MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TANGERANG (STUDI KASUS MANAJEMEN PENGELOLAAN PENGGUNAAN KENDARAAN DINAS) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh : EPI AMELIA 6661103342 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2015 59 1 ii iii iv v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan karena aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu” -Khalil Gibran- Aku datang, aku bimbingan, aku ujian, aku revisi dan aku menang -Alhamdulillah- Aku persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku, keluargaku, dan teman-temanku vi ABSTRAK Epi Amelia. NIM 6661103342. 2015. Skripsi. Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Manajemen Pengelolaan Penggunaan Kendaraan Dinas). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing 1: Rina Yulianti, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II: Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si. Kata Kunci: Manajemen Pengelolaan, Aset Tetap, Kendaraan Dinas. Penelitian dilatar belakangi oleh adanya Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Manajemen Pengelolaan Penggunaan Kendaraan Dinas) yang belum berjalan dengan baik. Penelitian ini menggunakan teori Manajemen Aset dari Siregar (2004). Menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang menunjukkan bahwa Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang adanya pencatatan aset yang tidak sesuai antara data manual yang dimiliki pengelola aset dengan yang berada di Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) serta Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang belum memberikan transparansi kerja karena hanya dapat diakses oleh pengelola aset saja tidak dapat diakses secara umum. Kesimpulan yaitu Manajemen Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum berjalan secara efektif dan efisien, yang berdampak pada pemborosan anggaran yang dikeluarkan. Saran yaitu Sebaiknya dilakukan pengecekan fisik setiap 3 (bulan) sekali untuk memastikan data yang tercatat akurat dan up to date, Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) harus terus dikembangkan lagi sehingga tidak ada celah untuk terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). vii ABSTRACT Epi Amelia. NIM 6661103342. 2015. Research Paper. Management of Fixed Assets supervision in the Department of Highways and Irrigation of Tangerang District (case study of supervision of official vehicle management). Program study of public administration. Faculty of social and political science. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I : Rina Yulianti, S.IP., M.Si and Advisor II : Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si. Keywords: Management Supervision, Fixed Assets, Highway and Official Vehicle. This research background based on Management Of Fixed Assets Supervision in the Department of Highways and Irrigation of Tangerang District (case study of supervision of official vehicle management) that has not been going well. The theory of Asset Management by Siregar (2004) is used in this research. Based on qualitative description it showed that the manual data of the Department of Highways and Irrigation of Tangerang District was not suitable between the data owned by assets manager and Management Information Systems Area (SIMDA) as well as Management Information System Area (SIMDA). Those institutions were not provided the transparancy of work because it can only be accessed by an asset manager that could not be accessed to public. Conclusion of this research was that fixed assets management at the Department of Highways and Irrigation District of Tangerang has not run effectively and efficiently, as a result, it wasted the budget of government. The suggestions of this research is that physical checks should be done every once for three (months) to ensure the recorded data is accurate and up to date, the regional Management Information System (SIMDA) should continue to be better in development so that there will be no chances for coruption, collusio, and nepotism (KKN). viii KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul Manajemen Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Manajemen Pengelolaan Penggunaan Kendaraan Dinas). Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik di dalam teknik penyusunan maupun teknik materi yang disajikan, mengingat begitu terbatasnya kemampuan yang Penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh Penulis sebagai bahan perbaikan untuk menambah wawasan pengetahuan di masa yang akan datang. Terwujudnya proposal penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan serta do’a dari semua pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa . 2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Mia Dwiana Widyaningtyas, S.Sos., M.Ikom., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. i ix 5. Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 7. Ipah Ema Jumiati, S.I.P., M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Rina Yulianti, S.I.P., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta motivasi dalam menyelesaikan penyusunan proposal penelitian. 9. Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta motivasi dalam menyelesaikan penyusunan proposal penelitian. 10. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak masukan saran serta dukungan. 11. Seluruh dosen dan staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membekali pengetahuan ilmu selama masa perkuliahan. 12. Benny Purwana, S.H., Selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 13. Nana Suryana, Selaku Pengelola Barang pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan banyak informasi kepada Penulis. ii x 14. Robet Junaedi, S.H., Selaku Pembantu Pengelola Barang pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan banyak informasi kepada Penulis. 15. Seluruh staf Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang telah banyak membantu. 16. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan do’a tiada henti. 17. Ari Eka Prasetya suami yang selalu membantu serta memberikan dukungan dan doa yang tiada hentinya. 18. Teman-teman seperjuangan Nelly, Amel, Mahmud, Dita, Hesty, Ucup, Ingga, Andri, Habib dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung dan membantu di dalam penyusunan proposal penelitian ini. Serang, Agustus 2015 Penulis Epi Amelia iii xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 1.2. Identifikasi Masalah .................................................................. 13 1.3. Pembatasan Masalah ................................................................. 13 1.4. Perumusan Masalah .................................................................. 14 1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................... 14 1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... 14 1.7. Sistematika Penelitian ............................................................... 16 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Manajemen .................................................................... iv 20 xii 2.1.1. Definisi Manajemen ..................................................... 21 2.2. Teori Aset ................................................................................ 25 2.2.1. Definisi Aset .................................................................. 25 2.2.2. Jenis Aset ........................................................................ 29 2.2.3. Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya ...... 30 2.3. Manajemen Aset ....................................................................... 31 2.3.1. Definisi Manajemen Aset ............................................... 31 2.4. Manajemen atau Pengelolaan Aset .......................................... 36 2.4.1. Siklus Pengelolaan Aset Daerah .................................... 36 2.4.2. Siklus Hidup Aset ........................................................... 50 2.5.Kerangka Berpikir ..................................................................... 54 2.6. Asumsi Dasar ........................................................................... 55 2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................. 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 59 3.2. Instrumen Penelitian ................................................................ 60 3.3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 61 3.4. Sumber Data .............................................................................. 65 3.5. Informan Penelitian .................................................................. 66 3.6. Teknik Analisis Data ................................................................ 67 3.7. Pengujian Validitas Data .......................................................... 71 3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian .................................................. 74 v xiii BAB IVHASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ....................................................... 76 4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Tangerang ....................... 76 4.1.2. Gambaran Umum Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang .................................................... 77 4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang .................................................. 84 4.1.4. Sumber Daya Manusia Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang ................................................... 95 4.1.5. Sarana dan Prasarana ................................................... 96 4.2. Informan Penelitian .................................................................. 97 4.3. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian .......................................... 100 BAB VKESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................... 137 5.2. Saran .........................................................................................138 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi xiv DAFTAR TABEL Halaman 1.1 Aset Tetap Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Tangerang .............. 6 1.2 Aset Tetap Kendaraan Roda Empat Berdasarkan Kondisi .................... 6 1.3 Aset Tetap Kendaraan Roda Dua Berdasarkan Kondisi ........................ 7 1.4 Aset Tetap Kendaraan Roda Empat ....................................................... 7 1.5 Aset Tetap Kendaraan Roda Dua ........................................................... 8 1.6 Kendaraan Dinas Operasional/Kendaraan Dinas Jabatan ...................... 11 1.7 Jumlah Esselon III dan IV ...................................................................... 11 2.1 Perkembangan Manajemen Aset ............................................................ 33 3.1 Pedoman Wawancara ............................................................................. 63 3.2 Informan Penelitian ................................................................................ 66 3.3 Jadwal Penelitian .................................................................................... 75 4.1 Data Pengguna Kendaraan Dinas ............................................................. 105 vii xv DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Teori Manajemen Menurut Stoner ......................................................... 24 2.2 Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya ............................. 30 2.3 Siklus Hidup Aset ................................................................................... 50 2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 54 3.1 Komponen Analisis Data Miles dan Huberman ..................................... 68 4.1 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Tangerang . 83 4.2 Kendaraan Dinas Yang Diganti Plat Nomor ........................................... 108 4.3 Kendaraan Dinas Yang Diganti Plat Nomor ........................................... 110 4.4 Barang Inventaris Tanpa Dokumen......................................................... 117 4.5 Konsepsi Pemindahtangan Aset ............................................................. 122 viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal. Suatu organisasi yang baik terdapat fungsi-fungsi manajerial yaitu:planning, organizing, actuating dan controlling. (George R. Terry, 1972) dalamMuchtar Hidayat (2011:3).Masing-masing fungsi harus saling berkaitan di dalamnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Suatu organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik apabila mampu merencanakan program-program secara matang dengan memperhitungkan masa yang akan datang dan melaksanakan rencana yang telah dibuat. Perencanaan dalam suatu organisasi merupakan proses dasar di dalam manajemen untuk merumuskan tujuan dan cara mencapainya. Bentuk organisasi menuntut kemampuan manajemen yang lebih baik, terutama kemampuan teknis, karena semua pekerjaan dalam organisasi tidak dapat dilakukan sendiri. Setiap organisasi termasuk juga organisasi pemerintah memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah, diperlukan strategi yang dijabarkan dalam bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi pemerintah memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk dapat memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah diperlukan pemerintahan yang jujur. Dimana pemerintahan merupakan sekumpulan 59 1 2 orang-orang yang mengelola kewenangan-kewenangan melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan. Pemerintahan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola berbagai kewenangan dalam mengelola negara/pemerintah memerlukan adanya kesiapan diberbagai aspek dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan, terutama kesiapan dalam ketersediaan berbagai penunjang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan.Dalam kerangka otonomi daerah, seiring dengan perkembangan sebuah organisasi, lembaga atau instansi yang ada pada saat ini, maka semakin bertambah pula jumlah aset yang dibutuhkan oleh organisasi, lembaga atau instansi tersebut. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas atau produktivitas kerja pegawai tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor lain seperti sarana perlengkapan kerja yang memadai. Penyediaan sarana kerja yang diperlukan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pegawai harus memperhatikan aspek manfaat dengan tetap berpedoman pada tugas pokok dan fungsi serta anggaran yang tersedia. Oleh karena itu, sarana kerja harus dapat dikelola dengan benar agar mampu menunjang pelaksanaan tugas para pegawai secara maksimal. Terkait dengan hal tersebut maka pemerintah daerah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk melakukan pengelolaan atau manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif mulai dari tahap perencanaan, pendistribusian dan pemanfaatan serta pengawasannya.Berdasarkan 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 manajemen aset digunakan di lingkungan pemerintah daerah maupun perguruan tinggi.Sistem informasi aset berfungsi untuk melakukan pencatatan mengenai pengadaan, pengesahan, penggunaan, perawatan, status, serta kondisi aset tersebut. Aset dapat meliputi inventarisasi tanah, gedung, alat angkutan, senjata api, jaringan, peralatan seperti alat tulis kantor dan alat laboratorium, ruang/gudang dan barang-barang yang terdapat di dalamnya, lokasi lainnya dan barang-barang yang terdapat di dalamnya . Namun, pengelolaan aset daerah selama ini belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal, sehingga diperlukan peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan aset daerah. Selama ini pengelolaan barang inventaris daerah dilaksanakan atas dasar ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 sebagai peraturan pokok terhadap aturan barang inventaris pemerintah daerah. Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang berwujud maupun barang tak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang Daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang berwujud atau disebut dengan aktiva tetap adalah barang yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, meubeleur dan perlengkapan serta buku-buku 4 perpustakaan.Peranan pengelolaan yang baik dan benar sangat diperlukan terutama di dalam manajemen aset. Karena kebutuhan informasi mengenai data dan informasi suatu aset sangatlah penting guna untuk memperbaiki kinerja atau efisiensi di dalam suatu instansi atau lembaga. Aset merupakan komponen yang nilainya paling besar dan kekayaan yang vital bagi berjalannya sebuah organisasi baik itu di sebuah pemerintahan maupun di perusahaan swasta. Aset tetap adalah investasi yang dilakukan oleh sebuah organisasi jangka panjang dan bukan untuk dijual kembali, sehingga dibutuhkan manajemen aset yang tepat. Manajemen aset yang tepat dapat membantu instansi dalam mengidentifikasi daftar kekayaan, tidak hanya untuk melihat aset mana saja yang telah dibeli, berapa biayanya, aset mana saja yang sedang digunakan dan bagaimana pemanfaatannya, tetapi juga dapat mencegah hilangnya atau pencurian aset dan yang paling penting memudahkan proses pertanggungjawabannya, terutama oleh instansi-instansi yang bertanggungjawab kepada daerah. Unit pengelolaan aset daerah sangat berperan dalam pengadaan serta pengelolaan sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi, karena faktor-faktor lain seperti sumber daya manusia dan sistem kerja yang tidak dapat dioptimalkan penggunaannya tanpa dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, sistem pengelolaan aset daerah senantiasa dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan prinsip pada transparansi dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintahan dan pelayanan masyarakat. 5 Masalah utama pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah (municipal asset management) adalah ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian inventarisasi aset seperti tidak dipasangnya tanda kepemilikan yang sesuai, tidak termonitornya pemindahtanganan aset, batas akhir penguasaan aset, status penguasaan aset yang lemah, tidak diperpanjangnya Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor bahkan hilangnya Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (sumber: Pengelola aset). Padahal, inventarisasi aset merupakan jantung di dalam siklus pengelolaan aset.Kondisi ini jelas menyebabkan pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti seberapa besar aset yang dimiliki, aset-aset mana saja yang telah dikuasai atau bahkan yang sebenarnya memiliki potensi dan memiliki peluang investasi tinggi. Pengelolaan aset yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan akan menimbulkan kerugian bagi daerah karena aset yang digunakan tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.Hal ini terjadi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Jumlah aset tetap (kendaraan dinas) yang dimiliki Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang: 6 Tabel 1.1 Aset Tetap Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 No Aset Tetap Jumlah 1. Tanah - 2. Peralatan dan Mesin 24.213.892.346 3. Gedung dan Bangunan 2.326.509.809 4. Jalan, Irigasi dan Jaringan 2.979.783.458.323 5. Aset Tetap Lainnya 147.000 6. Konstruksi Dalam Pengerjaan 233.272.904.558 Jumlah 3.239.596.912.036 Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014 Tabel 1.2 Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Empat Berdasarkan Kondisi Tahun 2014 No Jenis Kondisi Baik Kurang Baik 1. Jeep 2. Mini Bus 19 3. Pick Up 26 6 Jumlah 45 8 Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014 Rusak Berat 2 - 7 Tabel 1.3 Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Dua Berdasarkan Kondisi Tahun 2014 No Jenis Kondisi Baik Kurang Baik 1. Honda 4 35 2. Suzuki 24 8 Jumlah 28 43 Rusak Berat - Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014 Tabel 1.4 Aset Tetap Kendaraan Roda Empat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 NO 1. 2. 3. Jenis Jeep Mini Bus Pick Up Jumlah Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014 Jumlah 2 25 21 48 8 Tabel 1.5 Aset Tetap Kendaraan Roda Dua Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 NO 1. 2. Jenis Honda Suzuki Jumlah Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014 Jumlah 18 14 32 Masalah yang utama yang dihadapi oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang adalah dari segi sumber daya manusia yang belum kompeten. Pengelola aset harus memiliki persyaratan antara lain : Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan golongan terendah golongan II dan tertinggi golongan III, memiliki pengalaman dan pengetahuan dibidang manajemen pengelolaan barang milik daerah.Pengelola aset harus memiliki persyaratan pengalaman dibidang manajemen pengelolaan barang milik daerah yaitu pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang memang sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan karena pengelola barang seharusnya Pegawai Negeri Sipil dan mencapai golongan tertinggi golongan III tetapi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan pengelola barang baru mencapai golongan II meskipun ini diperbolehkan tetapi pengelola barang yang menjabat tidak memiliki pengalaman. Dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tidak memiliki pengetahuan tentang manajemen aset dan setiap tahunnya berganti-ganti sesuai dengan keinginan kepala dinas. Dimana idealnya pengelola aset terdiri dari 2 bahkan lebih untuk dinas yang memiliki banyak Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) seperti Dinas Bina Marga 9 dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Dimana pengelola aset belum pernah mengikuti pelatihan tentang pengelolaan barang milik daerah. Masalah lain yang dihadapi oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan adalah ketidaktertiban administrasi di dalam pengendalian inventarisasi aset seperti tidak dipasangnya tanda kepemilikan, tidak termonitornya pemindahtanganan aset, status penguasaan aset yang lemah, batas akhir penguasaan, banyaknya pengguna kendaraan dinas yang tidak memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau bahkan hilang (sumber: pengelola aset). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan. Salah satu bentuk pemanfaatan milik daerah yaitu, pinjam pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu yang ditentukan berakhir harus diserahkan kembali kepada pengelola barang. Namun, pada praktiknya selama ini terdapat beberapa penyalahgunaan dalam pemanfaatan barang milik daerah. Seperti adanya pejabat eselon IV yang memegang kendaraan dinas, sesuai prosedurnya tidak dibolehkan apalagi kendaraan tersebut tidak digunakan sesuai dengan tugas pokok dan 10 fungsinya. Sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah “Barang Milik Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan”. Di dalam Peraturan Perundang-Undangan bahwa Kendaraan Milik Daerah itu memiliki suatu ciri khas yaitu ber plat nomor merah dengan menginisialkan tiga huruf dibelakang angka yang sama dengan kendaraan dinas yang lainnya ini untuk dapat memudahkan pendataan namun ada beberapa pejabat yang mengganti plat nomornya menjadi hitam sehingga sulit untuk dilakukan pendataan. Adanya beberapa pensiun Pegawai Negeri Sipil yang belum mengembalikan kendaraan dinas yang semestinya hanya berlaku selama masa jabatannya (sumber: pengelola aset) Dimana hal ini dapat memunculkan masalah seperti tidak meratanya pendistribusianbarang-barang milik daerah kepada pegawai karena sebagian dari aset daerahtersebut masih ditahan oleh pegawai sebelumnyayang masa jabatannya sudahberakhir dan tidak diketahui siapa pengguna kendaraan tersebut setelah dialihkan kepada penggunaan lain dikarenakan tidak melaporkan kepada pengelola barang. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Standarisasi Kendaraan Dinas. 11 Tabel 1.5 Kendaraan Dinas Operasional/Kendaraan Dinas Jabatan Kapasitas Jabatan Ketua DPRD Provinsi Wakil Ketua DPRD Provinsi Ketua DPRD Kab/Kota Wakil Ketua DPRD Kab/Kota Pejabat Eselon I Pejabat Eselon II Pejabat Eselon III Pejabat Eselon IV Jumlah 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit 1 (satu)Unit Jenis Kendaraan Sedan atau Jeep Sedan atau Minibus Sedan atau Minibus Sedan atau Minibus Sedan atau Jeep Sedan atau Minibus Minibus Sepeda Motor Isi Silinder 2.500 cc 2.200 cc 2.200 cc 2.000 cc 2.500 cc 1.800 cc 1.500 cc 150 cc Sumber : Permendagri Nomor 11 Tahun 2007 Tabel 1.6 Jumlah Eselon III dan IV Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang No 1. 2. Pejabat Eselon III Eselon IV Jumlah Sumber : Bagian Umum dan Kepegawaian Tahun 2015 Jumlah 6 35 41 Bahwa standarisasi penggunaan kendaraan dinas untuk pejabat eselon IV itu satu unit sepeda motor dengan kapasitas isi silinder 200 cc tetapi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan untuk eselon IV memegang kendaraan mini bus dengan kapasitas silinders 2500 cc dan itu menyalahi peraturan yang berlaku. Masih lemahnya manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dalam melihat kondisi yang telah dipaparkan 12 Peneliti. Serta, masih lemahnya koordinasi pengawasan dan pengendalian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang di dalam manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas seperti tidak ada teguran yang diberikan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang selaku koordinator terkait tidak dilaporkannya laporan semesteran aset untuk tahun 2014 oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Dari permasalahan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dari itu peneliti memilih untuk mengambil judul “Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas)”. 13 1.2 Identifikasi Masalah Pada pelaksanaan manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraandinas) peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu : 1. Sumber daya manusia yang belum kompeten di dalam manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas. 2. Pendataan aset yang masih kurang cermat. 3. Lemahnya koordinasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang pengendalian dan pengawasan di dalam manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas. 1.3 Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka di dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas). 14 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan batasan pada masalah tersebut, untuk mengetahui manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan pengairan kabupaten Tangerang, maka peneliti mengarahkan untuk mendapatkan jawaban dari perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas) ? 1.5 Tujuan Penelitian Dari identifikasi masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan tersebut, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas). 1.6 Manfaat Penelitian 1.5.1. Secara Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan menambah khasanah ilmu yang berkaitan dengan manajemen publik. 15 2. Karena penelitian ini tentang studi manajemen publik maka penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan studi manajemen publik khususnya mengenai manajemen aset. 3. Penelitian ini sebagai bahan perbandingan dari penelitian sejenis yang pernah dibuat sebelumnya sehingga diharapkan memberikan kontribusi sebagai sumber ilmiah. 4. Penelitian ini merupakan implementasi teori yang didapat semasa perkuliahan. 1.5.2. Secara Praktis 1. Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal mempelajari tentang manajemen aset khususnya dan khasanah ilmu pengetahuan yang lain selama mengikuti Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Hal ini juga sebagai salah satu syarat utama pada Ujian Strata-1 untuk Program Studi Ilmu Administrasi dan penelitian ini digunakan untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian ini. 2. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih mendalam mengenai manajemen aset. bidang ilmu sosial tertuma mengenai 16 3. Penelitian ini diharapkan adanya perbaikan pelaksanaan manajemen pengelolaan aset di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Bagi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat memperbaiki manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang khususnya berkaitan dengan aset tetap penggunaan kendaraan dinas. 1.7 Sistematika Penulisan Pada bagian ini menjelaskan sistematika penulisan skripsi yang berjudul Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang masalah yang menjadi dasar penelitian, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis, serta sistematika penulisan skripsi. 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN Bab ini terdiri dari tiga poin, yaitu deskripsi teori, penelitian terlebih dahulu, kerangka pemikiran peneliti, dan asumsi dasar. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang beberapa pendapat ahli mengenai teori-teori yang relevan terhadap masalah. Setelah memaparkan teori, lalu peneliti mengkaji penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau jurnal penelitian. membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori. Asumsi dasar merupakan jawaban sementara permasalahan yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya. BAB III METODELOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan pendekatan dan metode yang digunakan di dalam penelitian, ruang lingkup/fokus penelitian, instrumen penelitian di dalam instrumen menjelaskan tentang bagaimana proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data dan analisis data Menjelaskan teknik dan disertai rasionalnya. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti sesuai dengan sifat data yang diteliti. Pengumpulan data kualitatif, melalui pengamatan, wawancara mendalam, dokumen dan pustaka. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman 18 (2007:15), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan empat kegiatan penting diantaranya pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).Informan penelitian dalam penelitian kualitatif dipilih secara langsung untuk pengumpulan data-data penelitian. Lokasi dan jadwal penelitian menjelaskan lokasi dan alasan memilih lokasi penelitian, terkait tempat dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dan hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Lalu deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun kuantitatif. Terakhir melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksaaan penelitiannya. BAB V PENUTUP Bab terakhir ini berisi kesimpulan dimana bab ini menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan permasalahan. Selanjutnya saran berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis. 19 DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi LAMPIRAN Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian. 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian merupakan rangkaian atau uraian beberapa teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pengertian teori menurut Neumen adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi, yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Landasan teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2012:58) Pada bab ini akan menjelaskan beberapa teori yang terkait “Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan kendaraan dinas)”. Dari hasil kajian maka peneliti bisa mengetahui pelaksanaan yang dilakukan oleh pengelola barang atau pengelola aset atau kekayaan yang dimiliki Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Untuk itu, harus ada teori yang relevan dengan permasalahan-permasalahan tersebut. 20 21 2.2 Manajemen 2.2.1 Definisi Manajemen Secara etimologi, management(di Indonesia diterjemahkan sebagai “manajemen”) berasal dari kata manus(tangan) dan agere(melakukan), yang setelah digabung menjadi kata manage(bahasa inggris) berarti mengurus atau managiere(bahasa latin) yang berarti melatih. Berbagai definisi mengenai manajemen menurut Manullang dalam Ratminto & Atik (2005:1) mendefinisikan : “Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan juga pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Sedangkan menurut Gibson, Donelly dan Ivancevich dalam Ratminto & Atik (2005:1) : “Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu itu bertindak sendiri. Manajemen juga bisa didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya orang tersebut dapat termotivasi menggunakan keahliannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Juga suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Dapat diartikan juga sebagai suatu rangkaian tindakan dengan maksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi”. Manajemen menurut Terry dalam (Syafiie, 2006:49) : “Management is a distinct procces consisting of planning, organizing,actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objective by the use of human being and other resources. Maksudnya, manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya”. 22 Manajemen menurut W. Taylor dalam (Syafiie, 2006:48) : The art of management, is defined as knowing exactly what you want to do, and then seeing that they do it in the best and cheapest way. Maksudnya, ilmu manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah atau tidak. Definisi lain mengenai manajemen merupakan sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang organisasi. Sedangkan manajemen menurut (Hasibuan, 2001:2) adalah sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Hasibuan (2001:3) , pada dasarnya manajemen itu penting karena disebabkan: a. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas, dan tanggungjawab dalam penyelesaiannya. b. Perusahaan atau organisasi akan dapat berhasil dengan baik, jika manajemen diterapkan dengan baik. c. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki. d. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan. e. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan 6M (Men, Money, Methods, Material, Machines, and Market). f. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan. g. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur. h. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan. i. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang. 23 Secara sederhana manajemen berasal dari kata manage(bahasa latinnya manus) yang berarti memimpin, menangani, mengatur, atau membimbing (Rusadi,1998:8). Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam (Rusadi, 1998:1) menyatakan bahwa manajemen merupakan: “...............sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.” Secara sederhana pengertian manajemen menurut George R. Terry (1972) meliputi: a. Perencanaan (Planning); b. Pengorganisasian (Organizing); c. Penggerakan (Actuating); d. Pengawasan (Controlling). Sedangkan menurut Mary Parker Foller dalam (Handoko, 2003:8) manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sementara itu menurut Stoner dalam (Handoko, 2003:8) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 24 Gambar 2.1 Teori Manajemen Menurut Stoner Manajemen Perencanaan; Pengorganisasian; Penyusunan Personalia; Anggota organisasi Tujuan Organisasi (bawahan) Pengarahan; Pengawasan. Namun pengertian manajemen menurut Luther Gulick dikutip dalam (Handoko, 2003:11) sebagai: “Suatu bidang ilmu pengetahuan (Science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.” Secara sederhana manajemen menurut Luther Gulick meliputi: a. Perencanaan (Planning); b. Mengorganisir (Organizing); c. Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing); d. Mengarahkan (Directing); e. Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating); f. Melaporkan (Reporting); g. Menyusun Anggaran (Budgeting). 25 Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni mengelola tindakan-tindakan pekerjaan dengan rangkaian-rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan cara bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kesimpulan dari peneliti bahwa manajemen merupakan proses dimana seluruh anggota organisasi mampu melakukan penggerakkan dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan bahkan pengawasan kearah yang lebih baik dengan penggunaan sumber-sumber daya di dalam organisasi itu sendiri agar mencapai tujuan organisasi. Sehingga tindakan dari sebuah manajemen yang dikelola dengan baik dan benar dapat menentukan sebuah kesuksesan pencapaian kinerja oleh sebuah organisasi itu sendiri. Maka dari itu harus diperlukan perencanaan yang benar-benar matang sehingga tujuan dari organisasi tersebut tepat sasaran dan efisien. 2.3 Aset 2.3.1 Definisi Aset Definisi Assetatau Aset ( dengan satu s) yang telah di Indonesiakan secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai: 1. Nilai ekonomi (economic value), 2. Nilai komersial (commercial value) atau, 3. Nilai tukar (exchange value);yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu (perorangan). 26 Asset (Aset) adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu perorangan.(Muchtar Hidayat, 2011:4) Secara umum aset merupakan harta / atau kekayaan. Menurut (Doli D. Siregar, 2004:178), aset merupakan: “Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan).” Adapun menurut (Sherraden, 2006:134) aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik konkret maupun abstrak kemudian hak dan klaim ini dilindungi oleh adat, konvensi atau hukum. Sedangkan menurut Standar Akutansi Pemerintahan dikutip dalam (Mursyidi, 2009:52) aset merupakan: “Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki baik oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan, serta dapat diukur dalam satuan uang termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa, bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah atau budaya.” Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 2004 yang dimaksud dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 27 Pengertian mengenai Barang Milik Daerah berdasarkan pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut: 1. Barang milik daerah meliputi: a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. 2. Barang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis; b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau kontrak; c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang atau d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sedangkan menurut Doli D. Siregar dalam bukunya Manajemen Aset menjelaskan pengertian tentang Aset berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur seperti berikut ini: 1. Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. 2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya. 3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan semaksimalnya, baik untuk saat ini maupun keberlanjutannya dimasa yang akan datang. Sumber : Modul 1 Dasar-Dasar Manajemen Aset/Barang Milik Daerah ( 2007:4 ) Adapun pengertian Aset yang ditemui dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Keuangan mempunyai pengertian yang sama yaitu 28 semua barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Oleh sebab itu untuk menyamakan persepsi pada uraian selanjutnya maka Aset yang dimaksud disini adalah: 1. Semua barang inventaris yang dimiliki pemerintah daerah 2. Semua barang hasil kegiatan proyek APBD/APBN/LOAN yang telah diserahkan pada pemerintah daerah melalui Dinas/Instansi terkait 3. Semua barang yang secara hukum dikuasai oleh pemerintah daerah seperti: cagar alam, cagar budaya, objek wisata, bahan tambang/galian C dan sebagainya, yang dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah yang berkelanjutan dan yang memerlukan pengaturan pemerintah daerah dalam pemanfaatannya serta pemeliharaannya. Sumber : Modul 1 Dasar-Dasar Manajemen Aset/Barang Milik Daerah ( 2007:4 ). Kesimpulan peneliti bahwa aset merupakan barang inventaris yang diserahkan pemerintah daerah melalui dinas/instansi terkait yng digunakan untuk kepentingan dinas/instansi terkait sehingga dapat memperlancar jalannya suatu organisasi serta menjadi sumber pendapatan bagi dinas/instansi terkait. Dimana penggunaannya haruslah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan tidak boleh disalahgunakan di dalam penggunaannya. 29 2.3.2 Jenis Aset Adapun jenis aset dalam Mursyidi (2009:52-53) dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut: 1. Aset Lancar yaitu aset yang tidak dimaksudkan untuk dipakai terus menerus 2. 3. dalam kegiatan suatu daerah seperti kas, piutang usaha, persediaan dan aktiva lain yang mudah dipertukarkan menjadi tunai. investasi yaitumenekankan pada penempatan uang atau dana. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Adapun klasifikasi aset tetap yaitu tanah, peralatan dan mesin, kendaraan, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. 30 2.3.3 Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya Adapun klasifikasi aset atau properti menurut Siregar adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Kalsifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya (Sumber: Siregar, 2004:46-48) Real Property Personal Property Property Business Financial Interest -Tanah - Bangunan - Sarana Lengkap -Mesin dan Peralatan -Fixture dan Furniture -Jewel dan Antique -Kendaraan Bermotor -Surat Berharga “kegiatan di bidang komersial, industri, jasa, atau investasi (aktivitas ekonomi)” Instrumen investasi yang dijamin aset-aset real estat Keterangan : Real Property, secara umum merupakan penugasan secara hukum atas tanah mencakup semua hak, semua kepentingan dan keuntungan yang berkaitan dengan kepemilikan real estate. Real Property biasanya dibuktikan dengan bukti kepemilikan yang terpisah dari penguasaan atas real estate. Real estate lebih 31 merupakan segala sesuatu yang berbentuk fisik meliputi tanah bersama-sama segala sesuatu yang didirikan atau yang ada di atas maupun di bawah tanah. Personal Property, merujuk pada hal kepemilikan atas suatu benda bergerak di dalam bagian-bagian benda selain dari real estate (tanah, bangunan secara fisik). Benda-benda selain tersebut dapat berwujud (tangible), misalnya harta bergerak atau tidak berwujud (intangible), misalnya utang-piutang, goodwill dan hak paten. Kegiatan usaha (Business) adalah setiap kegiatan dibidang komersial, industri, jasa atau investasi yang menjalankan aktivitas ekonomi.Hak Kepemilikan Secara Financial (Financial Interest), di dalam properti berasal dari pembagian hukum atas hak kepemilikan saham dalam kegiatan bisnis dan hak atas penguasaan tanah dan bangunan. Dari perjanjian pemberian atas suatu hak dan bangunan, saham, atau instrumen-instrumen finansial lainnya dengan harga yang disebutkan di dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau dari penciptaan instrumen investasi yang dijamin oleh sekelompok aset-aset real estate. 2.4 Manajemen Aset 2.4.1 Definisi Manajemen Aset Jika berbicara tentang manajemen aset secara umum, definisi manajemen adapun manajemen atau pengelolaan aset merupakan: Sedangkan menurut Lemer 2011:7)menyatakan bahwa: dikutip dalam (Muchtar Hidayat, “Manajemen aset merupakan proses menjaga atau memelihara dan memanfaatkan modal publik, hal ini dilakukan dalam rangka 32 melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah sehingga terciptanya manajemen pemerintahan yang dapat bekerja secara efisien, efektif dan ekonomis.” Adapun menurut (Doli. D Siregar , 2004:561) manajemen aset merupakan: “sebagai kumpulan disiplin, metode, prosedur dan perangkat untuk mengoptimalisasikan dampak bisnis keseluruhan atas biaya-biaya, kinerja dan resiko yang timbul (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai dan regulasi keselamatan atau kepatuhan pada aturan lingkungan hidup) dari aset fisik perusahaan.” Saat ini di dalam ilmu properti berkembang suatu teori baru yang dikenal dengan teori manajemen asset (asset management). Menurut Britton, Connellan, Crofts (1989) mengatakan “ define good asset management in terms of measuring the value of properties (asset) in monetary terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”.