manajemen pengelolaan aset tetap pada dinas bina marga dan

advertisement
MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP
PADA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN
KABUPATEN TANGERANG
(STUDI KASUS MANAJEMEN PENGELOLAAN PENGGUNAAN KENDARAAN DINAS)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
EPI AMELIA
6661103342
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2015
59
1
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan karena aku tidak akan
berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu”
-Khalil Gibran-
Aku datang, aku bimbingan, aku ujian, aku revisi dan aku menang
-Alhamdulillah-
Aku persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku, keluargaku, dan
teman-temanku
vi
ABSTRAK
Epi Amelia. NIM 6661103342. 2015. Skripsi. Manajemen Pengelolaan Aset
Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (Studi
Kasus Manajemen Pengelolaan Penggunaan Kendaraan Dinas). Program Studi
Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing 1: Rina Yulianti, S.Sos., M.Si dan
Pembimbing II: Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si.
Kata Kunci: Manajemen Pengelolaan, Aset Tetap, Kendaraan Dinas.
Penelitian dilatar belakangi oleh adanya Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Manajemen
Pengelolaan Penggunaan Kendaraan Dinas) yang belum berjalan dengan baik.
Penelitian ini menggunakan teori Manajemen Aset dari Siregar (2004).
Menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang menunjukkan bahwa Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang adanya pencatatan aset yang tidak
sesuai antara data manual yang dimiliki pengelola aset dengan yang berada di Sistem
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) serta Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) yang belum memberikan transparansi kerja karena hanya dapat diakses
oleh pengelola aset saja tidak dapat diakses secara umum. Kesimpulan yaitu
Manajemen Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang belum berjalan secara efektif dan efisien, yang berdampak pada
pemborosan anggaran yang dikeluarkan. Saran yaitu Sebaiknya dilakukan
pengecekan fisik setiap 3 (bulan) sekali untuk memastikan data yang tercatat akurat
dan up to date, Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) harus terus
dikembangkan lagi sehingga tidak ada celah untuk terjadinya korupsi, kolusi,
nepotisme (KKN).
vii
ABSTRACT
Epi Amelia. NIM 6661103342. 2015. Research Paper. Management of Fixed
Assets supervision in the Department of Highways and Irrigation of Tangerang
District (case study of supervision of official vehicle management). Program
study of public administration. Faculty of social and political science. Sultan
Ageng Tirtayasa University. Advisor I : Rina Yulianti, S.IP., M.Si and Advisor II :
Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si.
Keywords: Management Supervision, Fixed Assets, Highway and Official Vehicle.
This research background based on Management Of Fixed Assets Supervision in the
Department of Highways and Irrigation of Tangerang District (case study of
supervision of official vehicle management) that has not been going well. The theory
of Asset Management by Siregar (2004) is used in this research. Based on
qualitative description it showed that the manual data of the Department of
Highways and Irrigation of Tangerang District was not suitable between the data
owned by assets manager and Management Information Systems Area (SIMDA) as
well as Management Information System Area (SIMDA). Those institutions were not
provided the transparancy of work because it can only be accessed by an asset
manager that could not be accessed to public. Conclusion of this research was that
fixed assets management at the Department of Highways and Irrigation District of
Tangerang has not run effectively and efficiently, as a result, it wasted the budget of
government. The suggestions of this research is that physical checks should be done
every once for three (months) to ensure the recorded data is accurate and up to date,
the regional Management Information System (SIMDA) should continue to be better
in development so that there will be no chances for coruption, collusio, and
nepotism (KKN).
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan judul Manajemen Aset Tetap pada Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Manajemen Pengelolaan
Penggunaan Kendaraan Dinas).
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam proposal penelitian ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik di dalam teknik penyusunan maupun teknik materi
yang disajikan, mengingat begitu terbatasnya kemampuan yang Penulis miliki. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh Penulis sebagai
bahan perbaikan untuk menambah wawasan pengetahuan di masa yang akan datang.
Terwujudnya proposal penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,
dan dukungan serta do’a dari semua pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa .
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana Widyaningtyas, S.Sos., M.Ikom., Pembantu Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
i
ix
5. Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.I.P., M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Rina Yulianti, S.I.P., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, serta motivasi dalam menyelesaikan
penyusunan proposal penelitian.
9. Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, serta motivasi dalam menyelesaikan
penyusunan proposal penelitian.
10. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak masukan saran serta dukungan.
11. Seluruh dosen dan staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang telah membekali pengetahuan ilmu selama masa
perkuliahan.
12. Benny Purwana, S.H., Selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
13. Nana Suryana, Selaku Pengelola Barang pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan banyak informasi
kepada Penulis.
ii
x
14. Robet Junaedi, S.H., Selaku Pembantu Pengelola Barang pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan banyak
informasi kepada Penulis.
15. Seluruh staf Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang
telah banyak membantu.
16. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan do’a tiada henti.
17. Ari Eka Prasetya suami yang selalu membantu serta memberikan dukungan
dan doa yang tiada hentinya.
18. Teman-teman seperjuangan Nelly, Amel, Mahmud, Dita, Hesty, Ucup,
Ingga, Andri, Habib dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak mendukung dan membantu di dalam penyusunan proposal penelitian
ini.
Serang, Agustus 2015
Penulis
Epi Amelia
iii
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................
13
1.3. Pembatasan Masalah .................................................................
13
1.4. Perumusan Masalah ..................................................................
14
1.5. Tujuan Penelitian ......................................................................
14
1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................
14
1.7. Sistematika Penelitian ...............................................................
16
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Manajemen ....................................................................
iv
20
xii
2.1.1. Definisi Manajemen ..................................................... 21
2.2. Teori Aset ................................................................................ 25
2.2.1. Definisi Aset .................................................................. 25
2.2.2. Jenis Aset ........................................................................ 29
2.2.3. Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya ...... 30
2.3. Manajemen Aset ....................................................................... 31
2.3.1. Definisi Manajemen Aset ............................................... 31
2.4. Manajemen atau Pengelolaan Aset .......................................... 36
2.4.1. Siklus Pengelolaan Aset Daerah .................................... 36
2.4.2. Siklus Hidup Aset ........................................................... 50
2.5.Kerangka Berpikir ..................................................................... 54
2.6. Asumsi Dasar ........................................................................... 55
2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 59
3.2. Instrumen Penelitian ................................................................ 60
3.3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 61
3.4. Sumber Data .............................................................................. 65
3.5. Informan Penelitian .................................................................. 66
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................ 67
3.7. Pengujian Validitas Data .......................................................... 71
3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian .................................................. 74
v
xiii
BAB IVHASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ....................................................... 76
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Tangerang ....................... 76
4.1.2. Gambaran Umum Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang .................................................... 77
4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang .................................................. 84
4.1.4. Sumber Daya Manusia Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang ................................................... 95
4.1.5. Sarana dan Prasarana ................................................... 96
4.2. Informan Penelitian .................................................................. 97
4.3. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian .......................................... 100
BAB VKESIMPULAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 137
5.2. Saran .........................................................................................138
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1
Aset Tetap Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Tangerang .............. 6
1.2
Aset Tetap Kendaraan Roda Empat Berdasarkan Kondisi .................... 6
1.3
Aset Tetap Kendaraan Roda Dua Berdasarkan Kondisi ........................
7
1.4
Aset Tetap Kendaraan Roda Empat .......................................................
7
1.5
Aset Tetap Kendaraan Roda Dua ...........................................................
8
1.6
Kendaraan Dinas Operasional/Kendaraan Dinas Jabatan ...................... 11
1.7
Jumlah Esselon III dan IV ...................................................................... 11
2.1
Perkembangan Manajemen Aset ............................................................ 33
3.1
Pedoman Wawancara ............................................................................. 63
3.2
Informan Penelitian ................................................................................ 66
3.3
Jadwal Penelitian .................................................................................... 75
4.1
Data Pengguna Kendaraan Dinas ............................................................. 105
vii
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1
Teori Manajemen Menurut Stoner ......................................................... 24
2.2
Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya ............................. 30
2.3
Siklus Hidup Aset ................................................................................... 50
2.4
Kerangka Berpikir .................................................................................. 54
3.1
Komponen Analisis Data Miles dan Huberman ..................................... 68
4.1
Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Tangerang . 83
4.2
Kendaraan Dinas Yang Diganti Plat Nomor ........................................... 108
4.3
Kendaraan Dinas Yang Diganti Plat Nomor ........................................... 110
4.4
Barang Inventaris Tanpa Dokumen......................................................... 117
4.5
Konsepsi Pemindahtangan Aset ............................................................. 122
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di
dalamnya dapat berfungsi secara maksimal. Suatu organisasi yang baik terdapat
fungsi-fungsi manajerial yaitu:planning, organizing, actuating dan controlling.
(George R. Terry, 1972) dalamMuchtar Hidayat (2011:3).Masing-masing fungsi
harus saling berkaitan di dalamnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Suatu organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik apabila mampu
merencanakan program-program secara matang dengan memperhitungkan masa
yang akan datang dan melaksanakan rencana yang telah dibuat. Perencanaan dalam
suatu organisasi merupakan proses dasar di dalam manajemen untuk merumuskan
tujuan dan cara mencapainya. Bentuk organisasi menuntut kemampuan manajemen
yang lebih baik, terutama kemampuan teknis, karena semua pekerjaan dalam
organisasi tidak dapat dilakukan sendiri.
Setiap organisasi termasuk juga organisasi pemerintah memiliki tujuan yang
hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah, diperlukan strategi
yang dijabarkan dalam bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi
pemerintah memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk dapat memberikan
jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah
diperlukan pemerintahan yang jujur. Dimana pemerintahan merupakan sekumpulan
59
1
2
orang-orang
yang
mengelola
kewenangan-kewenangan
melaksanakan
kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dari
lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan. Pemerintahan sebagai sekumpulan
orang-orang
yang
mengelola
berbagai
kewenangan
dalam
mengelola
negara/pemerintah memerlukan adanya kesiapan diberbagai aspek dalam proses
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
dilakukan,
terutama
kesiapan
dalam
ketersediaan berbagai penunjang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan.Dalam kerangka otonomi daerah,
seiring dengan perkembangan sebuah organisasi, lembaga atau instansi yang ada
pada saat ini, maka semakin bertambah pula jumlah aset yang dibutuhkan oleh
organisasi, lembaga atau instansi tersebut. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
tugas atau produktivitas kerja pegawai tidak semata-mata ditentukan oleh
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan, tetapi
juga sangat dipengaruhi oleh faktor lain seperti sarana perlengkapan kerja yang
memadai. Penyediaan sarana kerja yang diperlukan dalam menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas pegawai harus memperhatikan aspek manfaat dengan tetap
berpedoman pada tugas pokok dan fungsi serta anggaran yang tersedia. Oleh karena
itu, sarana kerja harus dapat dikelola dengan benar agar mampu menunjang
pelaksanaan tugas para pegawai secara maksimal.
Terkait dengan hal tersebut maka pemerintah daerah perlu menyiapkan
instrumen yang tepat untuk melakukan pengelolaan atau manajemen aset daerah
secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif mulai dari tahap
perencanaan, pendistribusian dan pemanfaatan serta pengawasannya.Berdasarkan
3
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 manajemen aset digunakan di
lingkungan pemerintah daerah maupun perguruan tinggi.Sistem informasi aset
berfungsi
untuk melakukan pencatatan mengenai
pengadaan, pengesahan,
penggunaan, perawatan, status, serta kondisi aset tersebut. Aset dapat meliputi
inventarisasi tanah, gedung, alat angkutan, senjata api, jaringan, peralatan seperti
alat tulis kantor dan alat laboratorium, ruang/gudang dan barang-barang yang
terdapat di dalamnya, lokasi lainnya dan barang-barang yang terdapat di dalamnya .
Namun, pengelolaan aset daerah selama ini belum terlaksana sebagaimana yang
diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal, sehingga
diperlukan peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan
aset daerah. Selama ini pengelolaan barang inventaris daerah dilaksanakan atas dasar
ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 sebagai peraturan
pokok terhadap aturan barang inventaris pemerintah daerah.
Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang berwujud
maupun barang tak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1).
Barang Daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal dari
pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab
I pasal 1). Barang berwujud atau disebut dengan aktiva tetap adalah barang yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara lain
terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan, gedung,
mesin dan peralatan, kendaraan, meubeleur dan perlengkapan serta buku-buku
4
perpustakaan.Peranan pengelolaan yang baik dan benar sangat diperlukan terutama
di dalam manajemen aset. Karena kebutuhan informasi mengenai data dan informasi
suatu aset sangatlah penting guna untuk memperbaiki kinerja atau efisiensi di dalam
suatu instansi atau lembaga.
Aset merupakan komponen yang nilainya paling besar dan kekayaan yang
vital bagi berjalannya sebuah organisasi baik itu di sebuah pemerintahan maupun di
perusahaan swasta. Aset tetap adalah investasi yang dilakukan oleh sebuah
organisasi jangka panjang dan bukan untuk dijual kembali, sehingga dibutuhkan
manajemen aset yang tepat. Manajemen aset yang tepat dapat membantu instansi
dalam mengidentifikasi daftar kekayaan, tidak hanya untuk melihat aset mana saja
yang telah dibeli, berapa biayanya, aset mana saja yang sedang digunakan dan
bagaimana pemanfaatannya, tetapi juga dapat mencegah hilangnya atau pencurian
aset dan yang paling penting memudahkan proses pertanggungjawabannya, terutama
oleh instansi-instansi yang bertanggungjawab kepada daerah.
Unit pengelolaan aset daerah sangat berperan dalam pengadaan serta
pengelolaan sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
organisasi, karena faktor-faktor lain seperti sumber daya manusia dan sistem kerja
yang tidak dapat dioptimalkan penggunaannya tanpa dukungan sarana dan prasarana
yang memadai. Oleh karena itu, sistem pengelolaan aset daerah senantiasa
dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan prinsip pada transparansi dan
perlakuan yang adil bagi semua pihak, agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintahan
dan pelayanan masyarakat.
5
Masalah utama pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah (municipal
asset management) adalah ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian
inventarisasi aset seperti tidak dipasangnya tanda kepemilikan yang sesuai, tidak
termonitornya pemindahtanganan aset, batas akhir penguasaan aset, status
penguasaan aset yang lemah, tidak diperpanjangnya Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor bahkan hilangnya Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (sumber:
Pengelola aset). Padahal, inventarisasi aset merupakan jantung di dalam siklus
pengelolaan aset.Kondisi ini jelas menyebabkan pemerintah daerah mengalami
kesulitan untuk mengetahui secara pasti seberapa besar aset yang dimiliki, aset-aset
mana saja yang telah dikuasai atau bahkan yang sebenarnya memiliki potensi dan
memiliki peluang investasi tinggi.
Pengelolaan aset yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
akan menimbulkan kerugian bagi daerah karena aset yang digunakan tidak sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.Hal ini terjadi pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang. Jumlah aset tetap (kendaraan dinas) yang dimiliki
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang:
6
Tabel 1.1
Aset Tetap Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
Tahun 2014
No
Aset Tetap
Jumlah
1.
Tanah
-
2.
Peralatan dan Mesin
24.213.892.346
3.
Gedung dan Bangunan
2.326.509.809
4.
Jalan, Irigasi dan Jaringan
2.979.783.458.323
5.
Aset Tetap Lainnya
147.000
6.
Konstruksi Dalam Pengerjaan
233.272.904.558
Jumlah
3.239.596.912.036
Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014
Tabel 1.2
Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Empat Berdasarkan Kondisi
Tahun 2014
No
Jenis
Kondisi
Baik
Kurang Baik
1.
Jeep
2.
Mini Bus
19
3.
Pick Up
26
6
Jumlah
45
8
Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014
Rusak Berat
2
-
7
Tabel 1.3
Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Dua Berdasarkan Kondisi
Tahun 2014
No
Jenis
Kondisi
Baik
Kurang Baik
1.
Honda
4
35
2.
Suzuki
24
8
Jumlah
28
43
Rusak Berat
-
Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014
Tabel 1.4
Aset Tetap
Kendaraan Roda Empat
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
Tahun 2014
NO
1.
2.
3.
Jenis
Jeep
Mini Bus
Pick Up
Jumlah
Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014
Jumlah
2
25
21
48
8
Tabel 1.5
Aset Tetap
Kendaraan Roda Dua
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
Tahun 2014
NO
1.
2.
Jenis
Honda
Suzuki
Jumlah
Sumber : Pengelola Aset Tahun 2014
Jumlah
18
14
32
Masalah yang utama yang dihadapi oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang adalah dari segi sumber daya manusia yang belum kompeten.
Pengelola aset harus memiliki persyaratan antara lain : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dengan golongan terendah golongan II dan tertinggi golongan III, memiliki
pengalaman dan pengetahuan dibidang manajemen pengelolaan barang milik
daerah.Pengelola aset harus memiliki persyaratan pengalaman dibidang manajemen
pengelolaan barang milik daerah yaitu pengelola aset Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang memang sudah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan karena pengelola barang seharusnya Pegawai Negeri Sipil dan
mencapai golongan tertinggi golongan III tetapi pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan pengelola barang baru mencapai golongan II meskipun ini diperbolehkan
tetapi pengelola barang yang menjabat tidak memiliki pengalaman. Dengan
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tidak memiliki pengetahuan tentang
manajemen aset dan setiap tahunnya berganti-ganti sesuai dengan keinginan kepala
dinas. Dimana idealnya pengelola aset terdiri dari 2 bahkan lebih untuk dinas yang
memiliki banyak Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) seperti Dinas Bina Marga
9
dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Dimana pengelola aset belum pernah
mengikuti pelatihan tentang pengelolaan barang milik daerah.
Masalah lain yang dihadapi oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan adalah
ketidaktertiban administrasi di dalam pengendalian inventarisasi aset seperti tidak
dipasangnya tanda kepemilikan, tidak termonitornya pemindahtanganan aset, status
penguasaan aset yang lemah, batas akhir
penguasaan, banyaknya pengguna
kendaraan dinas yang tidak memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor atau bahkan hilang (sumber: pengelola aset). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara / Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan adalah
pendayagunaan barang milik daerah yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai,
kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status
kepemilikan.
Salah satu bentuk pemanfaatan milik daerah yaitu, pinjam pakai yaitu
penyerahan penggunaan barang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
dan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan
setelah jangka waktu yang ditentukan berakhir harus diserahkan kembali kepada
pengelola barang. Namun, pada praktiknya selama ini terdapat beberapa
penyalahgunaan dalam pemanfaatan barang milik daerah. Seperti adanya pejabat
eselon IV yang memegang kendaraan dinas, sesuai prosedurnya tidak dibolehkan
apalagi kendaraan tersebut tidak digunakan sesuai dengan tugas pokok dan
10
fungsinya. Sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah “Barang Milik Daerah dapat
ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat
daerah yang bersangkutan”. Di dalam Peraturan Perundang-Undangan bahwa
Kendaraan Milik Daerah itu memiliki suatu ciri khas yaitu ber plat nomor merah
dengan menginisialkan tiga huruf dibelakang angka yang sama dengan kendaraan
dinas yang lainnya ini untuk dapat memudahkan pendataan namun ada beberapa
pejabat yang mengganti plat nomornya menjadi hitam sehingga sulit untuk
dilakukan pendataan. Adanya beberapa pensiun Pegawai Negeri Sipil yang belum
mengembalikan kendaraan dinas yang semestinya hanya berlaku selama masa
jabatannya (sumber: pengelola aset)
Dimana hal ini dapat memunculkan masalah seperti tidak meratanya
pendistribusianbarang-barang milik daerah kepada pegawai karena sebagian dari
aset daerahtersebut masih ditahan oleh pegawai sebelumnyayang masa jabatannya
sudahberakhir dan tidak diketahui siapa pengguna kendaraan tersebut setelah
dialihkan kepada penggunaan lain dikarenakan tidak melaporkan kepada pengelola
barang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007
Tentang Standarisasi Kendaraan Dinas.
11
Tabel 1.5
Kendaraan Dinas Operasional/Kendaraan Dinas Jabatan
Kapasitas
Jabatan
Ketua DPRD Provinsi
Wakil Ketua DPRD Provinsi
Ketua DPRD Kab/Kota
Wakil Ketua DPRD Kab/Kota
Pejabat Eselon I
Pejabat Eselon II
Pejabat Eselon III
Pejabat Eselon IV
Jumlah
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
1 (satu)Unit
Jenis Kendaraan
Sedan atau Jeep
Sedan atau Minibus
Sedan atau Minibus
Sedan atau Minibus
Sedan atau Jeep
Sedan atau Minibus
Minibus
Sepeda Motor
Isi Silinder
2.500 cc
2.200 cc
2.200 cc
2.000 cc
2.500 cc
1.800 cc
1.500 cc
150 cc
Sumber : Permendagri Nomor 11 Tahun 2007
Tabel 1.6
Jumlah Eselon III dan IV
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
No
1.
2.
