tinjauan yuridis terhadap perjanjian sewa menyewa aplikasi server

advertisement
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA
APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA
CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK
SKRIPSI
Oleh:
WAHYU WIDHI ATMOKO
E1A005028
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2012
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA
APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA
CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK
SKRIPSI
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Oleh:
WAHYU WIDHI ATMOKO
E1A005028
KEMENTERIAN PENDIDIICAN DAN ICEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2012
Lembar Pengesahan Skripsi
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA
APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA
CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK
Disusun Oleh:
WAHYU WIDHI ATMOKO
E1A005028
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disahkan
pada tanggal
Agustus 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji
Budiman Setyo H., S.H.,
M.H.
NIP. 1963906201989011001
Nur Wakhid, S.H., M.H.
NIP. 196212251989031003
Edi Waluyo, S.H., M.H.
NIP. 195812221988101001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S.
NIP. 195206031980032001
SURAT PERNYATAN
Dengan ini saya,
Nama
: WAHYU WIDHI ATMOKO
NIM
: E1A005028
Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN
SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA
ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA
MEDIA DENGAN AS TRONIK
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya
sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang
lain.
Dan apabila terbukti ternyata saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut
di atas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.
Purwokerto, Agustus 2012
Wahyu Widhi Atmoko
El A005028
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul:
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA
APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV.
RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK. Skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan sendiri
namun berkat bimbingan, arahan, bantuan, masukan, dan dukungan baik moral
maupun spiritual dari berbagai pihak, hingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. selaku dosen pembimbing
akademik.
2. Bapak Budiman Setyo Haryanto, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing
skripsi I.
3. Bapak Nur Wakhid, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing skripsi II.
4. Bapak Edi Waluyo, S.H., M.H. selaku dosen penguji skripsi.
5. Dekan, Pemimpin, StafAkademik, Administrasi dan Tata Usaha, serta
Karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.
6. Segenap dosen dan civitas akademika Fakultas Universitas Jenderal
Soedirman yang tidak disebut satu-persatu.
7. CV. Raya Media dan AS TRONIK atas datanya.
8. Bunda Eni Suyanti, Bapak Waidi, dan para mentor yang tak tersebutkan.
9. Ayah, Ibu, adik-adik penulis tercinta dan seluruh keluarga besar penulis.
10. Teman-teman penulis dimanapun berada.
11. Semua pihak yang terlibat selama proses.
12. ...and cheers to myself, for "2.77 and 99%" wish fulfillment.
Semoga kebaikan dan bantuan mereka mendapat balasan dari Allah SWT.
Skripsi ini adalah karya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan oleh
karenannya kritik dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis
harapkan.
Purwokerto, Agustus 2012
Wahyu Widhi Amoko
ElA005028
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA
APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA
CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK
Oleh:
Wahyu Widhi Atmoko
E1A005028
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan hukum antara CV.
Raya Media dengan As Tronik dalam rangka perjanjian sewa menyewa server
untuk isi ulang pulsa elektronik, dan akibat hukum apabila salah satu pihak
melakukan wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeur). Metode
pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif dan analisis
kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
hukum dalam perjanjian sewa menyewa server dapat dikelompokkan menjadi
tiga , yaitu : unsur essensialia, unsur naturalia dan unsur assidentalia. Sedangkan
akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi adalah berupa
kewajiban membayar ganti kerugian; dan apabila terjadi kerugian akibat keadaan
memaksa (force majeur) maka ditanggung oleh masing-masing pihak yang
menderita kerugian (debitur).
Kata Kunci : sewa menyewa, wanprestasi, keadaan memaksa (force majeur).
ABSTRACT
This research purposed to discuss legal relations between CV Raya Media
and As Tonik in case server leasing agreement for electronic reload and what the
liability if someone fails their obligations or force majeure happened. The
methods used are juridical normative approach with descriptive specification and
qualitative analysis.
Based from analytical result, legal relations on server leasing agreement
can be divided into three groups: essentially element, naturally element, and
accidentally element. Otherwise, if somebody failed do an obligation, they charge
to pay compensation; if force majeure caused of loss, anyone who take damage
will responsible (the debtor).
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
ABSTRAKSI .................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Bela kang Masala h .............................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................ 5
D. Kegunaan Penelitian ........................................ 5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian Pada Umumnya.................................................................... 6
1 . Pe n ge rt ia n Pe rj a nj ia n .............................. 6
2 . As as- Asas Pe rjanjia n ............................... 7
3 . Je ni s Pe rj a nji a n ...................................... 10
4 . Syarat Sahnya Perjanjian ......................... 11
5 . Prestasi Dalam Suatu Perjanjian .................. 15
6 . Akibat Hukum Suatu Perjanjian .................. 20
7 . R i s i k o . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
8 . Unsur-unsur Perjanjian ............................. 25
B. Tentang Perjanjian Sewa Menyewa .................................................29
1. Pengertian Perjanjian Sewa Menyewa .............. 29
2. Subyek dan Obyek Perjanjian Sewa Menyewa ..... 31
3. Hak dan Kewajiban ................................... 33
4. Risiko Dalam Perjanjian Sewa Menyewa ......... 36
5. Mengulangsewakan dan Melepas Sewa Kepada Pihak Ke
Tiga ....................................................................................... 37
6. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa ........... 38
C. Komputer, Internet, dan Asas-Asas Tentang Trasaksi
Elektronik ....................................................................... 41
1. Pengantar Untuk Pemahaman Komputer .......41
2. Pengertian Internet ............................... 42
3. Sejarah Internet ............................... 43
4. Asas-Asas Hukum Dalam Transaksi Elektronik ....... 46
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan ................................... 48
B. Spesifikasi Penelitian ................................ 48
C. Sumber Data ..................................................... 48
D. Metode Pengumoulan Data ......................... 49
E. Metode Penyajian Data ............................... 49
F. Metode Analisis Data ................................ 49
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................... 50
B. Pembahasan .............................................................. 56
1. Pembahasan Umum ......................................... 56
2. Hubungan Hukum yang Timbul dalam Hubungan
Hukum Sewa Menyewa Antara CV Raya Media dengan
PT AS Tronik ................................................................... 60
3. Akibat Hukum Apabila Salah Satu Pihak Melakukan
Wanprestasi atau Terjadi Keadaan Memaksa (Force
M a
j
e
u
r
e
)
7
1
BAB V: PENUTUP
A . S i m p u l a n ................................ .................. 75
B . Saran ..................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dewasa ini telah membawa dampak yang sangat luas
dalam kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak
negatif. Salah satu dampak pisitifnya adalah dengan semakin berkembangnya
sarana komunikasi dan informasi, sehingga orang dapat berkomunikasi dengan
orang lain secara cepat, mudah, murah tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Begitu pula orang dapat dengan cepat, mudah dan murah untuk mendapatkan
atau mengirimkan berbagai informasi tanpa dibatasi pula oleh ruang dan
waktu.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 (UUT 36/1999)
tentang Telekomunikasi, maka yang disebut dengan telekomunikasi adalah
setiap pemancaran, pengiriman, atau penerimaan dan setiap informasi dalam
bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kabel, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainya. Pembangunan
telekomunikasi di Indonesia mengemban misi salah satunya sebagai alat
pemersatu bangsa dan pendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
secara keseluruhan. Oleh karena itu perluasan dan pemerataan sarana
telekomunikasi merupakan suatu keharusan, mengingat luasnya wilayah
geografis Indonesia. Hal ini juga ditandaskan dalam Pasal 3 UUT 36/1999
bahwa: "Penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dal am
2
upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan
pemerintah, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa".
Penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi baik untuk kegiatan bisnis
maupun untuk kegiatan hidup sehari-hari sudah menjadi kebutuhan pokok bagi
masyarakat Indonesia. Penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi tidak
lepas dari adanya penyelenggara telekomunikasi, yaitu penyedia jaringan dan
jasa telekomunikasi. Layanan jaringan dan jasa telekomunikasidi Indonesia,
pada mulanya menjadi monopoli pemerintah, namun dalam perkembangannya
dewasa ini pihak swasta juga ikut berperan serta. Gauzali Saydan
menyebutkan bahwa sarana komunikasi yang paling menonjol dan paling
banyak menguasai kehidupan masyarakat adalah telepon, khususnya di kotakota besar karena penyaluran informasi melalui telepon mampu melebihi
kecepatan komunikasijenis apapun selain terwujudnya komunikasi dua arah
yang hemat, tepat, mudah dan murah.1
Pesawat telepon sebagai sarana telekomunikasi pertama kali diciptakan
pada tahun 1876, kemudian mengalami perkembangan yang luar biasa seiring
kemajuan teknologi dan menyebar ke seluruh dunia. Bila sebelumnya para
pengguna sarana telekomunikasi barn diperkenalkan dengan penggunaan
sistem telepon tetap (fixed telephone), telegram, faximile, dan radio (wireless),
kini dikenal pula adanya jaringan interne, VoIP, televisi dan telepon nirkabel/
seluler baik yang berbasis analog maupun digital. Teknologi nirkabel ini
3
berupa pesawat bergerak (mobilephone), yang istilah populernya di media
massa disebut "handphone" atau HP dan dikenal dengan bahasa Indonesianya
adalah telepon seluler.2
Selain sebagai kebutuhan, kepemilikan telepon seluler sudah menjadi
bagian dari gaya hidup. Apabila dilihat dari ke efisiensinya, telepon seluler
memberikan berbagai kemudahan melalui fasilitas Short Message Service
(SMS) sebagai salah satu dan keunggulan teknologi seluler, yaitu komunikasi
tidak melalui suara, melainkan melalui tulisan atau teks yang dapat langsung
dikirim dan diterima oleh para pengguna layanan dengan biaya yang relatif
murah dibandingkan melalui telepon.
Dewasa ini sarana komunikasi dan telekomunikasi dengan menggunakan
handphone sudah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat
dunia, termasuk di Indonesia, tidak hanya pejabat atau konglomerat, tetapi
rakyat jelata juga memiliki dan menggunakan handphone. Tidak hanya kaum
kaya yang memiliki dan menggunakan handphone, akan tetapi kaum apapun
memiliki dan menggunakan handphone; dari supir taxi maupun supir becak
dan pedati, dan pejabat tinggi sampai cleaning service, dan pengusaha besar
sampai tukang rongsok, semuanya memiliki dan menggunakan handphone. Hal
ini menunjukkan bahwa handphone sudah menjadi sarana komunikasi yang
dibutuhkan semua orang, karena berbagai kemudahan, kecepatan, kepraktisan
untuk melakukan komunikasi.
Komunikasi menggunakan handphone tidak dapat dilepaskan dari
kebutuhan tersedianya pulsa elektronik, sehingga berkembang pula bidang
2
Litbang Indosat Regional Jateng dan DIY.
4
5
usaha penyedia pulsa elektronik; salah satunya adalah AS Tronik Oleh karena
itu komunikasi menggunakan hand phone melibatkan peran serta berbagai
pihak terkait seperti: penyedia layanan interne, penyedia server pulsa isi ulang,
penyedia pulsa elektronik
Dalam rangka memberikan layanan kepada pengguna pulsa, pihak AS
Tronik mengadakan perjanjian sewa menyewa dengan CV. Raya Media,
berupa penggunaan fasilitas server untuk pengisian pulsa pra bayar.
Berdasarkan survey pendahuluan terhadap perjanjian sewa menyewa tersebut,
penulis tertarik melakukan penelitian untuk menjelaskan aspek-aspek hukum
terkait dengan perjanjian sewa menyewa server. Mengingat hal ini jarang
dilakukan pengkajian dari aspek hukum, sehingga dengan penelitian ini
diketahui hubungan-hubungan hukumnya, hak dan kewajiban para pihak, serta
akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi ataupun
terjadinya keadaan memaksa (force majeure). Selanjutnya penulis akan
melakukan penelitian dengan judul: "Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian
Sewa Menyewa Aplikasi Server Pulsa Isi Ulang Elektronik antara CV. Raya
Media dengan AS Tronik"
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka disusun perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan hukum yang timbul dalam perjanjian sewa
menyewa aplikasi server pulsa isi ulang elektronik antara CV. RAYA
MEDIA dan AS TRONIK?
6
2. Bagaimanakah akibat hukumnya apabila salah satu pihak melakukan
wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeure) ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan hukum yang timbul dalam perjanjian sewa
menyewa aplikasi server pulsa isi ulang elektronik antara CV. RAYA
MEDIA dan AS TRONIK.
2. Untuk mengetahui akibat hukumnya apabila salah satu pihak melakukan
wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeure).
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya dibidang hukum
perjanjian.
2. Kegunaan Praktis
Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para
pihak yang ingin membuat perjanjian sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian pada umumnya
1. Pengertian Perjanjian
Dalam undang-undang, hukum perjanjian diatur di dalam Buku III
KUH Perdata yang mengatur tentang perikatan. Hal ini karena perjanjian
merupakan salah satu peristiwa yang melahirkan hubungan hukum dalam
lapangan harta kekayaan antara dua pihak yang disatu pihak ada hak dan di
lain pihak ada kewajiban (perikatan).
Pasal 1313 KUH Perdata merumuskan perjanjian sebagai:
"Suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih."