(Doli D. Siregar, 2004:517). Di dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa manajemen aset yang baik di dalam bagianbagian pengukuran nilai dari aset di dalam bagian moneter dan pemakaian jumlah pengeluaran pada manajemen itu sendiri.Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat. Bermula dengan orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisiatif, dan strategis. (Doli D. Siregar , 2004:517). 33 Tabel 2.1 Perkembangan Manajemen Aset Post war – Static Management Dynamic Management Strategic Management - proactive management - economic, efficient dan - akuntabilitas effective management pengelolaan aset - monitoring - kontrol properti yang -land audit operasionalisasi aset tak digunakan -property review / survey -monitoring kerja - aplikasi IT dalam operasional dan pengelolaan investasi - optimalisasi -corporation or pemanfaatan aset privatization Sumber : (Doli D. Siregar, 2004:517) - kontrol biaya Manajemen aset itu sendiri dapat dibagi dalam lima tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan perkembangan sistem informasi manajemen aset. (Doli D. Siregar, 2004:518). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik, dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi / labeling, pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset. 2. Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal, strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. 3. Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh 34 konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual. 4. Optimalisasi aset merupakan satu proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai pemda diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi, yang rendah maupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi, dan program untuk mengoptimasikan aset yang dikuasai. 5. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada Pemerintah Daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA). Melalui sistem informasi manajemen aset (SIMA). Transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangatlah terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam sistem informasi manajemen aset (SIMA) ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian. Sehingga setiap penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab menanganinya. Hal ini yang diharapkan tidak akan menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme(KKN) di dalam tubuh Pemda. Pengawasan dan pengendalian merupakan tindakan pengamanan terhadap aset daerah agar terhindar dari ketidakjelasan pengelolaan aset yang mengakibatkan tidak berjalannya manajemen aset dengan baik. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah pasal 1 ayat 24, pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang daerah dalam bentuk fisik, administratif, dan tindakan upaya hukum. Lebih lanjut dalam pasal 38 telah dijelaskan bahwa upaya pengurusan barang daerah agar dalam pemanfaatannya terhindar dari penyerobotan,pengambil-alihan atau klaim dari pihak lain dilakukan dengan cara. Pengamanan administrasi, yaitu dengan melengkapi sertifikat dan kelengkapan bukti-bukti kepemilikan. Pengamanan fisik, yaitu dengan 35 pemagaran dan pemasangan tanda kepemilikan barang.Tindakan hukum, yaitu dengan cara melakukan upaya hukum apabila terjadi pelanggaran hak atau tindak pidana. (Doli D. Siregar, 2004: 518520) Sedangkan Departemen Transportasi Amerika Serikat (1996) mendefinisikan manajemen aset sebagai berikut : Asset management is a systematic process of maintaining, upgrading, and operating physical assets cost-effectively. It combines engineering principles with sound business practices and economic theory, and it provides tools to facilitate a more organized, logical approach to decision making. Thus, asset management provides a framework for handling both short and long-range planning. (manajemen aset adalah suatu proses yang sistematis guna memelihara, memperbarui, dan mengoperasikan dengan biaya efektif aset fisik. Manajemen aset menggabungkan prinsip-prinsip rekayasa dengan praktik teori ekonomi dan bisnis yang sehat, dan menyediakan alat untuk memfasilitasi pendekatan logis yang lebih terorganisasi untuk kepentingan pengambilan keputusan. Dengan demikian, manajemen aset menyediakan kerangka kerja bagi penanganan perencanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang). (Hidayat Muchtar, 2011: 6-7) Definisi yang lain (Danylo dan Lemer, 1999) dari manajemen aset adalah sebagai berikut : Asset management is a methodology to efficiently and equitably allocate resources amongst valid and competing goals and objectives. (manajemen aset adalah metodelogi untuk secara efisien dan adil mengalokasikan sumber daya di antara tujuan dan sasaran yang valid dan bersaing). (Hidayat Muchtar, 2011: 7-8). 36 Kesimpulan peneliti tentang manajemen aset adalah cara untuk menggerakkan sebuah organisasi agar tercapainya suatu tujuan organisasi baik dalam jangka pendek atau jangka panjang dengan cara yang efisien dan tepat sasaran di dalam penggunaan barang inventaris, pemanfaatan dan pemeliharaan barang inventaris milik pemerintah daerah sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat menambah pendapatan dinas atau instansi terkait. Manajemen yang baik dan tepat akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja sebuah dinas/instansi terkait apabila semua itu dilakukan dengan prosedur yang benar sesuai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Sehingga apabila dilakukan dengan prosedur yang benar dan sesuai peraturan perundangundangan hal ini sangat diharapkan agar tidak menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) di sebuah dinas/instansi terkait. 2.5 Manajemen atau Pengelolaan Aset 2.5.1 Siklus Pengelolaan Aset Daerah Pengelolaan aset daerah dikutip dalam (Yusuf,2010:31-36) yang juga diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pada pasal 4 dijelaskan bahwa pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Adapun pengelolaan barang milik daerah meliputi: 1. Perencanaan (Planning); meliputi penentuan kebutuhan (requirement) dan penganggarannya (budgetting). 2. Pengadaan (Procurement); meliputi cara pelaksanaannya, standard barang dan harga atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya. 37 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Penyimpanan dan penyaluran (Storage and distribution). Pengendalian (Controlling). Pemeliharaan (Maintainance). Pengamanan (Safety). Pemanfaatan penggunaan (Utilities). Penghapusan (Disposal). Inventarisasi (Inventarization). Pengelolaan barang milik daerah dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49/2001 dinyatakan sebagai rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaanya.(Doli D. Siregar, 2004:561). Britton, W.C dan Crofts, M. (1989) mengatakan ”Define good asset management in terms of measuring the value of properties (asset) in monetary terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”. (Doli D. Siregar, 2004:517). Perkembangan yang terbaru, manajemen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset. Dengan persebaran aset secara geografis serta penanganan masing-masing aset yang spesifik (misalnya diakibatkan oleh perbedaan dalam hal pemanfaatan, peruntukan yang beragam, serta pola/model pengguna usahaan aset kepada pihak ke tiga yang beragam pula), maka pengelolaan aset mesti dilakukan dalam suatu program uang yang dapat dipertanggungjawabkan. Program ini mesti menggambarkan komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan apa yang ada dalam wacana demokrasi saat ini disebut sebagai good corporate governance, 38 dengan mengacu pada asas-asas keterbukaan (transparancy), serta tidak mengorbankan kepentingan publik (public server). Ini semua akan mendorong pemerintah daerah untuk benar-benar mengembangkan strategi pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki. (Doli D. Siregar, 2004:561) Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi pengelolaan inventaris barang menurut adalah sebagai berikut: a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran Pelaksanaan perencanaan kebutuhan dan penganggaran perlu terkoordinasi dengan baik dengan memperhatikan standarisasi yang telah ditetapkan sesuai kondisi daerah masing-masing. Mengenai perencanaan kebutuhan dan penganggaran bukanlah merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan barang milik daerah. Dalam perencanaan kebutuhan dan penganggaran barang daerah perlu adanya pemahaman dari seluruh satuan kerja perangkat daerah terhadap tahapan kegiatan pengelolaan barang milik daerah, sehingga koordinasi dan sinkronisasi dalam kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik. b) Pengadaan Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang 39 dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa. Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. (Mardiasmo, 2004:238) menjelaskan pengadaan barang atau kekayaan daerah harus dilakukan berdasarkan sistem tender (compulsory competitive tenderingcontract). Hal tersebut dilakukan supaya pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan . c) Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Penerimaan barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari hasil pengadaan dan/ atau dari pihak ketiga harus dilengkapi dengan dokumen pengadaan dan berita acara.Penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari penerimaan barang milik daerah baik melalui pengadaan maupun sumbangan/bantuan/hibah merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah. Dalam pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah diperlukan ketelitian sehingga kegiatan penyimpanan disesuaikan dengan sifat dan jenis barang untuk penempatan pada gudang penyimpanan, sedangkan dalam 40 pelaksanaan penyaluran dapat dilakukan sesuai rencana penggunaan untuk memenuhi kebutuhan dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi. d) Penggunaan Penggunaan merupakan penegasan pemakaian barang milik daerah yang ditetapkan oleh Kepala Dinas kepada pengguna / kuasa pengguna barang sesuai tugas pokok dan fungsi yang bersangkutan. Penetapan status penggunaan barang milik daerah pada satuan kerja perangkat daerah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. jumlah pegawai satuan kerja perangkat daerah; b. standar kebutuhan untuk mejalankan tugas pokok dan fungsi; c. beban tugas dan tanggungjawab; d. jumlah, jenis, luas, dirinci dengan lengkap termasuk nilainya. e) Penatausahaan a. Dalam penatausahaan barang milik daerah dilakukan 3 ( tiga ) kegiatan yang meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan; b. Pengguna/kuasa pengguna barang daerah harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam daftar barang pengguna dan daftar kuasa pengguna sesuai dengan penggolongan dan kodefikasi inventaris barang milik daerah; c. Dokumen kepemilikan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan disimpan oleh pengelola;dan 41 d. Dokumen kepemilikan selain tanah dan/atau bangunan disimpan oleh pengguna. f) Pemanfaatan Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/ataubangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada pengelola dapat didayagunakan secara optimal sehingga tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, khususnya biaya pemeliharaan dan kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Pemanfaatan barang milik daerah yang optimal akan membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menambah/meningkatkan pendapatan daerah. Pemanfaatan merupakan pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah dalam bentuk pinjam pakai, sewa, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna dengan tidak merubah status kepemilikan. Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah, selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan 42 Barang Milik Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikian. Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah berupa : 1. Sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai. 2. Pinjam Pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola. 3. Kerjasama Pemanfaatan yaitu pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya. 4. Bangun Guna Serah yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. 5. Bangun Serah Guna yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk 43 didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. (Doli D. Siregar, 2004:520) menyatakan studi optimalisasi aset pemerintah daerah dapat dilakukan dengan 1. Identifikasi aset-aset pemerintah daerah yang ada 2. Pengembangan data base aset pemerintah daerah 3. Studi untuk menentukan pemanfaatan aset dengan nilai terbaik(highest and best use) atas asetaset pemerintah daerah dan memberikan hasil dan laporan kegiatan baik dalam bentuk data-data Pengembangan terkini strategi maupun optimalisasi dalam bentuk aset-aset rekomendasi, milik pemerintah dan 4. daerah. Optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah dapat dilakukan dengan adanya perantara investasi guna memasarkan aset-aset pemerintah daerah yang potensial dan kerjasama dengan investor, membuat dan memadukan dalam MOI (Memorandum Of Invesment) antar pemerintah daerah dan investor , dan memberikan jasa konsultasi kepada pemerintah daerah berkenaan dengan kerjasama dengan investor. g) Pengamanan dan pemeliharaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. 44 Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum. (Doli D. Siregar, 2004:518) mengatakan legal audit, merupakan suatu ruang lingkup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal mengenai prosedur penguasaan atau pengalihan aset seperti status hak penguasaan yang lemah, aset yang dikuasai pihak lain, pemidahan aset yang tidak termonitor dan lain-lain. (Mardiasmo, 2004:241) menyatakan bahwa pengamanan aset daerah merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan pengelolaan aset daerah. h) Penilaian a. Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka pengamanan dan penyusunan neraca daerah; b. Penilaian barang milik daerah berpedoman pada Standar Akutansi Pemerintah Daerah; c. Kegiatan penilaian barang milik daerah harus didukung dengan data yang akurat atas seluruh kepemilikan barang milik daerah yang tercatat dalam daftar inventarisasi barang milik daerah; d. Penilaian barang milik daerah selain dipergunakan untuk penyusunan neraca daerah, juga dapat dipergunakan dalam rangka pencatatan, inventarisasi, pemanfaatan, pemindah-tanganan dan inventarisasi. 45 i) Penghapusan Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan penghapusan barang pengguna/kuasa pengguna dan penghapusan dari Daftar Inventaris Barang Milik Daerah.Penghapusan tersebut di atas, dengan menerbitkan Keputusan Kepala Daerah tentang Penghapusan Barang Milik Daerah.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan atau kuasa pengguna dan atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. (Mardiasmo, 2004:241) menyatakan bahwa penghapusan aset daerah merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan pengelolaan aset daerah guna mewujudkan ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah. j) Pemindahtanganan Pemindahtanganan barang milik daerah adalah pengalihan kepemilikan sebagai tindak lanjut dari penghapusan. Dan digunakan oleh pengguna selanjutnya untuk berpindah status penggunaannya barang milik daerah. 46 k) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Untuk dapat menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah secara berdayaguna dan berhasil guna, maka fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah. 1) Pembinaan merupakan usaha atau kegiatan melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan supervisi. 2) Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 3) Pengawasan merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan perundangundangan. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah secara berdaya guna dan berhasil guna, maka fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sedangkan pengawasan merupakan usaha atau 47 kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. (Mardiasmo, 2004:240-241) menjelaskan bahwa pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga penghapusan aset. Dalam hal ini peran masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta auditor internal sangat penting. Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpangan dalam perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah. l) Tuntutan Ganti Rugi Dalam rangka pengamanan dan penyelamatan terhadap barang milik daerah, perlu dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang sanksi terhadap pengelola, pembantu pengelola, pengguna/kuasa pengguna, dan penyimpan dan/atau pengurus barang berupa Tuntutan Ganti Rugi ( TGR ) yang karena perbuatannya merugikan daerah. Penerapan konsep manajemen aset dalam rangka pemberdayaan ekonomi daerah memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Ruang lingkup tersebut terangkum dalam enam langkah manajemen aset daerah berikut ini (Doli Siregar,2004:520-524) 1. Identifikasi potensi ekonomi daerah 2. Optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD) 3. Optimalisasi aset pemda 4. Peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan kabupaten/kota D. 48 5. Penilaian harta kekayaan negara/daerah 6. Pengembangan strategi pemasaran kota Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA). Melalui sistem informasi manajemen aset (SIMA), transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah (Doli D. Siregar, 2004:520). Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas: 1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing; 2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan; 3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar; 4. Azas efisiensi,yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal; 49 5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat; 6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah. Kesimpulan peneliti tentang pengelolaan barang milik daerah yaitu suatu rangkaian kegiatan dan tindakan di dalam mengelola barang milik daerah yang diserahkan kepada dinas atau instansi terkait dimana pertanggungjawaban diberikan penuh kepada dinas atau instansi terkait di dalam mengelola barang milik daerah sehingga apabila terjadi kerusakan maupun kehilangan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan oleh dinas/instansi terkait. Di dalam mengelola barang milik daerah diperlukan pemantauan yang ekstra karena di dalam mengelola barang milik daerah sangat rentan dari penyalahgunaan penggunaan wewenang dan tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dimana di dalam mengelola barang milik daerah haruslah dilaksanakan berdasarkan hukum dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan kerugian daerah itu sendiri akibat dari penyalahgunaan barang milik daerah. 50 2.5.2 Siklus Hidup Aset Menurut manajemen aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi. Manajemen aset itu sendiri sebenarnya hanya terdiri dari 5 (lima) tahapan kerja yang satu sama lainnya saling terkait yaitu: Gambar 2.3 Siklus Hidup Aset (Sumber: Doli D. Siregar, 2004:517) Inventarisasi Aset Legal Audit Penilaian Aset Sistem Informasi Manajemen Aset Optimalisasi Pemanfaatan Aset Pengawasan dan Pengendalian 1. Inventarisasi Aset Inventarisasi fisik mencakup : lokasi dan alamat, jenis dan bentuk aset, luas dan / atau jumlah aset, batas dan petunjuk khusus. Inventarisasi dan sudut legal : status legal penguasaan atau kepemilikan aset, batasan dan waktu penguasaan aset, ada atau tidaknya permasalahan legal. 51 Pendataan Labelisasi Penilaian Aset Pengelompokkan Penilaian Aset n Pencatatan Penilaian Aset Penilaian Aset 2. Legal Audit Legal audit merupakan pendalaman lanjut terhadap status penguasaan aset : sistem dan prosedur penguasaan/ atau pengalihan aset, permasalahan yang timbul dari penguasaan/ atau pengalihan aset, pengkajian lanjut aspek legal dimasa datang. 3. Penilaian Aset Inventarisasi Legal Audit Penilaian Aset Penetapan Penilaian Aset Penilaian Aset nilai aset Penilaian Aset sesuai hasil P administrasi pencatatan dan pengelompokkan aset yang ada. Catatan terhadap aset yang tidak dapat dinilai, sesuai dengan hasil inventarisasi dan legal audit. 4. Optimalisasi Aset Mengoptimalisasikan aset sesuai potensi yang ada dan strategi pengembangan ekonomi rasional maupun satuan daerah, memberikan rekomendasi dan langkah lanjut aset yang dapat dioptimalisasikan bentuk strategi dan programnya, aset yang tidak dapat dioptimalisasikan dikaji dan dicarikan solusi pemecahannya. 52 5. Pengawasan dan Pengendalian Tujuan utama untuk transportasi dan akuntabilitas pengelolaannya, baik dilakukan secara manual maupun modern dengan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA). 