Pejabat
Eselon III
Eselon IV
Jumlah
Sumber : Bagian Umum dan Kepegawaian Tahun 2015
Jumlah
6
35
41
Bahwa standarisasi penggunaan kendaraan dinas untuk pejabat eselon IV itu
satu unit sepeda motor dengan kapasitas isi silinder 200 cc tetapi pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan untuk eselon IV memegang kendaraan mini bus dengan
kapasitas silinders 2500 cc dan itu menyalahi peraturan yang berlaku.
Masih lemahnya manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang dalam melihat kondisi yang telah dipaparkan
12
Peneliti. Serta, masih lemahnya koordinasi pengawasan dan pengendalian Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang di dalam manajemen pengelolaan
aset tetap penggunaan kendaraan dinas seperti tidak ada teguran yang diberikan
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang selaku
koordinator terkait tidak dilaporkannya laporan semesteran aset untuk tahun 2014
oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dari itu peneliti
memilih untuk mengambil judul “Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus
manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas)”.
13
1.2
Identifikasi Masalah
Pada pelaksanaan manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan aset tetap
penggunaan kendaraandinas) peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang
ada, yaitu :
1. Sumber daya manusia yang belum kompeten di dalam
manajemen
pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas.
2. Pendataan aset yang masih kurang cermat.
3. Lemahnya koordinasi
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Tangerang pengendalian dan pengawasan di dalam manajemen pengelolaan
aset tetap penggunaan kendaraan dinas.
1.3
Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka di dalam penelitian
ini peneliti hanya membatasi pada manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas
Bina Marga dan pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen
pengelolaan penggunaan kendaraan dinas).
14
1.4
Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan pada masalah tersebut, untuk mengetahui manajemen
pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan pengairan kabupaten Tangerang,
maka peneliti mengarahkan untuk mendapatkan jawaban dari perumusan masalah
sebagai berikut: Bagaimana Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan
aset tetap penggunaan kendaraan dinas) ?
1.5
Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan tersebut, maka
penelitian bertujuan untuk mengetahui manajemen pengelolaan aset tetap pada
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen
pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas).
1.6
Manfaat Penelitian
1.5.1. Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
dan pengetahuan karena akan menambah khasanah ilmu yang
berkaitan dengan manajemen publik.
15
2. Karena penelitian ini tentang studi manajemen publik maka penelitian
ini bermanfaat untuk pengembangan studi manajemen publik
khususnya mengenai manajemen aset.
3. Penelitian ini sebagai bahan perbandingan dari penelitian sejenis yang
pernah
dibuat
sebelumnya
sehingga
diharapkan
memberikan
kontribusi sebagai sumber ilmiah.
4. Penelitian ini merupakan implementasi teori yang didapat semasa
perkuliahan.
1.5.2. Secara Praktis
1. Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti
dalam hal mempelajari tentang manajemen aset khususnya dan
khasanah ilmu pengetahuan yang lain selama mengikuti Program
Studi Ilmu Administrasi Negara. Hal ini juga sebagai salah satu
syarat utama pada Ujian Strata-1 untuk Program Studi Ilmu
Administrasi dan penelitian ini digunakan untuk menambah
pengalaman dalam melakukan penelitian ini.
2. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
mendalam
mengenai
manajemen aset.
bidang
ilmu
sosial
tertuma
mengenai
16
3. Penelitian ini diharapkan adanya perbaikan pelaksanaan manajemen
pengelolaan aset di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Bagi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat
memperbaiki manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang khususnya berkaitan
dengan aset tetap penggunaan kendaraan dinas.
1.7
Sistematika Penulisan
Pada bagian ini menjelaskan sistematika penulisan skripsi yang berjudul
Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan
dinas) terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang masalah yang menjadi
dasar penelitian, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis, serta
sistematika penulisan skripsi.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
Bab ini terdiri dari tiga poin, yaitu deskripsi teori, penelitian terlebih dahulu,
kerangka pemikiran peneliti, dan asumsi dasar. Dalam deskripsi teori akan
dijelaskan tentang beberapa pendapat ahli mengenai teori-teori yang relevan
terhadap masalah. Setelah memaparkan teori, lalu peneliti mengkaji penelitian yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang diambil dari berbagai sumber
ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau jurnal penelitian. membuat kerangka
berpikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
deskripsi teori. Asumsi dasar merupakan jawaban sementara permasalahan yang
diteliti, dan akan diuji kebenarannya.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan pendekatan dan metode yang digunakan di dalam penelitian,
ruang lingkup/fokus penelitian, instrumen penelitian di dalam instrumen
menjelaskan tentang bagaimana proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data
yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen.
Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Teknik
pengumpulan data dan analisis data Menjelaskan teknik dan disertai rasionalnya.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti sesuai dengan sifat
data yang diteliti. Pengumpulan data kualitatif, melalui pengamatan, wawancara
mendalam, dokumen dan pustaka. Proses analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman
18
(2007:15), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan empat kegiatan penting
diantaranya pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).Informan penelitian dalam
penelitian kualitatif dipilih secara langsung untuk pengumpulan data-data penelitian.
Lokasi dan jadwal penelitian menjelaskan lokasi dan alasan memilih lokasi
penelitian, terkait tempat dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dan hal lain yang berhubungan dengan objek
penelitian. Lalu deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari
data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data
kualitatif maupun kuantitatif. Terakhir melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap
hasil analisis data. Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai
keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksaaan penelitiannya.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini berisi kesimpulan dimana bab ini menyimpulkan hasil penelitian
yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami. Selain itu kesimpulan
penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan permasalahan. Selanjutnya saran
berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik
secara teoritis maupun praktis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi
LAMPIRAN
Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR
PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian merupakan rangkaian atau uraian
beberapa teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pengertian teori
menurut Neumen adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi,
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi
hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Landasan teori paling tidak berisi tentang penjelasan
terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang
lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup kedudukan
dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih
jelas dan terarah. (Sugiyono, 2012:58)
Pada bab ini akan menjelaskan beberapa teori yang terkait “Manajemen
Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan kendaraan dinas)”. Dari hasil
kajian maka peneliti bisa mengetahui pelaksanaan yang dilakukan oleh pengelola
barang atau pengelola aset atau kekayaan yang dimiliki Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang. Untuk itu, harus ada teori yang relevan dengan
permasalahan-permasalahan tersebut.
20
21
2.2
Manajemen
2.2.1
Definisi Manajemen
Secara etimologi, management(di Indonesia diterjemahkan sebagai
“manajemen”) berasal dari kata manus(tangan) dan agere(melakukan), yang
setelah digabung menjadi kata manage(bahasa inggris) berarti mengurus atau
managiere(bahasa latin) yang berarti melatih.
Berbagai definisi mengenai manajemen menurut Manullang dalam
Ratminto & Atik (2005:1) mendefinisikan :
“Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan juga pengawasan daripada sumber daya
manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu”.
Sedangkan menurut Gibson, Donelly dan Ivancevich dalam Ratminto &
Atik (2005:1) :
“Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih
individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai
hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu itu bertindak
sendiri. Manajemen juga bisa didefinisikan sebagai suatu kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya orang tersebut dapat
termotivasi menggunakan keahliannya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Juga suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Dapat diartikan juga sebagai suatu rangkaian
tindakan dengan maksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang
rasional dalam suatu sistem administrasi”.
Manajemen menurut Terry dalam (Syafiie, 2006:49) :
“Management is a distinct procces consisting of
planning,
organizing,actuating and controlling performed to determine and
accomplish stated objective by the use of human being and other
resources.
Maksudnya, manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya”.
22
Manajemen menurut W. Taylor dalam (Syafiie, 2006:48) : The art of
management, is defined as knowing exactly what you want to do, and then seeing
that they do it in the best and cheapest way. Maksudnya, ilmu manajemen itu
dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya
akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan
cara terbaik serta termudah atau tidak.
Definisi lain mengenai manajemen merupakan sekelompok keputusan dan
tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang organisasi.
Sedangkan manajemen menurut (Hasibuan, 2001:2) adalah sebagai ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Hasibuan (2001:3) , pada dasarnya manajemen itu penting karena
disebabkan:
a. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga
diperlukan pembagian kerja, tugas, dan tanggungjawab dalam
penyelesaiannya.
b. Perusahaan atau organisasi akan dapat berhasil dengan baik, jika
manajemen diterapkan dengan baik.
c. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna
semua potensi yang dimiliki.
d. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan.
e. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan
dengan memanfaatkan 6M (Men, Money, Methods, Material,
Machines, and Market).
f. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
g. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.
h. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.
i. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok
orang.
23
Secara sederhana manajemen berasal dari kata manage(bahasa latinnya manus)
yang
berarti
memimpin,
menangani,
mengatur,
atau
membimbing
(Rusadi,1998:8).
Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam (Rusadi, 1998:1)
menyatakan bahwa manajemen merupakan:
“...............sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.”
Secara sederhana pengertian manajemen menurut George R. Terry (1972)
meliputi:
a. Perencanaan (Planning);
b. Pengorganisasian (Organizing);
c. Penggerakan (Actuating);
d. Pengawasan (Controlling).
Sedangkan menurut Mary Parker Foller dalam (Handoko, 2003:8)
manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Sementara itu menurut Stoner dalam (Handoko, 2003:8) manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Manajemen dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
24
Gambar 2.1
Teori Manajemen Menurut Stoner
Manajemen
Perencanaan;
Pengorganisasian;
Penyusunan
Personalia;
Anggota
organisasi
Tujuan
Organisasi
(bawahan)
Pengarahan;
Pengawasan.
Namun pengertian manajemen menurut Luther Gulick dikutip dalam
(Handoko, 2003:11) sebagai:
“Suatu bidang ilmu pengetahuan (Science) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan.”
Secara sederhana manajemen menurut Luther Gulick meliputi:
a. Perencanaan (Planning);
b. Mengorganisir (Organizing);
c. Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing);
d. Mengarahkan (Directing);
e. Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating);
f. Melaporkan (Reporting);
g. Menyusun Anggaran (Budgeting).
25
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni mengelola
tindakan-tindakan pekerjaan dengan rangkaian-rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan cara bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Kesimpulan dari peneliti bahwa manajemen merupakan proses dimana
seluruh anggota organisasi mampu melakukan penggerakkan dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan bahkan pengawasan kearah yang
lebih baik dengan penggunaan sumber-sumber daya di dalam organisasi itu
sendiri agar mencapai tujuan organisasi. Sehingga tindakan dari sebuah
manajemen yang dikelola dengan baik dan benar dapat menentukan sebuah
kesuksesan pencapaian kinerja oleh sebuah organisasi itu sendiri. Maka dari itu
harus diperlukan perencanaan yang benar-benar matang sehingga tujuan dari
organisasi tersebut tepat sasaran dan efisien.
2.3
Aset
2.3.1
Definisi Aset
Definisi Assetatau Aset ( dengan satu s) yang telah di Indonesiakan secara
umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai:
1. Nilai ekonomi (economic value),
2. Nilai komersial (commercial value) atau,
3. Nilai tukar (exchange value);yang dimiliki oleh instansi, organisasi,
badan usaha ataupun individu (perorangan).
26
Asset (Aset) adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda,
yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam
aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha
atau individu perorangan.(Muchtar Hidayat, 2011:4)
Secara umum aset merupakan harta / atau kekayaan. Menurut (Doli D.
Siregar, 2004:178), aset merupakan:
“Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai
ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai
tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau
individu (perorangan).”
Adapun menurut (Sherraden, 2006:134) aset merupakan hak atau klaim
yang berhubungan dengan properti, baik konkret maupun abstrak kemudian hak
dan klaim ini dilindungi oleh adat, konvensi atau hukum.
Sedangkan menurut Standar Akutansi Pemerintahan dikutip dalam
(Mursyidi, 2009:52) aset merupakan:
“Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki baik oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan, serta dapat diukur dalam satuan
uang termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa, bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah atau budaya.”
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 2004 yang dimaksud dengan
Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
27
Pengertian mengenai Barang Milik Daerah berdasarkan pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut:
1. Barang milik daerah meliputi:
a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD;
b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Barang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang
sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau
kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang atau
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Sedangkan menurut Doli D. Siregar dalam bukunya Manajemen Aset
menjelaskan pengertian tentang Aset berdasarkan perspektif pembangunan
berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek pokoknya: sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan infrastruktur seperti berikut ini:
1. Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat
digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada
manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya
sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.
3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan
sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk
dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia
dengan semaksimalnya, baik untuk saat ini maupun
keberlanjutannya dimasa yang akan datang.
Sumber : Modul 1 Dasar-Dasar Manajemen Aset/Barang Milik
Daerah ( 2007:4 )
Adapun pengertian Aset yang ditemui dalam Keputusan Menteri Dalam
Negeri dan Keputusan Menteri Keuangan mempunyai pengertian yang sama yaitu
28
semua barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban APBN/APBD atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Oleh sebab itu untuk menyamakan
persepsi pada uraian selanjutnya maka Aset yang dimaksud disini adalah:
1. Semua barang inventaris yang dimiliki pemerintah daerah
2. Semua barang hasil kegiatan proyek APBD/APBN/LOAN yang
telah diserahkan pada pemerintah daerah melalui Dinas/Instansi
terkait
3. Semua barang yang secara hukum dikuasai oleh pemerintah daerah
seperti: cagar alam, cagar budaya, objek wisata, bahan
tambang/galian C dan sebagainya, yang dapat menjadi sumber
pendapatan asli daerah yang berkelanjutan dan yang memerlukan
pengaturan pemerintah daerah dalam pemanfaatannya serta
pemeliharaannya.
Sumber : Modul 1 Dasar-Dasar Manajemen Aset/Barang Milik
Daerah ( 2007:4 ).
Kesimpulan peneliti bahwa aset merupakan barang inventaris yang
diserahkan pemerintah daerah melalui dinas/instansi terkait yng digunakan untuk
kepentingan dinas/instansi terkait sehingga dapat memperlancar jalannya suatu
organisasi serta menjadi sumber pendapatan bagi dinas/instansi terkait. Dimana
penggunaannya haruslah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku dan tidak boleh disalahgunakan di dalam penggunaannya.
29
2.3.2
Jenis Aset
Adapun jenis aset dalam Mursyidi (2009:52-53) dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu sebagai berikut:
1. Aset Lancar yaitu aset yang tidak dimaksudkan untuk dipakai terus menerus
2.
3.
dalam kegiatan suatu daerah seperti kas, piutang usaha, persediaan dan aktiva
lain yang mudah dipertukarkan menjadi tunai.
investasi yaitumenekankan pada penempatan uang atau dana.
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Adapun klasifikasi aset tetap yaitu
tanah, peralatan dan mesin, kendaraan, gedung dan bangunan, jalan, irigasi,
dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.
30
2.3.3
Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya
Adapun klasifikasi aset atau properti menurut Siregar adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.2
Kalsifikasi Aset atau Properti
Berdasarkan Jenisnya
(Sumber: Siregar, 2004:46-48)
Real Property
Personal
Property
Property
Business
Financial
Interest
-Tanah
- Bangunan
- Sarana Lengkap
-Mesin dan Peralatan
-Fixture dan Furniture
-Jewel dan Antique
-Kendaraan Bermotor
-Surat Berharga
“kegiatan di bidang
komersial, industri, jasa,
atau investasi (aktivitas
ekonomi)”
Instrumen investasi
yang dijamin aset-aset
real estat
Keterangan :
Real Property, secara umum merupakan penugasan secara hukum atas
tanah mencakup semua hak, semua kepentingan dan keuntungan yang berkaitan
dengan kepemilikan real estate. Real Property biasanya dibuktikan dengan bukti
kepemilikan yang terpisah dari penguasaan atas real estate. Real estate lebih
31
merupakan segala sesuatu yang berbentuk fisik meliputi tanah bersama-sama
segala sesuatu yang didirikan atau yang ada di atas maupun di bawah tanah.
Personal Property, merujuk pada hal kepemilikan atas suatu benda
bergerak di dalam bagian-bagian benda selain dari real estate (tanah, bangunan
secara fisik). Benda-benda selain tersebut dapat berwujud (tangible), misalnya
harta bergerak atau tidak berwujud (intangible), misalnya utang-piutang, goodwill
dan hak paten.
Kegiatan usaha (Business) adalah setiap kegiatan dibidang komersial,
industri, jasa atau investasi yang menjalankan aktivitas ekonomi.Hak Kepemilikan
Secara Financial (Financial Interest), di dalam properti berasal dari pembagian
hukum atas hak kepemilikan saham dalam kegiatan bisnis dan hak atas
penguasaan tanah dan bangunan. Dari perjanjian pemberian atas suatu hak dan
bangunan, saham, atau instrumen-instrumen finansial lainnya dengan harga yang
disebutkan di dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau dari penciptaan
instrumen investasi yang dijamin oleh sekelompok aset-aset real estate.
2.4
Manajemen Aset
2.4.1
Definisi Manajemen Aset
Jika berbicara tentang manajemen aset secara umum, definisi manajemen
adapun manajemen atau pengelolaan aset merupakan:
Sedangkan menurut Lemer
2011:7)menyatakan bahwa:
dikutip
dalam
(Muchtar
Hidayat,
“Manajemen aset merupakan proses menjaga atau memelihara dan
memanfaatkan modal publik, hal ini dilakukan dalam rangka
32
melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah
sehingga terciptanya manajemen pemerintahan yang dapat bekerja secara
efisien, efektif dan ekonomis.”
Adapun menurut (Doli. D Siregar , 2004:561) manajemen aset merupakan:
“sebagai kumpulan disiplin, metode, prosedur dan perangkat untuk
mengoptimalisasikan dampak bisnis keseluruhan atas biaya-biaya, kinerja
dan resiko yang timbul (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai
dan regulasi keselamatan atau kepatuhan pada aturan lingkungan hidup)
dari aset fisik perusahaan.”
Saat ini di dalam ilmu properti berkembang suatu teori baru yang dikenal
dengan teori manajemen asset (asset management). Menurut Britton, Connellan,
Crofts (1989) mengatakan “ define good asset management in terms of measuring
the value of properties (asset) in monetary terms and employing the minimum
amount of expenditure on its management”.(Doli D. Siregar, 2004:517). Di dalam
pengertian tersebut dijelaskan bahwa manajemen aset yang baik di dalam bagianbagian pengukuran nilai dari aset di dalam bagian moneter dan pemakaian jumlah
pengeluaran pada manajemen itu sendiri.Manajemen aset itu sendiri telah
berkembang cukup pesat. Bermula dengan orientasi yang statis, kemudian
berkembang menjadi dinamis, inisiatif, dan strategis. (Doli D. Siregar , 2004:517).
33
Tabel 2.1
Perkembangan Manajemen Aset
Post war – Static
Management
Dynamic Management
Strategic Management
- proactive management
- economic, efficient dan
- akuntabilitas
effective management
pengelolaan aset
- monitoring
- kontrol properti yang
-land audit
operasionalisasi aset
tak digunakan
-property review / survey -monitoring kerja
- aplikasi IT dalam
operasional dan
pengelolaan
investasi
- optimalisasi
-corporation or
pemanfaatan aset
privatization
Sumber : (Doli D. Siregar, 2004:517)
- kontrol biaya
Manajemen aset itu sendiri dapat dibagi dalam lima tahapan kerja, yaitu
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan perkembangan
sistem informasi manajemen aset. (Doli D. Siregar, 2004:518). Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik,
dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah
pendataan, kodifikasi / labeling, pengelompokkan dan pembukuan/
administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.
2. Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang
berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi
atas permasalahan legal, strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal, strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun
pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain
status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain,
pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.
3. Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan
penilaian aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh
34
konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun
informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi aset merupakan satu proses kerja dalam manajemen
aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi,
nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset
tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai pemda
diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi
dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat
dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi
tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik
dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan
transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus
dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal,
fisik, nilai ekonomi, yang rendah maupun faktor lainnya. Hasil
akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran,
strategi, dan program untuk mengoptimasikan aset yang dikuasai.
5. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset
merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada
Pemerintah Daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk
meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan sistem
informasi manajemen aset (SIMA). Melalui sistem informasi
manajemen aset (SIMA). Transparansi kerja dalam pengelolaan
aset sangatlah terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan
pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam sistem informasi
manajemen aset (SIMA) ini keempat aspek itu diakomodasi dalam
sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian.
