Bagian III. Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. 3.1 Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah1 Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah, dibuat oleh Pdt Benyamin Fobia (almarhum meninggal tahun 1999), pada waktu itu beliau menjabat sebagai Ketua Sinode GMIT periode 1991-1995 dan 1995-1999. Pada masa kepemimpinannya Himne dan Mars GMIT mulai diperkenalkan, pada waktu itu Sidang Majelis Sinode kira-kira tahun 1991 di Desa Oelbubuk Lelogama, sebelum Sidang Sinode di Gereja Syalom Aernona tahun 1995 lagu-lagu itu mulai diperkenalkan kepada peserta Sidang. Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Pdt. Ary yang pada waktu itu adalah juga berada di komisi 3 mengungkapkan bahwa sudah ada keputusan mengenai himne GMIT. Dalam hasil keputusan itu tidak saja himne GMIT yang dibahas tetapi juga yang berkaitan dengan Logo, Mars dan Pakaian Jabatan. Keputusannya pada waktu itu adalah khusus untuk mars dan logo GMIT disayembarakan sedangkan untuk himne sendiri tidak ada keputusannya. Himne GMIT mulai diperkenalkan oleh Pdt. Benyamin Fobia dan Pdt. V. Sioh, S.Th. Kapan lagu atau hymne itu ditulis? Di tempat yang sama dalam wawancara dengan Pdt Ari, beliau mengatakan bahwa himne itu ditulis ketika Pdt. Benyamin Fobia sedang memimpin Sidang Majelis Sinode. Setelah lagu itu ditulis, dalam sidang setiap ibadah malam dan ibadah pagi himne itu terus dilatih dan dikumandangkan agar dapat diingat dan diketahui oleh para peserta sidang pada saat itu yang dilakukan di Jemaat Syalom Aernona. Tidak saja himne yang dinyanyikan tetapi juga mars GMIT. Menyangkut dengan judulnya yakni Yesus Kristus Tiang Induk Rumah, itu semua adalah cikal bakal dari Pdt. Benyamin Fobia sendiri yang dulunya juga menjabat sebagai Ketua Sinode. Sebenarnya judul dari himne tersebut yakni Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah sendiri merupakan upaya kontekstualisasi teologi dalam hal ini budaya yang ditetapkan oleh GMIT sendiri. Pada Sidang Sinode tahun 1995 tema yang digunakan adalah Yesus Kristus Tiang Induk yang diambil dari Kitab Suci yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Pdt Therik berbicara tentang tiang yang diambil dari PL sedangkan Pdt. Benyamin Fobia berbicara tentang tiang dari perspektif PB. 1 Wawancara Pdt. Ari Kale Muji, Dosen UKAW, tanggal 10 Mei 2014 pukul. 13.00 WITA 1 Berdasarkan keputusan Sidang Sinode GMIT XXVIII di Kupang (1995) maka sejak itu GMIT menggantikan logo stempel GMIT yang lama dengan logo baru. Konfigurasi yang ada pada stempel GMIT tersebut juga sarat makna. Lingkaran bulat telur dengan posisi tegak lurus; di bagian dalam lingkaran terdapat sebuah bangunan dengan salib di atasnya yang melambangkan GMIT sebagai rumah atau bangunan Allah. Bangunan tersebut ditopang oleh sebuah tiang induk (ni ainaf) yang melambangkan Kristus sebagai tiang induk dan dasar kebenaran. Dasar teologis penempatan tiang induk (ni ainaf) pada stempel GMIT sebagai simbol Kristus ialah 1 Tim 3:15, yang berbunyi “jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran”2 Berkaitan dengan judul hymne GMIT yakni “tiang induk” itu sebagai salah satu upaya kontekstualisasi GMIT yang diambil dari Rumah Adat di Nusa Tenggara Timur. Lewat judul ini GMIT secara tidak langsung mau digambarkan sebagai satu rumah dari Yesus Kristus sebagai tiang penopang. Tema tersebut selanjutnya berkembang menjadi tema pelayanan GMIIT selama satu periode pada tahun 1995-1999. Selanjutnya Pdt Ari mengatakan bahwa pada tahun 2011, GMIT menyusun naskah eklesiologinya sebutan Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah dan GMIT adalah keluarga Allah. Setelah itu himne GMIT mulai diperkenalkan di sidang Majelis Sinode di Lelogama. Ketika ditanyakan apakah hymne GMIT ditetapkan sebagai nyanyian dalam ibadah tertentu Pdt Ari mengatakan bahwa tidak ditetapkan, di kebaktian mana mau dinyanyikan. Tetapi biasanya hymne GMIT dinyanyikan dalam Sidang Sinode. Untuk kebaktian di gereja tidak masalah untuk dinyanyikan sebab hymne GMIT juga bagian dari GMIT dan gereja. 