TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK SKRIPSI Oleh: WAHYU WIDHI ATMOKO E1A005028 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK SKRIPSI Disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh: WAHYU WIDHI ATMOKO E1A005028 KEMENTERIAN PENDIDIICAN DAN ICEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012 Lembar Pengesahan Skripsi TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK Disusun Oleh: WAHYU WIDHI ATMOKO E1A005028 Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Diterima dan disahkan pada tanggal Agustus 2012 Pembimbing I Pembimbing II Penguji Budiman Setyo H., S.H., M.H. NIP. 1963906201989011001 Nur Wakhid, S.H., M.H. NIP. 196212251989031003 Edi Waluyo, S.H., M.H. NIP. 195812221988101001 Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. NIP. 195206031980032001 SURAT PERNYATAN Dengan ini saya, Nama : WAHYU WIDHI ATMOKO NIM : E1A005028 Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang lain. Dan apabila terbukti ternyata saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas. Purwokerto, Agustus 2012 Wahyu Widhi Atmoko El A005028 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan sendiri namun berkat bimbingan, arahan, bantuan, masukan, dan dukungan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak, hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. selaku dosen pembimbing akademik. 2. Bapak Budiman Setyo Haryanto, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing skripsi I. 3. Bapak Nur Wakhid, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing skripsi II. 4. Bapak Edi Waluyo, S.H., M.H. selaku dosen penguji skripsi. 5. Dekan, Pemimpin, StafAkademik, Administrasi dan Tata Usaha, serta Karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. 6. Segenap dosen dan civitas akademika Fakultas Universitas Jenderal Soedirman yang tidak disebut satu-persatu. 7. CV. Raya Media dan AS TRONIK atas datanya. 8. Bunda Eni Suyanti, Bapak Waidi, dan para mentor yang tak tersebutkan. 9. Ayah, Ibu, adik-adik penulis tercinta dan seluruh keluarga besar penulis. 10. Teman-teman penulis dimanapun berada. 11. Semua pihak yang terlibat selama proses. 12. ...and cheers to myself, for "2.77 and 99%" wish fulfillment. Semoga kebaikan dan bantuan mereka mendapat balasan dari Allah SWT. Skripsi ini adalah karya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan oleh karenannya kritik dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Purwokerto, Agustus 2012 Wahyu Widhi Amoko ElA005028 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA APLIKASI SERVER PULSA ISI ULANG ELEKTRONIK ANTARA CV. RAYA MEDIA DENGAN AS TRONIK Oleh: Wahyu Widhi Atmoko E1A005028 ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan hukum antara CV. Raya Media dengan As Tronik dalam rangka perjanjian sewa menyewa server untuk isi ulang pulsa elektronik, dan akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeur). Metode pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif dan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan hukum dalam perjanjian sewa menyewa server dapat dikelompokkan menjadi tiga , yaitu : unsur essensialia, unsur naturalia dan unsur assidentalia. Sedangkan akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi adalah berupa kewajiban membayar ganti kerugian; dan apabila terjadi kerugian akibat keadaan memaksa (force majeur) maka ditanggung oleh masing-masing pihak yang menderita kerugian (debitur). Kata Kunci : sewa menyewa, wanprestasi, keadaan memaksa (force majeur). ABSTRACT This research purposed to discuss legal relations between CV Raya Media and As Tonik in case server leasing agreement for electronic reload and what the liability if someone fails their obligations or force majeure happened. The methods used are juridical normative approach with descriptive specification and qualitative analysis. Based from analytical result, legal relations on server leasing agreement can be divided into three groups: essentially element, naturally element, and accidentally element. Otherwise, if somebody failed do an obligation, they charge to pay compensation; if force majeure caused of loss, anyone who take damage will responsible (the debtor). DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii SURAT PERNYATAAN ............................................................................................iii KATA PENGANTAR .......................................................................... iv ABSTRAKSI .................................................................................................vi ABSTRACT..........................................................................................vii DAFTAR ISI .............................................................................................. viii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Bela kang Masala h .............................. 1 B. Perumusan Masalah ......................................... 4 C. Tujuan Penelitian ............................................ 5 D. Kegunaan Penelitian ........................................ 5 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Pada Umumnya.................................................................... 6 1 . Pe n ge rt ia n Pe rj a nj ia n .............................. 6 2 . As as- Asas Pe rjanjia n ............................... 7 3 . Je ni s Pe rj a nji a n ...................................... 10 4 . Syarat Sahnya Perjanjian ......................... 11 5 . Prestasi Dalam Suatu Perjanjian .................. 15 6 . Akibat Hukum Suatu Perjanjian .................. 20 7 . R i s i k o . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 8 . Unsur-unsur Perjanjian ............................. 25 B. Tentang Perjanjian Sewa Menyewa .................................................29 1. Pengertian Perjanjian Sewa Menyewa .............. 29 2. Subyek dan Obyek Perjanjian Sewa Menyewa ..... 31 3. Hak dan Kewajiban ................................... 33 4. Risiko Dalam Perjanjian Sewa Menyewa ......... 36 5. Mengulangsewakan dan Melepas Sewa Kepada Pihak Ke Tiga ....................................................................................... 37 6. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa ........... 38 C. Komputer, Internet, dan Asas-Asas Tentang Trasaksi Elektronik ....................................................................... 41 1. Pengantar Untuk Pemahaman Komputer .......41 2. Pengertian Internet ............................... 42 3. Sejarah Internet ............................... 43 4. Asas-Asas Hukum Dalam Transaksi Elektronik ....... 46 BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan ................................... 48 B. Spesifikasi Penelitian ................................ 48 C. Sumber Data ..................................................... 48 D. Metode Pengumoulan Data ......................... 49 E. Metode Penyajian Data ............................... 49 F. Metode Analisis Data ................................ 49 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian................................................................... 50 B. Pembahasan .............................................................. 56 1. Pembahasan Umum ......................................... 56 2. Hubungan Hukum yang Timbul dalam Hubungan Hukum Sewa Menyewa Antara CV Raya Media dengan PT AS Tronik ................................................................... 60 3. Akibat Hukum Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi atau Terjadi Keadaan Memaksa (Force M a j e u r e ) 7 1 BAB V: PENUTUP A . S i m p u l a n ................................ .................. 75 B . Saran ..................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini telah membawa dampak yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak negatif. Salah satu dampak pisitifnya adalah dengan semakin berkembangnya sarana komunikasi dan informasi, sehingga orang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara cepat, mudah, murah tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Begitu pula orang dapat dengan cepat, mudah dan murah untuk mendapatkan atau mengirimkan berbagai informasi tanpa dibatasi pula oleh ruang dan waktu. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 (UUT 36/1999) tentang Telekomunikasi, maka yang disebut dengan telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kabel, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainya. Pembangunan telekomunikasi di Indonesia mengemban misi salah satunya sebagai alat pemersatu bangsa dan pendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu perluasan dan pemerataan sarana telekomunikasi merupakan suatu keharusan, mengingat luasnya wilayah geografis Indonesia. Hal ini juga ditandaskan dalam Pasal 3 UUT 36/1999 bahwa: "Penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dal am 2 upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintah, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa". Penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi baik untuk kegiatan bisnis maupun untuk kegiatan hidup sehari-hari sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi tidak lepas dari adanya penyelenggara telekomunikasi, yaitu penyedia jaringan dan jasa telekomunikasi. Layanan jaringan dan jasa telekomunikasidi Indonesia, pada mulanya menjadi monopoli pemerintah, namun dalam perkembangannya dewasa ini pihak swasta juga ikut berperan serta. Gauzali Saydan menyebutkan bahwa sarana komunikasi yang paling menonjol dan paling banyak menguasai kehidupan masyarakat adalah telepon, khususnya di kotakota besar karena penyaluran informasi melalui telepon mampu melebihi kecepatan komunikasijenis apapun selain terwujudnya komunikasi dua arah yang hemat, tepat, mudah dan murah.1 Pesawat telepon sebagai sarana telekomunikasi pertama kali diciptakan pada tahun 1876, kemudian mengalami perkembangan yang luar biasa seiring kemajuan teknologi dan menyebar ke seluruh dunia. Bila sebelumnya para pengguna sarana telekomunikasi barn diperkenalkan dengan penggunaan sistem telepon tetap (fixed telephone), telegram, faximile, dan radio (wireless), kini dikenal pula adanya jaringan interne, VoIP, televisi dan telepon nirkabel/ seluler baik yang berbasis analog maupun digital. Teknologi nirkabel ini 3 berupa pesawat bergerak (mobilephone), yang istilah populernya di media massa disebut "handphone" atau HP dan dikenal dengan bahasa Indonesianya adalah telepon seluler.2 Selain sebagai kebutuhan, kepemilikan telepon seluler sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Apabila dilihat dari ke efisiensinya, telepon seluler memberikan berbagai kemudahan melalui fasilitas Short Message Service (SMS) sebagai salah satu dan keunggulan teknologi seluler, yaitu komunikasi tidak melalui suara, melainkan melalui tulisan atau teks yang dapat langsung dikirim dan diterima oleh para pengguna layanan dengan biaya yang relatif murah dibandingkan melalui telepon. Dewasa ini sarana komunikasi dan telekomunikasi dengan menggunakan handphone sudah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat dunia, termasuk di Indonesia, tidak hanya pejabat atau