PERJAMUAN KUDUS Ira D. Mangililo, Phd Umat Kristen Protestan

advertisement
PERJAMUAN KUDUS
Ira D. Mangililo, Phd1
Umat Kristen Protestan dan Katolik di seluruh dunia telah merayakan
Sakramen Perjamuan Kudus selama beberapa abad. Felley-Harnik mengatakan
bahwa Perayaan Perjamuan Kudus – makan roti dan minum anggur – yang
bertujuan untuk memperingati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan
salah satu sakramen sentral dari kekristenan. Juga dikenal sebagai Perjamuan
Tuhan (Caena Domini), Meja Tuhan (Mensa Domini) dan Tubuh Tuhan (Corpus
Domini), istilah Perjamuan Kudus berasal dari penggambaran dari Perjamuan
Terakhir Yesus Kristus dengan murid-muridNya yang diceritakan di dalam Inji-injil
dan surat-surat Paulus di mana ucapan syukur (Eucharistia) memainkan peranan
yang besar.2 Pernyataan ini didukung oleh Encyclopedia of Theology yang mencatat
bahwa Ekaristi adalah sebutan untuk perayaan perjamuan sacramen Gereja yang
sesuai dengan contoh dan instruksi Yesus. Sebutan ini mulai muncul pada abad ke-1
Zaman Bersama (ZB) dan mulai digunakana secara dominan sejak saat itu. Kata
Ekaristi yang diambil dari tindakan “syukur” Yesus pada Perjamuan Terakhir (Lukas
22;19; 1 Kor 11:24; Markus 4:23; Mat 26:26) berarti “perilaku tepat dari orang yang
adalah objek sebuah hadiah.”3
Pemaparan Felley-Harnik dan juga Encyclopedia of Theology sama-sama
menekankan pada kata “syukur.” Hal ini disebabkan karena kata “Ekaristi” yang
tidak dapat ditemukan di dalam Perjanjian Baru, berasal dari kata itu. Kata kerja
“untuk bersyukur” (eucharistein), yang memunculkan kata “syukur” atau “Ekaristi”
diambil dari Injil Lukas 22:17 dan di dalam surat Paulus 1 Kor 11:24. S. B. Clark
mengatakan bahwa kata Ekaristi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “syukur.”
1
Makalah dipresentasikan pada acara Seminar & Pengayaan Materi PA Keluarga Tahun
2015, GKJ Salatiga 55.
2
G. Feeley-Harnik, The Lord’s Table: The Meaning of Food in Early Judaism and Christianity
(London: Smith Inst. Press, 1994), 1.
3
Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi (London: Oates, 1975), 447.
Kata ini juga sejajar dengan kata Ibrani “berakah” yang berarti “syukur.” Kata ini
digunakan di setiap perjamuan makan orang Yahudi khususnya perjamuan makan
pada hari Sabat yang selalu diawali dan diakhiri dengan sebuah pengucapan syukur
(berakah) yaitu doa syukur atas roti, doa syukur pada awal perjamuan dan doa
syukur atas anggur. Bagi orang Yahudi, adalah penting untuk mengucap syukur atas
semua yang telah diberikan dan diterima.4
Asal Muasal Perjamuan Kudus
Ajaran gereja menempatkan asal Perjamuan Kudus atau Ekaristi pada
Perjamuan terakhir Yesus dengan para muridNya di mana Ia dipercaya telah
mengambil roti dan memberikannya kepada para muridNya sambil memerintahkan
mereka untuk memakannya karena roti itu adalah tubuhNya. Ia juga mengambil
sebuah cawan berisi anggur dan memberikannya kepada para muridNya sambil
menyuruh mereka untuk meminumnya karena cawan itu adalah cawan perjanjian
darahNya. Laporan paling awal yang melaporkan tentang sebuah eucharistia Kristen
dapat ditemukan dalam buku First Epistle to the Corinthians5 (c.a. 55 ZB) di mana
Rasul Paulus menghubungkan “makan roti dan minum cawan Tuhan” di dalam
perayaan Perjamuan Tuhan (the Supper of the Lord) dengan Perjamuan Terakhir
(Last Supper) Yesus yang berlangsung 25 tahun sebelumnya (Lih. 1 Kor 11:17-34).
