6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a. Definisi kehamilan
Kehamilan adalah dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa dari pihak pria. Sel telur yang dibuahi akan berkembang
menjadi bakal embrio yang kemudian akan menjalani pembelahan
sampai menjadi embrio. Bakal janin ini lalu akan menempel di selaput
lender rahim, yang terletak di rongga rahim (Saifudin, 2006;h.89).
b. Tanda-Tanda Kehamilan
Cunningham (2006; h.25) menjelaskan terdapat sejumlah temuan klinis
yang sering menandai adanya kehamilan yaitu :
1) Terhentinya menstruasi.
2) Perubahan pada mucus cerviks.
3) Perubahan pada payudara.
4) Perubahan warna mukosa vagina.
5) Meningkatnya pigmentasi kulit dan munculnya striae abdomen.
c. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan menurut Pantikawati dan Saryono (2010; h.7778) adalah :
a) Denyut jantung janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop laenec
pada minggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), DJJ
6
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
7
dapat didengarkan lebih awal lagi sekitar minggu ke-12, melakukan
auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang
lain, seperti : bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
b) Palpasi
Palpasi yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya
menjadi jelas setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan
dengan jelas setelah minggu ke 24.
d. Tanda-Tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut.
a) Kehamilan Dengan Perdarahan
Perdarahan antepartum atau perdarahan pada kehamilan lanjut
adalah perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi
dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal
adalah merah, banyak dan tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri
(Pantikawati dan Saryono, 2010;h.135-137).
b) Jenis perdarahan antepartum
1) Perdarahan
Plasenta
Previa
adalah
merupakan
keadaan
implantasi plasenta sedemikian rupa sehingga dapat menutupi
sebagian
atau
seluruh
mulut
rahim.
Perdarahan
dapat
menimbulkan gangguan peredaran darah janin dan sirkulasi ibu
sehingga terjadi anemia dan dapat jatuh dalam keadaan syok.
Sebagian besar terjadi tanpa sebab dan timbul mendadak, terjadi
tanpa rasa sakit bahkan sering terjadi pada saat tidur (Pantikawati
dan Saryono, 2010;h.135-137).
2) Perdarahan Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum
waktunya dari implantasinya yang normal (fundus uteri) sehingga
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
8
menimbulkan rasa sakit dan gangguan nutrisi pada janin
(Pantikawati dan Saryono, 2010; h.135-137).
c) Kehamilan Dengan Ketuban Pecah Dini
Kehamilan dengan ketuban pecah dini adalah cairan yang
keluar tanpa disadari oleh ibu hamil, melalui jalan lahir berbau khas.
Bahayanya terhadap ibu adalah infeksi langsung, dan pada janin
menyebabkan gerakan janin makin terbatas (Pantikawati dan
Saryono, 2010; h 138).
d) Kehamilan Dengan Kematian Janin Dalam Rahim
Gerakan janin merupakan tanda penting bahwa janin hidup
sehat. Dengan berkurang atau menghilangnya gerak janin dapat
menjadi pertanda bahwa janin mengalami kematian dalam rahim.
Janin yang telah mati dalam rahim harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan gangguan pembekuan darah dan dapat menimbulkan
infeksi dalam rahim (Pantikawati dan Saryono, 2010; h.143).
e) Kehamilan Dengan Pre eklamsi dan Eklamsi.
Pre
eklamsi
dan
eklamsi
merupakan
penyakit
yang
berkelanjutan dengan batas atau tambahan kejang atau koma.
Gejala pre eklamsi yaitu pandangan mata kabur, sakit kepala
yang berat dan menetap, nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan
tangan.Bahayanya bagi ibu adalah kejang dan kematian sedangkan
bagi janin adalah gawat janin dan kematian.Eklamsi merupakan
kelanjutan dari pre eklamsi berat yang disertai kejang atau koma
(Pantikawati dan Saryono, 2010;h.147).
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
9
2. Pre eklamsi
a. Pengertian
Pre eklampsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsung disebabkan oleh kehamilan. Definisi pre eklampsi adalah
hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Eklampsi
adalah timbulnya kejang pada penderita pre eklampsi yang disusul
dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan neurologis
(Wiknjosastro, 2002: 103).
