Zakat Meminimalisir Jurang Kaya dan Miskin Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia Kehidupan manusia sejak zaman purbakala tidak dapat dilepaskan dari kepentingan mencari harta dengan segala motif yang mendasarinya. Untuk mendapatkan harta manusia bekerja keras siang dan malam. Bersedia menghadapi segala bahaya. Menahan segala derita, dan memikul beban yang berat. Bagi seorang muslim, tentunya mempunyai falsafah bahwa harta bukanlah tujuan hidup. Tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah Swt. Sedangkan harta dan segala yang diperoleh manusia di dunia adalah sarana untuk melakukan pengabdian kepada Allah Swt. Seorang muslim diperingatkan dalam mencari dan mengumpulkan harta tidak boleh merugikan orang lain. Allah Swt berfirman: Yaitu, hak orang yang meminta karena memerlukan dan orang yang hidup berkekurangan. Juga hak orang-orang miskin, serta hak orang yang terlantar dalam perjalanan. Allah Swt berfirman: Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung. (QS. Ar-Ruum [30]: 38) Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah [2]:188) Islam mengingatkan bahwa dalam harta itu ada hak orang lain, terutama hak para kerabat yang membutuhkan. 44 MPA 311 / Agustus 2012 Hak orang lain yang terkait dengan harta, wajib dikeluarkan, baik berupa zakat ataupun infaq, sedekah, dan kebajikan lainnya yang dianjurkan dalam Islam. Zakat merupakan kewajiban agama yang harus ditegakkan. Bukan hanya sekedar kemurahan hati orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin. Mohammad Natsir (almarhum) dalam buku Fiqhud Da’wah menuturkan, “Zakat membersihkan harta milik dari hak orang yang tak punya. Membersihkan si pemilik dari sifat tamak, kikir dan bakhil. Membersihkan yang tak punya dari perasaan rendah lantaran kelemahan mereka di bidang materiil. Dan membersihkan masyarakat dari iri hati, dengki, dan kesumat antara satu golongan dengan golongan lain, bibit-bibit bagi persengketaan social”. Seorang muslim dilarang menumpuk harta secara berlebihan. Hak milik dalam Islam mempunyai fungsi sosial. Firman Allah Swt: Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (QS. Al Humazah [104]: 1-3) Islam bahkan mengajarkan, harta harus digunakan di samping untuk mencukupi keperluan diri sendiri dan orang yang orang menjadi tanggungan, jua dalam rangka memperkuat hubungan antara seorang muslim dengan muslim lainnya. Bagi siapa yang mampu berbagi dengan saudaranya yang tengah kekurangan, maka baginya balasan dari Allah. Ditegaskan di dalam Al Qur’an al Karim: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. At Thalaq [65]: 7) Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia Zakat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat strategis, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan masyarakat. Kewajiban zakat dilaksanakan oleh setiap muslim atas harta/pendapatan/hasil usaha yang telah memenuhi persyaratan tertentu dan diserahkan kepada mereka yang berhak untuk menerimanya. Ulama dan pemikir Islam kontemporer DR. Yusuf Qardhawi dalam buku Musykilah Al Farq Wakaifa ‘Aalajaha al Islam menjelaskan 6 sarana yang ditetapkan Islam untuk mengatasi kemiskinan, yaitu (1) Bekerja, (2) Jaminan sanak famili yang berkelaparan, (3) Zakat, (4) Jaminan Baitul Maal dan segala sumbernya, (5) Berbagai kewajiban diluar zakat, dan (6) Sedekah suka rela (Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, 1995). Lebih jauh Yusuf Qardhawi mengungkapkan fungsi zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi pengentasan kemiskinan sangat penting, karena dalam pandangan Islam setiap individu harus hidup secara layak di tengah masyarakat sebagai manusia. Sekurang-kurangnya ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan, dan memperoleh pekerjaan. Seseorang tidak boleh dibiarkan, walaupun ia ahludzimmah (non muslim yang hidup dalam masyarakat Islam), seseorang tidak boleh dibiarkan kelaparan, tanpa pakaian, hidup menggelandang tidak memiliki tempat tinggal atau kehilangan kesempatan membina keluarga. Kaum Muslimin yang berbahagia. Islam menerapkan sistem yang sempurna tentang social security. Yakni memfungsikan secara maksimal semua jalur dan elemen kehidupan yang ada di masya­ rakat. Ketentuan syariat mengharuskan anggota masya­ rakat yang kaya untuk menafkahi kerabatnya yang miskin. Bagi fakir miskin yang tidak mampu bekerja, negara harus memberikan tunjangan hidup baginya. Harta yang halal dalam perspektif Islam merupakan amanah (titipan) Tuhan yang harus digunakan sebagai sarana berbuat baik kepada sesama manusia. Kewajiban membayar zakat merefleksikan salah satu prinsip dalam Islam bahwa harta yang dimiliki oleh seseorang memiliki fungsi sosial. Allah Swt telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Adzuriyat [51]: 19). Saudara-saudara kaum muslimin yang yang berbahagia. Ilmuwan Muslim Afzalur Rahman, Deputy Secretary General pada The Muslim School Trus London, dalam buku Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 3 menulis: salama satu tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi di dalam masyarakat hingga ke batas yang seminimal mungkin. Zakat memperbaiki perbedaan ekonomi di antara masyarakat secara adil. Sehingga yang kaya tidak tumbuh semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Dengan cara ini, Islam menjaga harta di dalam masyarakat tetap dalam sirkulasi dan tidak terkonsentrasi di tangan segelintir orang saja.” Dari sisi pembangunan kesejahteraan sosial, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Zakat akan mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu tangan, dan pada saat yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan distribusi sumber kesejahteraan. MPA 311 / Agustus 2012 45