Paulus mempertimbangkan bahwa ketika merayakan ritual tersebut mereka
memenuhi mandat atau perintah untuk melakukannya. Kisah Para Rasul
menggambarkan tindakan orang-orang Kristen mula-mula yang berkumpul untuk
memecahkan roti sebagai sebuah tindakan seremoni atau upacara. 6
4
S. B. Clark, Catholics and the Eucharist: A Scriptural Introduction (Michigan: Servant
Publications, 2000), 8.
Jerome Murphy-O'Connor, "The First Letter to the Corinthians,"dalam The New Jerome
Biblical Commentary, diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer, Roland E. Murphy
Englewood Cliffs (New Jersey: Prentice Hall, 1996), 799.
5
6
Gregory Dix, The Shape of the Liturgy (London: Dacre Press, 1949), 63
Penulis lain yang berbicara tentang Perjamuan Kudus adalah Justin Martyr
yang menulis di sekitar pertengahan abad ke-dua ZB. Di dalam tulisan ini Justin
Martyr memberikan gambaran yang tertua tentang sesuatu yang dapat dikenali
sebagai ritual yang digunakan hingga hari ini.7 Sumber-sumber terdahulu seperti the
Didache, 1 Clement dan Ignatius of Antioch memberikan gambaran tentang apa yang
orang Kristen awal lakukan di dalam perayaan Perjamuan Kudus mereka. Sumbersumber kemudian seperti Tertullian dan the Apostolic Tradition menggambarkan
beberapa detail perayaan di sekitar tahun 200-an.8 Tulisan-tulisan tersebut
menggambarkan bahwa begitu Gereja berani menyatakan diri secara publik setelah
Konstantin Agung memeluk kepercayaan kepada Kristus di dekade yang kedua pada
abad ke-empat maka Perjamuan Kudus ditetapkan sebagai bagian dari kehidupan
kekristenan. Para ahli modern berdebat tentang apakah Yesus memang
berkeinginan untuk menetapkan Perjamuan Terakhir-Nya sebagai bagian dari
ritual.9 Mereka juga berdebat tentang apakah Perjamuan Terakhir merupakan
peristiwa sejarah yang berhubungan dengan peristiwa tradisi Perjamuan Kudus
atau Ekaristi dan apakah Perjamuan Kudus berasal dari konteks pagan di mana
makan malam untuk mengingat orang mati merupakan suatu hal yang umum.10
Pertanyaan-pertanyaan ini tetap dipergumulkan hingga hari ini namun untuk
kepentingan kita maka kita akan melihat bagaimana Perjanjian Baru sendiri
menggambarkan peristiwa Perjamuan Kudus ini.
7
K. W. Noakes, "The Eucharist: 2 From the Apostolic Fathers to Irenaeus," dalam The Study
of Liturgy, diedit oleh Cheslyn Jones et all (London: SPCK, 1979), 171f
8
Geoffrey Wainwright (1979), "General Introduction: 1 The Periods of Liturgical History,"
dalam The Study of Liturgy, diedit oleh Cheslyn Jones et all (London: SPCK, 1979), 35
9
John Dominic Crossan,The Historical Jesus: The Life of a Mediterranean Jewish Peasant (San
Francisco: Harper Collins, 1993), 360-367.
10
Paul Bradshaw, Eucharistic Origins (London, SPCK, 2004), 10.
Perjamuan Kudus di dalam Perjanjian Baru
Di dalam Perjanjian Baru ada empat laporan tentang penetapan Perjamuan
Kudus yang tertua berasal dari Rasul Paulus di dalam suratnya yang pertama
kepada jemaat di Korintus yang menghubungkan Perjamuan Kudus dengan
Perjamuan Terakhir. Tiga laporan lainnya berasal dari tiga Injil Sinoptik yang juga
bercerita tentang Perjamuan Terakhir.