Dengan pertimbangan agar perbuatan-perbuatan yang tidak
mengandung unsur kehendak atas akibatnya tidak masuk dalam cakupan
perumusan, seperti perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad),
perwakilan sukarela (zaakwarneming) dan agar perjanjian timbal balik bisa
tercakup dalam perumusan tersebut, J. Satrio merevisi perumusan tersebut
menjadi demikian•
"Perjanjian adalah perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih atau dimana
satu orang lain atau lebih saling mengikatkan dirinya."3
8
Suatu perjanjian tidak terjadi seketika atau serta merta dan perjanjian dibuat
untuk dilaksanakan, oleh karena itu dalam suatu perjanjian yang dibuat selalu
terdapat tiga tahapan, yaitu4:
a) Pra-contractual, yaitu perbuatan-perbuatan yang tercakup dalam
negosiasi dengan kajian tentang penawaran dan penerimaan;
b) Contractual, yaitu tentang bertemunya dua pernyataan kehendak yang
saling mengisi dan mengikat kedua belah pihak;
c)
Post-contractual, yaitu tahap pada pelaksanaan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang hendak diwujudkan melalui perjanjian
tersebut.
2.
Asas-asas Perjanjian
KUH Perdata menentukan dengan jelas mengenai beberapa asas-asas
perjanjian, diantaranya dalam Pasal 1315 menentukan asas personalia
perjanjian; Pasal 1337 menentukan asas kesusilaan dan ketertiban umum;
Pasal 1338 ayat (1) menentukan asas mengikatnya perjanjian; Pasal 1338 ayat
(3) menentukan asas iktikad baik; sedangkan Pasal 1339 menentukan asas
kepatutan dan kebiasaan. Namun menurut Rutten, hanya ada tiga asas yang
paling pokok dalam hukum perjanjian, yaitu asas konsensualisme, asas
kekuatan mengikatnya perjanjian dan asas kebebasan berkontrak.5
Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak innominaat di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 16.
Purwakhid Patrik, 1982. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Fakultas
4
5
9
Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, hal.3.
10
a. A
sas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak (contacts vrijheid atau partij autonomie)
-
adalah suatu asas yang menetapkan bahwa setiap orang bebas untuk
mengadakan perjanjian apa saja, bebas untuk menentukan isi, luas dan
bentuk perjanjian. Asas ini disimpulkan juga dari Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata yang menyatakan: "Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Subekti
mengatakan, bahwa dengan menekankan pada kata "semua", maka
ketentuan tersebut seolah-olah berisikan pernyataan pada masyarakat
bahwa, setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan
berisi apa saja baik yang sudah diatur ataupun yang belum diatur dalam
undang-undang.6
b. Asas konsensualisme
Asas konsensualisme adalah suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian
telah terjadi atau lahir sejak tercapainya sepakat para pihak, artinya suatu
perjanjian telah ada dan mempunyai akibat hukum dengan tercapainya
kata sepakat dari para pihak mengenai hal-hal pokok dan tidaklah
diperlukan suatu formalitas.7 Asas kesepakatan ini disimpulkan dari Pasal
1320 KUH Perdata yang menyatakan, bahwa untuk sahnya suatu
perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: sepakat mereka yang
mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang halal. Pada saat ini ada kecenderungan
6
Subekti, 1983, Hukum Perjanjian, PT. Internusa, Jakarta, hal. 14.
7
Ibid. hal. 15.
9
mewujudkan perjanjian konsensuil dalam bentuk perjanjian tertulis, baik
dibawah tangan maupun dengan akta otentik. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pembuktian jika dalam pelaksanaannya nanti salah satu
pihak melakukan pelangggaran.
c. Asas mengikatnya perjanjian (pacta sunt servanda)
Asas mengikatnya perjanjian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa
perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat mereka yang membuat
sebagai undang-undang. Dengan demikian para pihak terikat dan hams
melaksanakan perjanjian yang telah disepakati bersama, seperti hal
keharusan untuk mentaati undang-undang.8 Asas kekuatan mengikatnya
perjanjian ini disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
menyatakan "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Dijelaskan oleh Sudikno
Mertokusumo, bahwa bunyi lengkap adagium tersebut adalah Pacta nuda
servanda sunt, yang mempunyai arti bahwa kata sepakat tidak perlu
dirumuskan dalam bentuk sumpah, perbuatan atau formalitas tertentu agar
menjadi kewajiban yang mengikat.9
3. Jenis Perjanjian
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dart Perjanjian Buku I, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 142.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,
1986, hal. 97.
8
9
12
D
alam Hukum Perjanjian, perjanjian dibedakan ke dalam beberapa kelompok
pembedaan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, beberapa pembedaan
pembedaan dimaksud akan diuraikan dalam uraian berikut.
a. Perjanjian Konsensuil dan Rill
Berdasarkan cara lahirnya perjanjian dibedakan atas perjanjian konsensuil
dan perjanjian riil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana adanya
kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya
perjanjian yang bersangkutan, dan timbulnya perjanjian tersebut
ditentukan sejak detik tercapainya kesepakatan.1° Akibat hukum dan
timbulnya perjanjian adalah lahirnya kewajiban bagi salah satu atau kedua
belah pihak, oleh karena itu perjanjian yang bersifat konsensuil juga
merupakan perjanjian "obligatoir" (baru melahirkan kewajiban), sehingga
sering dikenal dengan perjanjian yang konsensuil obligatoir. Perjanjian riil
adalah perjanjian yang barn lahir kalau barang yang menjadi pokok
prestasi telah diserahkan,11 artinya dengan tercapainya sepakat para pihak
saja belum cukup untuk melahirkan perjanjian rill, sehingga untuk adanya
perjanjian riil hams temenuhi adanya dua unsur yaitu sepakat dan
penyerahan benda pokok perjanjian. Contohnya: pinjam meminjam,
pinjam pakai dan penitipan barang. Pada umumnya, perjanjian-perjanjian
khusus yang diatur dalam Buku III KUH Perdata bersifat konsensuil
obligatoir, kecuali beberapa perjanjian tertentu yang bersifat riil.
10
11
Subekti, Op.cit.hal. 48
Ibid.hal. 49
13
b. Perjanjian Sepihak dan Timbal-balik
Berdasarkan perikatan yang timbul dari suatu perjanjian, mengikat satu
pihak saja ataukah mengikat kedua belah pihak, perjanjian dapat
dibedakan atas perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik, yakni
"Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada
salah satu pihak saja sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak saja,
seperti: hibah, pinjam pakai, perjanjian pinjam mengganti, penitipan
barang cuma-cuma; Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah perjanjian
yang menimbulkan kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak, dengan
mana hak dan kewajiban itu mempunyai hubungan satu sama lainnya,
seperti: perjanjianjual beli, sewa menyewa, tukar menukar dan lain-lain.12
4. Syarat Sahnya Perjanjian
Setiap orang yang mengadakan perjanjian selalu dimaksudkan untuk
menimbulkan akibat hukum yang dikehendaki atau yang dianggap
dikehendaki. Agar maksud itu tercapai dan bila perlu pelaksanaannya dapat
dipaksakan melalui pengadilan, maka perjanjian yang dibuat hams perjanjian
yang memenuhi syarat sahnya perjanjian. Melalui Pasal 1320 KUH Perdata,
pembuat undang-undang telah menetapkan syarat-syarat pokok yang hams
dipenuhi agar perjanjian yang mereka adakan menjadi perjanjian yang sah,
yakni:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;
b. Kecakapan untuk membuat perjanjian,
c. Suatu hal tertentu,
12
Mid , hal. 42
14
d. Suatu sebab yang halal.
Kata sepakat merupakan dasar lahirnya suatu perjanjian. Suatu
perjanjian dianggap lahir atau terjadi pada saat dicapainya kata sepakat antara
para pihak yang mengadakan perjanjian. Sepakat atau konsensus mengandung
pengertian bahwa para pihak saling menyatakan kehendak masing-masing
untuk menutup sebuah perjanjian dan kehendak pihak yang satu sesuai secara
timbal balik dengan kehendak pihak lainnya. Pernyataan kehendak tersebut
tidak hams dinyatakan secara tegas dengan kata-kata, tetapi dapat juga
dilakukan dengan perbuatan atau sikap yang mencerminkan adanya kehendak
untuk mengadakan perjanjian. Pernyataan kehendak yang menghasilkan
kesepakatan dapat dibedakan antara pernyataan kehendak untuk menawarkan
dan pernyataan kehendak untuk melakukan penerimaan.
Syarat kedua untuk sah perjanjian adalah kecakapan para pihak untuk
membuat perjanjian. Menurut Pasal 1329 KUH Perdata, "Setiap orang adalah
cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika is oleh undang-undang tidak
dinyatakan tidak cakap". Dan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa
menurut undang-undang pada asasnya setiap orang adalah cakap untuk
membuat perjanjian. Ketidakcakapan merupakan suatu perkecualian atas asas
tersebut dan orang hanya tidak cakap kalau undang-undang menentukan
demikian Perkecualian atas prinsip tersebut terdapat dalam Pasal 1330 KUH
Perdata yang menyebutkan secara berturut-turut bahwa tidak cakap untuk
membuat suatu perjanjian adalah:
3 1). Orang-orang belum dewasa,
15
42). Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan,
3). Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undangundang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang
telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian adalah adanya suatu hal tertentu.
Suatu hal tertentu hams ditafsirkan bahwa obyek perjanjian hams "tertentu".
Sekalipun masing-masing obyek tidak hams individual tertentu. Mengenai
syarat bahwa obyeknya hams tertentu, Pasal 1333 ayat (2) menyatakan bahwa
jumlahnya semula boleh belum tertentu asal kemudian hari dapat ditentukan.
Tetapi jika pada saat perjanjian ditutup obyek sama sekali tidak tertentu atau
tidak ada adalah tidak boleh. Jadi, yang dimaksud dengan "suatu hal tertentu"
adalah bahwa paling tidak macam atau jenis benda dalam perjanjian sudah
ditentukan pada saat lahirnya perjanjian.'
Syarat keempat untuk sahnya perjanjian adalah adanya suatu "sebab
(Latin: causa) yang halal (Geoorloofde orzaak). KUH perdata tidak
memberikan perumusan mengenai apa yang dimaksud dengan "sebab yang
halal." Hanya dijelaskan dalam Pasal 1337 KUH Perdata bahwa "suatu sebab
adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila
berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum." Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik pengertian bahwa untuk sahnya suatu perjanjian
causanya hams diperbolehkan, dan sebaliknya causa yang tidak diperbolehkan
J. Satrio, Hukum Perikatan Buku II, op.cit., hal. 31.
13
16
adalah apabila dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum.
Menurut pendapat Hamaker dan Hofman serta Hoge Raad dalam
Arrestnya tanggal 17 November 1922, yang dimaksud dengan causa
perjanjian adalah tujuan perjanjian, yakni apa yang menjadi tujuan bersama
para pihak dalam membuat perjanjian. Dengan demikian maka yang dimaksud
dengan sebab atau causa yang halal adalah bahwa tujuan perjanjian tidak
bertentangan denganundang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.14
Dikatakan bertentangan dengan undang-undang apabila tujuan para
pihak mengadakan perjanjian secara jelas melanggar ketentuan undangundang; Dan dikatakan bertentangan dengan kesusilaan adalah apabila tujuan
para pihak mengadakan perjanjian bertentangan dengan nilai-nilai positif yang
hidup dalam masyarakat; Sedangkan dikatakan bertentangan dengan
ketertiban umum adalah apabila tujuan para pihak dalam mengadakan
perjanjian bertentangan dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah
kepentingan umum yakni kedamaian, ketentraman dan keamanan hidup
bermasyarakat.15
Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subyektif, karena
mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian,
sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif , karena
mengenai obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Tidak
terpenuhinya syarat-syarat tersebut atau salah satu syarat dari syarat tersebut
14
Ibid. hal. 60-72.
Ibid. hal. 98-127.
15
17
adalah perjanjian tidak sah atau batal. Dalam hal syarat obyektif tidak
terpenuhi, perjanjian adalah itu batal demi hukum; artinya sejak semula
tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada perikatan.
Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan
suatu perikatan hukum adalah gagal. Sedangkan dalam hal syarat subyektif
tidak terpenuhi, perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi dapat dibatalkan,
artinya perjanjian itu oleh hukum dianggap ada sampai salah satu pihak yang
tidak cakap atau yang memberikan sepakat secara tidak bebas meminta
pembatalan.16
5. Prestasi dalam suatu Perjanjian
a. Prestasi dan Wanprestasi dalam Perjanjian
Perjanjian obligator senantiasa terdapat kewajiban yang hams
dipenuhi oleh salah satu pihak dan kewajiban tersebut merupakan hak
yang pemenuhannya dapat dituntut oleh pihak yang lain. Pihak yang
berhak menuntut disebut pihak berpiutang atau kreditur dan pihak yang
wajib memenuhi tuntutan disebut sebagai pihak berutang atau debitur,
sedang apa yang menjadi hak dari kreditur dan kewajiban bagi debitur
dinamakan prestasi.
Dalam perjanjian prestasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Memberikan sesuatu,
2) Melakukan suatu perbuatan,
3) Tidak melakukan suatu perbuatan.
16
Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hal. 20.
18
Jika seorang debitur telah melaksanakan kewajibannya dengan
sempurna, tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah
pihak, maka dikatakan bahwa debitur telah menunaikan prestasi atau
berprestasi. Sebaliknya jika debitur tidak memenuhi kewajibannya dengan
sempurna tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah
pihak,menurut hukum debitur tersebut dikatakan wanprestasi atau cidera
janji.
Ada tiga kemungkinan bentuk-bentuk tindakan wanprestasi
sebagaimana dikatakan oleh J. Satrio , yaitujika:
1) Debitur sama sekali tidak berprestasi;
2) Debitur keliru berprestasi;
3) Debitur terlambat berprestasi.17
Wanprestasi ini ada kalau debitur tidak dapat membuktikan
bahwa tidak terlaksananya prestasi sebagaimana yang diperjanjikan adalah
diluar kesalahannya, jadi wanprestasi itu terjadi karena debitur mempunyai
kesalahan.18
Kesalahan dapat berupa kesengajaan dan kelalaian; kesengajaan
terjadi jika ada niat dan kehendak pada debitur untuk tidak memenuhi
prestasi, sedangkan kelalaian ada jika debitur dapat menghindari penyebab
tidak terjadi prestasi dan ia dapat dipersalahkan karena ia tidak
menghindarinya. Dengan demikian, seorang debitur dapat dinyatakan
J. Satrio, 1993, opcit., hal. 122.
A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, hal. 26.
