ALLAH BERAGAMA ISLAM “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (Ali-‘Imran ayat 85)” Tidak sedikit manusia di zaman sekarang kurang percaya dengan kebenaran agama. Mereka mencari-cari kebenaran yang lain dengan menggunakan akal pikiran mereka. Seolah-olah pikiran mereka dapat menembus segala kebenaran yang mereka cari. Padahal sekali-kali tidak mungkin dan tidak akan pernah akal itu mencapai kebenaran yang hakiki. Ia terbatas sebagaimana terbatasnya manusia oleh ruang dan waktunya. Manusia itu fana, tidak akan kekal wujud dan raganya sebagaimana halnya akal pikiran manusia. Maka bagaimana mungkin akal pikiran dapat mencapai sebuah kebenaran. Manusia sekarang ragu dengan agama yang telah dianutnya. Mereka terus mencari-cari alasan untuk mendapatkan arti sebuah kebenaran. Kebenaran menurut mereka adalah apa yang dapat dirasakan secara instan. Kebenaran menurut mereka adalah apabila mereka berharap kekayaan maka dengan bim salabim ia kaya. Apabila mereka butuh harta benda, dengan segera ia datang menghampirinya. Ketika mengharapkan jodoh, ia seketika datang tanpa susah payah. Begitulah seterusnya manusia memandang kebenaran diukur dengan kebutuhan yang ia perlukan saat itu. Padahal jangan diragukan lagi, kebenaran itu ada dalam agama, bahkan tidak sekedar dalam agama saja, sebab banyak sesuatu yang saat ini sudah dijadikan agama bagi manusia modern. Harta benda, kekayaan, kecantikan, kekuasaan tidak ubahnya bagaikan agama bagi mereka. Agama yang sebenar-benarnya dan seutuh-utuhnya yang diridhai Allah adalah agama Islam. Agama yang pasrah dan bersembah. Agama yang selamat dan menyelamatkan. Karena tidak ada agama yang lain yang diterima disisi Allah kecuali agama Islam. Dan barang siapa yang mengagamakan sesuatu dan menganut agama selain agama Islam, di akhirat ia akan merugi. Dan sekalikali Allah dan Rasulnya tidak memaksa siapapun untuk mengambil Islam Allah beragama Islam 1 sebagai agamanya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 256: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang inkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Manusia tidak dipaksa untuk masuk Islam. Dipersilakan kepada seluruh manusia untuk menilai baik dan buruk sebuah pilihannya, sebab sudah tegas jalan yang benar adalah benar dan jalan yang sesat adalah sesat. Yang menolak jalan sesat setan dan beriman di jalan Allah, ia sudah tepat memegang tali yang tidak akan pernah putus sampai nanti ke akhirat. Keragu-raguan orang terhadap jalan yang benar dan dibenarkan Allah melalui syariat agama Islam masih terus berlanjut sampai sekarang bahkan mungkin terus bertambah tiap harinya. Begitu pula, sering kita saksikan perilaku orang yang telah menganut Islam sebagai agamanya, namun akhirnya suka bersikap mengada-ada melakukan penafsiran lain bahkan membuat kelompok-kelompok seolah-olah pemahamannya itu adalah yang paling baik dan paling benar. Dalam surat Ar-Rum ayat 32 disebutkan: “Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” Tidak sedikit orang yang mengagamakan akal pikirannya. Akalnya menjadi satu-satunya zat yang ia percayai. Kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dari pemahaman akalnya selalu ia yakini dan percayai. Akal adalah segal-galanya bagi mereka. Na’udzu billah. 2 Allah beragama Islam Allah beragama Islam 3 4 Allah beragama Islam