Surat Paulus dan Injil-injil Sinoptik
1 Kor 11:23-26
Markus 14:22-25
Matius 26:26-29
Lukas 22:14-20
Sebab apa yang
telah kuteruskan
kepadamu,
telah
aku terima dari
Tuhan, yaitu bahwa
Tuhan Yesus, pada
malam waktu Ia
diserahkan,
mengambil
roti
dan sesudah itu Ia
mengucap syukur
atasnya;
Ia
memecahmecahkannya dan
berkata:
"Inilah
tubuh-Ku,
yang
diserahkan
bagi
kamu; perbuatlah
ini
menjadi
peringatan
akan
Aku!"
Demikian
juga Ia mengambil
cawan,
sesudah
makan,
lalu
berkata:
"Cawan
ini
adalah
perjanjian
baru
yang dimeteraikan
oleh
darah-Ku;
Dan ketika Yesus
dan murid-muridNya sedang makan,
Yesus mengambil
roti,
mengucap
berkat, memecahmecahkannya lalu
memberikannya
kepada
mereka
dan
berkata:
"Ambillah, inilah
tubuh-Ku."
Sesudah itu Ia
mengambil cawan,
mengucap syukur
lalu
memberikannya
kepada
mereka,
dan
mereka
semuanya minum
dari cawan itu. Dan
Ia berkata kepada
mereka:
"Inilah
darah-Ku,
darah
perjanjian , yang
ditumpahkan bagi
banyak orang. Aku
berkata kepadamu:
Sesungguhnya Aku
Dan ketika mereka
sedang
makan,
Yesus mengambil
roti,
mengucap
berkat, memecahmecahkannya lalu
memberikannya
kepada
muridmurid-Nya
dan
berkata: "Ambillah,
makanlah,
inilah
tubuh-Ku."
Sesudah itu Ia
mengambil cawan,
mengucap syukur
lalu
memberikannya
kepada
mereka
dan
berkata:
"Minumlah, kamu
semua, dari cawan
ini. Sebab inilah
darah-Ku,
darah
perjanjian,
yang
ditumpahkan bagi
banyak
orang
untuk
pengampunan
dosa. Akan tetapi
Ketika
tiba
saatnya,
Yesus
duduk
makan
bersama-sama
dengan
rasulrasul-Nya.
KataNya
kepada
mereka:
"Aku
sangat
rindu
makan Paskah ini
bersama-sama
dengan
kamu,
sebelum
Aku
menderita. Sebab
Aku
berkata
kepadamu:
Aku
tidak
akan
memakannya lagi
sampai ia beroleh
kegenapannya
dalam
Kerajaan
Allah."Kemudian Ia
mengambil sebuah
cawan, mengucap
syukur,
lalu
berkata: "Ambillah
ini dan bagikanlah
di antara kamu.
Sebab Aku berkata
perbuatlah
ini,
setiap kali kamu
meminumnya,
menjadi
peringatan
akan
Aku!" Sebab setiap
kali kamu makan
roti ini dan minum
cawan ini, kamu
memberitakan
kematian
Tuhan
sampai Ia datang.
tidak akan minum
lagi hasil pokok
anggur
sampai
pada hari Aku
meminumnya,
yaitu yang baru,
dalam
Kerajaan
Allah. "
Aku
berkata
kepadamu: mulai
dari sekarang Aku
tidak akan minum
lagi hasil pokok
anggur ini sampai
pada hari Aku
meminumnya,
yaitu yang baru,
bersama-sama
dengan
kamu
dalam
Kerajaan
Bapa-Ku."
kepada
kamu:
mulai
dari
sekarang ini Aku
tidak akan minum
lagi hasil pokok
anggur
sampai
Kerajaan
Allah
telah datang." Lalu
Ia mengambil roti,
mengucap syukur,
memecahmecahkannya dan
memberikannya
kepada
mereka,
kata-Nya: "Inilah
tubuh-Ku
yang
diserahkan
bagi
kamu; perbuatlah
ini
menjadi
peringatan
akan
Aku."
