Editorial Editor

advertisement
W I N T E R
Edisi No. 7
2 0 1 6
IRECT
MISSION NEWSLETTER
Editorial
Editor
Pdt. Agus Sadewa
Ev. Chandra Wim
Tony A. Tan
MISSISSAUGA
Sunday Service 4:00 PM
Glenbrook Presbyterian Church
3535 South Common Court
Mississauga, ON L5L 2B3
Pdt. Agus Sadewa
phone (647) 238 1897
[email protected]
www.irect.org
Servanthood. Itu adalah tema gereja kita tahun ini. Tagline-nya ialah:
moving from self-serving to other-serving, from other-using to self-forgetfulness,
from “it’s really about me” to “it’s truly about you.” Misi, dalam pengertian
yang sesungguhnya, ialah suatu bentuk dari servanthood. Sebab misi
selalu mendorong kita untuk keluar. Keluar dari zona aman dan
nyaman kita, keluar dari pemikiran bahwa segala sesuatu adalah tentang
saya, keluar dari our own little world. Lalu, hendak keluar ke manakah
kita? Kepada Kristus, tentu saja, the Pioneer and Perfecter of our faith.
Ketika kita keluar dari diri dan menuju kepada Kristus, herannya, Ia
akan membawa kita keluar lagi. Ia akan membawa kita keluar ke
tempat-tempat yang tidak pernah (atau jarang) kita kunjungi, ke wajahwajah yang tidak pernah (atau jarang) kita temui, dan ke aktivitasaktivitas yang tidak pernah (atau jarang) kita lakukan sebelumnya. Ia
akan membawa kita ke Timur Tengah di mana peperangan sedang
terjadi, ke Korea Utara di mana gereja sedang teraniaya, dan ke Taiwan
di mana masyarakat sedang berduka dan berbenah paska gempa bumi.
Ia akan membawa kita ke Matt-Zita di Tajikistan, ke anak-anak
Compassion di kampung-kampung di Indonesia, dan to the last, the least,
and the lost. Ia akan membawa kita berlutut berdoa bagi dunia ini,
membuka rumah kita bagi tetangga kita, dan mencuci kaki sesama kita.
Singkatnya, bersama Kristus, Ia akan membawa kita keluar dari our own
little, safe-but-boring world kepada his big, messy-but-daring world. Perjalanan
“keluar” ini bukanlah perjalanan yang enak dan mudah, karena kita
berjalan melalui via dolorosa. Namun ini ialah satu-satunya jalan menuju
hidup, karena kita berjalan bersama dan di dalam Kristus, Sang Hidup!
Selamat membaca! Selamat berdoa! Selamat bermisi!
Daftar Isi
Artikel Teologi dan
Misi
Update Misi dan
Gereja-gereja
Teraniyaya
Testimony
(by Ibu Dianita
Mulia)
Halaman 2
Halaman 3
Halaman 6
2
1
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Artikel Teologi dan Misi
Christ, the Church, and Mission
panggilan kita di dunia ini. Tugas gereja ialah
menuturkan kisah keselamatan, yaitu
bagaimana Allah di dalam Kristus telah,
sedang, dan akan mendamaikan dunia kepada
diriNya sendiri. Namun, peran gereja bukan
hanya sekadar menceritakan ulang cerita lama
yang sudah tamat tentang Allah yang
menyelamatkan dunia ini, melainkan ia juga
dipanggil untuk memainkan peran di dalam
drama keselamatan yang masih bergulir sampai
sekarang ini.
Di artikel Teologi & Misi yang lalu kita
membahas tentang misi yang holistik;
bagaimana pemahaman kita akan ciptaan,
kebangkitan, dan akhir zaman, memengaruhi
pandangan kita akan Tuhan, keselamatan, dan
misi gereja. Singkatnya, God’s story (as narrated
in Scripture) defines our mission, and shapes our
approach to mission.