3.2 Himne GMIT Hasil Keputusan Sidang Sinode GMIT XXXI Dalam Sidang Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) ke XXXI di Gereja Pola Tribuana Kalabahi Alor pada tanggal 21 September- 2 Oktober 2007 juga membahas tentang Hymne dan Mars GMIT yang tertuang dalam keputusan Sidang Sinode No: 15/KEP/SINGMIT/XXXI/2007 memutuskan, menetapkan pertama, menerima nyanyian karya Pdt. Almarhum Pdt. Dr. Benyamin Fobia, Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (tahun 1995) 2 Eben Nuban Timo, “Percaya pada Allah dalam konteks NTT,”SKH Pos Kupangedisi tahun lalu, Sabtu 23 Oktober 2004. 2 ditetapkan sebagai Hymne GMIT dan Kedua, menerima Mars hasil karya Drs. Frans R. Lapenangga sebagai Mars GMIT.3 3.3 Makna Sosial dan Teologis Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah Judul Hymne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah, tidak dapat dipisahkan dari budaya yang ada di Nusa Tenggara Timur. Dengan begitu upaya GMIT Melakukan kontekstualisasi dapat diterima karena tidak mengambil budaya dari luar tetapi budaya dari dalam. Contoh yang paling kongkrit adalah upaya kontekstualisasi yang berasal dari rumahrumah adat yang ada di Nusa Tenggara Timur. 3.3.1 Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah: Kosmologi Orang Timor Bagi suku-suku di Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk suku Atoni 4 rumah bukan semata-mata sebagai tempat tinggal tetapi sebagai simbol tata dunia dan tata sosial. Bagi suku Atoni sendiri, arah rumah tidak terlalu penting. Yang perlu mendapatkan perhatian adalah letak, jumlah, dan bentuk rumah. Rumah tidak pernah dibangun secara terpisah dengan rumah yang lainnya. Pada masa yang sudah lama nenek moyang suku Atoni tinggal secara berkelompok dipuncak-puncak gunung. Setiap keluarga membangun rumah mereka disalah satu gunung. Pada dasarnya jumlah rumah orang Atoni ada dua. Rumah yang pertama merupakan rumah tempat tinggal (ume kbubu). Rumah kedua adalah rumah tamu (lopo), disatu kampung terdapat 6-10 ume kbubu serta satu lopo. Ume kbubuadalah rumah tinggal untuk setiap orang dewasa di kampung, sedangkan lopoadalah rumah milik bersama seluruh anggota di kampung. Yang pertama kali dibangun adalah ume kbubusetelah itu berulah dibangun lopo. Pengertian mengenai ume kbubudan lopoakan dijelaskan sebagai berikut.5 Ume Kbubu Ume kbubu atau rumah bulat adalah tempat tinggal keluarga. Disebut ume kbubukarena bentuknya yang bulat seperti telur yang diletakan secara vertikal. Atapnya terbuat dari alang-alang yang menutup seluruh rumah, mulai dari puncak sampai ke tanah. Rumah ini hanya memiliki satu pintu. Letaknya sangat rendah dan ukurannya juga sempit. Untuk dapat masuk ke dalamnya orang harus membungkuk 3 Hasil Sidang Sinode GMIT XXXI di Gereja Pola Tribuana Kalabahi-Alor 21 September Oktober 2007. 105 4 Atoni adalah sebutan untuk orang Timor yang tinggal di Timor 5 Eben Nuban Timo, Pemberita Injil Pecinta Budaya (BPK Gunung mulia, 2006), 57. 