konglomerat, tetapi rakyat jelata juga memiliki dan menggunakan handphone. Tidak hanya kaum kaya yang memiliki dan menggunakan handphone, akan tetapi kaum apapun memiliki dan menggunakan handphone; dari supir taxi maupun supir becak dan pedati, dan pejabat tinggi sampai cleaning service, dan pengusaha besar sampai tukang rongsok, semuanya memiliki dan menggunakan handphone. Hal ini menunjukkan bahwa handphone sudah menjadi sarana komunikasi yang dibutuhkan semua orang, karena berbagai kemudahan, kecepatan, kepraktisan untuk melakukan komunikasi. Komunikasi menggunakan handphone tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan tersedianya pulsa elektronik, sehingga berkembang pula bidang 2 Litbang Indosat Regional Jateng dan DIY. 4 5 usaha penyedia pulsa elektronik; salah satunya adalah AS Tronik Oleh karena itu komunikasi menggunakan hand phone melibatkan peran serta berbagai pihak terkait seperti: penyedia layanan interne, penyedia server pulsa isi ulang, penyedia pulsa elektronik Dalam rangka memberikan layanan kepada pengguna pulsa, pihak AS Tronik mengadakan perjanjian sewa menyewa dengan CV. Raya Media, berupa penggunaan fasilitas server untuk pengisian pulsa pra bayar. Berdasarkan survey pendahuluan terhadap perjanjian sewa menyewa tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk menjelaskan aspek-aspek hukum terkait dengan perjanjian sewa menyewa server. Mengingat hal ini jarang dilakukan pengkajian dari aspek hukum, sehingga dengan penelitian ini diketahui hubungan-hubungan hukumnya, hak dan kewajiban para pihak, serta akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi ataupun terjadinya keadaan memaksa (force majeure). Selanjutnya penulis akan melakukan penelitian dengan judul: "Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Aplikasi Server Pulsa Isi Ulang Elektronik antara CV. Raya Media dengan AS Tronik" B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hubungan hukum yang timbul dalam perjanjian sewa menyewa aplikasi server pulsa isi ulang elektronik antara CV. RAYA MEDIA dan AS TRONIK? 6 2. Bagaimanakah akibat hukumnya apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeure) ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan hukum yang timbul dalam perjanjian sewa menyewa aplikasi server pulsa isi ulang elektronik antara CV. RAYA MEDIA dan AS TRONIK. 2. Untuk mengetahui akibat hukumnya apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeure). D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya dibidang hukum perjanjian. 2. Kegunaan Praktis Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pihak yang ingin membuat perjanjian sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian pada umumnya 1. Pengertian Perjanjian Dalam undang-undang, hukum perjanjian diatur di dalam Buku III KUH Perdata yang mengatur tentang perikatan. Hal ini karena perjanjian merupakan salah satu peristiwa yang melahirkan hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua pihak yang disatu pihak ada hak dan di lain pihak ada kewajiban (perikatan). Pasal 1313 KUH Perdata merumuskan perjanjian sebagai: "Suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih." Dengan pertimbangan agar perbuatan-perbuatan yang tidak mengandung unsur kehendak atas akibatnya tidak masuk dalam cakupan perumusan, seperti perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), perwakilan sukarela (zaakwarneming) dan agar perjanjian timbal balik bisa tercakup dalam perumusan tersebut, J. Satrio merevisi perumusan tersebut menjadi demikian• "Perjanjian adalah perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih atau dimana satu orang lain atau lebih saling mengikatkan dirinya."3 8 Suatu perjanjian tidak terjadi seketika atau serta merta dan perjanjian dibuat untuk dilaksanakan, oleh karena itu dalam suatu perjanjian yang dibuat selalu terdapat tiga tahapan, yaitu4: a) Pra-contractual, yaitu perbuatan-perbuatan yang tercakup dalam negosiasi dengan kajian tentang penawaran dan penerimaan; b) Contractual, yaitu tentang bertemunya dua pernyataan kehendak yang saling mengisi dan mengikat kedua belah pihak; c) Post-contractual, yaitu tahap pada pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang hendak diwujudkan melalui perjanjian tersebut. 2. Asas-asas Perjanjian KUH Perdata menentukan dengan jelas mengenai beberapa asas-asas perjanjian, diantaranya dalam Pasal 1315 menentukan asas personalia perjanjian; Pasal 1337 menentukan asas kesusilaan dan ketertiban umum; Pasal 1338 ayat (1) menentukan asas mengikatnya perjanjian; Pasal 1338 ayat (3) menentukan asas iktikad baik; sedangkan Pasal 1339 menentukan asas kepatutan dan kebiasaan. Namun menurut Rutten, hanya ada tiga asas yang paling pokok dalam hukum perjanjian, yaitu asas konsensualisme, asas kekuatan mengikatnya perjanjian dan asas kebebasan berkontrak.5 Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 16. Purwakhid Patrik, 1982. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Fakultas 4 5 9 Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, hal.3. 10 a. A sas kebebasan berkontrak Asas kebebasan berkontrak (contacts vrijheid atau partij autonomie) - adalah suatu asas yang menetapkan bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja, bebas untuk menentukan isi, luas dan bentuk perjanjian. Asas ini disimpulkan juga dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Subekti mengatakan, bahwa dengan menekankan pada kata "semua", maka ketentuan tersebut seolah-olah berisikan pernyataan pada masyarakat bahwa, setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja baik yang sudah diatur ataupun yang belum diatur dalam undang-undang.6 b. Asas konsensualisme Asas konsensualisme adalah suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian telah terjadi atau lahir sejak tercapainya sepakat para pihak, artinya suatu perjanjian telah ada dan mempunyai akibat hukum dengan tercapainya kata sepakat dari para pihak mengenai hal-hal pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas.7 Asas kesepakatan ini disimpulkan dari Pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan, bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: sepakat mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Pada saat ini ada kecenderungan 6 Subekti, 1983, Hukum Perjanjian, PT. Internusa, Jakarta, hal. 14. 7 Ibid. hal. 15. 9 mewujudkan perjanjian konsensuil dalam bentuk perjanjian tertulis, baik dibawah tangan maupun dengan akta otentik. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembuktian jika dalam pelaksanaannya nanti salah satu pihak melakukan pelangggaran. c. Asas mengikatnya perjanjian (pacta sunt servanda) Asas mengikatnya perjanjian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat mereka yang membuat sebagai undang-undang. Dengan demikian para pihak terikat dan hams melaksanakan perjanjian yang telah disepakati bersama, seperti hal keharusan untuk mentaati undang-undang.8 Asas kekuatan mengikatnya perjanjian ini disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Dijelaskan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa bunyi lengkap adagium tersebut adalah Pacta nuda servanda sunt, yang mempunyai arti bahwa kata sepakat tidak perlu dirumuskan dalam bentuk sumpah, perbuatan atau formalitas tertentu agar menjadi kewajiban yang mengikat.9 3. Jenis Perjanjian J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dart Perjanjian Buku I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 142. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1986, hal. 97. 8 9 12 D alam Hukum Perjanjian, perjanjian dibedakan ke dalam beberapa kelompok pembedaan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, beberapa pembedaan pembedaan dimaksud akan diuraikan dalam uraian berikut. a. Perjanjian Konsensuil dan Rill Berdasarkan cara lahirnya perjanjian dibedakan atas perjanjian konsensuil dan perjanjian riil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan, dan timbulnya perjanjian tersebut ditentukan sejak detik tercapainya kesepakatan.1° Akibat hukum dan timbulnya perjanjian adalah lahirnya kewajiban bagi salah satu atau kedua belah pihak, oleh karena itu perjanjian yang bersifat konsensuil juga merupakan perjanjian "obligatoir" (baru melahirkan kewajiban), sehingga sering dikenal dengan perjanjian yang konsensuil obligatoir. Perjanjian riil adalah perjanjian yang barn lahir kalau barang yang menjadi pokok prestasi telah diserahkan,11 artinya dengan tercapainya sepakat para pihak saja belum cukup untuk melahirkan perjanjian rill, sehingga untuk adanya perjanjian riil hams temenuhi adanya dua unsur yaitu sepakat dan penyerahan benda pokok perjanjian. Contohnya: pinjam meminjam, pinjam pakai dan penitipan barang. Pada umumnya, perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam Buku III KUH Perdata bersifat konsensuil obligatoir, kecuali beberapa perjanjian tertentu yang bersifat riil. 10 11 Subekti, Op.cit.hal. 48 Ibid.hal. 49 13 b. Perjanjian Sepihak dan Timbal-balik Berdasarkan perikatan yang timbul dari suatu perjanjian, mengikat satu pihak saja ataukah mengikat kedua belah pihak, perjanjian dapat dibedakan atas perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik, yakni "Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada salah satu pihak saja sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak saja, seperti: hibah, pinjam pakai, perjanjian pinjam mengganti, penitipan barang cuma-cuma; Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak, dengan mana hak dan kewajiban itu mempunyai hubungan satu sama lainnya, seperti: perjanjianjual beli, sewa menyewa, tukar menukar dan lain-lain.12 4. Syarat Sahnya Perjanjian Setiap orang yang mengadakan perjanjian selalu dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum yang dikehendaki atau yang dianggap dikehendaki. Agar maksud itu tercapai dan bila perlu pelaksanaannya dapat dipaksakan melalui pengadilan, maka perjanjian yang dibuat hams perjanjian yang memenuhi syarat sahnya perjanjian. Melalui Pasal 1320 KUH Perdata, pembuat undang-undang telah menetapkan syarat-syarat pokok yang hams dipenuhi agar perjanjian yang mereka adakan menjadi perjanjian yang sah, yakni: a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; b. Kecakapan untuk membuat perjanjian, c. Suatu hal tertentu, 12 Mid , hal. 42 14 d. Suatu sebab yang halal. Kata sepakat merupakan dasar lahirnya suatu perjanjian. Suatu perjanjian dianggap lahir atau terjadi pada saat dicapainya kata sepakat antara para pihak yang mengadakan perjanjian. Sepakat atau konsensus mengandung pengertian bahwa para pihak saling menyatakan kehendak masing-masing untuk menutup sebuah perjanjian dan kehendak pihak yang satu sesuai secara timbal balik dengan kehendak pihak lainnya. Pernyataan kehendak tersebut tidak hams dinyatakan secara tegas dengan kata-kata, tetapi dapat juga dilakukan dengan perbuatan atau sikap yang mencerminkan adanya kehendak untuk mengadakan perjanjian. Pernyataan kehendak yang menghasilkan kesepakatan dapat dibedakan antara pernyataan kehendak untuk menawarkan dan pernyataan kehendak untuk melakukan penerimaan. Syarat kedua untuk sah perjanjian adalah kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian. Menurut Pasal 1329 KUH Perdata, "Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika is oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap". Dan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa menurut undang-undang pada asasnya setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian. Ketidakcakapan merupakan suatu perkecualian atas asas tersebut dan orang hanya tidak cakap kalau undang-undang menentukan demikian Perkecualian atas prinsip tersebut terdapat dalam Pasal 1330 KUH Perdata yang menyebutkan secara berturut-turut bahwa tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah: 3 1). Orang-orang belum dewasa, 15 42). Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan, 3). Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undangundang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian adalah adanya suatu hal tertentu. Suatu hal tertentu hams ditafsirkan bahwa obyek perjanjian hams "tertentu". Sekalipun masing-masing obyek tidak hams individual tertentu. Mengenai syarat bahwa obyeknya hams tertentu, Pasal 1333 ayat (2) menyatakan bahwa jumlahnya semula boleh belum tertentu asal kemudian hari dapat ditentukan. Tetapi jika pada saat perjanjian ditutup obyek sama sekali tidak tertentu atau tidak ada adalah tidak boleh. Jadi, yang dimaksud dengan "suatu hal tertentu" adalah bahwa paling tidak macam atau jenis benda dalam perjanjian sudah ditentukan pada saat lahirnya perjanjian.' Syarat keempat untuk sahnya perjanjian adalah adanya suatu "sebab (Latin: causa) yang halal (Geoorloofde orzaak). KUH perdata tidak memberikan perumusan mengenai apa yang dimaksud dengan "sebab yang halal." Hanya dijelaskan dalam Pasal 1337 KUH Perdata bahwa "suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum." Dari penjelasan tersebut dapat ditarik pengertian bahwa untuk sahnya suatu perjanjian causanya hams diperbolehkan, dan sebaliknya causa yang tidak diperbolehkan J. Satrio, Hukum Perikatan Buku II, op.cit., hal. 31. 13 16 adalah apabila dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Menurut pendapat Hamaker dan Hofman serta Hoge Raad dalam Arrestnya tanggal 17 November 1922, yang dimaksud dengan causa perjanjian adalah tujuan perjanjian, yakni apa yang menjadi tujuan bersama para pihak dalam membuat perjanjian. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan sebab atau causa yang halal adalah bahwa tujuan perjanjian tidak bertentangan denganundang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.14 Dikatakan bertentangan dengan undang-undang apabila tujuan para pihak mengadakan perjanjian secara jelas melanggar ketentuan undangundang; Dan dikatakan bertentangan dengan kesusilaan adalah apabila tujuan para pihak mengadakan perjanjian bertentangan dengan nilai-nilai positif yang hidup dalam masyarakat; Sedangkan dikatakan bertentangan dengan ketertiban umum adalah apabila tujuan para pihak dalam mengadakan perjanjian bertentangan dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepentingan umum yakni kedamaian, ketentraman dan keamanan hidup bermasyarakat.15 Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif , karena mengenai obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Tidak terpenuhinya syarat-syarat tersebut atau salah satu syarat dari syarat tersebut 14 Ibid. hal. 60-72. Ibid. hal. 98-127. 15 17 adalah perjanjian tidak sah atau batal. Dalam hal syarat obyektif tidak terpenuhi, perjanjian adalah itu batal demi hukum; artinya sejak semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal. Sedangkan dalam hal syarat subyektif tidak terpenuhi, perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi dapat dibatalkan, artinya perjanjian itu oleh hukum dianggap ada sampai salah satu pihak yang tidak cakap atau yang memberikan sepakat secara tidak bebas meminta pembatalan.16 5. Prestasi dalam suatu Perjanjian a. Prestasi dan Wanprestasi dalam Perjanjian Perjanjian obligator senantiasa terdapat kewajiban yang hams dipenuhi oleh salah satu pihak dan kewajiban tersebut merupakan hak yang pemenuhannya dapat dituntut oleh pihak yang lain. Pihak yang berhak menuntut disebut pihak berpiutang atau kreditur dan pihak yang wajib memenuhi tuntutan disebut sebagai pihak berutang atau debitur, sedang apa yang menjadi hak dari kreditur dan kewajiban bagi debitur dinamakan prestasi. Dalam perjanjian prestasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Memberikan sesuatu, 2) Melakukan suatu perbuatan, 3) Tidak melakukan suatu perbuatan. 16 Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hal. 20. 18 Jika seorang debitur telah melaksanakan kewajibannya dengan sempurna, tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak, maka dikatakan bahwa debitur telah menunaikan prestasi atau berprestasi. Sebaliknya jika debitur tidak memenuhi kewajibannya dengan sempurna tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak,menurut hukum debitur tersebut dikatakan wanprestasi atau cidera janji. Ada tiga kemungkinan bentuk-bentuk tindakan wanprestasi sebagaimana dikatakan oleh J. Satrio , yaitujika: 1) Debitur sama sekali tidak berprestasi; 2) Debitur keliru berprestasi; 3) Debitur terlambat berprestasi.17 Wanprestasi ini ada kalau debitur tidak dapat membuktikan bahwa tidak terlaksananya prestasi sebagaimana yang diperjanjikan adalah diluar kesalahannya, jadi wanprestasi itu terjadi karena debitur mempunyai kesalahan.18 Kesalahan dapat berupa kesengajaan dan kelalaian; kesengajaan terjadi jika ada niat dan kehendak pada debitur untuk tidak memenuhi prestasi, sedangkan kelalaian ada jika debitur dapat menghindari penyebab tidak terjadi prestasi dan ia dapat dipersalahkan karena ia tidak menghindarinya. Dengan demikian, seorang debitur dapat dinyatakan J. Satrio, 1993, opcit., hal. 122. A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, hal. 26. 17 18 19 w anprestasi manakala is tidak melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi prestasi, dan tidak terlaksananya kewajiban tersebut dikarenakan faktor kesengajaan atau kelalaian. Apabila terjadi wanprestasi, maka kreditur mempunyai beberapa pilihan atas berbagai macam kemungkinan tuntutan. Kemungkinan pilihan tersebut adalah berupa tuntutan: 19 1) Pemenuhan perjanjian; 2) Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi; 3) Ganti rugi saja; 4) Pembatalan perjanjian; 5) Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi. Tuntutan-tuntutan tersebut tidak lain dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi kreditur, agar dapat mempertahankan kepentingannya terhadap debitur yang tidak jujur. Namun demikian, hukum juga memperhatikan dan memberikan perlindungan bagi debitur yang tidak memenuhi kewajibannya, jika hal itu terjadi bukan karena kesalahan atau akibat kelalaiannya. Subekti2°mengemukakan bahwa seorang debitur yang dinyatakan wanprestasi masih dimungkinkan untuk melakukan pembelaan berupa: 1) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmacht atauforce majeure); Subekti, op.cit., hal. 53. Subekti, op.cit., hlm. 53. 19 20 20 2) Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga telah lalai (exeptio non adimpleti contractus); 3) Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi (rechtsverwerking). b. Keadaan memaksa (overmacht atau force majeure) Sebagaimana dikemukakan bahwa wanprestasi adalah tidak terlaksananya prestasi sebagaimana mestinya karena adanya faktor kesalahan pada debitur. Dengan ini berarti, ada kemungkinan tidak terlaksananya prestasi tanpa ada kesalahan pada debitur, tetapi dikarenakan adanya suatu sebab di luar diri debitur yang menghalang halangi pemenuhan prestasi. Tentang sebab yang menghalang-halangi pemenuhan prestasi yang demikian itu, disebut "keadaan memaksa" (overmacht atau force majeure) yang didalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal 1245. Pasal 1244 KUH Perdata: "Jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila is tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakan perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, kesemuanya itupun jika iktikad buruk tidaklah ada pada pihaknya" Pasal 1245 KUH Perdata: "Tidaklah biaya, rugi dan bunga, hams digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak 19 disengaja si berhutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang." Dari kedua Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa: keadaan memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan atau kejadian yang tak dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur untuk melakukan prestasinya sebelum is lalai dan keadaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya. Dari batasan tersebut dapat diketahui adanya bebarapa unsur dari keadaan memaksa yaitu: 1) Hal tidak dapat diduga sebelumnya; 2) Diluar kesalahan debitur; 3) Menghalangi debitur untuk berprestasi; 4) debitur belum lalai. Keadaan memaksa dapat bersifat tetap dan dapat bersifat sementara. Keadaan memaksa adalah bersifat tetap manakala keadaan yang mengakibatkan terhalangnya prestasi berlangsung untuk selamanya; contohnya benda yang menjadi obyek prestasi terbakar diluar salahnya debitur. Sebaliknya keadaan memaksa adalah bersifat sementara jika keadaan yang menyebabkan terhalangnya prestasi hanya berlangsung dalamjangka waktu tertentu saj a; contohnya banjir. Akibat dari adanya keadaan memaksa ditentukan dalam Pasal 22 debitur membayar ganti rugi. Hal itu berarti bahwa debitur tidak wajib membayar ganti rugi, bilamana is terhalang oleh keadaan memaksa dalam melaksanakan prestasi. Hapusnya kewajiban membayar ganti rugi hanyalah merupakan konsekuensi lebih lanjut dari pada hapusnya kewajiban prestasi, oleh karena itu akibat dari adanya keadaan memaksa, yang paling pokok sebenarnya adalah menghapuskan kewajiban prestasi debitur. Dengan mengingat adanya dua macam bentuk keadaan memaksa yang bersifat tetap dan sementara, maka hams disimpulkan bahwa akibat adanya keadaan memaksa adalah: debitur tidak diwajibkan melaksanakan prestasi jika keadaan memaksanya bersifat tetap atau debitur hanya diwajibkan menunda pelaksanaan prestasi sampai keadaan memaksanya yang bersifat sementara itu selesai. 6. Akibat Hukum Perjanjian KUH Perdata Buku III titel 2 bagian 3 yang berjudul tentang akibat hukum perjanjian, dibuka dengan Pasal 1338 yang menyatakan: "semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Dengan demikian setiap perjanjian yang dibuat" secara sah " berarti memenuhi syarat untuk sahnya perjanjian yaitu ada kesepakatan untuk membuat perjanjian, mereka yang bersepakat adalah orang yang cakap untuk membuat perjanjian, prestasinya tertentu dan tujuan para pihak mengadakan perjanjian secarajelas tidak melanggar ketentuan undang-undang, kesusilaan 23 dan ketertiban umum, maka perjanjian mengikat para pihak yang membuat perjanjian, seperti undang-undang yang mengikat orang terhadap siapa undang-undang berlaku. Perjanjian yang dibuat secara sah tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Pembatalan hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara para pihak yang membuatnya untuk membatalkan perjanjian yang telah ada tersebut. Dengan demikian perjanjian yang dibuat secara sah berlaku mengikat dan para pihak wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian. Sampai kapankah perjanjian mengikat atau sampai kapan suatu perjanjian itu berakhir? Pada asasnya perjanjian berakhir kalau akibat-akibat hukum yang dituju telah selesai terpenuhi. 