Demikian
juga
dibuat-Nya
dengan
cawan
sesudah makan; Ia
berkata:
"Cawan
ini
adalah
perjanjian
baru
oleh
darah-Ku,
yang ditumpahkan
bagi kamu .
Dari gambaran di atas maka terlihat jelas bahwa Matius mengikuti laporan
Markus yang oleh para ahli dilihat sebagai Injil tertua. Versi Lukas di lain pihak
sangat berbeda dari versi Markus di dalam beberapa hal sehingga banyak ahli yang
berpikir bahwa Lukas mengambil informasinya dari sumber yang berbeda. Yohanes,
meskipun tidak memiliki perintah melaksanakan Perjamuan Kudus namun turut
pula melaporkan tentang Perjamuan pada malam Yesus dikhianati termasuk
adengan pembasuhan kaki.11 Pada pasal 13-17 dari Injil Yohanes, kita melihat
11
Robert Funk, The Five Gospels (San Francisco: Harper Collins, 1993), 387.
adanya serangkaian pengajaran dan doa Yesus pada Perjamuan Terakhir namun
tidak menyebutkan ritual Perjamuan Kudus. Di lain pihak, Yohanes 6, khususnya
6:55-56 (“Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah
benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”) banyak ditafsirkan sebagai sebuah
indikasi untuk menjalankan Ekaristi. Keunikan yang dimiliki oleh Injil Yohanes
dibandingkan dengan Injil yang lainnya dipahami sebagai refleksi dari tradisi liturgi
dari komunitas Yohanes.12 Lebih lanjut, sebuah pasal yang ditemukan di dalam
laporan Lukas, yang juga ditemukan di dalam surat Paulus, mencatat sebuah
perintah Yesus kepada murid-muridNya untuk “melakukan sebagai peringatan akan
aku.” Namun tidak ada indikasi bahwa hal ini harus dilakukan secara berkala seperti
Paskah. Meskipun demikian, dengan menjalankan perayaan Perjamuan Kudus
secara berkala maka jelaskan bahwa umat Kristen memahami perkataan
“perbuatlah sebagai peringatan akan Aku” sebagai ajakan untuk melaksanakan
perayaan ini secara berkala.
Laporan Kisah Rasul, Korintus dan Yudas
Perjanjian
Baru
melaporkan
sejumlah
praktek
keagamaan
yang
menggambarkan persekutuan di meja makan yang kemudian dianggap sebagai
Perjamuan Kudus. Rasul Paulus menanggapi sejumlah pelanggaran yang terjadi
pada saat perjamuan yang dilakukan oleh orang Kristen di Korintus pada saat
pertemuan dan oleh karena itu tidak layak untuk disebut sebagai “Perjamuan
Tuhan”/κυριακὸν δεῖπνον (Lih. 1 Kor 11:20).
Dia meminta mereka untuk
merayakannya secara bermartabat karena jika tidak maka mereka harus
berhadapan dengan tubuh dan darah Tuhan. Di bagian lain di dalam surat yang
sama, Paulus menulis: “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari
cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan
12
Pheme Perkins, "The Gospel According to John," dalam The New Jerome Biblical
Commentary, diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer, Roland E. Murphy
(Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, 1996), 962.
dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat” (I Kor 10:21). Perkataan Paulus ini ditulis
di dalam konteks jemaat Korintus yang diinjilinya di Yunani pada tahun 51/52 ZB.
Jemaat Paulus yang baru lahir ini terdiri dari kelompok bukan Yahudi yang
kemudian berpindah keyakinan (I Kor 12:2). Jemaat di Korintus telah menulis
kepada Paulus untuk mengungkapkan berbagai hal (I Kor 7:1). Di dalam suratnya,
Paulus mengkritisi apa yang didengarnya terjadi di dalam pertemuan mereka yaitu
yang berkenaan dengan pelanggaran pada perjamuan komunal (mabuk dan makan
tanpa mengingat orang lain). Di dalam suratnya ia mengingatkan mereka tentang
apa yang dikatakannya sebagai “yang diterimanya dari Tuhan” dan yang telah
diteruskan
sebagai
bagian
dari
tindakan-tindakan
Yesus
terutama
yang
berhubungan dengan Perjamuan Terakhir. Pernyataan Paulus ini menimbulkan
berbagai perdebatan yang kembali berhubungan dengan pandangan tentang apakah
yang Paulus maksudkan di atas berkenaan dengan Perjamuan Terakhir ataukah
Perjamuan Kudus.