3 s.d 2 serendah mungkin. Hal yang menarik ume kbubu merupakan bangunan yang tertutup bagi dunia luar. Hanya keluarga inti (batih) yang bebas keluar masuk. Untuk dapat masuk keluar, orang-orang harus membungkuk, sebagai suatu tanda yang menunjukkan penghormatan. Sikap hormat dan tunduk adalah hal yang paling patut ditunjukkan oleh mereka yang berada di hadirat Allah yang kuat dan perkasa. Ruangan dalam ume kbubuterdiri dari dua unit: ruang atas dan ruang bawah. Ruang atas adalah loteng (bahasa daerahnya: pana), seluruh persediaan makanan keluarga di simpan di situ. Ruangan bagian bawah (bahasa daerahnya: nanan) adalah tempat tinggal keluarga. Sisi kanan adalah wilayah laki-laki, sedangkan sisi kiri adalah wilayah perempuan. Di wilayah laki-laki terdapat tempat tidur untuk kaum laki-laki serta semua peralatan yang sering mereka gunakan seperti tombak dan pedang. Dua buah tiang dibagian kanan yang menyanggah rumah itu diberi nama lakilaki. Tiang yang letaknya dekat pintu masuk disebut ni monef matan (bahasa indonesianya: tiang depan jantan), tiang yang letaknya jauh dari pintu ini adalah nimonef katin(bahasa indonesianya: tiang belakang jantan). Di sisi kiri adalah wilayah perempuan, di situ terdapat dipan untuk kaum perempuan, tungku masak, tempayan air dan balai-balai tempat peralatan makan. Dua tiang rumah sebelah kiri juga diberi nama feminin yang dekat dengan pintu bernama ni fetof metan (bahasa indonesianya: tiang depan perempuan) sedangkan yang jauh dari pintu bernama ni fetof kotin (bahasa indonesianya: pintu belakang perempuan).6 Antara ruang bawah dan ruang atas terdapat lubang (pintu loteng) di mana orang dapat naik turun untuk mengambil jagung atau padi untuk dimasak bagi keluarga. Pintu loteng ini terdapat dibagian kiri jadi secara otomatis yang bertugas untuk megambilnya adalah kaum perempuan (sesuai dengan filosofi). Di loteng sendiri terdapat tiang penyanggah utama, tiang itu diberi nama tiang ibu atau induk (niainaf). Ni ainaf hanya satu, ia dipikul olehempat buah tiangyang ditanam di tanah di bagian bawah, yaitu dua di kanan dan dua di kiri. Ni ainaf meruapakn titik pusat dari rumah orang Atoni. Balok-balok rumah yang melintang dan membujur membentuk rumah bertemu dan disatukan di tinag induk itu. Ume kbubu adalah rumah tinggal keluarga. Ini identikkan orang Atoni sebagai rumah perempuan. Hanya orang-orang yang punya hubungan darah saja yang bebas masuk ke dalamnya. Laki- 6 Eben Nuban Timo, Pemberita Injil . . . ,58. 4 laki yang bukan anak atau tuan rumah selalu menahan diri untuk berada di luar rumah . Lopo Lopoadalah rumah tamu. Bentuknya seperti payung bertiang empat. Lopotidak memiliki dinding, ia terbuka dari segala penjuru. Rumah ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Dalam arti yang lebih intensif, lopojuga berfungsi sebagai tempat pertemuan. Seperti halnya ume kbubu, lopoterdiri dari empat buah tiang yang menopang tiang induk (ni ainaf). Di rumah lopo tiang induk tidak ditanam di tanah, tetapi diletakkan di langit-langit rumah. Ume kbubu tertutup dari dunia luar, tetapi lopo bersifat terbuka. Ume kbubu sendiri adalah simbol kewanitaan sedangkan lopo adalah simbol kelaki-lakian.7 3.3.2 Arti Yesus Kristus sebagai Tiang Induk Dalam Arti Budaya. Di dalam budaya, Kristus ada sebagaimana yang dijanjikan. Budaya yang ada harus dipelajari, dipahami dan juga dimaknai secara mendalam bagi seorang pemberita Firman. Tanpa budaya Firman tidak memiliki jalan masuk sebaliknya tanpa Firman budaya kehilangan tujuan dan makna sebenarnya. Singkatnya, kepatuhan pada sistem sosial dalam adat dilihat sebagai latihan untuk kehidupan yang lebih baik. Jemaat menjadi sekolah di mana orang percaya membiasakan diri untuk hidup menurut tata sosial di rumah Allah yang akan datang itu. jemaat-jemaat yang masih melakukan praktek penindasan kepada warganya (lakilaki menindas perempuan) menunjukkan bahwa Kristus bukanlah tiang induk dalam jemaat.8 Dalam Arti Ekumenis. Tiang induk adalah titik sentral dari ume kbubu dan lopo. Empat buah tiang yang ditanam di tanah mewakili dua jenis kelamin sekaligus arah empat mata angin. Letaknya yang terpisah itu diikat oleh satu tiang penyanggah yakni tiang induk. Di dalam jemaat, terdiri dari laki-laki dan