Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying Oleh : Tamrin1 1 Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo Abstrak Jeruk termasuk buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C yang banyak manfaatnya bagi kesehatan. Vitamin C pada jeruk mudah mengalami kerusakan selama proses pengolahan (sari buah jeruk) dan penyimpanan. Namun dalam bentuk bubuk, vitamin C lebih stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penambahan dekstrin dalam proses pengolahan bubuk sari jeruk instan terhadap perubahan kadar vitamin C. Proses pengolahan menggunakan metode foam-mat drying. Hasil penelitian menunjukkan penambahan dekstrin tidak berpengaruh pada kadar vitamin C dan selama penyimpanan sampai hari ke-21 tidak banyak mnegalami perubahan. Daya larut bubuk sari jeruk instan pada air panas untuk tingkat konsentrasi dekstrin 12 %, 20 %, dan 28 % memiliki kemampuan yang hampir sama. Namun pada air dingin konsentrasi dekstrin yang lebih rendah memiliki daya larut yang lebih tinggi. Kata kunci : Bubuk, jeruk, instan, dekstrin, foam-mat drying PENDAHULUAN Tanaman Jeruk termasuk komoditas unggulan Sulawesi Tenggara pada sub sektor perkebunan dan hortikultura. Potensi tanaman jeruk menurut data tahun 2014 menunjukkan jumlah pohon 898,036 dengan produksi 387.083 kwintal. Tanaman ini tersebar hampir di seluruh kabupaten di Sulawesi Tenggara, namun produksi terbesar Konawe 224,594 kuintal (BPS, 2014). Tanaman dijumpai di Kabupaten jeruk tersebut hampir seluruhnya adalah perkebunan rakyat dan menjadi sumber penghasilan penting bagi masyarakat. Buah jeruk dapat melimpah pada musim-musim tertentu dan daya simpannya rendah. Hal ini menyebabkan harga jual jeruk rendah atau kadang sebagian tidak terjual dan harus dibuang karena rusak. Buah jeruk sebagian besar hanya dimanfaatkan dalam bentuk segar atau diolah sebagai minuman juice, sehingga walaupun produk melimpah namun belum memberikan nilai tambah yang tinggi untuk kesejahteraan masyarakat. tersebut Peran komoditas sebagian besar dijual dalam bentuk segar atau masih terbatas sebagai penyedia bahan baku bagi industri hilir yang berkembang di daerah luar Sulawesi Tenggara dan belum dimanfaatkan secara optimal di wilayah Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu diperlukan upaya 1 peningkatan daya simpan dan nilai tambah produk antara lain melalui pengolahan aneka produk dari jeruk. Produk olahan jeruk di Sulawesi Tenggara saat ini masih terbatas pada sari buah atau juice hasil perasan buah segar yang siap saji. Produk ini disamping memiliki daya simpan yang rendah, pengawetannya dalam bentuk cairan sangat rentan terhadap kerusakan nutrisi yang dikandungnya terutama vitamin C. Khomsan (2004) menjelaskan bahwa jeruk sangat dikenal sebagai buah yang banyak mengandung vitamin C yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun De Man (1997) menerangkan bahwa vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama proses pengolahan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam terutama tembaga dan besi, dan juga oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C dalam makanan. Sediaoetama (2004) juga menjelaskan bahwa dalam larutan vitamin C mudah rusak karena oksidasi oleh oksigen dari udara, tetapi stabil bila terdapat dalam bentuk kristal kering. Karena itu perlu pengembangan produk sari buah jeruk dalam bentuk kristal/bubuk kering yang dikenal sebagai sari buah jeruk instan. Sari buah jeruk instan dapat diolah melalui pencampuran filtrat dengan bahan pengisi dan beberapa bahan tambahan lain, dihomogenisasi dan dikeringkan dengan metode foam-mat drying. Bahan pengisi yang dapat digunakan antara lain adalah dekstrin. Dekstrin merupakan polisakarida yang dihasilkan dari hidrolisis pati yang diatur oleh enzim-enzim atau oleh hidrolisis asam berwarna putih sampai kuning. Dekstrin mempunyai viskositas yang rendah, sehingga pemakaian dalam jumlah banyak masih diizinkan, karena sangat menguntungkan jika pemakaiannya sebagai bahan pengisi dapat meningkatkan berat produk (Hidayat dan Dania, 2005). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.72/Menkes/per/IX/88 menjelaskan bahwa batas maksimum penggunaan dekstrin adalah 30 g/kg. Dekstrin juga digunakan sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor, pewarna, dan rempah, yang memerlukan sifat mudah melarut ketika ditambahkan air, dan kenaikan konsentrasi dekstrin 5 – 15 % akan meningkatkan rendemen, densitas, penurunan kadar air, total padatan terlarut serta gula pereduksi tepung sari buah nenas (Dewi, 2000). Oleh karena itu diperlukan penelitian pengaruh jumlah bahan pengisi dan lama pengeringan terhadap produk bubuk sari buah jeruk instan. 2 METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan adalah buah jeruk segar, dekstrin (sesuai perlakuan), putih telur, asam sitrat, gula pasir, dan NaHCO3. Adapun alat-alat yang diperlukan dalam proses antara lain meliputi ; alat perasan buah, mixer, oven, blender, ayakan serta alat pembantu lain seperti baskom, nampan, gelas ukur, timbangan dan lain-lain. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan Bahan Pengisi (Dekstrin = D) terdiri dari dekstrin 12% (D1), dekstrin 20% (D2), dan dekstrin 28% (D3). Setiap perlakuan diulang dengan lima (5) kali sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Waktu pengamatan dilakukan selama 21 hari dengan interval waktu hari ke 0, 7, 14 dan 21. Adapun karakteristik produk yang akan diuji yaitu vitamin C, uji daya larut, organoleptik (warna dan cita rasa). Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis sidik ragam sesuai rancangan acak lengkap. Bila terdapat beda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s New Multiple Range Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Dekstrin terhadap Kandungan Vitamin C pada Bubuk sari jeruk instan Berdasarkan hasil analisis varians pengaruh dekstrin terhadap kandungan vitamin C produk jeruk instan menunjukkan bahwa F-hitung (1.81) lebih kecil dari F-tabel (5.14). yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penambahan dekstrin terhadap kandungan vitamin C. Dengan demikian dekstrin sebagai bahan pengisi pada berbagai tingkat konsentrasi dalam proses pengolahan bubuk sari buah jeruk instan dapat digunakan. Secara rinci kandungan vitamin C yang terdapat pada produk sari buah jeruk instan adalah seperti yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Vitamin C Jeruk Segar dan Bubuk Sari Jeruk Instan (Hari Ke-0) Produk Sari Jeruk Segar Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 12 %) Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 20 %) Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 28 %) Kadar Vitamin C (mg/100 g) 34,40 88.87 84.08 94.32 3 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa kandungan vitamin C pada jeruk segar yaitu 34,40 mg/100 g. Jumlah tersebut lebih rendah jika di bandingkan dengan kandungan vitamin C produk jeruk instan. Perbedaan tersebut didasarkan pada sampel yang digunakan dalam analisis kandungan vitamin C yaitu jeruk segar (dengan kandungan air yang tinggi/produk basah) dan jeruk instan (dengan kandungan air yang rendah/produk kering). Dengan demikian dapat digambarkan bahwa kandungan Vitamin C pada larutan yang lebih encer/kadar air tinggi tentu lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lebih pekat (apalagi pada produk kering seperti bubuk sari jeruk instan). Data pada Tabel 8 juga menjelaskan bahwa pengolahan bubuk sari jeruk instan dengan bahan pengisi dekstrin yang dilakukan dengan pengeringan pada suhu rendah (menggunakan metoda foam-mat drying) dapat mencegah kerusakan vitamin C. Kumalaningsih et al., (2005) menjelaskan bahwa pengeringan dengan bentuk busa (foam) dapat mempercepat proses penguapan air, dan dilakukan pada suhu rendah sehingga tidak merusak jaringan sel, dengan demikian nilai gizi dapat dipertahankan. Analisis vitamin C juga dilakukan terhadap jeruk instan setelah penyimpanan 14 dan 21 hari. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar Vitamin C Pada Jeruk Instan Selama Penyimpanan (14 dan 21 hari) Produk Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 12 %) Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 20 %) Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 28 %) Kandungan Vitamin C (mg/100 g) Hari ke-14 88.84 84.10 94.29 Hari ke-21 88.82 84.07 94.30 Tabel 2 menggambarkan bahwa vitamin C pada bubuk sari jeruk instan tidak banyak mengalami perubahan atau penurunan selama penyimpanan pada hari ke-14 dan ke-21. Selain itu juga terlihat kecenderungan semakin meningkat persentase dekstrin dalam bubuk sari jeruk instan kadar vitamin C juga