17
18
19
w
anprestasi manakala is tidak melaksanakan kewajibannya untuk
memenuhi prestasi, dan tidak terlaksananya kewajiban tersebut
dikarenakan faktor kesengajaan atau kelalaian.
Apabila terjadi wanprestasi, maka kreditur mempunyai beberapa
pilihan atas berbagai macam kemungkinan tuntutan. Kemungkinan
pilihan tersebut adalah berupa tuntutan: 19
1) Pemenuhan perjanjian;
2) Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;
3) Ganti rugi saja;
4) Pembatalan perjanjian;
5) Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.
Tuntutan-tuntutan tersebut tidak lain dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan bagi kreditur, agar dapat mempertahankan
kepentingannya terhadap debitur yang tidak jujur. Namun demikian,
hukum juga memperhatikan dan memberikan perlindungan bagi debitur
yang tidak memenuhi kewajibannya, jika hal itu terjadi bukan karena
kesalahan atau akibat kelalaiannya.
Subekti2°mengemukakan bahwa seorang debitur yang dinyatakan
wanprestasi masih dimungkinkan untuk melakukan pembelaan berupa:
1) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmacht atauforce
majeure);
Subekti, op.cit., hal. 53.
Subekti, op.cit., hlm. 53.
19
20
20
2) Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga telah lalai (exeptio non
adimpleti contractus);
3) Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut
ganti rugi (rechtsverwerking).
b. Keadaan memaksa (overmacht atau force majeure)
Sebagaimana dikemukakan bahwa wanprestasi adalah tidak
terlaksananya prestasi sebagaimana mestinya karena adanya faktor
kesalahan pada debitur. Dengan ini berarti, ada kemungkinan tidak
terlaksananya prestasi tanpa ada kesalahan pada debitur, tetapi
dikarenakan adanya suatu sebab di luar diri debitur yang menghalang halangi pemenuhan prestasi.
Tentang sebab yang menghalang-halangi pemenuhan prestasi
yang demikian itu, disebut "keadaan memaksa" (overmacht atau force
majeure) yang didalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal
1245.
Pasal 1244 KUH Perdata:
"Jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti
biaya, rugi dan bunga apabila is tidak dapat membuktikan, bahwa
hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakan perikatan
itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya, kesemuanya itupun jika
iktikad buruk tidaklah ada pada pihaknya"
Pasal 1245 KUH Perdata:
"Tidaklah biaya, rugi dan bunga, hams digantinya, apabila
lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak
19
disengaja si berhutang berhalangan memberikan atau berbuat
sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah
melakukan perbuatan yang terlarang."
Dari kedua Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa: keadaan
memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan atau kejadian yang tak
dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur
untuk melakukan prestasinya sebelum is lalai dan keadaan mana tidak
dapat dipersalahkan kepadanya.
Dari batasan tersebut dapat diketahui adanya bebarapa unsur dari
keadaan memaksa yaitu:
1) Hal tidak dapat diduga sebelumnya;
2) Diluar kesalahan debitur;
3) Menghalangi debitur untuk berprestasi;
4) debitur belum lalai.
Keadaan memaksa dapat bersifat tetap dan dapat bersifat
sementara. Keadaan memaksa adalah bersifat tetap manakala keadaan
yang mengakibatkan terhalangnya prestasi berlangsung untuk selamanya;
contohnya benda yang menjadi obyek prestasi terbakar diluar salahnya
debitur. Sebaliknya keadaan memaksa adalah bersifat sementara jika
keadaan yang menyebabkan terhalangnya prestasi hanya berlangsung
dalamjangka waktu tertentu saj a; contohnya banjir.
Akibat dari adanya keadaan memaksa ditentukan dalam Pasal
22
debitur membayar ganti rugi. Hal itu berarti bahwa debitur tidak wajib
membayar ganti rugi, bilamana is terhalang oleh keadaan memaksa dalam
melaksanakan prestasi.
Hapusnya kewajiban membayar ganti rugi hanyalah merupakan
konsekuensi lebih lanjut dari pada hapusnya kewajiban prestasi, oleh
karena itu akibat dari adanya keadaan memaksa, yang paling pokok
sebenarnya adalah menghapuskan kewajiban prestasi debitur.
Dengan mengingat adanya dua macam bentuk keadaan memaksa
yang bersifat tetap dan sementara, maka hams disimpulkan bahwa akibat
adanya keadaan memaksa adalah: debitur tidak diwajibkan melaksanakan
prestasi jika keadaan memaksanya bersifat tetap atau debitur hanya
diwajibkan menunda pelaksanaan prestasi sampai keadaan memaksanya
yang bersifat sementara itu selesai.
6. Akibat Hukum Perjanjian
KUH Perdata Buku III titel 2 bagian 3 yang berjudul tentang akibat
hukum perjanjian, dibuka dengan Pasal 1338 yang menyatakan: "semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya."
Dengan demikian setiap perjanjian yang dibuat" secara sah " berarti
memenuhi syarat untuk sahnya perjanjian yaitu ada kesepakatan untuk
membuat perjanjian, mereka yang bersepakat adalah orang yang cakap untuk
membuat perjanjian, prestasinya tertentu dan tujuan para pihak mengadakan
perjanjian secarajelas tidak melanggar ketentuan undang-undang, kesusilaan
23
dan ketertiban umum, maka perjanjian mengikat para pihak yang membuat
perjanjian, seperti undang-undang yang mengikat orang terhadap siapa
undang-undang berlaku.
Perjanjian yang dibuat secara sah tidak dapat dibatalkan secara
sepihak. Pembatalan hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara
para pihak yang membuatnya untuk membatalkan perjanjian yang telah ada
tersebut. Dengan demikian perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
mengikat dan para pihak wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam perjanjian.
Sampai kapankah perjanjian mengikat atau sampai kapan suatu
perjanjian itu berakhir? Pada asasnya perjanjian berakhir kalau akibat-akibat
hukum yang dituju telah selesai terpenuhi.
7. Risiko
Yang dimaksud dengan risiko adalah suatu kewajiban untuk
menanggung kerugian sebagai akibat dan adanya suatu peristiwa atau
kejadian yang menimpa obyek perjanjian dan bukan karena kesalahan dari
salah satu pihak.21 Hal itu berarti risiko berpokok pangkal pada suatu
peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian, atau
dengan kata lain berpokok pangkal pada kejadian yang didalam hukum
dinamakan: keadaan memaksa. Dengan demikian maka risiko adalah
merupakan kelanjutan darikeadaan memaksa.
Resiko pada Perjanjian Sepihak
a.
21
A. Qirom Syamsudin Meiala, op.cit, hlm. 49.
24
Pasal 1237 KUH Perdata: "Dalam hal adanya perikatan untuk
memberikan sesuatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak
perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berpiutang". Ketentuan ini
terletak pada bab tentang perikatan pada umumnya; jadi disini diatur
tentang perikatan dalam bentuk dasarnya yaitu hubungan dalam lapangan
hukum kekayaan, dimana disatu pihak ada hak (kreditur) dan dilain pihak
ada kewajiban (debitur). Bentuk perikatan seperti ini muncul pada
perjanjian sepihak, seperti pada hibah.
Berdasarkan ketentuan tersebut benda yang harus diserahkan
menjadi tanggungan kreditur. Disini tidak dibicarakan siapa yang bersalah,
tetapi hanya dikatakan yang menanggung kerugian adalah kreditur; maka
---ditafsirkan bahwa--- kalau terjadi kerugian pada benda tertentu yang
harus diserahkan dan tidak ada yang bersalah atas kerugian itu, yang
menanggung adalah kreditur. Dengan begitu, dalam perikatan untuk
memberikan suatu barang tertentu, jika barang ini sebelum diserahkan,
musnah atau rusak karena suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu
pihak, kerugian ini hams dipikul oleh "si berpiutang" (kreditur), yaitu
pihak yang berhak menerima barang itu. Dalam bahasa hukum dikatakan
pada perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, yang timbul dari
suatu perjanjian yang sepihak resiko ada pada kreditur.
b. Resiko pada Perjanjian Timbal Balik
25
Dalam perjanjian timbal balik prestasi yang satu berkaitan erat
sekali dengan prestasi yang lain; dijanjikannya prestasi yang satu adalah
dengan memperhitungkan akan diterimanya prestasi yang lain. Pengaturan
resiko dalam perjanjian timbal-balik, dimana kedua belah pihak samasama berkewajiban memenuhi prestasi, dapat kita simpulkan dari
pengaturan yang terdapat dalam Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata yang
menyatakan:
"Jika barang tertentu yang menjadi bahan persetujuan, musnah, tak
lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga
samasekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka
hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar
salahnya si berutang, dan sebelum is lalai menyerahkannya."
Disini ditentukan, apabila suatu barang tertentu yang menjadi
bahan perjanjian musnah tak dapat lagi diperdagangkan atau hilang diluar
salahnya si berutang maka perikatan antara pihak-pihak yang membuat
perjanjian menjadi hapus; dan karena seluruh perikatan hapus, maka
dengan sendirinya pihak yang membuat perjanjian tidak dapat menuntut
sesuatu apapun antara yang satu terhadap yang lain.
Hal itu berarti apabila barang yang menjadi obyek perjanjian
timbal-balik selama belum diserahkan telah musnah tak lagi dapat
diperdagangkan atau hilang diluar salahnya salah satu pihak, maka
risikonya ditanggung oleh pemilik; Karena terhadap barang miliknya,
pemilik yang hams menyerahkan barangnya, berkedudukan sebagai
debitur, maka disini dikatakan risiko kerugian dipikul oleh debitur.
26
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 1444 KUH
Perdata, resiko pada perjanjian timbal-balik ditanggung oleh pemilik atau
debitur.
Karena Pasal 1444 KUH Perdata ini termuat dalam Bagian Umum
Buku III KUH Perdata, maka pasal tersebut merupakan ketentuan umum
tentang resiko yang menjadi pedoman bagi perjanjian-perjanjian pada
umumnya. Pasal 1237 KUH Perdata sebagai pedoman tentang resiko bagi
perjanjian sepihak. Sedangkan Pasal 1444 KUH Perdata sebagai pedoman
tentang resiko bagi perjanjian timbal-balik.
Kecuali perihal resiko ini diatur dalam pasal-pasal Bagian Umum
Buku III KUH Perdata yang menjadi pedoman bagi perjanjian pada
umumnya, yang dirasakan mengatur tentang resiko itu sudah seadilnya,
perihal resiko juga diatur dalam pasal-pasal Bagian Khusus Buku III KUH
Perdata tentang perjanjian-perjanjian tertentu pada pasal-pasal tertentu
pula. Misalnya dalam perjanjian jual-beli resikonya diatur pada Pasal
1460, 1461 dan 1462 KUH Perdata, dalam perjanjian tukar-menukar
resikonya diatur pada Pasal 1545 KUH Perdata, selanjutnya dalam
perjanjian sewa-menyewa resikonya diatur dalam Pasal 1553 KUH
Perdata dan lain sebagainya.
Pasal-pasal KUH Perdata yang megatur resiko dalam perjanjianperjanjian jual-beli, tukar-menukar, dan sewa-mnyewa itu dirasakan
sebagai sudah seadilnya sesuai dengan Pasal 1444 KUH Perdata. Kecuali
Pasal 1460 KUH Perdata yang mengatur resiko secara tidak adil, sehingga
27
Mahkamah Agung dengan Surat Edarannya No. 3 tahun 1963 menyatakan
Pasal 1460 tersebut tidak berlaku lagi
Kemudian bilamana ketentuan mengenai resiko ini kita hubungkan
dengan asas kebebasan berkontrak yang menentukan bahwa semua orang
dapat membuat perjanjian yang bagaimanapun isinya asal tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum,
maka dapat dikatakan bahwa pengaturan mengenai resiko ini inkonkreto
diserahkan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk mengatur
dan menentukan sendiri sedemikian rupa, bagaimana perihal resiko itu
diinginkan mereka.
8. Unsur-Unsur Perjanjian
a. Unsur Essensialia
Menurut J. Satrio, unsur essensialia adalah unsur perjanjian yang
selalu hams ada dalam suatu perjanjian, unsur mutlak, yang tanpa adanya
unsur tersebut perjanjian tidak mungkin ada.22 Kausa yang halal
merupakan unsur essensialia untuk adanya perjanjian.'
Pembicaraan tentang unsur essensialia terhadap adanya perjanjian
dalam uraian di atas adalah pembicaraan perjanjian dalam pengertian
pada umumnya, yang bisa berlaku terhadap perjanjian khusus (bernama)
maupun perjanjian tidak bernama secara umum. Dengan mendasarkan
pemahaman pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata maka unsur
essensialia yang menjadikan adanya perjanjian secara umum adalah:
J. Satrio, Buku Kedua, Op. Cit., hal. 67
22
23 Ibid., hal. 68.
28
s
epakat para pihak baik sepakat itu sah atau tidak sah; adanya para pihak
baik cakap atau tidak cakap; obyek prestasi yang tertentu atau dapat
ditentukan; kausa yang halal, yang kesemuanya merupakan sekelompok
unsur essensialia yang hams ada secara komulatif. Selanjutnya J. Satrio
menjelaskan bahwa pada perjanjian riil, syarat penyerahan obyek prestasi
perjanjian merupakan essensialia; sama seperti bentuk tertentu
merupakan essensialia dari perjanjian formil; demikian pula harga dan
barang merupakan unsur essensialia dari perjanjianjual beli24.
Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah di deskripsikan bahwa
essensialia suatu perjanjian secara umum akan membedakan terhadap
suatu perbuatan itu sebagai suatu perjanjian atau bukan; sedangkan
essensialia suatu perjanjian tertentu akan membedakan terhadap
keberadaan antara perjanjian khusus tertentu dengan perjanjian tertentu
yang lain.
Pada umumnya, meskipun tidak dinyatakan secara tegas, unsur
essensialia seperti tersebut di atur dalam Buku III KUH Perdata melalui
pengaturan yang bersifat memaksa (dwigend recth) yang dapat dikenali
dengan ciri, apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi akan berakibat
batal demi hukum atas perjanjian yang bersangkutan.
b. Unsur Naturalia
Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang oleh undang-undang
diatur tetapi yang oleh para pihak dapat di singkirkan atau diganti. 25
Ibid.
25 Ibid.
24
29
Unsur ini sebenarnya merupakan bagian-bagian isi perjanjian yang secara
umum patut, dan adil bagi para pihak karena merupakan konsekuensi
logis dari perjanjian yang bersangkutan. Dalam keadaan normal orang
pada umumnya pun akan menghendaki pengaturan demikian
sebagaimana logisnya.
Unsur naturalia ini oleh undang-undang diatur dengan hukum yang
bersifat mengatur atau menambah (regelend rech atau aanvullend rech).
Jadi, melalui aturan yang bersifat menambah ini pembuat undang-undang
telah menfiksikan kehendak para pihak rata-rata umumnya orang dalam
membuat perjanjian. Secara logis (natural) seseorang yang dalam suatu
perjanjian misal nya jual beli diwajibkan untuk menyerahkan hak milik
atas kebendaan tertentu, sebagai konsekuensi logisnya is diwajibkan pula
untuk menjamin bahwa kebendaan yang diserahkan tersebut aman dari
tuntutan pihak ketiga dan bebas dari cacat tersembunyi (Pasal 1491 KUH
Perdata). Tanpa memperjanjikan hal ini pun ketentuan pasal tersebut
berlaku secara otomatis menambah isi perjanjian yang dibuat oleh para
pihak. Namun demikian ketentuan tersebut dapat disingkirkan dengan
mengaturnya secara lain melalui kesepakatan kedua belah pihak.
c. Unsur Accidentalia
Unsur Accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh
para pihak karena undang-undang tidak mengatur tentang hal tersebut.26
Semuajanji-janji dalam suatu perjanjian yang sengaja dibuat untuk
26
ib id .
30
menyimpangi ketentuan hukum yang menambah merupakan unsur
accidentalia.27
Pemahaman tentang unsur accidentalia ini akan menjadi jelas bila
dikaitkan dengan perjanjian khusus atau perjanjian bernama yang
umumnya telah mendapatkan pengaturan secara relatif lengkap melalui
ketentuan yang bersifat menambah. Meskipun demikian kadang-kadang
terkandung hal-hal tertentu undang-undang tidak atau lupa mengaturnya
sehingga diserahkan kepada para pihak untuk mengaturnya sendiri.
Dengan demikian unsur accidentalia ini dapat berupa janji-janji yang
dibuat oleh para pihak karena undang-undang (yang bersifat menambah)
tidak mengaturnya atau berupajanji-janji yang dibuat para pihak dalam
hal mereka menyimpangi ketentuan yang bersifat menambah tersebut.
B. Tentang Perjanjian Sewa Menyewa
1. Pengertian perjanjian sewa menyewa
Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam babVII Buku III KUH
Perdata yang berjudul "Tentang Sewa-Menyewa" yang meliputi pasal 1548
sampai dengan pasal 1600 KUH Perdata. Definisi perjanjian sewa-menyewa
menurut Pasal 1548 KUH Perdata menyebutkan bahwa: "Perjanjian sewamenyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
.
190.
Ibid.,
hal 73.
32
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya
kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan
pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah
disanggupi pembayaranya."
Sewa-menyewa dalam
bahasa belanda
disebut dengan
huurenverhuur dan dalam bahasa Inggris disebut dengan rent atau hire.
Sewa-menyewa merupakan salah satu perjanjian timbal balik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sewa berarti pemakaian sesuatu
dengan membayar uang sewa dan menyewa berarti memakai dengan
membayar uang sewa.' Yahya Harahap menyebutkan b ahwa: "sewamenyewa adalah persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan pihak
penyewa. Pihak yang menyewakan menyerahkan barang yang hendak
disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati sepenuhnya".29
Menurut Wiryono Projodikoro sewa-menyewa barang adalah suatu
penyerahan barang oleh pemilik kepada orang lain itu untuk memulai dan
memungut hasil dari barang itu dan dengan syarat pembayaran uang sewa
oleh pemakai kepada pemilik"
Berdasarkan beberapa pengertian perjanjian sewa-menyewa di atas
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari perjanjian sewa-menyewa, yaitu:
a. Ada dua pihak yang saling mengikatkan din
Kamus Besar Bahasai Indonesia, hal 833.
2
9
Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, hal 240.
28
" Wiryono Projodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan -Persetujuan Tertentu, hal
Pihak yang pertama adalah pihak yang menyewakan yaitu pihak yang
mempunyai barang. Pihak yang kedua adalah pihak penyewa, yaitu pihak
yang membutuhkan kenikmatan atas suatu barang. Para pihak dalam
perjanjian sewa-menyewa dapat bertindak untuk diri sendiri, kepentingan
pihak lain, atau kepentingan badan hukum tertentu.
b.Ada unsur pokok yaitu barang, harga, danjangka waktu sewa
Barang adalah harta kekayaan yang berupa benda material,baik bergerak
maupun tidak bergerak. Harga adalah biaya sewa yang berupa sebagai
imbalan atas pemakaian benda sewa. Dalam perjanjian sewa-menyewa
pembayaransewatidakhamsberupauangtetapidapatjugamengunakan
barang ataupunjasa (pasal 1548 KUH Perdata). Hak untuk menikmati
barang yang diserahkan kepada penyewahanya terbatas padajangka
waktu yang ditentukan kedalam perjanjian.'
c. Ada kenikmatan yang diserahkan
Kenikmatan dalam hal ini adalah penyewa dapat menggunakan barang
yang disewa serta menikmati hasil dari barang tersebut. Bagi pihak yang
menyewakan akan memperoleh kontra prestasi berupa uang, barang, atau
jasa menurut apa yang diperjanjikan sebelumnya.
Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian konsensuil, yang
berarti perjanjian tersebut sah dan mengikat apabila sudah tercapai kata
sepakat diantara para pihak tentang unsur pokok perjanjian sewa-menyewa
Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, cetakan ke sepuluh, CV. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm 40.
31
yaitu barang dan harga. Di dalam KUH Perdata tidak dijelaskan secara tegas
31
tentang bentuic perjanjian sewa-menyewa sehingga perjanjian sewamenyewa dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Bentuic perjanjian sewamenyewa dalam praicteic ichususnya sewa-menyewa bangunan dibuat dalam
bentuic tertulis.
2. Subyek dan Obyek Perjanjian Sewa menyewa
Pihaic-pihaic yang terlibat dalam Perjanjian sewa-menyewa adalah:
a. Pihaic yang menyewaican
Pihaic yang menyewaican adalah orang atau badan huicum yang
menyewaican barang atau benda icepada pihaic lainya untuic diniicmati
icegunaan benda tersebut icepada penyewa. Pihaic yang menyewaican
barang atau benda tidaic hams pemiliic benda sendiri tetapi semua orang
yang atas dasar haic penguasaan untuic memindahican pemaicaian barang
ice tangan orang lain. Hal tersebut diicarenaican didalam sewa-menyewa
yang diserahican icepada pihaic penyewa buicanlah haic miliic atas suatu
barang melainican hanya pemaicaian atau pemungutan atas hasil dari
barang yang disewaican.
b. Pihaic Penyewa
Pihaic penyewa adalah orang atau badan huicum yang menyewa barang
atau benda dari pihaic yang menyewaican.
Obyeic barang yang dapat disewaican menurut Hofmann dan De Burger,
yang dapat di sewa adalah barang bertubuh saja, namun ada pendapat
lain yaitu dari Asser dan Van Brekel serta Vollmar berpendapat bahwa
36
tidak hanya barang-barang yang bertubuh saja yang dapat menjadi obyek
sewa melainkan hak-hak juga dapat disewa, pendapat ini diperkuat
dengan adanya putusan Hoge Raad tanggal 8 Desember 1922 yang
menganggap kemungkinan ada persewaan suatu hak untuk memburu
hewan (j achtrecht).32
Tujuan dari diadakanya perjanjian sewa-menyewa adalah untuk
memberikan hak pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda yang
bukan bersetatus hak milik dapat disewakan oleh pihak yang mempunyai
hak atas benda tersebut. Jadi benda yang dapat disewakan oleh pihak yang
menyewakan dapat berupa hak milik, hak guna usaha, hak pakai, hak
mengunakan hasil, hak pakai, hak sewa (hak sewa kedua) dan hak guna
bangunan.
Perjanjian sewa-menyewa menurut Van Brekel, bahwa harga sewa
dapat berwujud barang-barang lain selain uang, namun barag-barang
tersebut hams merupakan barang-barang bertubuh, karena sifat dari
perjanjian sewa-menyewa akan hilang jika harga sewa dibayar dengan suatu
jasa. Pendapat tersebut bertentangan dengan pendapat dari Subekti yang
berpendapat bahwa dalam perjanjian sewa-menyewa tidaklah menjadi
keberatan apabila harga sewa tersebut berupa uang, barang ataupun jasa.'
Jadi obyek dari perjanjian sewa-menyewa adalah segala jenis benda, baik
benda bergerak maupun benda tidak bergerak, benda berwujud maupun
benda tidak berwujud.
' Wiryono Projodikoro, Op. cit, hlm 50.
33 Subekti, Op. cit, hlm 91.
33
3. Hak dan Kewajiban
a. Hak dan Kewajiban Para pihak
Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian timbal balik
sehingga ada hak dan kewajiban yang membebani para pihak yang
melakukan perjanjian. Kewajiban pihak yang menyewakan dapat
ditemukan di dalam pasal 1550 KUH Perdata. Kewajiban-kewajiban
tersebut, yaitu:
1) Menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa.
2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga
barang tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan.
3) Memberikan si penyewakenikmatan yang terteram daripada barang
yang disewakan selama berlangsungnya sewa-menyewa.
Kewajiban pihak yang menyewakan adalah menyerahkan barang
yang disewa untuk dinikmati kegunaan barang tersebut bukan hak
miliknya Tentang pemeliharaan barang yang disewakan pihak yang
menyewakan barang diwajibkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan atas barang yang disewakan. Ketentuan tersebut diatur
di dalam Pasal 1551 ayat (2) KUH Perdata yang berbunyi: "Ia hams
selama waktu sewa menyuruh melakukan pembetulan-pembetulan pada
barang yang disewakan, yang perlu dilakukan kecuali pembetulanpembetulan yang menjadi wajibnya si penyewa."
Pasal 1552 KUH Perdata mengatur tentang cacat dari barang yang
disewakan. Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menanggung
38
semua cacat dari barang yang dapat merintangi pemakaian barang yang
disewakan walaupun sewaktu perjanjian dibuat pihak-pihak tidak
mengetahui cacat tersebut. Jika cacat tersebut mengakibatkan kerugian
bagi pihak penyewa maka pihak yang menyewakan diwajibkan untuk
menganti kerugian.
Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menjamin tentang
gangguan atau rintangan yang menggangu penyewa menikmati obyek
sewa yang disebabkan suatu tuntutan hukum yang bersangkutan dengan
hak milik atas barangnya. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal
1556 dan 1557 KUH Perdata. Jika terjadi yang demikian, maka penyewa
berhak menuntut suatu pengurangan harga sewa menurut imbangan,
asalkan ganguan dan rintangan tersebut telah di beritahukan kepada
pemilik Akan tetapi pihak yang menyewakan tidak diwajibkan untuk
menjamin sipenyewa terhadap rintangan-rintangan dalam menggunakan
barang sewa yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan peristiwa yang
tidak berkaitan dengan tuntutan atas hak milik atas barang sewa.
Pihak yang menyewakan disamping dibebani dengan kewajiban
juga menerima hak. Hak-hak yang diperoleh pihak yang menyewakan
dapat disimpulkan dan ketentuan pasal 1548 KUH Perdata, yaitu:
1) Menerima uang sewa sesuai denganjangka waktu yang telah
ditentukan dalam perjanjian;
2) Menegur penyewa apabila penyewa tidak menjalankan kewajibanya
dengan baik
39
Pasal 1560, 1564, dan 1583 KUH Perdata menentukan bahwa pihak
penyewa memiliki kewajiban-kewajiban, yaitu:
1) Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik,
sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut
perjanjian sewanya, atau jika tidak ada perjanjian mengenai itu,
menurut tujuan yang dipersangkakan berhubungan dengan keadaan
2) Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
3) Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama sewa-menyewa,
kecuali jika penyewa dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut
terjadi bukan karena kesalahan si penyewa.
4) Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai
dengan isi perjanjian sewa-menyewa dan adat kebiasaan setempat.
Pihak penyewa memiliki hak, yaitu:
1) Menerima barang yang disewa
2) Memperoleh kenikmatan yang terteram atas barang yang disewanya
selama waktu sewa.
3) Menuntut pembetulan-pembetulan atas barang yang disewa, apabila
pembetulan-pembetulan tersebut merupakan kewajiban pihak yang
menyewakan.
