dana punia dalam tradisi masuryak

advertisement
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
Oleh Ida Ayu Tary Puspa
Dosen Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar
Abstract
Tradition is integrated in the implementation of other forms of religious
ceremonies in Bali implemented as a legacy for generations. Likewise masuryak
traditions are still carried out by the Hindu community in the village of Tabanan
Bongan. The tradition is still carried out to date to coincide with the feast of
Brass. Feast day which falls after ten days of Galungan and just in the local
community Tumpek interpreted as a return of their ancestors to heaven. To
deliver these ancestors made a ritual and equipped with money being thrown into
the air accompanied by the cheering (masuryak). The money will be taken by his
family, relatives, community, and even from outside the village were there to enjoy
the windfall. This form berdanapunia way the focus of religion in this time era.
Keywords: punia funds, tradition masuryak
I.
bermasyarakat,
PENDAHULUAN
Secara
esensial
kebudayaan
memiliki fungsi yang sangat hakiki
berbangsa
dan
bernegara.
Kebudayaan
Bali
sebagai
bagi kehidupan manusia baik sebagai
bagian dari kebudayaan Indonesia yang
individu maupun kolektiva. Secara
bersifat
individual,
berfungsi
memperlihatkan adanya dmamika dan
dasar,
perubahan. Secara teoritik, kondisi
membentuk
kebudayaan
kepribadian
Bhineka
kebanggaan diri, harkat dan martabat
tersebut
kemanusiaan
kebudayaan
dan
makna
batiniah.
Tunggal
mencakup
yaitu
:
Ika,
empat
format
(1)
format
Secara kolektif, kebudayaan berfungsi
kokohnya kebudayaan tradisional yang
sebagai perekat solidaritas kelompok,
terintegrasi secara harmoni dengan
pemberi identitas, bobot kualitatif dan
unsur-unsur modern; (2) kokohnya
wawasan dalam segenap kehidupan
kebudayaan
tradisional
tanpa
83
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
teradopsinya secara berarti unsur-unsur
bersifat
modern; (3) lemahnya kebudayaan
kadangkala.
tradisional
yang
disertai
makin
ISSN : 1412-7474
musiman
Tradisi,
maupun
adat,
budaya,
yang
dan
kokohnya adopsi dan penggantian oleh
agama di Bali tidak akan pernah ada
unsur-unsur modern; (4) lemahnya
ujung
kebudayaan tradisional, karena telah
merupakan pulau
ditinggalkan oleh masyarakat disertai
akan ragam tradisi, adat, dan budaya
dengan belum mantapnya adaptasi
yang dijiwai oleh ajaran agama Hindu.
masyarakat
Upacara-upacara tradisonal di Bali
modern,
terhadap
unsur-unsur
sehingga
kehidupan
pangkalnya
dijiwai
oleh
karena
Bali
yang sangat kaya
agama
Hindu,
yang
masyarakat bersifat anomi (Geriya,
didasari oleh tatwa dan susila sehingga
2000 : 2).
upacara
Salah
unsur
Bali
di
dalam
universal
pelaksanaannya pada kehidupan sehari-
kebudayaan terkait dengan ke-4 format
hari secara esensial didasari oleh
tersebut di atas, yaitu sistem religi
adanya
dalam kebudayaan Bali berada pada
masyarakatnya
posisi format yang pertama dan kedua,
didasari oleh adanya tatwa/filsafat
khususnya dalam wujudnya berupa
sebagai suatu sumber daripada upacara
tradisi-tradisi yang diwariskan dari
tersebut.
kehidupan
satu
di
serta
laku
yang
dari
utama
Dari segi historis perkembangan
pelaksanaan
upacara tradisional di daerah Bali di
upacara-upacara tradisional baik yang
dalamnya terkandung tiga unsur utama
dalam
kecil
tingkah
yang
terintegrasi
tradisi
aturan
yaitu : (1) tatwa; sebagai suatu rujukan
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
sastra atau sumber daripada upacara
payung tiga pilar pokok yang menjadi
tersebut;
kebiasaan-
dasar daripada agama Hindu yaitu
laku
tatwa, susila, dan acara (upacara sudah
(2)
etika;
kebiasaan/pola
tingkah
masyarakat
sebagai
komunitas
termasuk di dalamnya).
pendukung; dan (3) acara, wujud serta
Beragamnya
bentuk daripada upacara itu sendiri.
terintegrasi
Pada
pelaksanaan
awalnya
ritual/upacara
di
dilaksanakan
pewarisan
pelaksanaan
daerah
berdasarkan
yang
masyarakat
diterima
pendukungnya
Bali
sistem
oleh
tanpa
di
tradisi
dalam
yang
bentuk
upacara-upacara
tradisional di Bali, serta uniknya dilihat
dari
pelaksanaan
tradisi
memerlukan
suatu
upaya
melakukan
pengamatan
tersebut,
untuk
maupun
adanya maksud serta keinginan untuk
penelitian terhadap beragam tradisi-
mengetahui apa eksistensi daripada
tradisi yang masih dipertahankan oleh
upacara tradisional tersebut. Namun
masyarakat Bali yang diyakini masih
sekarang
dengan
mampu menjadi mediator hubungan
Bali,
antara masyarakat dengan masyarakat,
ini
perkembangan
seiring
kebudayaan
masyarakat mulai mencari pemahaman
masyarakat
yang lebih mendalam terhadap upacara
masyarakat dengan lingkungan sekitar.
