efisien dan logis. Keputusan dibuat Lebih sebagai “pemikir” daripada pelaksana. dengan informasi yang minimal, dengan menilai d. Behavioral beberapa alternatif. Membuat keputusan yang Individu dengan gaya behavioral, memiliki cepat dan fokus pada jangka pendek Cenderung tingkat kompeksitas kognitif yang rendah, fokus pada hal-hal yang bersifat teknis, lebih namun menyukai hal-hal yang terstruktur, seringkali mendalam agresif, serta cenderung mendominasi orang perkembangan orang lain. Peduli dengan lain. prestasi rekan-rekan dan bawahan, menerima b. mereka memiliki terhadap perhatian organisasi yang dan Analytical saran dari orang lain, serta mengandalkan Individu dengan gaya analitis, toleransinya pertemuan-pertemuan (meeting) lebih besar terhadap ambiguitas. Fokus terhadap berkomunikasi. keputusan yang bersifat teknis. Berkeinginan kompromi. mencari menghindari konflik untuk mencari penerimaan, informasi lebih lanjut dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif. Fokus pada keinginan jangka namun kadangkala merasa tidak aman. 60 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 Memiliki untuk untuk pendek, Tabel 1 . Gaya apengambilan Keputusan Analitis 1Menyukai pemecahan masalah 2Menginginkan jawaban terbaik 3Menginginkan kontrol 4Menggunakan berbagai data 5Menyukai keragaman 6Inovatif 7Melakukan analisis secara hati-hati 8Mengnginkan tantangan (N-Ach) Directive 1Mengharapkan hasil 2Agresif 3Bertindak cepat 4Menggunakan aturan 5Menggunakan intuisi 6Memiliki kemampuan verbal 7Kebutuhan akan kekuasaan mengambil keputusan. Namun dalam penelitian Konseptual 1Orientasi terhadap prestasi 2Berwawasan luas 3Kreatif 4Humanistik/ artistik 5Memberikan ide-ide baru 6Berorientasi masa depan 7Independen 8Menginginkan pengakuan empiris yang dilakukan setelah penemuan tersebut, Harren kembali menunjukan bahwa gaya pengambilan keputusan dependen ini bersifat independen atau terpisah dari gaya pengambilan keputusan rasional dan intuitif (Sarwono, 2009) Mengingat akan hal ini, maka dalam penelitian ini akan digunakan dua dimensi gaya pengambilan keputusan yang telah dikemukakan oleh Harren, Behavioral 1Bersikap suportif 2Menggunakan persuasi 3Empati 4Mudah berkomunikasi 5Menyukai pertemuan 6Menggunakan data yang terbatas 7Kebutuhan akan afiliasi dkk. (1978), yaitu gaya pengambilan keputusan rasional dan intuitif (Bruce & Scott, 1999). Berdasarkan mengambil uraian kesimpulan tersebut, bahwa penulis dalam hal melakukan pengambilan keputusan, individu dapat digolongkan kepada salah satu gaya pengambilan Harren, dkk. (1978) membedakan pengambi- keputusan. Setiap cara atau gaya pengambilan lan keputusan ke dalam dua (2) gaya pengambilan keputusan merupakan cara yang terbaik bagi keputusan yang berseberangan yaitu gaya rasional masing-masing dan intuitif Penggolongan dua gaya ini di dasarkan memperlihatkan eksistensi gaya pengambilan atas: keputusan sebagai keunikan individual. Berikut ini individu. Hal ini sekaligus akan dipaparkan secara ringkas mengenai masing- a. Tingkat individu dalam menggunakan strategi pengambilan keputusan yang bersifat logis masing. berlawanan dengan strategi pengambilan Persepsi dan Nilai Pengambilan Keputusan a. Persepsi keputusan yang bersifat emosional. Persepsi b. Cara individu dalam mengolah dan menang- merupakan unsur penting, sebagai “gerbang awal” masuknya informasi gapi informasi serta melakukan evaluasi dari lingkungan. Berangkat dari stimulus, dalam situasi pengambilan keputusan. individu Pada penelitian selanjutnya Harren, dkk. pengambil keputusan akan mengguna-kan frame of reference-nya dalam (1978) menemukan bahwa ada dimensi ketiga yang bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, muncul