meningkat. Kondisi tersebut menunjukkan peranan dekstrin yang dapat membentuk lapisan tipis yang dapat melindungi vitamin C dari kerusakan selama proses pengeringan. Prasetyo (2005) menjelaskan bahwa dekstrin merupakan karbohidrat tidak higroskopis, mudah terdispersi dan larut serta dalam proses foam-mat drying dapat membentuk lapisan film/lapisan tipis. Pengeringan busa (foam-mat drying) merupakan proses pengeringan yang melibatkan pengeringan lapisan tipis dari kandungan air dalam konsentrat makanan dengan udara panas pada tekanan atmosfer. Pada pengeringan busa, perpindahan masa diperbesar dengan cara membentuk bahan menjadi busa sehingga memperbesar luas 4 permukaan yang akhirnya akan memperbesar kontak yang menyebabkan perpindahan massa air (zat yang akan dipidahkan/diminimalkan) ke dalam gas pengering (zat pembawa) menjadi lebih tinggi. Dengan kata lain, metode foam-mat drying dapat mengkondisikan pengeringan bubuk sari jeruk instan berlangsung cepat pada suhu yang tidak terlalu tinggi (60 oC) sehingga vitamin C tidak banyak mengalami penurunan selama proses pengolahan. Sharada (2013) menjelaskan bahwa foam-mat drying adalah cara terbaik untuk proses pengeringan bahan pangan dengan waktu yang singkat dalam bentuk busa ( foam) terutama untuk jus buah dan pulp karena struktur berpori dari sistem foam memberikan transfer massa sempurna dalam waktu yang lebih pendek pada kisaran suhu 55oC – 80oC. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kadar vitamin C tetap stabil dalam bubuk sari jeruk instan selama penyimpanan 21 hari yaitu berkisar 84.07 – 94.30 mg/100g. Kadar tersebut dapat memenuhi kebutuhan vitamin C perhari. Khomsan (2004) menjelaskan bahwa angka kecukupan gizi vitamin C ditetapkan 60 mg perhari. Angka kecukupan tersebut awalnya dimaksudkan untuk mencegah penyakit skorbut, namun dalam banyak penelitian kecukupan konsumsi vitamin C bermanfaat bagi pencegahan beberapa jenis penyakit. Konsumsi Vitamin C secara teratur memberi manfaat kesehatan khususnya pencegahan aterosklerosis. Kekurangan vitamin C dalam tubuh menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol, cenderung melemahkan landasan struktur untuk pembuluh darah, jantung dan otot jantung. Goodman (2006) menambahkan bahwa vitamin C memperkuat sistem imunitas, membangun tulang yang lebih kuat, memodulasi hormon, mencegah penyakit jantung dan membunuh virus. Dengan demikian bubuk sari jeruk instan yang dihasilkan dapat menjadi sediaan vitamin C alamiah yang diharapkan memberi manfaat kesehatan bagi orang yang mengkonsumsinya. Kelarutan Bubuk Sari Jeruk Instan Salah satu parameter penting bagi produk bubuk sari jeruk instan adalah kecepatan partikelnya larut dalam air. Pengujian kelarutan pada bubuk sari jeruk instan seperti yang terlihat pada Tabel 3. 5 Tabel 3. Kelarutan Bubuk Sari Jeruk Instan pada Berbagai Konsentrasi Dekstrin No. Partikel Melarut 1. Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 12 %) Air Panas Air Dingin Air Es 0,1331 0,0043 0,0034 2. Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 20 %) 0,1357 0,0037 0,0026 3. Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 28 %) 0,1305 0,0029 0,0021 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa daya larut bubuk sari jeruk instan pada air panas untuk tingkat konsentrasi dekstrin 12 %, 20 %, dan 28 % memiliki kemampuan yang hampir sama. Namun pada air dingin terlihat bahwa konsentrasi dekstrin yang lebih rendah memiliki daya larut yang lebih tinggi. Dengan kata lain semakin tinggi konsentrasi dekstrin daya larutnya semakin rendah. Wirakartakusuma et al., (1992) menjelaskan bahwa kecepatan melarut dipengaruhi oleh besarnya ukuran partikel dari suatu bahan. Darniadi et al., (2011) menjelaskan bahwa konsentrasi dekstrin yang meningkat menyebabkan kelarutan produk menjadi rendah (lambat). Hal ini disebabkan luas permukaan bubuk sari buah meningkat sehingga permukaan bubuk yang kontak dengan air banyak. Ukuran, luas permukaan, dan kadar air granula dapat memengaruhi kelarutan (waktu larut). Oleh karena itu, walaupun peningkatan jumlah dekstrin dalam produk sari buah dapat meningkatkan volume dan berat produk yang secara ekonomi menguntungkan, namun penambahan jumlah dekstrin perlu menjadi pertimbangan utama dalam proses pengolahan terkait dengan tingkat kelarutan. Phoungchandang et al., (2009) menjelaskan bahwa indeks kelarutan air merupakan kemampuan bubuk untuk larut dalam air sehingga dapat larut dengan sempurna dalam air. Semakin tinggi nilai kelarutan produk bubuk maka akan semakin baik karena kelarutan yang sempurna tidak terapung dipermukaan air. Karakteristik Organoleptik Bubuk Sari Jeruk Instan dan Penentuan Perlakuan Terbaik Karakteristik organoleptik bubuk sari jeruk instan yang diuji meliputi rasa, aroma dan warna. Hasil uji seperti pada yang terlihat pada Tabel 4. 