PERJAMUAN KUDUS Ira D. Mangililo, Phd1 Umat Kristen Protestan dan Katolik di seluruh dunia telah merayakan Sakramen Perjamuan Kudus selama beberapa abad. Felley-Harnik mengatakan bahwa Perayaan Perjamuan Kudus – makan roti dan minum anggur – yang bertujuan untuk memperingati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan salah satu sakramen sentral dari kekristenan. Juga dikenal sebagai Perjamuan Tuhan (Caena Domini), Meja Tuhan (Mensa Domini) dan Tubuh Tuhan (Corpus Domini), istilah Perjamuan Kudus berasal dari penggambaran dari Perjamuan Terakhir Yesus Kristus dengan murid-muridNya yang diceritakan di dalam Inji-injil dan surat-surat Paulus di mana ucapan syukur (Eucharistia) memainkan peranan yang besar.2 Pernyataan ini didukung oleh Encyclopedia of Theology yang mencatat bahwa Ekaristi adalah sebutan untuk perayaan perjamuan sacramen Gereja yang sesuai dengan contoh dan instruksi Yesus. Sebutan ini mulai muncul pada abad ke-1 Zaman Bersama (ZB) dan mulai digunakana secara dominan sejak saat itu. Kata Ekaristi yang diambil dari tindakan “syukur” Yesus pada Perjamuan Terakhir (Lukas 22;19; 1 Kor 11:24; Markus 4:23; Mat 26:26) berarti “perilaku tepat dari orang yang adalah objek sebuah hadiah.”3 Pemaparan Felley-Harnik dan juga Encyclopedia of Theology sama-sama menekankan pada kata “syukur.” Hal ini disebabkan karena kata “Ekaristi” yang tidak dapat ditemukan di dalam Perjanjian Baru, berasal dari kata itu. Kata kerja “untuk bersyukur” (eucharistein), yang memunculkan kata “syukur” atau “Ekaristi” diambil dari Injil Lukas 22:17 dan di dalam surat Paulus 1 Kor 11:24. S. B. Clark mengatakan bahwa kata Ekaristi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “syukur.” 1 Makalah dipresentasikan pada acara Seminar & Pengayaan Materi PA Keluarga Tahun 2015, GKJ Salatiga 55. 2 G. Feeley-Harnik, The Lord’s Table: The Meaning of Food in Early Judaism and Christianity (London: Smith Inst. Press, 1994), 1. 3 Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi (London: Oates, 1975), 447. Kata ini juga sejajar dengan kata Ibrani “berakah” yang berarti “syukur.” Kata ini digunakan di setiap perjamuan makan orang Yahudi khususnya perjamuan makan pada hari Sabat yang selalu diawali dan diakhiri dengan sebuah pengucapan syukur (berakah) yaitu doa syukur atas roti, doa syukur pada awal perjamuan dan doa syukur atas anggur. Bagi orang Yahudi, adalah penting untuk mengucap syukur atas semua yang telah diberikan dan diterima.4 Asal Muasal Perjamuan Kudus Ajaran gereja menempatkan asal Perjamuan Kudus atau Ekaristi pada Perjamuan terakhir Yesus dengan para muridNya di mana Ia dipercaya telah mengambil roti dan memberikannya kepada para muridNya sambil memerintahkan mereka untuk memakannya karena roti itu adalah tubuhNya. Ia juga mengambil sebuah cawan berisi anggur dan memberikannya kepada para muridNya sambil menyuruh mereka untuk meminumnya karena cawan itu adalah cawan perjanjian darahNya. Laporan paling awal yang melaporkan tentang sebuah eucharistia Kristen dapat ditemukan dalam buku First Epistle to the Corinthians5 (c.a. 55 ZB) di mana Rasul Paulus menghubungkan “makan roti dan minum cawan Tuhan” di dalam perayaan Perjamuan Tuhan (the Supper of the Lord) dengan Perjamuan Terakhir (Last Supper) Yesus yang berlangsung 25 tahun sebelumnya (Lih. 1 Kor 11:17-34). Paulus mempertimbangkan bahwa ketika merayakan ritual tersebut mereka memenuhi mandat atau perintah untuk melakukannya. Kisah Para Rasul menggambarkan tindakan orang-orang Kristen mula-mula yang berkumpul untuk memecahkan roti sebagai sebuah tindakan seremoni atau upacara. 