Menurut Bobak dkk (2005: 80) pre eklampsi merupakan suatu
penyakit
yang
melibatkan
banyak
sistem
dan
ditanda
oleh
hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Diagnosis pre eklampsi
secara
tradisional
didasarkan
pada
adanya
hipertensi,
disertai
proteinuria dan/ atau edema. Temuan paling penting adalah hipertensi,
dimana 20% pasien tidak mengalami protenuria yang berarti sebelum
serangan kejang pertama.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistol dan
diastol mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Jika tekanan darah ibu
pada trimester pertama diketahui, maka angka tersebut sebagai patokan
dasar tekanan darah ibu. Dengan menggunakan informasi ini, definisi
alternative hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar
30 mm Hg atau lebih, kenaikan tekanan diastolik sebesar 15 mmHg di
atas nilai tekanan darah dasar ibu. Proteinuria didefinisikan sebagai
konsentrasi protein sebesar 0,1 gr/L ( > 2+ ) atau lebih dalam dua kali
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
10
pemeriksaan dengan jarak enam jam. Pada spesimen urine 24 jam
proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24
jam. Edema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis pre eklampsi. Jika
ada, edema merupakan suatu akumulasi cairan Interstisial umum
setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan lebih dari 2 kg per minggu
(Pritchard, 2009: 54).
b. Faktor Resiko Pre eklamsi
1) Faktor yang berhubungan dengan dengan partner laki-laki
(a) Primigravida
(b) Primipaternity
(c) Umur yang ekstrim : terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan
(d) Partner laki yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil
dan mengalami preeklamsi.
(e) Pemaparan terbatas terhadap sperma.
(f) Inseminasi donor dan donor oocyte
2) Faktor yang berhubungan dengan riwayat penyakit terdahulu
dan riwayat penyakit keluarga
(a) Riwayat pernah pre eklampsi
(b) Hipertensi kronik
(c) Penyakit ginjal
(d) Obesitas
(e) Diabetes gestational, diabetes mellitus tipe 1
(f) Antiphospholipid antibodies dan hiperhomocysteinemia
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
11
3) Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
(a) Molahidatidosa
(b) Kehamilan Ganda
(c) Infeksi saluran kencing pada kehamilan
(d) Hydrop fetalis
c. Patofisiologis
Pada pre eklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal, Althchek dkk (1968) dalam
Mochtar (1998)
menemukan spasmus yang hebat pada arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya
sehingga hanya dilalui oleh satu sel darah merah. Bila dianggap bahwa
spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh. Tekanan darah yang
meningkat merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer,
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi, kenaikan berat badan dan oedema
disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial
belum diketahui sebabnya. Proteinuria dapat disebabkan spasme
arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus (Mochtar, 1998)
1) Perubahan pada otak
Resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam
kehamilan lebih tinggi daripada eklampsi. Walaupun demikian, aliran
darah ke otak dan pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun
pada eklampsi. Pada pre eklamsi aliran darah yang membawa
oksigen menuju ke otak akan terganggu, sehingga oksigen tidak bisa
masuk
ke
otak,
menjadikan
otak
kekurangan
oksigen
dan
menyebabkan kejang yang dapat membahayakan ibu dan janin yang
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
12
dikandung. Dengan adanya perubahan aliran darah pada otak,
sehingga kehamilan yang sedang berjalan tersebut harus segera
diakhiri.Pengakhiran tersebut untuk menyelamatkan ibu dan janin
yang dikandungnya.
2) Perubahan pada plasenta dan uterus
Perubahan aliran darah pada otak sehingga oksigen tidak bisa
masuk ke dalam otak, menyebabkan menurunnya aliran darah ke
plasenta dan mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Hal ini
menyebabkan terjadinya gawat janin sampai kematiannya karena
kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan
terhadap perangsangan sering didapatkan pada pre eklampsi dan
eklampsi. Sehingga pada pre eklamsi berat harus segera di akhiri
kehamilannya
dan
persalinannya
harus
dipercepat
untuk
menyelamatkan ibu dan janinnya.
3) Perubahan pada ginjal
Aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan
filtrasi glomerulus mengurang. Penurunan filtrasi glomerulus akibat
spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan air.
4) Perubahan pada mata
Pada pre eklampsi tampak oedema retina, spasmus setempat
atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri jarang terlihat
perdarahan atau eksudat. Perubahan lainnya pada retina yaitu
retinopatia arteriosklertika, ablasio retina, skotoma, diplopia dan
ambliopia.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
13
5) Perubahan pada paru-paru
Oedema paru-paru merupakan sebab utama kematian pre
eklampsi
dan
eklampsi.
Komplikasi
ini
disebabkan
oleh
dekompensasio kordis kiri. (Mochtar, 1998)
6) Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyertai pre eklampsi dan eklampsi
tidak diketahui sebabnya. Terjadi pergeseran cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini diikuti oleh kenaikan
hematokrit, peningkatan protein serum, sering bertambahnya oedema
menyebabkan volume darah mengurang dengan akibat hipoksia
(Mochtar,
penurunan
1998).
Keadaan
volume
sirkulasi
tersebut
mengakibatkan
dan curah jantung,
terjadinya
lebih
lanjut
menurunkan perfusi organ dan peningkatan hemoglobin dan
hematokrit, berkaitan dengan hasil perinatal yang lebih buruk.
(Walker, 2000 dalam Billington, 2009; h. 126).
d. Klasifikasi
1) Pre eklampsi Ringan
a) Definisi klinik
Pre eklampsi ringan adalah sindroma spesifik kehamilan
dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme
dan aktivasi endothel.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
14
b) Kriteria diagnostik
(1) Tekanan darah 140/90 mmHg - < 160/110 mmHg.
Kenaikan tekanan sistolik
diastolik
30 mmHg dan kenaikan tekanan
15 mmHg, tidak dimasukkan dalam kriteria
diagnostik pre eklampsi, tetapi perlu observasi yang cermat.
(2) Proteinuria :
300 mg/24 jam jumlah urine atau dipstick :
1+.
(3) Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria
diagnostik kecuali anasarka.
c) Pengelolaan
(1) Rawat Jalan (ambulatoir)
(a) Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai
keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan.
(b) Diet reguler : tidak perlu diet khusus
(c) Vitamin prenatal
(d) Tidak perlu restriksi konsumsi garam
(e) Tidak pelu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum.
(f) Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu
(2) Rawat Inap (hospitalisasi)
(a) Indikasi pre eklamsi ringan dirawat inap (hospitalisasi)
i) Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
ii)Proteinuria menetap selama > 2 minggu
iii) Hasil test laboratorium yang abnormal
iv) Adanya gejala atau tanda 1 (satu) atau lebih pre eklamsi
berat
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
15
Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
i) Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
ii)Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan
abdomen
iii) Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah
sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari
iv) Pengamatan dengan cermat gejala pre eklamsi dengan
impending eklamsi : Nyeri kepala frontal atau oksipital,
gangguan visus, nyeri kuadran kanan atas perut, nyeri
epigastrium.
(b) Pemeriksaan laboratorium
i) Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurangkurangnya diikuti 2 hari setelahnya.
ii)Hematokrit dan trombosit : 2 x seminggu
iii) Test fungsi hepar: 2 x seminggu
iv) Test fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum,
asam urat, dan BUN
v) Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu
dengan kateter tetap)
(3) Pemeriksaan kesejahteraan janin
(a) Pengamatan gerakan janin setiap hari
(b) NST dua kali seminggu
(c) Profil biofisik janin, bila NST non reaktif
(d) Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG, setiap 3-4 minggu
(e) Ultrasound doppler arteri umbilikalis, arteri uterine
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
16
d) Terapi Medikamentosa
Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar dan bila terdapat
perbaikan gejala dan tanda - tanda pre eklamsi dan umur
kehamilan ≥ 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3
hari kemudian boleh dipulangkan.
e) Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung usia kehamilan
a. Bila penderita tidak inpartu
1. Umur kehamilan < 37 tahun
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat
dipertahankan sampai aterm.
2. Umur kehamilan ≥ 37 tahun
Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus dan
bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan
b. Bila penderita sudah inpartu
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friedman
atau Partograf WHO
c. Konsultasi
Selama dirawat di Rumah Sakit lakukan konsultasi kepada :
(a) Bagian penyakit mata
(b) Bagian penyakit jantung, dan
(c) Bagian lain atas indikasi
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
17
2) Pre eklampsi Berat
a) Definisi klinik
Pre eklampsi berat ialah pre eklampsi dengan salah satu
atau lebih gejala dan tanda dibawah ini :
(1) Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan
sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik
(2) Proteinuria :
90 mmHg.
5 gr/ jumlah urine selama 24 jam. Atau dipstick :
4 +.
(3) Oliguria : produksi urine < 400-500 cc/24 jam.
(4) Kenaikan kreatinin serum.
(5) Edema paru dan sianosis.
(6) Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen :
disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai
gejala awal rupture hepar.
(7) Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala,
scotomata, dan pandangan kabur.
(8) Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate
amino transferase.
(9) Hemolisis mikroangiopatik.
(10)
Trombositopenia : < 100.000 celU mml.