7. Risiko Yang dimaksud dengan risiko adalah suatu kewajiban untuk menanggung kerugian sebagai akibat dan adanya suatu peristiwa atau kejadian yang menimpa obyek perjanjian dan bukan karena kesalahan dari salah satu pihak.21 Hal itu berarti risiko berpokok pangkal pada suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian, atau dengan kata lain berpokok pangkal pada kejadian yang didalam hukum dinamakan: keadaan memaksa. Dengan demikian maka risiko adalah merupakan kelanjutan darikeadaan memaksa. Resiko pada Perjanjian Sepihak a. 21 A. Qirom Syamsudin Meiala, op.cit, hlm. 49. 24 Pasal 1237 KUH Perdata: "Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan sesuatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berpiutang". Ketentuan ini terletak pada bab tentang perikatan pada umumnya; jadi disini diatur tentang perikatan dalam bentuk dasarnya yaitu hubungan dalam lapangan hukum kekayaan, dimana disatu pihak ada hak (kreditur) dan dilain pihak ada kewajiban (debitur). Bentuk perikatan seperti ini muncul pada perjanjian sepihak, seperti pada hibah. Berdasarkan ketentuan tersebut benda yang harus diserahkan menjadi tanggungan kreditur. Disini tidak dibicarakan siapa yang bersalah, tetapi hanya dikatakan yang menanggung kerugian adalah kreditur; maka ---ditafsirkan bahwa--- kalau terjadi kerugian pada benda tertentu yang harus diserahkan dan tidak ada yang bersalah atas kerugian itu, yang menanggung adalah kreditur. Dengan begitu, dalam perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, jika barang ini sebelum diserahkan, musnah atau rusak karena suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, kerugian ini hams dipikul oleh "si berpiutang" (kreditur), yaitu pihak yang berhak menerima barang itu. Dalam bahasa hukum dikatakan pada perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, yang timbul dari suatu perjanjian yang sepihak resiko ada pada kreditur. b. Resiko pada Perjanjian Timbal Balik 25 Dalam perjanjian timbal balik prestasi yang satu berkaitan erat sekali dengan prestasi yang lain; dijanjikannya prestasi yang satu adalah dengan memperhitungkan akan diterimanya prestasi yang lain. Pengaturan resiko dalam perjanjian timbal-balik, dimana kedua belah pihak samasama berkewajiban memenuhi prestasi, dapat kita simpulkan dari pengaturan yang terdapat dalam Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: "Jika barang tertentu yang menjadi bahan persetujuan, musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga samasekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar salahnya si berutang, dan sebelum is lalai menyerahkannya." Disini ditentukan, apabila suatu barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian musnah tak dapat lagi diperdagangkan atau hilang diluar salahnya si berutang maka perikatan antara pihak-pihak yang membuat perjanjian menjadi hapus; dan karena seluruh perikatan hapus, maka dengan sendirinya pihak yang membuat perjanjian tidak dapat menuntut sesuatu apapun antara yang satu terhadap yang lain. Hal itu berarti apabila barang yang menjadi obyek perjanjian timbal-balik selama belum diserahkan telah musnah tak lagi dapat diperdagangkan atau hilang diluar salahnya salah satu pihak, maka risikonya ditanggung oleh pemilik; Karena terhadap barang miliknya, pemilik yang hams menyerahkan barangnya, berkedudukan sebagai debitur, maka disini dikatakan risiko kerugian dipikul oleh debitur. 26 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 1444 KUH Perdata, resiko pada perjanjian timbal-balik ditanggung oleh pemilik atau debitur. Karena Pasal 1444 KUH Perdata ini termuat dalam Bagian Umum Buku III KUH Perdata, maka pasal tersebut merupakan ketentuan umum tentang resiko yang menjadi pedoman bagi perjanjian-perjanjian pada umumnya. Pasal 1237 KUH Perdata sebagai pedoman tentang resiko bagi perjanjian sepihak. Sedangkan Pasal 1444 KUH Perdata sebagai pedoman tentang resiko bagi perjanjian timbal-balik. Kecuali perihal resiko ini diatur dalam pasal-pasal Bagian Umum Buku III KUH Perdata yang menjadi pedoman bagi perjanjian pada umumnya, yang dirasakan mengatur tentang resiko itu sudah seadilnya, perihal resiko juga diatur dalam pasal-pasal Bagian Khusus Buku III KUH Perdata tentang perjanjian-perjanjian tertentu pada pasal-pasal tertentu pula. Misalnya dalam perjanjian jual-beli resikonya diatur pada Pasal 1460, 1461 dan 1462 KUH Perdata, dalam perjanjian tukar-menukar resikonya diatur pada Pasal 1545 KUH Perdata, selanjutnya dalam perjanjian sewa-menyewa resikonya diatur dalam Pasal 1553 KUH Perdata dan lain sebagainya. Pasal-pasal KUH Perdata yang megatur resiko dalam perjanjianperjanjian jual-beli, tukar-menukar, dan sewa-mnyewa itu dirasakan sebagai sudah seadilnya sesuai dengan Pasal 1444 KUH Perdata. Kecuali Pasal 1460 KUH Perdata yang mengatur resiko secara tidak adil, sehingga 27 Mahkamah Agung dengan Surat Edarannya No. 3 tahun 1963 menyatakan Pasal 1460 tersebut tidak berlaku lagi Kemudian bilamana ketentuan mengenai resiko ini kita hubungkan dengan asas kebebasan berkontrak yang menentukan bahwa semua orang dapat membuat perjanjian yang bagaimanapun isinya asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum, maka dapat dikatakan bahwa pengaturan mengenai resiko ini inkonkreto diserahkan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk mengatur dan menentukan sendiri sedemikian rupa, bagaimana perihal resiko itu diinginkan mereka. 8. Unsur-Unsur Perjanjian a. Unsur Essensialia Menurut J. Satrio, unsur essensialia adalah unsur perjanjian yang selalu hams ada dalam suatu perjanjian, unsur mutlak, yang tanpa adanya unsur tersebut perjanjian tidak mungkin ada.22 Kausa yang halal merupakan unsur essensialia untuk adanya perjanjian.' Pembicaraan tentang unsur essensialia terhadap adanya perjanjian dalam uraian di atas adalah pembicaraan perjanjian dalam pengertian pada umumnya, yang bisa berlaku terhadap perjanjian khusus (bernama) maupun perjanjian tidak bernama secara umum. Dengan mendasarkan pemahaman pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata maka unsur essensialia yang menjadikan adanya perjanjian secara umum adalah: J. Satrio, Buku Kedua, Op. Cit., hal. 67 22 23 Ibid., hal. 68. 28 s epakat para pihak baik sepakat itu sah atau tidak sah; adanya para pihak baik cakap atau tidak cakap; obyek prestasi yang tertentu atau dapat ditentukan; kausa yang halal, yang kesemuanya merupakan sekelompok unsur essensialia yang hams ada secara komulatif. Selanjutnya J. Satrio menjelaskan bahwa pada perjanjian riil, syarat penyerahan obyek prestasi perjanjian merupakan essensialia; sama seperti bentuk tertentu merupakan essensialia dari perjanjian formil; demikian pula harga dan barang merupakan unsur essensialia dari perjanjianjual beli24. Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah di deskripsikan bahwa essensialia suatu perjanjian secara umum akan membedakan terhadap suatu perbuatan itu sebagai suatu perjanjian atau bukan; sedangkan essensialia suatu perjanjian tertentu akan membedakan terhadap keberadaan antara perjanjian khusus tertentu dengan perjanjian tertentu yang lain. Pada umumnya, meskipun tidak dinyatakan secara tegas, unsur essensialia seperti tersebut di atur dalam Buku III KUH Perdata melalui pengaturan yang bersifat memaksa (dwigend recth) yang dapat dikenali dengan ciri, apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi akan berakibat batal demi hukum atas perjanjian yang bersangkutan. b. Unsur Naturalia Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang oleh undang-undang diatur tetapi yang oleh para pihak dapat di singkirkan atau diganti. 25 Ibid. 25 Ibid. 24 29 Unsur ini sebenarnya merupakan bagian-bagian isi perjanjian yang secara umum patut, dan adil bagi para pihak karena merupakan konsekuensi logis dari perjanjian yang bersangkutan. Dalam keadaan normal orang pada umumnya pun akan menghendaki pengaturan demikian sebagaimana logisnya. Unsur naturalia ini oleh undang-undang diatur dengan hukum yang bersifat mengatur atau menambah (regelend rech atau aanvullend rech). Jadi, melalui aturan yang bersifat menambah ini pembuat undang-undang telah menfiksikan kehendak para pihak rata-rata umumnya orang dalam membuat perjanjian. Secara logis (natural) seseorang yang dalam suatu perjanjian misal nya jual beli diwajibkan untuk menyerahkan hak milik atas kebendaan tertentu, sebagai konsekuensi logisnya is diwajibkan pula untuk menjamin bahwa kebendaan yang diserahkan tersebut aman dari tuntutan pihak ketiga dan bebas dari cacat tersembunyi (Pasal 1491 KUH Perdata). Tanpa memperjanjikan hal ini pun ketentuan pasal tersebut berlaku secara otomatis menambah isi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Namun demikian ketentuan tersebut dapat disingkirkan dengan mengaturnya secara lain melalui kesepakatan kedua belah pihak. c. Unsur Accidentalia Unsur Accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak karena undang-undang tidak mengatur tentang hal tersebut.26 Semuajanji-janji dalam suatu perjanjian yang sengaja dibuat untuk 26 ib id . 30 menyimpangi ketentuan hukum yang menambah merupakan unsur accidentalia.27 Pemahaman tentang unsur accidentalia ini akan menjadi jelas bila dikaitkan dengan perjanjian khusus atau perjanjian bernama yang umumnya telah mendapatkan pengaturan secara relatif lengkap melalui ketentuan yang bersifat menambah. Meskipun demikian kadang-kadang terkandung hal-hal tertentu undang-undang tidak atau lupa mengaturnya sehingga diserahkan kepada para pihak untuk mengaturnya sendiri. Dengan demikian unsur accidentalia ini dapat berupa janji-janji yang dibuat oleh para pihak karena undang-undang (yang bersifat menambah) tidak mengaturnya atau berupajanji-janji yang dibuat para pihak dalam hal mereka menyimpangi ketentuan yang bersifat menambah tersebut. B. Tentang Perjanjian Sewa Menyewa 1. Pengertian perjanjian sewa menyewa Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam babVII Buku III KUH Perdata yang berjudul "Tentang Sewa-Menyewa" yang meliputi pasal 1548 sampai dengan pasal 1600 KUH Perdata. Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata menyebutkan bahwa: "Perjanjian sewamenyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu . 190. Ibid., hal 73. 32 mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayaranya." Sewa-menyewa dalam bahasa belanda disebut dengan huurenverhuur dan dalam bahasa Inggris disebut dengan rent atau hire. Sewa-menyewa merupakan salah satu perjanjian timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sewa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa dan menyewa berarti memakai dengan membayar uang sewa.' Yahya Harahap menyebutkan b ahwa: "sewamenyewa adalah persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan menyerahkan barang yang hendak disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati sepenuhnya".29 Menurut Wiryono Projodikoro sewa-menyewa barang adalah suatu penyerahan barang oleh pemilik kepada orang lain itu untuk memulai dan memungut hasil dari barang itu dan dengan syarat pembayaran uang sewa oleh pemakai kepada pemilik" Berdasarkan beberapa pengertian perjanjian sewa-menyewa di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari perjanjian sewa-menyewa, yaitu: a. Ada dua pihak yang saling mengikatkan din Kamus Besar Bahasai Indonesia, hal 833. 