4. Risiko dalam Perjanjian Sewa-Menyewa
Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan
oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak, yang
menimpa barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian.' Risiko
' Subekti, Op. cit, hlm 92
40
merupakan suatu akibat dari suatu keadaan yang memaksa (Overmacht)
sedangkan ganti rugi merupakan akibat dari wanprestasi.
Pembebanan risiko terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu
peristiwa diluar dari kesalahan para pihak yang menyebabkan musnahnya
barang / obyek sewa. Musnahnya barag yang menjadi obyek perjajian sewamenyewa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Musnah secara total (seluruhnya)
Jika barang yang menjadi oyek perjanjian sewa-menyewa musnah
yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihakmaka
perjanjian tersebut gugur demi hukum. Pengertian musnah disini berarti
barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa tidak lagi bisa
digunakan sebagai mana mestinya, meskipun terdaat sisa atau bagian
kecil dari barang tersebut masih ada.
Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH Perdata yang
menyatakan jika musnahnya barang terjadi selama sewa-menyewa
berangsung yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang diakibatkan oleh
suatu keadaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan pada salah satu
pihak maka perjanjian sewa-menyewa dengan sendirinya batal.
b.Musnah sebagian
Barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa disebut
musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan dan
dinikmati kegunaanya walaupun bagian dari barang tersebut telah
41
musnah. Jika obyek perjanjian sewa-menyewa musnah sebagian maka
penyewa mempunyai pilihan, yaitu:
1) Meneruskan perjanjian sewa-menyewa dengan meminta
pengurangan harga sewa.
2) Meminta pembatalan perjanjian sewa-menyewa.
5. Mengulang sewakan dan melepas sewa kepada pihak ke tiga
Pihak penyewa dilarang untuk mengulang sewakan obyek sewa
kepada pihak ketiga tapa sepengetahuan dan persetujuan dari pemilik obyek
sewa. Mengenai hal ini diatur di dalam pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata
yang menyatakan bahwa:
"Si penyewa, jika kepadanya tidak telah diperzinkan, tidak diperbolehkan
mengulang sewakan barang, yang disewanya, ataupun melepas sewanya
kepada orang lain, atas ancaman pembatalan perjanjian sewa dan pengantian
biaya, rugi, dan bunga, sedangkan pihak yang menyewakan, setelah
pembatalan itu, tidak diwajibkan mentaati perjanjian ulang sewa."
Dari ketentuan Pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata dapat diketahui bahwa:
a. Mengulang sewakan obyek sewa kepada pihak ketiga hanya dapat
dilakukan oleh seorang penyewa, apabila diperbolehkan di dalam
perjanjian sewa menyewa atau disetujui oleh para pihak;
b. Jika pihak penyewa mengulang sewakan obyek sewa tanpa ijin, pihak
yang menyewakan dapat menuntut pembatalan perjanjian sewa dan
setelah pembatalan tidak tunduk pada perjanjian ulang sewa.
42
Perbuatan hukum berupa melakukan sewa ulang atau melepaskan
sewa, keduanya adalah dilarang; kecuali memang telah diperjanjikan
sebelumnya antara pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan. Yang
dimaksud dengan mengulang sewakan adalah pihak penyewa bertindak
sendiri sebagai pihak yang menyewakan obyek sewa dalam suatu perjanjian
sewa menyewa yang diadakan olehnya dengan pihak ketiga. Sedangkan
yang dimaksud dengan melepaskan sewanya adalah pihak penyewa
mengundurkan din sebagai pihak yang menyewa dan menyuruh pihak
ketiga untuk menggantikan kedudukannya sebagai penyewa , sehingga pihak
ketiga berhadapan sendiri dengan pihak yang menyewakan.
6. Berakhirya perjanjian sewa menyewa
Dalam KUH Perdata pengaturan mengenai berakhirnya perjanjian
sewa menyewa dibedakan berdasarkan bentuk perjanjiannya , yaitu apakah
sewa menyewa itu dibuat secara tertulis ataukah dilakukan secara lisan, dan
juga apakah perjanjian sewa menyewa itu dibuat dengan batas waktu
ataukah tidak. Dengan demikian pembedaan itu didasarkan pada dua hal,
yaitu bentuk perjanjian dan ketentuan waktu. Berikut ini uraian mengenai
berakhirnya perjanjian sewa menyewa.
a. Perjanjian sewa menyewa dengan batas waktu.
1) Perjanjian sewa menyewa tertulis.
Dalam Pasal 1570 KUH Perdata disebutkan bahwa: "jika sewa
dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut berakhir demi hukum,
43
apabila waktu yang ditentukan telah lampau tanpa diperlukanya
suatu pemberitahuan untuk itu".
Dengan demikian apabila perjanjian sewa menyewa dibuat secara
tertulis, maka perjanjian itu berakhir setelah jangka waktu sewa
selesai. Untuk pengakhirannya tanpa hams didahului adanya
pemberitahuan atau somasi.
2) Perjanjian sewa menyewa lisan.
Diatur dalam pasal 1571 KUH Perdata yang berbunyi: "jika sewa
tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut tidak berakhir pada
waktu yang telah ditentukan, melainkanjika pihak lain menyatakan
bahwa is hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan
tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat."
b. Batas akhir sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya.
Penghentian atau berakhirnya waktu sewa dalam perjanjian sewamenyewa seperti ini didasarkan pada pedoman bahwa berakhirnya
sewa-menyewa pada saat yang dianggap pantas oleh para pihak.
Undang-undang tidak mengatur berakhirnya perjanjian sewa-menyewa
tanpa batas waktu, sehingga penghentianya diserahkan pada
kesepakatan kedua belah pihak.
c.
Berakhirnya sewa-menyewa dengan ketentuan khusus
1) Permohonan / pernyataan dari salah satu pihak
Penghentian perjanjian sewa-menyewa hanya dapat dilakukan atas
persetujuan dua belah pihak yaitu pihak yang menyewakan dengan
44
pihak penyewa. Penghentian karena kehendak para pihak ini bisa
dilakukan tanpa putusan dari pengadilan. Di atur di dalam pasal
1579 KUH Perdata yang menyatakan bahwa pemilik barang tidak
dapat menghentikan sewa dengan mengatakan bahwa is akan
mengunakan sendiri barangnya, kecuali apabila waktu membentuk
perjanjian sewa-menyewa ini diperbolehkan.
2) Putusan Pengadilan
Penghentian hubungan sewa-menyewa yang dikehendaki oleh salah
satu pihak saja, hanya dapat dilakukan dengan putusan pengadilan
seperti yang diatur di dalam pasal 10 ayat (3) PP No. 49 Tahun
1963 jo PP No.55 Tahun 1981.
3) Benda obyek sewa-menyewa musnah
Pasal 1553 KUH Perdata mengatur apabila benda sewaan musnah
sama sekali bukan karena kesalahan salah satu pihak, maka
perjanjian sewa-menyewa gugur demi hukum. Dengan demikian
perjanjian berakhir bukan karena kehendak para pihak melainkan
karena keadaan memaksa (Overmacht).
C. Komputer, Internet Dan Asas-Asas Transaksi Elektronik
1. Pengantar Untuk Pemahaman Computer
Komputer berasal dari bahasa latin computare yang berarti
menghitung. Karena luasnya ruang lingkup ilmu komputer, maka banyak
perbedaan pendapat dari para ahli dalam mendefmisikan termininologi
komputer, antara lain:
45
1) Hamacher: komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat
dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya
sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan
output berupa informasi.
2) Blissmer: komputer adalah suatu alat elektonik yang mampu melakukan
beberapa tugas sebagai berikut:
a) Menerima input
b) Memproses input tadi sesuai dengan programnya
c) Menyimpan perintah-perintah dan hasil dan pengolahan
d) Menyediakan output dalam bentuk informasi
3) Sedangan Fuori berpendapat: komputer adalah suatu pemroses data yang
dapat melakukan perhitungan besar secara cepat, termasuk perhitungan
aritmetika dan operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia.
Untuk mewujudkan konsepsi komputer sebagai pengolah data
menghasilkan suatu informasi, maka diperlukanlah yang namanya
computer-system atau sistem komputer terdiri dari elemen hardware,
software dan brainware. Ke-3 elemen sistem komputer tersebut hams saling
berhubungan dan membentuk satu kesatuan. Hardware tidak bisa berfungsi
tanpa software, demikian juga sebaliknya, dimana kedua elemen tadi juga
tidak tiada akan bermanfaat jika tidak ada manusia (brainware) yang
mengoperasikan dan mengendalikannya. Guna memberikan pemahaman
sederhana, maka penulis menyederhanakan ke-3 elemen computer diatas,
sebagai berikut:
46
a. Hardware (Perangkat Keras) yaitu peralatan computer dalam bentuk
apapun yang fisiknya bisa terlihat dan tersentuh manusia.
b. Software (Perangkat Lunak) yang berupa program yang berisi
instruksi/perintah untuk melakukan pengolahan data, program inilah
yang menjadikan sebuah hardware bisa berjalan atau berfungsi.
c. Brainware : yaitu manusia itu sendiri yang memiliki buah pikiran dan
satu-satunya mahluk yang mampu menginstruksikan, mengoperasikan
serta mengendalikan sistem komputer dimaksud sesuai kehendak dan
keinginannya.
2. Pengertian Internet
Internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung ke seluruh
dunia tanpa mengenal batas teritorial, hukum dan budaya. Secara fisik
dianalogikan sebagai jaring laba-laba (The Web) yang menyelimuti bola
dunia dan terdiri dari titik-titik (node) yang saling berhubungan. Node bisa
berupa komputer, jaringan lokal atau peralatan komunikasi, sedangkan garis
penghubung antar simpul disebut sebagai tulang punggung (backbone) yaitu
media komunikasi terestrial (kabel, serat optik, microwave, radio link)
maupun satelit. Node ini terdiri dari:
1) Pusat informasi dan database
2) Peralatan komputer dan
3) Perangkat interkoneksi jaringan serta
4) Peralatan yang dipakai pengguna (user) untuk mencari, menempatkan
dan atau bertukar informasi di Internet.
47
Menurut Lani Sidharta, walaupun secara fisik Internet adalah
interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum Internet hams
dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi Internet adalah informasi,
bahkan Internet bisa dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (mayadalam Bahasa Indonesia atau cyber / cybernetics dalam bahasa Inggris)
karena hampir seluruh aspek kehidupan yang ada dalam dunia nyata
terdapat pada Internet ini.
3. Sejarah Internet
Drew Heywood menerangkan mengenai sejarah internet, sebagai
berikut:
1) Sejarah Internet bermula pada akhir dekade 1960-an saat US Department
of Defense (DoD) memerlukan standar bam untuk komunikasi
Internetworking. Yaitu standar yang mampu menghubungkan segala
jenis komputer di DoD dengan komputer milik kontrakto r militer,
organisasi penelitian dan ilmiah di universitas. Jaringan ini hams kuat,
aman dan tahan kerusakan sehingga mampu beroperasi di dalam kondisi
minimum akibat bencana atau perang.
2) Tahun 1969 Advanced Research Project Agency (ARPA) dibentuk,
tugasnya untuk melakukan penelitian jaringan komputer mempergunakan
teknologi packet switching. Jaringan pertama dibangun menghubungkan
4 tempat yaitu: UCLA, UCSB, Utah dan SRI International.
3)Hingga tahun 1972 jaringan ini telah menghubungkan lebih dan 20 host
dan disebut sebagai ARPANet. ARPANet kemudian menjadi backbone
48
Internetworking institusi pendidikan, penelitian, industri dan kontraktor
terutama yang berkaitan denganjaringan militer (MILNet).
4) Tahun 1986 ARPANet mulai dikomersialkan dengan mengisolasikan
jaringan militer. National Science Foundation (NFS) kemudian
membiayai pembongkaran backbone ARPANet menjadi backbone
Internet komersial dan dikelola oleh Advanced Network Service (ANS).
Andrew S. Tanenbaum (1996): andil besar dalam perwujudan Internet
adalah tergabungnya jaringan regional seperti SPAN (jaringan fisika
energi tinggi), BITNET (jaringan mainframe IBM), EARN (jaringan
akademis Eropa dan digunakan pula di Eropa Timur) dan ditambah
dengan sejumlah link transatlantik yang beroperasi pada 64 Kbps - 2
Mbps pada tahun 1988. Menurut Khoe Yao Tung (1997), jaringan
pendukung Internet di seluruh dunia adalah:
a) Amerika didorong oleh NFS - ANSNet dan CO+RE (jaringan non
profit terbatas) yang bekerjasama dengan Commercial Internet
Exchange (CIX) serta Sprint (perusahaan telekomunikasi umum)
tahun 1990.
b) Pengesahaan RUU NREN (National Research and Education
Network) oleh Kongres Amerika pada Desember 1991. Ditambah 8
aliansi jaringan regional yang tergabung dalam The Corporation for
Regional an Enterprise Networking (CoREN) yaitu: BARRNet,
CICNet, MIDNet , EARNet, NorthWestNet, MYSERNet , SURANet
49
dan WestNet. CoREN bekerjasama dengan perusahaan
telekomunikasi komersial MCI.
c) Kanada dengan jaringan backbone nasional CA*Net
d) Australian Academic and Research Network (AARNET)
e) The Europe Backbone (EBONE) dan The European UNIX Network
(EUNet) dan RIPE organisasi jaringan e-mail Eropa
f) Jepang memiliki Widely Integrated Distributed Environtment
(WIDE), Today International Science Network (TISN), Japan
Academic Interuniversity Network (JAIN) dan Japan UNIX Network
(JUNET). Kebanyakan bekerjasama dengan jaringan telekomunikasi
komersial AT&T perwakilan Jepang yang disebut dengan SPIN.
g) Pelayanan lain yang bersifat internasional adalah InterCon
International KK (IIKK) dan Internet Initiative Japan (IIJ) yang
berasosiasi dengan WIDE untuk menyediakan jaringan Internet
dikawasan Asia, termasuk jaringan penelitian dan pendidikan untuk
kawasan Asia (disponsori oleh NEC, IIJ dan WIDE) yang disebut AI3
(Asia Internet Interconnection Initiative) yang mengembangkan
teknologi satelit komunikasi Ku Band
h) Belakangan muncul ABONE (Asia Backbone) yang didirikan oleh
konsorsium negara-negara di Asia seperti Jepang, Korea, Thailand,
Malaysia, Singapura, Indonesia dan Hongkong. Interkoneksi dunia
tersebut memakai jaringan seratoptik antar benua berkapasitas + 45
Mbps. (T3 +) danjaringan satelit telekomunikasi.