Di dalam menanggapi permasalahan ini maka ahli seperti Bruce Chilton
berpandangan bahwa Paulus benar-benar telah menerima perintah dari Tuhan (I
Kor 11:23) melalui Kefas (Galatia 1:18) yang kemudian diteruskan kepada para
pendengarnya (1 Kor 11:23). Di sini, Paulus mengingatkan para pendengarnya akan
apa yang telah diajarkan kepadanya sebagai yang bersifat otoritatif – sebuah
pengajaran dari Tuhan dan dipelihara oleh jemaat mula-mula.13 Pandangan Chilton
disetujui oleh Eugene LaVerdiere yang mengatakan bahwa Paulus menerima
(paralambano) tradisi Perjamuan Kudus pada awal 40-an ketika berada di
komunitas Antiokia. Ia menurunkan tradisi tersebut (paradidomi) kepada jemaat di
Korintus pada tahun 51 ketika ia pertama kali memberitakan Injil kepada mereka.
Seperti Paulus, orang Korintus juga kemudian melaksanakan tradisi Perjamuan
Kudus dan menurunkannya pada jemaat lain yang dipercayakan oleh Paulus kepada
13
Bruce Chilton, A Feast of Meanings: Eucharistic Theologies from Jesus through Johannine
Circles (The Netherlands: Brill, 1994), 110.
mereka. Beberapa tahun kemudian, ca. 54, Paulus mengingatkan mereka akan hal
ini di dalam 1 Korintus.14
Sementara itu ada tiga refensi di dalam Kisah Para Rasul tentang tindakan
“memecahkan roti” yang dilakukan oleh umat Kristen mula-mula di Yerusalem dan
oleh Paulus pada kunjungannya yang pertama di Troas. Surat-surat Paulus dan
Kisah Para Rasul jelas-jelas menunjukkan bahwa kekristenan awal percaya pada
penetapan Perjamuan Kudus termasuk di dalamnya perintah untuk melanjutkan
perayaan ini sebagai tindakan mengantisipasi kehidupan yang penuh kebahagiaan
di meja perjamuan yang akan datang seiring dengan kedatangan Kerajaan Allah.
Istilah “Agape” atau “Perjamuan-Kasih” muncul di dalam Yudas 1:12 “Mereka inilah
noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan
hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang tak berair, yang
berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak
menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang
mati sama sekali .”
Perjamuan Kudus pada Jemaat Mula-mula dan Makna Teologisnya
Tiga ratus tahun setelah penyaliban Yesus, praktek dan kepercayaan umat
Kristen berkenaan dengan Perjamuan Kudus telah mencapai bentuk yang solid dan
dijadikan sebagai pusat di dalam peribadahan umat Kristen. Pada awalnya, ritual
Perjamuan Kudus ini disosialisasikan dari mulut ke mulut. Namun seiring dengan
dimulainya tradisi penulisan akan cerita dan perkataan Yesus serta tradisi
kekristenan maka tradisi Perjamuan Kuduspun dimasukkan ke dalam tulisantulisan tersebut. Teologi Perjamuan Kudus dan perannya sebagai sebuah sakramen
dikembangkan pada periode ini. Dengan mendasarkan dirinya pada buku First
14
Eugene LaVerdiere, The Eucharist in the New Testament and the Early Church
(Washington: Liturgical Press, 1996), 31.