Kisah Allah (His-story) bisa dirangkumkan
dalam empat babak utama, yaitu Penciptaan
(Creation), Kejatuhan (Fall), Penebusan
(Redemption), dan Konsumasi
(Consummation/Restoration). Klimaks dari narasi
ini, tentu saja, ialah ketika Allah mengutus
Anak-Nya yang tunggal untuk menjadi
Juruselamat dunia—peristiwa ini sering disebut
sebagai Christ event, yaitu kisah kelahiran,
kehidupan, kematian, kebangkitan, dan
kenaikan Kristus (dan turunnya Roh Kudus).
Christ story is, in other words, the story of how God
in Christ engages the world in order to redeem it to
himself.
Hal ini bukan berarti bahwa karya penebusan
Kristus belum komplit, atau kematian dan
kebangkitan Kristus tidak cukup. Sekali lagi,
bukan! Sebaliknya, hal ini berarti bahwa misi
Allah bagi dunia ini belum tuntas; bahwa babak
terakhir dari His-story belum tiba (yaitu:
konsumasi akan segala sesuatu); bahwa gereja
Tuhan masih on its mission in this world.
Our mission, therefore, is not just to tell God’s story
of salvation, but also to act out that story in history.
Or better: the church is called to live in that story, to
be part of how God in Christ redeems the world to
himself. Bagaimana Allah di dalam Kristus
melakukan hal ini? Melalui gerejaNya! Gereja
ialah instrumen Allah Tritunggal dalam
menebus dan menyelamatkan dunia ini. Lalu,
bagaimana gereja melakukan hal ini? Again,
dengan menjadi seperti Kristus;
memproklamasikan Kristus dalam perkataan
dan perbuatan. Gereja tidak bisa hanya
menceritakan kisah Kristus kepada dunia secara
objektif, seakan-akan gereja ada di luar dari
kisah tersebut. Sebaliknya, karena kisah gereja
tidak bisa dipisahkan dari kisah Kristus, gereja
harus menghidupi kisah tersebut begitu rupa,
sehingga dunia melihat Kristus ketika mereka
melihat gereja.
Nah, Christ story ini jugalah yang harusnya
menjadi cerita kita (our story) sebagai gereja. The
church’s story is, therefore, the continuation of Christ
story in the world. Identitas dan misi gereja keluar
dari hubungannya dengan Kristus. Apa, atau
siapa, itu gereja? Ia adalah tubuh Kristus! Lalu,
apa misi gereja? Simply put (though it is certainly
not a simple thing to do!), untuk
merepresentasikan (represent) Kristus kepada
dunia. Bagaimana caranya? Dengan menjadi
seperti Kristus, of course!
Jika kita memahami akan identitas kita sebagai
gereja di dalam (relasinya dengan) Kristus,
niscaya kita akan mengerti akan tugas dan
2
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Update Misi dan Gereja-gereja Teraniyaya
Compassion
Natanael Billy Putraaji (IO7740245), anak Compassion kita,
akan berulangtahun yang ke-9 pada 28 April ini. Tengoklah
sesekali website Compassion agar Sdr dapat mengenal lebih
dekat siapa anak-anak yang kita dukung selama ini. Dan kalau
Sdr sudah singgah, berilah satu patah dua patah kata
penghiburan kepada mereka.
Billy tinggal di Wonosari, Gunung Kidul. Penghasilan orangtua
Billy rata-rata $70/bulan. Ini foto Billy yang diambil pada bulan
January, 2016.
Penganiyaan Gereja
Pdt. Hyeon Soo Lim, pastor di Light Korean
Presbyterian Church, West of Toronto, sedang menjalani
hukuman seumur hidup di Korea Utara. Dalam interview,
ia mengaku bekerja dalam kamp kerja paksa 8 jam sehari,
6 hari seminggu, tanpa kontak sama sekali dengan dunia
luar. Ia berkata perlu waktu untuk menyesuaikan diri
bekerja seperti itu. Pdt. Lim, yang telah berusia 60-an,
rindu mendengar kabar keluarganya, dan sejauh ini ia
hanya dapat mengirim sepucuk surat. Ia juga berkata
bahwa Ia telah meminta sebuah Alkitab dari penguasa
Korea Utara. Pengalaman ini tidak menggoncang
imannya, dan ia tetap berdoa.