53 2.6 Kerangka Berpikir Dalam manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas) terdapat beberapa masalah, diantaranya yaitu : sumber daya manusia yang belum kompeten di dalam manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas, pendataan aset yang masih kurang cermat, serta lemahnya koordinasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang pengendalian dan pengawasan di dalam manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas. Sehingga peneliti membuat alur berpikir untuk mempermudah dan memahami alur berpikir, peneliti menggambarkan kerangka berpikir sebagai berikut : 54 Gambar 2.4 Kerangka Berpikir MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TANGERANG (STUDI KASUS MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PENGGUNAAN KENDARAAN DINAS) Identifikasi masalah : 1. Sumber daya manusia yang belum kompeten di dalam manajemen pengelolaanaset tetap penggunaan kendaraan dinas. 2. Pendataan aset yang masih kurang cermat. 3. Lemahnya koordinasi Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang dengan BPKAD Kabupaten Tangerang pengendalian dan pengawasan di dalam manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas. Doli. D. Siregar (2004:518-520) menjelaskan sebagai berikut : a. b. c. d. e. Inventarisasi Aset Legal Audit Penilaian Aset Optimalisasi Aset Pengawasan dan Pengendalian Tercapaianya Manajemen Pengelolaan Aset Tetap (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang efisien dan efektif dalam penggunaan aset. 55 2.7Asumsi Dasar Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti berasumsi bahwa Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas memiliki beberapa masalah setelah dilakukannya observasi awal dengan data yang ditemukan di lapangan dimana pengelolaan aset tetap terkait penggunaan kendaraan dinas belum sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 dan prosedur yang berlaku yang telah ditetapkan sehingga peneliti berasumsi bahwa belum tercapainya penggunaan aset yang efektif dan efisien. Sehingga, perlu dilakukan penelitian lebih dalam terkait masalah yang ditemukan di lapangan. 2.8 Penelitian Terdahulu Kajian di dalam penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang diambil dari skripsi yang berjudul “Manajemen Aset Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Tana Toraja” Tahun 2013 dengan tujuan untuk mengetahui pengelolaan aset daerah di Tana Toraja. Dengan fokus penelitian bagaimana pengelolaan aset daerah khususnya pada barang bergerak di Kabupaten Tana Toraja. Hasil dari penelitian Pelaksanaan Pengadaanaset daerah dalam meningkatkan pengelolaan yangefektif belum berjalan dengan baik. Dikarenakan 56 perencanaan pengadaanbarang tidak sesuai dengan kebutuhan unit kerja dan ketersediaan danayang terbatas sebagai akibat kurangnya perhatian pimpinan dalam mengusulkan anggaran dalam pengadaan aset daerah untuk mendukungoperasional disetiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Disamping itu, kurang adanya penyesuaian pelaksanaan pengadaan barang dengan ketentuan yang berlaku karena pengadaan masih kurang memperhatikan kesesuaianharga barang, dan pengadaan aset daerah masih cenderung membelidengan penunjukan langsung, pendistribusian barang yang relative masihkurang merata ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pelaksanaan inventarisasi aset daerah kurang memberikan peningkatanpegelolaan, karenapengklasifikasian barang yang belum optimal dilakukan,pemeliharaan aset daerah yang kurang dilakukan secara periodik dan kurangperhatian pegawai terhadap aset daerah yang dipakai ssetiap harinya,penghapusan aset daerah dalam meningkatkan pengelolaan yang efektifrelatif masih kurang baik. Hal ini disebabkan pendataan barang dari setiapSatuan Kerja baik.Pengelolaan Perangkat pengawasan Daerah aset (SKPD) daerah tidak masih berjalan kurang dengan memberikan kontribusiterhadap peningkatan pengelolaan yang efektif, karena pengawasan yangdilakukan belum sepenuhnya secara rutin dilakukan secara langsungdenganmengecek secara langsung dilapangan, sehingga memungkinkan terjadinyapenyimpangan terhadap pengelolaan aset daerah yang berakibat pada hilangnya aset daerah, terjadi barang yang rusak ringan maupun berat danpembelian barang tanpa dilakukan pembukuan. 57 Kajian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu berjudul “Evaluasi Penatausahaan Aset Tetap Pemerintah Kota Padang” oleh Rasyidah Tahun 2012. Penelitian ini dilatar belakangi ketidaktertiban dalam pelaksanaan prosedur penatausahaan aset atau barang milik daerah yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset yang dikelola pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya. Adanya indikasi belum optimalnya penatausahaan aset atau barang milik daerah, berpengaruh terhadap keakuratan nilai aset di neraca pemerintah daerah, padahal keakuratan nilai aset ini sangat mendukung dalam pemberian opini Badan Pemeriksa Keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian penatausahaan aset tetap di Pemerintah Kota Padang terhadap pentausahaan berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Tahun 2007 dan kendala dalam penatausahaan aset tetap Pemerintah Kota Padang. Kajian yang dilakukan oleh peneliti sendiri berjudul “Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas)”. Penelitian yang dilatar belakangi oleh adanya manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas yang belum berjalan secara efektif dan efisien. Dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang pendataan aset yang masih kurang cermat dengan adanya data yang didapat oleh peneliti seperti tidak diketahuinya keberadaan dan pengguna kendaraan dinas dikarenakan tidak dibuatnya berita acara penyerahan pengguna barang. Serta masih adanya aset 58 kendaraan dinas yang masih digunakan oleh pejabat yang sudah pensiun atau alih tugas dengan tidak dilakukannya penarikan kendaraan dinas dan adanya pengguna kendaraan dinas yang menggunakan kendaraan dinas lebih dari satu. Penelitian ini bertujuan untuk tercapaianya manajemen pengelolaan aset tetap (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang efisien dan efektif dalam penggunaan aset. BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan tepat. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data. Menurut (Sugiyono, 2012:21) menyatakan bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.Metode ini merupakan suatu metode atau cara yang dimaksudkan untuk menjelaskan, manajemen pengelolaan aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan lebih banyak dituangkan kedalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dan data dokumentasi. Kecenderungan untuk menggunakan metode penelitian ini, didasarkan pada pertimbangan bahwa metode ini dianggap sangat relevan dengan materi penulisan skripsi yang peneliti buat, karena penelitian yang dilakukan hanya bersifat deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya dari kejadian yang diteliti. 59 1 60 Menurut (Sugiyono, 2012:1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Obyek penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah (natural setting) sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Bodgan dan Taylor (Moleong, 2007:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai “Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang di amati”. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar belakang individu tersebut secara holistic (utuh). Sedangkan menurut Denzin dan Linclon (Moleong, 2007:5) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan metode yang ada”. 3.2 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian kualitatif menurut (Sugiyono, 2012:61) adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan 61 sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2012:224). Teknik pengumpulan data kali ini yang digunakan adalah: 1. Observasi Observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Sebagaimana alat pengumpulan data ilmu sosial lainnya, maka observasi juga menuntut kekuasaan keahlian-keahlian tertentu. Tujuan observasi untuk peneliti adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses dan untuk menyajikan kembali gambaran-gambaran kehidupan sosial, kemudian dapat diperoleh cara-cara lain. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipan dan nonpartisipan karena peneliti mengamati langsung bagaiamana manajemen pengelolaan aset tetap yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 62 2. Wawancara Menurut (Moleong, 2010:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Adapun indikator-indikator yang akan ditanyakan kepada informan merupakan pengembangan dari teori tersebut, tujuannya untuk memperoleh data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Hal ini bertujuan agar proses wawancara dapat berjalan secara mendalam antara peneliti dengan informan sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, penelitimelakukan wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Adapun pedoman wawancaranya adalah sebagai berikut : 63 Tabel 3.1 Pedoman Wawancara No. DIMENSI 1. Inventarisasi fisik dan yuridis / legal, meliputi: - Melakukan pengecekan fisik - labelisasi -pencatatan -status penguasaan -masalah legal yang dimiliki -batas akhir penguasaan 2. Legal Audit (inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur atas permasalah legal), meliputi: -Status penguasaan aset -Prosedur kepemilikan aset -Pemindahtanganan aset yang tidak termonitor 3. Penilaian Aset, meliputi: -Penilaian atas aset yang dikuasai. -Informasi penetapan atas harga bagi aset yang ingin dijual. INFORMAN Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Sub.Bagian umum dan kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Pengguna Kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Sub.Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Penggunaan Kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Kabupaten Tangerang Pengelola Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Tangerang Pengguna Kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Tangerang 64 4. Optimalisasi Aset (mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut), meliputi: -Aset yang memiliki potensi. -Aset yang tidak memiliki potensi. 5. Pengawasan dan Pengendalian atas pemanfaatan dan pengalihan aset, meliputi: -Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA). -Koordinasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang. Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Sub.Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Penggunaan Kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Kabupaten Tangerang Pengelola Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Tangerang Pengguna Kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Tangerang 65 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi bagi peneliti sebagai tanda bukti bahwa peneliti menjalankan penelitian secara langsung dan sebagai pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, seperti buku catatan, gambar, rekaman. Dokumentasi juga merupakan data sekunder untuk melengkapi data primer yaitu wawancara dan observasi, tanpa adanya data sekunder melalui dokumentasi, peneliti tidak bisa memperlihatkan situasi sebenernya kepada para pembaca. 4. Kepustakaan (Library Research) Dalam penelitian ini kepustakaan meliputi studi literatur dimana data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca buku, surat kabar, laporan serta situs internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 3.4 Sumber Data Pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Menurut (Sugiyono, 2012:62) sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. 66 3.5Informan Penelitian Penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas), penentuan informannya menggunakan teknik purposif yaitu teknik ini dapat menentukan siapa saja yang menjadi informan dalam penelitian ini yang mengetahui informasi terkait penelitian. Tabel 3.2 Informan Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Kepala Sub.Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Pengelola Barang Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Pengelola Aset Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang Penggunaan aset kendaraan dinas Keterangan Key Informan Key Informan Key Informan Key Informan Key Informan Key Informan 67 3.6 Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2005:73), mengungkapkan analisis data kualitatif adalah: “Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang paling dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.” Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jenuh. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2007:15), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan empat kegiatan penting diantaranya pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification). Penelitian ini mengenai “Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas)” , menggunakan teknik analisis data yang mengacu pada model analisis dari Miles dan Huberman (2007:15) dengan empat komponen berurutan. Adapun gambar dari proses analisis data Miles dan Huberman (2007:15) yaitu sebagai berikut: 68 Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Miles dan Huberman, 2007 Data Collectin g Data Reduction Data Display Verification Proses Analisis Data menurut Miles dan Huberman, 2007 Gambar tersebut dilihaat bahwa dalam prosesnya, kegiatan analisis data dilakukan secara berurutan melalui empat hal utama yang saling menjalin pada saat sebelum dan sesudah pengumpulan data. Keempat kegiatan utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pengumpulan Data (Data Collecting) Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Satori dan Komariah (2010:103), pengumpulan data dalam penelitian alamiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data 69 dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. b. Reduksi Data (Data Reduction) Selama dalam proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentu akan banyak sekali data yang didapatkan peneliti, karena semakin lamanya peneliti berada di lapangan maka data yang didapat akan semakin kompleks dan rumit. Maka dari itu jika tidak segera diolah akan menyulitkan peneliti, oleh sebab itu proses analisis data pada tahap ini harus dilakukan.Menurut Miles dan Huberman dalam Denzin, dkk (2007:592), reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transportasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi atau bagian-bagian. Proses transformasi ini berlanjut terus-menerus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap. 70 c. Penyajian Data (Data Display) Langkah selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah penyajian data. Miles dan Huberman dalam Denzin, dkk (2007:592) , mengemukakan secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, menurut sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. d. Penarikan Kesimpulan (Verification) Langkah terakhir dalam tahap analisis interaktif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masi bersifat sementara dan akan tersu berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 71 3.7 Pengujian Validitas Data Menurut (Djam’an Satori, 2010:164) untuk menguji keabsahan dalam penelitian kualitatif ada empat hal, antara lain: 1. Keterpercayaan (credibility) Menjelaskan bahwa suatu investigasi dikatakan penelitian apabila mengandung karakteristik objektif akurat/tepat, dapat dibuktikan, menjelaskan, kenyataan empiris, logis, dan sesuai kondisi nyata. Untuk menguji kredebilitas, yang diuji ketepatannya adalah kapasitas peneliti dalam menetapkan dan melaksanakan metode pengumpulan data. Keterpercayaan penelitian kualitatif tidak terletak pada derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai tetapi terletak pada kredibilitas. 2. Keteralihan (transferability) “Bagi peneliti kualitatif, transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni, sampai manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks situasi tertentu”. 3. Ketergantungan (dependability) Dependabilitas berkenaan dengan konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam penelitian kualitatif digunakan kriteria ketergantungan yaitu bahwa suatu penelitian merupakan representasi dari 72 rangkaian kegiatan pencarian data yang dapat ditelusuri jejaknya. Jangan sampai ada data tetapi tidak dapat ditelusuri cara mendapatkannya dan orang yang mengungkapkannya. Kalau datanya ada tetapi tidak dilakukan dilapangan, maka tidak dependable atau diragukan. 4. Kepastian (confrimbility) Kepastian yaitu bahwa data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan sumber informasinya jelas. Uji kepastian hampir sama dengan uji depenbilitas. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, peneliti pada penelitian ini menggunakan dua cara, antara lain: 1. Triangulasi Triangulasi menurut (Sugiyono, 2012:117) diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Triangulasi waktu yaitu melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. 73 Dan peneliti menggunakan triangulasi sumber dimana peneliti melakukan pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa sumber yang memiliki pengetahuan mengenai penelitian yang peneliti lakukan. 2. Membercheck Membercheck menurut (Djam’an Satori, 2010:172)adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Apabila pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Akan tetapi menjadi sebaliknya yaitu tidak valid dan tidak kredibel apabila data justru meragukan data. 74 3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian Manajemen Pengelolaan Aset Tetap padaDinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) dilakukan di Kantor Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, beralamat di Komplek Perkantoran Lingkup Dinas Pekerjaan Umum Jl. Pemda II Tigaraksa-Tangerang. Penelitian ini dilakukan selama satu tahun mulai dari Januari 2014 sampai Agustus 2015. 75 3.9 Jadwal Penelitian Adapun jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 Jadwal Penelitian KEGIATAN Jan Peb Mar Apr Mei Juni Waktu Pelaksanaan Januari 2014 - Pebruari 2015 Juli Agust Sept Okt Nov ngajuan/Acc Judul ngumpulan Data/Observasi Awal nyusunan Proposal nsultasi dan Perbaikan Proposal minar Proposal visi Proposal servasi Penelitian alisa Data Penelitian nyusunan Hasil Penelitian dang Skripsi visi Skripsi Sumber : Peneliti, 2014 Des Jan Peb M 76 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Tangerang Daerah Kabupaten Tangerang terlentang antara 106 o 20’ antara 106o 43’ dan antara 6o 00-6o Lintang Selatan. Bagian terbesar daerah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-50m dari permukaan laut. Permukaan tanah relativ dengan sedikit kemiringan dengan tempat tertinggi.Dibagian selatan menurun ke bagian utara sampai pantai laut Jawa yang rata-rata tingkat kemiringan tanahnya antara 0-80%. Daerah tertinggi mencakup Kecamatan di bagian selatan yaitu Legok, Cisauk, Pagedangan Curug. Daerah rendah berupa pantai landai yang terletak di bagian utara, bagian daerah pantai yang meliputi enam Kecamatan yaitu Mauk, Keronjo, Teluknaga, Kosambi, dan Kresek. Luas daerah Kabupaten Tangerang terdiri dari atau sekitar 957,79km 2. Kabupaten Tangerang di sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa, wilayah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, wilayah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang dan di wilayah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang. Kabupaten Tangerang memiliki 29 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 Desa. Sebagai daerah sentra industri, keterlibatan penduduk dalam sektor ekonomi di Kabupaten Tangerang sebagian besar bekerja pada sektor industri.Selain itu, penduduk Kabupaten Tangerang juga bermatapencaharian sebagai petani, dan nelayan khususnya di wilayah utara. 76 77 Kabupaten Tangerang yang memiliki luas wilayah 959,6 kilometer memiliki penduduk sebanyak 2.838.621 Jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.454.914 jiwa sedangkan perempuan 1.383.707. Penduduk Kabupaten Tangerang bersifat Heterogen, terdiri dari empat etnis, Sunda, Jawa, Betawi, dan Cina. Dua etnis Sunda dan Jawa merupakan penduduk Mayoritas. 4.1.2. Gambaran Umum Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dibentuk dengan ketetapan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang dan Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor : 42 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi dari Tata Kerja Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang, sebagai tindak lanjut Otonomi Daerah telah membentuk Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang sebagai instansi teknis yang mempunyai tugas pokok perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan Pembangunan, Peningkatan, Pemeliharaan Jalan, Jembatan dan Pengairan. Dalam Keputusan Bupati Tangerang nomor 35 tahun 2004 juga mengatur tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang : Merencanakan, Melaksanakan, Mengarahkan, Mengawasi, dan Mengendalikan di Bidang Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Sesuai Kebijakan Pemerintah Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas 78 pokok tersebut, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Perencanaan program pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan. b. Pelaksanaan survey pengolahan data penyusunan program evaluasi dan pemantauan standarisasi. c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pembangunan peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang merupakan unsur pelaksana bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerangtugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas Otonomi dan tugas pembantuan di bidang Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang sesuai dengan kewenangan dan Kebijakan Pemerintah Daerah. Tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mengacu pada Peraturan Bupati Tangerang Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mempunyai fungsi: 79 a. Perencanaan Program pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan; b. Pelaksanaan survey, pengolahan data, penyusunan program, evaluasi dan pemantauan standarisasi; c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga lain terkait program kerja dinas; e. Pelaksanaan pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas; f. Pelayanan teknis administratif ketatausahaan yang meliputi kepegawaian, keuangan, urusan umum dan perencanaan; g. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan program kegiatan dinas. Visi Pernyataan visi Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kabupaten Tangerang sepenuhnya mengacu pada pernyataan visi Pemerintah Kabupaten Tangerang, yaitu sebagai : Terwujudnya Pembangunan Infrastruktur Yang Berkualitas, Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan Ekonomi” 80 Pernyataan visi di atas mempunyai makna Mewujudkan Masyarakat Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”. Sejalan dengan arah dan tujuan dari visi tersebut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang berupaya merumuskan visinya untuk mencapai pembangunan infrastruktur yang berkualitas berwawasan lingkungan di segala sektor kegiatan. Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang menetapkan misi sebagai berikut: 1. 2. 3. Mewujudkan perencanaan, pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. Menetapkan dan memprioritaskan pembangunan pada ruas-ruas jalan Kabupaten terutama Jalan Strategis dan Poros Desa, dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kualitas infrastruktur dalam proses pembangunan yang lebih terarah dan berkesinambungan. Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air untuk mendukung penyediaan air bersih, pertanian, pengendalian banjir dan infrastruktur bangunan pantai. Misi pertama yang menjadi perhatian dan kewajiban Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang menjabarkannya dalam bentuk misi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah ”Mewujudkan Keserasian dan Keseimbangan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan melalui Sistem Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang yang Terstruktur” dan ” Menciptakan 81 Tata Kepemerintahan yang Bersih, Transparan, dan Bertanggungjawab (good governance)”. Namun dalam penyelenggaraannya, bukan hanya ditangan pemerintah saja, melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat dan berbagai potensi swasta. Misi kedua memperlihatkan bahwa tugas utama Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang adalah memelihara dan meningkatkan pembangunan infrastruktur diwilayah Kabupaten Tangerang. Ungkapan pernyataan misi ketiga memperlihatkan bahwa pengembangan dan pengelolaan sumber daya air adalah bukan hanya tanggung jawab dari instansi terkait, melainkan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Struktur organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 43 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Sekretariat 1. Subag Perencanaan 2. Subag Umum dan kepegawaian 3. Subag Keuangan c. Bidang Perencanaan Teknis 1. Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan 2. Seksi Perencanaan Sumber Daya Air 82 3. Seksi Leger, Standarisasi Dan Dokumentasi. d. Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan 1. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan 2. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan jembatan 3. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan sumber Daya Air e. Bidang Pengawasan dan Pengendalian 1. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Jalan dan Jembatan 2. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Air f. Bidang monitoring dan Evaluasi 1. Seksi Monitoring dan Evaluasi Jalan dan Jembatan 2. Seksi Monitoring dan Evaluasi Sumber Daya Air g. Unit Pelaksanaan Teknis 1. UPT Laboratorium 2. UPT Peralatan Dan Perbengkelan 3. UPT Jalan dan Jembatan 4. UPT Pengairan 83 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan 2014 84 4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang 4.1.3.1 Kepala Dinas Kepala Dinas bertugas membina, memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas sebagaimana dimaksud dalam tugas pokok dan fungsi diatas, memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan staf, pelaksana dan kelompok jabatan fungsional. 4.1.3.2 Sekretariat Sekretariat Dinas mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, pembinaan dan koordinasi serta Pengawasan dan Pengendalian Bidang Perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas. Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Sekretariat mempunyai fungsi: a. Perencanaan dan Pengelolaan Bahan Perumusan Kebijakan yang berkaitan dengan Perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas. b. Pelaksanaan Pemberian Fasilitas dan Dukungan Pelayanan Teknis Administrasi dilingkungan Dinas. c. Pelaksanaan Penyusunan Program Kegiatan bidang perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas. 85 d. Pelaksanaan Pengelolaan surat menyurat, tata naskah dinas Kearsipan, Perlengkapan, Rumah Tangga dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas. e. Pelaksanaan Tertib administrasi Pengelolaan Investarisasi Barang, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Perlengkapan dan Aset Dinas. f. Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi dan Penatausahaan Keuangan. g. Pelaksanaan dan Pembinaan Organisasi dan Tatalaksana dilingkup Dinas. h. Pelaksanaan Koordinasi dengan Instansi/lembaga lainnya terkait Kegiatan Dinas. i. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas. j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya. a. Sub. Bagian Perencanaan Umum Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, melaksanakan pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Dinas meliputi Inventarisasi dan Identifikasi data, Perumusan dan Penyusunan Program dan evaluasi Kegiatan Dinas. 86 b. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai Tugas merencanakan, melaksanakan Pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Bidang Umum dan Kepegawaian meliputi Inventarisasi dan identifikasi Data, Perumusan dan Penyusunan Program Pengendalian surat menyurat, Kearsipan, Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan, Penyusunan Rencana Kebutuhan serta Pengelolaan Administrasi Kepegawaian dan evaluasi Kegiatan Dinas. c. Sub. Bagian Keuangan Sub Bagian Keuangan mempunyai Tugas Merencanakan, Melaksanakan Pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan Pengendalian Penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja Dinas, Pembukuan, perhitungan Anggaran dan verifikasi serta Pengurusan Keuangan Dinas. 4.1.3.3 Bidang Perencanaan Teknis Bidang Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi program bidang perencanaan jalan, jembatan dan SDA.Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang perencanaan mempunyai fungsi: a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan, perencanaan 87 peningkatan jalan, jembatan, dan sumber daya air, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumetansi. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumetansi. c. Pelaksanaan kegiatan program perencanaan teknis jalan dan jembatan, perencanaan peningkatan jalan, jembatan sumber daya air, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumetansi. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program perencanaan teknis jalan dan jembatan perencanaan peningkatan jalan, jembatan sumber daya air, analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan 88 pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan dan jembatan, standarisasi dan leger. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas. a. Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan Seksi Perencanaan Jalan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan Jalan dan jembatan b. Seksi Perencanaan Sumber Daya Air Seksi Perencanaan Jembatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan SDA c. Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi mempunyai tugas, melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air; 4.1.3.4 Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan; Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan jalan dan jembatan. koordinasi program pembangunan dan 89 Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang pembangunan dan pemeliharaan mempunyai fungsi: a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. c. Pelaksanaan kegiatan program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas. 90 a.Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan mempunyai tugas pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jalan. b. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan mempunyai tugas pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jembatan c. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan SDA mempunyai tugas pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan SDA. 4.1.3.5 Bidang Pengawasan dan Pengendalian Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian Perencanaan, Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang pengawasan dan pengendalian mempunyai fungsi: a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan 91 pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. c. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. d. Pelaksanaan koordinasi pengawasan dan dengan pemeliharaan instansi/lembaga perencanaan, lainnya pembangunan terkait dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan 92 ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas. a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Jalan dan Jembatan Seksi Pengawasan dan Pengendalian Jalan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan Jalan dan Jembatan. b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan SDA 4.1.3.6 Bidang Monitoring Dan Evaluasi Bidang Monitoring Dan Evaluasi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pengawasan dan evaluasi perencanaan, pembangunan/pemeliharaan dan pemanfaatan. 93 Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang monitoring dan evaluasi mempunyai fungsi: a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. c. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta 94 Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. d. Pelaksanaan koordinasi pengawasan dan dengan pemeliharaan instansi/lembaga perencanaan, lainnya terkait pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air. e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas. a. Seksi Monitoring Dan Evaluasi Jalan Dan Jembatan Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas memonitoring, mengevaluasi serta melaporkan hasil Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. b. Seksi Monitoring Dan Evaluasi SDA Seksi Monitoring Dan Evaluasi SDA mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan monitoring dan evaluasi Sumber Daya Air. 95 4.1.3.7 Unit Pelaksanaan Teknis UPT dibentuk berdasarkan kreteria adanya pekerjaan yang bersifat teknis, operasional dan pemeliharaan tertentu karena wilayah kerja dan bersifat darurat. 4.1.4 Sumber daya Dinas Bina Marga dan Pengairan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu institusi/organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia.Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi. Kondisi institusi akan sangat dipengaruhi dan tergantung pada kualitas serta kemampuan kompetitif sumber daya manusia yang dimilikinya. Pegawai Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang berjumlah 474 orang, terdiri dari 174 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 300 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT). Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan pangkat dan golongan dapat digambarkan sebagaimana gambar dibawah ini. NO 1 2 URAIAN GOLONGAN PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI (ORG) I 5 II 92 III 73 IV 4 SD 13 96 SLTP 13 SLTA 87 TOTAL PEGAWAI D3 7 S1 4 S2 12 S3 174 Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang 4.1.5 Sarana dan Prasarana Perlengkapan kantor merupakan sarana penunjang kinerja pegawai yang cukup penting untuk dipenuhi karena terkait dengan aktivitas dan mobilitas kerja dinas. Saat ini, jumlah perlengkapan Dinas Bina Marga dan Pengairan saat menjadi salah satu kendala yang harus diperhatikan. 97 4.2. Informan Penelitian Penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) ini, dalam pemilihan informan penelitiannya menggunakan teknik purposive. Teknik purposive yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan peneliti merupakan orang yang mengetahui dan berkompeten tentang fokus yang dilakukan dalam penelitian sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan merupakan orangorang yang menurut peneliti memiliki informasi yang relevan yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena informan yang ditentukan oleh peneliti ini merupakan orang yang berkaitan langsung dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini diantaranya, adalah: 1) Ir. H. Ilham Chair, M.M.(I1-1), Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 2) Drs. H. Ade Zaenal Mutaqqin, M.M. (I1-2), Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 3) Benny Purwana, S.H. (I1-3), Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 4) Sutono, S.H. (I2-5), Pengelola Aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang. 5) Nana Suryana (I1-6), Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 98 6) Robet Junaedi (I1-7), Pengguna Kendaraan Dinas Roda Dua Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 7) Ir. Much. Solehhudin, M.Si (I1-8), Pengguna Kendaraan Dinas Roda Empat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 8) Zulfikri Kurniawan (I1-9), Pengguna Kendaraan Dinas Roda Dua Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. 4.3. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Doli D. Siregar (2004:518-520). Teori tersebut menjelaskan bahwa ada lima point penting di dalam melakukan manajemen pengelolaan aset, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, pengawasan dan pengendalian. Metode penelitian yang digunakan di dalam melakukan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata maupun kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan juga dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proses analisis data yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan dengan empat komponen penting, diantaranya yaitu pengmpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (verification). Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data yang merupakan proses mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian. Kegiatan kedua yaitu merduksi, yaitu merangkum, memilih hal-hal 99 yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam mereduksi datanya peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu: 1) Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan. 2) I1,2,3 dan seterusnya manandakan urutan informan. Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display), dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif, bagan, matriks, hubungan antar kategori, network, flowchart dan sejenisnya. Namun dalam penelitian ini, Peneliti menyajikan data dalam bentuk teks narasi. Selanjutnya Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dari hasil proses wawancara, observasi maupun data-data dari dokumen-dokumen yang diperoleh selama melakukan penelitian. Analisis data yang dilakukan secara kualitatif dilakukan secara terus-menerus dari sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memperdalam analisis peneliti dalam penelitian Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) terkait dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, Peneliti selanjutnya menggunakan dengan melihat kepada prosesproses teori menurut Doli D. Siregar (2004:518-520) manajemen pengelolaan aset, yaitu inventarisasi aset, pengawasan dan pengendalian. legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, 100 1. Inventarisasi Aset Pengelolaan barang milik daerahyang dikelola dengan baik tentunya akan memudahkan penatausahaan aset daerah dan merupakan sumber daya penting bagi pemerintah daerah. Dalam hal pengelolaan aset, pemerintah daerah harus menggunakan perimbangan aspek perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu memberikan kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang bersangkutan. Inventarisasi merupakan jantung bagi sebuah instansi pemerintahan di dalam pengelolaan aset. Inventarisasi merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan antara data administratif barang milik daerah dengan kondisi fisik barang milik daerah yang bersangkutan. Inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi barang yang sebenarnya, yang dikuasai pengguna barang maupun kuasa pengguna barang atas suatu obyek barang. Inventarisasi aset yang memadai merupakan bagian integral manajemen aset yang efektif. Daftar inventarisasi aset merupakan dasar dari sistem informasi manajemen aset daerah dan harus berisi data-data yang relevan yang dibutuhkan untuk pelaporan keuangan.Salah satunya aset tetap penggunaan kendaraan dinas merupakan aset yang perlu dilakukan upaya inventarisasi guna mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai atas keberadaan aset tersebut dan juga 101 kelengkapannya dari sisi legal aspek yang mencakup status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, hingga batas akhir penguasaan. Apabila inventarisasi tidak dilakukan maka pengelola aset tidak dapat mengetahui jumlah dan nilai yang sebenarnya. Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume atau jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi / labeling, pengelompokkan dan pembukuan atau administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset. (Doli D. Siregar, 2004:518). Namun, sejauh ini Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum melakukan inventarisasi ulang hanya melihat data yang ada saja, tanpa mengetahui kualitas dan kuantitas fisik kendaraan yang sebenarnya sehingga banyak aset kendaraan dinas yang tidak diketahui keberadaannya ujar informan. Dimana awal dari inventarisasi aset adalah sebuah perencanaan yang baik berdasarkan sebuah analisis yang tepat dalam penggunaannya. Perencanaan adalah sebuah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menemukan cakupan pencapaiannya. Merencanakan berarti mengupayakan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan. Data inventarisasi aset daerah yang lengkap, tepat dan benar merupakan data baseyang sangat menunjang perencanaan dan penyusunan anggaran dalam hal pengadaan barang dan jasa serta permintaan biaya pemeliharaan. Selain itu, data tersebut digunakan sebagai bahan atau data dalam meningkatkan penerimaan 102 daerah baik penerimaan pajak maupun penerimaan daerah bukan pajak sebagai informasi bagi aparatur pengawas dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap kekayaan daerah (Arifin, Setiadi dan Setiawan, 2003:17-18) Perencanaan Barang Milik Daerah memang sangat penting dilakukan. Dimana perencanaan ini dibuat agar efektifitas dan efisiensi dapat tercapai agar kebutuhan yang telah direncanakan tepat sasaran penggunaannya. Namun pada praktiknya, sebuah perencanaan yang dibuat memang berdasarkan kebutuhan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang tetapi di dalam praktik penggunaannya tidak tepat sasaran artinya penggunaan kendaraan dinas banyak digunakan oleh pengguna yang notabennya dekat dengan pimpinan. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-17) yang mengungkapkan: “Adanya kedekatan dengan pimpinan contoh si x saja pelaksana bisa menggunakan kendaraan roda empat karena dekat dengan pimpinan.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas, pada tanggal 02 Pebruari 2015 pada jam 13.30 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ditambahkan oleh informan (I-16) yang mengungkapkan: “Sebenarnya yang diperbolehkan menggunakan kendaraan dinas roda empat itu hanya kepala dinas saja menurut peraturannya tetapi disini mah engga pernah sesuai semua bisa menggunakan kendaraan dinas jangankan pejabat pelaksana saja mendapatkan jatah menggunakan fasilitas barang milik daerah bahkan masih CPNS bahkan yang magang saja ada yang menggunakan kendaraan dinas padahal tidak memiliki hak karena jika terjadi kehilangan atau kerusakan pertanggungjawabannya juga meragukan.” (Hasil wawancara dengan Pengelola Aset, pada tanggal 12 Januari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Selain itu, informan juga mengungkapkan bahwa untuk dapat menggunakan kendaraan dinas pengguna harus mampu membayar sebuah uang mahar yang ditetapkan artinya walaupun pengguna sudah menggunakan 103 kendaraan dinas jika mereka mampu membayar mahar yang ditetapkan itu bisa untuk dapat menggunakan kendaraan dinas lebih dari satu. Dapat disimpulkan dari pernyataan informan tersebut untuk dapat menggunakan sebuah Barang Inventaris Milik Daerah pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang bukan karena kebutuhan pegawai tetapi harus disertai mahar untuk dapat menggunakan kendaraan dinas tersebut. Pada kenyataannya, sarana dan prasarana diadakan berdasarkan keinginan subjektif data yang mengusulkan, bukan berdasarkan analisis kebutuhan organisasi. Apalagi dalam menyediakan sarana dan prasarana “politik mercusuar” munculah permasalahan baru terutama tidak akan tercapaianya efisiensi dan efektifitas sebagaimana diamanatkan Undang-Undang. Adapun pengelolaan aset tetap terkait penggunaan kendaraan dinas sudah diatur di dalam Peraturan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah “Barang Milik Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan”, yang mana peraturan tersebut menjadi dasar hukum untuk Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam menetapkan peraturan terkait manajemen pengelolaan aset tetap yaitu pada Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah “Barang Milik Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, untuk 104 dioperasikan pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan”. Selain itu ditemukan data yang diberikan oleh informan pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang berkaitan dengan pendataan kendaraan dinas yang tercatat di buku inventaris namun bukti fisiknya banyak yang tidak ada, atau sebalikanya yang tidak diketahui keberadaannya dikarenakan alasannya belum dilakukan pengecekan secara fisik ke lapangan. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-16): “Belum pernah dilakukan pengecekan fisik, jadi data itu saja yang dilihat sehingga tidak diketahui bentuk fisiknya.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset, pada tanggal 02 Pebruari 2015 pada jam 14.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ditambahkan oleh informan (I-13) mengungkapkan: “Pengecekan hanya dilakukan pada awal pengadaan saja untuk selanjutnya belum pernah dilakukan.”(Hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian, pada tanggal 02 Maret 2015 pada jam 10.30 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Dapat disimpulkan dari data yang peneliti dapatkan di lapangan data yang disajikan belum dicatat secara lengkap dan belum mampu memberikan informasi yang akurat. Kendaraan dinas yang berada pada pengguna barang dan atau kuasa pengguna barang harus dapat diketahui secara pasti kualitas dan kuantitasnya. inventarisasi yang ditujukan untuk memberikan kepastian hukum atas aset-aset yang diperoleh dari beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. Kondisi ini jelas berpengaruh pada keakuratan nilai aset di neraca pemerintah daerah. Dalam menyajikan Laporan 105 Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), segala sesuatu yang terkait dengan pencatatan aktiva di neraca harus disertai oleh laporan fisik atas aset tersebut, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah melakukan dilakukannya penelusuran terhadap aset-aset yang telah disajikan di dalam neraca. Data yang diperoleh peneliti dari Pengelola Aset adanya perbedaan jumlah antara data kendaraan di Kartu Inventaris Gabungan Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA) dengan data kendaraan yang dimiliki oleh pengelola aset secara manual yang dilaporkan kepada kuasa pengguna dapat disimpulkan bahwa ada pengadaan kendaraan yang tidak tercatat di dalam Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA). Berikut data yang diperoleh langsung dari pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang: Tabel 4.1 Data Pengguna Kendaraan Dinas Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang No 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Tidak diketahui penggunanya/keberadaannya Tidak dibuatkan BA Masih dipegang pejabat Dipakai oleh tenaga magang Pengguna ganda Jumlah Jumlah 53 100 5 5 3 166 Sumber : Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang 2015 Sesuai dengan prosedur yang berlaku dimana setiap bentuk pengadaan barang termasuk kendaraan wajib dilaporkan kepada Bagian Umum dan 106 Kepegawaian, selanjutnya melalui pengelola aset pengadaan tersebut akan dicatat sebagai barang masuk yang diterima. Kemudian, berdasarkan surat bukti serah terima antara pengelola aset dengan kepala bagian yang melakukan pengadaan dibuatlah surat penunjukan penggunaan kendaraan. Dalam surat penunjukan tersebut telah tercantum ketentuan-ketentuan yang mengikat pengguna selama menggunakan kendaraan dinas. Selain surat penunjukan, pengelola aset juga mencatat pendistribusian kendaraan tersebut melalui surat bukti barang keluar. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-19), mengungkapkan: “Setiap pengadaan kendaraan itu turun dari pihak ketiga untuk para pejabat langsung membawanya pulang bahkan plat pun belum terpasang karena biasanya takut diambil sama yang lain jatahnya, sehingga terkadang tidak dilakukan penandatanganan berita acara pengguna.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas, pada tanggal 13 April 2015 pada jam 08.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Kesimpulannya tidak diikuti prosedur tersebut sehingga di dalam melakukan pendistribusikan kendaraan dilakukan tanpa sesuai prosedur yang berlaku. Hal semacam inilah yang kemudian mengakibatkan banyaknya barang yang tidak tercatat dan menyulitkan terciptanya tertib administrasi yang baik. Sehingga, secara riil kendaraan yang dimaksud ada, namun secara administrasi tidak tercatat. Karena tidak tercatat, maka tidak diketahui keberadaan kendaraan tersebut. oleh karena itu sangat dimungkinkan bahwa pengajuan kebutuhan terhadap kendaraan dinas terus dilakukan yang pada akhirnya akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk menandakan kendaraan dinas tersebut milik Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dikelola oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten 107 Tangerang dilakukan penandaan atau biasa disebut labelling atau pemasangan tanda kepemilikan pada kendaraan dinas menurut informan (I-16), mengungkapkan: “Proses labelling sudah dilakukan di awal pembelian dan pada saat itu dilakukan pengecekan dengan pemasangan tanda kepemilikan tetapi pada praktiknya banyak pejabat esselon IV yang mengganti plat nomor kendaraan tersebut dengan menggunakan plat hitam maupun plat kode nomor rahasia.Hal demikian terjadi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang karena sudah menjadi budaya kerja seharusnya hal ini tidak diperbolehkan karena sudah menyalahi peraturan perundang-undangan.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset, pada tanggal 02 Pebruari 2015 pada jam 14.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ketika dikonfirmasi kepada pengelola aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang informan (I2-1), mengungkapkan bahwa : “Memang diperbolehkan untuk menggunakan plat nomor rahasia tetapi hanya untuk esselon III, selain itu tidak diperbolehkan.” (Hasil wawancara dengan Pengelola Aset BPKAD, pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 14.00 WIB di BPKAD Kabupaten Tangerang). Kesimpulannya, pada praktiknya pemasangan plat nomor kendaraan rahasia ditemukan banyak dilakukan oleh pejabat eselon 4 tanpa diketahui alasan pasti dan tidak melaporkan kepada pengelola aset sehingga sulit nantinya untuk dilakukan pendataan. Menurut informan banyak kendaraan yang plat kendaraannya tidak sesuai prosedur dikarenakan ketika pengadaan kendaraan dinas, plat kendaraan belum turun mereka sudah membawa kendaraan tersebut pulang ke rumah dikarenakan takut ada yang mengambil jatah penggunaan kendaraan dinas tersebut. 108 Tanda pemasangan kepemilikan dipasang untuk memudahkan proses inventarisasi harus dilakukan pemasangan tanda kepemilikan hal ini juga dilakukan agar terhindar dari penyerobotan aset kendaraan dinas karena beberapa pejabat ada yang membawa pulang kendaraan sebelum dilakukan pencatatan serta pemasangan tanda kepemilikan kendaraan tersebut. Ini beberapa gambar kendaraan yang plat kendaraannya dirubah: Gambar 4.2 Kendaraan dinas yang diganti plat nomornya Sumber : Peneliti 2015 109 110 Gambar 4.3 Kendaraan dinas yang diganti plat nomornya Sumber : Peneliti 2015 Untuk melaksanakan yang menjadi kewenangan pengelola aset adalah inventarisasi aset dimana proses kerja inventarisasi aset yang dilakukan adalah perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan pencatatan data dan pelaporan barang milik daerah dalam unit pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka: 1) Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap barang; 111 2) usaha untuk menggunakan memanfaatkan setiap barang secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing; dan 3) menunjang pelaksanaan tugas Pemerintah. Agar Buku Inventaris dimaksud dapat digunakan sesuai fungsi dan perannya, maka pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan, berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat. Seperti pernyataan informan (I-13), mengungkapkan: “Untuk laporan semesteran aset saya menerima laporannya tetapi untuk kendaraan dinas saya jarang melihat laporannya karena kan aset dinas banyak jadi tidak terpantau untuk hal yang satu ini.” (Hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian, pada tanggal tanggal 02 Maret 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ketika ditanyakan kepada pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mengenai Buku inventaris yang dimiliki oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum berkelanjutan dikarenakan pengelola aset yang berganti-ganti dan masih lemahnya pengetahuan sumber daya manusia mengenai pengelolaan aset menyebabkan buku inventaris yang seharusnya menjadi bahan laporan ini tidak dilakukan ujar informan pengelola aset. Sehingga Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang sering terlambat melakukan pelaporan aset bahkan pernah tidak disampaiakannya laporan semester aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang seharusnya dilakukan setiap triwulan bahkan satu periode kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang.Bahkan, untuk tahun 2014 pengelola aset tidak membuat laporan semseteran karena tidak adanya 112 laporan pengguna kepada pengelola aset ujar informan pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Peneliti memperoleh data dari salah seorang informan mengenai daftar barang inventaris tanpa dokumen aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Ketika dikonfirmasikan data tersebut kepada informan (I21), mengungkapkan: “Bahwa data inventaris tanpa dokumen milik Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, bahwa ketika pengadaan tidak dalam penyerahan yang baik artinya penyerahan tidak dengan BPKBnya untuk kendaraan dinas, entah kenapa bisa terjadi seperti itu.” (Hasil wawancara dengan pengelola BPKAD, pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 14.00 WIB di kantor BPKAD Kabupaten Tangerang).” Disimpulkan oleh peneliti bahwa pengelola aset tidak menginvetarisir aset tetap penggunaan kendaraan dinas dengan secara baik. Karena, ada beberapa barang inventaris yang ditemukan tidak dalam penyerahan secara lengkap beserta dokumen baik dari pihak ketiga kepada pengelola aset maupun dari pengelola aset kepada pengguna barang.Ketika peneliti menanyakan hal mengenai daftar inventaris barang tanpa dokumen informan mengatakan bahwa daftar inventaris dokumen tersebut tidak adanya BPKB artinya tidak ada kejelasan status kepemilikan aset. Berkaitan dengan inventarisasi aset penggunaan kendaran dinas bahwa pencatatan yang rapih dan tertib administrasi dapat memberikan dampak yang baik di dalam melakukan inventarisasi aset. Karena dengan pencatatan yang lengkap dan akurat serta berkelanjutan dapat memberikan informasi yang tepat mengenai penggunaan aset kendaraan dinas tersebut sehingga pengelola tidak kehilangan rekam jejak sampai saat ini menjadi permasalahan bagi Dinas Bina 113 Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang penyelesaiaannya belum dapat diselesaikan. Karena sifatnya manusia adalah khilaf dan dosa sehingga pencatatan mengenai siapa yang menggunakan kendaraan dinas tersebut tidak dapat diketahui. Dikarenakan, penggunaan kendaraan dinas rentan dari penyerobotan dan penyelewengan oleh orang yang menggunakan kendaraan tersebut. Inventarisasi ini terkait erat dengan masalah identitas aset dan bisa bermuara pada munculnya masalah kedua, yakni legalisasi sebagai lingkup kerja pengelolaan aset di daerah sering menjadi masalah yang sulit dipecahkan. Pelaksanaan inventarisasi status penguasaan aset daerah serta sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset selalu terbentur oleh berbagai ketidaksesuaian data yang tersaji dan kenyataan di lapangan. Dapat disimpulkan inventarisasi aset belum dapat berjalan dengan baik dikarenakan masih ada aset kendaraan dinas yang tidak diketahui keberadaannya baik kondisi fisik secara kualitas maupun kuantitas. Pelaksanaan inventarisasi aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Adanya ketidaktertiban administrasi di dalam pengendalian inventarisasi aset. Dimana inventarisasi aset ini merupakan “jantung” di dalam siklus pengelolaan aset. Kondisi ini jelas menyebabkan pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti pengguna dan jumlah aset yang dimiliki. 114 2. Legal Audit Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, strategi untuk memecahkan permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pun pengalihan aset. (Doli. D. Siregar, 2004:518). Terkait masalah legal yang dimiliki sudah pasti berkaitan dengan bukti kepemilikan kendaraan dinas itu milik pemerintah kabupaten tangerang baik itu bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) maupun surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) dimana bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) dipegang oleh pengelola aset dan diserahkan kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang ketentuan ini sudah dilakukan sebagaimana mestinya, namun pengelola aset tidak memiliki foto copy asli bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) dan surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) tidak sesuai dengan jumlah kendaraan yang ada dimana jumlah kendaraan baik mobil maupun motor yang ada berjumlah 129 unit kendaraan sedangkan arsip foto copy surat tanda nomor kendaraan hanya berjumlah 25 tidak sesuai dengan jumlah kedaraan yang berada di dalam KIB B sehingga sulit melakukan pendataan ketika terjadi penyalahgunaan aset dimana untuk surat tanda nomor kendaraan bermotor dipegang oleh pengguna kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-13), mengungkapkan bahwa: “kami pernah melakukan pendataan pengecekan surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) sebagai syarat pengambilan kupon bahan 115 bakar minyak untuk pengguna kendaraan dinas, tetapi saat syarat tersebut diinformasikan keseluruh bidang maupun unit pelaksana teknis perangkat daerah (UPTD) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang tersebar di seluruh kabupaten tidak ada yang datang untuk mengambil kupon tersebut entah kenapa padahal saya cuma menyuruh untuk datang dengan membawa foto copy surat tanda nomor kendaraan bermotornya saja bukan membawa kendaraannya hanya untuk mengetahui siapa yang menggunakan sehingga keberadaan kendaraan tersebut dapat diketahui penggunanya dan cara ini tidak berhasil.” (Hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian pada tanggal tanggal 02 Maret 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Pernyataan yang sama pun diungkapkan oleh informan (I-16) , mengungkapkan hal yang sama: “Pernah dilakukan pengecekan STNK tetapi tidak ada yang datang sau pun untuk mengambil kupon BBM, padahal hanya foto copyan STNKnya saja bukan bentuk fisik kendaraannnya.(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 03 Pebruari 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Dapat disimpulkan dari pernyataan informan tersebut bahwa cara satusatunya untuk dapat mengetahui bukti kepemilikan surat tanda nomor kendaraan tersebut milik Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dikelola oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yaitu dengan cara menjemput bola artinya pihak pengelola aset dan kasubag umum dan kepegawaian harus aktif dalam menyelesaikan masalah ini. sehingga, dapat mengetahui masalah apa yang berada di lapangan dengan melihat langsung kondisi fisik kendaraan tersebut. sehingga, dapat diketahui apakah kendaraan tersebut hilang, digade, dijual atau rusak. Karena apabila hal tersebut terjadi pengguna wajib untuk melakukan tuntutan ganti rugi karena melalaikan tanggungjawab di dalam penggunaan 116 kendaraan dinas milik daerah. Karena jika tidak diselesaikan terkait masalah ini akan menimbulkan masalah lain yang terus berlarut dan menimbulkan kerugian bagi keuangan pemerintah daerah itu sendiri. Dimana aset tetap penggunaan kendaraan sangat besar anggaran yang dikeluarkan ketika dimulai dari pembelian bahkan pemeliharaan kendaraan tersebut dan menimbulkan pemborosan bagi anggaran pendapatan dan belanja daerah yang seharusnya anggaran ini biasa dialokasikan untuk hal yang lain yang lebih bermanfaat untuk pendapatan daerah kabupaten tangerang. Peneliti memperoleh data dari salah seorang informan mengenai daftar barang inventaris tanpa dokumen aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pengelola aset tidak menginvetarisir aset tetap penggunaan kendaraan dinas dengan secara baik. Karena, ada beberapa barang inventaris yang ditemukan tidak dalampenyerahan secara lengkap beserta dokumen baik dari pihak ketiga kepada pengelola aset maupun dari pengelola aset kepada pengguna barang.Ketika peneliti menanyakan hal mengenai daftar inventaris barang tanpa dokumen informan mengatakan bahwa daftar inventaris dokumen tersebut tidak adanya Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) artinya tidak ada kejelasan status kepemilikan aset dan bisa menimbulkan terjadinya pengalihan aset. 117 Gambar 4.4 Daftar Barang Inventaris Tanpa Dokumen 118 Masalah yang sering dihadapi dalam legalisasi audit aset daerah status penguasaan aset yang lemah. Pentingnya pengelolan aset daerah secara tepat dan berdayaguna dengan menggunakan prinsip pengelolaan yang efisiensi dan efektif diharapkan akan memberi kekuatan terhadap kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan daerahnya. Tahapan penting di dalam suatu sistem pengelolaan aset daerah adalah inventarisasi aset dan legalisasi untuk menunjang didapatkannya data aset yang benar, akurat dan up to dateserta sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Menurut pernyataan informan (I-16), mengungkapkan: “Belum akurat, karena masih ada beberapa kendaraan yang masih digunakan oleh pejabat alm. xxx yang sudah pensiun , dan kemarin juga menjadi temuan BPK. Dimana kendaraan dinas tersebut dijual dan ketika dimintai keterangan kepada keluarga / istri almarhum tidak memberikan informasi yang jelas hanya bilang kendaraan tersebut sudah dijual dan tidak diketahui oleh saya (ujar istri pejabat). Ketika dimintau untuk membuat surat pernyataan istri almarhum tidak membuat sampai sekarang.” (Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 03 Pebruari 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Kesimpulannya Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mengenai batas dan waktu penggunaan aset yang menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena kendaraan dinas tersebut belum dilakukan penghapusan masih berada di dalam catatan inventaris Barang Milik Daerah yang masih dipegang oleh pejabat yang alih tugas (mutasi) bahkan yang sudah pensiun karena tidak diketahui keberadaan fisik kendaraan tersebut. 119 Ketika dikonfirmasikan kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang mengenai informasi tersebut diungkapkan oleh informan (I-21) mengungkapkan bahwa: “ Belum ada laporan mengenai hal tersebut, karena Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang jika terjadi temuan sepertinya langsung di backup sehingga tidak tersanter keluar.(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset BPKAD pada tanggal tanggal 03 Juni 2015 pada jam 14.00 WIB di BPKAD Kabupaten Tangerang). Hal ini belum dilaporkan kepada Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah Kabupaten Tangerang karena jika akan melakukan penghapusan harus disertakan dengan kondisi fisik kendaraan tersebut sedangkan banyak kendaraan yang tidak diketahui keberadaannya. Padahal sudah dijelaskan prosedur penggunaan kendaraan bahwa ketika terjadi alih tugas (mutasi) atau memasuki masa pensiun maka kendaraan dinas tersebut harus diserahkan atau dikembalikan kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, tetapi menurut informan (I-16), mengungkapkan bahwa: “Seharusnya ketika pengguna kendaraan dinas alih tugas (mutasi) atau terhitung mulai tanggal (TMT) pensiun kendaraan dinas tersebut harus sudah dikembalikan kepada pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Kenyataannya tidak dan pengguna kendaraan dinas tersebut mengalihkan langsung aset kendaraan dinas tersebut kepada pihak lain sehingga terjadi ketidakjelasan keberadaan kendaraan tersebut dan terjadilah ketidaktahuan siapa yang menggunakan kendaraan dinas tersebut sampai saat ini dan terus menjadi permasalahan dalam melakukan inventarisasi aset kendaraan dinas pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang bahkan ada yang dijual kendaraan milik daerah oleh pejabat yang sudah pensiun karena meninggal dunia.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 06 Pebruari 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). 