perempuan sekalipun berbeda jenis kelamin tetapi mereka satu di dalam Kristus. yang berbeda itu dipertemukan oleh Allah untuk saling bekerja sama dalam membangun rumah Allah. Tidak saja 7 8 Eben Nuban Timo, Pemberita Injil . . . ,58-64. Ibid., 79 5 yang berbeda jenis kelamin tetapi dari latar belakang yang berbeda, ras yang berbeda, suku bahkan bahasa yang berbeda tetapi semua itu disatukan di dalam Yesus Kristus.9 Dalam Arti Eklesiologi. Sebagai refleksi dari rumah Allah, gereja terdiri dari tiang induk dan tiang-tiang yang lainnya (tiang balok). Tiang induk sendiri adalah Yesus Kristus sedangkan tiang-tiang yang lain adalah manusia, rasul, pendeta, majelis, kelompok paduan suara, para pengajar, pemain musik dan lain sebagainya adalah tiang pendukung yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang pada akhirnya adalah ikut mendukung dan menopang gereja tersebut. Tidaklah mungkin gereja tanpa Kristus bukanlah gereja, sebaliknya tanpa manusia gereja tidak akan mungkin dapat dikenal. Dalam Arti Eskatologis. Dalam persekutuan hidup yang lainnya, gereja harus terpanggil untuk menerapkan pola hidup dan tata sosial di dalam rumah Allah. Tidak ada pembedaan lagi, semuanya sama. Yakni sama-sama menantikan masa depan dan mulai menciptakan suasana hidup masa depan di dalam masa kini. Cara hidup eskatologis yang benar menurut Perjanjian Baru adalah sikap hidup yang menghadirkan masa depan di dalam masa kini dalam artian melakukan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang seperti yang dinyatakan melalui kebangkitan Kristus. 10 3.4 Analisa Lirik dan Notasi Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah memiliki ketukan enam per delapan (6/8) dengan nada do = Es. Lagu ini diciptakan oleh Alm. Pdt. B. Fobia. Menurut penulis, nyanyian yang dibuat oleh Alm. Pdt. B. Fobia ini sudah sangat baik dan tidak perlu dianalisa lagi tetapi ternyata analisa dibutuhkan, untuk melihat apakah not-not yang digunakan sudah memenuhi syarat dalam membuat sebuah himne dan juga apakah katakatanya juga sudah sesuai dengan notasi atau belum. Di bawah ini, penulis akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan analisa lirik dan notasi lagu. Dalam proses analisa lirik dan notasi himne GMIT ini, penulis meminta bantuan dari Mahasiswa Fakultas Seni dan Pertunjukan pada tanggal 23 Juli 2014, selain itu juga penulis dibantu oleh Dosen Fakultas Seni dan Pertunjukan yang juga adalah dosen pembimbing 2 dari penulis. Ada dua (2) bentuk analisa yang dilakukan terhadap hymne GMIT ini, yakni analisa lirik dan notasi lagu. 9 Ibid., 80 Ibid., 81 10 6 3.4.1 Analisa Lirik Lagu11 (bagian 1) (bagian 2) Dari analisa lirik lagu, secara keseluruhan kata-kata di dalam himne ini, sudah sesuai dan memenuhi syarat, baik dilihat dari segi penekanan teks dan arah musik (pemakaian dan pemilihan melodi) dalam himne ini yakni dalam bait 1 dan 2. Dapat dilihat dalam kalimat Yesus Kristus tiang IN- duk bangunan milik ALLAH (dinamikanya secara natural membesar) dan dalam bagian yang kedua yakni bagian refrein, dilihat dari segi penekanan teks dalam lagu ini khususnya bagian refrein birama dua belas (12) dalam kata “Bersaksi” nadanya dimulai dengan do (1) dan berakhir dengan sol (5), artinya bahwa nada dimulai dari bawah dan kemudian menyebar. Kalau mau dianalisa kata ini mau menceritakan bahwa sebagai umat Tuhan kita harus terus-menerus bersaksi kepasa siapa saja, di mana saja dan kapan saja serta bersaksi harus menjadi gaya hidup dari umat Tuhan.Bagian selanjutnya adalah dalam birama lima belas (15) dan enam belas (16) dalam kalimat “Menata Rumah Allah” nadanya 11 Dosen FSP Bpk. Hendry S. Pronoto, B.Sc.In Bible, B. Mus., M.Mus 7 dimulai dengan do dan berakhir dengan do. Artinya bahwa ada penekanan bahwa rumah yang dimaksud untuk ditata oleh umat adalah rumah Allah bukan rumah yang lain. Sehingga umat Allah diharapkan untuk terus bertekun dalam menata rumah Allah, dan dalam birama sembilan belas (19) dan dua puluh (20) dalam kata “BagiNya” nadanya dimulai dengan si rendah (7 titik bawah) dan diakhiri dengan nada do (1), artinya nada dimulai dari bawah dan naik ke atas kemudian turun. Kata “bagiNya” menunjuk kepada Tuhan sebagai alasan manusia melakukan semua tugas dan tanggungjawabnya di dunia. 