3
2
1
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Artikel Teologi dan Misi
(lanjutan)
Ada banyak implikasi dari melihat misi gereja
dari perspektif ini (yaitu dari perspektif kesatuan
gereja dengan Kristus di dalam konteks narasi
keselamatan). Salah satu implikasinya ialah
terhadap pendekatan kita dalam mengabarkan
Injil (PI).
harusnya bukan “hit and run”—di mana yang
penting hanyalah agar orang mendengar
tentang Injil (bagaimanapun caranya) dan kita
menunaikan tugas kita untuk memberitakannya
(apapun caranya). Itu merupakan duty-centered
approach, dan bukan Christ (or love)-centered
approach to evangelism.
Jika yang (akan) kita saksikan itu adalah
Kristus—sebagai Tuhan dan Juruselamat yang
personal—dan bukan sekadar ide, paham,
doktrin, atau formula tentang/untuk
keselamatan, maka kesaksian kita juga harus
bersifat personal. Adjektif “personal” di sini
tidak harus mengacu ke private, one-to-one
testimony. Melainkan, “personal” dalam arti
intim, relasional, dan berkaitan dengan seluruh
pribadi. Jadi, ketika kita PI, yang berusaha kita
menangkan bukan hanya kepala atau jiwa saja,
tetapi keseluruhan hidup dari orang itu. Dan
untuk mencapai tujuan itu, argumen yang
rasional, penjelasan yang mumpuni, ilustrasi
yang menyentuh, atau traktat yang menarik
tidaklah cukup. It takes more than that to do a
personal, embodied evangelism. It takes your life—
your whole life.
Singkatnya, approach (pendekatan/cara) kita
dalam bersaksi itu sama pentingnya dengan
message (berita/pesan) kesaksian itu sendiri.
Atau lebih tepatnya: the message/content ought to
shape the approach/form of witnessing. Dan karena
our message adalah tentang Kristus yang tersalib
dan bangkit (Christ crucified and risen), maka our
approach juga haruslah one that resembles Christlikeness. Yang terakhir, the message ought to shape
not only the approach but also the messengers
themselves! In fact, the messengers—their character,
their bodies, their whole lives—are integral parts of
the personal, embodied, Christ-centered approach to
evangelism. For Christ lives in us, and we live in him;
for the sake of the world, and for the glory of the
Father.
Jika benar Kristus yang (hendak) kita saksikan
ialah Kristus yang ada di dalam
kita (dan kita di dalamNya),
maka kesaksian kita haruslah
mencakup hidup kita. Jadi, kita
tidak bisa hanya mengucapkan
kata-kata tentang Kristus, seakanakan Ia adalah objek abstrak
yang hanya ada di dalam sejarah
(di Alkitab). Melainkan, kita
juga harus dengan konkret
menunjukkan Kristus yang
hidup (the living Christ) di dalam
dan melalui hidup kita. Dengan
kata lain, approach kita akan PI
4
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Update Misi dan Gereja-gereja Teraniyaya
(lanjutan)
Kita patut bersyukur atas pembebasan Saeed Abedini, pastor
Iranian-American dari Idaho. Ia telah ditahan selama lebih dari
3 tahun. Ini jawaban atas doa-doa kita.
Iran termasuk tempat paling sulit menjadi Kristen. Kami
mengajak Sdr/i mengingat Iran dalam doa-doa. Kiranya pintu
hati mereka terbuka untuk menerima Injil Kristus.
Nigeria. Pada malam Sabtu yang lalu, 30
Januari, kelompok teroris Boko Haram
menyerang kampung-kampung di
Northeastern Nigeria. Serangan itu
membunuh sekitar 86 orang dan melukai
ratusan orang. Banyak dari antara mereka
yang terbunuh adalah anak-anak kecil.