6 4 S. B. Clark, Catholics and the Eucharist: A Scriptural Introduction (Michigan: Servant Publications, 2000), 8. Jerome Murphy-O'Connor, "The First Letter to the Corinthians,"dalam The New Jerome Biblical Commentary, diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer, Roland E. Murphy Englewood Cliffs (New Jersey: Prentice Hall, 1996), 799. 5 6 Gregory Dix, The Shape of the Liturgy (London: Dacre Press, 1949), 63 Penulis lain yang berbicara tentang Perjamuan Kudus adalah Justin Martyr yang menulis di sekitar pertengahan abad ke-dua ZB. Di dalam tulisan ini Justin Martyr memberikan gambaran yang tertua tentang sesuatu yang dapat dikenali sebagai ritual yang digunakan hingga hari ini.7 Sumber-sumber terdahulu seperti the Didache, 1 Clement dan Ignatius of Antioch memberikan gambaran tentang apa yang orang Kristen awal lakukan di dalam perayaan Perjamuan Kudus mereka. Sumbersumber kemudian seperti Tertullian dan the Apostolic Tradition menggambarkan beberapa detail perayaan di sekitar tahun 200-an.8 Tulisan-tulisan tersebut menggambarkan bahwa begitu Gereja berani menyatakan diri secara publik setelah Konstantin Agung memeluk kepercayaan kepada Kristus di dekade yang kedua pada abad ke-empat maka Perjamuan Kudus ditetapkan sebagai bagian dari kehidupan kekristenan. Para ahli modern berdebat tentang apakah Yesus memang berkeinginan untuk menetapkan Perjamuan Terakhir-Nya sebagai bagian dari ritual.9 Mereka juga berdebat tentang apakah Perjamuan Terakhir merupakan peristiwa sejarah yang berhubungan dengan peristiwa tradisi Perjamuan Kudus atau Ekaristi dan apakah Perjamuan Kudus berasal dari konteks pagan di mana makan malam untuk mengingat orang mati merupakan suatu hal yang umum.10 Pertanyaan-pertanyaan ini tetap dipergumulkan hingga hari ini namun untuk kepentingan kita maka kita akan melihat bagaimana Perjanjian Baru sendiri menggambarkan peristiwa Perjamuan Kudus ini. 7 K. W. Noakes, "The Eucharist: 2 From the Apostolic Fathers to Irenaeus," dalam The Study of Liturgy, diedit oleh Cheslyn Jones et all (London: SPCK, 1979), 171f 8 Geoffrey Wainwright (1979), "General Introduction: 1 The Periods of Liturgical History," dalam The Study of Liturgy, diedit oleh Cheslyn Jones et all (London: SPCK, 1979), 35 9 John Dominic Crossan,The Historical Jesus: The Life of a Mediterranean Jewish Peasant (San Francisco: Harper Collins, 1993), 360-367. 10 Paul Bradshaw, Eucharistic Origins (London, SPCK, 2004), 10. Perjamuan Kudus di dalam Perjanjian Baru Di dalam Perjanjian Baru ada empat laporan tentang penetapan Perjamuan Kudus yang tertua berasal dari Rasul Paulus di dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus yang menghubungkan Perjamuan Kudus dengan Perjamuan Terakhir. Tiga laporan lainnya berasal dari tiga Injil Sinoptik yang juga bercerita tentang Perjamuan Terakhir. Surat Paulus dan Injil-injil Sinoptik 1 Kor 11:23-26 Markus 14:22-25 Matius 26:26-29 Lukas 22:14-20 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecahmecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; Dan ketika Yesus dan murid-muridNya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecahmecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian , yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecahmecahkannya lalu memberikannya kepada muridmurid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Akan tetapi Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasulrasul-Nya. KataNya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah. " Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang." Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecahmecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu . Dari gambaran di atas maka terlihat jelas bahwa Matius mengikuti laporan Markus yang oleh para ahli dilihat sebagai Injil tertua. Versi Lukas di lain pihak sangat berbeda dari versi Markus di dalam beberapa hal sehingga banyak ahli yang berpikir bahwa Lukas mengambil informasinya dari sumber yang berbeda. Yohanes, meskipun tidak memiliki perintah melaksanakan Perjamuan Kudus namun turut pula melaporkan tentang Perjamuan pada malam Yesus dikhianati termasuk adengan pembasuhan kaki.11 Pada pasal 13-17 dari Injil Yohanes, kita melihat 11 Robert Funk, The Five Gospels (San Francisco: Harper Collins, 1993), 387. adanya serangkaian pengajaran dan doa Yesus pada Perjamuan Terakhir namun tidak menyebutkan ritual Perjamuan Kudus. Di lain pihak, Yohanes 6, khususnya 6:55-56 (“Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”) banyak ditafsirkan sebagai sebuah indikasi untuk menjalankan Ekaristi. Keunikan yang dimiliki oleh Injil Yohanes dibandingkan dengan Injil yang lainnya dipahami sebagai refleksi dari tradisi liturgi dari komunitas Yohanes.12 Lebih lanjut, sebuah pasal yang ditemukan di dalam laporan Lukas, yang juga ditemukan di dalam surat Paulus, mencatat sebuah perintah Yesus kepada murid-muridNya untuk “melakukan sebagai peringatan akan aku.” Namun tidak ada indikasi bahwa hal ini harus dilakukan secara berkala seperti Paskah. Meskipun demikian, dengan menjalankan perayaan Perjamuan Kudus secara berkala maka jelaskan bahwa umat Kristen memahami perkataan “perbuatlah sebagai peringatan akan Aku” sebagai ajakan untuk melaksanakan perayaan ini secara berkala. Laporan Kisah Rasul, Korintus dan Yudas Perjanjian Baru melaporkan sejumlah praktek keagamaan yang menggambarkan persekutuan di meja makan yang kemudian dianggap sebagai Perjamuan Kudus. Rasul Paulus menanggapi sejumlah pelanggaran yang terjadi pada saat perjamuan yang dilakukan oleh orang Kristen di Korintus pada saat pertemuan dan oleh karena itu tidak layak untuk disebut sebagai “Perjamuan Tuhan”/κυριακὸν δεῖπνον (Lih. 1 Kor 11:20). Dia meminta mereka untuk merayakannya secara bermartabat karena jika tidak maka mereka harus berhadapan dengan tubuh dan darah Tuhan. Di bagian lain di dalam surat yang sama, Paulus menulis: “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan 12 Pheme Perkins, "The Gospel According to John," dalam The New Jerome Biblical Commentary, diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer, Roland E. Murphy (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, 1996), 962. dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat” (I Kor 10:21). Perkataan Paulus ini ditulis di dalam konteks jemaat Korintus yang diinjilinya di Yunani pada tahun 51/52 ZB. Jemaat Paulus yang baru lahir ini terdiri dari kelompok bukan Yahudi yang kemudian berpindah keyakinan (I Kor 12:2). Jemaat di Korintus telah menulis kepada Paulus untuk mengungkapkan berbagai