ILMU DAN AMAL Ilmu Itu yang harus melandasi amal dan perkataan kita. Apalagi Rosul kita beliau mengingatkan tentang sebuah zaman kata Nabi ada zaman di zaman itu yang banyak adalah Fuqaha (ahli ilmu) dan sedikit orang yang tukang Khutbah (ceramah). Zaman seperti itu yang banyak adalah orang yang memberi dan sedikit orang yang meminta. Zaman kalau seperti itu kata Nabi, amal lebih baik daripada ilmu. Tapi akan datang sebuah zaman, sebaliknya, ahli ilmunya sedikit yang banyak tukang ceramah. Bahkan tukang ceramah itu latihan. Boleh bukan tidak boleh, tapi kemudian kalau tiba-tiba dia menyulap dirinya atau di sulap dirinya seakan oleh media ahli ilmu, itu masalah, kalau memang ternyata bukan ahli ilmu. Kalau begitu keadaannya, yang banyak adalah orang yang meminta, dan sedikit orang yang memberi. Makanya di zaman dulu, Umar Bin Abdul Aziz, ketika Umar memimpin negaranya 29 bulan. Kemudian beliau wafat. Kisahnya bahwa negeri menjadi makmur di tangan Umar yang sebentar memimpin. Memimpin itu tidak perlu lama sebenarnya. Kalau memang mengerti cara memimpin. Kalau di Indonesia, Presiden memimpin selama 5 tahun itu sudah lama banget. Wilayahnya Umar Bin Abdul Aziz itu lebih luas daripada Indonesia. Itu 29 bulan, sampai ketika orang bayar zakat, itu zakat diedarkan sampai ke Afrika, tidak ada yang tidak menerima zakat. Kenapa? Semua muzzaki. Bayangkan tingkat kesejahteraannya. Tapi ada orang dia punya rumah, punya penghasilan, bahkan punya pembantu. Tapi dia punya hutang. Apakah dia berhak mendapatkan zakat. Kata Umar Bin Abdul Aziz, oh iya kan orang terlilit hutang dalam kategori mustahiq zakat. Coba kita bayangkan, kalau Umar Bin Abdul Aziz hidup di masa sekarang, rata-rata kita akan diberi uang zakat. Kenapa? Rumah hutang, motor hutang, panci hutang. Kalau zaman dulu zakat itu dikasih ndak ada yg mau, hari ini kalau zakat dibagi antri ndak kira-kira? Inilah bedanya zaman. Maka Rosul itu berkata, zaman itu kalau kebanyakan tukang ceramah, sedikit ahli ilmunya, yang terjadi adalah : BANYAK YANG MEMINTA, SEDIKIT YANG MEMBERI. Naah zaman yang seperti itu kata Rosul, berilmu lebih baik daripada beramal. Kenapa? Karena ilmu zaman itu sedikit. Menuntut ilmu luar biasa, dan yang kedua adalah ilmu di zaman seperti itu bisa jadi sangat keruh karena yang menyebarkan bukan ahli ilmu. Tentu bukan tidak beramal. Tapi kalaupun beramal ternyata panduannya salah. Maka itulah Islam, ILMU DAN AMAL. Dan itu kaidah umat terbaik begitu, maka di dalam Islam, ilmu apapun itu bukan hanya untuk berilmu, tapi ilmu itu orientasinya amal. Ini bukan hanya urusan agama. Contoh di ilmu umum, kampus misalnya. Karya-karya ilmiah, skripsi, tesis disertasi, penelitian profesor, segala macam itu. Kadang-kadang apa yang diteliti itu ilmu, pertanyaannya adalah hasil penelitian itu untuk apa? Diamalkan kah pada kehidupan manusia hari ini? Ternyata hanya menjadi hiasan perpustakaan. Ilmuwan Islam dulu kalau meneliti sesuatu itu harus diukur betul ini manfaat atau tidak di level apa? Ilmu apapun itu. Jadi bukan hanya masalah ilmu agama, termasuk ilmu umum. Apa manfaatnya ilmu ini. Apalagi kalau ilmu yang sedang diteliti ternyata ilmu sesat atau haram. Apa ada? Iya kalau orang berjibaku untuk meneliti ilmu tentang riba kan haram hukumnya. Dan itulah makanya ILMU dan Amal itu panduan dalam Islam dimana AMAL dilandasi dengan ILMU, maka SESEORANG HARUS BERILMU SEBELUM BERBICARA DAN BERAMAL. Dan itu mesti harus dibiasakan di kita dan di generasi kita, bahwa kalau kamu mau berbicara, kalau kamu mau beramal nak, maka ilmunya harus benar dulu dan ilmu itu harus berorientasi pada apa. Sehingga nanti mereka apapun ilmu mereka, apapun ilmu yang dipelajari , apapun yang mereka tulis, apapun yang mereka teliti itu jelas karya amalnya. Kalau kita membuka Al-Fatihah, kita langsung ketemu bahwa umat itu terbagi tiga tadi. Umat yang diberi nikmat, umat yang dimurkai dan umat yang sesat. Dan posisi umat yang diberi nikmat itu ada di tengah, antara umat yang dimurkai dan umat yang sesat. Karena itu tadi, yang dimurkai itu ternyata dia punya ilmu tapi tidak diamalkan,. Yang sesat itu punya amal tapi tidak berlandaskan ilmu. Umat Islam ini sepanjang masih miring ke kanan atau miring ke kiri, belum ada di wilayah tengah ini, maka masih belum mencapai kebaikan. Saya juga belum tahu umat ini banyak ke Magdu bialaihim atau ke ad dholiin. Yang kita minta itu Ihdinas syiratal mustaqim, siratal ladzi na an amta alaihim . orang-orang yang diberi nikmat. Karenanya, Allah SWT berfirman di Surah AlBaqarah di awal-awal juz yang ke-2 Allah berfirman bahwa “Dan begitulah kami ciptakan, kami jadikan kalian ini wahai umat Muhammad sebagai umat yang tengah”. Disinilah harus berilmu dulu baru beramal. Itu namanya umat yang tengah. Sekaligus umat yang terbaik. Contohnya kalau orang yang diurusi itu urusan dunia saja sampai lupa akhirat , itu bukan Islam, atau orang hanya bicara tentang tema akhirat, dunia diabaikan . kemudian dunia itu dikendalikan oleh orang-orang yang tidak beriman. Itu juga bukan Muslimin. Karena muslimin itu memadukan keduanya. Bukankah Allah berfirman di dalam Surah Al-Qasas ayat 77 itu, Carilah oleh kalian kehidupan akhirat dan jangan lupa kehidupan dunia. Konsepnya jelas, dunia dan akhirat dikejar. Jadi sudah jelas, manusia hadir di muka bumi ini seperti dalam Al-Qur’an, ketika Rabb-mu berkata kepada Malaikat, wahai malaikat, aku ciptakan manusia di bumi ini sebagai khalifah. Wallahu ta’ala a’lam bishawab.