Presiden baru Nigeria, Muhammadu Buhari,
sebenarnya telah berusaha menghapus Boko
Haram. Akan tetapi ketika berhadapan
dengan kelompok ini Sabtu lalu, persenjataan
serdadu Nigeria kurang lengkap sehingga
gagal melindungi para korban.
5
2
1
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Testimony
(by Ibu Dianita Mulia)
kecemasan, kekuatiran, kesusahan, dan
pergumulan, namun Tuhan terus memimpin
kami menuju kehidupan yang lebih baik dari
hari ke hari dan tahun ke tahun.
Saya lahir dan dibesarkan di keluarga Kristen,
dibaptis ketika masih bayi, menerima Kristus
secara pribadi dan di-sidi ketika usia remaja.
Sejak dari TK sampai SMA saya disekolahkan
di sekolah Kristen dan saya aktif dan melayani
di gereja Kristus Ketapang, yang menjadi
seperti rumah kedua buat saya. Karena saya
selalu berada di lingkungan komunitas Kristen,
tidak pernah terbesit di benak saya akan urgensi
untuk menjadi saksi Kristus.
Tahun 2006 saya mulai memasuki lingkungan
pekerjaan di Kanada dengan bekerja part time.
Saya mulai dibukakan lebih lagi kepada teman
sekerja dari berbagai latar belakang negara,
budaya, dan agama. Namun karena saya hanya
bekerja part time, saya hanya datang untuk
menyelesaikan perkerjaan tertentu untuk
beberapa jam saja. Meskipun demikian, saya
masih sempat membangun relasi dengan rekanrekan kerja, baik dengan yang Kristen maupun
yang non-kristen.
Ketika saya menginjak kaki di universitas saya
mulai dibukakan dengan kehidupan yang lebih
riil, yaitu saya dihadapkan dengan orang dari
berbagai daerah, latar belakang budaya, dan
agama yang berbeda. Namun demikian,
kembali dengan latar belakang kekristenan yang
saya miliki, secara sadar maupun tidak sadar,
saya akhirnya pun merasa lebih nyaman apabila
saya berteman dengan sesama Kristen.
Tahun 2011 perusahaan dinyatakan bangkrut.
Seluruh karyawan yang masih bekerja pada saat
itu diberhentikan dan hanya dibayar separuh
dari seluruh jam kerja yang sudah dijalanin.
Saya mulai bertanya kepada Tuhan: “kenapa?”
Saya mulai tidak puas dengan apa yang saya
alami, mulai konfrontasi dengan Tuhan dalam
percakapan sehari-hari saya dengan Dia. Saya
terus mencoba mencari pekerjaan yang sesuai
dengan latar belakang pendidikan tetapi tidak
kunjung dapat. Saya mulai putus asa dan
berargumen lebih banyak lagi dengan Tuhan.
Saya bertanya: “Kalau Engkau memberikan
saya kepintaran dan keterampilan, lalu kenapa
saya tidak diberikan pekerjaan yang sesuai?”
Ketika saya mulai memasuki lingkungan
pekerjaan, kembali, saya hanya dekat dengan
teman-teman kerja yang mempunyai latar
belakang agama yang sama. Tentu saja saya
juga berteman dan selalu baik dengan yang lain,
namun mereka sekadar teman kerja dan bukan
untuk berbagi cerita pengalaman pribadi.