Sehingga setiap penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas,
mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang
bertanggungjawab menanganinya. Hal ini yang diharapkan tidak
akan menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme(KKN) di dalam
tubuh Pemda. Pengawasan dan pengendalian merupakan tindakan
pengamanan terhadap aset daerah agar terhindar dari ketidakjelasan
pengelolaan aset yang mengakibatkan tidak berjalannya
manajemen aset dengan baik. Dalam Keputusan Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah Republik Indonesia Nomor 11 tahun
2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah pasal 1 ayat 24,
pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam
pengurusan barang daerah dalam bentuk fisik, administratif, dan
tindakan upaya hukum. Lebih lanjut dalam pasal 38 telah
dijelaskan bahwa upaya pengurusan barang daerah agar dalam
pemanfaatannya terhindar dari penyerobotan,pengambil-alihan atau
klaim dari pihak lain dilakukan dengan cara. Pengamanan
administrasi, yaitu dengan melengkapi sertifikat dan kelengkapan
bukti-bukti kepemilikan. Pengamanan fisik, yaitu dengan
35
pemagaran dan pemasangan tanda kepemilikan barang.Tindakan
hukum, yaitu dengan cara melakukan upaya hukum apabila terjadi
pelanggaran hak atau tindak pidana. (Doli D. Siregar, 2004: 518520)
Sedangkan
Departemen
Transportasi
Amerika
Serikat
(1996)
mendefinisikan manajemen aset sebagai berikut :
Asset management is a systematic process of maintaining, upgrading, and
operating physical assets cost-effectively. It combines engineering
principles with sound business practices and economic theory, and it
provides tools to facilitate a more organized, logical approach to decision
making. Thus, asset management provides a framework for handling both
short and long-range planning. (manajemen aset adalah suatu proses yang
sistematis guna memelihara, memperbarui, dan mengoperasikan dengan
biaya efektif aset fisik. Manajemen aset menggabungkan prinsip-prinsip
rekayasa dengan praktik teori ekonomi dan bisnis yang sehat, dan
menyediakan alat untuk memfasilitasi pendekatan logis yang lebih
terorganisasi untuk kepentingan pengambilan keputusan. Dengan
demikian, manajemen aset menyediakan kerangka kerja bagi penanganan
perencanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang).
(Hidayat Muchtar, 2011: 6-7)
Definisi yang lain (Danylo dan Lemer, 1999) dari manajemen aset adalah
sebagai berikut :
Asset management is a methodology to efficiently and equitably allocate
resources amongst valid and competing goals and objectives. (manajemen
aset adalah metodelogi untuk secara efisien dan adil mengalokasikan
sumber daya di antara tujuan dan sasaran yang valid dan bersaing).
(Hidayat Muchtar, 2011: 7-8).
36
Kesimpulan peneliti tentang manajemen aset adalah cara untuk
menggerakkan sebuah organisasi agar tercapainya suatu tujuan organisasi baik
dalam jangka pendek atau jangka panjang dengan cara yang efisien dan tepat
sasaran di dalam penggunaan barang inventaris, pemanfaatan dan pemeliharaan
barang inventaris milik pemerintah daerah sehingga lebih berdaya guna dan
berhasil guna sehingga dapat menambah pendapatan dinas atau instansi terkait.
Manajemen yang baik dan tepat akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja
sebuah dinas/instansi terkait apabila semua itu dilakukan dengan prosedur yang
benar sesuai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Sehingga
apabila dilakukan dengan prosedur yang benar dan sesuai peraturan perundangundangan hal ini sangat diharapkan agar tidak menimbulkan korupsi, kolusi,
nepotisme (KKN) di sebuah dinas/instansi terkait.
2.5
Manajemen atau Pengelolaan Aset
2.5.1
Siklus Pengelolaan Aset Daerah
Pengelolaan aset daerah dikutip dalam (Yusuf,2010:31-36) yang juga
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pada pasal 4 dijelaskan bahwa
pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,
kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan
kepastian nilai. Adapun pengelolaan barang milik daerah meliputi:
1. Perencanaan
(Planning);
meliputi
penentuan
kebutuhan
(requirement) dan penganggarannya (budgetting).
2. Pengadaan (Procurement); meliputi cara pelaksanaannya, standard
barang dan harga atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya.
37
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penyimpanan dan penyaluran (Storage and distribution).
Pengendalian (Controlling).
Pemeliharaan (Maintainance).
Pengamanan (Safety).
Pemanfaatan penggunaan (Utilities).
Penghapusan (Disposal).
Inventarisasi (Inventarization).
Pengelolaan barang milik daerah dalam keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 49/2001 dinyatakan sebagai rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap
barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran,
standarisasi
barang
dan
harga,
pengadaan,
penyimpanan,
penyaluran,
inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan
status hukum serta penatausahaanya.(Doli D. Siregar, 2004:561).
Britton, W.C dan Crofts, M. (1989) mengatakan ”Define good asset
management in terms of measuring the value of properties (asset) in monetary
terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”.
(Doli D. Siregar, 2004:517).
Perkembangan yang terbaru, manajemen aset
bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi
aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.
Dengan persebaran aset secara geografis serta penanganan masing-masing
aset yang spesifik (misalnya diakibatkan oleh perbedaan dalam hal pemanfaatan,
peruntukan yang beragam, serta pola/model pengguna usahaan aset kepada pihak
ke tiga yang beragam pula), maka pengelolaan aset mesti dilakukan dalam suatu
program
uang
yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Program
ini
mesti
menggambarkan komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan apa yang ada
dalam wacana demokrasi saat ini disebut sebagai good corporate governance,
38
dengan mengacu pada asas-asas keterbukaan (transparancy), serta tidak
mengorbankan kepentingan publik (public server). Ini semua akan mendorong
pemerintah daerah untuk benar-benar mengembangkan strategi pembangunan
daerah berdasarkan potensi yang dimiliki. (Doli D. Siregar, 2004:561)
Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi pengelolaan inventaris
barang menurut adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
Pelaksanaan perencanaan kebutuhan dan penganggaran perlu terkoordinasi
dengan baik dengan memperhatikan standarisasi yang telah ditetapkan sesuai
kondisi daerah masing-masing.
Mengenai perencanaan kebutuhan dan penganggaran bukanlah merupakan
suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kegiatan yang tidak
terpisahkan dalam pengelolaan barang milik daerah.
Dalam perencanaan kebutuhan dan penganggaran barang daerah perlu
adanya pemahaman dari seluruh satuan kerja perangkat daerah terhadap tahapan
kegiatan pengelolaan barang milik daerah, sehingga koordinasi dan sinkronisasi
dalam kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik.
b) Pengadaan
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006
tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, menjelaskan bahwa
pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang
39
dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun
oleh penyedia barang/jasa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan
bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang
daerah dan jasa. Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel.
(Mardiasmo, 2004:238) menjelaskan pengadaan barang atau kekayaan
daerah harus dilakukan berdasarkan sistem tender (compulsory competitive
tenderingcontract). Hal tersebut dilakukan supaya pemerintah daerah dan
masyarakat tidak dirugikan .
c) Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran
Penerimaan barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari hasil pengadaan
dan/ atau dari pihak ketiga harus dilengkapi dengan dokumen pengadaan dan
berita acara.Penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah sebagai tindak
lanjut dari penerimaan barang milik daerah baik melalui pengadaan maupun
sumbangan/bantuan/hibah merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.
Dalam pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah
diperlukan ketelitian sehingga kegiatan penyimpanan disesuaikan dengan sifat dan
jenis barang untuk penempatan pada gudang penyimpanan, sedangkan dalam
40
pelaksanaan penyaluran dapat dilakukan sesuai rencana penggunaan untuk
memenuhi kebutuhan dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi.
d) Penggunaan
Penggunaan merupakan penegasan pemakaian barang milik daerah yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas kepada pengguna / kuasa pengguna barang sesuai
tugas pokok dan fungsi yang bersangkutan.
Penetapan status penggunaan barang milik daerah pada satuan kerja
perangkat daerah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. jumlah pegawai satuan kerja perangkat daerah;
b. standar kebutuhan untuk mejalankan tugas pokok dan fungsi;
c. beban tugas dan tanggungjawab;
d. jumlah, jenis, luas, dirinci dengan lengkap termasuk nilainya.
e) Penatausahaan
a. Dalam penatausahaan barang milik daerah dilakukan 3 ( tiga ) kegiatan yang
meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan;
b. Pengguna/kuasa pengguna barang daerah harus melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke dalam daftar barang pengguna dan daftar
kuasa pengguna sesuai dengan penggolongan dan kodefikasi inventaris
barang milik daerah;
c. Dokumen kepemilikan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
disimpan oleh pengelola;dan
41
d. Dokumen kepemilikan selain tanah dan/atau bangunan disimpan oleh
pengguna.
f) Pemanfaatan
Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah
dan/ataubangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada pengelola dapat
didayagunakan secara optimal sehingga tidak membebani Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, khususnya biaya pemeliharaan dan kemungkinan adanya
penyerobotan dari pihak lain yang tidak bertanggung jawab.
Pemanfaatan barang milik daerah yang optimal akan membuka lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menambah/meningkatkan
pendapatan daerah.
Pemanfaatan merupakan pendayagunaan barang milik daerah yang tidak
dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah dalam
bentuk pinjam pakai, sewa, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah, bangun
serah guna dengan tidak merubah status kepemilikan.
Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah, selain
tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat
persetujuan pengelola.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
42
Barang Milik Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah
yang tidak dipergunakan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikian.
Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah berupa :
1. Sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka
waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
2. Pinjam Pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir
diserahkan kembali kepada pengelola.
3. Kerjasama Pemanfaatan yaitu pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah
bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.
4. Bangun Guna Serah yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali
tanah beserta bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya
jangka waktu.
5. Bangun Serah Guna yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut
fasilitasnya,
dan
setelah
selesai
pembangunannya
diserahkan
untuk
43
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati.
(Doli D. Siregar, 2004:520) menyatakan studi optimalisasi aset pemerintah
daerah dapat dilakukan dengan 1. Identifikasi aset-aset pemerintah daerah yang
ada 2. Pengembangan data base aset pemerintah daerah 3. Studi untuk
menentukan pemanfaatan aset dengan nilai terbaik(highest and best use) atas asetaset pemerintah daerah dan memberikan hasil dan laporan kegiatan baik dalam
bentuk
data-data
Pengembangan
terkini
strategi
maupun
optimalisasi
dalam
bentuk
aset-aset
rekomendasi,
milik
pemerintah
dan
4.
daerah.
Optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah dapat dilakukan dengan adanya
perantara investasi guna memasarkan aset-aset pemerintah daerah yang potensial
dan kerjasama dengan investor, membuat dan memadukan dalam MOI
(Memorandum Of Invesment) antar pemerintah daerah dan investor , dan
memberikan jasa konsultasi kepada pemerintah daerah berkenaan dengan
kerjasama dengan investor.
g) Pengamanan dan pemeliharaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pemeliharaan
adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah
selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan
berhasil guna.
44
Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan
barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum.
(Doli D. Siregar, 2004:518) mengatakan legal audit, merupakan suatu ruang
lingkup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal
mengenai prosedur penguasaan atau pengalihan aset seperti status hak penguasaan
yang lemah, aset yang dikuasai pihak lain, pemidahan aset yang tidak termonitor
dan lain-lain.
(Mardiasmo, 2004:241) menyatakan bahwa pengamanan aset daerah
merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan
pengelolaan aset daerah.
h) Penilaian
a. Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka pengamanan dan
penyusunan neraca daerah;
b. Penilaian barang milik daerah berpedoman pada Standar Akutansi
Pemerintah Daerah;
c. Kegiatan penilaian barang milik daerah harus didukung dengan data yang
akurat atas seluruh kepemilikan barang milik daerah yang tercatat dalam
daftar inventarisasi barang milik daerah;
d. Penilaian barang milik daerah selain dipergunakan untuk penyusunan neraca
daerah, juga dapat dipergunakan dalam rangka pencatatan, inventarisasi,
pemanfaatan, pemindah-tanganan dan inventarisasi.
45
i) Penghapusan
Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan penghapusan barang
pengguna/kuasa pengguna dan penghapusan dari Daftar Inventaris Barang Milik
Daerah.Penghapusan tersebut di atas, dengan menerbitkan Keputusan Kepala
Daerah tentang Penghapusan Barang Milik Daerah.Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, penghapusan adalah
tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan
surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan
atau kuasa pengguna dan atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan
fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
(Mardiasmo, 2004:241) menyatakan bahwa penghapusan aset daerah
merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan
pengelolaan aset daerah guna mewujudkan ketertiban administrasi mengenai
kekayaan daerah.
j) Pemindahtanganan
Pemindahtanganan barang milik daerah adalah pengalihan kepemilikan
sebagai tindak lanjut dari penghapusan. Dan digunakan oleh pengguna selanjutnya
untuk berpindah status penggunaannya barang milik daerah.
46
k) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Untuk dapat menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang
milik daerah secara berdayaguna dan berhasil guna, maka fungsi pembinaan,
pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk menjamin tertib administrasi
pengelolaan barang milik daerah.
1) Pembinaan merupakan usaha atau kegiatan melalui pemberian pedoman,
bimbingan, pelatihan, dan supervisi.
2) Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin dan
mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
3) Pengawasan merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas
dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan perundangundangan.
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerah secara berdaya guna dan berhasil guna, maka fungsi pembinaan,
pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk menjamin tertib administrasi
pengelolaan barang milik daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
menjelaskan bahwa pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin
dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sedangkan pengawasan merupakan usaha atau
47
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas dan atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan.
(Mardiasmo, 2004:240-241) menjelaskan bahwa pengawasan yang ketat
perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga penghapusan aset. Dalam hal ini
peran masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta auditor internal
sangat penting. Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpangan dalam
perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah.
l) Tuntutan Ganti Rugi
Dalam rangka pengamanan dan penyelamatan terhadap barang milik
daerah, perlu dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
sanksi terhadap pengelola, pembantu pengelola, pengguna/kuasa pengguna, dan
penyimpan dan/atau pengurus barang berupa Tuntutan Ganti Rugi ( TGR ) yang
karena perbuatannya merugikan daerah.
Penerapan konsep manajemen aset dalam rangka pemberdayaan ekonomi
daerah memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Ruang lingkup tersebut terangkum
dalam
enam
langkah
manajemen
aset
daerah
berikut
ini
(Doli
Siregar,2004:520-524)
1. Identifikasi potensi ekonomi daerah
2. Optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD)
3. Optimalisasi aset pemda
4. Peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan kabupaten/kota
D.
48
5. Penilaian harta kekayaan negara/daerah
6. Pengembangan strategi pemasaran kota
Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah
pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA). Melalui sistem
informasi manajemen aset (SIMA), transparansi kerja dalam pengelolaan aset
sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan
pengendalian yang lemah (Doli D. Siregar, 2004:520).
Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di
bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa
pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah
sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;
2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah
harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi
yang benar;
4. Azas efisiensi,yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar
barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan
yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan secara optimal;
49
5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah
serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Kesimpulan peneliti tentang pengelolaan barang milik daerah yaitu suatu
rangkaian kegiatan dan tindakan di dalam mengelola barang milik daerah yang
diserahkan kepada dinas atau instansi terkait dimana pertanggungjawaban
diberikan penuh kepada dinas atau instansi terkait di dalam mengelola barang
milik daerah sehingga apabila terjadi kerusakan maupun kehilangan barang milik
daerah harus dapat dipertanggungjawabkan oleh dinas/instansi terkait. Di dalam
mengelola barang milik daerah diperlukan pemantauan yang ekstra karena di
dalam mengelola barang milik daerah sangat rentan dari penyalahgunaan
penggunaan wewenang dan tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku. Dimana di dalam mengelola barang milik daerah haruslah
dilaksanakan berdasarkan hukum dan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku sehingga tidak menimbulkan kerugian daerah itu sendiri akibat dari
penyalahgunaan barang milik daerah.
50
2.5.2
Siklus Hidup Aset
Menurut manajemen aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang
belum sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun
di satuan kerja atau instansi. Manajemen aset itu sendiri sebenarnya hanya terdiri
dari 5 (lima) tahapan kerja yang satu sama lainnya saling terkait yaitu:
Gambar 2.3 Siklus Hidup Aset
(Sumber: Doli D. Siregar, 2004:517)
Inventarisasi Aset
Legal Audit
Penilaian Aset
Sistem
Informasi
Manajemen
Aset
Optimalisasi
Pemanfaatan Aset
Pengawasan dan
Pengendalian
1. Inventarisasi Aset
Inventarisasi fisik mencakup : lokasi dan alamat, jenis dan bentuk aset,
luas dan / atau jumlah aset, batas dan petunjuk khusus. Inventarisasi dan sudut
legal : status legal penguasaan atau kepemilikan aset, batasan dan waktu
penguasaan aset, ada atau tidaknya permasalahan legal.
51
Pendataan
Labelisasi
Penilaian Aset
Pengelompokkan
Penilaian Aset
n
Pencatatan
Penilaian Aset
Penilaian Aset
2. Legal Audit
Legal audit merupakan pendalaman lanjut terhadap status penguasaan aset
: sistem dan prosedur penguasaan/ atau pengalihan aset, permasalahan yang
timbul dari penguasaan/ atau pengalihan aset, pengkajian lanjut aspek legal
dimasa datang.
3. Penilaian Aset
Inventarisasi
Legal Audit
Penilaian Aset
Penetapan
Penilaian Aset
Penilaian Aset
nilai
aset
Penilaian Aset
sesuai
hasil
P
administrasi
pencatatan
dan
pengelompokkan aset yang ada. Catatan terhadap aset yang tidak dapat dinilai,
sesuai dengan hasil inventarisasi dan legal audit.
4. Optimalisasi Aset
Mengoptimalisasikan aset sesuai potensi yang ada dan strategi
pengembangan
ekonomi
rasional
maupun
satuan
daerah,
memberikan
rekomendasi dan langkah lanjut aset yang dapat dioptimalisasikan bentuk strategi
dan programnya, aset yang tidak dapat dioptimalisasikan dikaji dan dicarikan
solusi pemecahannya.
52
5. Pengawasan dan Pengendalian
Tujuan utama untuk transportasi dan akuntabilitas pengelolaannya, baik
dilakukan secara manual maupun modern dengan Sistem Informasi Manajemen
Aset (SIMA).
53
2.6
Kerangka Berpikir
Dalam manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan aset tetap
penggunaan kendaraan dinas) terdapat beberapa masalah, diantaranya yaitu :
sumber daya manusia yang belum kompeten di dalam manajemen pengelolaan
aset tetap penggunaan kendaraan dinas, pendataan aset yang masih kurang cermat,
serta lemahnya koordinasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Tangerang pengendalian dan pengawasan di dalam manajemen pengelolaan aset
tetap penggunaan kendaraan dinas.
Sehingga peneliti membuat alur berpikir untuk mempermudah dan
memahami alur berpikir, peneliti menggambarkan kerangka berpikir sebagai
berikut :
54
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA DINAS BINA
MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TANGERANG
(STUDI KASUS MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PENGGUNAAN
KENDARAAN DINAS)
Identifikasi masalah :
1. Sumber daya manusia yang belum kompeten di dalam manajemen
pengelolaanaset tetap penggunaan kendaraan dinas.
2. Pendataan aset yang masih kurang cermat.
3. Lemahnya koordinasi Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang dengan
BPKAD Kabupaten Tangerang pengendalian dan pengawasan di dalam
manajemen pengelolaan aset tetap penggunaan kendaraan dinas.
Doli. D. Siregar (2004:518-520) menjelaskan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Inventarisasi Aset
Legal Audit
Penilaian Aset
Optimalisasi Aset
Pengawasan dan Pengendalian
Tercapaianya Manajemen Pengelolaan Aset Tetap (studi kasus manajemen
pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang yang efisien dan efektif dalam penggunaan
aset.
55
2.7Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti berasumsi bahwa
Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang dengan studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan
kendaraan dinas memiliki beberapa masalah setelah dilakukannya observasi awal
dengan data yang ditemukan di lapangan dimana pengelolaan aset tetap terkait
penggunaan kendaraan dinas
belum sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 dan prosedur yang
berlaku yang telah ditetapkan sehingga peneliti berasumsi bahwa belum
tercapainya penggunaan aset yang efektif dan efisien. Sehingga, perlu dilakukan
penelitian lebih dalam terkait masalah yang ditemukan di lapangan.
2.8
Penelitian Terdahulu
Kajian di dalam penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang diambil dari skripsi yang berjudul “Manajemen Aset Daerah
Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Tana Toraja” Tahun 2013 dengan tujuan untuk
mengetahui pengelolaan aset daerah di Tana Toraja. Dengan fokus penelitian
bagaimana pengelolaan aset daerah khususnya pada barang bergerak di Kabupaten
Tana Toraja.