yang
digelar/dilaksanakan
Di samping itu pula bahwa, tradisi-
sehingga seolah-olah masyarakat Bali
tradisi yang masih tetap terpelihara,
kembali kepada eksistensi yang sangat
diyakini
esensial sebagai pedoman pragmatisme
beragam nilai-nilai luhur yang adi
berpikir
luhung. Salah satu wujud tradisi yang
sedang
masyarakat
Bali
dengan
dengan
sang
pencipta,
menyimpan/mengandung
85
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
masih
dan
disebabkan oleh falsafat desa kala
memerlukan kajian pemaknaan untuk
patra, maka tradisi dapat disesuaikan
kehidupan di masa akan datang demi
dengan
kelestariannya adalah tradisi masuryak
zaman. Menurut Tim (1986:452) dalam
di Desa Bongan Tabanan.
Kamus Bahasa Sanskerta dinyatakan
II.
bahwa adat atau dresta yang terdapat
2.1
tetap
dipertahankan
ISSN : 1412-7474
PEMBAHASAN
Masuryak
Sebagai
Tradisi
pada suatu daerah tertentu diartikan
dengan acara.
Medana Punia
Menurut
kebutuhn dan perkembangan
dalam
Melalui pemahaman pengertian
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (
tradisi sebagai suatu kebiasaan atau
2007:607) tradisi diartikan sebagai adat
adat,
kebiasaan yang diturunkan dari nenek
(1974: 11-12) mengungapkan bahwa
moyang
adat
yang
Wiyono
dijalankan
oleh
selanjutnya
sebagai
Koentjaraningrat
wujud
ideal
dari
masyarakat.
Wiratmaja
(1975:17)
kebudayaan dan bagian dari sistem
menyatakan
bahwa dresta diartikan
budaya yang secara lengkap biasanya
sebagai adat istiat atau tradisi. Dresta
disebut sebagai adat kelakuan karena
adalah adat istiadat keagamaan atau
merupakan pengatur dari tata kelakuan
kebiasaan yang terus dipelihara dan
manusia yang harus diketahuinya cara
ditaati sebagai suatu peraturan selama
membiasakan dirinya untuk mengikuti
hal itu tidak bertentangan dengan jaran
hal-hal
agama Hindu. Tradisi itu dipertahankan
penting,
jika masih sesuai dan dapat diterapkan
kehidupan. Oleh karena itu adat sering
dalam masyarakat. Timbulnya tradisi
diartikan sebagai adat kebiasaan atau
yang
dan
dianggap
bernilai,
berharga
dalam
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
adat istiadat. Adat dapat dibagi secara
Prosesi awal itu umumnya selesai
lebih khusus dalam empat tingkatan
pukul 08.00 dan saat itu pula, warga
yitu (1) di tingkat nilai budaya, (2) di
melangsungkan tradisi masuryak.
tingkat norma-norma, (3) di tingkat
hukuman, dan (4)
di tingkat aturan-
aturan khusus
Tradisi masuryak ini dilakukan
di depan kori (pintu gerbang) masingmasing rumah warga yang dilengkapi
Setelah
dipahami
tentang
banten
dan
sesajen
serta
uang.
tradisi, maka menurut Ananda Kusuma
Sementara itu, warga baik warga
dalam Kamus Bahasa Bali (1986:188)
setempat atau dari luar banjar sudah
mengartikan
berkumpul di depan rumah-rumah
masuryak
artinya
bersorak. Tradisi masuryak di Banjar
warga
Bongan Desa Bongan Tabanan ternyata
melangsungkan
masih tetap eksis hingga kini. Entah
waktunya tiba, maka di depan kori
dan mulai kapan tradisi unik ini
masing-masing, maka uang tersebut
dimulai, yang pasti warga Bongan
dilempar ke angkasa sambil bersorak
selalu
(mesuryak). Warga yang terdiri dari
menggelar
Kuningan
saat
Hari Raya
Sebelum tradisi
yang
Bongan
yang
tradisi
akan
ini.
Saat
tua, muda, hingga anak-anak pun
disimbolkan dengan melempar uang ke
langsung
atas dan diperebutkan banyak orang ini
Bahkan untuk bisa mendapatkan uang
dimulai, warga Bongan terlebih dulu
itu,
melakukan
di
bertubrukan. Diketahui, uang itu tidak
merajan masing-masing, kemudian di
hanya dari bentuk logam, namun
Pura Dalem dan Puseh setempat.
banyak juga dari jenis kertas. Banyak
persembahyangan
berebut
mereka
harus
uang
rela
tersebut.
saling
87
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
uang
yang
patokannya.
dilempar
Akan
tidak
ada
tetapi,
ini
yang dapat diartikan melepas leluhur
dengan suka cita.
menyesuaikan dengan tingkat ekonomi
masing-masing
warga.
Bagi
yang
ISSN : 1412-7474
Dalam hal palaksanaan tradisi
masuryak tepat dilaksanakan pada Hari
sedikit kaya, uang yang disebar bisa
Raya
segepok dengan menggunakan jenis
rangkaian dari upacara pada Hari Raya
uang kertas Rp. 100 ribuan.
Galungan, maka perlu dipahami pula
Tradisi
dan
merupakan
pada
tentang upacara tradisional. Sistem
perayaan Kuningan ini sudah ada sejak
ritus dan upacara tradisional dalam
dulu yang merupakan tradisi nenek
suatu religi adalah berwujud aktivitas
moyang
masih
dan
tujuan
melaksanakan kebhaktiannya terhadap
digelarnya mesuryak ini adalah upacara
Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang,
untuk menghantarkan para leluhur
atau mahluk halus lain, dan dalam
kembali ke sorga loka dengan suka
usahanya untuk berkomunikasi dengan
cita, yang diyakini setelah selama
Tuhan dan penghuni dunia gaib lainnya
sepuluh hari (sejak hari raya Galungan)
itu.
berada di rumah warga masing-masing.
berlangsung
”Secara niskala mesuryak ini adalah
setiap hari, setiap musim, atau kadang-
untuk
kadang saja. Dari segi isi acaranya,
yang
dipertahankan.
masuryak
Kuningan
hingga
kini
Sejatinya
mengantarkan
dewata/dewati
tindakan
Ritus
atau
manusia
upacara
dalam
biasanya
berulang-ulang,
baik
(leluhur) kembali ke sorga loka, yang
suatu upacara tradisional
disimbolkan
melemparkan
terdiri dari suatu kombinasi yang
uang lalu diperebutkan banyak orang
merangkaikan satu dua atau beberapa
dengan
biasanya
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
tindakan, seperti : berdoa, bersujud,
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
Tradisi masuryak dilaksanakan
bersaji, berkorban, makan bersama,
pada
menari
Sudharta dan Puniatmaja (2001:41)
dan
menyanyi,
berprosesi,
waktu
hari
Kuningan.
berseni drama suci, berpuasa, bertapa
menyatakan
dan bersemadi.
merupakan rangkaian dari Hari Raya
Menurut
Durkheim
Sumadi, 2008: 316)
(dalam
Galungan.
hari
raya
Raya
Tepatnya
Kuningan
sepuluh
hari
upacara adalah
setelah Galungan yaitu pada saniscara
salah satu daripada gejala keagamaan.
kliwon wuku kuningan disebut Hari
Upacara menurutnya adalah aturan-
Raya Kuningan bertepatan pula dengan
aturan mengenai kelakuan terhadap
tumpek Kuningan. Dalam merayakan
objek-objek suci. Selain itu, setiap
hari Kuningan yang merupakan hari
agama memiliki suatu jemaah yaitu
raya berdasarkan sasih, maka umat
komunitas
Hindu akan membuat sajen berupa nasi
semua
mempunyai
orang
yang
keyakinan-keyakinan
kuning
yang
sulanggi.
dalam upacara-upacara yang sama.
palinggih-palinggih
Lebih jauh dikatakan bahwa upacara
dengan gantung-gantungan, tamiang,
keagamaan
dari
ter (kolem), cenigan, dan endongan.
pengalaman kolektif dan menambah
Hal ini merupakan simbol senjata
pengalaman itu. Upacara itu ialah
untuk membentengi diri. Tamiang yang
akibat dari fakta sosial, dan fungsional
berbentuk
bagi organisme sosial.
sedangkan kolem( ter)
ialah
buah
panah.
samping
bulat
Endongan
itu
pada
keagamaan yang sama dan ikut serta di
itu
Di
ditempatkan
akan
adalah
pada
dihiasi
perisai
adalah mata
adalah
lambang
89
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
ISSN : 1412-7474
kesejahteraan. Bentuknya yang seperti
yang
dompet segi empat berisi di dalamnya
mengantarkan
aneka macam bahan makanan seperti
tempatnya setelah turun menemui preti
pisang, tebu, jajan uli, jajan gina, dan
sentana pada waktu Galungan. Agar
tumpeng kuning. Warna kuning dalam
dapat melakukan dana punia, maka
tumpeng maupun nasi adalah lambsng
seseorang mesti dapat memperoleh
kemakmuran. Setelah selama sepuluh
artha
hari para Dewa, bethara-bethari leluhur
sebagaimana yang termuat dalam kitab
turun
suci tentang catur purusaartha
ke
dunia
dan
berstana
di
sejatinya
tradisi
leluhur
tentu
di
Dharmaarthakamamoka
hari ke sepuluh mreka akan kembali ke
sadahanam
dalam
tradisi
masuryak
di
Desa
Bongan. Tabanan.
Dalam merayakan hari raya
Badan
adalah
adalah
kembali
jalan
pelinggih sanggah merajan, maka pada
kahyangan. Hal inilah yang dirayakan
itu
ke
dharma
sarira
alat
untuk
mendapatkan artha, kama, dan moksa.
Tentunya melaui bekerjalah artha itu
akan
diperoleh
yaitu
dengan
kuningan dengan tradisi masuryak
karmayoga seperti yang termuat di
sesungguhnya terselip konsep berdana
dalam Bhagawadgita II,47 sebagai
punia oleh masyarakat di desa Bongan
berikut :
tersebut. Tradisi secara turun temurun
itu bila dirujuk kepada kitab suci
karmany eva dhikaras te
ma phalesu kadhacana
ma karma phala hiteen bhur
ma te ango stvakarmani.
aganma Wahyu adalah berdana punia
Terjemahan :
karena ada materi berupa uang yang
dibagikan kepada masyarakat sekitar
Hanya pada pekerjaan engkau
mempunyai hak dan tidak sama
sekali pada hasilnya, janganlah
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
hasil dari pekerjaan itu menjadi
alasanmu,pun
juga
jangan
membicarakan dirimu untuk tidak
melaksanakan kerja apa pun. (
Darna, 2008 : 166 ).
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
Artha
itu
pun
wajib
disedekahkan yang disebut dengan
dana punia. Seperti yang termuat di
dalam Bhagawadgita X.8
Setelah artha diperoleh dengan bekerja
sesuai bunyi sloka di atas, maka artha
itu pun ada peruntukannya yaitu artha
Aku adalah asal mula semua
yang ada, dari aku lahir seala sesuatu
ini , orang bijak memujaKu dengan
sepenuh kalbu.
itu dibagi menjadi tiga.
Memperhatikan sloka di atas
Sadhana ri kasiddan in dharma
jadi sesungguhnya harta itu adalah
Sadhana ri kasiddan inkama
milik
Tuhan (Sang Hyang Widhi).
Sadhana ri kasiddan in artha
Tuhan adalah pencipta, pemelihara, dan
Sloka di atas menjelaskan bahwa
pelebur alam beserta isinya. Jadi
hasil
usaha
yang
diperoleh
dari
seluruh harta adalah milik Ida Sang
kegiatan usaha dapat dibagi menjadi
Hyang Widhi.
tiga yaitu satu bagian digunakan untuk
Harta
adalah
titipan
Tuhan
kegiatan Dharma, bagian yang kedua
karena itu kita harus memeliharanya
digunakan untuk memenuhi Kama, dan
dengan baik dan harta itu adalah
bagian yang ketiga digunakan untuk
anugerah, rejeki
atau karunia Tuhan
mengembangkan artha untuk kegiatan
diberikan hanya kepada yang Beliau
usaha. Kalau ketiga bagian itu dapat
kehendaki. Seperti yang termuat dalam
terpenuhi,
maka
manusia
akan
Bhagawadgita IX.22
memperoleh
kebahagian,
baik
Mereka
yang
memuja
Aku
kebahagian rohani maupun kebahagian
sendiri, merenungkan
Aku selalu,
jasmani.
91
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
kepada mereka Kubawakan segala apa
yang
mereka
tidak
punya
ISSN : 1412-7474
Dalam
melaksanakan
dana
dan
punia ini hendaknya diberikan kepada
Kulindungi segala apa yang mereka
orang miskin atau yang membutuhkan.
miliki.
Hal ini sesuai dengan bunyi mantra
Ada pun yang menjadi prinsip
tentang
artha
adalah
bagaimana
memperolehnya yang disebut dengan
arjana dan bagaimana menyalurkannya
Rgveda X. 117.5 sebagai berikut :
Prniyad
id
naadhamanaya
tavyan,
Draghiyamsam anu pasyeta
pantham.
O hi vartante rathyeva cakraAnyam anyam up tisthanta rayah.
yang disebut dengan dhana. Cara
Terjemahannya :
memperoleh artha tentu dengan jalan
Orang yang bermurah hati harus
memberikan
sesuatu
dalam
bentuk derma ( uang ) kepada
orang miskin. Dia haruslah
melihat jalanan kebajikan yang
menguntungkan itu. Kekayaan
berputar bagaikan roda-roda
sebuah kereta dan bergulir dari
seseorang kepada orang lain. (
Titib, 2003 : 529 )
dharma yaitu arthasoca (artha yang
suci dan menyucikan). Setelah artha
diperoleh
janganlah
mendhanakan
sebagaimana
kikir
kepada
orang
termuat
untuk
lain
dalam
Sarasamuccaya 176
Karena
itu
yang
patut
diusahakan oleh manusia, jangan kikir
berdharma dana, nikmatilah karena
kekayaan itu tidak akan habis-habisnya
jika karmapala (bekerja dan beramal
yang mengadakannya itu tidak putus
2.2
Pengelolaan
Artha
Didhanapuniakan
untuk
Dalam
setelah
menjalani kehidupan
artha
berikanlah
diperoleh,
artha
itu
maka
untuk
kesejahteraan orang lain. Makna dari
pernyataan tersebut adalah
bahwa
artha
untuk
itu
harus
digunakan
kesejahteraan bersama. Hal tersebut
juga di anjurkan seperti yang termuat
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
dalam
Yayurveda VII.14
sebagai
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
terutama bagi orang- orang yang
berikut :
sangat membutuhkan.
Selain artha digunakan untuk
Suviryasya rayasposasya
Daditarah syama
membantu orang yang memerlukan,
Terjemahannya :
artha juga digunakan untuk memenuhi
Mari kita memberi uang untuk
kesejahteraan orang lain ( yang
memerlukan ). ( Titib, 2003 : 529
).
kebutuhan akan makanan. Makanan
yang sehat dibutuhkan oleh tubuh
manusia untuk menjaga kelangsungan
Merujuk kepada kitab suci di
atas,
maka
tersirat
adanya
hidupnya. Artha yang diperoleh dari
hasil kerja dan usaha digunakan untuk
penggunaan artha itu seyogyanya
memberi
dimenej untuk membantu orang
melakukan kerja dan usaha kembali.
yang miskin dan
Hal
kepada
membutuhkan.
orang
diberikan
yang
Artinya bahwa
ini
makanan
dijelaskan
sehingga
dalam
dapat
mantra
Yayurveda IV. 8 sebagai berikut :
Dyumnam vrnita pusyase.
artha yang dimiliki harus di-
Terjemahannya :
danapunia- kan untuk membantu
Semoga kalian memproleh uang
orang yang tidak mampu seperti
untuk makanan kalian. ( Titib,
kepada anak yatim piatu atau
2003 : 529 ).
kepada orang tua jompo, ataupun
Artha
disamping
digunakan
kepada orang yang kena musibah
membeli makanan agar kita bisa hidup,
sehingga artha akan memberikan
dan membantu orang lain, maka artha
kesejahteraan bagi umat manusia
juga digunakan untuk mengembangkan
93
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
usaha. Artha yang diperoleh dari
kegiatan kerja dan usaha kembali
digunakan
untuk
Dadadhvam bhunjata bhrsam,
mabhuta krpanahjanah,
Karmaksayena
ksiyante,
nopabhogena sancayah.
mengembangkan
Matangnya deyanikang wwang,
haywa juga teget maweweha,
gawaya danapunya, mamuktya.
Apan tan henti ikang wibhawa,
yan tan henti ikang karma phala
humanakenya.
usaha agar artha itu dapat berkembang.
Dalam pengembangan artha itu sendiri
harus
digunakan
mengembangkan
ISSN : 1412-7474
untuk
usaha-usaha
yang
Terjemahannya :
postif sehingga artha itu bermanfaat
Oleh karena itu, yang harus
diperbuat ialah janganlah kikir
dalam memberi dana punya,
buatlah usaha untuk amal,
pergunakanlah kekayaan untuk
meningkatkan
kesejahtraan.
Karena
sesungguhnya,
kewibawaan itu akan tidak
berhenti menyertai kita apabila
karmaphala
yang
menyebabkannya
itu
belum
habis. ( Kajeng, 2003 : 139 ).
bagi semua pihak. Dalam Rgveda
I.24.5 disebutkan sebagai berikut :
Murdhanam raya arabhe
Terjemahannya :
Kami memperoleh uang sehingga
kami
bisa
mengembangkan
beberapa perusahaan. ( Titib,
2003 : 530 )
Dari sloka
di atas
ternyata
manusia dilarang untuk kikir dalam
kerja
Hasil yang diperoleh melalui
memberikan dana punia. Dana punia
berdasarkan
merupakan
Dharma
dgunakan
untuk
bermanfaat
bagi orang
salah satu penggunaan
baik
dan
lain
yang
Dengan
sloka
meningkatkan kewibawaan orang yang
Sarasamuccaya 176 disebutkan sebagai
berdana punia sampai karmaphalanya
berikut :
habis.
membutuhkan.
hal
dapat
Dalam
kekayaan untuk kesejahteraan manusia.
berdana
punia
akan
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
Uang yang diperoleh dari usaha
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
Jika ada orang yang begini
perilakunya : mau ia dengan
adharma ( menyalahi dharma )
berusaha
mendapatan
uang
kemudian uang itu dipakai
membiayai usaha-usaha yang
bersifat dharma; orang yang
demikian perilakunya, lebih baik
ia
tidak
berusaha
secara
demikian; sebab lebih benar
orang menghindari lumpur dari
pada menginjaknya, walaupun
akhirnya akan dapat dibasuh. (
Kadjeng, 2003 : 200 )
yang dilakukan harus dikelola dengan
baik dan benar, sehingga uang yang
dimiliki mempunyai manfaat baik bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain.
Kalau seseorang menggunakan
uang untuk melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan Dharma, tetapi uang itu
diperoleh dengan cara tidak baik, maka
Sloka Sarasamuccaya 264 di atas
usaha seperti itu jangan dilakukan
menjelaskan bahwa uang yang diproleh
karena sudah melanggar ajaran agama
dari usaha yang berdasarkan adharma
Hindu. Dalam sloka Sarasamuccaya
jangan sekali-kali digunakan untuk
264 disebutkan sebagai berikut :
melakukan usaha-usaha yang bersifat
Dharmatham
yasya
vitteha
tasyaniha gariyasi,
Praksalanaddhi
pankasya
duradasparcanam varam.
Dharma, karena hal itu akan dapat
merusak Dharma itu sendiri. Ini artinya
bahwa kalau uang di peroleh dengan
Hana pwa wwang mangke
kramanya,
mangga
makasadhanang adharma, an
pangarjanartha, an sadhana
dharmaprayojananikang artha
denya, ikang wwang mangkana
kramanya, leheng juga yang tan
pangarjana, apan yukti temen
ikang maninggahi latek sangka
ring mangambah, yadyapin,
wasehana awasananya.
cara tidak baik apabila digunakan
untuk hal-hal yang positif, maka uang
itu tidak mempunyai manfaat sama
sekali
karena
uang
itu
diproleh
menyimpang dari kebenaran.
Norma yang mestinya dilakukan
Terjemahan :
setelah
memperoleh
artha
adalah
95
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
dengan
mengikuti tuntunan
ISSN : 1412-7474
dalam
memerlukan. Apabila dana punia itu
Canakya Nitisastra VIII,4 disebutkan
diberikan dengan tujuan lain. Dana
sebagai berikut :
punya harus diberikan kepada orang-
Vittam
dehi gunonvitesu
matimannonyatra dehi kvacit
Pratam
varinidharjalam
dhanamuka madhuryayektam sada
Yivasthavarajanggamasca
sejalan samjinyoi bhumandalam
Bhuyah prisya tadeva kotingutim
gachet svawambhanidham.
orang
yang
dibenarkan
membutuhkan,
tidak
melakukan dana punia
dengan tujuan mencari nama dan muka
kepada atasan. Dana punia dapat
menimbulkan multiflayer efek yang
Terjemahan :
cukup
luas.
Hal
itu
diibaratkan
Wahai para dermawan yang
bijaksana, persembahkanlah dana
puniamu kepada orang yang tepat
dan pada tempat yang tepat,
selain itu jangan dilakukan. Air
laut
yang
sampai
pada
permukaan awan menjadi manis
di bumi, memberikan hidup pada
makhluk-makhlu yang bergerak,
dan makhluk yang tidak bergerak
yang akhirnya kembali lagi
mengalir
kelautan
dengan
puluhan juta kali. (Darna,
2008:150)
perputaran air laut. Air laut menguap
menjadi sumber kehidupan stavira.
Setelah
memberikan
kehidupan
kembali ke laut. Demikian pula artha (
kekayaan ) yang di dana puniakan pada
orangyang tepat dan waktu yang tepat.
Artha benda itu akan memberikan
kehidupan dan kebahagiaan pada orang
Sloka Canakya Nitisastra VIII,4
yang
menerimanya,
bagi
yang
di atas menjelaskan bahwa dana punia
memberikan
akan
mendapatkan
yang tepat tidak akan menjadi habis.
kebahagian ( phala ) yang berlipatMalahan dana itu akan berputar-putar
lipat.
bahkan akan bertambah banyak. Dalam
Dalam diri setiap orang mstinya
sloka di atas ditekankan dana puiya,
tertanam
itu harus diberikan kepada orang yang
sifat
dermawan
karena
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
kedermawanannya itulah akan
dapat
uang
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
atau
pemberian
itu
sebagai
menghapuskan kemiskinan. Hal ini
berikut :
ditegaskan dalam Canakya Nitisastra V
Wwang dinathithi yogya yang
synya dana tekapira sang uttameng
praja
Wwang dewo sthana dan
winursitha rubuh wongunenika
paharja sembhahen.
Dina preta sangaskaran ta
pahayun lepas akena tekeng
smasamaya
Byakta labhaning aswamedha
kretu labhanira siniwi ring
suralaya.
sloka 11 sebagai berikut :
Daridraya nasanam danam
Silam suryati nasanam
Ajnana nasini prjana
Bhawana bhaya nasini.
Terjemahannya :
Kemiskinan dihapuskan oleh
kedermawanan. Perbuatan baik
menghapuskan
kesengsaraan,
kebodohan dihapuskan oleh
kecerdasan. Bahaya dan rasa
kehilangan dihilangkan dengan
merenungkannya
baik-baik.
(Darna, 2008:150)
Terjemahannya :
dalam diri. Danapunia yang diberikan
Orang yang terpandang dalam
masyarakat patut memberikan
dana punia kepada tamu yang
miskin, membangun kembali
tempat suci yang sudah roboh
dan tidak terpakai lagi, lalu
menghias supaya dapat dipakai
sebagai tempat persembahyangan
.
Ia patut mengadangan upacara
pada roh-roh orang yang sengsara
supaya terlepas dari kubur.
Dengan jalan yang demikian ia
berjasa seperti orang yang
mengadakan aswamedha yadnya
dan ia akan dimuliakan di
suralaya.( Darna, 2008:151-152).
dengan dasar kasih sayang dapat
Di dalam Niti Sastra 15 ada di
Usaha
untuk
meningkatkan
danapunia akan dapat berhasil, apabila
setiap orang giat mencari artha dan
kekayaan berdasarkan Dharma dan giat
pula meningkatkan kesadaran kasih
mengwujudkan
gerakan
danapunya
yang menghapuskan kemiskinan.
Dalam kekawin Nitisastra juga
dijelaskan tentang arah penggunaan
jelaskan
bagaimana
kekayaan
itu
digunakan atau difungsikan. Dalam
Niti Sastra 15 disebutkan sebagai
berikut :
97
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
Dhanam
bhoga
natastistra
gatayo
bhavanti vittasya yon a dadati
na
bhukte
tasya
trtiya
gatirbhavati
Terjemahan :
ISSN : 1412-7474
dapat merugikan orang lain dan diri
sendiri.
Dalam
Menawadharmasastra
dijelaskan tentang siapa-siapa yang
Kekayaan
yang
berlimpah
sebenarnya mempunyai tiga
fungsi yaitu :
a. untuk dipakai sendiri
b. untuk disumbangkan kepada
yang membutuhkan.
c. untuk diamalkan sebagai dana
punia,
sesuai
disebutkan
dalam dharma sastra dan
phalanya besar. ( Mertha,
2009 : 41 )
paling
tepat
untuk
mendapatkan
Kalau
seseorang
danapunya.
memberikan danapunya yang tepat
kepada
orang
sesuai
yang
dengan
membutuhkan
waktunya
dan
pemanfaatan danapunya tersebut, maka
Sesuai dengan bunyi sloka di atas
danapunya
yang
berikan
akan
bahwa kekayaan yang dimiliki oleh
mempunyai nilai yang tinggi. Hal ini
seseorang
seharusnya
difungsikan
dijelaskan
dalam
sloka
untuk tiga hal yaitu untuk memenuhi
Menawadharmasastra VII,85 sebagai
kebutuhan
diri
sendiri,
kemudian
berikut :
digunakan untuk membantu orang yang
membutuhkan dan yang berikutnya
digunakan
untuk
berdana
punia
Samabrahmana danam
Dwigunam brahmana bruwe
Pradhite satasahasra
Manantam wedaparage.
sehingga kekayaan yang dimiliki oleh
Terjemahan :
seseorang berguna bagi kesejahtraan
umat
manusia
bukan
sebaliknya
kekayaan itu hanya di gunakan untuk
memenuhi hawa nafsu belaka sehingga
Dana yang diberikan kepada
orang yang bukan brahmana,
akan memberi hadiah yang biasa.
Sedangkan
yang
diberikan
kepada orang yang mengatakan
dirinya brahmana, memberi hasil
dua kali, dan yang diberikan
kepada
brahmana
akhli,
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
memberikan keuntungan seratus
kali, sedangkan kepada orang
yang mengetahui weda dan weda
peraga hasilnya tidak terbatas. (
Pudja, 2003 : 376 )
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
menjadi sebuah hari raya penting
berdanapunia bukan hanya diwujudkan
dengan
upakara
yang
disebut
endongan, tetapi wujudkanlah dalam
Sloka Menawadharmasastra di
praktik
beragama
raksanamdanam
atas menjelaskan tentang penggunaan
sebagaimana
masyarakat
Bongan
artha selain untuk memenuhi kama
melaksanakannya
dalam
tradisi
atau keinginan, artha digunakan untuk
masuryak
melakukan
dharma
tepat
pada
hari
raya
dengan
Kuningan.
memberikan danapunia yang tepat bagi
Apabila dicermati tentang fokus
orang yang membutuhkan. Dengan
memberikan danapunia yang tepat
kepada orang
yang membutuhkan,
beragama pada catur yuga, maka akan
ditemukan bahwa dana punia pun menjadi
fokus
beragama
dalam
zaman
sedangkan pada zaman krta
maka
menjadi puncak dari kebajikan adalah
bermanfaat dan mempunyai nilai guna
prlaksanaan tapa, dalam zaman trta
bagi orang yang membutuhkannya.
adalah jnana, pada zaman dwapara
karena
itu
tersebut
yng
akan
Oleh
danapunia
kali
berdanapunia
seyogyanya dilakukan oleh umat Hindu
bukan saja menghaturkan danapunia ke
pura
melainkan melakukannya pula
adalah pelaksanaan yadnya.
III.
SIMPULAN
Tradisi
kebudayaan
dalam
dan
dresta
sebuah
adalah
menyiratkan yang hakiki pada sebuah
untuk yadnya sesama sesuai yang
masyarakat karena tradisi itu adalah
termuat dalam Agastya Parwa bahwa
juga acara yang dalam agama Hindu
yang disebut manusa yadnya adalah
merupakan bagian dari Tiga kerangka
yadnya sesama.
Kuningan
agama Hindu selain tattwa dan susila.
99
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012
Tradisi masuryak yang dialaksanakan
Representasi.
Terjemahan
Mahyuddin
I.
Yogyakarta:Jalasutra.
tepat pada hari raya Kuningan adalah
selain
ritual
untuk
mengantarkan
leluhur mereka menuju tempat sorga
Setelah ritual itu dilaksanakan barulah
dilanjutkan dengan masuryak yaitu
bersorak sambil melemparkan uang.
Uang yang dilemparkan bukan hanya
ISSN : 1412-7474
Couteau,
J. 1995. Transformasi
Struktural Masyarakat Bali
dalam Bali di Persimpangan
Jalan 2. Sebuah Bunga
Rampai.
Editor:
Usadi
Wiratnaya. Denpasar: Nusa
Dua Indo Budaya.
untuk keluarga dekat termasuk juga
adalah untuk masyarakat yang datang
ke desa terebut akan mendapatkan
rejeki. Jadi dibalik sebuah ritual dan
tradisi tersimpan makna yang sarat
yaitu dana punia.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda Kusuma, Sri Resi. 1986. Kamus
Bahasa Bali. Denpasar:CV
Kayu Mas Agung.
Bagus,
I Gusti Ngurah. 1992.
“Pembangunan
Bali
Berwawasan Budaya” dalam
Majalah Imamas Universitas
Udayana. Denpasar: Pusat
Penelitian
Universitas
Udayana.
Barthes, R. 2007. Membedah MitosMitos
Budaya
MasaSemiotika atau Sosiologi
Tanda,
Simbol,
dan
Covarrubias. 1972. Island of Bali.
Kualalumpur: University Press
Oxfford.
Darsana, I Gusti Putu. 1998. “Akar
Kebudayaan Bali”. Dalam
Dinamika Kebudayaan Bali
(Ardika, ed.)”. Denpasar:
Upada Sastra.
Durkheim, Emile.2003. Sejarah Agama
( The Elementary Forms of the
Religious Life). Yogyakarta:
IRC.So.D.
Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Budaya.
Yogyakarta: Kanisius.
Geertz, Clifford . 1995. Kebudayaan
dan Agama. Yogyakarta:
Kanisius.
Geria, I Wayan. 2008. Transformasi
Kebudayaan Bali Memasuki
Abad
XXI.
Surabaya:
Paramita.
Gunadha, Ida Bagus, 2008. Identitas
Manusia Bali: Perspektif Adat,
DANA PUNIA DALAM TRADISI MASURYAK
Agama, dan Budaya. dalam
Kumpulan Makalah Kongres
Kebudayaan Bali 14-16 Juni
2008 di Denpasar.
Picard, Michel. 2006. Bali, Pariwisata
Budaya
dan
Budaya
Parwisata. Penerjemah Jean
Couteau
dan
Warih
Wisatsana.
Jakarta:
Kepustakaan
Populer
Gramedia- Forum JakartaParis,
Ecols
Francaise
d’extreme-orient.
Santhiarsa, IGN Nitya.2009. Darma
Dana. Denpasar: Ikatan Suka
Duka Pekerja Hindu Indonesia
(ISD-PHI).
Titib,
(Ida Ayu Tary Puspa, 83-101)
I Made.2001. Teologi dan
Simbol-Simbol dalam Agama
Hindu. Surabaya: Paramita.
Wiana, I Ketut. 1998. Berbakti Pada
Leluhur Upacara Pitra Yadnya
dan Upacara Nuntun Dewa
Hyang. Paramita:Surabaya
Wiana, I Ketut. 2000. Makna Upacara
Yadnya dalam Agama Hnidu
I. Surabaya: Paramita.
Wiana, I Ketut. 2004. Makna Upacara
Yadnya dalam Agama Hindu
II. Surabaya: Paramita.
Wiyono, Eko Hadi.
Bahasa
Indonesia
2007.
Kamus
Lengkap.
Jakarta:Palanta.
Sudharta,
Tjok Rai dan IB Oka
Puniatmaja.2001.
Upadesa
tentang Ajaran Agama Hindu.
Surabaya: Paramita.
Tim Peneliti. 2003. Panca Yadnya:
Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya,
Resi Yadnya, Pitra Yadnya,
dan
Manusa
Yadnya.
Denpasar: Pemda Provinsi
Bali.
Tim
Penyusun. 1985. Himpunan
Keputusan Seminar Kesatuan
Tafsir terhadap Aspek-aspek
Agama Hindu I-XV. Denpasar:
PHDI Pusat.
101
Download