50
4. Asas-asas Hukum Dalam Transaksi Elektronika
Dalam Pasal 3 UU ITE disebutkan mengenai Asas dan Tujuan,
bahwa: "Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi".
Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 3 UU ITE diuraikan pengertian dan
masing-masing asas, sebagai berikut:
a.
Asas kepastian hukum berarti landasan hukum bagi pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika serta segala sesuatu
yang mendukung penyelenggaraannya yang merupakan pengakuan
hukum di dalam dan di luar pengadilan.
b. Asas manfaat berarti asas bagi pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronika diupayakan mendukung proses berinformasi
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c.Asas kehati-hatian berarti landasan bagi para pihak yang bersangkutan
hams memperhatikan segenap asp ek yang berpotensi mendatangkan
kerugian, baik bagi din sendirinya maupun bagi pihak lain dalam
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika.
d. Asas iktikad baik berate asas yang digunakan para pihak dalam
melakukan Transaksi Elektronika tidak bertujuan untuk secara sengaja
dan tanda hak atau melawan hukum mengakibatkan kerugian bagi pihak
lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut.
51
e. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi berarti asas
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika tidak
terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti
perkembangan pada masa yang akan datang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi
legisme positivisme yang berpendapat bahwa hukum identik dengan normanorma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat negara
yang berwenang. Selain itu konsepsi juga memandang hukum sebagai sistem
normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dan masyarakat.'
B. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau gejala dari
objek yang akan diteliti tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku
umum. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala —gejala lainnya dengan
membatasi permasalahan dan pendekatannya.36
C. Sumber Data
Data-data yang diperlukan dan dipakai dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder diperlukan dalam penelitian ini mengingat
pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Data
sekunder di bidang hukum dipandang dari sudut mengikat dapat dibedakan:
' Roni Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, Hal 13
36 Ibid, Hal 166
53
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, antara
lain:
a.
Surat perjanjian sewa menyewa aplikasi server pulsa isi ulang
elektronik antara CV. RAYA MEDIA dan AS TRONIK.
b.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya Buku III Bab I
sampai IV dan VII.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dan
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu:
a. Hasil karya ilmiah para sarjana
b. Hasil - hasil penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dengan mempelajari klausula-klausula dalam
surat perjanjian untuk mengetahui aspek perbuatan hukumnya, dan dengan
melakukan inventarisasi hukum dibidang hukum perjanjian.
E. Metode Penyajian Data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk uraian uraian yang disusun
secara sistematis disini maksudnya adalah keseluruhan data sekunder yang
diperoleh akan dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dengan pokok
permasalahan yang diteliti sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
F. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan di analisis secara kualitatif yang dilakukan
melalui proses reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap data sekunder berupa surat perjanjian
Sewa Menyewa Server Pulsa Isi Ulang Elektronik No. 023/AS
TRONIK/RM/V/2007. Selanjutnya akan disajikan berdasarkan unsur-unsur
perjanjiannya.
1. Subyek Perjanjian
1.1. CV. RAYA MEDIA, suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa "Isi Ulang Voucher Elektronik", beralaman di Jln. M. Panjaitan
247 Ruko Bethek Permai Kay. 9 Malang Jawa Timur, diwakili oleh
Wawan Sumantri selaku General Manager, yang selanjutnya disebut
sebagai pihak yang menyewakan.
1.2. Anas Izzudin selaku Pemilik AS Tronik, beralamat di Jl. Raya
Singosari Malang, yang selanjutnya disebut sebagai pihak penyewa.
2. Kesepakatan Bersama: Para pihak dalam berjanjian ini telah mencapai kata
sepakat untuk mengadakan perjanjian sewa menyewa sistem isi ulang
voucher elektronik, dengan ketentuan-ketentuan tersebut di bawah ini.
3. Obyek Perjanjian
3.1. Econos yaitu software yang disewakan untuk melakukan isi ulang
voucher elektronik
55
3.2. Deposit minimal Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan saldo
minimal mengendap Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan saldo
akan didebet secara otomatis pada saat penyewa melakukan transaksi EReload.
4. Hak dan Kewajiban CV. Raya Media:
4.1. Wajib menyerahkan software Econos dan berhak menarik uang sewa
per transaksi Rp. 50,- (lima puluh rupiah) untuk setiap transaksi dengan
status sukses.
4.2. Wajib memberikan 7 hari masa percobaan tanpa dikenakan uang sewa
berlaku mulai instalasi server.
4.3. Wajib menyediakan support TI (tidak termasuk support teknis hardware
dan infrastruktur pendukung) apabila terdapat kerusakan sistem
software e-conos.
4.4. Wajib menyediakan fasilitas pendukung yang terdiri dari:
a) Fasilitas Input-Output GSM-SMS, GSM-USSD, GSM-SAT,
CDMA-SMS, HOST2HOST SM2.
b) Fasilitas Administrasi.
4.5. Berhak mengenakan biaya tambahan penggunaan fasilitas tambahan
yang tidak disebutkan dalam surat perjanjian, seperti: WEB
REPORTING, HOSTING dan lain-lain sesuai permintaan penyewa.
4.6. Wajib melaksanakan isi perjanjian dan mematuhi ketentuan hukum
yang berlaku dalam melaksanakan perjanjian ini.
56
4.7. Wajib membayar ganti rugi apabila terjadi kesalahan pemrograman
yang mengakibatkan kerugian bagi penyewa, kecuali kesalahan yang
diakibatkan oleh kerusakan alat (aus).
5. Hak dan Kewajiban AS. TRONIK
5.1. Wajib menyediakan koneksi internet guna terlaksananya transaksi EReload.
5.2. Wajib menyediakan sistem operasi computer dan aplikasi pendukung econos, yang terdiri dari:
a) 1 buah PC Server dengan spec: Proc = P4, Memory 512 M,
Connector USB 4 buah, HDD 80 GB, dan OS Windows 2000/XP.
b) 3 buah kabel data HP.
c) 2 buah HP untuk sms center (penerima) dan sms sender (pengirim).
d) 1 buah HP untuk koneksi internet (Gprs).
5.3. Wajib menyediakan hardware (PC) dan peralatan pendukung lainnya.
5.4. Berhak atas fasilitas-fasilitas pendukung untuk transaksi e-conos.
5.5. Wajib menbayar biaya akomodasi dengan ketentuan:
a) Jam kerja TI: Senin — Jumat
Sabtu
Jam 09.00 - 17.00
Jam 09.00—14.00
Minggu dan Hari Besar Libur
b) Diluarjam kerja akan dikenakan charge yang besarnya Rp. 20.000,per jam.
c) Jangkauan: 0—15km
Free Of Charge (Gratis)
57
> 15 km
akan dikenakan charge tambahan
per km = Rp. 2.500,- dihitung
sekali jalan bila server dikirim ke
CV Raya Media.
6. Informasi Rahasia:
6.1. Segala informasi, keterangan dan/data milik masing-masing pihak,
termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi yang berkaitan dengan
kegiatan usaha, produk, keuangan, strategi perusahaan, strategi
pemasaran, hak atas kekayaan intelektual, data pelanggan, isi dan
pelaksanaan perjanjian ini, baik yang disampaikan oleh salah satu pihak
kepada pihak lainnya secara tertulis, lisan, elektronik, melalui disket,
compact disc dan/atau bentuk lainnya adalah bersifat rahasia dan
disebut informasi rahasia.
6.2. Salah satu pihak dilarang untuk meng -copy, menyebarkan,
membocorkan dan/ atau memberitahukan informasi rahasia kepada
pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari pihak yang memiliki
informasi rahasia tersebut, kecuali:
a) Deberikan kepada pihak ketiga atas perintah pengadilan atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Informasi rahasia tersebut sudah diketahui oleh masyarakat umum,
sebelum diserahkannya informasi rahasia tersebut dari satu pihak
kepada pihak lainnya.
58
c) Informasi rahasia tersebut sudah diketahui oleh pihak ketiga dari
pihak selain salah satu pihak dalam perjanjian ini.
6.3. Informasi rahasia hanya dapat diberikan kepada karyawan ataupun
pejabat yang berdasarkan jabatan dan profesinya perlu mengetahui
informasi rahasia tersebut, dengan ketentuan bahwa karyawan maupun
pejabat tersebut hams terikat pada kewajiban untuk menjaga
kerahasiaan informasi.
6.4. Ketentuan ini tetap berlaku dan mengikat para pihak meskipun
perjanjian ini telah berakhir dan/ atau dibatalkan.
7. Kesalahan Pengisian Ulang Pulsa
Dalam hal pada saat transaksi E-Reload terjadi kesalahan pengisian ulang
pulsa, baik kesalahan pada nomor ponsel yang diinput maupun kesalahan
denominasi voucher yang diinput, baik kesalahan yang dilakukan oleh
pelanggan maupun penyewa, maka penyewa tidak berhak meminta
pengkreditan kembali dari saldo penyewa yang telah didebet akibat
kesalahan tersebut. Penyewa bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
akibat yang ditimbulkan dari kesalahan tersebut dan tidak akan mengajukan
tuntutan, gugatan, ganti rugi dan/atau klaim dalam bentuk apapun dan
dengan cara apapun kepada CV. Raya Media.
8. Jangka Waktu Perjanjian
8.1. Perjanjian ini berlaku efektif selama 1 (satu) tahun, dimulai pada
tanggal 22 Mei 2007 sampai dengan 21 Mei 2008.
59
8.2. Perjanjian ini dapat diperpanjang atas persetujuan para pihak, yang
diwujudkan dalam perjanjian tersendiri
8.3. Apabila perjanjian tidak diperpanjang, maka segala bentuk data, baik
data konsumen maupun data transaksi menjadi milik penyewa,
sedangkan CV. Raya Media akan menghapus e-conos dari computer
penyewa.
8.4. Migrasi data ke sistem yang barn akan dikenakan biaya yang besarnya
disepakati kemudian.
9. Force Majeure:
9.1. Yang dimaksud dengan force majeure dalam perjanjian ini adalah
kejadian-kejadian di luar kekuasaan para pihak yang mengakibatkan
terhentinya atau tertundanya pelaksanaan perjanjian ini, seperti dan
tidak terbatas pada: bencana alam, wabah penyakit, peraturan dan/atau
larangan pemerintah yang tidak dapat dituntut.
9.2. Setiap terjadinya force majeure hams diberitahukan secara tertulis oleh
pihak yang mengalami force majeure kepada pihak lainnya, paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah kejadian tersebut, begitu
puyla saat berakhirnya.
9.3. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu pihak sebagai
akibat terjadinya force majeure bukan merupakan tanggung jawab pihak
yang lain.
60
B. Pembahasan
Guna menjawab perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini,
maka dilakukan pembahasan yang terdiri dari pembahasan umum, dan
pembahasan khusus yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.
Sedangkan aturan hukum yang digunakan untuk melakukan pembahasan
adalah ketentuan mengenai hukum perjanjian yang terdapat dalam KUH
Perdata sebagai aturan hukum umum (lex generale), dan juga asas-asas hukum
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagai aturan hukum khusus (lex specialist).
1. Pembahasan Umum
Hubungan hukum sewa menyewa sudah menjadi hubungan yang banyak
dilakukan oleh anggota masyarakat untuk menjembatani kebutuhan hidupnya;
disatu pihak adanya orang yang membutuhkan pemakaian atas suatu barang
yang bukan miliknya sendiri, dan di pihak lain adanya orang yang
membutuhkan dana. Bagi penyewa mendapatkan keuntungan berupa
terpenuhinya kebutuhan akan suatu barang tanpa hams menjadi pemilik
barang, khususnya yang hanya membutuhkan suatu barang yang sifatnya untuk
sementara waktu. Sedangkan bagi pihak yang menyewakan juga mendapatkan
keuntungan berupa mendapatkan dana (uang) tanpa hams melepaskan barang
yang telah menjadi miliknya
Barang-barang yang menjadi obyek sewa pada mulanya adalah barangbarang berwujud, baik berupa tanah, rumah atau barang-barang kebutuhan
hidup lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan
61
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan juga perkembangan ilmu
hukum itu sendiri, maka barang-barang tak berwujudpun dapat menjadi obyek
perjanjian, termasuk perjanjian sewa menyewa; seperti halnya sarana atau
fasilitas server untuk koneksitas internet dewasa ini sudah menjadi komoditi
yang sangat dibutuhkan oleh anggota masyarakat. Hal ini sebagai efek positif
dari era globalisasi di segala bidang kehidupan, akibat kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi dan arus informasi yang tanpa batas ruang
dan waktu.
Era globalisasi telah menjadikan komunikasi dan arus informasi dapat
diterima maupun dikirimkan secara langsung, cepat, murah, dan aman.
Berbagai teknologi dikembangkan untuk memberikan kemudahan, kecepatan,
ketepatan, untuk melakukan komunikasi dua arah. Kalau pada mulanya hanya
melalui media pengiriman suara (telepon) atau tulisan (telegraf), maka
sekarang dapat dilakukan melalui pengiriman teks lengkap (SMS), suara dan
gambar (chatting), webcam dan lain sebagainya.