Hasil
dari
penelitian
Pelaksanaan
Pengadaanaset
daerah
dalam
meningkatkan pengelolaan yangefektif belum berjalan dengan baik. Dikarenakan
56
perencanaan pengadaanbarang tidak sesuai dengan kebutuhan unit kerja dan
ketersediaan danayang terbatas sebagai akibat kurangnya perhatian pimpinan
dalam
mengusulkan
anggaran
dalam
pengadaan
aset
daerah
untuk
mendukungoperasional disetiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Disamping itu,
kurang adanya penyesuaian pelaksanaan pengadaan barang dengan ketentuan
yang berlaku karena pengadaan masih kurang memperhatikan kesesuaianharga
barang, dan pengadaan aset daerah masih cenderung membelidengan penunjukan
langsung, pendistribusian barang yang relative masihkurang merata ke setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Pelaksanaan
inventarisasi
aset
daerah
kurang
memberikan
peningkatanpegelolaan, karenapengklasifikasian barang yang belum optimal
dilakukan,pemeliharaan aset daerah yang kurang dilakukan secara periodik dan
kurangperhatian
pegawai
terhadap
aset
daerah
yang
dipakai
ssetiap
harinya,penghapusan aset daerah dalam meningkatkan pengelolaan yang
efektifrelatif masih kurang baik. Hal ini disebabkan pendataan barang dari
setiapSatuan
Kerja
baik.Pengelolaan
Perangkat
pengawasan
Daerah
aset
(SKPD)
daerah
tidak
masih
berjalan
kurang
dengan
memberikan
kontribusiterhadap peningkatan pengelolaan yang efektif, karena pengawasan
yangdilakukan
belum
sepenuhnya
secara
rutin
dilakukan
secara
langsungdenganmengecek secara langsung dilapangan, sehingga memungkinkan
terjadinyapenyimpangan terhadap pengelolaan aset daerah yang berakibat pada
hilangnya aset daerah, terjadi barang yang rusak ringan maupun berat
danpembelian barang tanpa dilakukan pembukuan.
57
Kajian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu berjudul “Evaluasi
Penatausahaan Aset Tetap Pemerintah Kota Padang” oleh Rasyidah Tahun 2012.
Penelitian ini dilatar belakangi ketidaktertiban dalam pelaksanaan prosedur
penatausahaan aset atau barang milik daerah yang meliputi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah kesulitan
untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset yang
dikelola pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya.
Adanya indikasi belum optimalnya penatausahaan aset atau barang milik daerah,
berpengaruh terhadap keakuratan nilai aset di neraca pemerintah daerah, padahal
keakuratan nilai aset ini sangat mendukung dalam pemberian opini Badan
Pemeriksa Keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat
kesesuaian penatausahaan aset tetap di Pemerintah Kota Padang terhadap
pentausahaan berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Tahun 2007 dan kendala
dalam penatausahaan aset tetap Pemerintah Kota Padang.
Kajian yang dilakukan oleh peneliti sendiri berjudul “Manajemen
Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas)”.
Penelitian yang dilatar belakangi oleh adanya manajemen pengelolaan aset tetap
penggunaan kendaraan dinas yang belum berjalan secara efektif dan efisien.
Dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang pendataan aset
yang masih kurang cermat dengan adanya data yang didapat oleh peneliti seperti
tidak diketahuinya keberadaan dan pengguna kendaraan dinas dikarenakan tidak
dibuatnya berita acara penyerahan pengguna barang. Serta masih adanya aset
58
kendaraan dinas yang masih digunakan oleh pejabat yang sudah pensiun atau alih
tugas dengan tidak dilakukannya penarikan kendaraan dinas dan adanya pengguna
kendaraan dinas yang menggunakan kendaraan dinas lebih dari satu. Penelitian ini
bertujuan untuk tercapaianya manajemen pengelolaan aset tetap (studi kasus
manajemen pengelolaan penggunaan kendaraan dinas) pada Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang efisien dan efektif dalam penggunaan
aset.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan
yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan tepat.
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam
melalui pengumpulan data.
Menurut (Sugiyono, 2012:21) menyatakan bahwa “Metode deskriptif
adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas”.Metode ini merupakan suatu metode atau cara yang dimaksudkan
untuk menjelaskan, manajemen pengelolaan aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang dengan lebih banyak dituangkan kedalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan dan data dokumentasi.
Kecenderungan untuk menggunakan metode penelitian ini, didasarkan pada
pertimbangan bahwa metode ini dianggap sangat relevan dengan materi penulisan
skripsi yang peneliti buat, karena penelitian yang dilakukan hanya bersifat
deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya dari kejadian yang diteliti.
59
1
60
Menurut (Sugiyono, 2012:1) metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Obyek
penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah (natural setting) sehingga metode
penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik.
Bodgan dan Taylor (Moleong, 2007:4) mendefinisikan metode kualitatif
sebagai “Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang di amati”. Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar belakang individu tersebut secara holistic
(utuh). Sedangkan menurut Denzin dan Linclon (Moleong, 2007:5) menyatakan
bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
melibatkan metode yang ada”.
3.2
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
kualitatif menurut (Sugiyono, 2012:61) adalah
peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas,
maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan
61
sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan
pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2012:224). Teknik pengumpulan
data kali ini yang digunakan adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Sebagaimana alat
pengumpulan data ilmu sosial lainnya, maka observasi juga menuntut
kekuasaan keahlian-keahlian tertentu. Tujuan observasi untuk peneliti
adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual,
yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses dan
untuk menyajikan kembali
gambaran-gambaran kehidupan sosial,
kemudian dapat diperoleh cara-cara lain. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan observasi partisipan dan nonpartisipan karena peneliti
mengamati langsung bagaiamana manajemen pengelolaan aset tetap yang
dilakukan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
62
2. Wawancara
Menurut (Moleong, 2010:186) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.
Adapun indikator-indikator yang akan ditanyakan kepada informan
merupakan pengembangan dari teori tersebut, tujuannya untuk memperoleh
data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Hal ini bertujuan agar proses
wawancara dapat berjalan secara mendalam antara peneliti dengan informan
sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini, penelitimelakukan wawancara terstruktur dan tak
terstruktur. Adapun pedoman wawancaranya adalah sebagai berikut :
63
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
No.
DIMENSI
1. Inventarisasi fisik dan yuridis /
legal, meliputi:
- Melakukan pengecekan fisik
- labelisasi
-pencatatan
-status penguasaan
-masalah legal yang dimiliki
-batas akhir penguasaan
2.
Legal Audit (inventarisasi
status penguasaan aset, sistem
dan prosedur atas permasalah
legal), meliputi:
-Status penguasaan aset
-Prosedur kepemilikan aset
-Pemindahtanganan aset yang
tidak termonitor
3.
Penilaian Aset, meliputi:
-Penilaian atas aset yang
dikuasai.
-Informasi penetapan atas
harga bagi aset yang ingin
dijual.
INFORMAN
Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Sekretaris Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Kepala Sub.Bagian umum dan
kepegawaian Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Pengguna Kendaraan Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang
Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Sekretaris Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Penggunaan Kendaraan Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang
Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Sekretaris Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Kepala Sub. Bagian Umum dan
Kepegawaian Kabupaten Tangerang
Pengelola Aset Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah
Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan
Pengaiaran Kabupaten Tangerang
Pengguna Kendaraan Dinas Bina
Marga dan Pengaiaran Kabupaten
Tangerang
64
4.
Optimalisasi Aset
(mengoptimalkan potensi fisik,
lokasi, nilai, jumlah/volume,
legal dan ekonomi yang
dimiliki
aset
tersebut),
meliputi:
-Aset yang memiliki potensi.
-Aset yang tidak memiliki
potensi.
5.
Pengawasan dan Pengendalian
atas
pemanfaatan
dan
pengalihan aset, meliputi:
-Pengembangan
Sistem
Informasi Manajemen Aset
(SIMA).
-Koordinasi Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten
Tangerang dengan Badan
Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Tangerang.
Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Sekretaris Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Penggunaan Kendaraan Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang
Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Sekretaris Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang
Kepala Sub. Bagian Umum dan
Kepegawaian Kabupaten Tangerang
Pengelola Aset Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah
Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan
Pengaiaran Kabupaten Tangerang
Pengguna Kendaraan Dinas Bina
Marga dan Pengaiaran Kabupaten
Tangerang
65
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi bagi peneliti sebagai tanda bukti bahwa peneliti menjalankan
penelitian secara langsung dan sebagai pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen, seperti buku catatan, gambar, rekaman.
Dokumentasi juga merupakan data sekunder untuk melengkapi data primer
yaitu wawancara dan observasi, tanpa adanya data sekunder melalui
dokumentasi, peneliti tidak bisa memperlihatkan situasi sebenernya kepada
para pembaca.
4. Kepustakaan (Library Research)
Dalam penelitian ini kepustakaan meliputi studi literatur dimana data yang
diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca buku, surat kabar, laporan
serta situs internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
3.4
Sumber Data
Pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan
sekunder. Menurut (Sugiyono, 2012:62) sumber data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber data
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen.
66
3.5Informan Penelitian
Penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan
penggunaan kendaraan dinas), penentuan informannya menggunakan teknik
purposif yaitu teknik ini dapat menentukan siapa saja yang menjadi informan
dalam penelitian ini yang mengetahui informasi terkait penelitian.
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang
Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang
Kepala Sub.Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
Pengelola Barang Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang
Pengelola Aset Badan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Tangerang
Penggunaan aset kendaraan dinas
Keterangan
Key Informan
Key Informan
Key Informan
Key Informan
Key Informan
Key Informan
67
3.6
Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2005:73), mengungkapkan
analisis data kualitatif adalah:
“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang paling dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.”
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Proses
analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut
bersifat jenuh. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2007:15), yaitu selama
proses pengumpulan data dilakukan empat kegiatan penting diantaranya
pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display) dan verifikasi (verification).
Penelitian ini mengenai “Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen
pengelolaan penggunaan kendaraan dinas)” , menggunakan teknik analisis data
yang mengacu pada model analisis dari Miles dan Huberman (2007:15) dengan
empat komponen berurutan. Adapun gambar dari proses analisis data Miles dan
Huberman (2007:15) yaitu sebagai berikut:
68
Gambar 3.1
Komponen Analisis Data Miles dan Huberman, 2007
Data
Collectin
g
Data
Reduction
Data
Display
Verification
Proses Analisis Data menurut Miles dan Huberman, 2007
Gambar tersebut dilihaat bahwa dalam prosesnya, kegiatan analisis data
dilakukan secara berurutan melalui empat hal utama yang saling menjalin pada
saat sebelum dan sesudah pengumpulan data. Keempat kegiatan utama tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data (Data Collecting)
Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan informasi atau
data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Satori dan
Komariah (2010:103), pengumpulan data dalam penelitian alamiah
adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang
diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data
69
dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan berbagai
cara.
Dilihat
settingnya,
data
dapat
dikumpulkan
dengan
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
peneliti, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada peneliti.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama dalam proses pengumpulan data dari berbagai sumber,
tentu akan banyak sekali data yang didapatkan peneliti, karena
semakin lamanya peneliti berada di lapangan maka data yang
didapat akan semakin kompleks dan rumit. Maka dari itu jika tidak
segera diolah akan menyulitkan peneliti, oleh sebab itu proses
analisis data pada tahap ini harus dilakukan.Menurut Miles dan
Huberman dalam Denzin, dkk (2007:592), reduksi data dapat
diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transportasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data
berlangsung selama proses pengumpulan data berlangsung. Pada
tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas
dan membuat partisi atau bagian-bagian. Proses transformasi ini
berlanjut terus-menerus sampai laporan akhir penelitian tersusun
lengkap.
70
c. Penyajian Data (Data Display)
Langkah selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah
penyajian data. Miles dan Huberman dalam Denzin, dkk
(2007:592) , mengemukakan secara sederhana penyajian data dapat
diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan, menurut sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya.
d. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah terakhir dalam tahap analisis interaktif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari
permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari
hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik
kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan
dimuka masi bersifat sementara dan akan tersu berubah selama
proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi,
apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang
valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
71
3.7
Pengujian Validitas Data
Menurut (Djam’an Satori, 2010:164) untuk menguji keabsahan dalam penelitian
kualitatif ada empat hal, antara lain:
1. Keterpercayaan (credibility)
Menjelaskan bahwa suatu investigasi dikatakan penelitian apabila
mengandung
karakteristik
objektif
akurat/tepat,
dapat
dibuktikan,
menjelaskan, kenyataan empiris, logis, dan sesuai kondisi nyata.
Untuk menguji kredebilitas, yang diuji ketepatannya adalah
kapasitas
peneliti
dalam
menetapkan dan
melaksanakan
metode
pengumpulan data. Keterpercayaan penelitian kualitatif tidak terletak pada
derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai tetapi terletak
pada kredibilitas.
2. Keteralihan (transferability)
“Bagi peneliti kualitatif, transferabilitas tergantung pada si
pemakai yakni, sampai manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan
dalam konteks situasi tertentu”.
3. Ketergantungan (dependability)
Dependabilitas berkenaan dengan konsistensi dan stabilitas data
atau
temuan.
Dalam
penelitian
kualitatif
digunakan
kriteria
ketergantungan yaitu bahwa suatu penelitian merupakan representasi dari
72
rangkaian kegiatan pencarian data yang dapat ditelusuri jejaknya. Jangan
sampai ada data tetapi tidak dapat ditelusuri cara mendapatkannya dan
orang yang mengungkapkannya. Kalau datanya ada tetapi tidak dilakukan
dilapangan, maka tidak dependable atau diragukan.
4. Kepastian (confrimbility)
Kepastian yaitu bahwa data yang diperoleh dapat dilacak
kebenarannya dan sumber informasinya jelas. Uji kepastian hampir sama
dengan uji depenbilitas.
Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, peneliti pada penelitian ini
menggunakan dua cara, antara lain:
1. Triangulasi
Triangulasi menurut (Sugiyono, 2012:117) diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu.Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa
sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan
dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi.
Triangulasi waktu yaitu melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
73
Dan peneliti menggunakan triangulasi sumber dimana peneliti
melakukan pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa sumber yang
memiliki pengetahuan mengenai penelitian yang peneliti lakukan.
2. Membercheck
Membercheck menurut (Djam’an Satori, 2010:172)adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi
data. Apabila pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan berarti
data tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Akan tetapi menjadi
sebaliknya yaitu tidak valid dan tidak kredibel apabila data justru
meragukan data.
74
3.8
Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian Manajemen Pengelolaan Aset Tetap padaDinas Bina Marga dan
Pengairan
Kabupaten
Tangerang
(studi
kasus
manajemen
pengelolaan
penggunaan kendaraan dinas) dilakukan di Kantor Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang, beralamat di Komplek Perkantoran Lingkup
Dinas Pekerjaan Umum Jl. Pemda II Tigaraksa-Tangerang. Penelitian ini
dilakukan selama satu tahun mulai dari Januari 2014 sampai Agustus 2015.
75
3.9
Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
KEGIATAN
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Juni
Waktu Pelaksanaan
Januari 2014 - Pebruari 2015
Juli Agust Sept Okt Nov
ngajuan/Acc Judul
ngumpulan Data/Observasi Awal
nyusunan Proposal
nsultasi dan Perbaikan Proposal
minar Proposal
visi Proposal
servasi Penelitian
alisa Data Penelitian
nyusunan Hasil Penelitian
dang Skripsi
visi Skripsi
Sumber : Peneliti, 2014
Des
Jan
Peb
M
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Tangerang
Daerah Kabupaten Tangerang terlentang antara 106 o 20’ antara 106o 43’
dan antara 6o 00-6o Lintang Selatan. Bagian terbesar daerah ini merupakan dataran
rendah dengan ketinggian antara 0-50m dari permukaan laut. Permukaan tanah
relativ dengan sedikit kemiringan dengan tempat tertinggi.Dibagian selatan
menurun ke bagian utara sampai pantai laut Jawa yang rata-rata tingkat
kemiringan tanahnya antara 0-80%. Daerah tertinggi mencakup Kecamatan di
bagian selatan yaitu Legok, Cisauk, Pagedangan Curug. Daerah rendah berupa
pantai landai yang terletak di bagian utara, bagian daerah pantai yang meliputi
enam Kecamatan yaitu Mauk, Keronjo, Teluknaga, Kosambi, dan Kresek.
Luas daerah Kabupaten Tangerang terdiri dari atau sekitar 957,79km 2.
Kabupaten Tangerang di sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa, wilayah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, wilayah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang dan di wilayah Timur berbatasan dengan
Kota Tangerang. Kabupaten Tangerang memiliki 29 Kecamatan, 28 Kelurahan
dan 246 Desa. Sebagai daerah sentra industri, keterlibatan penduduk dalam sektor
ekonomi di Kabupaten Tangerang sebagian besar bekerja pada sektor
industri.Selain itu, penduduk Kabupaten Tangerang juga bermatapencaharian
sebagai petani, dan nelayan khususnya di wilayah utara.
76
77
Kabupaten Tangerang yang memiliki luas wilayah 959,6 kilometer
memiliki penduduk sebanyak 2.838.621 Jiwa dengan komposisi jumlah penduduk
laki-laki sebesar 1.454.914 jiwa sedangkan perempuan 1.383.707. Penduduk
Kabupaten Tangerang bersifat Heterogen, terdiri dari empat etnis, Sunda, Jawa,
Betawi, dan Cina. Dua etnis Sunda dan Jawa merupakan penduduk Mayoritas.
4.1.2. Gambaran Umum Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dibentuk dengan
ketetapan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang dan Surat Keputusan
Bupati Tangerang Nomor : 42 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi dari
Tata Kerja Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang, sebagai tindak lanjut
Otonomi Daerah telah membentuk Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang sebagai instansi teknis yang mempunyai tugas pokok perencanaan,
melaksanakan dan mengendalikan Pembangunan, Peningkatan, Pemeliharaan
Jalan, Jembatan dan Pengairan. Dalam Keputusan Bupati Tangerang nomor 35
tahun 2004 juga mengatur tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Bina Marga Kabupaten Tangerang : Merencanakan, Melaksanakan, Mengarahkan,
Mengawasi, dan Mengendalikan di Bidang Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang Sesuai Kebijakan Pemerintah Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas
78
pokok tersebut, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a.
Perencanaan program pembangunan, peningkatan, pemeliharaan
jalan, jembatan dan pengairan.
b.
Pelaksanaan survey pengolahan data penyusunan program evaluasi
dan pemantauan standarisasi.
c.
Pelaksanaan
pengawasan
dan
pengendalian
pembangunan
peningkatan, pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan.
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang merupakan
unsur pelaksana bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerangtugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah
berdasarkan asas Otonomi dan tugas pembantuan di bidang Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang sesuai dengan kewenangan dan Kebijakan
Pemerintah Daerah. Tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang mengacu pada Peraturan Bupati Tangerang Nomor 43
Tahun 2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang mempunyai fungsi:
79
a.
Perencanaan Program pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan,
jembatan dan pengairan;
b.
Pelaksanaan survey, pengolahan data, penyusunan program, evaluasi dan
pemantauan standarisasi;
c.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pembangunan, peningkatan,
pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan.
d.
Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga lain terkait program kerja
dinas;
e.
Pelaksanaan pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
f.
Pelayanan teknis administratif ketatausahaan yang meliputi kepegawaian,
keuangan, urusan umum dan perencanaan;
g.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan program kegiatan dinas.
Visi
Pernyataan visi Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kabupaten Tangerang
sepenuhnya mengacu pada pernyataan visi Pemerintah Kabupaten Tangerang,
yaitu sebagai :
Terwujudnya Pembangunan Infrastruktur Yang
Berkualitas, Berkelanjutan dan Berwawasan
Lingkungan Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi”
80
Pernyataan visi di atas mempunyai makna Mewujudkan Masyarakat
Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan
Lingkungan”. Sejalan dengan arah dan tujuan dari visi tersebut Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten
Tangerang
berupaya
merumuskan
visinya
untuk
mencapai
pembangunan infrastruktur yang berkualitas berwawasan lingkungan di segala
sektor kegiatan.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang menetapkan misi sebagai berikut:
1.
2.
3.
Mewujudkan perencanaan, pembangunan, peningkatan,
pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air yang
berkualitas dan berwawasan lingkungan.
Menetapkan dan memprioritaskan pembangunan pada
ruas-ruas jalan Kabupaten terutama Jalan Strategis dan
Poros Desa, dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta meningkatkan kualitas infrastruktur dalam
proses
pembangunan
yang
lebih
terarah
dan
berkesinambungan.
Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air untuk mendukung penyediaan air bersih,
pertanian,
pengendalian
banjir
dan
infrastruktur
bangunan pantai.
Misi pertama yang menjadi perhatian dan kewajiban Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang menjabarkannya dalam bentuk misi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah ”Mewujudkan Keserasian dan
Keseimbangan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan melalui Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang yang Terstruktur” dan ” Menciptakan
81
Tata Kepemerintahan yang Bersih, Transparan, dan Bertanggungjawab (good
governance)”. Namun dalam penyelenggaraannya, bukan hanya ditangan
pemerintah saja, melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif
segenap anggota masyarakat dan berbagai potensi swasta. Misi kedua
memperlihatkan bahwa tugas utama Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang adalah memelihara dan meningkatkan pembangunan infrastruktur
diwilayah
Kabupaten
Tangerang.
Ungkapan
pernyataan
misi
ketiga
memperlihatkan bahwa pengembangan dan pengelolaan sumber daya air adalah
bukan hanya tanggung jawab dari instansi terkait, melainkan tanggung jawab
bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta.