hal (I Kor 7:1). Di dalam suratnya, Paulus mengkritisi apa yang didengarnya terjadi di dalam pertemuan mereka yaitu yang berkenaan dengan pelanggaran pada perjamuan komunal (mabuk dan makan tanpa mengingat orang lain). Di dalam suratnya ia mengingatkan mereka tentang apa yang dikatakannya sebagai “yang diterimanya dari Tuhan” dan yang telah diteruskan sebagai bagian dari tindakan-tindakan Yesus terutama yang berhubungan dengan Perjamuan Terakhir. Pernyataan Paulus ini menimbulkan berbagai perdebatan yang kembali berhubungan dengan pandangan tentang apakah yang Paulus maksudkan di atas berkenaan dengan Perjamuan Terakhir ataukah Perjamuan Kudus. Di dalam menanggapi permasalahan ini maka ahli seperti Bruce Chilton berpandangan bahwa Paulus benar-benar telah menerima perintah dari Tuhan (I Kor 11:23) melalui Kefas (Galatia 1:18) yang kemudian diteruskan kepada para pendengarnya (1 Kor 11:23). Di sini, Paulus mengingatkan para pendengarnya akan apa yang telah diajarkan kepadanya sebagai yang bersifat otoritatif – sebuah pengajaran dari Tuhan dan dipelihara oleh jemaat mula-mula.13 Pandangan Chilton disetujui oleh Eugene LaVerdiere yang mengatakan bahwa Paulus menerima (paralambano) tradisi Perjamuan Kudus pada awal 40-an ketika berada di komunitas Antiokia. Ia menurunkan tradisi tersebut (paradidomi) kepada jemaat di Korintus pada tahun 51 ketika ia pertama kali memberitakan Injil kepada mereka. Seperti Paulus, orang Korintus juga kemudian melaksanakan tradisi Perjamuan Kudus dan menurunkannya pada jemaat lain yang dipercayakan oleh Paulus kepada 13 Bruce Chilton, A Feast of Meanings: Eucharistic Theologies from Jesus through Johannine Circles (The Netherlands: Brill, 1994), 110. mereka. Beberapa tahun kemudian, ca. 54, Paulus mengingatkan mereka akan hal ini di dalam 1 Korintus.14 Sementara itu ada tiga refensi di dalam Kisah Para Rasul tentang tindakan “memecahkan roti” yang dilakukan oleh umat Kristen mula-mula di Yerusalem dan oleh Paulus pada kunjungannya yang pertama di Troas. Surat-surat Paulus dan Kisah Para Rasul jelas-jelas menunjukkan bahwa kekristenan awal percaya pada penetapan Perjamuan Kudus termasuk di dalamnya perintah untuk melanjutkan perayaan ini sebagai tindakan mengantisipasi kehidupan yang penuh kebahagiaan di meja perjamuan yang akan datang seiring dengan kedatangan Kerajaan Allah. Istilah “Agape” atau “Perjamuan-Kasih” muncul di dalam Yudas 1:12 “Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali .” Perjamuan Kudus pada Jemaat Mula-mula dan Makna Teologisnya Tiga ratus tahun setelah penyaliban Yesus, praktek dan kepercayaan umat Kristen berkenaan dengan Perjamuan Kudus telah mencapai bentuk yang solid dan dijadikan sebagai pusat di dalam peribadahan umat Kristen. Pada awalnya, ritual Perjamuan Kudus ini disosialisasikan dari mulut ke mulut. Namun seiring dengan dimulainya tradisi penulisan akan cerita dan perkataan Yesus serta tradisi kekristenan maka tradisi Perjamuan Kuduspun dimasukkan ke dalam tulisantulisan tersebut. Teologi Perjamuan Kudus dan perannya sebagai sebuah sakramen dikembangkan pada periode ini. Dengan mendasarkan dirinya pada buku First 14 Eugene LaVerdiere, The Eucharist in the New Testament and the Early Church (Washington: Liturgical Press, 1996), 31. Apology dan the Dialogue with Trypho of Justin Martyr yang ditulis sekitar tahun 150 ZB, K. W. Noakes15 mendaftarkan struktur