120 Kesimpulannya masih kurangnya control pengawasan dari pimpinan, sehingga hal tersebut bisa terjadi dan dibiarkan begitu saja. Padahal, pengelola aset mengetahui bahwa aset kendaraan dinas tersebut dijual artinya ketika kendaraan barang milik daerah tersebut dijual untuk keperluan pribadi dan menguntungkan diri sendiri ini sudah disebut sebuah tindakan korupsi dan menimbulkan kerugian bagi daerah. Menurut informan (I-16), mengungkapkan: “Masalah ini sudah terjadi setahun yang lalu dan akhirnya menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan belum ditindaklanjuti padahal masalah ini seharusnya dapat ditangani dengan serius karena telah merugikan keuangan daerah sampai pada akhirnya pengelola aset lupa karena banyak kerjaan yang harus dikerjakan sehingga masalah ini terlupakan dan diingatkan kembali ketika terjadi temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebenarnya, masih ada beberapa kasus seperti ini dimana kendaraan dinas yang masih dikuasai oleh pejabat yang sudah pensiun. Seharusnya pengguna sadar bahwa kendaraan tersebut bukan milik pribadi tetapi milik daerah yang hak pemakaiannya berakhir ketika sudah tidak lagi menjalankan tugas pokok dan fungsi kedinasan dan harus segera dikembalikan karena pengelola aset tidak mau melakukan penarikan apalagi yang menggunakannya seorang pejabat. Karena jika sampai dilaporkan kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten mengenai penarikan kendaraan dinas bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) malah tambah malu seperti maling saja kalau sampai dilakukan penarikan paksa dengan mendatangi rumah pejabat tersebut hal yang diungkapkan oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. .”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 06 Pebruari 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Pengelolaan aset daerah bukan hanya terbatas kepada administratif tetapi lebih kepada peningkatan nilai aset secara efisien, efektif dan memiliki nilai tambah, pada prinsipnya optimalisasi aset dan kekayaan daerah juga ditentukan oleh kinerja pemerintah daerah dalam mengelola aset secara memadai. Sebetulnya 121 sejak awal pengadaannya, kendaraan dinas adalah untuk mendukung kelancaran tugas-tugas kedinasan bagi aparatur pemerintah, yaitu salah satu satuan kerja perangkat daerah. Artinya secara administratif kendaraan tersebut tercatat sebagai barang atau aset daerah pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang ada beberapa pejabat yang masih menggunakan kendaraan dinas. informan (I-16), menuturkan bahwa: “Batas penguasaan aset sudah jelas tertera pada berita acara yang dibuat untuk digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi kedinasan dan yang pasti digunakan ketika menjalankan tugas dan pokok pada Dinas Bina Marga dan Pengairan kabupaten Tangerang namun praktiknya, kendaraan dinas tersebut dibawa ketika pejabat yang bersangkutan alih tugas (mutasi).”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 09 Pebruari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Disimpulkan dari pernyataan informan pada saat terjadi mutasi pejabat, tidak saja pejabatnya yang berpindah lokasi, tetapi kendaraan dinas juga ikut berpindah lokasi mengikuti mutasi pejabat. Beberapa kasus diatas terkait kendaraan dinas di Kabupaten Tangerang adalah contoh pengelolaan aset daerah yang belum dilakukan dengan baik dan benar Selain itu, menurut penuturan informan (I-16) bahwa: “Pemindahtangan aset yang tidak termonitor tersebut sering terjadi penyalahgunaan atas penggunaan kepemilikan aset kendaraan dinas tersebut dimana tidak termonitornya pemindahtanganan aset karena inventarisasi ulang belum dilaksanakan serta tindaklanjut atas penyalahgunaan aset penggunaan kendaraan dinas tersebut. bahwa pegawai yang berstatus magang diberi kewenangan untuk menggunakan kendaraan dinas sangat menyalahi prosedur dan peraturan yang berlaku dikarenakan apabila terjadi kerusakan atau kehilangan bagaimana cara untuk menggantinya.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 09 Pebruari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). 122 Gambar 4.5 Konsepsi pemindatanganan Barang Milik Daerah Pengguna Barang Pengelola Barang Usul pemindahantangan Pengkajian Usulan Pihak lain Penelitian fisik dan administratif Surat persetujuan pemindatanganan Surat persetujuan pemindahtanganan pelaksanaan pemindahtanganan Berita Acara Terima pelaksanaan pemindahtanganan Serah Berita Acara Serah Terima Dapat disimpulkan bahwa pemidahtanganan aset harus disertakan dengan berita acara serah terima karena ini akan memudahkan pengelola aset dalam melakukan pendataan kendaraan dinas dan diketahui siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan maupun kehilangan kendaraan dinas. Banyak pengguna kendaraan dinas yang tidak melakukan pemindahtanganan sesuai dengan prosedur 123 yang berlaku dan tidak termonitor oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dan ini akan mempersulit proses pendataan. Untuk itu strategi yang dilakukan adalah melakukan penelusuran dan pendataan ulang namun itu hanya jadi isapan jempol saja karena tidak ada yang mendukung mengenai penggunaan aset yang tidak diketahui keberadaannya untuk dilakukan penelusuran. Status penguasaan aset yang lemah dimana pengguna kendaraan dinas seharusnya diperuntukan hanya untuk kepala dinas tetapi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang hampir semua pegawai menggunakan kendaraan dinas baik itu pejabat, pelaksana bahkan tenaga magang. Dimana di dalam peraturan perundang-undangan kendaraan dinas diperuntukan untuk Pegawai Negeri Sipil yang bisa dipertanggungjawabkan di dalam penggunaannya, tetapi menurut informan pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang mengatakan bahwa banyak tenaga magang yang menggunakan kendaraan dinas dimana hal ini peruntukannya tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena jika terjadi kerusakan, kehilangan bahkan penyelewengan aset tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hal tersebut terjadi karena budaya kerjanya yang dilakukan tidak berpedoman kepada aturan perundang-undangan ujar pengelola aset kepada peneliti. Dari data yang peneliti temukan di lapangan ada beberapa kendaraan dinas yang tidak terinventarisir dengan baik karena adanya pendataan kendaraan yang tidak ditemukan siapa penggunanya dan tidak dibuatkan berita acaranya dan ada 124 beberapa daftar kendaraan inventaris tanpa dokumen menurut informan (I-17), mengungkapkan bahwa: “Banyak bukti kepemilikan yang hilang dikarenakan keteledoran para pengguna kendaraan dinas itu sendiri”. (Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas pada tanggal 07 Pebruari 2015 pada jam 13.30 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Hal ini membuat pengelola aset akan sulit melakukan penelusuran pemegang kendaraan dinas sehingga siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan, kehilangan atau penyelewangan aset tersebut tidak ada yang bertanggung jawab karena data tersebut tidak diketahui siapa yang harus bertanggung jawab. Dari masalah ini belum ada tindaklanjutnya dari kepala dinas hanya pengelola aset yang mengungkapkan akan ditelusuri. Mengenai strategi yang akan dilakukan adalah melakukan pendataan ulang atau pengecekan secara fisik ke lapangan serta pengecekan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor karena selama ini hanya melihat data yang ada saja tanpa diketahui data sebenarnya di lapangan sehingga dapat mengetahui siapa pengguna kendaraan dinas tersebut. Karena jika hanya menunggu bola ibaratnya hal ini tidak akan ditemukan solusinya dan tidak diketahui siapa penggunanya selaku yang bertanggungjawab atas kerusakan ataupun penyalahgunaan aset kendaraan dinas tersebut. Dapat disimpulkan dari pernyataan wawancara bahwa masih lemahnya sanksi yang diberikan kepada pengguna kendaraan dinas, sehingga banyak pengguna kendaraan Dinas Bina Marga dan pengairan Kabupaten Tangerang yang menyalahi aturan. 125 Pemidahtanganan aset yang tidak termonitor yaitu adanya kendaraan milik pemerintah Kabupaten Tangerang yang hilang yang digunakan oleh pejabat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Seperti pernyataan informan (I-13), mengungkapkan bahwa: “Pernah, tetapi sudah melakukan TP-TGR” ( Hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian pada tanggal 04 Maret 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Hal yang sama diungkapkan oleh informan (I-16), mengungkapkan bahwa: “Ada, Cuma untuk kelanjutannya sudah diganti apa belum tidak tahu karena menjadi wewenang BPKAD, dinas sudah melaporkan kepada BPKAD”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal 09 Januari 2015 pada jam 11.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Dapat disimpulkan dari pernyataan informan pengguna kendaraan dinas harus mengganti tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi keuangan dan material daerah atau TP-TGR. Sejauh ini untuk TP-TGR ditindaklanjuti oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang. Setelah dikonfirmasi kepada pengelola aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang bahwa pengguna kendaraan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang hilang informan (I-21), mengungkapkan bahwa: “Belum melakukan TP-TGR sepenuhnya yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan artinya tuntutan ganti rugi yang harus dibayarkan oleh penanggungjawab belum sepenuhnya dibayarkan alias pembayaran macet (belum lunas) sampai sekarang.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset BPKAD pada tanggal tanggal 01 Juni 2015 pada jam 14.30 WIB di BPKAD Kabupaten Tangerang). 126 Dapat disimpulkan dari pernyataan informan ada beberapa kasus penggunaan kendaraan dinas dimana pemindahtanganan asetnya yang tidak termonitor dikarenakan hilang. Sehingga pejabat yang bersangkutan harus mengganti rugi terhadap kerugian pemerintah kabupaten tangerang sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang telah ditentukan. Dan ada beberapa tuntutan ganti rugi yang macet (belum dilunaskan) hingga saat ini. 3. Penilaian Aset Penilaian merupakan terjemahan dari istilah appraisal dan valuation. Istilah appraisal lebih banyak digunakan di Amerika Serikat. Sedangkan valuation atau valuers biasa di pakai di Inggris dan negara anggota persemakmuran, jadi penilaian pada dasarnya merupakan estimasi atau opini, walaupun didukung oleh alasan atau analisis rasional. Penilaian pada prinsipnya merupakan suatu proses indikasi melalui suatu pengetahuan atau metode tertentu terhadap suatu objek suatu kepentingan atau tujuan tertentu. Penilaian barang milik daerah perlu dibedakan dengan penilaian pada umumnya. Penilaian barang milik daerah merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan seorang penilai untuk mendapatkan estimasi nilai suatu barang milik daerah tertentu. Seperti pernyataan informan (I-19), mengungkapkan bahwa: “Belum pernah, karena penilaian dilakukan oleh lembaga independen dan itu dilakukan ketika kendaraan akan dilelang.(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas pada tanggal tanggal 27 Mei 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). 127 Seperti pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan (I-17), mengungkapkan bahwa: “Biasanya penilaian dilakukan ketika kendaraan akan dilakukan pelelangan kepada pihak ketiga dan ini dilakukan oleh penilai independen aprisal.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas pada tanggal 10 Pebruari 2015 pada jam 11.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-16), mengungkapkan bahwa: “Untuk di KIB B menilai dari harga perolehan saat kendaraan tersebut dibeli.” .”(Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Pebruari 2015 pada jam 11.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Disimpulkan dari pernyataan informan untuk penilaian yang dilakukan oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dilihat dari penilaian harga perolehan saat membeli kendaraan tersebut. sehingga tidak ada penilaian akumulasi penyusutan barang yang dilakukan oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Aset yang dimiliki oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang hanya dilihat dari harga perolehan saat membeli. Sampai saat ini penilaian yang dimasukan ke dalam sistem informasi manajemen aset daerah hanya penilaian yang dilakukan oleh pengelola aset berdasarkan harga perolehan saat membeli kendaraan tersebut dan belum dilakukan penilaian oleh lembaga independen secara keseluruhan untuk menilai aset tersebut secara sengaja oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Pelelangan untuk kendaraan dinas pun belum pernah 128 dilakukan dikarenakan kendaraan yang sifatnya barang bergerak dan dibawa tidak seperti alat berat walaupun barang bergerak tetapi sifatnya stand by tidak dibawa pulang di dalam penggunaannya sehingga bisa dipastikan bagaimana kondisinya sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengecekan apakah barang tersebut masih layak atau tidak untuk digunakan. 4. Optimalisasi Aset Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Pada umumnya pemerintah daerah banyak memiliki aset yang bernilai tinggi namun sebagian besar dari aset tersebut belum mampu berdayaguna dan berhasil guna serta menghasilkan pendapatan yang tinggi, sehingga biaya operasional dan pemeliharaannya masih menjadi beban Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Terkait permasalahan penggunaan kendaraan dinas perlu dilakukan optimalisasi pengelolaan aset sehingga penggunaan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terlaksana dengan efektif dan efisien. Optimalisasi Aset merupakan mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah / volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut, meliputi : aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Menurut informan (I-16), mengungkapkan bahwa: 129 “Optimalisasi aset belum dilakukan, karena kondisi fisik yang sebenarnya tidak diketahui. Kalaupun pengguna memberikan informasi bahwa kendaraan tersebut rusak tetapi tidak pernah diperlihatkan kepada pengelola aset kondisi kendaraan yang sebenarnya. Di tambah adanya pengguna yang menggunakan kendaraan lebih dari satu.” (Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Pebruari 2015 pada jam 08.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-17), mengungkapkan bahwa: “Optimalisasi yang seharusnya dilakukan adalah melihat kondisi fisik apakah masih layak pakai atau sudah tidak layak pakai untuk dilakukan penghapusan ketika sudah tidak layak pakai.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Pebruari 2015 pada jam 08.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-21), mengungkapkan bahwa: “Optimalisasi aset yang sudah tidak memiliki potensi pemerintah daerah merubah sistem dump dengan menggunakan sistem lelang kepada pihak ketiga sebagai pemasukan daerah. Sistem ini dilakukan agar tidak terjadi lagi pembayaran yang macet.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset BPKAD pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 11.00 WIB di Kantor BPKAD Kabupaten Tangerang). Terkait optimalisasi aset dimana kendaraan dinas di atas usia 5 (lima) tahun menurut informan (pengoptimalisasian seharusnya dapat menghasilkan sebuah nilai potensi finansial untuk dapat menambah pendapatan bagi daerah yaitu dimana kendaraan dinas yang sudah rusak dapat dilakukan proses lelang kepada pihak ketiga. Disimpulkan dari pernyataan informan bahwa optimalisasi aset yang dilakukan adalah merinci aset yang sudah tidak memiliki potensi oleh pemerintah daerah yang ada pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang aset 130 kendaraan dinas yang sudah pemakaiannya di atas 5 (lima) tahun pemanfaatannya bisa dilakukan sistem dump oleh pejabat yang menggunakannya sebagai pemasukan pendapatan untuk daerah, namun untuk sekarang ini sistem dump tidak lagi dilakukan karena banyak pejabat yang tidak membayar sebagaimana perjanjian dalam sistem dump tersebut, sehingga sistem ini sudah tidak lagi dilakukan. Aset kendaraan dinas yang masih memiliki potensi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yaitu dengan tetap dijaga dan dirawat sesuai anggaran pemeliharaan kendaraan dinas dan untuk aset kendaraan dinas yang sudah tidak berpotensi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang itu dibuatkan usulan untuk diadakan pelelangan kepada pihak ketiga oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang. Namun, hal tersebut belum dilakukan karena fisik kendaraan yang sudah kurang baik atau pun rusak berat tidak diketahui keberadaannya. 5. Pengawasan dan Pengendalian atas Penggunaan Aset Kendaraan Dinas Aset merupakan hal yang rentan sekali akan penyalahgunaannya. Untuk itu perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan perlu dilakukan oleh pimpinan atau atasan langsung suatu organisasi atau unit kerja terhadap bawahan dengan tujuan untuk mengetahui atau menilai apakah program kerja yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku. Seperti pernyataan informan (I-16), mengungkapkan bahwa: 131 “Bagaimana melakukan pengawasan pengguna kendaraan dinasnya aja kebanyakan orang-orang yang dekat dengan kepala dinas tidak enak juga kan kalau saya yang negor.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Januari 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-19), mengungkapkan bahwa: “Gimana pengawasan dan pengendalian itu akan berlangsung dengan baik kalau yang mengawasi dan diawasi sama-sama menyalahi sebuah peraturan yang berlaku.”.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan pada tanggal 13 April 2015 pada jam 15.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Disimpulkan dari pernyataan informan bahwa pengawasan dan pengendalian pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum dilakukan secara optimal artinya pengawasan belum dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan. Ada sebuah rasa tidak enak untuk melakukan pengawasan walaupun mengetahui terjadi sebuah penyalahgunaan aset kendaraan dinas. Alasan penyelengaraan pengawasan ini antara lain adalah karena adanya jabatan struktural yang melekat pada seorang pimpinan unit kerja pemerintah daearah. Jabatan struktural itu memberikan kewajiban kepadanya untuk melakukan pengawasan atas kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada eselon di bawahnya. Dengan demikian, efektifitas pengawasan melekat ini sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan dan kualitas pengawasan yang dilembagakan oleh seorang pimpinan di dalam instansi yang menjadi wewenangnya. Pengawasan ini seharusnya dilakukan karena bertujuan untuk terciptanya kondisi yang mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan penyelengaraan 132 pemerintahan daerah, kebijakan, rencana serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara yang menjadi sasaran pengawasan melekat adalah: a. Meningkatkan disiplin, prestasi kerja, dan pencapaian kinerja dari unitr kerja yang dipimpinnya; b. Menekan kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang; c. Menekan sekecil mungkin terjadinya kebocoran dan pemborosan keuangan daerah dan segala macam bentuk pemerasan serta pungutan liar; d. Mewujudkan pelayanan prima; e. Mempercepat urusan kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Seharusnya pengawasan lebih diarahkan pada upaya pencegahan terhadap penyimpangan. Namun, pada praktiknya yang seharusnya mengawasi dengan yang diawasi sama-sama sepakat atau sama-sama nekat. Sehingga pengawasan yang seharusnya dilaksanakan agar mampu menjamin tercapainya tujuan yang efektif dan efisien tetapi praktiknya malah terjadi pemborosan anggaran karena penggunaan kendaraan dinas digunakan tidak tepat sasaran. Pengawasan seharusnya digunakan sebagai sarana untuk mencegah dan menekan serendah mungkin timbulnya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, kebocoran serta pemborosan. Namun dalam praktiknya pelaksanaan pengawasan masih mengandung kelemahan serta 133 menghadapi banyak kendala yang menghambat penyelenggaraannya secara benar. Seperti adanya perasaan enggan dalam melaksanakan pengawasan padahal pengawasan merupakan bagian fungsi dari fungsi manajemen, sesuatu yang seharusnya diterima wajar, baik bagi pegawai yang mengawasi maupun bagi pegawai yang diawasi. “Pengawasan belum berjalan optimal baik itu di intern maupun ekstern karena kebanyakan di dalam laporan SIMDA tidak sesuai dengan kondisi di lapangan,pengendalian intern pun belum dilakukan dikarenakan masih ada pengguna kendaraan yang masih menggunakan kendaraan lebih dari satu.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Januari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Menurut pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern belum berjalan secara optimal dikarenakan masih ada beberapa pengguna yang menggunakan kendaraan dinas lebih dari satu ini bentuk pengendalian yang belum berjalan secara optimal karena kuasa pengguna masih membiarkan hal ini terjadi, sehingga terjadi pemborosan penggunaan keuangan daerah. Sampai saat ini kendaraan dinas yang masih dipegang pejabat pensiunan masih ada dan tidak ada tindak lanjutnya dari kuasa pengguna karena pengelola sudah membuat laporan kepada kuasa pengguna tentang kendaraan dinas yang tidak diketahui kualitas dan kuantitasnya oleh pengguna kendaraan dinas tapi tidak ada tanggapan. Bentuk pengendalian intern yang masih lemah sehingga penggunaan kendaraan dinas bertindak seenaknya. Adanya kendaraan dinas yang masih digunakan oleh pejabat pensiunan dan terjadi penjualan kendaraan dinas tanpa diketahui oleh pengelola aset dan sampai saat ini belum ditindaklanjuti. 