Struktur organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 43 Tahun 2010
tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
1. Subag Perencanaan
2. Subag Umum dan kepegawaian
3. Subag Keuangan
c. Bidang Perencanaan Teknis
1. Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan
2. Seksi Perencanaan Sumber Daya Air
82
3. Seksi Leger, Standarisasi Dan Dokumentasi.
d. Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan
1. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan
2. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan jembatan
3. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan sumber Daya Air
e. Bidang Pengawasan dan Pengendalian
1. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Jalan dan Jembatan
2. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Air
f. Bidang monitoring dan Evaluasi
1. Seksi Monitoring dan Evaluasi Jalan dan Jembatan
2. Seksi Monitoring dan Evaluasi Sumber Daya Air
g. Unit Pelaksanaan Teknis
1. UPT Laboratorium
2. UPT Peralatan Dan Perbengkelan
3. UPT Jalan dan Jembatan
4. UPT Pengairan
83
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan 2014
84
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang
4.1.3.1 Kepala Dinas
Kepala Dinas bertugas membina, memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas sebagaimana
dimaksud
dalam
tugas
pokok
dan
fungsi
diatas,
memimpin
dan
mengkoordinasikan kegiatan staf, pelaksana dan kelompok jabatan fungsional.
4.1.3.2 Sekretariat
Sekretariat Dinas mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
pembinaan dan koordinasi serta Pengawasan dan Pengendalian Bidang
Perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas.
Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Sekretariat mempunyai
fungsi:
a. Perencanaan dan Pengelolaan Bahan Perumusan Kebijakan
yang berkaitan dengan Perencanaan, Umum dan Kepegawaian
serta Keuangan Dinas.
b. Pelaksanaan Pemberian Fasilitas dan Dukungan Pelayanan
Teknis Administrasi dilingkungan Dinas.
c. Pelaksanaan
Penyusunan
Program
Kegiatan
bidang
perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas.
85
d. Pelaksanaan Pengelolaan surat menyurat, tata naskah dinas
Kearsipan, Perlengkapan, Rumah Tangga dan Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana Dinas.
e. Pelaksanaan Tertib administrasi Pengelolaan Investarisasi
Barang, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Perlengkapan dan
Aset Dinas.
f. Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi dan Penatausahaan
Keuangan.
g. Pelaksanaan dan Pembinaan Organisasi dan Tatalaksana
dilingkup Dinas.
h. Pelaksanaan Koordinasi dengan Instansi/lembaga lainnya
terkait Kegiatan Dinas.
i. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan
dinas.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang
tugasnya.
a. Sub. Bagian Perencanaan Umum
Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
melaksanakan pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan
Pengendalian Kegiatan Dinas meliputi Inventarisasi dan Identifikasi data,
Perumusan dan Penyusunan Program dan evaluasi Kegiatan Dinas.
86
b. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai Tugas merencanakan,
melaksanakan Pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan
Pengendalian Kegiatan Bidang Umum dan Kepegawaian meliputi
Inventarisasi dan identifikasi Data, Perumusan dan Penyusunan Program
Pengendalian surat menyurat, Kearsipan, Urusan Rumah Tangga dan
Perlengkapan, Penyusunan Rencana Kebutuhan serta
Pengelolaan
Administrasi Kepegawaian dan evaluasi Kegiatan Dinas.
c. Sub. Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai Tugas Merencanakan, Melaksanakan
Pembinaan
dan
Koordinasi
serta
Pengawasan
dan
Pengendalian
Penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja Dinas, Pembukuan,
perhitungan Anggaran dan verifikasi serta Pengurusan Keuangan Dinas.
4.1.3.3 Bidang Perencanaan Teknis
Bidang Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi program bidang perencanaan jalan, jembatan dan
SDA.Untuk
Melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud
diatas
bidang
perencanaan mempunyai fungsi:
a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program
bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan, perencanaan
87
peningkatan jalan, jembatan, dan sumber daya air, analisis dan penentuan
pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian
kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan
pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber
daya air, leger standarisasi dan dokumetansi.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program
bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan, analisis dan penentuan
pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian
kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan
pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber
daya air, leger standarisasi dan dokumetansi.
c. Pelaksanaan kegiatan program perencanaan teknis jalan dan jembatan,
perencanaan peningkatan jalan, jembatan sumber daya air, analisis dan
penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain,
penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan,
penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan,
jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan dokumetansi.
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program
perencanaan teknis jalan dan jembatan perencanaan peningkatan jalan,
jembatan sumber daya air, analisis dan penentuan pengembangan
jaringan jalan, jembatan dan sumber daya lain, penilaian kinerja
pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi kelayakan, penelitian dan
88
pendataan lapangan serta perencanaan teknis jalan dan jembatan,
standarisasi dan leger.
e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas.
a. Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan
Seksi
Perencanaan
Jalan
mempunyai
tugas
merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan Jalan
dan jembatan
b. Seksi Perencanaan Sumber Daya Air
Seksi
Perencanaan Jembatan mempunyai
tugas
merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan SDA
c. Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi
Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi mempunyai tugas,
melaksanakan
pembinaan,
koordinasi
serta
pengawasan
dan
pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan
jalan, jembatan dan sumber daya air;
4.1.3.4 Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan;
Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan
pembinaan
dan
pemeliharaan jalan dan jembatan.
koordinasi
program
pembangunan
dan
89
Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang
pembangunan dan pemeliharaan mempunyai fungsi:
a.
Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program
bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan.
b.
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program
bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan.
c.
Pelaksanaan kegiatan program bimbingan teknis pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang
perencanaan.
d.
Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan.
e.
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan
dinas.
90
a.Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan
Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan
mempunyai tugas
pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan
jalan.
b. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan
Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan mempunyai tugas
pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan
jembatan
c. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan SDA mempunyai tugas
pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan
SDA.
4.1.3.5 Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pengendalian Perencanaan, Pembangunan dan Pemeliharaan
Jalan dan Jembatan.
Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang
pengawasan dan pengendalian mempunyai fungsi:
a.
Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program dan
petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan
dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan
91
pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan,
pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai
input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina
Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan
sumber daya air.
b.
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program dan
petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan
dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan
pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan,
pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai
input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina
Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan
sumber daya air.
c.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan,
pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air,
perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan,
penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air
sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta
Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan
sumber daya air.
d.
Pelaksanaan
koordinasi
pengawasan
dan
dengan
pemeliharaan
instansi/lembaga
perencanaan,
lainnya
pembangunan
terkait
dan
pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan
92
ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin
kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan
dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air.
e.
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas.
a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Jalan dan Jembatan
Seksi Pengawasan dan Pengendalian Jalan mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian
kegiatan
perencanaan,
pembangunan
dan
pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA
Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian
kegiatan
perencanaan,
pembangunan
dan
pemeliharaan SDA
4.1.3.6 Bidang Monitoring Dan Evaluasi
Bidang Monitoring Dan Evaluasi mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pengawasan dan evaluasi perencanaan, pembangunan/pemeliharaan
dan pemanfaatan.
93
Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang
monitoring dan evaluasi mempunyai fungsi:
a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan program dan
petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan
dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan
pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan,
pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai
input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina
Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan
sumber daya air.
b.
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data program dan
petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan perencanaan, pembangunan
dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan
pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan,
pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai
input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina
Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan
sumber daya air.
c.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan,
pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air,
perijinan pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan,
penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air
sebagai input perencanaan, penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta
94
Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan
sumber daya air.
d.
Pelaksanaan
koordinasi
pengawasan
dan
dengan
pemeliharaan
instansi/lembaga
perencanaan,
lainnya
terkait
pembangunan
dan
pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan
ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin
kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan
dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air.
e.
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan dinas.
a. Seksi Monitoring Dan Evaluasi Jalan Dan Jembatan
Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Jalan dan Jembatan
mempunyai tugas memonitoring, mengevaluasi serta melaporkan
hasil Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
b. Seksi Monitoring Dan Evaluasi SDA
Seksi
Monitoring
Dan
Evaluasi
SDA
mempunyai
tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan
monitoring dan evaluasi Sumber Daya Air.
95
4.1.3.7 Unit Pelaksanaan Teknis
UPT dibentuk berdasarkan kreteria adanya pekerjaan yang bersifat teknis,
operasional dan pemeliharaan tertentu karena wilayah kerja dan bersifat darurat.
4.1.4 Sumber daya Dinas Bina Marga dan Pengairan
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu
institusi/organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan
berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola
dan diurus oleh manusia.Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua
kegiatan institusi. Kondisi institusi akan sangat dipengaruhi dan tergantung pada
kualitas serta kemampuan kompetitif sumber daya manusia yang dimilikinya.
Pegawai Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
berjumlah 474 orang, terdiri dari 174 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 300
orang Pegawai Tidak Tetap (PTT). Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan
pangkat dan golongan dapat digambarkan sebagaimana gambar dibawah ini.
NO
1
2
URAIAN
GOLONGAN
PENDIDIKAN
JUMLAH PEGAWAI (ORG)
I
5
II
92
III
73
IV
4
SD
13
96
SLTP
13
SLTA 87
TOTAL PEGAWAI
D3
7
S1
4
S2
12
S3
174
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
4.1.5 Sarana dan Prasarana
Perlengkapan kantor merupakan sarana penunjang kinerja pegawai yang
cukup penting untuk dipenuhi karena terkait dengan aktivitas dan mobilitas kerja
dinas. Saat ini, jumlah perlengkapan Dinas Bina Marga dan Pengairan saat
menjadi salah satu kendala yang harus diperhatikan.
97
4.2. Informan Penelitian
Penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan
penggunaan kendaraan dinas) ini, dalam pemilihan informan penelitiannya
menggunakan teknik purposive. Teknik purposive yaitu pengambilan sumber data
dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan peneliti merupakan
orang yang mengetahui dan berkompeten tentang fokus yang dilakukan dalam
penelitian sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang
diharapkan. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan merupakan orangorang yang menurut peneliti memiliki informasi yang relevan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, karena informan yang ditentukan oleh peneliti ini merupakan
orang yang berkaitan langsung dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti.
Adapun informan dalam penelitian ini diantaranya, adalah:
1) Ir. H. Ilham Chair, M.M.(I1-1), Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang.
2) Drs. H. Ade Zaenal Mutaqqin, M.M. (I1-2), Sekretaris Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
3) Benny Purwana, S.H. (I1-3), Kepala Sub. Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
4) Sutono, S.H. (I2-5), Pengelola Aset Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Tangerang.
5) Nana Suryana (I1-6), Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang.
98
6) Robet Junaedi (I1-7), Pengguna Kendaraan Dinas Roda Dua Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
7) Ir. Much. Solehhudin, M.Si (I1-8), Pengguna Kendaraan Dinas Roda
Empat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
8) Zulfikri Kurniawan (I1-9), Pengguna Kendaraan Dinas Roda Dua Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
4.3. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari
Doli D. Siregar (2004:518-520). Teori tersebut menjelaskan bahwa ada lima point
penting di dalam melakukan manajemen pengelolaan aset, yaitu inventarisasi aset,
legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, pengawasan dan pengendalian.
Metode penelitian yang digunakan di dalam melakukan penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat
deskriptif berbentuk kata maupun kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi
lapangan dan juga dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan proses analisis data yang telah dikembangkan oleh Miles dan
Huberman yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan dengan empat
komponen penting, diantaranya yaitu pengmpulan data (data collecting), reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan
(verification). Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data yang
merupakan proses mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan dalam
penelitian. Kegiatan kedua yaitu merduksi, yaitu merangkum, memilih hal-hal
99
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Untuk mempermudah peneliti dalam mereduksi datanya peneliti memberikan
kode pada aspek tertentu, yaitu:
1) Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan.
2) I1,2,3 dan seterusnya manandakan urutan informan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display),
dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat atau teks naratif, bagan, matriks, hubungan antar kategori, network,
flowchart dan sejenisnya. Namun dalam penelitian ini, Peneliti menyajikan data
dalam bentuk teks narasi. Selanjutnya
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dari
hasil proses wawancara, observasi maupun data-data dari dokumen-dokumen
yang diperoleh selama melakukan penelitian. Analisis data yang dilakukan secara
kualitatif dilakukan secara terus-menerus dari sejak data awal dikumpulkan
sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memperdalam analisis peneliti dalam
penelitian Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan
Kabupaten
Tangerang
(studi
kasus
manajemen
pengelolaan
penggunaan kendaraan dinas) terkait dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian ini, Peneliti selanjutnya menggunakan dengan melihat kepada prosesproses teori menurut Doli D. Siregar (2004:518-520) manajemen pengelolaan
aset, yaitu inventarisasi aset,
pengawasan dan pengendalian.
legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset,
100
1. Inventarisasi Aset
Pengelolaan barang milik daerahyang dikelola dengan baik tentunya akan
memudahkan penatausahaan aset daerah dan merupakan sumber daya penting
bagi pemerintah daerah. Dalam hal pengelolaan aset, pemerintah daerah harus
menggunakan perimbangan aspek perencanaan kebutuhan, penganggaran,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan
dan
penyaluran,
penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu
memberikan kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang bersangkutan.
Inventarisasi merupakan jantung bagi sebuah instansi pemerintahan di
dalam pengelolaan aset. Inventarisasi merupakan kegiatan untuk melakukan
pengecekan antara data administratif barang milik daerah dengan kondisi fisik
barang milik daerah yang bersangkutan. Inventarisasi dimaksudkan untuk
mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi barang yang sebenarnya, yang dikuasai
pengguna barang maupun kuasa pengguna barang atas suatu obyek barang.
Inventarisasi aset yang memadai merupakan bagian integral manajemen aset yang
efektif. Daftar inventarisasi aset merupakan dasar dari sistem informasi
manajemen aset daerah dan harus berisi data-data yang relevan yang dibutuhkan
untuk pelaporan keuangan.Salah satunya aset tetap penggunaan kendaraan dinas
merupakan aset yang perlu dilakukan upaya inventarisasi guna mendapatkan
tingkat keyakinan yang memadai atas keberadaan aset tersebut dan juga
101
kelengkapannya dari sisi legal aspek yang mencakup status penguasaan, masalah
legal yang dimiliki, hingga batas akhir penguasaan.
Apabila inventarisasi tidak dilakukan maka pengelola aset tidak dapat
mengetahui jumlah dan nilai yang sebenarnya. Inventarisasi aset terdiri dari dua
aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk,
luas, lokasi, volume atau jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek
yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi / labeling, pengelompokkan dan pembukuan atau administrasi sesuai
dengan tujuan manajemen aset. (Doli D. Siregar, 2004:518). Namun, sejauh ini
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum melakukan
inventarisasi ulang hanya melihat data yang ada saja, tanpa mengetahui kualitas
dan kuantitas fisik kendaraan yang sebenarnya sehingga banyak aset kendaraan
dinas yang tidak diketahui keberadaannya ujar informan.
Dimana awal dari inventarisasi aset adalah sebuah perencanaan yang baik
berdasarkan sebuah analisis yang tepat dalam penggunaannya. Perencanaan
adalah sebuah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan
menemukan cakupan pencapaiannya. Merencanakan berarti mengupayakan
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lain untuk mencapai
tujuan. Data inventarisasi aset daerah yang lengkap, tepat dan benar merupakan
data baseyang sangat menunjang perencanaan dan penyusunan anggaran dalam
hal pengadaan barang dan jasa serta permintaan biaya pemeliharaan. Selain itu,
data tersebut digunakan sebagai bahan atau data dalam meningkatkan penerimaan
102
daerah baik penerimaan pajak maupun penerimaan daerah bukan pajak sebagai
informasi bagi aparatur pengawas dalam rangka pelaksanaan pengawasan
terhadap kekayaan daerah (Arifin, Setiadi dan Setiawan, 2003:17-18)
Perencanaan Barang Milik Daerah memang sangat penting dilakukan.
Dimana perencanaan ini dibuat agar efektifitas dan efisiensi dapat tercapai agar
kebutuhan yang telah direncanakan tepat sasaran penggunaannya. Namun pada
praktiknya, sebuah perencanaan yang dibuat memang berdasarkan kebutuhan
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang tetapi di dalam praktik
penggunaannya tidak tepat sasaran artinya penggunaan kendaraan dinas banyak
digunakan oleh pengguna yang notabennya dekat dengan pimpinan.
Seperti
pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-17) yang mengungkapkan:
“Adanya kedekatan dengan pimpinan contoh si x saja pelaksana bisa
menggunakan kendaraan roda empat karena dekat dengan
pimpinan.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas, pada
tanggal 02 Pebruari 2015 pada jam 13.30 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Ditambahkan oleh informan (I-16) yang mengungkapkan:
“Sebenarnya yang diperbolehkan menggunakan kendaraan dinas roda
empat itu hanya kepala dinas saja menurut peraturannya tetapi disini mah
engga pernah sesuai semua bisa menggunakan kendaraan dinas
jangankan pejabat pelaksana saja mendapatkan jatah menggunakan
fasilitas barang milik daerah bahkan masih CPNS bahkan yang magang
saja ada yang menggunakan kendaraan dinas padahal tidak memiliki hak
karena jika terjadi kehilangan atau kerusakan pertanggungjawabannya
juga meragukan.” (Hasil wawancara dengan Pengelola Aset, pada tanggal
12 Januari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang).
Selain
itu,
informan
juga
mengungkapkan
bahwa
untuk
dapat
menggunakan kendaraan dinas pengguna harus mampu membayar sebuah uang
mahar yang ditetapkan artinya walaupun pengguna sudah menggunakan
103
kendaraan dinas jika mereka mampu membayar mahar yang ditetapkan itu bisa
untuk dapat menggunakan kendaraan dinas lebih dari satu.
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan tersebut untuk dapat
menggunakan sebuah Barang Inventaris Milik Daerah pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang bukan karena kebutuhan pegawai tetapi harus
disertai mahar untuk dapat menggunakan kendaraan dinas tersebut.
Pada
kenyataannya, sarana dan prasarana diadakan berdasarkan keinginan subjektif
data yang mengusulkan, bukan berdasarkan analisis kebutuhan organisasi.
Apalagi dalam menyediakan sarana dan prasarana “politik mercusuar” munculah
permasalahan baru terutama tidak akan tercapaianya efisiensi dan efektifitas
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang.
Adapun pengelolaan aset tetap terkait penggunaan kendaraan dinas sudah
diatur di dalam Peraturan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah “Barang Milik Daerah dapat ditetapkan status
penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah, untuk dioperasikan pihak lain dalam rangka menjalankan
pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
yang bersangkutan”, yang mana peraturan tersebut menjadi dasar hukum untuk
Pemerintah
Kabupaten
Tangerang
dalam
menetapkan
peraturan
terkait
manajemen pengelolaan aset tetap yaitu pada Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
“Barang
Milik
Daerah
dapat
ditetapkan
status
penggunaannya
untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, untuk
104
dioperasikan pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas
pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan”.
Selain itu ditemukan data yang diberikan oleh informan pengelola aset
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang berkaitan dengan
pendataan kendaraan dinas yang tercatat di buku inventaris namun bukti fisiknya
banyak yang tidak ada, atau sebalikanya yang tidak diketahui keberadaannya
dikarenakan alasannya belum dilakukan pengecekan secara fisik ke lapangan.
Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-16):
“Belum pernah dilakukan pengecekan fisik, jadi data itu saja yang dilihat
sehingga tidak diketahui bentuk fisiknya.”(Hasil wawancara dengan
Pengelola Aset, pada tanggal 02 Pebruari 2015 pada jam 14.00 WIB di
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Ditambahkan oleh informan (I-13) mengungkapkan:
“Pengecekan hanya dilakukan pada awal pengadaan saja untuk
selanjutnya belum pernah dilakukan.”(Hasil wawancara dengan Kasubag
Umum dan Kepegawaian, pada tanggal 02 Maret 2015 pada jam 10.30
WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Dapat disimpulkan dari data yang peneliti dapatkan di lapangan data yang
disajikan belum dicatat secara lengkap dan belum mampu memberikan informasi
yang akurat. Kendaraan dinas yang berada pada pengguna barang dan atau kuasa
pengguna barang harus dapat diketahui secara pasti kualitas dan kuantitasnya.
inventarisasi yang ditujukan untuk memberikan kepastian hukum atas aset-aset
yang diperoleh dari beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Kondisi ini jelas berpengaruh pada
keakuratan nilai aset di neraca pemerintah daerah. Dalam menyajikan Laporan
105
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), segala sesuatu yang terkait dengan
pencatatan aktiva di neraca harus disertai oleh laporan fisik atas aset tersebut, hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah melakukan dilakukannya penelusuran
terhadap aset-aset yang telah disajikan di dalam neraca.
Data yang diperoleh peneliti dari Pengelola Aset adanya perbedaan jumlah
antara data
kendaraan di Kartu Inventaris Gabungan Sistem Informasi
Manajemen Aset Daerah (SIMDA) dengan data kendaraan yang dimiliki oleh
pengelola aset secara manual yang dilaporkan kepada kuasa pengguna dapat
disimpulkan bahwa ada pengadaan kendaraan yang tidak tercatat di dalam Sistem
Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA).
Berikut data yang diperoleh
langsung dari pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang:
Tabel 4.1
Data Pengguna Kendaraan Dinas
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
No
1.
2.
3.
4.
5.
Uraian
Tidak diketahui penggunanya/keberadaannya
Tidak dibuatkan BA
Masih dipegang pejabat
Dipakai oleh tenaga magang
Pengguna ganda
Jumlah
Jumlah
53
100
5
5
3
166
Sumber : Pengelola Aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang 2015
Sesuai dengan prosedur yang berlaku dimana setiap bentuk pengadaan
barang termasuk kendaraan wajib dilaporkan kepada Bagian Umum dan
106
Kepegawaian, selanjutnya melalui pengelola aset pengadaan tersebut akan dicatat
sebagai barang masuk yang diterima. Kemudian, berdasarkan surat bukti serah
terima antara pengelola aset dengan kepala bagian yang melakukan pengadaan
dibuatlah surat penunjukan penggunaan kendaraan. Dalam surat penunjukan
tersebut telah tercantum ketentuan-ketentuan yang mengikat pengguna selama
menggunakan kendaraan dinas. Selain surat penunjukan, pengelola aset juga
mencatat pendistribusian kendaraan tersebut melalui surat bukti barang keluar.
Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan (I-19), mengungkapkan:
“Setiap pengadaan kendaraan itu turun dari pihak ketiga untuk para
pejabat langsung membawanya pulang bahkan plat pun belum terpasang
karena biasanya takut diambil sama yang lain jatahnya, sehingga
terkadang
tidak
dilakukan
penandatanganan
berita
acara
pengguna.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas, pada
tanggal 13 April 2015 pada jam 08.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Kesimpulannya tidak diikuti prosedur tersebut sehingga di dalam
melakukan pendistribusikan kendaraan dilakukan tanpa sesuai prosedur yang
berlaku. Hal semacam inilah yang kemudian mengakibatkan banyaknya barang
yang tidak tercatat dan menyulitkan terciptanya tertib administrasi yang baik.
Sehingga, secara riil kendaraan yang dimaksud ada, namun secara administrasi
tidak tercatat. Karena tidak tercatat, maka tidak diketahui keberadaan kendaraan
tersebut. oleh karena itu sangat dimungkinkan bahwa pengajuan kebutuhan
terhadap kendaraan dinas terus dilakukan yang pada akhirnya akan membebani
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Untuk menandakan kendaraan dinas tersebut milik Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang dikelola oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
107
Tangerang dilakukan penandaan atau biasa disebut labelling atau pemasangan
tanda
kepemilikan
pada
kendaraan
dinas
menurut
informan
(I-16),
mengungkapkan:
“Proses labelling sudah dilakukan di awal pembelian dan pada saat itu
dilakukan pengecekan dengan pemasangan tanda kepemilikan tetapi pada
praktiknya banyak pejabat esselon IV yang mengganti plat nomor
kendaraan tersebut dengan menggunakan plat hitam maupun plat kode
nomor rahasia.Hal demikian terjadi pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang karena sudah menjadi budaya kerja
seharusnya hal ini tidak diperbolehkan karena sudah menyalahi peraturan
perundang-undangan.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset, pada
tanggal 02 Pebruari 2015 pada jam 14.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Ketika dikonfirmasi kepada pengelola aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Tangerang informan (I2-1), mengungkapkan bahwa :
“Memang diperbolehkan untuk menggunakan plat nomor rahasia tetapi
hanya untuk esselon III, selain itu tidak diperbolehkan.”
(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset BPKAD, pada tanggal 01 Juni
2015 pada jam 14.00 WIB di BPKAD Kabupaten Tangerang).
Kesimpulannya, pada praktiknya pemasangan plat nomor kendaraan
rahasia ditemukan banyak dilakukan oleh pejabat eselon 4 tanpa diketahui alasan
pasti dan tidak melaporkan kepada pengelola aset sehingga sulit nantinya untuk
dilakukan
pendataan.
Menurut
informan
banyak
kendaraan
yang
plat
kendaraannya tidak sesuai prosedur dikarenakan ketika pengadaan kendaraan
dinas, plat kendaraan belum turun mereka sudah membawa kendaraan tersebut
pulang ke rumah dikarenakan takut ada yang mengambil jatah penggunaan
kendaraan dinas tersebut.
108
Tanda pemasangan kepemilikan dipasang untuk memudahkan proses
inventarisasi harus dilakukan pemasangan tanda kepemilikan hal ini juga
dilakukan agar terhindar dari penyerobotan aset kendaraan dinas karena beberapa
pejabat ada yang membawa pulang kendaraan sebelum dilakukan pencatatan serta
pemasangan tanda kepemilikan kendaraan tersebut. Ini beberapa gambar
kendaraan yang plat kendaraannya dirubah:
Gambar 4.2
Kendaraan dinas yang diganti plat nomornya
Sumber : Peneliti 2015
109
110
Gambar 4.3
Kendaraan dinas yang diganti plat nomornya
Sumber : Peneliti 2015
Untuk melaksanakan yang menjadi kewenangan pengelola aset adalah
inventarisasi aset dimana proses kerja inventarisasi aset yang dilakukan adalah
perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan pencatatan data dan
pelaporan barang milik daerah dalam unit pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi
disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat
kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan
mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka:
1) Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap
barang;
111
2) usaha untuk menggunakan memanfaatkan setiap barang secara
maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing; dan
3) menunjang pelaksanaan tugas Pemerintah.
Agar Buku Inventaris dimaksud dapat digunakan sesuai fungsi dan
perannya, maka pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan,
berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan
informasi yang tepat. Seperti pernyataan informan (I-13), mengungkapkan:
“Untuk laporan semesteran aset saya menerima laporannya tetapi untuk
kendaraan dinas saya jarang melihat laporannya karena kan aset dinas
banyak jadi tidak terpantau untuk hal yang satu ini.” (Hasil wawancara
dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian, pada tanggal tanggal 02 Maret
2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang).
Ketika ditanyakan kepada pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang mengenai Buku inventaris yang dimiliki oleh Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum berkelanjutan dikarenakan
pengelola aset yang berganti-ganti dan masih lemahnya pengetahuan sumber daya
manusia mengenai pengelolaan aset menyebabkan buku inventaris yang
seharusnya menjadi bahan laporan ini tidak dilakukan ujar informan pengelola
aset. Sehingga Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang sering
terlambat melakukan pelaporan aset bahkan pernah tidak disampaiakannya
laporan semester aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
yang seharusnya dilakukan setiap triwulan bahkan satu periode kepada Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang.Bahkan, untuk tahun
2014 pengelola aset tidak membuat laporan semseteran karena tidak adanya
112
laporan pengguna kepada pengelola aset ujar informan pengelola aset Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang.
Peneliti memperoleh data dari salah seorang informan mengenai daftar
barang inventaris tanpa dokumen aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang. Ketika dikonfirmasikan data tersebut kepada informan (I21), mengungkapkan:
“Bahwa data inventaris tanpa dokumen milik Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang, bahwa ketika pengadaan tidak dalam
penyerahan yang baik artinya penyerahan tidak dengan BPKBnya untuk
kendaraan dinas, entah kenapa bisa terjadi seperti itu.” (Hasil wawancara
dengan pengelola BPKAD, pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 14.00
WIB di kantor BPKAD Kabupaten Tangerang).”
Disimpulkan oleh peneliti bahwa pengelola aset tidak menginvetarisir aset
tetap penggunaan kendaraan dinas dengan secara baik. Karena, ada beberapa
barang inventaris yang ditemukan tidak dalam penyerahan secara lengkap beserta
dokumen baik dari pihak ketiga kepada pengelola aset maupun dari pengelola aset
kepada pengguna barang.Ketika peneliti menanyakan hal mengenai daftar
inventaris barang tanpa dokumen informan mengatakan bahwa daftar inventaris
dokumen tersebut tidak adanya BPKB artinya tidak ada kejelasan status
kepemilikan aset. Berkaitan dengan inventarisasi aset penggunaan kendaran dinas
bahwa pencatatan yang rapih dan tertib administrasi dapat memberikan dampak
yang baik di dalam melakukan inventarisasi aset. Karena dengan pencatatan yang
lengkap dan akurat serta berkelanjutan dapat memberikan informasi yang tepat
mengenai penggunaan aset kendaraan dinas tersebut sehingga pengelola tidak
kehilangan rekam jejak sampai saat ini menjadi permasalahan bagi Dinas Bina
113
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yang penyelesaiaannya belum dapat
diselesaikan. Karena sifatnya manusia adalah khilaf dan dosa sehingga pencatatan
mengenai siapa yang menggunakan kendaraan dinas tersebut tidak dapat
diketahui. Dikarenakan, penggunaan kendaraan dinas rentan dari penyerobotan
dan penyelewengan oleh orang yang menggunakan kendaraan tersebut.
Inventarisasi ini terkait erat dengan masalah identitas aset dan bisa
bermuara pada munculnya masalah kedua, yakni legalisasi sebagai lingkup kerja
pengelolaan aset di daerah sering menjadi masalah yang sulit dipecahkan.
Pelaksanaan inventarisasi status penguasaan aset daerah serta sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset selalu terbentur oleh berbagai ketidaksesuaian
data yang tersaji dan kenyataan di lapangan. Dapat disimpulkan inventarisasi aset
belum dapat berjalan dengan baik dikarenakan masih ada aset kendaraan dinas
yang tidak diketahui keberadaannya baik kondisi fisik secara kualitas maupun
kuantitas. Pelaksanaan inventarisasi aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Adanya
ketidaktertiban administrasi di dalam pengendalian inventarisasi aset. Dimana
inventarisasi aset ini merupakan “jantung” di dalam siklus pengelolaan aset.
Kondisi ini jelas menyebabkan pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti
pengguna dan jumlah aset yang dimiliki.
114
2. Legal Audit
Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan aset, sistem
dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas
permasalahan legal, strategi untuk memecahkan permasalahan legal yang terkait
dengan penguasaan atau pun pengalihan aset. (Doli. D. Siregar, 2004:518).
Terkait masalah legal yang dimiliki sudah pasti berkaitan dengan bukti
kepemilikan kendaraan dinas itu milik pemerintah kabupaten tangerang baik itu
bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) maupun surat tanda nomor
kendaraan bermotor (STNK) dimana bukti kepemilikan kendaraan bermotor
(BPKB) dipegang oleh pengelola aset dan diserahkan kepada Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang ketentuan ini sudah dilakukan
sebagaimana mestinya, namun pengelola aset tidak memiliki foto copy asli bukti
kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) dan surat tanda nomor kendaraan
bermotor (STNK) tidak sesuai dengan jumlah kendaraan yang ada dimana jumlah
kendaraan baik mobil maupun motor yang ada berjumlah 129 unit kendaraan
sedangkan arsip foto copy surat tanda nomor kendaraan hanya berjumlah 25 tidak
sesuai dengan jumlah kedaraan yang berada di dalam KIB B sehingga sulit
melakukan pendataan ketika terjadi penyalahgunaan aset dimana untuk surat tanda
nomor kendaraan bermotor dipegang oleh pengguna kendaraan Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh
informan (I-13), mengungkapkan bahwa:
“kami pernah melakukan pendataan pengecekan surat tanda nomor
kendaraan bermotor (STNK) sebagai syarat pengambilan kupon bahan
115
bakar minyak untuk pengguna kendaraan dinas, tetapi saat syarat tersebut
diinformasikan keseluruh bidang maupun unit pelaksana teknis perangkat
daerah (UPTD) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
yang tersebar di seluruh kabupaten tidak ada yang datang untuk
mengambil kupon tersebut entah kenapa padahal saya cuma menyuruh
untuk datang dengan membawa foto copy surat tanda nomor kendaraan
bermotornya saja bukan membawa kendaraannya hanya untuk
mengetahui siapa yang menggunakan sehingga keberadaan kendaraan
tersebut dapat diketahui penggunanya dan cara ini tidak berhasil.” (Hasil
wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian pada tanggal
tanggal 02 Maret 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Pernyataan yang sama pun diungkapkan oleh informan (I-16) ,
mengungkapkan hal yang sama:
“Pernah dilakukan pengecekan STNK tetapi tidak ada yang datang sau
pun untuk mengambil kupon BBM, padahal hanya foto copyan STNKnya
saja bukan bentuk fisik kendaraannnya.(Hasil wawancara dengan
Pengelola Aset pada tanggal tanggal 03 Pebruari 2015 pada jam 13.00
WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan tersebut bahwa cara satusatunya untuk dapat mengetahui bukti kepemilikan surat tanda nomor kendaraan
tersebut milik Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dikelola oleh Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yaitu dengan cara menjemput bola
artinya pihak pengelola aset dan kasubag umum dan kepegawaian harus aktif
dalam menyelesaikan masalah ini. sehingga, dapat mengetahui masalah apa yang
berada di lapangan dengan melihat langsung kondisi fisik kendaraan tersebut.
sehingga, dapat diketahui apakah kendaraan tersebut hilang, digade, dijual atau
rusak. Karena apabila hal tersebut terjadi pengguna wajib untuk melakukan
tuntutan ganti rugi karena melalaikan tanggungjawab di dalam penggunaan
116
kendaraan dinas milik daerah. Karena jika tidak diselesaikan terkait masalah ini
akan menimbulkan masalah lain yang terus berlarut dan menimbulkan kerugian
bagi keuangan pemerintah daerah itu sendiri. Dimana aset tetap penggunaan
kendaraan sangat besar anggaran yang dikeluarkan ketika dimulai dari pembelian
bahkan pemeliharaan kendaraan tersebut dan menimbulkan pemborosan bagi
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang seharusnya anggaran ini biasa
dialokasikan untuk hal yang lain yang lebih bermanfaat untuk pendapatan daerah
kabupaten tangerang.
Peneliti memperoleh data dari salah seorang informan mengenai daftar
barang inventaris tanpa dokumen aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pengelola aset tidak
menginvetarisir aset tetap penggunaan kendaraan dinas dengan secara baik.
Karena, ada beberapa barang inventaris yang ditemukan tidak dalampenyerahan
secara lengkap beserta dokumen baik dari pihak ketiga kepada pengelola aset
maupun dari pengelola aset kepada pengguna barang.Ketika peneliti menanyakan
hal mengenai daftar inventaris barang tanpa dokumen informan mengatakan
bahwa daftar inventaris dokumen tersebut tidak adanya Bukti Kepemilikan
Kendaraan Bermotor (BPKB) artinya tidak ada kejelasan status kepemilikan aset
dan bisa menimbulkan terjadinya pengalihan aset.
117
Gambar 4.4
Daftar Barang Inventaris Tanpa Dokumen
118
Masalah yang sering dihadapi dalam legalisasi audit aset daerah status
penguasaan aset yang lemah. Pentingnya pengelolan aset daerah secara tepat dan
berdayaguna dengan menggunakan prinsip pengelolaan yang efisiensi dan efektif
diharapkan akan memberi kekuatan terhadap kemampuan pemerintah daerah
dalam membiayai pembangunan daerahnya. Tahapan penting di dalam suatu
sistem pengelolaan aset daerah adalah inventarisasi aset dan legalisasi untuk
menunjang didapatkannya data aset yang benar, akurat dan up to dateserta sesuai
dengan peraturan hukum yang berlaku.
Menurut pernyataan informan (I-16), mengungkapkan:
“Belum akurat, karena masih ada beberapa kendaraan yang masih
digunakan oleh pejabat alm. xxx yang sudah pensiun , dan kemarin juga
menjadi temuan BPK. Dimana kendaraan dinas tersebut dijual dan ketika
dimintai keterangan kepada keluarga / istri almarhum tidak memberikan
informasi yang jelas hanya bilang kendaraan tersebut sudah dijual dan
tidak diketahui oleh saya (ujar istri pejabat). Ketika dimintau untuk
membuat surat pernyataan istri almarhum tidak membuat sampai
sekarang.” (Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal
03 Pebruari 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang).
Kesimpulannya Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
mengenai batas dan waktu penggunaan aset yang menjadi temuan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) karena kendaraan dinas tersebut belum dilakukan
penghapusan masih berada di dalam catatan inventaris Barang Milik Daerah yang
masih dipegang oleh pejabat yang alih tugas (mutasi) bahkan yang sudah pensiun
karena tidak diketahui keberadaan fisik kendaraan tersebut.
119
Ketika dikonfirmasikan kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Tangerang mengenai informasi tersebut diungkapkan oleh
informan (I-21) mengungkapkan bahwa:
“ Belum ada laporan mengenai hal tersebut, karena Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang jika terjadi temuan sepertinya
langsung di backup sehingga tidak tersanter keluar.(Hasil wawancara
dengan Pengelola Aset BPKAD pada tanggal tanggal 03 Juni 2015 pada
jam 14.00 WIB di BPKAD Kabupaten Tangerang).
Hal ini belum dilaporkan kepada Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah
Kabupaten Tangerang karena jika akan melakukan penghapusan harus disertakan
dengan kondisi fisik kendaraan tersebut sedangkan banyak kendaraan yang tidak
diketahui keberadaannya. Padahal sudah
dijelaskan prosedur penggunaan
kendaraan bahwa ketika terjadi alih tugas (mutasi) atau memasuki masa pensiun
maka kendaraan dinas tersebut harus diserahkan atau dikembalikan kepada Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, tetapi menurut informan (I-16),
mengungkapkan bahwa:
“Seharusnya ketika pengguna kendaraan dinas alih tugas (mutasi) atau
terhitung mulai tanggal (TMT) pensiun kendaraan dinas tersebut harus
sudah dikembalikan kepada pengelola aset Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang. Kenyataannya tidak dan pengguna
kendaraan dinas tersebut mengalihkan langsung aset kendaraan dinas
tersebut kepada pihak lain sehingga terjadi ketidakjelasan keberadaan
kendaraan tersebut dan terjadilah ketidaktahuan siapa yang menggunakan
kendaraan dinas tersebut sampai saat ini dan terus menjadi permasalahan
dalam melakukan inventarisasi aset kendaraan dinas pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang bahkan ada yang dijual
kendaraan milik daerah oleh pejabat yang sudah pensiun karena
meninggal dunia.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal
tanggal 06 Pebruari 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
120
Kesimpulannya masih kurangnya control pengawasan dari pimpinan,
sehingga hal tersebut bisa terjadi dan dibiarkan begitu saja. Padahal, pengelola
aset mengetahui bahwa aset kendaraan dinas tersebut dijual artinya ketika
kendaraan barang milik daerah tersebut dijual untuk keperluan pribadi dan
menguntungkan diri sendiri ini sudah disebut sebuah tindakan korupsi dan
menimbulkan kerugian bagi daerah.
Menurut informan (I-16), mengungkapkan:
“Masalah ini sudah terjadi setahun yang lalu dan akhirnya menjadi
temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan belum ditindaklanjuti padahal
masalah ini seharusnya dapat ditangani dengan serius karena telah
merugikan keuangan daerah sampai pada akhirnya pengelola aset lupa
karena banyak kerjaan yang harus dikerjakan sehingga masalah ini
terlupakan dan diingatkan kembali ketika terjadi temuan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebenarnya, masih ada beberapa kasus
seperti ini dimana kendaraan dinas yang masih dikuasai oleh pejabat
yang sudah pensiun. Seharusnya pengguna sadar bahwa kendaraan
tersebut bukan milik pribadi tetapi milik daerah yang hak pemakaiannya
berakhir ketika sudah tidak lagi menjalankan tugas pokok dan fungsi
kedinasan dan harus segera dikembalikan karena pengelola aset tidak
mau melakukan penarikan apalagi yang menggunakannya seorang
pejabat. Karena jika sampai dilaporkan kepada Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten mengenai penarikan kendaraan
dinas bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
malah tambah malu seperti maling saja kalau sampai dilakukan penarikan
paksa dengan mendatangi rumah pejabat tersebut hal yang diungkapkan
oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang. .”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal
tanggal 06 Pebruari 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Pengelolaan aset daerah bukan hanya terbatas kepada administratif tetapi lebih
kepada peningkatan nilai aset secara efisien, efektif dan memiliki nilai tambah,
pada prinsipnya optimalisasi aset dan kekayaan daerah juga ditentukan oleh
kinerja pemerintah daerah dalam mengelola aset secara memadai. Sebetulnya
121
sejak awal pengadaannya, kendaraan dinas adalah untuk mendukung kelancaran
tugas-tugas kedinasan bagi aparatur pemerintah, yaitu salah satu satuan kerja
perangkat daerah. Artinya secara administratif kendaraan tersebut tercatat sebagai
barang atau aset daerah pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang ada beberapa pejabat yang masih menggunakan kendaraan dinas.
informan (I-16), menuturkan bahwa:
“Batas penguasaan aset sudah jelas tertera pada berita acara yang dibuat
untuk digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi kedinasan dan yang pasti
digunakan ketika menjalankan tugas dan pokok pada Dinas Bina Marga
dan Pengairan kabupaten Tangerang namun praktiknya, kendaraan dinas
tersebut dibawa ketika pejabat yang bersangkutan alih tugas
(mutasi).”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal
09 Pebruari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang).
Disimpulkan dari pernyataan informan pada saat terjadi mutasi pejabat,
tidak saja pejabatnya yang berpindah lokasi, tetapi kendaraan dinas juga ikut
berpindah lokasi mengikuti mutasi pejabat. Beberapa kasus diatas terkait
kendaraan dinas di Kabupaten Tangerang adalah contoh pengelolaan aset daerah
yang belum dilakukan dengan baik dan benar
Selain itu, menurut penuturan informan (I-16) bahwa:
“Pemindahtangan aset yang tidak termonitor tersebut sering terjadi
penyalahgunaan atas penggunaan kepemilikan aset kendaraan dinas
tersebut dimana tidak termonitornya pemindahtanganan aset karena
inventarisasi ulang belum dilaksanakan serta tindaklanjut atas
penyalahgunaan aset penggunaan kendaraan dinas tersebut. bahwa
pegawai yang berstatus magang diberi kewenangan untuk menggunakan
kendaraan dinas sangat menyalahi prosedur dan peraturan yang berlaku
dikarenakan apabila terjadi kerusakan atau kehilangan bagaimana cara
untuk menggantinya.”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada
tanggal tanggal 09 Pebruari 2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
122
Gambar 4.5
Konsepsi pemindatanganan Barang Milik Daerah
Pengguna Barang
Pengelola Barang
Usul pemindahantangan
Pengkajian
Usulan
Pihak lain
Penelitian fisik dan
administratif
Surat persetujuan
pemindatanganan
Surat persetujuan
pemindahtanganan
pelaksanaan
pemindahtanganan
Berita Acara
Terima
pelaksanaan
pemindahtanganan
Serah
Berita Acara Serah
Terima
Dapat disimpulkan bahwa pemidahtanganan aset harus disertakan dengan
berita acara serah terima karena ini akan memudahkan pengelola aset dalam
melakukan pendataan kendaraan dinas dan diketahui siapa yang bertanggung
jawab atas kerusakan maupun kehilangan kendaraan dinas. Banyak pengguna
kendaraan dinas yang tidak melakukan pemindahtanganan sesuai dengan prosedur
123
yang berlaku dan tidak termonitor oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang dan ini akan mempersulit proses pendataan.
Untuk itu strategi yang dilakukan adalah melakukan penelusuran dan pendataan
ulang namun itu hanya jadi isapan jempol saja karena tidak ada yang mendukung
mengenai penggunaan aset yang tidak diketahui keberadaannya untuk dilakukan
penelusuran.
Status penguasaan aset yang lemah dimana pengguna kendaraan dinas
seharusnya diperuntukan hanya untuk kepala dinas tetapi pada Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang hampir semua pegawai menggunakan
kendaraan dinas baik itu pejabat, pelaksana bahkan tenaga magang. Dimana di
dalam peraturan perundang-undangan kendaraan dinas diperuntukan untuk
Pegawai Negeri Sipil yang bisa dipertanggungjawabkan di dalam penggunaannya,
tetapi menurut informan pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang mengatakan bahwa banyak tenaga magang yang
menggunakan kendaraan dinas dimana hal ini peruntukannya tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan
karena jika terjadi kerusakan, kehilangan bahkan penyelewengan aset tersebut
tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hal tersebut terjadi karena budaya kerjanya
yang dilakukan tidak berpedoman kepada aturan perundang-undangan ujar
pengelola aset kepada peneliti.
Dari data yang peneliti temukan di lapangan ada beberapa kendaraan dinas
yang tidak terinventarisir dengan baik karena adanya pendataan kendaraan yang
tidak ditemukan siapa penggunanya dan tidak dibuatkan berita acaranya dan ada
124
beberapa daftar kendaraan inventaris tanpa dokumen menurut informan (I-17),
mengungkapkan bahwa:
“Banyak bukti kepemilikan yang hilang dikarenakan keteledoran para
pengguna kendaraan dinas itu sendiri”. (Hasil wawancara dengan
pengguna kendaraan dinas pada tanggal 07 Pebruari 2015 pada jam 13.30
WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Hal ini membuat pengelola aset akan sulit melakukan penelusuran
pemegang kendaraan dinas sehingga siapa yang bertanggung jawab atas
kerusakan, kehilangan atau penyelewangan aset tersebut tidak ada yang
bertanggung jawab karena data tersebut tidak diketahui siapa yang harus
bertanggung jawab. Dari masalah ini belum ada tindaklanjutnya dari kepala dinas
hanya pengelola aset yang mengungkapkan akan ditelusuri. Mengenai strategi
yang akan dilakukan adalah melakukan pendataan ulang atau pengecekan secara
fisik ke lapangan serta pengecekan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
karena selama ini hanya melihat data yang ada saja tanpa diketahui data
sebenarnya di lapangan sehingga dapat mengetahui siapa pengguna kendaraan
dinas tersebut. Karena jika hanya menunggu bola ibaratnya hal ini tidak akan
ditemukan solusinya dan tidak diketahui siapa penggunanya selaku yang
bertanggungjawab atas kerusakan ataupun penyalahgunaan aset kendaraan dinas
tersebut.
Dapat disimpulkan dari pernyataan wawancara bahwa masih lemahnya
sanksi yang diberikan kepada pengguna kendaraan dinas, sehingga banyak
pengguna kendaraan Dinas Bina Marga dan pengairan Kabupaten Tangerang yang
menyalahi aturan.
125
Pemidahtanganan aset yang tidak termonitor yaitu adanya kendaraan milik
pemerintah Kabupaten Tangerang yang hilang yang digunakan oleh pejabat Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Seperti pernyataan informan
(I-13), mengungkapkan bahwa:
“Pernah, tetapi sudah melakukan TP-TGR” ( Hasil wawancara dengan
Kasubag Umum dan Kepegawaian pada tanggal 04 Maret 2015 pada jam
09.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Hal yang sama diungkapkan oleh informan (I-16), mengungkapkan bahwa:
“Ada, Cuma untuk kelanjutannya sudah diganti apa belum tidak tahu
karena menjadi wewenang BPKAD, dinas sudah melaporkan kepada
BPKAD”(Hasil wawancara dengan Pengelola Aset pada tanggal tanggal
09 Januari 2015 pada jam 11.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang).
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan pengguna kendaraan dinas
harus mengganti tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi keuangan dan
material daerah atau TP-TGR. Sejauh ini untuk TP-TGR ditindaklanjuti oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang. Setelah
dikonfirmasi kepada pengelola aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Tangerang bahwa pengguna kendaraan Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang yang hilang informan (I-21), mengungkapkan
bahwa:
“Belum melakukan TP-TGR sepenuhnya yang telah ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan artinya tuntutan ganti rugi yang harus
dibayarkan oleh penanggungjawab belum sepenuhnya dibayarkan alias
pembayaran macet (belum lunas) sampai sekarang.”(Hasil wawancara
dengan Pengelola Aset BPKAD pada tanggal tanggal 01 Juni 2015 pada
jam 14.30 WIB di BPKAD Kabupaten Tangerang).
126
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan ada beberapa kasus
penggunaan kendaraan dinas dimana pemindahtanganan asetnya yang tidak
termonitor dikarenakan hilang. Sehingga pejabat yang bersangkutan harus
mengganti rugi terhadap kerugian pemerintah kabupaten tangerang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku yang telah ditentukan. Dan ada beberapa tuntutan ganti
rugi yang macet (belum dilunaskan) hingga saat ini.
3. Penilaian Aset
Penilaian merupakan terjemahan dari istilah appraisal dan valuation.
Istilah appraisal lebih banyak digunakan di Amerika Serikat. Sedangkan valuation
atau valuers biasa di pakai di Inggris dan negara anggota persemakmuran, jadi
penilaian pada dasarnya merupakan estimasi atau opini, walaupun didukung oleh
alasan atau analisis rasional. Penilaian pada prinsipnya merupakan suatu proses
indikasi melalui suatu pengetahuan atau metode tertentu terhadap suatu objek
suatu kepentingan atau tujuan tertentu. Penilaian barang milik daerah perlu
dibedakan dengan penilaian pada umumnya. Penilaian barang milik daerah
merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan seorang penilai untuk
mendapatkan estimasi nilai suatu barang milik daerah tertentu. Seperti pernyataan
informan (I-19), mengungkapkan bahwa:
“Belum pernah, karena penilaian dilakukan oleh lembaga independen
dan itu dilakukan ketika kendaraan akan dilelang.(Hasil wawancara
dengan pengguna kendaraan dinas pada tanggal tanggal 27 Mei 2015 pada
jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang).
127
Seperti pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan (I-17),
mengungkapkan bahwa:
“Biasanya penilaian dilakukan ketika kendaraan akan dilakukan
pelelangan kepada pihak ketiga dan ini dilakukan oleh penilai independen
aprisal.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan dinas pada
tanggal 10 Pebruari 2015 pada jam 11.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-16), mengungkapkan bahwa:
“Untuk di KIB B menilai dari harga perolehan saat kendaraan tersebut
dibeli.” .”(Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12
Pebruari 2015 pada jam 11.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang).
Disimpulkan dari pernyataan informan untuk penilaian yang dilakukan
oleh pengelola aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
dilihat dari penilaian harga perolehan saat membeli kendaraan tersebut. sehingga
tidak ada penilaian akumulasi penyusutan barang yang dilakukan oleh pengelola
aset Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Aset yang dimiliki
oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang hanya dilihat dari
harga perolehan saat membeli. Sampai saat ini penilaian yang dimasukan ke
dalam sistem informasi manajemen aset daerah hanya penilaian yang dilakukan
oleh pengelola aset berdasarkan harga perolehan saat membeli kendaraan tersebut
dan belum dilakukan penilaian oleh lembaga independen secara keseluruhan
untuk menilai aset tersebut secara sengaja oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang. Pelelangan untuk kendaraan dinas pun belum pernah
128
dilakukan dikarenakan kendaraan yang sifatnya barang bergerak dan dibawa tidak
seperti alat berat walaupun barang bergerak tetapi sifatnya stand by tidak dibawa
pulang di dalam penggunaannya sehingga bisa dipastikan bagaimana kondisinya
sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengecekan apakah barang tersebut
masih layak atau tidak untuk digunakan.
4. Optimalisasi Aset
Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki daerah.
Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa
diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi
pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Pada
umumnya pemerintah daerah banyak memiliki aset yang bernilai tinggi namun
sebagian besar dari aset tersebut belum mampu berdayaguna dan berhasil guna
serta menghasilkan pendapatan yang tinggi, sehingga biaya operasional dan
pemeliharaannya masih menjadi beban Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Terkait permasalahan penggunaan kendaraan dinas perlu dilakukan optimalisasi
pengelolaan aset sehingga penggunaan dana Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah terlaksana dengan efektif dan efisien.
Optimalisasi Aset merupakan mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,
jumlah / volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut, meliputi : aset
yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Menurut informan (I-16),
mengungkapkan bahwa:
129
“Optimalisasi aset belum dilakukan, karena kondisi fisik yang sebenarnya
tidak diketahui. Kalaupun pengguna memberikan informasi bahwa
kendaraan tersebut rusak tetapi tidak pernah diperlihatkan kepada
pengelola aset kondisi kendaraan yang sebenarnya. Di tambah adanya
pengguna yang menggunakan kendaraan lebih dari satu.” (Hasil
wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Pebruari 2015 pada
jam 08.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang).
Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-17), mengungkapkan bahwa:
“Optimalisasi yang seharusnya dilakukan adalah melihat kondisi fisik
apakah masih layak pakai atau sudah tidak layak pakai untuk dilakukan
penghapusan ketika sudah tidak layak pakai.”(Hasil wawancara dengan
pengelola aset pada tanggal 12 Pebruari 2015 pada jam 08.00 WIB di
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-21), mengungkapkan bahwa:
“Optimalisasi aset yang sudah tidak memiliki potensi pemerintah daerah
merubah sistem dump dengan menggunakan sistem lelang kepada pihak
ketiga sebagai pemasukan daerah. Sistem ini dilakukan agar tidak terjadi
lagi pembayaran yang macet.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset
BPKAD pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 11.00 WIB di Kantor
BPKAD Kabupaten Tangerang).
Terkait optimalisasi aset dimana kendaraan dinas di atas usia 5 (lima)
tahun menurut informan (pengoptimalisasian seharusnya dapat menghasilkan
sebuah nilai potensi finansial untuk dapat menambah pendapatan bagi daerah
yaitu dimana kendaraan dinas yang sudah rusak dapat dilakukan proses lelang
kepada pihak ketiga.
Disimpulkan dari pernyataan informan bahwa optimalisasi aset yang
dilakukan adalah merinci aset yang sudah tidak memiliki potensi oleh pemerintah
daerah yang ada pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang aset
130
kendaraan dinas yang sudah pemakaiannya di atas 5 (lima) tahun pemanfaatannya
bisa dilakukan sistem dump oleh pejabat yang menggunakannya sebagai
pemasukan pendapatan untuk daerah, namun untuk sekarang ini sistem dump
tidak lagi dilakukan karena banyak pejabat yang tidak membayar sebagaimana
perjanjian dalam sistem dump tersebut, sehingga sistem ini sudah tidak lagi
dilakukan.
Aset kendaraan dinas yang masih memiliki potensi pada Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang yaitu dengan tetap dijaga dan dirawat
sesuai anggaran pemeliharaan kendaraan dinas dan untuk aset kendaraan dinas
yang sudah tidak berpotensi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang itu dibuatkan usulan untuk diadakan pelelangan kepada pihak ketiga
oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang. Namun,
hal tersebut belum dilakukan karena fisik kendaraan yang sudah kurang baik atau
pun rusak berat tidak diketahui keberadaannya.
5. Pengawasan dan Pengendalian atas Penggunaan Aset Kendaraan Dinas
Aset merupakan hal yang rentan sekali akan penyalahgunaannya. Untuk
itu perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan perlu dilakukan oleh pimpinan atau
atasan langsung suatu organisasi atau unit kerja terhadap bawahan dengan tujuan
untuk mengetahui atau menilai apakah program kerja yang ditetapkan telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku.
Seperti pernyataan informan (I-16), mengungkapkan bahwa:
131
“Bagaimana melakukan pengawasan pengguna kendaraan dinasnya aja
kebanyakan orang-orang yang dekat dengan kepala dinas tidak enak juga
kan kalau saya yang negor.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset
pada tanggal 12 Januari 2015 pada jam 09.00 WIB di Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang).
Ditambahkan oleh pernyataan informan (I-19), mengungkapkan bahwa:
“Gimana pengawasan dan pengendalian itu akan berlangsung dengan
baik kalau yang mengawasi dan diawasi sama-sama menyalahi sebuah
peraturan yang berlaku.”.”(Hasil wawancara dengan pengguna kendaraan
pada tanggal 13 April 2015 pada jam 15.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Disimpulkan
dari
pernyataan
informan
bahwa
pengawasan
dan
pengendalian pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang belum
dilakukan secara optimal artinya pengawasan belum dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahan. Ada sebuah rasa tidak enak untuk melakukan pengawasan
walaupun mengetahui terjadi sebuah penyalahgunaan aset kendaraan dinas.
Alasan penyelengaraan pengawasan ini antara lain adalah karena adanya
jabatan struktural yang melekat pada seorang pimpinan unit kerja pemerintah
daearah. Jabatan struktural itu memberikan kewajiban kepadanya untuk
melakukan pengawasan atas kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada eselon di
bawahnya. Dengan demikian, efektifitas pengawasan melekat ini sangat
tergantung pada kualitas kepemimpinan dan kualitas pengawasan yang
dilembagakan oleh seorang pimpinan di dalam instansi yang menjadi
wewenangnya.
Pengawasan ini seharusnya dilakukan karena bertujuan untuk terciptanya
kondisi yang mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan penyelengaraan
132
pemerintahan daerah, kebijakan, rencana serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sementara yang menjadi sasaran pengawasan melekat adalah:
a. Meningkatkan disiplin, prestasi kerja, dan pencapaian kinerja dari
unitr kerja yang dipimpinnya;
b. Menekan
kecil
kemungkinan
terjadinya
penyalahgunaan
wewenang;
c. Menekan sekecil mungkin terjadinya kebocoran dan pemborosan
keuangan daerah dan segala macam bentuk pemerasan serta
pungutan liar;
d. Mewujudkan pelayanan prima;
e. Mempercepat urusan kepegawaian sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Seharusnya pengawasan lebih diarahkan pada upaya pencegahan terhadap
penyimpangan. Namun, pada praktiknya yang seharusnya mengawasi dengan
yang diawasi sama-sama sepakat atau sama-sama nekat. Sehingga pengawasan
yang seharusnya dilaksanakan agar mampu menjamin tercapainya tujuan yang
efektif dan efisien tetapi praktiknya malah terjadi pemborosan anggaran karena
penggunaan kendaraan dinas digunakan tidak tepat sasaran.
Pengawasan seharusnya digunakan sebagai sarana untuk mencegah dan
menekan
serendah
mungkin
timbulnya
penyimpangan
pelaksanaan,
penyalahgunaan wewenang, kebocoran serta pemborosan. Namun dalam
praktiknya pelaksanaan pengawasan masih mengandung kelemahan serta
133
menghadapi banyak kendala yang menghambat penyelenggaraannya secara benar.
Seperti adanya perasaan enggan dalam melaksanakan pengawasan padahal
pengawasan merupakan bagian fungsi dari fungsi manajemen, sesuatu yang
seharusnya diterima wajar, baik bagi pegawai yang mengawasi maupun bagi
pegawai yang diawasi.
“Pengawasan belum berjalan optimal baik itu di intern maupun ekstern
karena kebanyakan di dalam laporan SIMDA tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan,pengendalian intern pun belum dilakukan dikarenakan masih ada
pengguna kendaraan yang masih menggunakan kendaraan lebih dari
satu.”(Hasil wawancara dengan pengelola aset pada tanggal 12 Januari
2015 pada jam 10.00 WIB di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang).
Menurut pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern
belum berjalan secara optimal dikarenakan masih ada beberapa pengguna yang
menggunakan kendaraan dinas lebih dari satu ini bentuk pengendalian yang belum
berjalan secara optimal karena kuasa pengguna masih membiarkan hal ini terjadi,
sehingga terjadi pemborosan penggunaan keuangan daerah. Sampai saat ini
kendaraan dinas yang masih dipegang pejabat pensiunan masih ada dan tidak ada
tindak lanjutnya dari kuasa pengguna karena pengelola sudah membuat laporan
kepada kuasa pengguna tentang kendaraan dinas yang tidak diketahui kualitas dan
kuantitasnya oleh pengguna kendaraan dinas tapi tidak ada tanggapan. Bentuk
pengendalian intern yang masih lemah sehingga penggunaan kendaraan dinas
bertindak seenaknya. Adanya kendaraan dinas yang masih digunakan oleh pejabat
pensiunan dan terjadi penjualan kendaraan dinas tanpa diketahui oleh pengelola
aset dan sampai saat ini belum ditindaklanjuti.
134
Lemahnya koordinasi pengawasan penggunaan kendaraan dinas antara
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Derah dengan Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang dikarenakan menurut pengelola aset Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang :
“Untuk pengelolaan penggunaan itu bukan wewenang kami tapi wewenang
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, kecuali terjadi
kehilangan kendaraan dinas dan pengelola melaporkannya ke Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang baru itu
menjadi wewenang kami. (Hasil wawancara dengan pengelola aset BPKAD
pada tanggal 01 Juni 2015 pada jam 11.00 WIB di kantor BPKAD
Kabupaten Tangerang).
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan bahwa Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang hanya sebagai koordinator dari
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimana semua kewenangan
pengelolaan aset menjadi tanggungjawab pengelola Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) tersebut.
Sampai saat ini penggunaan kendaraan dinas yang hilang milik Kabupaten
Tangerang berjumlah kurang lebih 40 kendaraan dinas dan dari Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang itu berjumlah 2 kendaraan. Mengenai
kendaraan dinas yang hilang dalam penggunaannya harus dilakukan tuntutan ganti
rugi atas pemakaian barang milik daerah yang seharusnya dibayarkan oleh pejabat
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang menurut pernyataan salah
satu pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang
sampai saat ini belum dilunaskan pembayarannya dan masih ada tunggakan
sebesar Rp.32.000.000;00 untuk kehilangan Tahun Anggaran 2014 dengan jumlah
135
satu unit kendaraan pick up dan telah masuk di dalam catatan piutang Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk ditindaklanjuti ke pengadilan dan sampai saat
ini belum ada respon dari keluarga pejabat tersebut.
Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah
pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA). Melalui
Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah(SIMDA), transparansi kerja dalam
pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan
pengawasan dan pengendalian yang lemah (Doli. D. Siregar, 2004:520).
Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA) yang dimiliki oleh
Kabupaten Tangerang belum dapat memberikan sebuah transparansi kerja yang
seharusnya dapat diakses oleh semua pihak. Maka dari itu kekhwatiran akan
pengawasan dan pengendalian aset yang lemah masih terjadi. Pernyataan yang
diungkapkan oleh informan (I-13), mengungkapkan bahwa:
“SIMDA belum dapat diakses secara umum hanya pengelola aset
saja.”(Hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian pada
tanggal 02 Maret 2015 pada jam 13.00 WIB di Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Tangerang).
Dapat disimpulkan dari pernyataan informan bahwa yang dapat mengakses
Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah (SIMDA) hanya pengelola aset Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang dengan pengelola aset Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang saja artinya tidak
semua pihak dapat mengakses Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah
(SIMDA) . Sistem Manajemen Informasi Daerah Barang Milik Daerah harus terus
dikembangkan, tidak usah khawatir akan pengawasan dan pengendalian yang
136
lemah terhadap Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) ini, namun ketika
Sistem Manajemen Informasi Daerah (SIMDA) ini dapat memberikan
transparansi data namun kenyataan di lapangan tidak sama seperti penyajian data
yang dilaporkan pada Sistem Manajemen Informasi Daerah (SIMDA).
137
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai
Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang (studi kasus manajemen pengelolaan penggunaan
kendaraan dinas) belum efektif dan efisien dalam penggunaan kendaraan dinas.
Sehingga berdampak pada pemborosan anggaran yang dikeluarkan. Hal tersebut
dikarenakan masih terdapat permasalahan yang terjadi di dalam manajemen
pengelolaan penggunaan kendaraan dinas permasalahan tersebut terjadi yaitu :
Pertama, pencatatan aset yang tidak sesuai antara data manual yang
dimiliki pengelola aset dengan yang berada di Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA). Kedua, ada beberapa kendaraan ketika diserahkan dari pihak
ketiga tidak dalam penyerahan secara baik karena di Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA) terdapat beberapa barang inventaris (kendaraan dinas)
ditemukan tanpa dokumen. Ketiga, penilaian aset yang dicatat hanya berdasarkan
harga perolehan saja saat membeli tanpa dilakukan penyusutan. Keempat,
optimalisasi aset yang dilakukan belum dapat memberikan pendapatan bagi
daerah dengan sistem lelang kepada pihak ketiga dikarenakan ada beberapa
kendaraan yang diketahui kondisinya kurang baik atau rusak berat tetapi tidak
diketahui keberadaan kendaraan dinas tersebut berada dimana. Kelima, Sistem
137
138
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang belum memberikan transparansi
kerja karena hanya dapat diakses oleh pengelola aset saja tidak dapat diakses
secara umum.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, maka
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan
pertimbangan sehingga tercapainya manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang efektif dan efisien di dalam
penggunaannya. Adapun saran tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan pengecekan fisik setiap 3 (bulan) sekali untuk
memastikan data yang tercatat akurat dan up to date.
2. Sebaiknya dicek secara cermat ketika pengadaan dilakukan
penyerahan dokumen dari pihak ketiga kepada pengelola dan
dibuatkan berita acara untuk pengguna kendaraan.
3. Sebaiknya pengendalian dan pengawasan perlu dilakukan di dalam
penggunaan barang inventaris milik daerah dengan benar-benar
agar tidak terjadi pemborosan anggaran yang dikeluarkan.
4. Meningkatkan koordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Tangerang agar di dalam penggunaan
kendaraan dinas untuk ditindak tegas mengenai penyelewengan
barang inventaris milik daerah.
139
5. Sistem Manajemen Informasi Daerah (SIMDA) harus terus
dikembangkan lagi sehingga tak ada celah untuk terjadinya
Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh kuasa
pengguna ataupun pengguna kuasa.
140
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Arifin. B., Setiadi, R., dan Setiawan, M.Y., 2003, “Manajemen Kekayaan
Negara”. Jurnal Akutansi dan Keuangan Sektor Publik, volume 04 No. 02
Agustus 2003 halaman 10 s.d 19. FEB UGM Yogyakarta.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu.S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung.
Hidayat, Muchtar. 2012. Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo.
Irawan, Prasetya. 2006. Metodelogi Penelitian Administratif. Jakarta: Universitas
Terbuka
Mardiasmo. 2004. Akutansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Miles, Mathew & Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru). Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Mursyidi. 2009. Akutansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rusadi, Ruslan. 1998. Manajemen Publik Relation dan Media Komunikasi.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Satori, Djam’an & Komariyah, Aan. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sherraden, Michael. 2006. Aset Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Siregar, Doli.D. 2004. Optimalisasi Pemberdayaan Harta Kekayaan Negara.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
140
141
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Manajemen Pemerintahan. Pertja. Jakarta.
Yusuf, M. 2010. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan
Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Perundangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang
Standarisasi Sarana dan Prasaran Kerja Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Dokumen
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, 2014 Tentang Data
Kendaraan Dinas, Pengguna Kendaraan Dinas, Buku Inventaris
Gabungan SIMBADA.
142
LAMPIRAN-LAMPIRAN
143
144
145
146
147
MATRIKS HASIL WAWANCARA SESUDAH REDUKSI DATA
Q
Pertanyaan/Jawaban
I
1.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
2.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
3.
11-1
11-2
Apakah sudah dilakukan pengecekan fisik?
Sudah.
Belum pernah.
Belum.
Belum pernah, jadi data itu saja yang dilihat sehingga tidak diketahui
bentuk fisiknya.
Pernah hanya pada saat pembelian saja untuk selanjutnya tidak pernah
dilakukan.
Tidak pernah.
Pernah, tetapi kendalanya si penggunannya sulit dihubungi.
Bagaimana untuk mengetahui kendaraan tersebut milik pemerintah
kabupaten tangerang yang dikelola oleh Dinas Bina Marga dan
Pengairan?
Berplat merah terkecuali untuk esselon II dan III diperbolehkan untuk
plat hitam dengan alasan tertentu.
Dipasang plat merah.
Pemasangan plat merah tetapi untuk esselon II dan III diperbolehkan
untuk menggunakan plat nomor hitam atau biasa disebut plat nomor
rahasia karena dengan alasan tertentu.
Dilakukan dengan proses labelling menggunakan plat merah tetapi ada
beberapa pengguna yang mengganti plat nomor kendaraan ini sangat
menyulitkan pendataan pengelola aset yang terkadang diganti dengan
menggunakan kode rahasia.
Dengan pemasangan plat merah.
Saya tidak, karena untuk esselon III memang diperbolehkan jadi saya
memegang plat 2 nomor yang satu merah dan yang satu hitam tetapi
untuk plat hitam saya memperpanjang sendiri untuk pajak dan lainlainnya. Jadi STNK pun 2 tetapi atas nama Kabupaten Tangerang semua
cuma nomor kendaraan saja yang berbeda.
Dipasang dengan plat merah CQ dan NQN.
Terkait inventarisasi aset apakah data yang dimiliki oleh dinas tentang
penggunaan kendaraan dinas sudah akurat?
Dengan adanya pelimpahan wewenang dari propinsi lama ke propinsi
baru sehingga data inventarisasi belum akurat
Belum akurat.
148
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
4.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
5.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
6.
11-1
Belum, karena ada beberapa kendaraan dinas yang tidak diketahui siapa
penggunanya dan dimana keberadaan kendaraan dinas tersebut.
Belum, karena masih banyak kendaraan yang tidak diketahui kualitas dan
kuantitasnya. kemarin juga menjadi temuan BPK kendaraan yang
digunakan pejabat dan kasus ini sudah dari tahun kemarin belum kelar
penyelesaiannya. Dimana kendaraan tersebut dijual dan ketika dimintai
keterangan kepada keluarga/istri pejabat untuk membuat surat pernyataan
istri pejabat tersebut tidak membuat sampai sekarang. Jadi bapak males
untuk mendatangi rumahnya lagi ditambah kerjaan banyak terus kadang
lupa.
Belum akurat, karena masih banyak kendaraan yang tidak diketahui
keberadaannya.
Belum, karena ada beberapa kendaraan dinas yang hilang bahkan dibawa
pejabat yang sudah pensiun tidak ada tindaklanjutnya karena si pengguna
tidak melaporkan kepada pengelola aset.
Belum akurat, karena data yang dimiliki bentuk fisiknya tidak diketahui
keberadaannya.
Siapa saja yang dapat menggunakan kendaraan dinas?
Esselon II, III dan IV
Hanya esselon II, III dan IV
Esselon II, III, dan IV
Seharusnya hanya kepala dinas saja atau esselon II menurut peraturannya,
tetapi disini mah engga pernah sesuai semua bisa menggunakan
kendaraan dinas jangankan pejabat pelaksana saja mendapatkan jatah
bahkan CPNS dan magang saja menggunakan kendaraan dinas padahal
tidak memiliki hak karena jika terjadi kerusakan atau kehilangan
pertanggungjawabannya juga meragukan.
Hanya esselon II dan III untuk kendaraan roda empat dan esselon IV
untuk kendaraan roda dua dan standarisasinya bisa dilihat di permendagri.
Hanya untuk esselon II, III dan IV.
Seluruh pegawai di lingkungan dinas berhak untuk mendapatkan
kendaraan dinas, akan tetapi disesuaikan dengan standarisasi prosedur
peraturan perundang-undangan.
Untuk kelengkapan syarat-syarat pengguna kendaraan apa saja yang
harus dipegang oleh si pengguna kendaraan dinas?
STNK dan Berita Acara Pengguna Barang
STNK dan BA.
Berita Acara dan STNK.
STNK dan Berita Acara karena kalau BPKB itu disimpan di BPKAD.
STNK dan Berita Acara kalau BPKB ada di BPKAD.
STNK dan Berita Acara.
STNK dan Berita Acara Serah Terima Pengguna Barang.
Apakah semua pemegang kendaraan dinas dibuatkan berita acara terkait
penggunaannya?
Dibuat.
149
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
7.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
8.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
10.
11-1
11-2
11-3
Dibuatkan.
Dibuatkan, untuk mengetahui siapa yang menggunakan dan
bertanggungjawaban atas kendaraan dinas yang digunakannya apabila
terjadi kerusakan atau keilangan.
Tidak, karena terkadang si pengguna yang akan pensiun atau mutasi (alih
tugas) langsung mengalihkan kendaraan tersebut ke orang lain tanpa
memulangkan kendaraan tersebut ke pengelola aset sehingga keberadaan
kendaraan tersebut tidak jelas dan dipegang oleh siapa juga tidak
diketahui.
Dibuatkan tetapi ada beberapa yang tidak dibuatkan.
Dibuatkan.
Dibuatkan, tetapi ada pejabat yang menggunakan kendaraan dinas tanpa
dilengkapi berita acara karena ketika mendapatkan kendaraan dinas dari
pejabat lain tidak diserahkan kepada pengelola aset terlebih dahulu.
Pernah ada atau tidak pengguna kendaraan dinas yang sudah pensiun atau
alih tugas tetapi masih menggunakan kendaraan dinas?
Tidak pernah.
Yang saya tahu tidak pernah.
Ada beberapa yang masih membawa kendaraan dinas.
Banyak, karena untuk memberi teguran saya engga enak kebanyakan
pejabat, sistem pengawasan yang lemah dan kurangnya kesadaran
pengguna terhadap fasilitas yang digunakan itu milik daerah dan harus
dikembalikan.
Ada beberapa.
Ada beberapa yang saya tahu dan tidak melapor kepada pengelola.
Ada.
Apakah sudah dilakukan pengecekan secara yuridis seperti BPKB dan
STNK kendaraan dinas yang dipegang oleh pengguna?
sudah.
Sudah dari awal dilakukan penyerahan kendaraan kepada pengguna.
Belum karena ketika pengguna kendaraan dinas yang ingin mengambil
kupon BBM harus disertai foto copy STNK kendaraan yang digunakan
oleh pengguna tetapi tidak ada yang datang ke saya, entah kenapa saya
rasa banyak yang hilang STNKnya atau kendaraannya.
Belum terlaksana, karena banyak pengguna yang tidak berani
menunjukan STNKnya gatau kenapa entah dijual atau apa engga ngerti
dikarenakan sampai saat ini belum dilakukan pengecekan ke lapangan.
Belum karena sensus belum dilaksanakan.
Belum.
Belum dilakukan.
Apakah selama ini penggunaan kendaraan dinas sudah sesuai dengan
prosedur perundang-undangan?
sudah.
Sudah.
Belum sesuai.
150
11-6
11-7
11-8
11-9
11.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
12.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
13.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
Belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dikarenakan dengan
status penguasaan aset yang lemah karena banyak kendaraan dinas yang
digunakan tenaga magang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan ketika
terjadi kehilangan kendaraan atau kerusakan bahkan penyelewengan.
Belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan baik dari prosedur
penguasaa, batas waktu penguasaan, penguasaan aset yang tidak
termonitor.
Selagi ada berita acara yang dibuat dan ada nama pengguna diberita acara
dan STNK yang terus diperpanjang serta pajak lainnya itu sudah sesuai.
Belum sesuai dengan prosedur karena terkadang pengguna kendaraan
dinas digunakan oleh non-PNS.
Pernah ada atau tidak kendaraan yang hilang?
Pernah tetapi sudah melakukan TP-TGR.
Pernah tetapi sudah dilakukan TP-TGR.
Untuk kendaraan yang hilang harus dilakukan TP-TGR dan itu sudah
dilakukan TP-TGR ada beberapa yang belum dilakukan TP-TGR.
Ada, Cuma yang melaporkan kehilangan sih 2 tetapi kan engga tau
kenyataannya sebab banyak kendaraan jenis motor yang tidak diketahui
keberadaan dan kondisinya. Terus ada pejabat yang menghilangkan
motor tetapi ketika dimintai surat keterangan hilang dari kepolisian tidak
memberikan kepada pengelola aset dikarenakan tidak ada berita acara dan
STNK hilang sehingga kerugian keuangan daerah atas kelalaian
pengguna belum diproses. Yang dijual juga ada seperti pejabat yang
sudah almarhum.
Ada, tetapi itu menjadi urusan BPKAD untuk dilakukan TP-TGR.
Ada beberapa yang saya tahu.
Pernah.
Untuk penggunaan kendaraan dinas biasanya pegawai dperbolehkan
menggunakan berapa kendaraan?
Hanya satu.
Satu.
Hanya satu.
Seharusnya satu tetapi banyak yang memakai kendaraan lebih dari satu.
Seharusnya satu tetapi ada yang memakai lebih dari satu.
Satu.
Satu kendaraan, tetapi ada pula yang memegang kendaraan lebih dari
satu.
Apakah pernah dilakukan penilaian oleh konsultan penilaian yang
independen?
Belum pernah.
Belum.
Tidak pernah.
Belum pernah tetapi kalo kendaraan tersebut mau dilelang baru dilakukan
penilaian oleh lembaga apraisal.
Belum pernah, penilaian dilakukan di BPKAD ketika kendaraan akan
151
11-8
11-9
14.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
12-5
16.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
dilelang.
Belum pernah.
Belum pernah, karena penilaian dilakukan oleh lembaga independen dan
itu dilakukan ketika kendaraan akan dilelang.
Biasanya penilaian penjualan kendaraan dinas dengan sistem lelang itu
seperti apa?
Penilaian dilakukan di BPKAD dengan lembaga independen lalu
dilakukan penjualan dengan pihak ketiga berdasarkan sistem lelang.
Penilaian yang dilakukan oleh BPKAD dengan lembaga independen
untuk dilakukan penjualan dengan sistem lelang.
Penilaian dilakukan oleh lembaga indpenden ketika akan dilakukan
penjualan kepada pihak ketiga.
Sistem lelang itu penjualan kepada pihak ketiga dengan setelah dilakukan
penilaian, untuk saat ini belum pernah dilakukan pelelangan kendaraan
dinas karena memang kualitas dan kuantitasnya yang tidak diketahui di
lapangan. Kecuali alat berat yang jika sudah tidak digunakan ditaro
ditempatnya tidak dibawa-bawa seperti kendaraan dinas.
Lelang itu penjualan kepada pihak ketiga dengan setelah dilakukan
penilaian, untuk saat ini belum pernah dilakukan pelelangan kendaraan
dinas karena memang kualitas dan kuantitasnya yang tidak diketahui di
lapangan.
Tidak tahu, ada lembaga independen yang ditunjuk oleh bagian aset
pemda.
Penilaian dilakukan oleh lembaga appraisal dengan mengirimkan surat
untuk dilakukan penghapusan dengan sistem lelang.
Belum pernah dilakukan pelelangan kendaraan dinas untuk Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, yang melaksanakan
pelelangan adalah BPKAD Kabupaten Tangerang selaku sekretariat
penghapusan.
Apakah sudah dilakukan optimalisasi?
Sudah seperti pembagian sudah tepat sasaran.
Sudah.
Sudah dilakukan optimalisasi.
Belum, karena kondisi fisik yang sebenarnya tidak diketahui.Kalaupun
pengguna memberikan informasi bahwa kendaraan tersebut sudah rusak
tetapi tidak pernah diperlihatkan kepada pengelola aset kondisi kendaraan
yang sebenarnya. Ditambah adanya pengguna kendaraan yang
menggunakan kendaraan lebih dari satu.
Belum, karena keberadaan kendaraan yang dipegang oleh pengguna lebih
dari satu.
Belum optimal, karenaada beberapa pengguna yang menggunakan
kendaraan lebih dari satu dan tidak diketahui keberadaan kendaraan lebih
dari satu.
Belum dilakukan optimalisasi aset dimana kendaraan dinas masih ada
yang menggunakan kendaraan lebih dari satu dan masih ada beberapa
152
17.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
18.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
11-9
19.
11-1
11-2
11-3
11-6
11-7
11-8
kendaraan dinas yang tidak diketahui keberadaannya.
Apakah SIMBADA dapat diakses semua pihak?
SIMBADA hanya dapat diakses oleh pengelola akses saja.
Tidak dapat diakses oleh publik kecuali pengelola saja
Hanya pengelola saja
Tidak dapat diakses semua pihak, karena SIMBADA menggunakan
password yang diketahui oleh pengelola aset.
Tidak dapat diakses semua pihak hanya pengelola dan pembantu
pengelola saja.
Tidak semua pihak dapat mengakses hanya pengelola saja.
Tidak semua pihak dapat mengakses SIMBADA.
Apakah setiap permasalahan mengenai aset kendaraan dinas selalu
melaporkan atau berkoordinasi dengan BPKAD?
Ada beberapa yang melaporkan. Seharusnya setiap permasalahan baik itu
kehilangan, mutasi dilaporkan kepada pengelola aset untuk disampaikan
kepada BPKAD sebagai koordinator SKPD.
Kalau penggunanya melaporkan kepada pengelola pasti kita langsung
membuat surat untuk ditindaklanjuti oleh BPKAD.
Selalu melakukan koordinasi dengan BPKAD, tetapi setiap melaporkan
harus disertai surat laporan kehilangan dari kepolisian disertai surat
keterangan dari dinas yang ditandatangani oleh kepala dinas untuk bahan
laporan aset guna untuk memproses mudahnya TP-TGR. Tetapi pernah di
temukan bahwa kendaraan dinas yang hilang tetapi tidak memberikan
surat laporan kehilangan kepolisian sehingga belum dilaporkan kepada
BPKAD yang Pak Nana takuti kan dia mau pensiun takutnya cuma alibi
aja bilang hilang tapi engga mau nyerahin surat laporan kehilangan dari
kepolisian diminta STNK aja engga dikasih.
Tergantung pengguna dan kendaraan dinasnya melaporkan atau tidak
kepada pengelola asetnya. Jika melaporkan kepada pengelola selaku
pengelola akan melaporkan lagi kepada BPKAD.
Tergantung pengguna kendaraan dinasnya melaporkan kepada pengelola
atau tidak.
Apakah sudah dilakukan pengawasan penggunaan kendaraan dinas?
Sudah dengan dilakukan pengecekan laporan.
Masih lemahnya pengawasan yang dijalankan karena masih terdapat
kendaraan dinas yang masih dikuasai oleh pejabat yang sudah pensiun.
Sudah tetapi masih lemahnya pengawasan internal, dimana kuasa
pengguna tidak pernah melakukan pengecekan SIMBADA maupun
ketika laporan mengenai kendaraan yang tidak diketahui penggunanya
tidak ada tindaklanjutnya.
153
11-9
Belum dilakukan pengawasan, karena kuasa pengguna tidak pernah
mengecek SIMBADA.
20. Siapa yang terlibat di dalam pengawasan aset?
11-1 Seluruh pegawai terlibat.
11-2
11-3
11-6 Yang pasti kepala dinas sebagai kuasa pengguna dan seluruh pihak saling
mengawasi karena aset rentan akan penyalahgunaan.
11-7 Kepala dinas sebagai kuasa pengguna dan seluruh pegawai karena aset
sering disalahgunakan penggunaannya.
11-8
11-9 Kuasa pengguna, pengelola aset dan semua pegawai.
154
155
156
157
158
159
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Epi Amelia
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 05 Mei 1991
Kewarganegaraan
: Warga Negara Indonesia
Alamat
: Jl. Raya Serang Km. 13,5 Desa Pasirgadung
Rt.08/01 Kec. Cikupa Kab. Tangerang
Email
: [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1997-2003
: SDN PASIRGADUNG III
Tahun 2003-2006
: SMP N 1 CIKUPA
Tahun 2006-2009
: SMA N 1 CURUG
Tahun 2010-2015
: Program Sarjana (S-1) Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
Download