dalam gaya pengambilan keputusan, yaitu di mana hal ini merupakan fungsi dari gaya pengambilan keputusan dependen, yaitu pengalaman dan kompleksitas kognitif. individu yang menghindari tugas pengambilan Persepsi keputusan dan menyerahkan pada orang lain untuk mempengaruhi yang “bias,” interpre-tasi tentu dan akan reaksi 61 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 individu terhadap situasi. Pada akhirnya akan pernyataan dalam kuesioner bersifat favourable membedakan antara individu yang satu dengan dan unfavourable. Dalam memberikan penilaian individu lainnya dalam mengambil keputusan. terhadap jawaban- jawaban yang ada, untuk setiap b. Nilai Pengambilan Keputusan Unsur penting yang tidak pernyataan favourable bernilai dari 4 sampai 1. kalah Pilihan sangat setuju diberi nilai 4, pilihan setuju pentingnya dalam memahami pengambilan diberi nilai 3, pilihan tidak setuju diberi nilai 2, keputusan adalah nilai (values). Nilai sebagai faktor kunci dalam menentukan pilihan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Sebaliknya gaya untuk pertanyaan unfavourable nilainya bergerak pengambilan keputusan. Nilai dapat dimaknai dari 4 sampai 1. Pilihan sangat setuju diberi nilai 1, sebagai pedoman normatif pada diri seseorang yang mempengaruhinya dalam pilihan setuju diberi nilai 2, pilihan tidak setuju memilih diberi nilai 3, pilihan sangat tidak setuju diberi nilai sejumlah alternatif untuk bertindak. Nilai dapat 4. dilihat sebagai penyediaan kerangka perseptual Tempat yang stabil dalam mempengaruhi perilaku penelitian akan dilakukan di Universitas Wisnuwardhana Malang dengan lama seseorang, karena dibangun dan berkembang penelitian 10 bulan dimulai bulan April 2016 dan melalui pengalaman. menurut jadwal berakhir pada bulan Desember Singkatnya, nilai dapat dilihat sebagai 2016. refleksi dari keyakinan yang mengarahkan Penelitian ini populasi yang hendak diteliti tindakan, pertimbangan, dan pengambilan adalah mahasiswa semester II UNIDHA Malang keputusan sebagai akhir dari proses yang yang berjumlah 120 orang, yang terdiri dari 2 kelas terjadi dalam individu. angkatan 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini Bila persepsi berperan dalam mengartikan diambil dengan menggunakan teknik informasi sesuai realitas subjektif, maka sampling, nilailah yang menggerak-kan (melalui motif) yaitu proses stratified pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua sub kelompok perilaku (gaya) tertentu dalam mencapai pada populasi diwakili pada sampel dengan tujuan. perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi (Sumanto, 1995). ).jumlah sampel II. METODE dalam penelitian ini adalah 56 mahasiswa.masing- Pengumpulan data dalam penelitian ini untuk variabel Prokrastinasi prokrastinasi, variabel menggunakan gaya masing kelas diambil 28 orang. skala Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengambilan ini adalah dengan menggunakan skala prokrastinasi keputusan menggunakan skala gaya pengambilan dan keputusan dengan menggunakan skala Likert dengan empat alternative jawaban. gaya Pengumpulan Aitem variabel 62 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 skala pengambilan keputusan. data dalam penelitian ini untuk Prokrastinasi dan variabel gaya pengambilan keputusan Prokrastinasi dan menggunakan skala skala gaya Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengambilan yang sangat signifikan pengambilan gaya keputusan dengan menggunakan skala Likert keputusan dengan prokrastinasi akademik pada dengan Aitem mahasiswa Universitas Wisnuwardhana Malang . pernyataan dalam kuesioner bersifat favourable Hal ini dapat diketahui dari tabel