Saya pindah ke Kanada tahun 2001 dan saya
sangat bersyukur mempunyai komunitas gereja
di mana saya dan keluarga bisa terus melayani
dan dilayani. Selama di Kanada, saya seperti
baru benar-benar merasakan pembentukan
tangan Tuhan; saya seperti diingatkan kembali
apa artinya menjadi seorang Kristen. Saya
mulai lagi berkomitmen untuk banyak berdoa
dan menyempatkan waktu untuk bersaat teduh,
meski jujur saja, komitmen itu tercampur
dengan kebutuhan kami yang baru saja migrasi
ke negara yang baru. Tapi Tuhan itu baik. Dia
memberikan jawaban atas doa kami satu per
satu, dan walaupun hidup kami tidak lepas dari
Awal tahun 2012 saya mencoba menghubungi
eks-manager saya dari perusahaan sebelumnya
yang bangkrut tetapi kemudian direkrut oleh
perusahaan lain di industri yang sama. Saya
menanyakan apakah pekerjaan yang pernah
ditawarkan kepada saya dulu masih ada, dan
ternyata mereka masih mencari orang untuk
posisi tersebut. Lalu saya mencoba melamar,
dipanggil interview, dan akhirnya diterima.
6
2
1
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Testimony
(Lanjutan)
tanpa saya sadari, permintaan doa saya mulai
agak berubah.
Pada waktu itu, saya tidak tahu harus
mengucap syukur atau tidak, karena saya
sebenarnya tidak terlalu mengharapkan
pekerjaan ini. Namun saya berkata di dalam
hati bahwa tidak ada satupun yang lepas dari
rencana Tuhan, termasuk diterimanya saya di
tempat kerja ini. Akhirnya dengan hati yang
masih keras, saya mengucap terima kasih juga
kepada Tuhan sambil bertanya-tanya apa sih
yang Tuhan inginkan dari saya melalui
pekerjaan ini.
Di akhir tahun 2014, saya kembali
memberanikan diri untuk minta dipromosikan
ke satu level yang lebih tinggi lagi—meski kali
ini saya merasa lebih siap untuk berserah
kepada Tuhan dan menerima fakta bahwa
dalam hidup ini ada hal yang Tuhan kasih dan
ada juga yang tidak. Di tahun 2015 perusahaan
menyetujui untuk mempromosikan saya ke satu
level yang lebih tinggi lagi, diikuti dengan
kenaikan gaji yang tidak saya sangka-sangka.
Seperti yang saya duga sebelumnya, saya tidak
merasa puas karena pekerjaan ini tidak
menambah pengetahuan ataupun keterampilan
saya. Setiap pagi ketika saya pergi ke tempat
kerja, saya meyakinkan diri bahwa ini hanya
untuk sementara sampai saya mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik dan gaji yang saya
inginkan, tanpa menyadari maksud Tuhan yang
lebih besar ketika Dia menempatkan saya di
perusahaan ini.
Sejak saat itu saya mulai mengerti sedikit demi
sedikit maksud Tuhan bagi saya di tempat kerja
ini. Ketika saya melihat ke belakang dan
mengevaluasi perjalanan hidup saya bersama
Tuhan, saya mulai menyadari bahwa ternyata
karakter sayalah yang dibentuk begitu rupa oleh
Tuhan. Tuhan nampaknya lebih tertarik untuk
membentuk karakter saya dibanding menjawab
doa awal saya. Kekerasan hati, keangkuhan
akan keterampilan dan pendidikan yang saya
miliki, hati yang sukar untuk bersyukur dalam
segala hal, kecemasan, kekuatiran, dan rasa
kurang percaya diri, semua itu perlahan-lahan
dihancurkanNya.
Di tempat ini saya kembali bertemu dengan
teman-teman lama dari perusahaan yang
sebelumnya. Yang berbeda adalah sekarang
saya bekerja secara full time, dan saya selalu
menyediakan waktu untuk menyapa temanteman sekerja, kadang bahkan saya
menyempatkan diri untuk datang ke meja
mereka dan menanyakan kabar mereka.
Namun saya tetap berharap dan berdoa agar
saya bisa dapat pekerjaan yang lebih baik dan
yang sesuai dengan pendidikan saya.
Saya tidak pernah terpikir bahwa saya sekarang
bisa berani mengutarakan pendapat saya di
depan banyak orang di tengah-tengah meeting,
atau berbicara langsung dengan internal Sr.