134 Lemahnya koordinasi pengawasan penggunaan kendaraan dinas antara Badan Pengelola Keuangan dan Aset Derah dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dikarenakan menurut pengelola aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang : “Untuk pengelolaan penggunaan itu bukan wewenang kami tapi wewenang Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, kecuali terjadi kehilangan kendaraan dinas dan pengelola melaporkannya ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang baru itu menjadi wewenang kami. (Hasil wawancara dengan pengelola aset BPKAD pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 11.00 WIB di kantor BPKAD Kabupaten Tangerang). Dapat disimpulkan dari pernyataan informan bahwa Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang hanya sebagai koordinator dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimana semua kewenangan pengelolaan aset menjadi tanggungjawab pengelola Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut. Sampai saat ini penggunaan kendaraan dinas yang hilang milik Kabupaten Tangerang berjumlah kurang lebih 40 kendaraan dinas dan dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang itu berjumlah 2 kendaraan. Mengenai kendaraan dinas yang hilang dalam penggunaannya harus dilakukan tuntutan ganti rugi atas pemakaian barang milik daerah yang seharusnya dibayarkan oleh pejabat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang menurut pernyataan salah satu pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang sampai saat ini belum dilunaskan pembayarannya dan masih ada tunggakan sebesar Rp.32.000.000;00 untuk kehilangan Tahun Anggaran 2014 dengan jumlah 135 satu unit kendaraan pick up dan telah masuk di dalam catatan piutang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk ditindaklanjuti ke pengadilan dan sampai saat ini belum ada respon dari keluarga pejabat tersebut. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA). Melalui Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah(SIMDA), transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah (Doli. D. Siregar, 2004:520). Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA) yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang belum dapat memberikan sebuah transparansi kerja yang seharusnya dapat diakses oleh semua pihak. Maka dari itu kekhwatiran akan pengawasan dan pengendalian aset yang lemah masih terjadi. Pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-13), mengungkapkan bahwa: “SIMDA belum dapat diakses secara umum hanya pengelola aset saja.”(Hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian pada tanggal 02 Maret 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang). Dapat disimpulkan dari pernyataan informan bahwa yang dapat mengakses Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA) hanya pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan pengelola aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang saja artinya tidak semua pihak dapat mengakses Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA) . Sistem Manajemen Informasi Daerah Barang Milik Daerah harus terus dikembangkan, tidak usah khawatir akan pengawasan dan pengendalian yang 136 lemah terhadap Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) ini, namun ketika Sistem Manajemen Informasi Daerah (SIMDA) ini dapat memberikan transparansi data namun kenyataan di lapangan tidak sama seperti penyajian data yang dilaporkan pada Sistem Manajemen Informasi Daerah (SIMDA). 137 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) belum efektif dan efisien dalam penggunaan kendaraan dinas. Sehingga berdampak pada pemborosan anggaran yang dikeluarkan. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat permasalahan yang terjadi di dalam manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas permasalahan tersebut terjadi yaitu : Pertama, pencatatan aset yang tidak sesuai antara data manual yang dimiliki pengelola aset dengan yang berada di Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Kedua, ada beberapa kendaraan ketika diserahkan dari pihak ketiga tidak dalam penyerahan secara baik karena di Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) terdapat beberapa barang inventaris (kendaraan dinas) ditemukan tanpa dokumen. Ketiga, penilaian aset yang dicatat hanya berdasarkan harga perolehan saja saat membeli tanpa dilakukan penyusutan. Keempat, optimalisasi aset yang dilakukan belum dapat memberikan pendapatan bagi daerah dengan sistem lelang kepada pihak ketiga dikarenakan ada beberapa kendaraan yang diketahui kondisinya kurang baik atau rusak berat tetapi tidak diketahui keberadaan kendaraan dinas tersebut berada dimana. Kelima, Sistem 137 138 Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang belum memberikan transparansi kerja karena hanya dapat diakses oleh pengelola aset saja tidak dapat diakses secara umum. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan pertimbangan sehingga tercapainya manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang efektif dan efisien di dalam penggunaannya. Adapun saran tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Sebaiknya dilakukan pengecekan fisik setiap 3 (bulan) sekali untuk memastikan data yang tercatat akurat dan up to date. 2. Sebaiknya dicek secara cermat ketika pengadaan dilakukan penyerahan dokumen dari pihak ketiga kepada pengelola dan dibuatkan berita acara untuk pengguna kendaraan. 3. Sebaiknya pengendalian dan pengawasan perlu dilakukan di dalam penggunaan barang inventaris milik daerah dengan benar-benar agar tidak terjadi pemborosan anggaran yang dikeluarkan. 4. Meningkatkan koordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang agar di dalam penggunaan kendaraan dinas untuk ditindak tegas mengenai penyelewengan barang inventaris milik daerah. 139 5. Sistem Manajemen Informasi Daerah (SIMDA) harus terus dikembangkan lagi sehingga tak ada celah untuk terjadinya Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh kuasa pengguna ataupun pengguna kuasa. 140 DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Arifin. B., Setiadi, R., dan Setiawan, M.Y., 2003, “Manajemen Kekayaan Negara”. Jurnal Akutansi dan Keuangan Sektor Publik, volume 04 No. 02 Agustus 2003 halaman 10 s.d 19. FEB UGM Yogyakarta. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta. Hasibuan, Malayu.S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Hidayat, Muchtar. 2012. Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Irawan, Prasetya. 2006. Metodelogi Penelitian Administratif. Jakarta: Universitas Terbuka Mardiasmo. 2004. Akutansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Miles, Mathew & Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru). Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mursyidi. 2009. Akutansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusadi, Ruslan. 1998. Manajemen Publik Relation dan Media Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Satori, Djam’an & Komariyah, Aan. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sherraden, Michael. 2006. Aset Orang Miskin Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Siregar, Doli.D. 2004. Optimalisasi Pemberdayaan Harta Kekayaan Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 140 141 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syafiie, Inu Kencana. 2006. Manajemen Pemerintahan. Pertja. Jakarta. Yusuf, M. 2010. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Perundangan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasaran Kerja Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dokumen Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, 2014 Tentang Data Kendaraan Dinas, Pengguna Kendaraan Dinas, Buku Inventaris Gabungan SIMBADA. 142 LAMPIRAN-LAMPIRAN 143 144 145 146 147 MATRIKS HASIL WAWANCARA SESUDAH REDUKSI DATA Q Pertanyaan/Jawaban I 1. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 2. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 3. 11-1 11-2 Apakah sudah dilakukan pengecekan fisik? Sudah. Belum pernah. Belum. Belum pernah, jadi data itu saja yang dilihat sehingga tidak diketahui bentuk fisiknya. Pernah hanya pada saat pembelian saja untuk selanjutnya tidak pernah dilakukan. Tidak pernah. Pernah, tetapi kendalanya si penggunannya sulit dihubungi. Bagaimana untuk mengetahui kendaraan tersebut milik pemerintah kabupaten tangerang yang dikelola oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan? Berplat merah terkecuali untuk esselon II dan III diperbolehkan untuk plat hitam dengan alasan tertentu. Dipasang plat merah. Pemasangan plat merah tetapi untuk esselon II dan III diperbolehkan untuk menggunakan plat nomor hitam atau biasa disebut plat nomor rahasia karena dengan alasan tertentu. Dilakukan dengan proses labelling menggunakan plat merah tetapi ada beberapa pengguna yang mengganti plat nomor kendaraan ini sangat menyulitkan pendataan pengelola aset yang terkadang diganti dengan menggunakan kode rahasia. Dengan pemasangan plat merah. Saya tidak, karena untuk esselon III memang diperbolehkan jadi saya memegang plat 2 nomor yang satu merah dan yang satu hitam tetapi untuk plat hitam saya memperpanjang sendiri untuk pajak dan lainlainnya. Jadi STNK pun 2 tetapi atas nama Kabupaten Tangerang semua cuma nomor kendaraan saja yang berbeda. Dipasang dengan plat merah CQ dan NQN. Terkait inventarisasi aset apakah data yang dimiliki oleh dinas tentang penggunaan kendaraan dinas sudah akurat? Dengan adanya pelimpahan wewenang dari propinsi lama ke propinsi baru sehingga data inventarisasi belum akurat Belum akurat. 148 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 4. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 5. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 6. 11-1 Belum, karena ada beberapa kendaraan dinas yang tidak diketahui siapa penggunanya dan dimana keberadaan kendaraan dinas tersebut. Belum, karena masih banyak kendaraan yang tidak diketahui kualitas dan kuantitasnya. kemarin juga menjadi temuan BPK kendaraan yang digunakan pejabat dan kasus ini sudah dari tahun kemarin belum kelar penyelesaiannya. Dimana kendaraan tersebut dijual dan ketika dimintai keterangan kepada keluarga/istri pejabat untuk membuat surat pernyataan istri pejabat tersebut tidak membuat sampai sekarang. Jadi bapak males untuk mendatangi rumahnya lagi ditambah kerjaan banyak terus kadang lupa. Belum akurat, karena masih banyak kendaraan yang tidak diketahui keberadaannya. Belum, karena ada beberapa kendaraan dinas yang hilang bahkan dibawa pejabat yang sudah pensiun tidak ada tindaklanjutnya karena si pengguna tidak melaporkan kepada pengelola aset. Belum akurat, karena data yang dimiliki bentuk fisiknya tidak diketahui keberadaannya. Siapa saja yang dapat menggunakan kendaraan dinas? Esselon II, III dan IV Hanya esselon II, III dan IV Esselon II, III, dan IV Seharusnya hanya kepala dinas saja atau esselon II menurut peraturannya, tetapi disini mah engga pernah sesuai semua bisa menggunakan kendaraan dinas jangankan pejabat pelaksana saja mendapatkan jatah bahkan CPNS dan magang saja menggunakan kendaraan dinas padahal tidak memiliki hak karena jika terjadi kerusakan atau kehilangan pertanggungjawabannya juga meragukan. Hanya esselon II dan III untuk kendaraan roda empat dan esselon IV untuk kendaraan roda dua dan standarisasinya bisa dilihat di permendagri. Hanya untuk esselon II, III dan IV. Seluruh pegawai di lingkungan dinas berhak untuk mendapatkan kendaraan dinas, akan tetapi disesuaikan dengan standarisasi prosedur peraturan perundang-undangan. Untuk kelengkapan syarat-syarat pengguna kendaraan apa saja yang harus dipegang oleh si pengguna kendaraan dinas? STNK dan Berita Acara Pengguna Barang STNK dan BA. Berita Acara dan STNK. STNK dan Berita Acara karena kalau BPKB itu disimpan di BPKAD. STNK dan Berita Acara kalau BPKB ada di BPKAD. STNK dan Berita Acara. STNK dan Berita Acara Serah Terima Pengguna Barang. Apakah semua pemegang kendaraan dinas dibuatkan berita acara terkait penggunaannya? Dibuat. 149 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 7. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 8. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 10. 11-1 11-2 11-3 Dibuatkan. Dibuatkan, untuk mengetahui siapa yang menggunakan dan bertanggungjawaban atas kendaraan dinas yang digunakannya apabila terjadi kerusakan atau keilangan. Tidak, karena terkadang si pengguna yang akan pensiun atau mutasi (alih tugas) langsung mengalihkan kendaraan tersebut ke orang lain tanpa memulangkan kendaraan tersebut ke pengelola aset sehingga keberadaan kendaraan tersebut tidak jelas dan dipegang oleh siapa juga tidak diketahui. Dibuatkan tetapi ada beberapa yang tidak dibuatkan. Dibuatkan. Dibuatkan, tetapi ada pejabat yang menggunakan kendaraan dinas tanpa dilengkapi berita acara karena ketika mendapatkan kendaraan dinas dari pejabat lain tidak diserahkan kepada pengelola aset terlebih dahulu. Pernah ada atau tidak pengguna kendaraan dinas yang sudah pensiun atau alih tugas tetapi masih menggunakan kendaraan dinas? Tidak pernah. Yang saya tahu tidak pernah. Ada beberapa yang masih membawa kendaraan dinas. Banyak, karena untuk memberi teguran saya engga enak kebanyakan pejabat, sistem pengawasan yang lemah dan kurangnya kesadaran pengguna terhadap fasilitas yang digunakan itu milik daerah dan harus dikembalikan. Ada beberapa. Ada beberapa yang saya tahu dan tidak melapor kepada pengelola. Ada. Apakah sudah dilakukan pengecekan secara yuridis seperti BPKB dan STNK kendaraan dinas yang dipegang oleh pengguna? sudah. Sudah dari awal dilakukan penyerahan kendaraan kepada pengguna. Belum karena ketika pengguna kendaraan dinas yang ingin mengambil kupon BBM harus disertai foto copy STNK kendaraan yang digunakan oleh pengguna tetapi tidak ada yang datang ke saya, entah kenapa saya rasa banyak yang hilang STNKnya atau kendaraannya. Belum terlaksana, karena banyak pengguna yang tidak berani menunjukan STNKnya gatau kenapa entah dijual atau apa engga ngerti dikarenakan sampai saat ini belum dilakukan pengecekan ke lapangan. Belum karena sensus belum dilaksanakan. Belum. Belum dilakukan. Apakah selama ini penggunaan kendaraan dinas sudah sesuai dengan prosedur perundang-undangan? sudah. Sudah. Belum sesuai. 150 11-6 11-7 11-8 11-9 11. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 12. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 13. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 Belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dikarenakan dengan status penguasaan aset yang lemah karena banyak kendaraan dinas yang digunakan tenaga magang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan ketika terjadi kehilangan kendaraan atau kerusakan bahkan penyelewengan. Belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan baik dari prosedur penguasaa, batas waktu penguasaan, penguasaan aset yang tidak termonitor. Selagi ada berita acara yang dibuat dan ada nama pengguna diberita acara dan STNK yang terus diperpanjang serta pajak lainnya itu sudah sesuai. Belum sesuai dengan prosedur karena terkadang pengguna kendaraan dinas digunakan oleh non-PNS. Pernah ada atau tidak kendaraan yang hilang? Pernah tetapi sudah melakukan TP-TGR. Pernah tetapi sudah dilakukan TP-TGR. Untuk kendaraan yang hilang harus dilakukan TP-TGR dan itu sudah dilakukan TP-TGR ada beberapa yang belum dilakukan TP-TGR. Ada, Cuma yang melaporkan kehilangan sih 2 tetapi kan engga tau kenyataannya sebab banyak kendaraan jenis motor yang tidak diketahui keberadaan dan kondisinya. Terus ada pejabat yang menghilangkan motor tetapi ketika dimintai surat keterangan hilang dari kepolisian tidak memberikan kepada pengelola aset dikarenakan tidak ada berita acara dan STNK hilang sehingga kerugian keuangan daerah atas kelalaian pengguna belum diproses. Yang dijual juga ada seperti pejabat yang sudah almarhum. Ada, tetapi itu menjadi urusan BPKAD untuk dilakukan TP-TGR. Ada beberapa yang saya tahu. Pernah. Untuk penggunaan kendaraan dinas biasanya pegawai dperbolehkan menggunakan berapa kendaraan? Hanya satu. Satu. Hanya satu. Seharusnya satu tetapi banyak yang memakai kendaraan lebih dari satu. Seharusnya satu tetapi ada yang memakai lebih dari satu. Satu. Satu kendaraan, tetapi ada pula yang memegang kendaraan lebih dari satu. Apakah pernah dilakukan penilaian oleh konsultan penilaian yang independen? Belum pernah. Belum. Tidak pernah. Belum pernah tetapi kalo kendaraan tersebut mau dilelang baru dilakukan penilaian oleh lembaga apraisal. Belum pernah, penilaian dilakukan di BPKAD ketika kendaraan akan 151 11-8 11-9 14. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 12-5 16. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 dilelang. Belum pernah. Belum pernah, karena penilaian dilakukan oleh lembaga independen dan itu dilakukan ketika kendaraan akan dilelang. Biasanya penilaian penjualan kendaraan dinas dengan sistem lelang itu seperti apa? Penilaian dilakukan di BPKAD dengan lembaga independen lalu dilakukan penjualan dengan pihak ketiga berdasarkan sistem lelang. Penilaian yang dilakukan oleh BPKAD dengan lembaga independen untuk dilakukan penjualan dengan sistem lelang. Penilaian dilakukan oleh lembaga indpenden ketika akan dilakukan penjualan kepada pihak ketiga. Sistem lelang itu penjualan kepada pihak ketiga dengan setelah dilakukan penilaian, untuk saat ini belum pernah dilakukan pelelangan kendaraan dinas karena memang kualitas dan kuantitasnya yang tidak diketahui di lapangan. Kecuali alat berat yang jika sudah tidak digunakan ditaro ditempatnya tidak dibawa-bawa seperti kendaraan dinas. Lelang itu penjualan kepada pihak ketiga dengan setelah dilakukan penilaian, untuk saat ini belum pernah dilakukan pelelangan kendaraan dinas karena memang kualitas dan kuantitasnya yang tidak diketahui di lapangan. Tidak tahu, ada lembaga independen yang ditunjuk oleh bagian aset pemda. Penilaian dilakukan oleh lembaga appraisal dengan mengirimkan surat untuk dilakukan penghapusan dengan sistem lelang. Belum pernah dilakukan pelelangan kendaraan dinas untuk Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, yang melaksanakan pelelangan adalah BPKAD Kabupaten Tangerang selaku sekretariat penghapusan. Apakah sudah dilakukan optimalisasi? Sudah seperti pembagian sudah tepat sasaran. Sudah. Sudah dilakukan optimalisasi. Belum, karena kondisi fisik yang sebenarnya tidak diketahui.Kalaupun pengguna memberikan informasi bahwa kendaraan tersebut sudah rusak tetapi tidak pernah diperlihatkan kepada pengelola aset kondisi kendaraan yang sebenarnya. Ditambah adanya pengguna kendaraan yang menggunakan kendaraan lebih dari satu. Belum, karena keberadaan kendaraan yang dipegang oleh pengguna lebih dari satu. Belum optimal, karenaada beberapa pengguna yang menggunakan kendaraan lebih dari satu dan tidak diketahui keberadaan kendaraan lebih dari satu. Belum dilakukan optimalisasi aset dimana kendaraan dinas masih ada yang menggunakan kendaraan lebih dari satu dan masih ada beberapa 152 17. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 18. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 11-9 19. 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-8 kendaraan dinas yang tidak diketahui keberadaannya. Apakah SIMBADA dapat diakses semua pihak? SIMBADA hanya dapat diakses oleh pengelola akses saja. Tidak dapat diakses oleh publik kecuali pengelola saja Hanya pengelola saja Tidak dapat diakses semua pihak, karena SIMBADA menggunakan password yang diketahui oleh pengelola aset. Tidak dapat diakses semua pihak hanya pengelola dan pembantu pengelola saja. Tidak semua pihak dapat mengakses hanya pengelola saja. Tidak semua pihak dapat mengakses SIMBADA. Apakah setiap permasalahan mengenai aset kendaraan dinas selalu melaporkan atau berkoordinasi dengan BPKAD? Ada beberapa yang melaporkan. Seharusnya setiap permasalahan baik itu kehilangan, mutasi dilaporkan kepada pengelola aset untuk disampaikan kepada BPKAD sebagai koordinator SKPD. Kalau penggunanya melaporkan kepada pengelola pasti kita langsung membuat surat untuk ditindaklanjuti oleh BPKAD. Selalu melakukan koordinasi dengan BPKAD, tetapi setiap melaporkan harus disertai surat laporan kehilangan dari kepolisian disertai surat keterangan dari dinas yang ditandatangani oleh kepala dinas untuk bahan laporan aset guna untuk memproses mudahnya TP-TGR. Tetapi pernah di temukan bahwa kendaraan dinas yang hilang tetapi tidak memberikan surat laporan kehilangan kepolisian sehingga belum dilaporkan kepada BPKAD yang Pak Nana takuti kan dia mau pensiun takutnya cuma alibi aja bilang hilang tapi engga mau nyerahin surat laporan kehilangan dari kepolisian diminta STNK aja engga dikasih. Tergantung pengguna dan kendaraan dinasnya melaporkan atau tidak kepada pengelola asetnya. Jika melaporkan kepada pengelola selaku pengelola akan melaporkan lagi kepada BPKAD. Tergantung pengguna kendaraan dinasnya melaporkan kepada pengelola atau tidak. Apakah sudah dilakukan pengawasan penggunaan kendaraan dinas? Sudah dengan dilakukan pengecekan laporan. Masih lemahnya pengawasan yang dijalankan karena masih terdapat kendaraan dinas yang masih dikuasai oleh pejabat yang sudah pensiun. Sudah tetapi masih lemahnya pengawasan internal, dimana kuasa pengguna tidak pernah melakukan pengecekan SIMBADA maupun ketika laporan mengenai kendaraan yang tidak diketahui penggunanya tidak ada tindaklanjutnya. 153 11-9 Belum dilakukan pengawasan, karena kuasa pengguna tidak pernah mengecek SIMBADA. 20. Siapa yang terlibat di dalam pengawasan aset? 11-1 Seluruh pegawai terlibat. 11-2 11-3 11-6 Yang pasti kepala dinas sebagai kuasa pengguna dan seluruh pihak saling mengawasi karena aset rentan akan penyalahgunaan. 11-7 Kepala dinas sebagai kuasa pengguna dan seluruh pegawai karena aset sering disalahgunakan penggunaannya. 11-8 11-9 Kuasa pengguna, pengelola aset dan semua pegawai. 154 155 156 157 158 159 RIWAYAT HIDUP Nama : Epi Amelia Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 05 Mei 1991 Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia Alamat : Jl. Raya Serang Km. 13,5 Desa Pasirgadung Rt.08/01 Kec. Cikupa Kab. Tangerang Email : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL Tahun 1997-2003 : SDN PASIRGADUNG III Tahun 2003-2006 : SMP N 1 CIKUPA Tahun 2006-2009 : SMA N 1 CURUG Tahun 2010-2015 : Program Sarjana (S-1) Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa