PERUBAHAN DENGAN PENGGANTIAN BARIS

advertisement
PERUBAHAN DENGAN PENGGANTIAN
BARIS, HURUF, KATA, DAN KETETAPAN DALAM KALIMAT
Perubahan dengan penggantian hanya diperbolehkan dalam puisi. Pertama,
penggantian yang diperbolehkan adalah penggantian baris dengan baris yang lain.
Kedua, penggantian huruf dengan huruf yang lain, misalnya alif dengan hamzah, ya ‘
dengan hamzah. Ketiga, penggantian kata dengan kata lain, misalnya kata depan
dengan kata depan yang lain, kata tunggal dengan kata ganda atau jamak dan
sebaliknya, dan keempat penggantian ketetapan dengan ketetapan yang lain, misalnya
feminin diganti maskulin atau sebaliknya, menambah artikel al- pada kata kerja, kata
depan dianggap sebagai kata benda, menukar fungsi kata dengan fungsi kata yang
lain.
Penggantian Baris
Penggantian baris adalah dengan mengganti baris bawah yang terletak
sebelum ya’ mutakallim dengan baris atas. Sementara itu, penggantian baris pada kata
ganda dan jamak lebih ditujukan untuk menyelaraskan rima dengan bait-bait sebelum
atau sesudahnya.
Penggantian Banis pada Kata Tunggal
Penggantian baris pada kata tunggal adalah mengganti baris bawah dengan
baris atas karena untuk memudahkan ucapan. Penggantian baris dapat ditemukan
pada puisi berikut
Puisi Ibn Jurmuz ( dalam Muhammad, 1980:2 16):
( Atufu ma atufu summa awa, ha umma wa turwinin-naqi’])
Aku berputar, berhenti dan kembali, wahai ibuku bekalilah aku air)
Penggantian pada bait di atas terdapat pada kata umma. Kata umma
mengalami penggantian baris bawah dengan baris atas, selain itu ada penggantian
kata panggilan ya ‘ wahai’ dengan huruf alif pada kata tersebut. Aslinya adalah ya
ummi. Penggantian ini untuk menyelaraskan dengan pola bahr wafir, yaitu //o//o
(atufuma) //o//o (atufu sum) //olo (ma-awi), //o/o/o (ila-umman) //o/o/o (wayurwinin) //o/o
(naqi’ a).
Puisi Sa’ab (A1-Mukhassas, tt. : 124)
(inna akhaiya bintuhu bintaya)
‘ Wahai ini, anak perempuan saudara laki-lakiku adalah anakku’
Penggantian pada bait di atas adalah penggantian baris bawah dengan baris
atas pada kata binta, asalnya adalah binti, lalu baris bawah diganti dengan baris atas
dan ya ‘ diganti dengan alif Penggantian ini karena kata ini diikuti oleh kata ya ‘ wahai’ ,
aslinya adalah ya haza ‘ wahai ini’ dan untuk mempermudah ucapan . Selain itu, juga
untuk menyelaraskan dengan pola bahr raja:, yaitu /o///o (inna-akhay) /o//o (yabintuhu)
//lo//o (bintaya).
Penggantian Bans pada Kata Ganda
Penggantian baris pada kata ganti adalah mengganti baris bawah pada huruf
nun dengan baris atas atau baris depan karena untuk menyelaraskan rima dengan bait
sesudah atau sebelumnya.
Penggantian baris pada kata ganda dapat ditemukan pada puisi berikut.
Puisi Hamid Ibn Saur (Al-Jaburi, 197 1,2:47):
(‘ala ahwaziyyainastaqallat ‘asyiyyatan, fama hiya lila lamhatun fa tagibu)
‘
Untuk kedua cerdik pandai, mendung berarak, sekilas dan menghilang’
Penggantian baris pada bait di atas terdapat pada kata ganda, yaitu
ahwazziyaina atau ahwazayyainu, aslinya ahwaziyyaini ‘kedua cerdik pandai’. Baris
bawah pada nun diganti dengan baris atas atau baris depan. Penggantian dilakukan
karena untuk meringankan ucapan, sedangkan dari segi pola bahr tidak ada
pengaruhnya. Bait di atas berpola bahr tawil, yaitu //o/o (‘ ala-ah) //o/o/o (waziy-yainas)
//o/o (taqallat) //o//o (asyiy-yatan), //o/ (famahi) //o/o/o (yail-lalam) //o/o (hatunfa) //o/o
(tagibu).
Puisi Penyair dan Bani Dabbah (A1-Bagdadi, 1299H: 336):
( a ‘rifu minhal-anfa wal- ‘ainana, wa mankharaini asybaha zabyana)
‘Saya mengetahui hidung dan kedua matanya, kedua lubang hidungnya serupa
hidung si Zubyan’
Penggantian terdapat pada kata ganda al- ‘ainana, aslinya al-ainaini. Ada dua
penggantian, yaitu ya ‘ dengan alif dan baris bawah pada nun dengan baris atas.
Penggantian ini untuk memudahkan ucapan dan kesamaan rima pada akhir setiap
bagian, tetapi tidak ada pengaruhnya pada pola bahr. Bait di atas berpola bahr rajaz,
yaitu /o///o (a’ rifumin) /o/o//o (hal-anfawal) /o/o/o (ainana), //o//o (waminkharai) //o//o
(niasybaha) /o/o/o (zabyana).
Penggantian Baris pada Kata Jamak
Penggantian baris pada kata jamak dapat dengan mengganti baris atas pada
huruf nun dengan baris bawah atau menyesuaikan baris huruf nun dengan fungsi kata
dalam kalimat. Misalnya subjek berbaris depan, objek berbaris atas, dan apabila ada
harf jarr, maka berbaris bawah. Penggantian baris pada kata jamak juga untuk
menyelaraskan rima dengan bait sesudah atau sebelumnya. Penggantian tersebut
dapat dilihat pada bait-bait berikut.
Puisi Jarir (dalam Al-Bagdadi, 1299H,3:390)
(‘arina min ‘urainata laisa minna, bari‘ta ila ‘urainata min ‘arini)
(arafna ja’faran wa bani riyahin, wa ankarna za’anifa akharini)
‘ Suara binatang buas itu bukan dan tempat kita, engkau akan terbebas dari
suara binatang buas itu’
‘Kita kenal Ja’ far dari Bani Riyah, dan kita tak kenal kelompok yang lain’
Penggantian baris terdapat pada kata akharini yang aslinya akharina, bentuk
jamak kata akhar. Tanda jamak adalah ya ‘ dan nun, tetapi dalam bait ini nun dianggap
huruf yang berdiri sendiri dan dapat berubah barisnya Penggantian ini digunakan untuk
menyesuaikan rima dengan bait sebelumnya, yaitu ‘arini.
Puisi penyair A1-Hamdani (A1-Bagdadi, 1299H,3:418):
( wa inna lana aba hasanin aliyyan, abun birrun wa nahnu lahu banunu)
‘ Sesungguhnya ayah si Hasan, yaitu Anu, bagi kita adalah ayah yang tidak
berdusta, sedang kita adalah anak-anaknya’
Penggantian baris terdapat pada kata banunu yang asalnya banuna, bentuk jamak
kata ibnun. Tanda jamak adalah waw dan nun, tetapi dalam bait ini nun dianggap huruf
yang berdiri sendiri dan dapat berubah barisnya.
Penggantian tanda jamak waw dan nun menjadi baris depan karena kata banuna
menjadi khabar (predikat) dan khabar bertanda baris depan pada kata tunggal. Pola
bait di atas adalah bahr wafir, yaitu //o///o (wa-in-na-la-naa) I/o/I/o (aba-ha-sa-run) //o/o
(a-Iiy-yan), //o/o/o (a-bun- bir-rin) //o///o (wa-nah-nu-la-huu) //o/o (ba-nuu-nuu).
Puisi Farazdaq (Al-Bajawi, 1965:2 1)
(ma sadda hayyun wa la mayyitun masaddaha, illal-khala- ifa min ba ‘dinnabiyyini)
‘ Orang yang hidup dan yang mati tidak ada yang menempati kedudukannya
kecuali para khalifah sesudah para nabi’
Penggantian baris terdapat pada kata nabiyyini yang asalnya nabiyyina,
bentuk jamak kata nabiyyun. Tanda jamak adalah ya ‘ dan nun, tetapi dalam bait ini
nun dianggap huruf yang berdiri sendiri dan dapat berubah barisnya.
Penggantian tanda jamak ya ‘ dan nun menjadi baris bawah karena kata
nabiyyina terletak setelah kata ba’di yang bertanda baris bawah pada kata tunggal.
Pola bait di atas adalah bahr basit, yaitu /o/o//o (maa-sad-da-hay) /o//o (yun-wa-laa)
/o///o (may-yi-tun-ma) ///o (sad-da-haa),/o/o//o (il-lal-kha-laa) ///o (i-fa-min) /o/o//o (ba’ din-na-biy) /o/o (yii-nii).
Puisi Seorang Penyair (Al-Alusi, 134 1H:167)
( wa in atamma samaninan ra-aita lahu, syahsan da-ilan wa kullusam ‘a walbasar)
‘Bila sudah sampai usia delapan puluh, kau lihat dia adalah seseorang yang
telah kehilangan pendengaran dan penglihatannya’
Penggantian baris terdapat pada kata samaninan yang asalnya samanina,
bentuk jamak kata samanun. Tanda jamak adalah ya ‘ dan nun, tetapi dalam bait ini
nun dianggap huruf yang berdiri sendiri dan dapat berubah barisnya.
Penggantian tanda jamak ya ‘ dan nun menjadi baris atas karena kata samaninan
menjadi mafulun bih (objek) kata kerja ra-aita. Objek bertanda baris atas pada kata
tunggal dan kata ini ditandai seperti kata tunggal.
Bait di atas berbahr basit, yaitu //o//o (wa-in-a-tam) ///o (ma-sa-maa-) /o/o//o
(nii-nan-ra-’ai) ///o (ta-la-huu).
Penggantian Suku Kata dengan Suku Kata yang Lain
Penggantian suku kata dengan sub kata yang lain hanya terdapat pada puisi
dan tidak ditemukan penggantian ini dalam kalimat biasa. Penggantian itu dapat
dengan mengganti suku kata terbuka dengari suku kata tertutup atau sebaliknya.
Penggantian dilakukan karena untuk menyesuaikan pola kaki sajak dalam matra yang
digunakan.
Penggantian suku kata yang ditemukan dalam puisi Arab adalah mengganti alif
dengan hamzah, ya ‘ dengan hamzah, waw dengan hamzah, hamzah dengan ha’, dan
alif pada kata maa dan haahunaa dengan ha’.
Penggantian Alif dengan Hamzah
Penggantian alif dengan hamzah karena artikulasi hamzah dekat dengan alif
Akan tetapi, alif hanya berfungsi sebagai pemanjang, sedangkan hamzah dapat
diperlakukan seperti huruf yang lain. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan kaki sajak
dengan pola bahr.
Penggantian alif dengan hamzah dapat ditemukan pada bait-bait berikut. Puisi lbn
Rabi’ (dalam Muhammad, 1980:221):
( la-adda-ahaa karhan wa asbaha baituhuu, ladaihi minal-agwaali nauhun
musallabu)
‘ Dia menyampaikan kepadanya dengan terpaksa dan jadilah rumah yang
penuh kesulitan itu baginya tangisan yang menyedihkan’
Penggantian huruf alif dengan hamzah terdapat pada kata la ‘adda- ‘ahaa yang
asalnya la ‘addaaha. Huruf alif pada kata Ia ‘ddaaha diganti dengan hamzah supaya
dapat menambah bunyi sehingga dapat memenuhi bunyi pada kaki sajak.
Penggantian ini untuk menyesuaikan kaki sajak dengan pola bahr tawil, yaitu //o/o (la’ad-da) //o/o/o (‘a-haa-kar-han) //o/ (wa-as-ba) lb/b (ha-bai-tu-huu), Ilolo (ladai-hii)
//o/o/o (mi-nal-’ag-waa) //o/o (li-nau-hun) //o//o (mu-sal-la-buu) Apabila kata la ‘ddaaha
yang digunakan, maka pola kaki sajak //o/o/o (‘a-baakar-han) akan berubah menjadi
/o/o/o (haa-kar-han). Pola ini tidak ada pada bahr tawil.
Puisi Al-Farra’ (dalam Muhammad, 1980:222):
(Ya daaru mayyin bidakaadikil-buraq, sabran faqad hu’yija syauqulmusyta- ‘iq)
‘Wahai rumah Mayya di Dakadikil-Buraq, sabarlah karena rindu yang membara
ini’
Penggantian huruf alif dengan hamzah terdapat pada kata musyta ‘iq yang
asalnya musytaaq. Huruf alif pada kata musytaaq diganti dengan hamzah supaya
dapat menambah bunyi sehingga dapat memenuhi bunyi pada kaki sajak. Penggantian
ini untuk menyesuaikan kaki sajak dengan pola bahr rajaz, yaitu /o/o/o (yaa-daa-rumay) /o///o (yin-bi-da-kaa) //o//o (di-kil-bu-raq), /o/o//o (sabran-fa-qad), /o///o (huy-yi-jasyau) /o/o//o (qul-musy-ta-’iq). Apabila kata musytaaq yang digunakan, maka pola kaki
sajak /o/o//o (qul-musy-ta-’iq) akan berubah menjadi /o/o/oo (qul-musy-taaq). Pola
ini tidak ada pada bahr rajaz.
Puisi Al-Arabi (dalam Muhammad, 1980:223):
(wa ba’dan-tihaa ‘isy-syaibi min kulli jaanibin, ‘alaa limmatii hattasy ‘a ‘alla
bahiimuhaa)
‘uban muncul di setiap sisi rambutku yang kusut dan panjang hingga jelas
warna hitamnya’
Penggantian alif dengan hamzah terdapat pada kata isy’alla yang aslinya
isy’aalla. Huruf alif pada kata isy’aalla diganti dengan hamzah supaya dapat
menambah bunyi sehingga dapat memenuhi bunyi pada kaki sajak. Penggantian ini
untuk menyesuaikan kaki sajak dengan pola bahr tawil, yaitu //o/o (wa-ba’ dan) //o/o/o
(ti-haa-’isy-syai) //o/o (bi-min-kul) //o//o (li-jaa-ni-bin), //o/o (‘a-laalim) //o/o/o (matii-hattasy) //o/o (‘a-’aI-Ia) //o//o (ba-hi-mu-ha). Apabila kata isy‘aalla yang digunakan, maka
pola kaki sajak akan berubah menjadi /o/ (‘aalla). Pola ini tidak ada pada bahr tawil.
Penggantian Ya’ dengan Hamzah
Puisi Al-’ Arabi ( dalam Muhammad. 1980:224):
(qad kaada yazhabu bid-dun-yaa wa bahjatihaa, mawaali’un ka kabaasyil‘ausi
sahhaahii)
‘sungguh hampir saja para sahaya itu membawa pergi dunia dan keindahannya
seperti penggilingan yang berputar dengan sangat cepat’
Penggantian ya’ dengan hamzah terdapat pada kata mawaali ‘un yang aslinya
mawaaliyun. Huruf ya’ pada kata mawaaliyun diganti dengan hamzah untuk
memudahkan pengucapan karena bunyi yu (ya’ dan baris depan) atau yi (ya’ dan baris
bawah) adalah bunyi yang berat untuk artikulasi orang Arab.
Bait di atas berbahr basit, yaitu /o/o//o (qad-kaa-da-yaz) ///o (ha-bu-bid) /o/o//o
(dun-yaa-wa-bah) ///o (ja-tu-haa), //o//o (ma-waa-li-’un) //o/o (ka-kub-ba) /o/o//o (sil-’
au-si-sah) /o/o (haa-hii).
Puisi Al-Farra’ (Al-Anbari, 1945:445)
(yansyabu fil-mas’ ali wal-lahaa’I, ansyaba min ma’aasyirin huda’ii)
‘(kurma) itu melekat di tenggorokan dan anak tekak, karena kegembiraan yang
melampaui batas’
Penggantian ya’ dengan hamzah terdapat pada kata hudaa ‘i. Kata hudaa ‘i
berasal dan kata hudaadi; huruf dal diganti ya ‘ karena menghindari dua dal yang
beriringan sehingga menjadi hudaayi, lalu ya’ diganti dengan hamzah karena artikulasi
hamzah lebih dekat dengan alif yang terletak sebelumnya daripada denganya’.
Bait di atas berpola bahr rajaz, yaitu /o/o//o (yan-sya-bu-fil) /o/o//o (mas‘a-li-wal)
//o/o (la-haa-ii), /o/o//o (an-sya-bu-min) /o/o//o (ma-’aa-syi-nl) //o/o (hidaa-’ii).
Penggantian Waw dengan Hamzah
Waw diganti dengan hamzah apabila waw terletak setelah huruf yang berbaris
atas. Penggantian dilakukan karena baris depan dan waw dianggap mempunyai
artikulasi yang sejenis sehingga dikhawatirkan ada pengaburan artikulasi. Untuk itu,
diperlukan penggantian dengan huruf lain yang dapat diterima, yaitu hamzah.
Penggantian itu dapat ditemukan pada bait berikut.
(ahabbul-mauqidaini ilayya mu ‘saa, wa harzatu iz adaa ‘ahumal waquudu)
‘Bagiku, dua penerang terbaik adalah Musa dan tungku, apabila keduanya
disinari oleh kayu yang menyala’
Penggantian waw dengan hamzah terdapat pada kata Mu ‘saa yang asalnya
adalah Muusaa. Hal itu karena huruf mim yang terletak sebelumnya berbaris depan
dan baris depan sejenis dengan huruf waw sehingga lebih baik apabila waw diganti
hamzah. Penggantian ini dapat dilakukan pada semua kata yang memiliki suku kata
waw dan sebelumnya berbaris depan, misalnya kata ‘asuubu dan ‘aduuru menjadi ‘as
‘ubu dan ‘ad’uru.
Bait di atas berpola bahr kamil, yaitu //o/o/o (a-hab-bul-mau) //o///o (qidii-na-iIay) //o/o (ya-mu’-saa), //o///o (wa-har-za-tu-iz) //o///o (a-daa-a-hu-mal) //o/o (wa-quudu).
Penggantian Ha’ dengan Hamzah
Ha’ diganti dengan hamzah karena mempunyai kedekatan artikulasi dan
penggantian ini karena tuntunan estetika puisi. Penggantian itu dapat ditemukan pada
bait berikut.
(wa baldatin qaalisatin amwaa ‘uhaa, yastannu flu ra ‘didduhaa afyaa ‘uhaa)
‘sebuah negri yang susut airnya, mengering nmbun pohonnya seiring matahari
naik’
Penggantian ha’ dengan hamzah terdapat pada kata amwaa’uhaa yang
asalnya adalah amwahuhaa. Ha’ diganti hamzah karena untuk menyamakan rima
dengan rima baris berikutnya, yaitu afyaa ‘uha, hamzah pada kata ini asli.
Bait di atas berbahr rajaz, yaitu //o//o (wa-bal-da-tin) /o///o (qaa-hi-sa-tin) /o/o//o
(am-waa-’u-haa), /o/o//o (yas-tan-nu-fli) /o/o//o (ra’-did-du-haa) /o/o//o (afyaa-’u-haa).
Penggantian Huruf dengan Ya’
Ya’ dapat mengganti huruf apa saja apabila diperlukan. Penggantian ini
dilakukan untuk menyesuaikan suku kata dengan pola kaki sajak pada bahr tertentu.
Penggantian ini dapat ditemukan pada puisi berikut.
(lahaa ‘asyaariiru min lahmin tutammiruhuu, mins-sa ‘aalii wa rahzun min
‘araaniihaa)
‘Dia punya dendeng dan daging yang dikeriingkan, daging dan musang dan
kelinci’
Ya’ mengganti huruf ba’ pada kata as-sa ‘alii dan ‘araanhi yang aslinya adalah
as-sa’aalibi dan ‘araanibi. Ya’ menggantikan ba’ karena untuk menyesuaikan suku kata
pada pola kaki sajak dalam bait ini. Suku kata terbuka pada ba’ diganti dengan suku
kata tertutup pada ya’. Apabila ba’ tetap digunakan. perubahan ini tidak dapat
dilakukan. Bait di atas berbahr basit’, yaitu //o//o (lahaa-’a-syaa) /o//o (ni-ru-min) /o/o//o
(Iah-min-tu-tam) ///o (mi-ru-huu), //o//o (minas-sa-’ aa) /o//o (lii-wa-zukh) /o/o//o (runmin-a-raa) /o/o (mi-haa). Apabila tidak ada penggantian pada kaki sajak /o/o (lii-wa-
zukh) dan // (nii-häa), maka akan menjadi ////o (li-bi-wa-zukh), suku kata pada pola ini
tidak sesuai dengan pola kaki sajak bahr basit.
Penggantian huruf yang lain dengan ya’ dapat ditemukan pada puisi Berikut
(wa manhalun laisa lahuu hawaaziqun, wa lidafaadii jammuhuu naqaaniquu)
‘Tempat minum yang tidak ditutup kuat, menjadi tempat bersuara bagi
kumpuan katak’
Ya’ mengganti huruf ‘ain pada kata dafaadii yang aslinya adalah dafaadi’. Ya’
menggantikan ‘ain karena untuk menyesuaikan suku kata pada pola kaki sajak dalam
bait ini. Suku kata terbuka pada ‘ain diganti dengan suku kata
(qad waradat min amkinah, min haahunaa wa haahunah)
‘Dia telah terkenal di mana-mana. dari sana dan dari sini’
Alif diganti dengan ha’ terdapat pada kata haahunah yang aslinya adalah haahunaa.
Penggantian alif dengan ha’ karena keduanya mempunyai kesamaan artikulasi. Di
samping itu, juga untuk kesamaan rima dengan baris sebelumnya, yaitu amkinah yang
berakhiran bunyi ha’. Bait ini berpola bahr rajaz majzu’, yaitu /o/o//o (qad-wa-ra-dat)
/o/o//o (min-am-ki-nah), /o/o//o (min-haa-hu-naa) //o//o (wa-haa-hu-nah).
Penggantian Kata dengan Kata yang Lain
Penggantian kata dengan kata yang lam adalah dengan mengganti kata depan
dengan kata depan yang lain, kata tunggal dengan kata tunggal. Kata tunggal dengan
jamak atau sebaliknya, kata tunggal dengan ganda, kata ganda dengan jamak, bahkan
kata kerja dengan kata benda dan sebaliknya. Penggantian ini karena tuntutan
keserasian pola irama sehingga penggantian kata ini menuntut kejelian pembaca untuk
memahami bait-bait puisi yang mengalami perubahan itu secara benar.
Penggantian Kata Depan dengan Kata Depan yang Lain
Penggantian kata depan dengan kata depan yang lain banyak ditemukan dalam puisi.
Kata depan yang dimaksud adalah min ‘dan’, ‘an ‘dan, tentang’, ilaa ‘ke’, fi ‘di dalam’, li
‘untuk’, bi ‘dengan’. Kata depan adakalanya dihubungkan dengan kata kerja sehingga
membentuk makna transitif pada kata kerja tersebut. Kata depan yang dipasangkan
sudah tertentu, tetapi dalam puisi kata depan dapat diganti dengan kata depan yang
lain untuk tujuan keserasian irama.
Penggantian ini dapat ditemukan pada puisi Al-’ Uqaili (dalam Ibnu Salam, 1974:791)
berikut.
(izaa radiyat ‘layya banuu qusyairin, la ‘amrullahi a ‘jabanii ridaahaa)
‘Bila
Bani
Qusyair
senang
padaku,
demi
Allah
kesukaannya
itu
mencengangkanku’
Kata depan yang diganti adalah radiyat ‘alayya. Kata radiyat seharusnya
ditransitifikan dengan kata depan ‘an sehingga asalnya adalah radiyat ‘annii.
Penggantian ini untuk menyesuaikan irama kaki sajak bahr waafIr, yaitu //o///o (Izaa-radi-yat) //o///o (‘a-lay-ya-ba-nuu) //o/o (qu-syai-rin), //o/o/o (la-’ am-rul-laa) //o///o (hi-a’ ja-ba-nii) //o/o (ri-daa-haa). Apabila kata ‘annii tidak diganti dengan ‘alayya, maka pola
kaki sajak //o///o (‘a-lay-ya-ba-nuu) menjadi /o/o//o (an-miba-nuu). Pola ini tidak
digunakan pada bahr wafir.
Penggantian kata depan dapat juga ditemukan pada puisi Abu Zu’aib (dalam
Muhammad, 1980: 233) berikut.
(wa ka- ‘annahunna rabaabatun wa ka-annahuu, yasarun yafiidu ‘alal qadaahi
wa yasda ‘u)
‘Mereka (pr) seperti sekelompok gelas dan dia seperti pembuatnya yang
memenuhinya dengan air dan memecahkannya’
Kata depan yang diganti adalah yafiidu ‘alaa. Kata yafiidu seharusnya
ditransitifkan dengan kata depan bi sehingga asalnya adalah yaflidu bil-qadaahi.
Penggantian ini untuk menyesuaikan irama kaki sajak bahr kamil, yaitu ///o//o (wa-kaan-na-hun) ///o//o (na-ra-baa-ba-tun) ///o//o (wa-ka-an-na-huu), ///o//o (yasa-run-ya-fii)
///o//o (du-’ a-lal-qa-daa) ///o//o (hi-wa-yas-da-’ u). Apabila kata bi tidak diganti dengan
‘alaa, maka pola kaki sajak ///o//o (du-’ a-lal-qa-daa) menjadi //o//o (du-bil-qa-daa). Pola
ini tidak digunakan pada bahr kamil.
Penggantian kata depan juga dapat ditemukan pada puisi Imru’ul-Qais (AsySyinkiti, 1335H:67) berikut.
(wa yad-haa fatiitul-miski fauqa firaasyihaa, na ‘uumud-duhaa lam tantatiq ‘an
tafaddali)
‘Percikan minyak wangi yang merata di peraduannya, menyenyakkan tidur di
pagi hari, tanpa kata-kata sesudah pujian’
Kata depan yang diganti adalah ‘an. Kata depan ‘an mengganti kata ba ‘da
sehingga asalnya adalah lam tantatiq ba ‘da tafaddulil. Penggantian ini untuk
menyesuaikan irama kaki sajak bahr tawil, yaitu //o/o (wa-yad-haa) //o/o/o (fa-tiitul-mis)
//o/o (ki-fau-qa) //o//o (fi-raa-syi-haa), //o/o (na-uu-mud) //o/o/o (du-haalam-tan) //o/o
(ta-tiq-’an) /o//o (ta-fad-da-lii). Apabila kata ba’da tidak diganti dengan ‘an, maka pola
kaki sajak //o/o (ta-tiq-’ an) menjadi //o/o/ (ta-tiq-ba’ -da). Pola ini tidak digunakan pada
bahr tawil.
Penggantian Kata Tunggal dengan Kata Tunggal
Penggantian kata tunggal dengan kata tunggal, yaitu mengganti nama diri
dengan nama diri lain atau dengan kata lam yang sejenis akar katanya. Penggantian
nama diri ini dapat ditemukan pada puisi Al-Hutai’ah (dalam Muhammad, 1980: 239)
berikut.
(fiihar-rimaahu wa fiihaa kullu saabigatin, baidaa ‘a muhkamatin min nasjI
sallaamii)
‘di dalamnya ada anak panah dan harta benda, yang putih sempurna dan
buatan Sulaiman’
Kata yang diganti adalah Salaam yang asalnya adalah Sulaimaan. Kata
Sulaimaan diganti dengan Salaam karena sama akar katanya, yaitu s-l-m. Penggantian
dilakukan karena untuk menyesuaikan suku kata dengan pola kaki sajak bahr basit.
Polanya adalah /o/o//o (fii-har-ri-maa) ///o (hu-wa-fli) /o/o//o (haa-kul-li-saa) ///o (fa-’ llun), /o/o//o (bai-daa-’a-muh) ///o (ka-ma-tin) /o/o//o
(min-nas-ji-sal) /0/0 (laa-mii). Apabila tidak ada penggantian, maka kaki sajak /o/o (laamii) menjadi //o/o/o (su-lai-maa-nii). Pola ini tidak digunakan dalam bahr basit.
Penggantian kata juga dapat ditemukan pada puisi Duraid ibn As-Simmah
(Al-Jauhari, 1957:194) berikut.
(fa in tansanal-ayaamu wad-dahru ta ‘lamuu, banii qaaribin annaa gadaabun
lima ‘badii)
‘Apabila sejarah telah melupakan kami, kamu semua tahu siapa bani Qaarib
dan kami akan marah pada Abdullah)
Kata yang diganti adalah ma’badii yang asalnya adalah Abdullaah. Kata Abduilaah
diganti dengan Ma ‘badii karena sama akar katanya, yaitu ‘a-b-d. Penggantian
dilakukan karena untuk menyesuaikan suku kata dengan pola kaki sajak bahr tawil.
Polanya adalah //o/o (fa-in-tan) //o/o/o (sa-nal-ay-yaa) /o/o/o (muwad-dah) //o//o (ru-ta’
-la-muu), //o/o (ba-rni-qaa) //o/o/o (ri-bin-an-naa) /o/o/o (gadaa-bun) //o//o (li-ma’ -badii). Apabila tidak ada penggantian, maka kaki sajak //o//o (li-ma’ -ba-dii) menjadi
//o/o/o/o (li-ab-dul-laa-hii). Pola ini tidak digunakan dalam bahr tawil.
Penggantian nama diri, bahkan ditemukan dengan mengganti nama diri
selain Arab dengan pola kata Arab, seperti yang terdapat pada puisi Abu Tayyib
(dalam Muhammad, 1980:241) berikut.
(min mablagil-a’ raabi annii ba’ dahum, laaqaitu ristaaliisi wal-iskandaraa)
‘Dan batas akhir orang-orang Arab, sesungguhnya aku bertemu Aristoteles dan
Iskandar setelah mereka’
Penggantian nama diri terdapat pada nama ristaaliis yang berasal dan nama
Aristoteles. Penggantian ini karena untuk keselarasan pola kaki sajak pada bahr rajaz,
yaitu /o/o//o (min-mab-la-gil) /o/o//o (a’ -raa-bi-an) /o/o//o (nii-ba’ -dahum), /o/o//o (laaqai-tu-ris) /o/o//o (ta-lii-sa-wal) /o/o//o (is-kan-da-ra).
Penggantian Kata Ganda dengan Kata Tunggal
Penggantian kata ganda dengan kata tunggal dapat ditemukan pada puisi Al-A’
rabi (dalam Muhammad, 1980: 249):
(Baddalakallaahu bi launin launaini, sawaada wajhin wa bavaada
‘ainaini)
‘Semoga Allah mengganti dua warna dengan dua wama, kulit wajah yang hitam
dengan mata yang putih dan sebaliknya’
Kata yang diganti adalah launin yang seharusnya adalah launaini karena yang
dimasud dalam bait ini adalah mengganti dua warna dengan dua warna, hitam dengan
putih dan putih dengan hitam. Penggantian dilakukan karena untuk menyelaraskan
dengan irama pola bahr rajaz yaitu /o/o//o (bad-da-la-kal) /o/o//o (laa-hu-bi-lau) /o/o/o
(nin-lau-nain), /o//o (sa-waa-da-waj) /o///o (hin-wa-ba-yaa) //o/o (di-ai-nain). Apabila
kata launaini yang digunakan, maka kaki sajak /o/o/o (nin-lau-nain) akan menjadi
/o/o/o/o (lau-nain-lau-nain). Pola ini tidak ada dalam bahr rajaz.
Penggantian kata ganda dengan kata tunggal terdapat dalam puisi Hassan
(dalam Muhammad, 1980:250):
(syarruyaumaihaa wa akhzaahu lahaa, rakibat ‘anzun bihidjin jamalaa)
‘Dua hari paling celaka baginya, ketika ‘Unzun ditangkap dan dimasukkan ke
dalam sekedup unta’
Penggantian dalam bait di atas adalah kata ganti hu pada kata akhzaahu yang
seharusnya adalah humaa karena sebagai kata ganti yang menunjuk pada kata
yaumaini. Penggantian ini untuk menyelaraskan irama pola bahr ramal, yaitu /o//o/o
(syar-ru-yau-mai) /o//o/o (haa-wa-akh-zaa) /o//o (huu-la-haa), ///o/o (ra-ki bat-’ un)
/o//o/o (zun-bi-hid-jin) ///o (ja-ma-la). Apabila tidak ada penggantian, maka kaki sajak
/o//o (huu-la-haa) menjadi /o/o//o (huu-maa-la-haa). Pola ini tidak digunakan pada bahr
ramal.
Penggantian Kata Tunggal dengan Kata Ganda
Penggantian kata tunggal dengan kata ganda dapat ditemukan pada puisi Al-Farazdaq
(1936:861) berikut.
(‘asyiyyata saalal-rnurbadaani kilaahumaa, sahaabata mautin bissuyuuflssawaarirnii)
Penggantian dalam bait di atas adalah kata al-murbadaani yang seharusnya
adalah bentuk tunggalnya, yaitu al-murbad. Penggantian ini untuk menyelaraskan
irama dengan kaki sajak bahr tawil. Polanya adalah //o/o (‘a-syiyya) //o/o/o (ta-saa-lalmur) //o/o (ba-daa-m) //o//o (ki-laa-hu-maa), //o/ (sa-haa-ba) //o/o/o (ta-mau-tin-bis)
//o/o (su-yuu-fis) //o//o (sa-waa-ri-mi). Apabila dipakai bentuk tunggalnya, maka kaki
sajak /o/o/o (ba-daa-ni) akan menjadi //o (bi-dun) dan pola ini tidak digunakan pada
bahr tawil.
Penggantian kata tunggal dengan kata ganda juga dapat ditemukan pada puisi
‘Antarah (dalam Muhammad, 1980: 253) berikut.
(kaifal-muzaaru wa qad turabba ‘u ahluhaa, bi ‘unaizataini wa ahluhaa bilgailami)
Bagaimana kabar suku al-Muzaar, sedangkan keluarganya sudah terbagi
empat di ‘Unaizah dan keluarga kami di Gailam’
Penggantian pada bait di atas ada pada kata unaizatain yang seharusnya
adalah unaizah. Kata unaizah dalam bait ini maksudnya juga hanya satu unaizah,
tetapi tidak selaras dengan pola kaki sajak bahr kamil. Polanya adalah ///o//o (kaifalmu-zaa) ///o//o (ru-wa-qad-tu-rab) ///o//o (ba-’ a-ah-lu-haa), /o//o//o (bi-’ u-nai-zatai)
///o//o (ni-wa-ah-lu-haa) /o/o//o (bil-gai-la-mi). Apabila tetap memakai kata tunggal
unaizah, maka kaki sajak ///o//o (bi-’ u-nai-za-tai) dan ///o//o (ni-wa-ahlu -haa) akan
menjadi ///o//o (bi-’ u-nai-za-tin) dan //o//o (wa-ah-lu-haa), pola ini tidak digunakan
dalam bahr kamil.
Penggantian Kata Jamak dengan Kata Tunggal
Penggantian kata jamak dengan kata tunggal dapat ditemukan pada puisi AlAswad (dalam Muhammad, 1980:25 1) berikut.
(tabayyanahum zul-lubbi hiina yaraahumuu, bisiimaahumuu baidan lahahum wa
asia ‘aa)
‘Orang yang cerdik dapat mengenali mereka ketika tampak tanda-tanda pada
mereka, putih pada jenggot dan botaknya’
Penggantian yang terdapat pada bait di atas adalah kata asia‘aa yang
mengganti bentuk jamaknya, yaitu sul’un. Penggantian ini untuk menyelaraskan irama
pola bahr tawil, yaitu //o/ (ta-bay-ya) //o/o/o (na-hum-zul-lub) //o/ (bi-hiina) //o//o (yaraa-hu-muu), //o//o (bi-sii- maa) //o/o/o (hu-muu-bai-dan) //o/o (lahaa-hum) //o//o (waas-Ia-’ a).
Penggantian ini juga terdapat pada puisi Tufail (dalam Muhammad, 1980:252) berikut.
(laa tunkirul-qatla wa qad subiinaa, flu haiqikim ‘azmun wa qad syubiinaa)
‘Jangan kalian pungkiri pembunuhan itu, sedangkan kami telah ditawan. Kalian
diam saja, sedang kami tertimpa kesedihan’
Penggantian pada bait di atas adalah kata hulqi yang seharusnya adalah
bentuk jamaknya, yaitu huluuqi karena dihubungkan dengan kata ganti orang kedua
jamak, yaitu kum. Akan tetapi, penggunaan bentuk jamaknya tidak sesuai dengan
keselarasan irama bahr yang digunakan untuk pola bait di atas sehingga perlu diganti
dengan bentuk tunggalnya. Bait ini berbahr rajaz, yaitu /o/o//o ( laatun-ki-rul) /o///o (qatla-wa-qad) //o/o (su-bii-naa), /o/o//o (fii-hil-qi-kim) /o/o//o (az-mun-wa-qad) //o/o (syu-jiinaa). Apabila tidak diganti, maka kaki sajak /o/o//o (fii-hil-qi-kim) menjadi /o//o//o (fii-huluu-qi-kum) dan pola kaki sajak ini tidak pernah digunakan.
Penggantian Kata Tunggal dengan Kata Jamak
Penggantian kata tunggal dengan kata jamak dapat ditemukan pada puisi
Imru’ul Qias (dalam Asy-Syinqiti, 1335H:71) berikut.
(yatiirul-gulaamil-khaffl ‘an sahawaatihi, wa yalwii bias-waabil- ‘anifIlmusaqqalii)
‘Seorang anak yang kurus itu terpental dan punggung kudanya, dan ditahan
dengan baju sebagai pemberat’
Penggantian pada puisi di atas adalah kata sahawaat yang aslinya adalah
bentuk tunggalnya, yaitu sahwah ‘kuda’ karena artinya hanya berkaitan dengan seekor
kuda bukan beberapa kuda. Penggantian ini dilakukan karena untuk menyelaraskan
irama bahr tawil, yaitu //o/o (ya-tii-rul) //o/o/o (gu-laa-mal-khaf) //o/ (fu-’ an-sa) /o//o (hawaa-ti-haa), //o/o (wa-yul-waa) //o/o/o (bi-as-waa-bil) //o/o (‘a-nii-fil) //o//o (mu-saq-qalii). Apabila tidak dilakukan penggantian, maka kaki sajak //o//o (ha-waa-ti-haa) akan
menjadi ///o (wa-ti-haa).
Penggantian sejenis ini terdapat pula pada puisi Al-Farazdaq (1936H:467) berikut.
(wa izaa zakarta abaaka au ayyaamahuu, akhzaaka haisu tuqabbaluahjaaruu)
‘Apabila kau ingat ayahmu atau sejarah hidupnya, maka engkau akan malu bila
kau ingat ketika menerima lemparan’
Penggantian pada bait di atas adalah pada kata al-ahjaaru yang aslinya adalah
bentuk tunggalnya, yaitu al-hajaru. Penggantian ini dilakukan karena untuk
menyelaraskan irama bahr kamil, yaitu ///o//o (wa-l-zaa-za-kar) ///o//o (ta-abaa-ka-au)
/o/o//o (ay-yaa-ma-huu), /o/o//o (ah-zaa-ka-hai) ///o//o (su-tu-qab-balul) /o/o/o (ah-jaaruu). Apabila tidak diganti, maka kaki sajak /o/o/o (ah-jaa-ruu) akan menjadi ///o (ha-jaruu) dan pola ini tidak digunakan pada bahr kamil.
Penggantian Ketetapan dalam Kalimat
Penggantian ketetapan maksudnya ketetapan yang telah disepakati dalam
gramatika bahasa Arab, misalnya mengganti subjek menjadi objek atau sebaliknya,
posisi kata depan bertukar tempat dengan kata lainnya, kata feminin mengganti kata
maskulin tanpa mengubah pengaruhnya dalam kalimat atau sebaliknya.
Penggantian ketetapan dengan mengganti subjek menjadi kata keterangan dan
kata keterangan menjadi subjek dapat ditemukan pada puisi Khudasy ibn Zuhair
(dalam Muhammad, 1980: 266) berikut.
(wa
turkabu
khailun
laa
hawaadata
bainanaa,
wa
tasyqar-rimaahu
biddayaatiratil -humru)
‘Kuda telah dinaiki dan tidak ada kelemah lembutan di antara kita dan yang
berkobar semangatnya itu telah minum dengan panah’
Penggantian ketetapan dalam bait di atas adalah kata ar-rimaahu yang bertukar
tempat dengan bid-dayaatirati. Seharusnya kalimat di atas berbunyi wa tasyqaa addayaatiratul humru bir-rimaahi, ad-dayaatiratu menjadi subjek kata kerja tasyqaa dan
ar-rimaah menjadi keterangan alat. Penggantian ini untuk menyelaraskan irama pada
bahr tawil yang polanya adalah //o/(wa-tur-ka) //o/o/o (bu-khai-lun-laa) //o/ (ha-waa-da)
//o//o (ta-bai-na-naa), //o//o (wa-tasy-qar) //o//o (ri-maa-hu-bid) //o/ (da-yaa-ti) //o//o (ratil-hum-ruu).
Penggantian posisi kata depan pada yang kata lainnya dapat ditemukan pada
puisi Mirdas (dalam Al-Bajawi, 1965: 128) berikut.
(fadaitu bi nafsihii nafsii wa maalii, wa inaa aaluuka illaa maa atiiquu)
‘Aku berkorban diri dan hartaku untuk dirinya, dan aku tidak berdoa kecuali
yang aku ucapkan’
Penggantian pada bait di atas adalah penggantian posisi kata depan bi
‘dengan’ pada binafsihi yang seharusnya bersambung dengan nafsii. Kalimat ini
seharusnya berbunyi fadaitu nafsahuu binafsii wa maalii. Penggantian ini karena untuk
menyelaraskan dengan bahr mutaqarab. Polanya adalah //o/ (fa-dai-tu) ///o (tu-bi-naf)
///o (hi-naf-sii) //o/o (wa-maa-lii), //o/o (wa-maa-aa) /o//o (Iuu-ka-il) /o/o/ (laa-maa-a) /o/o
(tii-kuu).
Penggantian kata yang seharusnya maskulin dengan kata yang feminin
terdapat pada puisi Al-arabi (dalam Muhammad, 1980;282) berikut.
(atahjuru baitan bil-hijaari talaffa’at, bihil-khaufu wal-a’daa’u min kulli jaanibii)
Apa kamu akan pindah rumah di Hijaz yang telah dikepung oleh teror dan
musuh dan segala penjuru’
Penggantian kata maskulin menjadi feminin pada bait di atas adalah kata talaffa
‘at yang seharusnya adalah talaffa ‘a karena subjek kata kerja ini adalah alkhaufu dan
al-khaufu kata yang maskulin. Penggantian ini juga untuk menyelaraskan irama pada
bahr tawil. Polanya adalah //o/ (a-tah-ju) //o/o/o (rubai-tan-bil) //o/o (hi-jaa-zi) //o/Io (talaf-fa-’ at), //o/o (bi-hil-khau) //o/o/o (fu-wala’ -daa) //o/o (u-min-kul) I/o/b (li-jaa-ni-bii).
Download