liturgi yang digunakan pada masa itu: 1. Pembacaan Alkitab dan Khotbah; 2. Doa dan Ciuman Perdamaian; 3. Roti dan Piala dibawa kepada pemimpin kebaktian; 4) Doa Ekaristi yang mengikuti bentuk yang telah paten dengan ikuti oleh kata “amin” oleh jemaat; 5. Distribusi elemen-elemen perjamuan kudus oleh para diaken bagi mereka yang hadir dan tidak hadir; 6. Pengumpulan persembahan. Struktur umum ibadah Perjamuan Kudus ini juga masih digunakan hingga saat ini dengan teologi sebagai berikut: roti dan anggur ditransformasikan ke dalam daging dan darah Yesus; kedua hal itu adalah persembahan kudus atau suci yang diucapkan oleh Maleaki (1:11) dan doa ekaristi itu sendiri merupakan: 1) sebuah syukur atas ciptaan dan penebusan dan 2) sebuah anamnesis (peringatan) atas penderitaan (dan kemungkinan peristiwa inkarnasi). Tulisan yang berjudul Didache yang didata sekitar pertengahan abad pertama telah mengatakan bahwa mereka yang belum dibaptis hendaknya tidak diperkenankan untuk turut serta di dalam perayaan Perjamuan Kudus. Hendaklah orang-orang tersebut dibabtis di dalam nama Tuhan.16 Pembahasan di atas menunjukkan bahwa di dalam tradisi kekristenan awal tradisi Perjamuan Kudus telah dipraktekkan secara meluas oleh komunitaskomunitas Kristen yang tersebar di berbagai tempat. Paul Vu Chi Hy SSS menulis bahwa ada makna eskalogis dari perayaan Perjamuan Kudus ini yaitu ungkapan iman jemaat tentang keterhubungan antara Kerajaan Allah dan peristiwa kebangkitan Kristus.17 Di sini, ketika umat Kristen mengimani peristiwa Perjamuan 15 Noakes, "The Eucharist,” 170. 16 Didache 9:5. 17 Paul Vu Chi Hy SSS, “Towards a Constructive Rertrieval of the Eschatological Dimension of the Eucharist,” in Australian eJournal of Theology 3 (August 2004), 21. Kudus sebagai wujud pernyataan kehadiran Tubuh Kristus yang telah bangkit yang kini telah disimbolkan melalui roti dan anggur maka perayaan tersebut sebenarnya mengisyaratkan adanya impian dan harapan-harapan yang diberikan oleh Kristus bagi tujuan masa depan kemanusian dan seluruh ciptaan. Dengan makan dan minum di dalam meja perjamuan maka umat Kristen tengah menyatukan diri mereka dengan Kristus. Mereka juga tengah menyerahkan dirinya untuk dirawat dan dipelihara oleh kasih Allah yang memberi dan mengubah kehidupan.18 Peristiwa Perjamuan Kudus dengan demikian merupakan sebuah tempat pertemuan yang istimewa di antara Allah yang Tritunggal dengan umat Kristen di dalam sejarah keselamatan manusia. Melalui Tubuh Kristus yang diterima dan dinikmati secara berkala, umat Kristenpun diharapkan untuk mempersembahkan buah-buah kehidupan, hasil pekerjaan tangan manusia yang dinyatakan melalui perkataan, tanda-tanda dan ritual-ritual tindakan yang menunjukkan kekudusan dan kasih Allah yang paling benar, baik dan indah. Di sinilah, setiap tindakan doa, setiap tindakan berbagi, makan dan minum bersama di dalam Perjamuan Kudus adalah sebuah tindakan eskatologis yang merujuk pada penyelesaian dalam kepenuhan waktu.19 Di samping itu, perjamuan kasih yang mengikuti Perjamuan Kasih juga kemungkinan dilakukan pada gereja awal hanya saja tidak lagi dipertahankan mengingat bertambahnya jumlah jemaat dan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan tradisi tersebut. Clemen of Alexandria di dalam Stromata 111, 2 menyebutkan hal ini sementara Augustine of Hippo menolak tradisi Perjamuan Kasih mengingat bahwa banyak orang yang mabuk-mabukan pada perayaan tersebut. Berikut ini adalah struktur teologi Perjamuan Kudus yang dapat dilihat di dalam tulisan-tulisan dan ikonografi menurut Crossan. 