Apology dan the Dialogue with Trypho of Justin Martyr yang ditulis sekitar tahun 150
ZB, K. W. Noakes15 mendaftarkan struktur liturgi yang digunakan pada masa itu:
1. Pembacaan Alkitab dan Khotbah;
2. Doa dan Ciuman Perdamaian;
3. Roti dan Piala dibawa kepada pemimpin kebaktian;
4) Doa Ekaristi yang mengikuti bentuk yang telah paten dengan ikuti oleh kata
“amin” oleh jemaat;
5. Distribusi elemen-elemen perjamuan kudus oleh para diaken bagi mereka yang
hadir dan tidak hadir;
6. Pengumpulan persembahan.
Struktur umum ibadah Perjamuan Kudus ini juga masih digunakan hingga
saat ini dengan teologi sebagai berikut: roti dan anggur ditransformasikan ke dalam
daging dan darah Yesus; kedua hal itu adalah persembahan kudus atau suci yang
diucapkan oleh Maleaki (1:11) dan doa ekaristi itu sendiri merupakan: 1) sebuah
syukur atas ciptaan dan penebusan dan 2) sebuah anamnesis (peringatan) atas
penderitaan (dan kemungkinan peristiwa inkarnasi). Tulisan yang berjudul Didache
yang didata sekitar pertengahan abad pertama telah mengatakan bahwa mereka
yang belum dibaptis hendaknya tidak diperkenankan untuk turut serta di dalam
perayaan Perjamuan Kudus. Hendaklah orang-orang tersebut dibabtis di dalam
nama Tuhan.16
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa di dalam tradisi kekristenan awal
tradisi Perjamuan Kudus telah dipraktekkan secara meluas oleh komunitaskomunitas Kristen yang tersebar di berbagai tempat. Paul Vu Chi Hy SSS menulis
bahwa ada makna eskalogis dari perayaan Perjamuan Kudus ini yaitu ungkapan
iman jemaat tentang keterhubungan antara Kerajaan Allah dan peristiwa
kebangkitan Kristus.17 Di sini, ketika umat Kristen mengimani peristiwa Perjamuan
15
Noakes, "The Eucharist,” 170.
16
Didache 9:5.
17
Paul Vu Chi Hy SSS, “Towards a Constructive Rertrieval of the Eschatological Dimension
of the Eucharist,” in Australian eJournal of Theology 3 (August 2004), 21.
Kudus sebagai wujud pernyataan kehadiran Tubuh Kristus yang telah bangkit yang
kini telah disimbolkan melalui roti dan anggur maka perayaan tersebut sebenarnya
mengisyaratkan adanya impian dan harapan-harapan yang diberikan oleh Kristus
bagi tujuan masa depan kemanusian dan seluruh ciptaan. Dengan makan dan
minum di dalam meja perjamuan maka umat Kristen tengah menyatukan diri
mereka dengan Kristus. Mereka juga tengah menyerahkan dirinya untuk dirawat
dan dipelihara oleh kasih Allah yang memberi dan mengubah kehidupan.18
Peristiwa Perjamuan Kudus dengan demikian merupakan sebuah tempat
pertemuan yang istimewa di antara Allah yang Tritunggal dengan umat Kristen di
dalam sejarah keselamatan manusia. Melalui Tubuh Kristus yang diterima dan
dinikmati secara berkala, umat Kristenpun diharapkan untuk mempersembahkan
buah-buah kehidupan, hasil pekerjaan tangan manusia yang dinyatakan melalui
perkataan, tanda-tanda dan ritual-ritual tindakan yang menunjukkan kekudusan
dan kasih Allah yang paling benar, baik dan indah. Di sinilah, setiap tindakan doa,
setiap tindakan berbagi, makan dan minum bersama di dalam Perjamuan Kudus
adalah sebuah tindakan eskatologis yang merujuk pada penyelesaian dalam
kepenuhan waktu.19
Di samping itu, perjamuan kasih yang mengikuti Perjamuan Kasih juga
kemungkinan dilakukan pada gereja awal hanya saja tidak lagi dipertahankan
mengingat
bertambahnya
jumlah
jemaat
dan
kemungkinan
terjadinya
penyalahgunaan tradisi tersebut. Clemen of Alexandria di dalam Stromata 111, 2
menyebutkan hal ini sementara Augustine of Hippo menolak tradisi Perjamuan
Kasih mengingat bahwa banyak orang yang mabuk-mabukan pada perayaan
tersebut.