koefisien beta dan dan unfavourable. Dalam memberikan penilaian korelasi parsial model penuh pada seri program terhadap jawaban- jawaban yang ada, untuk setiap statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni pernyataan favourable bernilai dari 4 sampai 1. Pamardiningsih, diperoleh nilai r = 0,840 dengan p Pilihan sangat setuju diberi nilai 4, pilihan setuju sebesar diberi nilai 3, pilihan tidak setuju diberi nilai 2, disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada pilihan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Sebaliknya pengaruh untuk pertanyaan unfavourable nilainya bergerak pengambilan dari 4 sampai 1. Pilihan sangat setuju diberi nilai 1, akademik artinya gaya pengambilan keputusan, pilihan setuju diberi nilai 2, pilihan tidak setuju mempengaruhi prokrastinasi akademik sehingga diberi nilai 3, pilihan sangat tidak setuju diberi nilai hipotesa yang menyatakan adanya pengaruh antara 4. Khusus untuk skala gaya pengambilan keputusan gaya pengambilan keputusan dengan prokrastinasi adaptasi dari skala prokrastinasi Sri Wiworo RIH akademik (2013) Wisnuwardhana Malang diterima pada taraf empat alternative jawaban. Alat analisis data yang digunakan dalam 0,000 taraf sangat signifikansi signifikan keputusan pada dengan mahasiswa 1% antara maka gaya prokrastinasi Universitas kepercayaan 99 %. penelitian ini adalah teknik korelasi momen Pada penelitian ini juga diperoleh nilai R² = tangkar lebih dikenal dengan nama Korelasi 0,705 artinya variabel gaya pengambilan keputusan Product Moment dari Pearson. Statistik ini memberikan sumbangan efektif sebesar 70,5 % terhadap disediakan untuk menguji korelasi antara dua variabel Prokrastinasi akademik, sedangkan sisanya 29,5% disebabkan faktor lain. variabel sinambung (interval atau rasio) dengan asumsi bahwa korelasi itu bersifat linier. Program Pembahasan ini memerlukan hanya dua masukan utama, yaitu Hasil penelitian menunjukkan ada Pengaruh nomor-nomor rekaman dari variabel-variabel yang yang sangat signifikan antara gaya pengambilan akan dicari korelasinya. Jika variabel yang satu keputusan dengan prokrastinasi akademik pada disebut variabel bebas X dan satunya variabel mahasiswa Universitas Wisnuwardhana Malang . terikat Y, masukan yang diperlukan adalah nomor Gaya pengambilan keputusan sangat diperlukan rekaman variabel Y. untuk meminimalisir perilaku menunda, dengan adanya gaya pengambilan keputusan seorang III. HASIL DAN PEMBAHASAN mahasiswa akan segera memutuskan suatu pilihan Hasil 63 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 untuk meraih hasil yang diharapkan, jadi bila ada sebagaimana pendapat Burka dan Yuen (1983) situasi atau kesempatan yang dapat menunda bahwa penundaan dapat semakin meningkatkan penyelesaian tugas akademik akan diabaikan stres, dan stres dapat meningkatkan penundaan. karena sudah memutuskan untuk mencapai hasil Siklus ini sulit untuk istirahat, dan dapat yang terbaik. Hal ini didukung oleh GaySweeney menyebabkan dan Mc Farlin (2002) mendefinisikan pengambilan kemampuan untuk bekerja efektif. Mengakibatkan keputusan sebagai proses dalam mengevaluasi satu perasaan gugup dan tertekan. Sebaliknya, belajar atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil mengelola stres lebih efektif dapat membantu terbaik yang diharapkan. Demikian pula Kinicky membuat kemajuan dan Kreiner (2003) mendefinisikan pengambilan dikatakan dengan keputusan sebagai suatu proses mengidentifikasi meminimalisir prokrastinasi, karena seseorang dan memilih solusi yang mengarah pada hasil yang yang diinginkan. Seorang mahasiswa pasti mengingin- melakukan prokrastinasi, hal ini juga pernah diteliti kan oleh peneliti dalam penelitian terdahulu degan hasil yang terbaik dalam studinya, kerusakan (Yusita, tubuh 2009). mengelola menginginkan kemajuan Stres bisa akan pada masalah akademik merupakan salah satu Prokrastinasi pada Mahasiswa” (Sri Wiworo,2013) atau diri, tidak Dapat judul harapan Konsep stres dan prokrastinasi atau perilaku menunda khususnya penghambat “Hubungan pada dan keinginan Konsep diri menjadi sebuah gaya kepribadian tersebut.Adanya gaya pengambilan keputusan yang penting untuk ditelaah lebih jauh dalam membuat mahasiswa segera mengambil suatu penelitian dibidang ini karena seseorang cenderung keputusan agar keinginan atau harapannya untuk bertindak sejalan dengan konsep diri yang ia miliki, menyelesaikan tugas dan menyelesaikan studi tepat sementara waktu tercapai. mempengaruhi Pada penelitian ini juga diperoleh nilai R² = 0,705 artinya variabel hasil dari konsep tindakannya diri awal juga orang itu (Shavelson dkk., dalam Marsh & Hattie, 1996). gaya pengambilan Dalam konteks prokrastinasi akademik, keputusan memberikan sumbangan efektif sebesar kecenderungan penundaan tugas yang dilakukan 70,5 % terhadap variabel Prokrastinasi akademik, seorang pelajar bisa dilihat dari kepercayaan, sedangkan sisanya 29,5% disebabkan faktor lain. persepsi, atau perasaan tertentu yang dimiliki Faktor lain tersebut bisa Stres, konsep diri, motivasi pelajar itu mengenai dirinya sendiri dalam ranah belajar dan lain-lain. Stres bisa mempengaruhi akademik.(Andreas, 2007). prokrastinasi akademik, Stres pada mahasiswa bisa terjadi karena beban tugas DAFTAR RUJUKAN terlalu banyak, Albert Ellis, William Knaus. (2004). Overcoming Procrastination, New American Library, New York, America. permasalahan dengan teman maupun teman dekat bisa memicu stres. Seorang yang mengalami stres cenderung melakukan prokrastinasi akademik, 64 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017 Azwar, Saifuddin. (2003). Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Pustaka Belajar, Yogyakarta. ______________ .(2003). Reliabilitas Validitas. Pustaka Belajar, Yogyakarta. Makin, P.E dan Lindley,P.A. (1994). Mengatasi Stres Secara Positif. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. dan Mierrina.(2005). Pengaruh Pelatihan Sholat terhadap Prokrastinasi dan Stres kerja. Tesis. Choulun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Edisi ketiga), IKIP Semarang Press. Semarang. Mappiare,A. (1992). Psikologi Remaja. Rajawali Press. Jakarta Nur Lailatul Maghfiroh. (2008). Hubungan antara Distress dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang sedang Menyusun Hadi, Sutrisno. (2000). Manual Seri Program Statistik (SPS) Paket Midi. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. _________. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Kanisius Yogyakarta. Hidayat, A. (2004). Kebiasaan Menunda Belajar dan Prestasi Belajar Siswa. Tesis Universitas Negeri Malang. Hidayati, Nur. (2005). Menghitung Angka Pengangguran Dan Harapan Yang Raib http://www.Kompas, co.id/kompas cetak/0502/12Fokus/1552012.htm. Hurlock, Elizabeth, B. Psikologi Perkembangan. (Terjemahan, Istiwidyanti dan Jakarta. Kaifa. Bandung. http://tulisanterkini.com/artikel/artikelilmiah/9098-pengertian-gaya-pengambilankeputusan.html Joseph Ferrari, (1995). Self Handicapping by Procrastinator : Protecting Self-Esteem, Social Esteem, or Both?, Journal Research in Personality, Vol.25. No.2, Hal.245-261, http://www.sciencedirect.com. Diakses 09 November 2011 | 02.30 PM. Lazarus, R.S. (1996). Psychological Stres and Coping Process. Mc. Graw Hill. New York. Lewis, A, Barbara. (2004). Character Building, Karisma Publising Group, Batam 65 Psikovidya Vol. 21 No. 1 April 2017