2 9 Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, hal 240. 28 " Wiryono Projodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan -Persetujuan Tertentu, hal Pihak yang pertama adalah pihak yang menyewakan yaitu pihak yang mempunyai barang. Pihak yang kedua adalah pihak penyewa, yaitu pihak yang membutuhkan kenikmatan atas suatu barang. Para pihak dalam perjanjian sewa-menyewa dapat bertindak untuk diri sendiri, kepentingan pihak lain, atau kepentingan badan hukum tertentu. b.Ada unsur pokok yaitu barang, harga, danjangka waktu sewa Barang adalah harta kekayaan yang berupa benda material,baik bergerak maupun tidak bergerak. Harga adalah biaya sewa yang berupa sebagai imbalan atas pemakaian benda sewa. Dalam perjanjian sewa-menyewa pembayaransewatidakhamsberupauangtetapidapatjugamengunakan barang ataupunjasa (pasal 1548 KUH Perdata). Hak untuk menikmati barang yang diserahkan kepada penyewahanya terbatas padajangka waktu yang ditentukan kedalam perjanjian.' c. Ada kenikmatan yang diserahkan Kenikmatan dalam hal ini adalah penyewa dapat menggunakan barang yang disewa serta menikmati hasil dari barang tersebut. Bagi pihak yang menyewakan akan memperoleh kontra prestasi berupa uang, barang, atau jasa menurut apa yang diperjanjikan sebelumnya. Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian konsensuil, yang berarti perjanjian tersebut sah dan mengikat apabila sudah tercapai kata sepakat diantara para pihak tentang unsur pokok perjanjian sewa-menyewa Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, cetakan ke sepuluh, CV. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 40. 31 yaitu barang dan harga. Di dalam KUH Perdata tidak dijelaskan secara tegas 31 tentang bentuic perjanjian sewa-menyewa sehingga perjanjian sewamenyewa dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Bentuic perjanjian sewamenyewa dalam praicteic ichususnya sewa-menyewa bangunan dibuat dalam bentuic tertulis. 2. Subyek dan Obyek Perjanjian Sewa menyewa Pihaic-pihaic yang terlibat dalam Perjanjian sewa-menyewa adalah: a. Pihaic yang menyewaican Pihaic yang menyewaican adalah orang atau badan huicum yang menyewaican barang atau benda icepada pihaic lainya untuic diniicmati icegunaan benda tersebut icepada penyewa. Pihaic yang menyewaican barang atau benda tidaic hams pemiliic benda sendiri tetapi semua orang yang atas dasar haic penguasaan untuic memindahican pemaicaian barang ice tangan orang lain. Hal tersebut diicarenaican didalam sewa-menyewa yang diserahican icepada pihaic penyewa buicanlah haic miliic atas suatu barang melainican hanya pemaicaian atau pemungutan atas hasil dari barang yang disewaican. b. Pihaic Penyewa Pihaic penyewa adalah orang atau badan huicum yang menyewa barang atau benda dari pihaic yang menyewaican. Obyeic barang yang dapat disewaican menurut Hofmann dan De Burger, yang dapat di sewa adalah barang bertubuh saja, namun ada pendapat lain yaitu dari Asser dan Van Brekel serta Vollmar berpendapat bahwa 36 tidak hanya barang-barang yang bertubuh saja yang dapat menjadi obyek sewa melainkan hak-hak juga dapat disewa, pendapat ini diperkuat dengan adanya putusan Hoge Raad tanggal 8 Desember 1922 yang menganggap kemungkinan ada persewaan suatu hak untuk memburu hewan (j achtrecht).32 Tujuan dari diadakanya perjanjian sewa-menyewa adalah untuk memberikan hak pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda yang bukan bersetatus hak milik dapat disewakan oleh pihak yang mempunyai hak atas benda tersebut. Jadi benda yang dapat disewakan oleh pihak yang menyewakan dapat berupa hak milik, hak guna usaha, hak pakai, hak mengunakan hasil, hak pakai, hak sewa (hak sewa kedua) dan hak guna bangunan. Perjanjian sewa-menyewa menurut Van Brekel, bahwa harga sewa dapat berwujud barang-barang lain selain uang, namun barag-barang tersebut hams merupakan barang-barang bertubuh, karena sifat dari perjanjian sewa-menyewa akan hilang jika harga sewa dibayar dengan suatu jasa. Pendapat tersebut bertentangan dengan pendapat dari Subekti yang berpendapat bahwa dalam perjanjian sewa-menyewa tidaklah menjadi keberatan apabila harga sewa tersebut berupa uang, barang ataupun jasa.' Jadi obyek dari perjanjian sewa-menyewa adalah segala jenis benda, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, benda berwujud maupun benda tidak berwujud. ' Wiryono Projodikoro, Op. cit, hlm 50. 33 Subekti, Op. cit, hlm 91. 33 3. Hak dan Kewajiban a. Hak dan Kewajiban Para pihak Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian timbal balik sehingga ada hak dan kewajiban yang membebani para pihak yang melakukan perjanjian. Kewajiban pihak yang menyewakan dapat ditemukan di dalam pasal 1550 KUH Perdata. Kewajiban-kewajiban tersebut, yaitu: 1) Menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa. 2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga barang tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan. 3) Memberikan si penyewakenikmatan yang terteram daripada barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa-menyewa. Kewajiban pihak yang menyewakan adalah menyerahkan barang yang disewa untuk dinikmati kegunaan barang tersebut bukan hak miliknya Tentang pemeliharaan barang yang disewakan pihak yang menyewakan barang diwajibkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan atas barang yang disewakan. Ketentuan tersebut diatur di dalam Pasal 1551 ayat (2) KUH Perdata yang berbunyi: "Ia hams selama waktu sewa menyuruh melakukan pembetulan-pembetulan pada barang yang disewakan, yang perlu dilakukan kecuali pembetulanpembetulan yang menjadi wajibnya si penyewa." Pasal 1552 KUH Perdata mengatur tentang cacat dari barang yang disewakan. Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menanggung 38 semua cacat dari barang yang dapat merintangi pemakaian barang yang disewakan walaupun sewaktu perjanjian dibuat pihak-pihak tidak mengetahui cacat tersebut. Jika cacat tersebut mengakibatkan kerugian bagi pihak penyewa maka pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menganti kerugian. Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menjamin tentang gangguan atau rintangan yang menggangu penyewa menikmati obyek sewa yang disebabkan suatu tuntutan hukum yang bersangkutan dengan hak milik atas barangnya. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 1556 dan 1557 KUH Perdata. Jika terjadi yang demikian, maka penyewa berhak menuntut suatu pengurangan harga sewa menurut imbangan, asalkan ganguan dan rintangan tersebut telah di beritahukan kepada pemilik Akan tetapi pihak yang menyewakan tidak diwajibkan untuk menjamin sipenyewa terhadap rintangan-rintangan dalam menggunakan barang sewa yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan peristiwa yang tidak berkaitan dengan tuntutan atas hak milik atas barang sewa. Pihak yang menyewakan disamping dibebani dengan kewajiban juga menerima hak. Hak-hak yang diperoleh pihak yang menyewakan dapat disimpulkan dan ketentuan pasal 1548 KUH Perdata, yaitu: 1) Menerima uang sewa sesuai denganjangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian; 2) Menegur penyewa apabila penyewa tidak menjalankan kewajibanya dengan baik 39 Pasal 1560, 1564, dan 1583 KUH Perdata menentukan bahwa pihak penyewa memiliki kewajiban-kewajiban, yaitu: 1) Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubungan dengan keadaan 2) Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan. 3) Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama sewa-menyewa, kecuali jika penyewa dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut terjadi bukan karena kesalahan si penyewa. 4) Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai dengan isi perjanjian sewa-menyewa dan adat kebiasaan setempat. Pihak penyewa memiliki hak, yaitu: 1) Menerima barang yang disewa 2) Memperoleh kenikmatan yang terteram atas barang yang disewanya selama waktu sewa. 3) Menuntut pembetulan-pembetulan atas barang yang disewa, apabila pembetulan-pembetulan tersebut merupakan kewajiban pihak yang menyewakan. 4. Risiko dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi obyek dari suatu perjanjian.' Risiko ' Subekti, Op. cit, hlm 92 40 merupakan suatu akibat dari suatu keadaan yang memaksa (Overmacht) sedangkan ganti rugi merupakan akibat dari wanprestasi. Pembebanan risiko terhadap obyek sewa didasarkan terjadinya suatu peristiwa diluar dari kesalahan para pihak yang menyebabkan musnahnya barang / obyek sewa. Musnahnya barag yang menjadi obyek perjajian sewamenyewa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: a. Musnah secara total (seluruhnya) Jika barang yang menjadi oyek perjanjian sewa-menyewa musnah yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan para pihakmaka perjanjian tersebut gugur demi hukum. Pengertian musnah disini berarti barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa tidak lagi bisa digunakan sebagai mana mestinya, meskipun terdaat sisa atau bagian kecil dari barang tersebut masih ada. Ketentuan tersebut diatur di dalam pasal 1553 KUH Perdata yang menyatakan jika musnahnya barang terjadi selama sewa-menyewa berangsung yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan pada salah satu pihak maka perjanjian sewa-menyewa dengan sendirinya batal. b.Musnah sebagian Barang yang menjadi obyek perjanjian sewa-menyewa disebut musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan dan dinikmati kegunaanya walaupun bagian dari barang tersebut telah 41 musnah. Jika obyek perjanjian sewa-menyewa musnah sebagian maka penyewa mempunyai pilihan, yaitu: 1) Meneruskan perjanjian sewa-menyewa dengan meminta pengurangan harga sewa. 2) Meminta pembatalan perjanjian sewa-menyewa. 5. Mengulang sewakan dan melepas sewa kepada pihak ke tiga Pihak penyewa dilarang untuk mengulang sewakan obyek sewa kepada pihak ketiga tapa sepengetahuan dan persetujuan dari pemilik obyek sewa. Mengenai hal ini diatur di dalam pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa: "Si penyewa, jika kepadanya tidak telah diperzinkan, tidak diperbolehkan mengulang sewakan barang, yang disewanya, ataupun melepas sewanya kepada orang lain, atas ancaman pembatalan perjanjian sewa dan pengantian biaya, rugi, dan bunga, sedangkan pihak yang menyewakan, setelah pembatalan itu, tidak diwajibkan mentaati perjanjian ulang sewa." Dari ketentuan Pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata dapat diketahui bahwa: a. Mengulang sewakan obyek sewa kepada pihak ketiga hanya dapat dilakukan oleh seorang penyewa, apabila diperbolehkan di dalam perjanjian sewa menyewa atau disetujui oleh para pihak; b. Jika pihak penyewa mengulang sewakan obyek sewa tanpa ijin, pihak yang menyewakan dapat menuntut pembatalan perjanjian sewa dan setelah pembatalan tidak tunduk pada perjanjian ulang sewa. 42 Perbuatan hukum berupa melakukan sewa ulang atau melepaskan sewa, keduanya adalah dilarang; kecuali memang telah diperjanjikan sebelumnya antara pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan. Yang dimaksud dengan mengulang sewakan adalah pihak penyewa bertindak sendiri sebagai pihak yang menyewakan obyek sewa dalam suatu perjanjian sewa menyewa yang diadakan olehnya dengan pihak ketiga. Sedangkan yang dimaksud dengan melepaskan sewanya adalah pihak penyewa mengundurkan din sebagai pihak yang menyewa dan menyuruh pihak ketiga untuk menggantikan kedudukannya sebagai penyewa , sehingga pihak ketiga berhadapan sendiri dengan pihak yang menyewakan. 