3.4.2 Analisa Notasi Lagu12 (bagian 1) (bagian 2) 12 Joe Mahasiswa Fakultas Sains Pertunjukan UKSW angkatan 2011 8 Keterangan: birama 1 birama 2 birama 5 birama 6 birama 9 birama 10 birama 13 birama 17 birama 14 birama 18 birama 3 birama 7 birama 4 birama 8 birama 11 birama 12 birama 15 birama 16 birama 19 birama 20 Berdasarkan analisa notasi, didapatkan bahwa pada bagian awal nada, suara satu (sopran) lebih rendah dari suara alto (sopran dengan nada sol rendah atau dengan not angka 5 9 titik bawah sedangkan alto dengan nada do atau dengan not angka 1). Jadi, untuk dapat memudahkan sebaiknya diganti yakni suara sopran dan alto satu nada. Misalnya, nada do atau dengan sol rendah. Suara Sopran : Suara Alto : Diganti menjadi : atau 1 5 titik bawah Selanjutnya, pada birama sembilan (9) nada fa atau dengan angka 4 dalam suara alto diubah menjadi nada re (atau 2), agar tidak terlalu susah. Suara Alto : 2 Dan yang terakhir analisa not pada birama tiga belas (13) suara bass, dengan nada mi (atau 3) diubah menjadi do (1) dan nada sol rendah (atau 5 titik bawah) diubah menjadi nada re (atau 2) Suara Bass : 1 2 3.5 Pemahaman Jemaat Setelah melakukan wawancara terhadap 50 orang jemaat Kota Baru dengan menggunakan beberapa pertanyaan, penulis mendapatkan bahwa ternyata dari 50 orang jemaat hanya 30 orang saja yang mengetahui dengan baik dan benar tentang himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah di lingkungan gereja selebihnya 20 orang di antaranya tidak mengetahui sama sekali tentang himne GMIT. Sehingaa perbandingannya menjadi 30 orang berbanding 20 orang. Dari hasil wawancara juga penulis mendapatkan 12 jawaban yang berbeda tetapi, memiliki makna yang sama. Kemudian dari 12 jawaban yang berbeda 10 ini, penulis mencoba melihat kembali apakah sudah sesuai dengan rumusan di dalam hymne GMIT atau belum, jika belum berarti dari 30 orang ini juga belum benar-benar memahami tetapi hanya sebatas mengetahui saja. Makna Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah bagi Jemaat GMIT Kota Baru. Tabel Pemahaman Jemaat No. Tanggapan Jemaat Jumlah Jemaat Jumlah dalam persen (%) 1. Mempersatukan jemaat khususnya masingmasing pribadi untuk menyatukan hati 1 orang 3,3 dalam memuji Tuhan.13 2. Yesus sebagai gembala dan pelindung.14 4 orang 13,3 3. Menunaikan tugas mulia untuk bersekutu 2 orang 6,7 3 orang 10,0 4 orang 13,3 1 orang 3,3 1 orang 3,3 dan bersaksi.15 4. Melayani orang lain.16 5. Yesus Kristus sebagai tumpuan dalam hidup.17 6. Yesus Kristus adalah satu-satunya landasan bagi orang Kristen yang mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Tuhan dan 18 7. Kita harus menunaikan tugas gereja.19 13 Wawancara Bpk. Massi, Kupang 28 April 2014, 08.00 WITA WawancaraIbu Enamau, Kupang 28 April 2014, 10.00 WITA, wawancara Nn Feby, Kupang 29 April 2014, 08.00WITA, wawancara Sdr. Erlyn, 29 April 2014, 10.00WITA, wawancara Ibu dian, Kupang 29 April 2014, 15.00WITA. 15 Wawancara Sdr Maya, Kupang 30 April 2014, 08.00WITA , wawancara Ibu Bailaen, Kupang 30 April 2014, 10.00WITA. 16 Wawancara Bpk. Wiggers, Kupang 30 April 2014, 13.00WITA, wawancara Bpk. Israel Yalla, Kupang 30 April 2014, 17.00WITA, wawancara Sdr Lily, Kupang 30 April 2014, 20.00WITA. 17 Wawancara Ibu Laura, Kupang 01 Mei 2014, 09.00WITA,wawancara Bpk. Bob, Kupang 01 Mei 2014, 10.00WITA, wawancara Ibu Kalamasi, Kupang 01 Mei 2014, 13.00WITA, wawancara Nn. Era, Kupang 01 Mei 2014, 15.00WITA. 18 Wawancara Bpk. Karel, Kupang 01 Mei 2014, 17.00WITA. 19 Wawancara Sdr. Selly, Kupang 02 Mei 2014, 09.00WITA. 14 11 8. Menjadi murid Kristus yang setia mengikuti Yesus, tekun dalam menjalani tugas, bersekutu, bersaksi dan juga melayani.20 9. 