6 Tabel 4. Data Rerata Uji Rasa, Aroma, dan Warna Bubuk Sari Jeruk Instan No. Nilai Rasa Kode Sampel Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 12 %) Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 20 %) Bubuk sari jeruk instan (Dekstrin 28 %) 1. 2. 3. 4.75 4.25 3.25 Nilai Aroma 3.25 3.5 3.5 Nilai Warna 4.5 4.25 4.5 Ket. : 5 = Sangat Suka, 4 = Suka, 3 = Agak Suka, 2 = Tidak Suka, 1 = Sangat tidak Suka Tabel 4 menunjukkan bahwa rasa bubuk sari jeruk instan menurut panelis berkisar pada nilai 3.25 – 4.75 (agak suka – mendekati sangat suka), dan jeruk instan dengan konsentrasi dekstrin 48 % memiliki respon nilai rasa terendah yaitu 3.25 (agak suka). Bubuk sari jeruk instan dengan konsentrasi dekstrin 12% secara organoleptik mempunyai rasa yang lebih baik dari dua perlakuan lainnya Adapun nilai aroma rata-rata panelis menggambarkan agak suka dan terhadap warna rata-rata panelis menyukai warna bubuk sari jeruk instan. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa makin tinggi jumlah dekstrin yang ditambahkan tingkat kesukaan terhadap produk bubuk sari jeruk instan makin rendah. Respon panelis dalam penilaian organoleptik ini sangat penting diperhatikan terkait dengan penambahan kadar dekstrin pada bubuk sari jeruk instan. Stephen (1995) menjelaskan bahwa dekstrin juga digunakan sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor, pewarna dan rempah, yang memerlukan sifat mudah melarut ketika di tambahkan air. Darniadi et al., (2011) menjelaskan bahwa makin tinggi konsentrasi penambahan dekstrin dalam proses pengolahan sari buah instan tingkat penerimaan panelis terhadap produk tersebut makin rendah. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan penambahan dekstrin tidak berpengaruh pada kadar vitamin C dan selama penyimpanan sampai hari ke-21 tidak banyak mnegalami perubahan. Daya larut bubuk sari jeruk instan pada air panas untuk tingkat konsentrasi dekstrin 12 %, 20 %, dan 28 % memiliki kemampuan yang hampir sama. Namun pada air dingin konsentrasi dekstrin yang lebih rendah memiliki daya larut yang lebih tinggi. 7 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, 2014. Produksi Tanaman Sayuran dan buah-buahan di Sulawesi Tenggara. Katalog BPS: 5205008.74 Darniadi S., Ivan S., dan Dede Z., A., 2011. Karakteristik Fisiko-Kimia Dan Organoleptik Bubuk Minuman Instan Sari Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L.) Yang Dibuat Dengan Metode Foam-Mat Drying Widyariset, Agustus, Vol. 14 (2): pp. 431-438 Dewi, A.K. 2000. “ Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Serbuk Effervescent Temulawak”. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang. De Man, 1997. “Kimia Makanan”. Penerjemah Padmawinata. Penerbit ITB Bandung. Goodman S. 2006. Ester-C Vitamin C Generasi – Mengubah Pandangan KitaTentang Vitamin C. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Hidayat, N., dan Dania W.A.P. 2005. “ Minuman Berkarbonasi Dari Buah Segar “. Trubus Agrisarana. Khomsan, A. 2004. “ Pangan Dan Gizi “. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Kumalaningsih, Suprayogi dan Y.M.W. Beni. 2005. Membuat Makanan Siap Saji. Surabaya: Trubus Agrisarana. Phoungchandang, S., A. Sertwasana., P. Sanchai dan P. Pasuwan. 2009. Development of a Small Scale Processing System for Concentrated Ginger Powders. W. Appl. Sci. J. 6 (4): 488-493. Prasetyo, S., Agustini, dan Suharto. 2005. Pembuatan bubuk jeruk dengan metode pengeringan busa. J. Reaktor, 9 (1): pp. 50–57. Sediaoetama, A.D. 2004. “ Ilmu Gizi “. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Sharada S., 2013. Studies on effect of various operating parameters & foaming agents-Drying of fruits and vegetables. International Journal of Modern Engineering Research (IJMER) Vol. 3, Issue. 3, May.-June. pp-1512-1519 ISSN: 2249-6645. www.ijmer.com 8