Director ataupun dengan klien Project
Manager, dan bahkan Director operation. Halhal itu sebelumnya sangat mengintimidasi saya.
Saya tidak lagi takut untuk menjawab
pertanyaan mereka ketika menghadiri meeting
yang dihadiri oleh VP, Director, dan para
dokter. Selain itu saya juga belajar bagaimana
menghadapi orang-orang yang sulit untuk
diajak kerja sama. Tuhan jelas membentuk saya
dalam relasi saya dengan rekan-rekan sekerja.
Di akhir tahun 2013 saya memberanikan diri
untuk meminta promosi karena saya selalu
memberikan yang terbaik untuk pekerjaan saya.
Tahun 2014 saya dipromosikan ke level yang
lebih tinggi. Saya bersyukur kepada Tuhan,
tetapi di hati kecil saya masih ada perasaan
tidak puas karena saya masih menginginkan
Tuhan menjawab doa saya. Namun saya tidak
putus asa berdoa terus kepada Tuhan, dan
7
2
1
IRECT NEWSLETTER - EDISI NO. 7
WINTER 2016
Testimony
(Lanjutan)
Selama hari-hari saya di tempat pekerjaan,
ternyata cukup banyak hal baik yang saya tidak
saya sadari telah mempengaruhi kehidupan
teman sekerja. Teman dekat saya (dari Egypt)
sering kali berkata kepada saya bahwa ada
sesuatu dalam diri saya yang membuat semua
orang mau bercerita kepada saya. Bahkan ada
seorang lelaki muda yang baru lulus kuliah dan
yang menganut agnostic berkata, “You are a
good person,” dan ketika saya menganggap dia
bercanda, dia dengan serius menjawab, “No,
you are.” Saya mulai berdoa buat teman-teman
sekerja supaya Tuhan membukakan hati
mereka untuk mau mengenal Tuhan.
memimpin saya setiap harinya. Promosi,
kecakapan, dan keterampilan saya dalam
melakukan pekerjaan saya adalah anugerah
Tuhan semata-mata. Saya menyadari bahwa
saya tidak sempurna dan seringkali juga masih
melakukan atau mengatakan hal-hal yang
kurang bijaksana. Tetapi saya mau terus
berubah dan bertumbuh, sehingga Tuhan dapat
memakai saya lebih leluasa lagi untuk hal-hal
yang mungkin tidak pernah saya pikirkan
sebelumnya sampai Tuhan mengatakan kepada
saya untuk pindah ke tempat lain karena
pekerjaan saya sudah selesai di tempat ini.
Sampai hal itu terjadi, biarlah saya boleh
dibentuk terus.
Jika saya bisa menjalani masa 3 tahun di
tempat kerja ini, itu karena Tuhan yang
Pojok Doa
Mari kita terus berdoa untuk topik-topik berikut ini:
1. Doakan untuk kesaksian setiap jemaat IRECT untuk bermisi
dan menjadi terang dunia di Toronto dan GTA. Doakan untuk
kerinduan setiap anggota jemaat untuk berbagi kabar baik
dengan tetangga dan teman sekerja.
2. Doakan terus untuk Pdt. Hyeon Soo Lim, pastor di Light
Korean Presbyterian Church, West of Toronto, sedang
menjalani hukuman seumur hidup di Korea Utara. Doakan
untuk kesehatan beliau selama di penjara, yang terutama
doakan supaya justru dia bisa dipakai lebih lagi untuk Kristus.
3. Doakan untuk pelayanan Jesus Network di Thorncliffe.
Doakan untuk Shawn dan Samson supaya mereka dipakai
lebih lagi oleh Tuhan untuk menjangkau lebih banyak orang
yang belum mengenal Tuhan.
4. Doakan untuk Matt dan Zita dalam pelayanannya di Central Asia. Doakan untuk kehidupan
keluarga dan juga pendidikan anak-anaknya di sana.
8
Download