Berikut ini adalah struktur teologi Perjamuan Kudus yang dapat dilihat di dalam
tulisan-tulisan dan ikonografi menurut Crossan. 20
18
Vu Chi Hy SSS, “Towards a Constructive Rertrieval, 21.
Vu Chi Hy SSS, “Towards a Constructive Rertrieval, 21.
20
Crossan, The Historical Jesus, 360-367
19
1.
Graeco- 2.
Roman
Jesus' 3a. Didache 3b.
practice
10
4.
Didache 9
1 5. Mark
Corinthians
formal meal
deipnon
a meal that
(supper,
later and in
main meal),
then
retrospect was
symposion
recognized as
having
Give thanks, Eucharist,
Lord's Supper
no reference no
Passover
Meal
to Passover, reference
Last Supper, to
been or Death of Passover,
their last one Jesus
Last
together
Supper, or
Death
of
Jesus
Bread
Open
course
Commensality - Meal
followed by radical
Common
Common
meal, ritual Thanks,
social followed by with
ritual
egalitarianism
libation
in seating for the
Bread/body,
Thanks
Cup Common
to (thanks for Meal,
Father, the
Holy Cup/blood
followed by meal
no
ritual Vine
wine course
with
bread David) and
or cup
of
During meal,
first
Bread/body,
then
Cup/blood
and Thanks
Bread
(thanks for
the life and
knowledge
of Jesus)
No
No
ritual ritual
No mention No
Passion
No command
of the death mention of Remembrance for repetition
of Jesus
the
death in both cup and
of Jesus
and bread
remembrance
Bahan Diskusi:
1. Perjamuan Kudus bagi anak? Apakah ini dapat menjadi sebuah kemungkinan bagi
anda?
2. Apakah kita bisa menggantikan roti dan anggur dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan konteks jemaat kita?
Daftar Pustaka:
Bradshaw, Paul. Eucharistic Origins. London, SPCK, 2004.
Chilton, Bruce. A Feast of Meanings: Eucharistic Theologies from Jesus through
Johannine Circles. The Netherlands: Brill, 1994.
Clark, S. B. Catholics and the Eucharist: A Scriptural Introduction. Michigan: Servant
Publications, 2000.
Crossan, John Dominic . The Historical Jesus: The Life of a Mediterranean Jewish
Peasant. San Francisco: Harper Collins, 1993.
Dix, Gregory (1949), The Shape of the Liturgy. London: Dacre Press, 1949.
Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi. London: Oates, 1975.
Feeley-Harnik, G. The Lord’s Table: The Meaning of Food in Early Judaism and
Christianity London: Smith Inst. Press, 1994.
Funk, Robert. The Five Gospels. San Francisco: Harper Collins, 1993.
LaVerdiere, Eugene. The Eucharist in the New Testament and the Early Church.
Washington: Liturgical Press, 1996.
Murphy-O'Connor, Jerome. "The First Letter to the Corinthians. Dalam The New
Jerome Biblical Commentary. Diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A.
Fitzmeyer, Roland E. Murphy Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice
Hall, 1996.
Noakes, K. W. "The Eucharist: 2 From the Apostolic Fathers to Irenaeus." Di dalam
The Study of Liturgy. Diedit oleh Cheslyn Jones et all. London: SPCK,
1979.
Perkins, Pheme. "The Gospel According to John." Dalam The New Jerome Biblical
Commentary. Diedit oleh Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmeyer,
Roland E. Murphy. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, 1996).
Vu Chi Hy SSS, Paul. “Towards a Constructive Rertrieval of the Eschatological
Dimension of the Eucharist.” Australian eJournal of Theology 3 (August
2004).
Wainwright, Geoffrey. "General Introduction: 1 The Periods of Liturgical History.
Dalam The Study of Liturgy. Diedit oleh Cheslyn Jones et all. London:
SPCK, 1979.
Download