1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak keragaman flora dan fauna, di dalamnya terdapat beragam jenis satwa primata. Satwa primata ini merupakan salah satu modal utama dalam melakukan pengembangan dan penelitian dibidang biomedis. Satwa primata diketahui memiliki banyak kemiripan dengan manusia dalam hal anatomis, fisiologis, respon patologis dan imunologis, serta karakter filogenetis yang mendekati manusia (Sajuthi & Pamungkas 2000). Kemiripan ini menjadikan satwa primata sebagai hewan model atau hewan percobaan dalam penelitian yang berhubungan dengan manusia. Jenis satwa primata yang sering digunakan dalam penelitian sebagai hewan model adalah monyet Asia, terutama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Keberadaan Macaca fascicularis cukup penting bagi manusia, salah satunya adalah untuk penelitian di bidang farmasi dan kedokteran (Supriatna 2000). Nilai fisiologis sangat diperlukan untuk diagnosa, terapi, tindakan sedasi, anastesi maupun bedah, dan untuk kesehatan satwa primata itu sendiri. Nilai fisiologis Macaca fascicularis ini harus benar - benar digali. Sebagian besar nilai fisiologis yang ada saat ini berasal dari kondisi mikroklimat yang berbeda atau nilai fisiologis yang ada masih mengandalkan pustaka dengan lingkungan yang berbeda. Di sisi lain, diketahui bahwa kondisi lingkungan sangat mempengaruhi nilai fisiologis Macaca fascicularis, terutama adanya perubahan kondisi mikroklimat (suhu dan kelembaban). Perubahan mikroklimat akan mengganggu fisiologis hewan tersebut terutama pada sistem sirkulasi kardiovaskular, respirasi, dan suhu tubuh. Perubahan - perubahan tersebut pada kondisi tubuh sehat (normal), masih dapat diseimbangkan oleh proses homeostasis tubuh sehingga perubahan tersebut akan dapat disesuaikan oleh tubuh hewan tersebut. Nilai fisiologis Macaca fascicularis pada kondisi tubuh yang sehat dan bahkan pada hewan tersedasi sudah diketahui orang. Namun, selama ini tidak banyak orang yang mempelajari bagaimana perbedaan nilai fisiologis Macaca fascicularis yang tersedasi dengan perbedaan mikroklimat (suhu dan kelembaban) tempat hidupnya. Penelitian ini penting dilakukan untuk menjawab apakah perubahan mikroklimat dari suhu dan kelembaban ruangan yaitu (25,79 ± 1,16)°C dan (80,19 ± 9,05)% rel menjadi (29 ± 1,95)°C dan (79,52 ± 1,57)% rel dapat mempengaruhi profil nilai fisiologis pada saat hewan tersedasi terutama nilai kardiorespirasi dan suhu tubuh Macaca fascicularis. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kardiorespirasi dan suhu tubuh Macaca fascicularis yang tersedasi (ketamin) pada perbedaan mikroklimat (suhu dan kelembaban) tempat hidupnya. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai fisiologis kardiorespirasi dan suhu tubuh Macaca fascicularis pada kondisi tersedasi setelah mengalami perlakuan berupa pengaturan suhu dan kelembaban ruangan tempat hidupnya.