20 18 Vu Chi Hy SSS, “Towards a Constructive Rertrieval, 21. Vu Chi Hy SSS, “Towards a Constructive Rertrieval, 21. 20 Crossan, The Historical Jesus, 360-367 19 1. Graeco- 2. Roman Jesus' 3a. Didache 3b. practice 10 4. Didache 9 1 5. Mark Corinthians formal meal deipnon a meal that (supper, later and in main meal), then retrospect was symposion recognized as having Give thanks, Eucharist, Lord's Supper no reference no Passover Meal to Passover, reference Last Supper, to been or Death of Passover, their last one Jesus Last together Supper, or Death of Jesus Bread Open course Commensality - Meal followed by radical Common Common meal, ritual Thanks, social followed by with ritual egalitarianism libation in seating for the Bread/body, Thanks Cup Common to (thanks for Meal, Father, the Holy Cup/blood followed by meal no ritual Vine wine course with bread David) and or cup of During meal, first Bread/body, then Cup/blood and Thanks Bread (thanks for the life and knowledge of Jesus) No No ritual ritual No mention No Passion No command of the death mention of Remembrance for repetition of Jesus the death in both cup and of Jesus and bread remembrance Bahan Diskusi: 1. Perjamuan Kudus bagi anak? Apakah ini dapat menjadi sebuah kemungkinan bagi anda? 2. Apakah kita bisa menggantikan roti dan anggur dengan bahan-bahan yang sesuai dengan konteks jemaat kita? Daftar Pustaka: Bradshaw, Paul. Eucharistic Origins. London, SPCK, 2004. Chilton, Bruce. A Feast of Meanings: Eucharistic Theologies from Jesus through Johannine Circles. The Netherlands: Brill, 1994. Clark, S. B. Catholics and the Eucharist: A Scriptural Introduction. Michigan: Servant Publications, 2000. Crossan, John Dominic . The Historical Jesus: The Life of a Mediterranean Jewish Peasant. San Francisco: Harper Collins, 1993. Dix, Gregory (1949), The Shape of the Liturgy. London: Dacre Press, 1949. Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi. London: Oates, 1975. Feeley-Harnik, G. The Lord’s Table: The Meaning of Food in Early Judaism and Christianity London: Smith Inst. Press, 1994. Funk, Robert. The Five Gospels. San Francisco: Harper Collins, 1993. LaVerdiere, Eugene. The Eucharist in the New Testament and the Early Church. Washington: Liturgical Press, 1996. Murphy-O'Connor, Jerome. "The First Letter to the Corinthians. Dalam The New Jerome Biblical Commentary. Diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer, Roland E. Murphy Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall, 1996. Noakes, K. W. "The Eucharist: 2 From the Apostolic Fathers to Irenaeus." Di dalam The Study of Liturgy. Diedit oleh Cheslyn Jones et all. London: SPCK, 1979. Perkins, Pheme. "The Gospel According to John." Dalam The New Jerome Biblical Commentary. Diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer, Roland E. Murphy. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, 1996). Vu Chi Hy SSS, Paul. “Towards a Constructive Rertrieval of the Eschatological Dimension of the Eucharist.” Australian eJournal of Theology 3 (August 2004). Wainwright, Geoffrey. "General Introduction: 1 The Periods of Liturgical History. Dalam The Study of Liturgy. Diedit oleh Cheslyn Jones et all. London: SPCK, 1979.