(11)
Sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelet Count).
b) Pembagian Pre eklampsi berat
Pre eklampsi berat dapat dibagi dalam beberapa kategori :
(1) Pre eklampsi berat tanpa impending eklampsi.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
18
(2) Pre eklampsi berat dengan impending eklampsi, dengan gejalagejala impending: nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah,
nyeri
epigastrium,
nyeri
kuadran
kanan
atas
abdomen
(Pritchard, 2009: 56).
c) Dasar pengelolaan pre eklamsi berat
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya,
dilakukan pengelolaan dasar sebagai berikut :
(1) Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi
medikamentosa
dengan
pemberian
obat-obatan
untuk
penyulitnya
(2) Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya
yang tergantung pada umur kehamilan. Sikap terhadap
kehamilannya dibagi 2, yaitu :
(a) Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu,
artinya : kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil
memberikan terapi medikamentosa
(b) Aktif, agresif ; bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya
kehamilan dikahiri setelah mendapat terapi medikamentosa
untuk stabilisasi ibu.
d) Pemberian terapi medikamentosa
(1) Segera masuk rumah sakit
(2) Tirah baring miring ke kiri secara intermiten
(3) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
(4) Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi
kejang.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
19
(5) Pemberian MgSO4 dibagi :
- Loading dose (initial dose) : dosis awal
- Maintenance dose : dosis lanjutan
Tabel 2.1 Kriterian pemberian MgSO4
Sumber
1.
Prichar
d, 1955
1957
Regimen
Loading dose
Maintenance
dose
Dihentikan
24
jam
pasca
persalinan
Intermitent
intramuscular
injection
Preeklamsi
10 g IM
5g 50% tiap 46 jam
Bergantian
salah
satu
bokong
Eklamsi
1) 4g 20% IV;
1g/menit
2) 10g 50% IM:
Kuadran atas
sisi luar kedua
bokong
5g
IM
bokong kanan
5g
IM
bokong kiri
3) Ditambah 1.0
mllidocaine
4) Jika
konvulsi tetap
terjadi
Setelah
15
menit, beri :
2g
20% IV : 1
g/menit
Obese : 4g iv
Pakailah
jarum 3-inci,
20
gauge
5g 50% tiap 46 jam
Bergantian
salah
satu
bokong
(10 g MgSO4
IM dalam
2-3
jam
dicapai kadar
plasma
3, 5-6 mEq/l
Tidak ada
1 g/jam IV
4-6 g IV / 5-10
minute
1 g/jam IV
2.
Zuspan
, 1966
Preeklamsi
berat
Eklamsi
Continous
Intravenous
Injection
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
20
3.
Sibai,
1984
Preeklamsi –
eklamsi
4. Magpie
Trial
Colaborative
Group, 2002
Continous
Intravenous
Injection
4-6 g 20% IV
dilarutkan dalam
100 ml/D5 / 15-20
menit
1)
Dimulai
2g/jam
IV
dalam
10g 1000 cc
D5 ; 100 cc/jam
2) Ukur kadar
Mg setiap 4-6
jam
3)
Tetesan
infus
disesuaikan
untuk
mencapai
maintain dose
4-6 mEq/l
(4,8-9,6
mg/dL)
Sama dengan
Pritchard
Regimen
1)
4g
50%
dilarutkan dalam
normal
Saline IV / 10-15
menit
2) 10 g 50% IM:
- 5g IM bokong
kanan
- 5g IM bokong
kiri
1)
1g/jam/IV
dalam 24 jam
atau
2) 5g IM/4 jam
dalam 24 jam
24
jam
pascasalin
Syarat pemberian MgSO4. 7H2O
1. Refleks patella normal
2. Respirasi > 16 menit
3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam
4. Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc
Antidotum
Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO 4. 7H2O , maka diberikan injeksi
Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 3 menit
Refrakter terhadap MgSO4. 7H2O, dapat diberikan salah satu regimen dibawah
ini :
1. 100 mg IV sodium thiopental
2. 10 mg IV diazepam
3. 250 mg IV sodium amobarbital
4. phenytoin : a. dosis awal 1000 mg IV
a.
16,7 mg/menit/1 jam
b.
500 g oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
21
e) Penyebab
Pre eklampsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit
pada multipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur
dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit
ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut (Pritchard,
2009: 59) :
1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan
diabetes mellitus.
3) Penyakit ginjal.
Sampai saat ini etiologi pasti pre eklampsi/eklampsi masih
belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan
perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan
ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain (Wibisono, 1997: 87) :
1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada pre eklampsi didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin
(PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi akan
diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan
pelepasan
tromboksan
dan
serotonin,
sehingga
terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
22
2) Peran Faktor Imunologis
Pre eklampsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan
tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat
diterangkan bahwa kehamilan pertama pembentukan bloking
antibodi terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita pre eklampsi :
a) Beberapa wanita dengan pre eklampsi mempunyai komplek
imun dalam serum.
b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem
komplemen pada pre eklampsi diikuti dengan proteinuri.
c) Peran Faktor Genetik
Beberapa
bukti yang menunjukkan
peran faktor genetik
pada kejadian pre eklampsi antara lain:
a) Pre eklampsi hanya terjadi pada manusia.
b) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre
eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita pre
eklampsi.
c) Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklampsi
pada
anak dan
cucu ibu hamil dengan riwayat pre
eklampsi dan bukan pada ipar mereka.
3) Peran Renin Angiotensin-Aldosteron
Menurut Bobak dkk, (2005: 85) faktor resiko pre eklampsi/
eklampsi adalah :
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
23
a) Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
b) Usia < 18 tahun atau > 35 tahun.
c) Berat badan < 50 kg atau gemuk.
d) Adanya
proses
penyakit
kronis
:
diabetus
mellitus,
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah kolagen
(lupus eritematus sistemik).
e) Kehamilan mola.
f) Komplikasi kehamilan : kehamilan multiple, janin besar,
hidrop janin, polihidramnion.
g) Pre eklampsi pada kehamilan sebelumnya.
h) Materi genetik baru.
f) Perubahan Adaptasi ibu hamil pada pre eklamsi
Pada ibu pre eklamsi mengalami perubahan-perubahan yang
abnormal yaitu :
Tabel 2.2 Perubahan adaptasi ibu hamil pada pre eklamsi
No.
Perubahan
1
Cardiac output
Normal
(Dibanding
tidak hamil)
Meningkat
Pre eklamsi
(Dibanding
hamil normal)
Meningkat
Keterangan
2
Volume darah
Hipervolemia
Hipovolemia
Hipovolemia
pada preeklamsi
akibat
vasokonstriksi
menyeluruh dan
peningkatan
permeabilitas
vaskuler.
3
Resistensi perifer
Menurun
Meningkat
Tidak terjadi
disproporsi
antara volume
darah dan
volume
intravaskular
Pada hamil
normal, ketika
resistensi perifer
belum meningkat
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
24
4
Aliran darah ke :
a. utero
plasenta
b. ginjal
c. otak
d. hepar
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Sama
Sama
5
Berat badan
Meningkat
Meningkat
60% hamil dengan
hipertensi
80% hamil dengan
hipertensi
dan
proteinuria
Edema tidak
dipakai lagi
sebagai kriteria
preeklamsi
kecuali anasarka
6
Edema
40%
edema
Sama
-
7
Sel darah
Meningkat
Deformabilitas
meningkat
Akibat :
hipovolemia,
ekstravasasi
albumin.
CVP dan PCWP
meningkat
8
Hemokonsentrasi
Hemodilusi
Hemokonsentrasi
tinggi
Pada preeklamsi
akibat :
hipovolemia dan
peningkatan
resistensi perifer
9
Viskositas darah
Menurun
Meningkat
-
10
Hematokrit
Menurun
Meningkat
Kecuali pada
preeklamsi diberi
diuretikum dosis
tinggi, restriksi
garam dan
infuse oxytocine
11
Elektrolit
Menurun
Sama
Pada preeklamsi
dengan hipoksi
dapat terjadi
gangguan
keseimbangan
asam basa
12
Keseimbangan
asam basa
-
-
Pada kejang
eklamsi kadar
bikarbonat
menurun karena
asidosis laktat,
dan hilangnya
karbondioksida
ada
Peningkatan
berat badan >
0,57 kg/ minggu
harus waspada
kemungkinan
preeklamsi
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
25
13
Natrium dan
kalium
14
Protein serum
dan plasma
15
Lipid plasma
16
17
Disesuaikan
dengan
peningkatan
cairan tubuh
Sama
-
Bertambah
menurunnya
-
Menurun
Bertambah
hiperlipidemia
-
Asam urat dan
kreatinin
Hiperlipidemia
Meningkat
Koagulasi dan
fibrinolisis
Menurun
Trombositopenia
Peningkatan FDP
Penurunan
anti
trombin III
Akibat
hipovelimia dan
peningkatan
permeabilitas
vaskuler
-
g) Kriteria Diagnosis
Apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu atau lebih
gejala dan tanda sebagai berikut :
1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg.
2) Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
3) Oliguria ( produksi urin) < 500 cc/24 jam disertai kenaikan
kreatinin plasma.
4) Proteinuria > 3/24 jam.
5) Gangguan visus dan serebral.
6) Nyeri epigastrium.
7) Edema paru dan sianosis.
8) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
9) Koma (Wiknjosastro, 2002: 111).
h) Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dapat menemukan
tanda-tanda dini pre eklampsi. Perlu lebih waspada akan
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
26
timbulnya
pre
eklampsi
dengan
ditemukan
faktor-faktor
predisposisi. Walaupun timbulnya pre eklampsi tidak dapat
dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penyuluhan secukupnya dan pengawasan yang baik
pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet
berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu diartikan
berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan
penambahan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan (Wiknjosastro,
2002: 113). Menurut Manuaba (2008: 121), untuk mencegah
kejadian pre eklampsi ringan dapat dilakukan nasehat berkaitan
dengan:
1) Diet makanan
Makanan tinggi protein, tinggi kalori, cukup vitamin dan rendah
lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau
edema.
Makanan
berorientasi
pada
empat
sehat
lima
sempurna.
2) Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil tua dalam arti bekerja
seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan.
3) Pengawasan antenatal
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang
memerlukan perhatian adalah :
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
27
a) Uji kemungkinan pre eklampsi
(1) Pemeriksaan tekanan darah dan kenaikannya.
(2) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema.
(3) Pemeriksaan protein dalam urin.
(4) Pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum dan pemeriksaan retina mata.
b) Penilaian kondisi janin dalam rahim
(1) Penilaian tinggi fundus uteri.
(2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, deyut
jantung janin, pemantauan air ketuban.
(3) Pemeriksaan USG (Wiknjosastro, 2002: 117).
i) Penatalaksanaan
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis
karena
etiologi
menyebabkannya
pre
belum
eklampsi
dapat
dan
faktor-faktor
diketahui.
Tujuan
yang
utama
penanganan:
1) Mencegah terjadinya eklampsia.
2) Melahirkan janin hidup.
3) Melahirkan janin dengan trauma minimal.
Penanganan pre eklampsi terdiri atas pengobatan medis dan
penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk
melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati
dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup umur/matur untuk
hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
28
eklampsi dan janin yang cukup matur lebih baik hidup di luar
kandungan daripada didalam uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat pasien pre eklampsi
di rumah sakit adalah: (1) tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
lebih dan atau tekanan diastol 90 mmHg atau lebih;. (2) proteinuria
1+ atau lebih; (3) kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam
seminggu yang berulang; (4) penambahan edema secara tiba-tiba.
Pada pasien yang dirawat di rumah sakit dilakukan pemeriksaan:
1) Anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan obstetrik, dan
pemeriksaan laboratorium rutin.
2) Tekanan darah, air kencing berat badan diperiksa tiap hari, dan
edema dicari terutama didaerah sakral.
3) Balance cairan diukur setiap hari.
4) Funduskopi dilakukan pada saat pasien masuk ke rumah sakit
dan kemudian tiap 3 hari .
5) Keadaan janin diperiksa tiap hari dan besarnya dinilai.
6) Penentuan hematokrit dilakukan berulang-ulang.
7) Penderita diingatkan untuk segera memberitahu apabila
terdapat gejala sakit kepala, merasa mual, merasa nyeri di
daerah epigastrium, atau menderita gangguan penglihatan.
Pengobatan pre eklampsi yang tepat ialah pengakhiran
kehamilan karena tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan
mencegah terjadinya eklampsi dengan bayi masih prematur.
Penundaan pengakhiran kehamilan dapat menyebabkan eklamsi
dan kematian janin. Pada janin dengan berat rendah pun
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
29
kemungkinan hidup pada pre eklampsi berat lebih baik diluar dari
pada dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan
induksi persalinan atau SC. Pada umumnya indikasi untuk
pengakhiran kehamilan adalah:
1) Pre eklampsi ringan dengan kehamilan cukup bulan.
2) Pre eklampsi dengan hipertensi dan atau proteinuria menetap
selama 10-14 hari dan janin sudah cukup matur.
3) Pre eklampsi berat.
4) Eklamsi.
Pada pasien yang masuk rumah sakit sudah dengan tandatanda dan gejala–gejala pre eklampsi berat harus segera diberi
sedative yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.
Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat di atasi, dapat
dipikirkan cara terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan
ini diperlukan untuk mencegah bahaya eklampsi selanjutnya.
Pengobatan
untuk
mencegah
timbulnya
kejang-kejang
(Wiknjosastro, 2002: 119).
3. Induksi Persalinan
a. Pengertian
Induksi Persalinan (induction of labour) adalah merangsang uterus
untuk mengawali proses persalinan. Saat ini sudah terbukti bahwa
tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan. American College
of Obstetricians and Gynecologists (1999a) berdasarkan resiko
persalinan yang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
30
ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang jauh
dari rumah sakit atau alasan psikososial).
Luthy dkk (2002) Tindakan induksi persalinan berhubungan
dengan kenaikan angka kejadian tindakan SC. Hoffman dan Sciscione
(2003) Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian SC
2-3 kali lipat.
Induksi persalinan elektif pada kehamilan aterm sebaiknya tidak
dilakukan
secara
rutin
mengingat
bahwa
tindakan
SC
dapat
meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan out
come maternal termasuk kematian. Induksi persalinan eletif yang dirasa
perlu dilakukan saat aterm (≥ 38 minggu) perlu pembahasan secara
mendalam antara dokter dengan pasien dan keluarganya.
b. Indikasi
1) Ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis
2) Pre-eklampsia berat
3) Ketuban pcah dini tanpa diikuti dengan persalinan
4) Hipertensi dalam kehamilan
5) Gawat janin
6) Kehamilan postterm
c. Kontraindikasi
1) Cacat rahim ( akibat SC jenis klasik atau miomektomi intramural)
2) Grande multipara
3) Plasenta previa
4) Insufisiensi plasenta
5) Makrosomia
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
31
6) Hidrosepalus
7) Kelainan letak janin
8) Gawat janin
9) Ragangan berlebihan uterus : gemeli dan hidramnion
10)
Kontra indikasi persalinan spontan pervaginam:
a) Kelainan panggul ibu (kelainan bentuk anatomis, panggul sempit)
b) Infeksi herpes genitalis aktif
c) Karsinoma Servik Uteri
d. Teknik pemberian oksitosin
Pemberian Induksi oksitosin menggunakan prosedur yang sesuai
dengan standard operasional yang tersusun diantaranya :
1) Pasien berbaring di tempat tidur dan tidur miring kiri
2) Lakukan penilaian terhadap tingkat kematangan servik.
3) Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut
jantung janin
4) Catat semua hasil penilaian pada partograf
5) 2.5 - 5 unit Oksitosin dilarutkan dalam 500 ml Dekstrose 5% (atau
PZ) dan diberikan dengan dosis awal 10 tetes per menit.
6) Naikkan jumlah tetesan sebesar 10 tetes permenit setiap 30 menit
sampai tercapai kontraksi uterus yang adekuat.
7) Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari
4 kali kontraksi per 10 menit) hentikan infus dan kurangi
hiperstimulasi dengan pemberian:
8) Terbutalin 250 mcg IV perlahan selama 5 menit atau
9) Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan RL 10 tetes permenit
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
32
10) Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan
mencapai 60 tetes per menit.
11) Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml
dekstrose 5% (atau PZ) dan sesuaikan tetesan infuse sampai 30
tetes per menit (15mU/menit)
12) Naikan jumlah tetesan infuse 10 tetes per menit setiap 30 menit
sampai kontraksi uterus menjadi adekuat atau jumlah tetesan
mencapai 60 tetes per menit.
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan
konsentrasi yang lebih tinggi tersebut maka :
1) Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan SCia.
2) Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya
yaitu :
a) 10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5% (atau PZ) , 30 tetes permenit
b) Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit
sampai tercapai kontraksi uterus adekuat.
c) Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih
tidak adekuat maka induksi dianggap gagal dan lakukan SC.
Jangan berikan oksitosin 10 Unit dalam 500 ml Dextrose 5%
pada pasien multigravida dan atau penderita bekas SC
4. Seksio Caesaria
a. Pengertian
SC adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
33
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2007; h.
133). SC menurut Mochtar (1998) adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina.
b. Jenis- jenis operasi SC
1) Abdomen (SC abdominalis)
a) SC transperitonealis
(1) SC klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus
uteri
(a) Kelebihan
:
mengeluarkan
janin
lebih
cepat,
tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan
bisa diperpanjang.
(b) Kekurangan
:
infeksi mudah
menyebar
secara
intra
abdominalis karena tidak ada reperitonealis yang baik, untuk
persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri
spontan.
(2) SC ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim
(a) Kelebihan : penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka
dengan reperitonealis yang baik, tumpang tindih dari
reperitoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus
ke
rongga
peritonium,
perdarahan
sedikit,
dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
lebih kecil.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
34
(b) Kekurangan
:
luka
dapat
melebar
sehingga
dapat
menyebabkan arteri uterina putus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak, keluhan pada kandung kemih post
operatif tinggi.
(3) SC
ekstraperitonealis,
yaitu
tanpa
membuka
peritonium
parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
2) Vagina (SC vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, yaitu
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
b) Sayatan melintang (transversa) menurut Kerr
c) Sayatan huruf T (T - Incission) (Mochtar, 1998; h. 119)
c. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi.
Namun
dengan
perkembangan
dalam
teknik
operasi,
anestesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat
menurun. Angka kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi
yang baik dan tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 dalam 1000
persalinan.
Nasib janin yang ditolong secara SC sangat tergantung dari
keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negaranegara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal
yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar,
1998; h. 121).
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
35
d. Faktor Determinan SC
1)Faktor Sosiodemografi
a) Faktor umur
b) Suku
c) Agama
d) Tingkat Pendidikan
e) Pekerjaan
f)
Sumber biaya
2) Faktor Mediko-Obstetrik
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada faktor mediko obstetri adalah
paritas, jarak persalinan, riwayat obstetri jelek, dimana hal ini akan
memberi gambaran atau prognosa pada kehamilan dan persalinan
berikutnya.
e. Indikasi SC
1) Indikasi Medis
Melahirkan
dengan
cara
SC
sebaiknya
dilakukan
atas
pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun
bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat
diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan SC dengan tujuan
untuk memperkecil terjadinya resiko yang membahayakan jiwa ibu dan
bayinya.
a) Faktor janin : bayi terlalu besar, kelainan letak bayi ( letak
sungsang, letak lintang), ancaman gawat janin (fetal distress), dan
bayi kembar.
b) Faktor plasenta : Plasenta previa dan solusio plasenta
c) Faktor ibu : Disproporsi Sevalo-Pelvik, disfungsi uterus, ruptura uteri
(robekan rahim), partus tak maju, pre eklamsi dan eklamsi.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
36
2) Indikasi Sosial
Persalinan yang dilakukan dengan SC sering dikaitkan dengan
masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih
banyak penduduk di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran
dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya
tindakan SC dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada
tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan
yang baik.
Adanya ketakutan ibu-ibu akan kerusakan jalan lahir (vagina)
sebagai akibat dari persalinan normal, menjadi alasan ibu memilih
bersalin dengan cara SC. Padahal penelitian membuktikan bahwa
mitos tersebut tidak benar karena penyembuhan luka di daerah vagina
hampir sempurna. Pendapat lain yaitu, bayi yang dilahirkan dengan SC
menjadi lebih pandai karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir.
Padahal sebenarnya tidak ada perbedaan antara kecerdasan bayi
yang dilahirkan dengan cara SC ataupun pervaginam.
Pada sisi lain, persalinan dengan SC dipilih oleh ibu bersalin
karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini
terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit
pada persalinan normal.
f. Komplikasi Tindakan SC
Komplikasi yang terjadi setelah tindakan SC adalah
1) Infeksi Puerperal (nifas)
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu:
a) Ringan
: dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
b) Sedang
: dengan kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan sedikit kembung.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
37
c) Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu
lama.
2) Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah
yang terputus dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada
placental bed. Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya
bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan
rongga panggul
3) Luka Kandung kemih
Tindakan SC, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat
mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang
dapat menyebabkan infeksi
5. Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
a. Kewenangan normal
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh
seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu
a) Ruang lingkup:
(1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
(2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
38
(3) Pelayanan persalinan normal
(4) Pelayanan ibu nifas normal
(5) Pelayanan ibu menyusui
(6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
b) Kewenangan:
(1) Episiotomi
(2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
(4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
(5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
(6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
(7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
(8) Penyuluhan dan konseling
(9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
(10)
Pemberian surat keterangan kematian
(11)
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2) Pelayanan kesehatan anak
a) Ruang lingkup:
(1) Pelayanan bayi baru lahir
(2) Pelayanan bayi
(3) Pelayanan anak balita
(4) Pelayanan anak pra sekolah
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
39
b) Kewenangan:
(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (028 hari), dan perawatan tali pusat
(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
(3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
(4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
(6) Pemberian konseling dan penyuluhan
(7) Pemberian surat keterangan kelahiran
(8) Pemberian surat keterangan kematian
3) Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana
a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus
bagi
bidan
yang
menjalankan
program
pemerintah
mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
40
1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,
dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)
3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan
4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan
lingkungan
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah
dan anak sekolah
6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya
8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah
mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
41
c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum
ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
42
B. Kerangka Teori
Kehamilan
Abnormal
Normal
Persalinan
Vakum
ekstraksi
Seksio
sesaria
Faktor ibu :
- Kala 2 tak
maju
- Hipertensi
- Ibu yang tidak
boleh
mengejan
terlalu lama
Faktor ibu:
- Pre eklamsi
- Plasenta
previa
- Panggul
sempit
- Partus lama
- Partus tak
maju
- Ruptur uteri
mengancam
Faktor dari janin
- Gawat janin
- Malpresentasi
janin
- Janin besar
- Disproporsi
kepala panggul
Gambaran Tingkat Pre Eklamsi..., Erna Pangastuti Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2013
Download