6. Berakhirya perjanjian sewa menyewa Dalam KUH Perdata pengaturan mengenai berakhirnya perjanjian sewa menyewa dibedakan berdasarkan bentuk perjanjiannya , yaitu apakah sewa menyewa itu dibuat secara tertulis ataukah dilakukan secara lisan, dan juga apakah perjanjian sewa menyewa itu dibuat dengan batas waktu ataukah tidak. Dengan demikian pembedaan itu didasarkan pada dua hal, yaitu bentuk perjanjian dan ketentuan waktu. Berikut ini uraian mengenai berakhirnya perjanjian sewa menyewa. a. Perjanjian sewa menyewa dengan batas waktu. 1) Perjanjian sewa menyewa tertulis. Dalam Pasal 1570 KUH Perdata disebutkan bahwa: "jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut berakhir demi hukum, 43 apabila waktu yang ditentukan telah lampau tanpa diperlukanya suatu pemberitahuan untuk itu". Dengan demikian apabila perjanjian sewa menyewa dibuat secara tertulis, maka perjanjian itu berakhir setelah jangka waktu sewa selesai. Untuk pengakhirannya tanpa hams didahului adanya pemberitahuan atau somasi. 2) Perjanjian sewa menyewa lisan. Diatur dalam pasal 1571 KUH Perdata yang berbunyi: "jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa tersebut tidak berakhir pada waktu yang telah ditentukan, melainkanjika pihak lain menyatakan bahwa is hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat." b. Batas akhir sewa-menyewa tidak ditentukan waktunya. Penghentian atau berakhirnya waktu sewa dalam perjanjian sewamenyewa seperti ini didasarkan pada pedoman bahwa berakhirnya sewa-menyewa pada saat yang dianggap pantas oleh para pihak. Undang-undang tidak mengatur berakhirnya perjanjian sewa-menyewa tanpa batas waktu, sehingga penghentianya diserahkan pada kesepakatan kedua belah pihak. c. Berakhirnya sewa-menyewa dengan ketentuan khusus 1) Permohonan / pernyataan dari salah satu pihak Penghentian perjanjian sewa-menyewa hanya dapat dilakukan atas persetujuan dua belah pihak yaitu pihak yang menyewakan dengan 44 pihak penyewa. Penghentian karena kehendak para pihak ini bisa dilakukan tanpa putusan dari pengadilan. Di atur di dalam pasal 1579 KUH Perdata yang menyatakan bahwa pemilik barang tidak dapat menghentikan sewa dengan mengatakan bahwa is akan mengunakan sendiri barangnya, kecuali apabila waktu membentuk perjanjian sewa-menyewa ini diperbolehkan. 2) Putusan Pengadilan Penghentian hubungan sewa-menyewa yang dikehendaki oleh salah satu pihak saja, hanya dapat dilakukan dengan putusan pengadilan seperti yang diatur di dalam pasal 10 ayat (3) PP No. 49 Tahun 1963 jo PP No.55 Tahun 1981. 3) Benda obyek sewa-menyewa musnah Pasal 1553 KUH Perdata mengatur apabila benda sewaan musnah sama sekali bukan karena kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa-menyewa gugur demi hukum. Dengan demikian perjanjian berakhir bukan karena kehendak para pihak melainkan karena keadaan memaksa (Overmacht). C. Komputer, Internet Dan Asas-Asas Transaksi Elektronik 1. Pengantar Untuk Pemahaman Computer Komputer berasal dari bahasa latin computare yang berarti menghitung. Karena luasnya ruang lingkup ilmu komputer, maka banyak perbedaan pendapat dari para ahli dalam mendefmisikan termininologi komputer, antara lain: 45 1) Hamacher: komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan output berupa informasi. 2) Blissmer: komputer adalah suatu alat elektonik yang mampu melakukan beberapa tugas sebagai berikut: a) Menerima input b) Memproses input tadi sesuai dengan programnya c) Menyimpan perintah-perintah dan hasil dan pengolahan d) Menyediakan output dalam bentuk informasi 3) Sedangan Fuori berpendapat: komputer adalah suatu pemroses data yang dapat melakukan perhitungan besar secara cepat, termasuk perhitungan aritmetika dan operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia. Untuk mewujudkan konsepsi komputer sebagai pengolah data menghasilkan suatu informasi, maka diperlukanlah yang namanya computer-system atau sistem komputer terdiri dari elemen hardware, software dan brainware. Ke-3 elemen sistem komputer tersebut hams saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan. Hardware tidak bisa berfungsi tanpa software, demikian juga sebaliknya, dimana kedua elemen tadi juga tidak tiada akan bermanfaat jika tidak ada manusia (brainware) yang mengoperasikan dan mengendalikannya. Guna memberikan pemahaman sederhana, maka penulis menyederhanakan ke-3 elemen computer diatas, sebagai berikut: 46 a. Hardware (Perangkat Keras) yaitu peralatan computer dalam bentuk apapun yang fisiknya bisa terlihat dan tersentuh manusia. b. Software (Perangkat Lunak) yang berupa program yang berisi instruksi/perintah untuk melakukan pengolahan data, program inilah yang menjadikan sebuah hardware bisa berjalan atau berfungsi. c. Brainware : yaitu manusia itu sendiri yang memiliki buah pikiran dan satu-satunya mahluk yang mampu menginstruksikan, mengoperasikan serta mengendalikan sistem komputer dimaksud sesuai kehendak dan keinginannya. 2. Pengertian Internet Internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung ke seluruh dunia tanpa mengenal batas teritorial, hukum dan budaya. Secara fisik dianalogikan sebagai jaring laba-laba (The Web) yang menyelimuti bola dunia dan terdiri dari titik-titik (node) yang saling berhubungan. Node bisa berupa komputer, jaringan lokal atau peralatan komunikasi, sedangkan garis penghubung antar simpul disebut sebagai tulang punggung (backbone) yaitu media komunikasi terestrial (kabel, serat optik, microwave, radio link) maupun satelit. Node ini terdiri dari: 1) Pusat informasi dan database 2) Peralatan komputer dan 3) Perangkat interkoneksi jaringan serta 4) Peralatan yang dipakai pengguna (user) untuk mencari, menempatkan dan atau bertukar informasi di Internet. 47 Menurut Lani Sidharta, walaupun secara fisik Internet adalah interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum Internet hams dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi Internet adalah informasi, bahkan Internet bisa dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (mayadalam Bahasa Indonesia atau cyber / cybernetics dalam bahasa Inggris) karena hampir seluruh aspek kehidupan yang ada dalam dunia nyata terdapat pada Internet ini. 3. Sejarah Internet Drew Heywood menerangkan mengenai sejarah internet, sebagai berikut: 1) Sejarah Internet bermula pada akhir dekade 1960-an saat US Department of Defense (DoD) memerlukan standar bam untuk komunikasi Internetworking. Yaitu standar yang mampu menghubungkan segala jenis komputer di DoD dengan komputer milik kontrakto r militer, organisasi penelitian dan ilmiah di universitas. Jaringan ini hams kuat, aman dan tahan kerusakan sehingga mampu beroperasi di dalam kondisi minimum akibat bencana atau perang. 2) Tahun 1969 Advanced Research Project Agency (ARPA) dibentuk, tugasnya untuk melakukan penelitian jaringan komputer mempergunakan teknologi packet switching. Jaringan pertama dibangun menghubungkan 4 tempat yaitu: UCLA, UCSB, Utah dan SRI International. 3)Hingga tahun 1972 jaringan ini telah menghubungkan lebih dan 20 host dan disebut sebagai ARPANet. ARPANet kemudian menjadi backbone 48 Internetworking institusi pendidikan, penelitian, industri dan kontraktor terutama yang berkaitan denganjaringan militer (MILNet). 4) Tahun 1986 ARPANet mulai dikomersialkan dengan mengisolasikan jaringan militer. National Science Foundation (NFS) kemudian membiayai pembongkaran backbone ARPANet menjadi backbone Internet komersial dan dikelola oleh Advanced Network Service (ANS). Andrew S. Tanenbaum (1996): andil besar dalam perwujudan Internet adalah tergabungnya jaringan regional seperti SPAN (jaringan fisika energi tinggi), BITNET (jaringan mainframe IBM), EARN (jaringan akademis Eropa dan digunakan pula di Eropa Timur) dan ditambah dengan sejumlah link transatlantik yang beroperasi pada 64 Kbps - 2 Mbps pada tahun 1988. Menurut Khoe Yao Tung (1997), jaringan pendukung Internet di seluruh dunia adalah: a) Amerika didorong oleh NFS - ANSNet dan CO+RE (jaringan non profit terbatas) yang bekerjasama dengan Commercial Internet Exchange (CIX) serta Sprint (perusahaan telekomunikasi umum) tahun 1990. b) Pengesahaan RUU NREN (National Research and Education Network) oleh Kongres Amerika pada Desember 1991. Ditambah 8 aliansi jaringan regional yang tergabung dalam The Corporation for Regional an Enterprise Networking (CoREN) yaitu: BARRNet, CICNet, MIDNet , EARNet, NorthWestNet, MYSERNet , SURANet 49 dan WestNet. CoREN bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi komersial MCI. c) Kanada dengan jaringan backbone nasional CA*Net d) Australian Academic and Research Network (AARNET) e) The Europe Backbone (EBONE) dan The European UNIX Network (EUNet) dan RIPE organisasi jaringan e-mail Eropa f) Jepang memiliki Widely Integrated Distributed Environtment (WIDE), Today International Science Network (TISN), Japan Academic Interuniversity Network (JAIN) dan Japan UNIX Network (JUNET). Kebanyakan bekerjasama dengan jaringan telekomunikasi komersial AT&T perwakilan Jepang yang disebut dengan SPIN. g) Pelayanan lain yang bersifat internasional adalah InterCon International KK (IIKK) dan Internet Initiative Japan (IIJ) yang berasosiasi dengan WIDE untuk menyediakan jaringan Internet dikawasan Asia, termasuk jaringan penelitian dan pendidikan untuk kawasan Asia (disponsori oleh NEC, IIJ dan WIDE) yang disebut AI3 (Asia Internet Interconnection Initiative) yang mengembangkan teknologi satelit komunikasi Ku Band h) Belakangan muncul ABONE (Asia Backbone) yang didirikan oleh konsorsium negara-negara di Asia seperti Jepang, Korea, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia dan Hongkong. Interkoneksi dunia tersebut memakai jaringan seratoptik antar benua berkapasitas + 45 Mbps. (T3 +) danjaringan satelit telekomunikasi. 50 4. Asas-asas Hukum Dalam Transaksi Elektronika Dalam Pasal 3 UU ITE disebutkan mengenai Asas dan Tujuan, bahwa: "Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi". Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 3 UU ITE diuraikan pengertian dan masing-masing asas, sebagai berikut: a. Asas kepastian hukum berarti landasan hukum bagi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika serta segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya yang merupakan pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan. b. Asas manfaat berarti asas bagi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika diupayakan mendukung proses berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. c.Asas kehati-hatian berarti landasan bagi para pihak yang bersangkutan hams memperhatikan segenap asp ek yang berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi din sendirinya maupun bagi pihak lain dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika. d. Asas iktikad baik berate asas yang digunakan para pihak dalam melakukan Transaksi Elektronika tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanda hak atau melawan hukum mengakibatkan kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut. 51 e. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi berarti asas pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan datang. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legisme positivisme yang berpendapat bahwa hukum identik dengan normanorma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat negara yang berwenang. Selain itu konsepsi juga memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dan masyarakat.' B. Spesifikasi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau gejala dari objek yang akan diteliti tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala —gejala lainnya dengan membatasi permasalahan dan pendekatannya.36 C. Sumber Data Data-data yang diperlukan dan dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperlukan dalam penelitian ini mengingat pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Data sekunder di bidang hukum dipandang dari sudut mengikat dapat dibedakan: ' Roni Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal 13 36 Ibid, Hal 166 53 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, antara lain: a. Surat perjanjian sewa menyewa aplikasi server pulsa isi ulang elektronik antara CV. RAYA MEDIA dan AS TRONIK. b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya Buku III Bab I sampai IV dan VII. 2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dan memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu: a. Hasil karya ilmiah para sarjana b. Hasil - hasil penelitian D. Metode Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh dengan mempelajari klausula-klausula dalam surat perjanjian untuk mengetahui aspek perbuatan hukumnya, dan dengan melakukan inventarisasi hukum dibidang hukum perjanjian. E. Metode Penyajian Data Hasil penelitian disajikan dalam bentuk uraian uraian yang disusun secara sistematis disini maksudnya adalah keseluruhan data sekunder yang diperoleh akan dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dengan pokok permasalahan yang diteliti sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. F. Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan di analisis secara kualitatif yang dilakukan melalui proses reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap data sekunder berupa surat perjanjian Sewa Menyewa Server Pulsa Isi Ulang Elektronik No. 023/AS TRONIK/RM/V/2007. Selanjutnya akan disajikan berdasarkan unsur-unsur perjanjiannya. 1. Subyek Perjanjian 1.1. CV. RAYA MEDIA, suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa "Isi Ulang Voucher Elektronik", beralaman di Jln. M. Panjaitan 247 Ruko Bethek Permai Kay. 9 Malang Jawa Timur, diwakili oleh Wawan Sumantri selaku General Manager, yang selanjutnya disebut sebagai pihak yang menyewakan. 1.2. Anas Izzudin selaku Pemilik AS Tronik, beralamat di Jl. Raya Singosari Malang, yang selanjutnya disebut sebagai pihak penyewa. 2. Kesepakatan Bersama: Para pihak dalam berjanjian ini telah mencapai kata sepakat untuk mengadakan perjanjian sewa menyewa sistem isi ulang voucher elektronik, dengan ketentuan-ketentuan tersebut di bawah ini. 3. Obyek Perjanjian 3.1. Econos yaitu software yang disewakan untuk melakukan isi ulang voucher elektronik 55 3.2. Deposit minimal Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan saldo minimal mengendap Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan saldo akan didebet secara otomatis pada saat penyewa melakukan transaksi EReload. 4. Hak dan Kewajiban CV. Raya Media: 4.1. Wajib menyerahkan software Econos dan berhak menarik uang sewa per transaksi Rp. 50,- (lima puluh rupiah) untuk setiap transaksi dengan status sukses. 4.2. Wajib memberikan 7 hari masa percobaan tanpa dikenakan uang sewa berlaku mulai instalasi server. 4.3. Wajib menyediakan support TI (tidak termasuk support teknis hardware dan infrastruktur pendukung) apabila terdapat kerusakan sistem software e-conos. 4.4. Wajib menyediakan fasilitas pendukung yang terdiri dari: a) Fasilitas Input-Output GSM-SMS, GSM-USSD, GSM-SAT, CDMA-SMS, HOST2HOST SM2. b) Fasilitas Administrasi. 4.5. Berhak mengenakan biaya tambahan penggunaan fasilitas tambahan yang tidak disebutkan dalam surat perjanjian, seperti: WEB REPORTING, HOSTING dan lain-lain sesuai permintaan penyewa. 4.6. Wajib melaksanakan isi perjanjian dan mematuhi ketentuan hukum yang berlaku dalam melaksanakan perjanjian ini. 56 4.7. Wajib membayar ganti rugi apabila terjadi kesalahan pemrograman yang mengakibatkan kerugian bagi penyewa, kecuali kesalahan yang diakibatkan oleh kerusakan alat (aus). 5. Hak dan Kewajiban AS. TRONIK 5.1. Wajib menyediakan koneksi internet guna terlaksananya transaksi EReload. 5.2. Wajib menyediakan sistem operasi computer dan aplikasi pendukung econos, yang terdiri dari: a) 1 buah PC Server dengan spec: Proc = P4, Memory 512 M, Connector USB 4 buah, HDD 80 GB, dan OS Windows 2000/XP. b) 3 buah kabel data HP. c) 2 buah HP untuk sms center (penerima) dan sms sender (pengirim). d) 1 buah HP untuk koneksi internet (Gprs). 5.3. Wajib menyediakan hardware (PC) dan peralatan pendukung lainnya. 5.4. Berhak atas fasilitas-fasilitas pendukung untuk transaksi e-conos. 5.5. Wajib menbayar biaya akomodasi dengan ketentuan: a) Jam kerja TI: Senin — Jumat Sabtu Jam 09.00 - 17.00 Jam 09.00—14.00 Minggu dan Hari Besar Libur b) Diluarjam kerja akan dikenakan charge yang besarnya Rp. 20.000,per jam. c) Jangkauan: 0—15km Free Of Charge (Gratis) 57 > 15 km akan dikenakan charge tambahan per km = Rp. 2.500,- dihitung sekali jalan bila server dikirim ke CV Raya Media. 6. Informasi Rahasia: 6.1. Segala informasi, keterangan dan/data milik masing-masing pihak, termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi yang berkaitan dengan kegiatan usaha, produk, keuangan, strategi perusahaan, strategi pemasaran, hak atas kekayaan intelektual, data pelanggan, isi dan pelaksanaan perjanjian ini, baik yang disampaikan oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya secara tertulis, lisan, elektronik, melalui disket, compact disc dan/atau bentuk lainnya adalah bersifat rahasia dan disebut informasi rahasia. 6.2. Salah satu pihak dilarang untuk meng -copy, menyebarkan, membocorkan dan/ atau memberitahukan informasi rahasia kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari pihak yang memiliki informasi rahasia tersebut, kecuali: a) Deberikan kepada pihak ketiga atas perintah pengadilan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. b) Informasi rahasia tersebut sudah diketahui oleh masyarakat umum, sebelum diserahkannya informasi rahasia tersebut dari satu pihak kepada pihak lainnya. 58 c) Informasi rahasia tersebut sudah diketahui oleh pihak ketiga dari pihak selain salah satu pihak dalam perjanjian ini. 6.3. Informasi rahasia hanya dapat diberikan kepada karyawan ataupun pejabat yang berdasarkan jabatan dan profesinya perlu mengetahui informasi rahasia tersebut, dengan ketentuan bahwa karyawan maupun pejabat tersebut hams terikat pada kewajiban untuk menjaga kerahasiaan informasi. 6.4. Ketentuan ini tetap berlaku dan mengikat para pihak meskipun perjanjian ini telah berakhir dan/ atau dibatalkan. 7. Kesalahan Pengisian Ulang Pulsa Dalam hal pada saat transaksi E-Reload terjadi kesalahan pengisian ulang pulsa, baik kesalahan pada nomor ponsel yang diinput maupun kesalahan denominasi voucher yang diinput, baik kesalahan yang dilakukan oleh pelanggan maupun penyewa, maka penyewa tidak berhak meminta pengkreditan kembali dari saldo penyewa yang telah didebet akibat kesalahan tersebut. Penyewa bertanggung jawab sepenuhnya atas segala akibat yang ditimbulkan dari kesalahan tersebut dan tidak akan mengajukan tuntutan, gugatan, ganti rugi dan/atau klaim dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun kepada CV. Raya Media. 8. Jangka Waktu Perjanjian 8.1. Perjanjian ini berlaku efektif selama 1 (satu) tahun, dimulai pada tanggal 22 Mei 2007 sampai dengan 21 Mei 2008. 59 8.2. Perjanjian ini dapat diperpanjang atas persetujuan para pihak, yang diwujudkan dalam perjanjian tersendiri 8.3. Apabila perjanjian tidak diperpanjang, maka segala bentuk data, baik data konsumen maupun data transaksi menjadi milik penyewa, sedangkan CV. Raya Media akan menghapus e-conos dari computer penyewa. 8.4. Migrasi data ke sistem yang barn akan dikenakan biaya yang besarnya disepakati kemudian. 9. Force Majeure: 9.1. Yang dimaksud dengan force majeure dalam perjanjian ini adalah kejadian-kejadian di luar kekuasaan para pihak yang mengakibatkan terhentinya atau tertundanya pelaksanaan perjanjian ini, seperti dan tidak terbatas pada: bencana alam, wabah penyakit, peraturan dan/atau larangan pemerintah yang tidak dapat dituntut. 9.2. Setiap terjadinya force majeure hams diberitahukan secara tertulis oleh pihak yang mengalami force majeure kepada pihak lainnya, paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah kejadian tersebut, begitu puyla saat berakhirnya. 9.3. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu pihak sebagai akibat terjadinya force majeure bukan merupakan tanggung jawab pihak yang lain. 60 B. Pembahasan Guna menjawab perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka dilakukan pembahasan yang terdiri dari pembahasan umum, dan pembahasan khusus yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Sedangkan aturan hukum yang digunakan untuk melakukan pembahasan adalah ketentuan mengenai hukum perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata sebagai aturan hukum umum (lex generale), dan juga asas-asas hukum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagai aturan hukum khusus (lex specialist). 