Adapun sistem kerja server isi ulang pulsa elektronik adalah sebagai
berikut:
1. Perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi isi ulang pulsa
elektronik adalah:
62
2. Pihak-pihak terkait dalam bekerjanya server isi ulang pulsa elektronik
OPERA mit
SELLULAR
DE_A_LLR
SUB DEALER
T
KONTER
I
63
3. Sistem kerja server isi ulang pulsa elektronik
Penjelasan:

Anda mempunyai usaha jual beli pulsa elektrik. Anda membeli pulsa
elektrik dan distributor dalam bentuk chip Mhos, Mtronik, Simpati
Autorefill, Dompet Pulsa atau dari pengusaha isi pulsa / sub distributor
lewat SMS dan kemudian anda mengecerkannya kembali ke toko -toko Hp/
pengecer pulsa elektrik.

Toko/ pengecer pulsa elektrik itu menaruh deposit sebelum memulai
transaksi. Dalam pemesanannya toko/ pengecer pulsa elektik itu
mengirimkan pulsa SMS dalam format tertentu dan Anda memprosesnya
secara manual.

Karena proses manual tersebut mengandalkan tenaga manusia yang rentan
terhadap kekeliruan maka anda membutuhkan software yang berfungsi
menggantikan operator sehingga fungsi menerima sms mencatat transaksi
64
mengirimkan pesanan, membuat laporan bisa ditangani oleh software
tersebut.
Keterangan:
1. Konsumen membeli voucher ke outlet/ downl ine Anda
2. Outlet/ downline melakukan transaksi via sms ke server pulsa
3. Request transaksi akan diteruskan oleh server pulsa ke supplier/ vendor
bersangkutan
4. Supplier memberitahukan status berhasil atau gagalnya transaksi
5. Supplier akan mengisikan pulsa ke nomor konsumen
6. Server pulsa akan memberitahukan status transaksi ke outlet/ downline
anda.
Catatan:
Semua transaksi downline/ outlet yang telah terdaftar di server akan diproses
jika saldo mereka mencukupi untuk melakukan transaksi tersebut.
2. Hubungan hukum yang timbul dalam hubungan hukum sewa menyewa
antara CV. Raya Media dengan PT. AS TRONIK.
Hubungan hukum (rechtbetrekking) adalah hubungan antara subyek
hukum dengan subyek hukum atau antara subyek hukum dengan obyek hukum
yang menimbulkan akibat hukum. Hubungan hukum pada dasarnya merupakan
akibat dari suatu peristiwa hukum (rechtsfeit) yang dapat disebut sebagai
sebab, jadi merupakan hubungan sebab akibat. Berdasarkan timbulnya suatu
peristiwa hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu peristiwa hukum sebagai
65
akibat dari perbuatan manusia atau peristiwa hukum yang bukan akibat dari
perbuatan manusia. Peristiwa hukum sebagai akibat dari perbuatan manusia
juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan perbuatan menurut
hukum dan perbuatan melawan hukum. Salah satu peristiwa hukum yang
timbul karena perbuatan manusia dan merupakan perbuatan menurut hukum
adalah perjanjian.
Perjanjian dilihat dari kata dasarnya "janji", yang berarti perbuatan
berupa "mebebankan kewajiban bagi dirinya sendiri", sehingga orang yang
berjanji berarti membebankan kewajiban bagi dirinya sendiri, sehingga is
menjadi terikat dengan janjinya sendiri. Perjanjian selalu merupakan perbuatan
hukum dua pihak, sehingga dalam suatu perjanjian selalu terdapat satu pihak
yang berjanji dan pihak lain sebagai lawan janjinya. Hubungan hukum yang
timbul dari suatu perjanjian dinamakan perikatan. Oleh karena itu perjanjian
merupakan sumber perikatan, di samping sumber yang lain yaitu undangundang. Perjanjian melahirkan perikatan, atau sebaliknya perikatan merupakan
akibat atau isi perjanjian. Pembahasan mengenai hubungan hukum dalam suatu
perjanjian, tidak lain membahas perikatan-perikatan yang timbul dari
perjanjian tersebut, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur, yaitu:
unsur essensialia, naturalia dan accidentalia.
Perikatan pada dasamya adalah hubungan antara dua pihak dalam
lapangan hukum kekayaan, dimana pada pihak yang satu mempunyai
kewajiban untuk beiprestasi; dan pada pihak lain mempunyai hak untuk
menuntut pemenuhan prestasi. Pihak yang wajib beiprestasi dinamakan debitur
66
dan pihak yang berhak menuntut pemenuhan prestasi dinamakan kreditur.
Berdasarkan isi perikatannya perjanjian dapat dibedakan menjadi perjanjian
sepihak dan perjanjian timbal balik, dikatakan perjanjian sepihak apabila
perjanjian itu hanya melahirkan kewajiban pada pihak yang satu dan hak pada
pihak lainnya; dan dikatakan perjanjian timbal balik apabila perjanjian itu
melahirkan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak. Salah satu contoh
perjanjian timbal balik adalah perjanjian sewa menyewa. Selanjutnya akan
dibahas ketiga unsur perjanjian sewa menyewa dan dihubungkan dengan data
hasil penelitian.
a. Unsur essensialia
Unsur essensialia adalah unsur pokok yang hams ada dalam suatu
perjanjian dan merupakan ciri yang membedakan antara perjanjian yang
satu dengan perjanjian yang lain. Untuk mengetahui unsur essensialia dari
perjanjian sewa menyewa dengan mendasarkan pengertian perjanjian sewa
menyewa dalam Pasal 1548 KUH Perdata, yaitu: "suatu perjanjian, dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak
yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu
dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan
itudisanggupi pembayarannya".
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam perjanjian
sewa menyewa melahirkan hubungan perikatan yang terdiri dari :
1) Pihak yang satu (yang menyewakan) wajib menyerahkan hak untuk
menikmati kemanfaatan suatu barang;
67
2) Dan pihak lain (penyewa) wajib membayar harga sewa.
Ke dua perikatan di atas merupakan perikatan pokok atau merupakan
unsur essensialia dalam perjanjian sewa menyewa yaitu adanya barang dan
harga. Barang yang dimaksud diserahkan kepada si penyewa untuk
dinikmati kegunaannya, atau mengambil manfaat dari kegunaan barang itu.
Hal inilah yang membedakan antara perjanjian sewa menyewa dengan
perjanjian jual beli, penyerahan barang dalam perjanjian sewa menyewa
hanya untuk diambil manfaatnya, sedangkan dalam jual beli penyerahan
barang untuk mengalihkan hak milik Selanjutnya adalah adanya
pembayaran harga sewa, penyewa wajib membayar harga sewa dan pihak
yang menyewakan berhak menerima harga sewa.
Apabila dihubungkan dengan data hasil penelitian nomor 3 tentang
obyek perjanjian, dan data 4 tentang hak dan kewajiban CV. Raya Media,
dapat diketahui unsur essensialianya yaitu data nomor 3.1 tentang barang
berupa software e-conos, dan data 3.2 tentang harga sewa berupa
pembayaran deposit minimal sebesar Rp. 5.000.000,-. Dapat
dideskruipsikan bahwa CV. Raya Media selaku pihak yang menyewakan
mempunyai hak dan kewajiban pokok berupa:
1) Menyerahkan software econos (data 3) berserta fasilitas pendukungnya
(data 4.4) yang terdiri dari:
a) Fasilitas Input-Output GSM-SMS, GSM-USSD, GSM-SAT, CDMASMS, HOST2HOST SM2. dan
b) Fasilitas Administrasi.
68
2) Berhak menarik harga sewa sebesar Rp. 50,- pertransaksi dengan ststus
sukses. (data 4.1).
Kewajiban penyerahan barang sewa tersebut di atas, melekat kewajiban lain
berdasarkan sifat perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1550
KUH Perdata, yaitu hams memelihara barang yang disewa sedemikian rupa
sehingga dapat dipakai sesuai dengan fungsinya dan juga hams menjamin
pemakaian barang secara aman selama berlangsungnya sewa.
Selanjutnya berdasarkan data 3.1 tentang obyek penelitian, dan data 5
tentang hak dan kewajiban AS. TRONIK, maka dapat dideskripsikan
bahwa AS. TRONIK selaku pihak penyewa mempunyai hak dan kewajiban
pokok berupa:
1) Berhak menerima penyerahan software econos beserta fasilitas
pendukung untukjalannya software tersebut.
2) Wajib menyediakan koneksi internet, dan fasilitas pendukung software econos yang terdiri dari:
a) Sistem operasi computer dan aplikasi pendukung e-conos, yang terdiri
dari: a) 1 buah PC Server dengan spec: Proc = P4, Memory 512 M,
Connector USB 4 buah, HDD 80 GB, dan OS Windows 2000/XP, b) 3
buah kabel data HP, c) 2 buah HP untuk sms center (penerima) dan
sms sender (pengirim), d) 1 buah HP untuk koneksi internet (Gprs).
b) Wajib menyediakan hardware (PC) dan peralatan pendukung lainnya.
3) Wajib membayar harga sewa berupa pembayaran deposit mini mal
sebesar Rp. 5.000.000,- dengan saldo mengendap minimal Rp. 500.000, -
69
Berdasarkan uraian mengenai hak dan kewajiban penyewa, maka
pelaksanaan hak-hak penyewa hanya dapat dilakukan apabila penyewa telah
melaksanakan semua kewajibannya sendiri berupa menyediakan semua
perangkat pendukung untuk berjalannya software econos, serta telah
membayar deposit minimal Rp. 5.000.000,- dengan saldo mengendap
minimal Rp. 500.000,-. Apabila kewajiban-kewajiban di atas tidak
terpenuhi, maka secara otomatis program software econos tidak dapat
difungsikan, sehingga penyewa juga tidak dapat menggunakan hak-haknya.
Pelaksanaan kewajiban penyewa tersebut di atas tunduk pada ketentuan
Pasal 1560 KUH Perdata yang mengatur mengenai dua kewajiban utama
seorang penyewa, yaitu: memakai barang yang disewa dengan sebaikbaiknya sesuai dengan tujuan atau fungsinya serta membayar harga sewa
padawaktuyangtelahditentukan.
b. Unsur naturalia
Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang berasal dari ketentuan
undang-undang yang bersifat hukum pelengkap (regelendrecht/
aanvullendrecht), aturan tersebut sepanjang tidak diperjanjikan lain oleh
para pihak, berlaku dan mengikat dalam perjanjian. Selanjutnya akan
dibahas mengenai hak dan kewajiban pihak yang menyewakan dan penyewa
yang termasuk dalam unsur naturalia.
1) Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan
Dalam Pasal 1551 KUH Perdata disebutkan bahwa pihak yang
menyewakan wajib menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaan
70
baik , dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap barang sewa, kecuali
terhadap perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa. Dalam Pasal 1552
KUH Perdata disebutkan bahwa pihak yang menyewakan wajib
menanggung adanya cacat tersembunyi, yang mengakibatkan
berkurangnya atau tidak berfungsinya barang sewa, dan menanggung
kerugian apabila akibat adanya cacat tersebut menimbulkan kerugian
pada pihak penyewa. Dalam Pasal 1553 KUH Perdata disebutkan bahwa
perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum apabila barang sewa
musnah karena keadaan yang tidak disengaja; dan apabila musnahnya
hanya sebagian, si penyewa dapat memilih untuk meminta pengurangan
harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian. Dalam Pasal 1554
KUH Perdata disebutkan bahwa selama waktu sewa, pihak yang
menyewakan dilarang mengubah wujud maupun tataan barang yang
disewakan. Dalam Pasal 1555 KUH Perdata disebutkan bahwa jika
selama waktu sewa harus dilakukan pembetulan/ perbaikan yang tidak
dapat ditunda sampai selesainya waktu sewa, maka penyewa harus
menerima keadaan itu dengan segala resikonya, kecuali apabila
perbaikan itu berlangsung lebih dari empat puluh hari, maka si penyewa
dapat menuntut pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan
sewa.
Berdasarkan uraian di atas dengan dihubungkan pada data hasil
penelitian, dimana para pihak tidak mengecualikan berlakunya
ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal yang mengatur tentang hak dan
71
kewajiban, maka unsur naturalia berupa hak dan kewajiban pihak yang
menyewakan adalah:
a) Menyerahkan barang berupa software econos dalam keadaan baik
sesuai dengan fungsinya;
b) Melakukan perbaikan-perbaikan barang berupa software e-conos
sehingga dapat berfungsi sebagai server pulsa isi ulang elektronik;
c) Menanggung cacat tersembunyi terhadap software econos dan
perangkat pendukungnya dan membayar kerugian yang
ditimbulkannya;
d) Tidak melakukan perubahan sistem dan fungsi software e -conos.
2) Hak dan kewajiban penyewa
Dalam Pasal 1553 KUH Perdata disebutkan bahwa jika barang
sewa musnah sebagia maka penyewa berhak menuntut pengurangan
harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian. D alam Pasal 1555
KUH Perdata disebutkan bahwa penyewa berhak menuntutpengurangan
harga sewa atau pembatalan sewa, apabila terhadap barang sewa
dilakukan perbaikan selama lebih dari empat puluh hari. Dalam Pasal
1559 ditentukan bahwa penyewa dilarang melakukan sewa ulang tanpa
ijin pihak yang menyewakan. Dalam Pasal 1564 KUH Perdata
disebutkan bahwa penyewa bertanggung jawab terhadap kerusakan yang
terjadi pada barang yang disewa selama waktu sewa.
72
Berdasarkan uraian di atas apabila dihubungkan dengan data hasil
penelitian, dapat diketahui bahwa unsur naturalia berupa hak dan
kewajiban penyewa adalah:
a) Berhak menuntut pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan
perjanjian sewa apabila software e-conos dan perangkat
pendukungnya mengalami perbaikan selama lebih dari empat puluh
hari;
b) Dilarang melakukan sewa ulang terhadap software e-conos tanpa ijin
dari CV. Raya Media;
c) Bertanggung jawab bertahap kerusakan yang terjadi pada software econos yang ada pada perangkat computer penyewa yang terjadi akibat
kesalahan operasional yang dilakukan oleh penyewa.
c. Unsur accidentalia
Unsur accidentalia adalah unsur-unsur perjanjian yang bukan unsur
essensialia dan bukan unsur naturalia, yang dibuat oleh para pihak dalam
perjanjian. Selanjutnya akan dibahas mengenai hak dan kewajiban pihak
yang menyewakan dan pihak penyewa dan hak-hal lain yang termasuk
dalam unsur accidentalia.
1) Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan
Berdasarkan data 4.2 dapat dideskripsikan bahwa pihak yang
menyewakan wajib memberikan 7 hari masa percobaan tanpa dikenakan
uang sewa berlaku mulai instalasi server, dan berdasarkan data 4.3 dapat
dideskripsikan bahwa pihak yang menyewakan wajib menyediakan
73
support TI (tidak termasuk support teknis hardware dan infrastruktur
pendukung) apabila terdapat kerusakan sistem software e-conos,
berdasarkan data 4.6 dapat dideskripsikan bahwa apabila setelah 15 hari
setelah instalasi tidak ada aktifitas server, maka pihak yang menyewakan
berhak menarik software econos dari computer penyewa dan selanjutnya
berdasar data 4.7 dapat dideskripsikan bahwa pihak yang menyewakan
wajib membayar ganti rugi apabila terjadi kesalahan pemrograman yang
mengakibatkan kerugian bagi penyewa, kecuali kesalahan yang
diakibatkan oleh kerusakan alat (aus). Oleh karena itu dapat disebutkan
bahwa hak dan kewajiban CV Raya Media yang merupakan unsur
naturalia adalah:
a) Memberikan masa percobaan selama 7 hari kerja secara cuma-cuma.
b) Menyediakan pengganti sistem software apabila terjadi kerusakan
pada software e-conos.
c) Berhak menarik software e-conos dari computer penyewa apabila
setelah 15 hari instalasi tidak ada aktifitas server.
d) Membayar kerugian pada penyewa apabila terjadi kerugian akibat
kesalahan pemrograman software e-conos.
2) Hak dan kewajiban penyewa
Berdasarkan data 6 tentang data kerahasiaan perusahaan dan data 7
tentang kesalahan dalam pengisian ulang pulsa dapat dideskripsikan
bahwa para pihak hams menjaga kerahasiaan perusahaan pihak lain dan
penyewa hams menanggung sendiri kerugian yang timbul akibat adanya
74
kesalahan pengisian ulang pulsa, maka dapat diketahui bahwa hak dan
kewajiban penyewa yang merupakan unsur accidentalia adalah:
a) Menjaga kerahasiaan informasi rahasia berupa sistem software e conos.
b) Menanggung kerugian akibat kesalahan pengisian isi ulang pulsa.
Perbuatan hukum yang dijadikan obyek penelitian berupa sewa menyewa
server pulsa isi ulang adalah perbuatan hukum yang dilakukan melalui
koneksitas internet, sehingga termasuk pula dalam pengaturan hukum
dalam UU ITE 11/2008 yang salah satunya mengatur tentang asas kehati hatian. Dalam penjelasan Pasal 3 UU ITE dijelaskan tentang asas kehatihatian yaitu: "Asas kehati-hatian berarti landasan bagi para pihak yang
bersangkutan hams memperhatikan segenap aspek yang berpotensi
mendatangkan kerugian, baik bagi diri sendirinya maupun bagi pihak lain
dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika."
Dalam transaksi elektronika dituntut adanya ketelitian, kecermatan,
keahlian di bidang operasional computer, karena segala sesuatu sudah
diprogram secara otomatis. Kesalahan kecil dalam operasional computer
akan berakibat luas terhadap hasil keluarannya. Begitu pula dalam
pengisian pulsa isi ulang juga dituntut untuk melakukan transaksi secara
tepat dan benar, baik menyangkut nomor dan nominal pulsanya. Oleh
karena itu pembuat kesalahan hams menanggung kerugian akibat dari
kesalahannya sendiri.
75
3. Akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau
terjadi keadaan memaksa (force majeure).
a. Dalam hal terjadi wanprestasi
Wanprestasi adalah peristiwa dimana debitur tidak melakukan
kewajiban prestasi sebagaimana mestinya, yang dapat berupa: tidak
berprestasi sama sekali, keliru dalam berprestasi atau terlambat berprestasi;
dan semuanya itu dapat dipersalahkan kepada debitur. Akibat adanya
wanprestasi, maka kreditur dapat menuntut berupa: pemenuhan perjanjian,
pemenuhan perjanjian dengan disertai ganti rugi, ganti rugi saja, pembatalan
perjanjian dan pembatalan perjanjian dengan disertai ganti rugi.
Kewajiban prestasi dalam penelitian ini adalah berupa prestasi untuk
memberikan sesuatu, pada pihak yang menyewakan (CV. Raya Media)
berkewajiban memberikan software e-conos untuk keperluan pengisian
pulsa isi ulang elektronik berserta perangkat pendukungnya, dan pihak lain
berkewajiban membayar harga sewa berupa pembayaran deposit minimal
Rp. 5.000.000,-. Oleh karena itu dikatakan telah terjadi wanprestasi dalam
penelitian ini adalah apabila salah satu pihak tidak melakukan prestasi sama
sekali atau terlambat dalam melakukan prestasi. Apabila dihubungkan
dengan hasil penelitian, wanprestasinya pihak yang menyewakan adalah
tidak memberikan software e-conos atau terlambat memberikan, sedangkan
wanprestasinya pihak penyewa adalah tidak membayar harga sewa berupa
pembayaran deposit atau terlambat membayar harga sewa.
76
Akibat hukum apabila debitur melakukan wanprestasi, kreditur dapat
memilihsalah satu tuntutan, yaitu: hanya menuntut pemenuhan prestasi saja,
menuntut pemenuhan prestasi dengan disertai pembayaran ganti rugi,
menuntut ganti rugi saja, menuntut pembatalan perjanjian ataupun menuntut
pembatalan perjanjian dengan disertai pembayaran ganti rugi.
b. Dalam hal terjadi keadaan memaksa (overmacht atau force majeure)
Keadaan memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan atau kejadian
yang tak dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang
debitur untuk melakukan prestasinya sebelum is lalai dan keadaan mana
tidak dapat dipersalahkan kepadanya. Dari batasan tersebut dapat diketahui
adanya bebarapa unsur dari keadaan memaksa yaitu: hal tidak dapat diduga
sebelumnya, diluar kesalahan debitur, menghalangi debitur untuk
berprestasi, dan debitur belum lalai.
Dalam Pasal 1245 KUH Perdata ditentukan bahwa debitur tidak
diwajibkan membayar ganti kerugian apabila tidak berprestasi atau
terlambat berprestasinya debitur adalah karena adanya faktor keadaan
memaksa (overmacht atau force majeure). Dengan kata lain bahwa keadaan
memaksa merupakan alasan yang menghapus kewajiban debitur untuk
membayar ganti kerugian.
Apabila dihubungkan dengan data 9, dalam surat perjanjian sewa
menyewa disepakati tentang kemungkinan terjadinya keadaan memaksa
(overmacht atau force majeure). Telah diberikan pengertian keadaan
memaksa yaitu semua kejadian di luar kekuasaan atau kesalahan debitur
77
yang mengakibatkan terhenti atau tertundanya pelaksanaan perjanjian,
seperti dan tidak terbatas pada: bencana alam, wabah penyakit, peraturan
dan/atau larangan pemerintah yang tidak dapat dituntut.
Bekerjanya semua peralatan pendukung untuk kegiatan pengisian
ulang pulsa elektronik, membutuhkan banyak faktor, baik faktor teknis
maupun faktor non teknis. Faktor teknis seperti: tersedianya arus listrik yang
mencukupi, beroperasinya semua perangkat untuk koneksitas interne dan
sebagainya; sedangkan faktor non teknis dapat berupa keamanan, kondisi
alam atau cuaca maupun kebijakan pemerintah melalui peraturan
perundang-undangan. Semua itu dapat berpotensi menjadi terhalangnya
pelaksanaan perjanjian.
Pembahasan mengenai keadaan memaksa selalu terkait dengan
pembahasan mengenai risiko. Yang dimaksud dengan risiko adalah suatu
kewajiban untuk menanggung kerugian sebagai akibat dari adanya suatu
peristiwa atau kejadian yang menimpa obyek perjanjian dan bukan karena
kesalahan dari salah satu pihak.37 Pengaturan mengenai risiko dalam KUH
Perdata dibedakan antara risiko dalam perjanjian sepihak dan risiko dalam
perjanjian timbal baik. Pada prinsipnya berdasarkan Pasal 1237 KUH
Perdata bahwa risiko dalam perjanjian sepihak ditanggung oleh kreditur;
sedangkan berdasarkan Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata, risiko dalam
perjanjian timbal balik ditanggung oleh debitur.
37
A. Qirom Syamsudin Meiala, op.cit, hlm. 49.
78
Apabila dihubungkan dengan data 9.3 dimana disebutkan bahwa
semua kerugian yang diderita oleh salah satu pihak sebagai akibat terjadinya
keadaan memaksa (overmacht atau force majeure) bukan menjadi tanggung
jawab pihak yang lainnya. Artinya, apabila masing-masing pihak tidak dapat
pihak berprestasi karena keadaan memaksa, tidak dapat dituntut membayar
kerugian yang diderita oleh pihak lawan janjinya. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata yang mengajarkan bahwa risiko
dalam perjanjian timbal balik ditanggung oleh dibitur.
BABV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat ditaruik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hubungan hukum yang timbul dalam perjanjian sewa menyewa aplikasi
server pulsa isi ulang elektronik antara CV. Raya Media dan AS Tronik
yang terdiri dan unsur essensialia, unsur naturalia dan unsur accidentalia
adalah:
a. Unsur Essensialia:
1) Penyerahan kenikmatan barang dalam hal ini berupa software e conos (data 3) berikut fasilitas pendukungnya (data 4.4) yang terdiri
dari: a) Fasilitas Input-Output GSM-SMS, GSM-USSD, GSM-SAT,
CDMA-SMS, HOST2HOST SM2. dan b) Fasilitas Administrasi.
2) Uang pembayaran harga sewa yakni, pembayaran deposit minimal
sebesar Rp. 5.000.000,- dengan saldo mengendap minimal Rp.
500.000,-.
b. Unsur Naturalia:
1) Penyerahan barang berupa software e -conos dalam keadaan baik
sesuai dengan fungsinya, melakukan perbaikan -perbaikan barang
berupa software e-conos sehingga dapat berfungsi sebagai server
pulsa isi ulang elektronik, menanggung cacat tersembunyi
80
terhadap software e-conos dan perangkat pendukungnya dan
membayar kerugian yang ditimbulkannya, dan tidak melakukan
perubahan sistem dan fungsi software e-conos.
2) Pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian sewa
apabila software e-conos dan perangkat pendukungnya mengalami
perbaikan selama lebih dari empat puluh hari, dilarang melakukan
sewa ulang terhadap software e-conos tanpa ijin dari CV. Raya
Media, bertanggung jawab bertahap kerusakan yang terjadi pada
software e-conos yang ada pada perangkat komputer penyewa yang
terjadi akibat kesalahan operasional yang dilakukan oleh penyewa.
c.Unsur Accidentalia:
Pemberian masa percobaan bagi AS Tronik untuk mengoperasikan
sistem e-conos selama tujuh hari, dan pembebanan pada AS Tronik untuk
menjaga kerahasiaan informasi terkait sistem e-conos.
2. Akibat hukum apabila terjadi wanprestasi atau keadaan memaksa
(overmacht atau force majeure) adalah:
Akibat hukum apabila debitur melakukan wanprestasi, kreditur dapat
memilih salah satu tuntutan, yaitu: hanya menuntut pemenuhan prestasi
saja, menuntut pemenuhan prestasi dengan disertai pembayaran ganti rugi,
menuntut ganti rugi saja, menuntut pembatalan perjanjian ataupun
menuntut pembatalan perjanjian dengan disertai pembayaran ganti rugi
Sedangkan akibat hukum terjadinya kerugian karena keadaan memaksa
(overmacht atau force majeure) adalah ditanggung oleh masing-masing
81
pihak atau ditanggung oleh debitur, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal
1444 ayat (1) KUH Perdata.
B. Saran
Suatu yang sangat penting dan merupakan salah satu ciri khas dalam
setiap transaksi elektronik adalah tentang kewajiban menjaga rahasia sistem,
akan tetapi hal ini justru tidak diatur dalam perjanjian; oleh karena itu berlaku
ketentuan dalam Bab W Buku III KUH Perdata.
DAFTAR PUSTAKA
A. Qirom Syamsudin Meliala, 1985, Pokok-pokokHukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta.
Gauzali Aaydan, 2005, Teknologi Telekomunikasi Perkembangan dan Aplikasi,
CV. Alfabeta, Bandung.
J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku
Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung.
........... , 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku I,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Purwakhid Patrik, 1982. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian,
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.
Roni Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak innominaat di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
Subekti, 1983, Hukum Perjanjian, PT. Internusa, Jakarta.
........... , 1995, Aneka Perjanjian, cetakan ke sepuluh, CV. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,
Yogyakarta.
Wiryono Proj odikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan
Tertentu, Sumur Bandung, Bandung.
Download