4 orang 13,3 3 orang 10,0 2 orang 6,7 3 orang 10,0 Tiang induk atau biasa disebut sebagai tiang utama mau menggambarkan bahwa ia menjadi bagian utama, yang tanpanya suatu bangunan tidak dapat berdiri sendiri tanpa tiang utama.21 10. GMIT dalam hal ini percaya bahwa hanya Tuhan Yesus yang pantas untuk menjadi tiang induk, di mana tiang itu mampu untuk menopang fondasi GMIT yang terdiri dari berbagai keanekaragaman budaya dan etnis. Sehingga Kristus dengan sebagai diharapkan menggunakan tiang mampu Yesus induk, untuk GMIT merangkul perbedaan tersebut.22 11. Tiang induk yang menjadi metafora Yesus dalam hymne GMIT memiliki sebagai kepala. Metafora fungsi ini dapat disamakan dengan seorang ayah yang menjadi pemimpin dalam keluarga yang memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai penuntun, penopang dan teladan bagi semua anggota keluarga.23 20 Wawancara Bpk Buce, Kupang 02 Mei 2014, 11.00WITA, wawancara Ibu M. , Kupang 02 Mei 2014, 15.00WITA, wawancara Sdr. Adi, Kupang 02 Mei 2014, 17.00WITA, wawancara Ibu Mersy, Kupang 02 Mei 2014, 20.00WITA 21 Wawancara Sdr. Telda, Kupang 03 Mei 2014, 09.00WITA, wawancara Bpk. Hans, Kupang 03 Mei 2014, 11.00WITA, wawancara Sdr. Vera, Kupang 03 Mei 2014, 14.00WITA, 22 Wawancara Ibu I. W, Kupang 03 Mei 2014, 17.00WITA, wawancara Bpk. A. L Kupang 03 Mei 2014, 19.00WITA 23 Wawancara Bpk. Max, Kupang, 04 Mei 2014, 09.00WITA, wawancara Bpk. Erik, Kupang 04 Mei 2014, 11.00WITA, wawancara Nn. Tessy, Kupang 04 Mei 2014, 15.00WITA 12 12. Yesus Kristus tiang induk rumah Allah, secara teologis adalah sebagai dasar penopang iman dalam hidup, karena dari awal sebagai umat yang percaya kita telah 2 orang 6,7 30 Orang 100 di materaikan sebagai anak Allah.24 Jumlah Berdasarkan tabel pemahaman jemaat di atas, terlihat bahwa masing-masing jemaat memberikan pemahaman yang berbeda. Pemahaman yang berbeda ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti budaya, pendidikan dan pengalaman hidupnya. Tetapi, pemahaman yang diberikan oleh jemaat belum tentu semuanya sesuai dengan rumusan yang ada di dalam hymne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Rumusan Hymne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah 1. Yesus Kristus tiang induk bangunan milik Allah (A) Yaitu jemaat yang kudus, rasuli dan katolik (B) Tiada lain tumpuan bertahan selamanya (A) Selain Yesus Kristus, Tuhan yang hidup bagi kita (A) Reff: Tunaikanlah tugas mulia bersekutu, bersaksi (B) Melayani dan bersaksi menata rumah Allah (A) Sasandu panca tugas kita, petiklah bagi-Nya (A) 2. Tuhan memanggil kita menjadi utusan-Nya (A) Sahabat yang bekerja tekun mewartakan injil-Nya (A) Tiada yang terhina, ditindas, yang mulia (A) Sebab Tuhan memanggil kita, sesama saudara-Nya (A) 24 Wawancara Sdr. Asry, Kupang 04 Mei 2014, 17.00WITA, wawancara Bpk. Kalamasi, Kupang 04 Mei 2014, 18.00WITA. 13 Dalam pemahaman jemaat dalam tabel nomor 1 di atas (disampaikan oleh 1 orang jemaat) sudah sesuai dengan rumusan himne GMIT, yakni Yesus Kristus sebagai tiang induk hadir untuk mempersatukan jemaat. Persatuan di dalam jemaat dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana sebagai contoh bersekutu untuk sama-sama memuji Tuhan di dalam gereja. Selain itu pemahaman lain terlihat di dalam tabel nomor 2 (disampaikan oleh 4 orang jemaat), yakni menurut jemaat himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah, memiliki arti Yesus menjadi gembala dan pelindung bagi jemaat. Kalau mau dikaitkan dengan rumusan di dalam himne GMIT, pemahaman ini tidak sesuai sebab di dalam rumusan tidak dibahas mengenai gembala dan pelindung. Pemahaman yang berikutnya dalam tabel nomor 3 (disampaikan oleh 2 orang jemaat), menurut mereka himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah, di dalamnya ada sebuah ajakan untuk menunaikan tugas mulia yakni bersekutu dan bersaksi. Pemahaman ini sudah sesuai dengan rumusan di dalam himne GMIT, yakni jemaat diajak untuk hidup bersekutu bersama jemaat dan bersaksi tentang nama Yesus Kristus. Kemudian di dalam tabel nomor 4 (disampaikan oleh 3 orang jemaat), jawaban yang diberikan yakni nyanyian ajakan untuk melayani sesama, berdasarkan rumusan dalam hymne sudah sesuai. Pemahaman lainnya yakni dalam tabel nomor 5 (disampaikan oleh 4 orang jemaat) bagi mereka makna nyanyian ini adalah Yesus Kristus menjadi tumpuan dalam kehidupan, artinya bahwa selain menjadi penopang, Yesus juga menjadi tumpuan hidup. Berdasarkan rumusan di dalam himne pemahaman ini sesuai. Selanjutnya dalam pemahaman nomor 6 (disampaikan oleh 1 orang jemaat), menurutnya himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah, mau menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya landasan bagi orang Kristen yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Artinya landasan hidup satu-satunya adalah Yesus Kristus, yang menjadi tiang penopang di dalam hidup. Pemahaman ini sesuai dengan rumusan yang ada di dalam himne. Dalam jawaban jemaat tabel nomor 7 (disampaikan oleh 1 orang jemaat), menurutnya nyanyian ini mau mengajak jemaat untuk menunaikan tugas gereja dalam hal ini koinonia, diakonia dan marturia, pemahaman ini sesuai dengan rumusan di dalam himne. Selanjutnya pemahaman jemaat dalam tabel nomor 8 (disampaikan oleh 4 orang jemaat), menurut mereka ada ajaran untuk menjadi murid Kristus yang setia mengikuti Yesus, tekun dalam menjalani tugas, bersekutu, bersaksi dan juga melayani. Pemahaman ini sudah sesuai dengan rumusan himne GMIT. 14 Pemahaman lainnya dalam tabel nomor 9 (disampaikan oleh 3 orang jemaat), jawaban yang diberikan sesuai sebab menurut jemaat, ibarat sebuah bangunan tanpa tiang penopang maka bangunan tersebut tidak dapat berdiri dengan kokoh. Pemahaman tersebut sudah sesuai dengan rumusan di dalam himne GMIT. Selanjutnya dalam tabel nomor 10 (disampaikan oleh 2 orang jemaat), bagi jemaat nyanyian ini berisi tentang kehadiran Yesus Kristus sebagai tiang penopang bagi berdirinya GMIT dan lewat kehadiran Yesus Kristus sebagai tiang penopang ini mampu merangkul jemaat yang datang dari budaya yang berbeda untuk bersama membangun GMIT. Pemahaman ini sudah sesuai dengan rumusan himne. Pemahaman lainnya terlihat di dalam tabel nomor 11 (disampaikan oleh 3 orang jemaat). Menurut mereka, Yesus Kristus sebagai tiang induk rumah Allah dapat diibaratkan sebagai seorang ayah yang menuntun dan menopang di dalam rumah tangga. Di dalam rumusan hymne, tidak dibahas mengenai kepala dan tugas seorang ayah. Jadi pemahaman ini, tidak sesuai dengan rumusan dengan himne GMIT. Pemahaman yang terakhir terlihat dalam tabel nomor 12 (disampaikan oleh 2 orang jemaat). Menurut mereka, himne ini mau mengingatkan kembali bahwa sejak awal hanya Yesus Kristuslah yang menjadi penopang di dalam kehidupan jemaat. Pemahaman ini sudah sesuai dengan rumusan di dalam himne GMIT, sebab kata penopang juga memiliki arti tumpuan. Jadi hanya Yesus satu-satunya penopang atau tumpuan di dalam kehidupan gereja dan jemaat. Ternyata berdasarkan pemahaman 30 orang jemaat, penulis mendapatkan bahwa hanya 23 orang saja yang benar-benar memahami dengan baik himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah, baik dari segi rumusan lagu maupun makna lagu secara teologis sedangkan 7 orang di antaranya memiliki pemahaman tentang himne GMIT, tetapi tidak sesuai dengan rumusan yang dimaksud. Sehingga dari wawancara 50 orang jemaat, penulis menyimpulkan bahwa hanya 23 orang jemaat saja atau 46%yang benar-benar memahami, selebihnya 27 atau sekitar 54% di antaranya tidak memahami. Tetapi, sekalipun begitu pemahaman dari jemaat sudah bagus, tinggal bagaimana dari pihak sinode maupun gereja menanggapi hal tersebut sehingga diupayakan semua jemaat sudah memahami dan mampu untuk menyanyikannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah menurut pemahaman jemaat merupakan nyanyian rohani yang berisi tentang ajakan untuk melayani Tuhan, menjadi saksi-saksi Kristus, menjadi murid yang sejati, menjadikan Yesus Kristus sebagai penopang, dan tumpuan di dalam hidup serta mengerjakan tugas yang mulia, seperti melayani, bersaksi, bersekutu dan menata rumah Allah. Sebagai nyanyian rohani seharusnya nyanyian dinyanyikan setiap minggu, sehingga 15 memperkuat iman jemaat, tetapi kenyataannya di gereja Kota Baru sendiri jarang dinyanyikan bahkan jarang dimasukan di dalam liturgi ibadah. Menurut penulis, nyanyian mungkin bukan satu-satunya alat pembentuk spiritualitas jemaat tetapi, nyanyian merupakan salah satu unsur pembentuk spiritualitas jemaat. Keberadaan himne GMIT di dalam lingkungan Gereja Kota Baru, ternyata hanya diketahui oleh sebagian jemaat saja. Hal ini menunjukan bahwa baik pihak sinode ataupun gereja belum berhasil dalam menjalankan tugas mereka. 3.6 Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulan bahwa lagu hymne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah sudah memenuhi syarat sebagai suatu hymne. Hal ini ditandai dengan not-not yang menghendaki membesar secara terus-menerus seperti yang sudah dijelaskan dalam analisa teks lagu bagian refrein. Bangunan atau struktur dari lirik dan notasi tersebut menyerupai sebuah bangunan rumah, yang dimulai dari bawah ke atas secara terus-menerus. Contohnya: birama 1 sampai 3 dengan klimaksnya birama 4, kemudian dilanjutkan dengan birama 5 sampai 8 dengan klimaks birama 9 begitu seterusnya sampai dengan birama 20. Di samping itu adanya empat suara yang terdiri dari sopran, alto, tenor dan bass, di samping itu juga kata-kata yang tersirat di dalam himne mengandung arti teologis seperti bangunan milik Allah (1 Korintus 3:19; Efesus 2:21), ajakan untuk melayani, bersaksi dan bersekutu, menunaikan tugas panggilan sebagai umat Allah. Di samping itu di dalam rumusan sendiri, nyanyian ini memiliki penekanan pada kalimat, “yaitu jemaat yang kudus, rasuli dan katolik dan Tunaikanlah tugas mulia bersekutu, bersaksi.”Artinya bahwa ada tugas bagi semua jemaat untuk menunaikan tugas mulia. Sedangkan, kalau berdasarkan analisa notasi dari Himne GMIT: Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah dapat diambil kesimpulan bahwa, diakhir frase lagu terdapat perfect cadence yakni angka V I , yang membuat lagu terdengar lebih tegas dan juga solid. Selain itu, ternyata himne yang tidak lepas dari kelemahan, biasanya terjadi pada notasi lagu dan tempo lagu. Yang sebenarnya tidak sesuai atau pas dengan tempo untuk himne pada umumnya. Sebab seperti yang diketahui bahwa untuk nyanyian jenis himne temponya harus lebih lambat sehingga ketika umat menyanyikannya dengan serta merta dapat menghayatinya. Himne GMIT dapat dikatakan sebagai himne yang bersemangat. Dengan adanya analisa notasi bertujuan untuk memperbaiki kelemahan bukan mengubah secara menyeluruh, sehingga himne yang ada ketika dinyanyikan menjadi sesuatu yang benar dan sebagai suatu sumbangan positif bagi sinode sendiri. 16