1. Pembahasan Umum Hubungan hukum sewa menyewa sudah menjadi hubungan yang banyak dilakukan oleh anggota masyarakat untuk menjembatani kebutuhan hidupnya; disatu pihak adanya orang yang membutuhkan pemakaian atas suatu barang yang bukan miliknya sendiri, dan di pihak lain adanya orang yang membutuhkan dana. Bagi penyewa mendapatkan keuntungan berupa terpenuhinya kebutuhan akan suatu barang tanpa hams menjadi pemilik barang, khususnya yang hanya membutuhkan suatu barang yang sifatnya untuk sementara waktu. Sedangkan bagi pihak yang menyewakan juga mendapatkan keuntungan berupa mendapatkan dana (uang) tanpa hams melepaskan barang yang telah menjadi miliknya Barang-barang yang menjadi obyek sewa pada mulanya adalah barangbarang berwujud, baik berupa tanah, rumah atau barang-barang kebutuhan hidup lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan 61 perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan juga perkembangan ilmu hukum itu sendiri, maka barang-barang tak berwujudpun dapat menjadi obyek perjanjian, termasuk perjanjian sewa menyewa; seperti halnya sarana atau fasilitas server untuk koneksitas internet dewasa ini sudah menjadi komoditi yang sangat dibutuhkan oleh anggota masyarakat. Hal ini sebagai efek positif dari era globalisasi di segala bidang kehidupan, akibat kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan arus informasi yang tanpa batas ruang dan waktu. Era globalisasi telah menjadikan komunikasi dan arus informasi dapat diterima maupun dikirimkan secara langsung, cepat, murah, dan aman. Berbagai teknologi dikembangkan untuk memberikan kemudahan, kecepatan, ketepatan, untuk melakukan komunikasi dua arah. Kalau pada mulanya hanya melalui media pengiriman suara (telepon) atau tulisan (telegraf), maka sekarang dapat dilakukan melalui pengiriman teks lengkap (SMS), suara dan gambar (chatting), webcam dan lain sebagainya. Adapun sistem kerja server isi ulang pulsa elektronik adalah sebagai berikut: 1. Perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi isi ulang pulsa elektronik adalah: 62 2. Pihak-pihak terkait dalam bekerjanya server isi ulang pulsa elektronik OPERA mit SELLULAR DE_A_LLR SUB DEALER T KONTER I 63 3. Sistem kerja server isi ulang pulsa elektronik Penjelasan: Anda mempunyai usaha jual beli pulsa elektrik. Anda membeli pulsa elektrik dan distributor dalam bentuk chip Mhos, Mtronik, Simpati Autorefill, Dompet Pulsa atau dari pengusaha isi pulsa / sub distributor lewat SMS dan kemudian anda mengecerkannya kembali ke toko -toko Hp/ pengecer pulsa elektrik. Toko/ pengecer pulsa elektrik itu menaruh deposit sebelum memulai transaksi. Dalam pemesanannya toko/ pengecer pulsa elektik itu mengirimkan pulsa SMS dalam format tertentu dan Anda memprosesnya secara manual. Karena proses manual tersebut mengandalkan tenaga manusia yang rentan terhadap kekeliruan maka anda membutuhkan software yang berfungsi menggantikan operator sehingga fungsi menerima sms mencatat transaksi 64 mengirimkan pesanan, membuat laporan bisa ditangani oleh software tersebut. Keterangan: 1. Konsumen membeli voucher ke outlet/ downl ine Anda 2. Outlet/ downline melakukan transaksi via sms ke server pulsa 3. Request transaksi akan diteruskan oleh server pulsa ke supplier/ vendor bersangkutan 4. Supplier memberitahukan status berhasil atau gagalnya transaksi 5. Supplier akan mengisikan pulsa ke nomor konsumen 6. Server pulsa akan memberitahukan status transaksi ke outlet/ downline anda. Catatan: Semua transaksi downline/ outlet yang telah terdaftar di server akan diproses jika saldo mereka mencukupi untuk melakukan transaksi tersebut. 2. Hubungan hukum yang timbul dalam hubungan hukum sewa menyewa antara CV. Raya Media dengan PT. AS TRONIK. Hubungan hukum (rechtbetrekking) adalah hubungan antara subyek hukum dengan subyek hukum atau antara subyek hukum dengan obyek hukum yang menimbulkan akibat hukum. Hubungan hukum pada dasarnya merupakan akibat dari suatu peristiwa hukum (rechtsfeit) yang dapat disebut sebagai sebab, jadi merupakan hubungan sebab akibat. Berdasarkan timbulnya suatu peristiwa hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu peristiwa hukum sebagai 65 akibat dari perbuatan manusia atau peristiwa hukum yang bukan akibat dari perbuatan manusia. Peristiwa hukum sebagai akibat dari perbuatan manusia juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan perbuatan menurut hukum dan perbuatan melawan hukum. Salah satu peristiwa hukum yang timbul karena perbuatan manusia dan merupakan perbuatan menurut hukum adalah perjanjian. Perjanjian dilihat dari kata dasarnya "janji", yang berarti perbuatan berupa "mebebankan kewajiban bagi dirinya sendiri", sehingga orang yang berjanji berarti membebankan kewajiban bagi dirinya sendiri, sehingga is menjadi terikat dengan janjinya sendiri. Perjanjian selalu merupakan perbuatan hukum dua pihak, sehingga dalam suatu perjanjian selalu terdapat satu pihak yang berjanji dan pihak lain sebagai lawan janjinya. Hubungan hukum yang timbul dari suatu perjanjian dinamakan perikatan. Oleh karena itu perjanjian merupakan sumber perikatan, di samping sumber yang lain yaitu undangundang. Perjanjian melahirkan perikatan, atau sebaliknya perikatan merupakan akibat atau isi perjanjian. Pembahasan mengenai hubungan hukum dalam suatu perjanjian, tidak lain membahas perikatan-perikatan yang timbul dari perjanjian tersebut, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur, yaitu: unsur essensialia, naturalia dan accidentalia. Perikatan pada dasamya adalah hubungan antara dua pihak dalam lapangan hukum kekayaan, dimana pada pihak yang satu mempunyai kewajiban untuk beiprestasi; dan pada pihak lain mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan prestasi. Pihak yang wajib beiprestasi dinamakan debitur 66 dan pihak yang berhak menuntut pemenuhan prestasi dinamakan kreditur. Berdasarkan isi perikatannya perjanjian dapat dibedakan menjadi perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik, dikatakan perjanjian sepihak apabila perjanjian itu hanya melahirkan kewajiban pada pihak yang satu dan hak pada pihak lainnya; dan dikatakan perjanjian timbal balik apabila perjanjian itu melahirkan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak. Salah satu contoh perjanjian timbal balik adalah perjanjian sewa menyewa. Selanjutnya akan dibahas ketiga unsur perjanjian sewa menyewa dan dihubungkan dengan data hasil penelitian. a. Unsur essensialia Unsur essensialia adalah unsur pokok yang hams ada dalam suatu perjanjian dan merupakan ciri yang membedakan antara perjanjian yang satu dengan perjanjian yang lain. Untuk mengetahui unsur essensialia dari perjanjian sewa menyewa dengan mendasarkan pengertian perjanjian sewa menyewa dalam Pasal 1548 KUH Perdata, yaitu: "suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itudisanggupi pembayarannya". Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam perjanjian sewa menyewa melahirkan hubungan perikatan yang terdiri dari : 1) Pihak yang satu (yang menyewakan) wajib menyerahkan hak untuk menikmati kemanfaatan suatu barang; 67 2) Dan pihak lain (penyewa) wajib membayar harga sewa. Ke dua perikatan di atas merupakan perikatan pokok atau merupakan unsur essensialia dalam perjanjian sewa menyewa yaitu adanya barang dan harga. Barang yang dimaksud diserahkan kepada si penyewa untuk dinikmati kegunaannya, atau mengambil manfaat dari kegunaan barang itu. Hal inilah yang membedakan antara perjanjian sewa menyewa dengan perjanjian jual beli, penyerahan barang dalam perjanjian sewa menyewa hanya untuk diambil manfaatnya, sedangkan dalam jual beli penyerahan barang untuk mengalihkan hak milik Selanjutnya adalah adanya pembayaran harga sewa, penyewa wajib membayar harga sewa dan pihak yang menyewakan berhak menerima harga sewa. Apabila dihubungkan dengan data hasil penelitian nomor 3 tentang obyek perjanjian, dan data 4 tentang hak dan kewajiban CV. Raya Media, dapat diketahui unsur essensialianya yaitu data nomor 3.1 tentang barang berupa software e-conos, dan data 3.2 tentang harga sewa berupa pembayaran deposit minimal sebesar Rp. 5.000.000,-. Dapat dideskruipsikan bahwa CV. Raya Media selaku pihak yang menyewakan mempunyai hak dan kewajiban pokok berupa: 1) Menyerahkan software econos (data 3) berserta fasilitas pendukungnya (data 4.4) yang terdiri dari: a) Fasilitas Input-Output GSM-SMS, GSM-USSD, GSM-SAT, CDMASMS, HOST2HOST SM2. dan b) Fasilitas Administrasi. 68 2) Berhak menarik harga sewa sebesar Rp. 50,- pertransaksi dengan ststus sukses. (data 4.1). Kewajiban penyerahan barang sewa tersebut di atas, melekat kewajiban lain berdasarkan sifat perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1550 KUH Perdata, yaitu hams memelihara barang yang disewa sedemikian rupa sehingga dapat dipakai sesuai dengan fungsinya dan juga hams menjamin pemakaian barang secara aman selama berlangsungnya sewa. Selanjutnya berdasarkan data 3.1 tentang obyek penelitian, dan data 5 tentang hak dan kewajiban AS. TRONIK, maka dapat dideskripsikan bahwa AS. TRONIK selaku pihak penyewa mempunyai hak dan kewajiban pokok berupa: 1) Berhak menerima penyerahan software econos beserta fasilitas pendukung untukjalannya software tersebut. 2) Wajib menyediakan koneksi internet, dan fasilitas pendukung software econos yang terdiri dari: a) Sistem operasi computer dan aplikasi pendukung e-conos, yang terdiri dari: a) 1 buah PC Server dengan spec: Proc = P4, Memory 512 M, Connector USB 4 buah, HDD 80 GB, dan OS Windows 2000/XP, b) 3 buah kabel data HP, c) 2 buah HP untuk sms center (penerima) dan sms sender (pengirim), d) 1 buah HP untuk koneksi internet (Gprs). b) Wajib menyediakan hardware (PC) dan peralatan pendukung lainnya. 3) Wajib membayar harga sewa berupa pembayaran deposit mini mal sebesar Rp. 5.000.000,- dengan saldo mengendap minimal Rp. 500.000, - 69 Berdasarkan uraian mengenai hak dan kewajiban penyewa, maka pelaksanaan hak-hak penyewa hanya dapat dilakukan apabila penyewa telah melaksanakan semua kewajibannya sendiri berupa menyediakan semua perangkat pendukung untuk berjalannya software econos, serta telah membayar deposit minimal Rp. 5.000.000,- dengan saldo mengendap minimal Rp. 500.000,-. Apabila kewajiban-kewajiban di atas tidak terpenuhi, maka secara otomatis program software econos tidak dapat difungsikan, sehingga penyewa juga tidak dapat menggunakan hak-haknya. Pelaksanaan kewajiban penyewa tersebut di atas tunduk pada ketentuan Pasal 1560 KUH Perdata yang mengatur mengenai dua kewajiban utama seorang penyewa, yaitu: memakai barang yang disewa dengan sebaikbaiknya sesuai dengan tujuan atau fungsinya serta membayar harga sewa padawaktuyangtelahditentukan. b. Unsur naturalia Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang berasal dari ketentuan undang-undang yang bersifat hukum pelengkap (regelendrecht/ aanvullendrecht), aturan tersebut sepanjang tidak diperjanjikan lain oleh para pihak, berlaku dan mengikat dalam perjanjian. Selanjutnya akan dibahas mengenai hak dan kewajiban pihak yang menyewakan dan penyewa yang termasuk dalam unsur naturalia. 1) Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan Dalam Pasal 1551 KUH Perdata disebutkan bahwa pihak yang menyewakan wajib menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaan 70 baik , dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap barang sewa, kecuali terhadap perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa. Dalam Pasal 1552 KUH Perdata disebutkan bahwa pihak yang menyewakan wajib menanggung adanya cacat tersembunyi, yang mengakibatkan berkurangnya atau tidak berfungsinya barang sewa, dan menanggung kerugian apabila akibat adanya cacat tersebut menimbulkan kerugian pada pihak penyewa. Dalam Pasal 1553 KUH Perdata disebutkan bahwa perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum apabila barang sewa musnah karena keadaan yang tidak disengaja; dan apabila musnahnya hanya sebagian, si penyewa dapat memilih untuk meminta pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian. Dalam Pasal 1554 KUH Perdata disebutkan bahwa selama waktu sewa, pihak yang menyewakan dilarang mengubah wujud maupun tataan barang yang disewakan. Dalam Pasal 1555 KUH Perdata disebutkan bahwa jika selama waktu sewa harus dilakukan pembetulan/ perbaikan yang tidak dapat ditunda sampai selesainya waktu sewa, maka penyewa harus menerima keadaan itu dengan segala resikonya, kecuali apabila perbaikan itu berlangsung lebih dari empat puluh hari, maka si penyewa dapat menuntut pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan sewa. Berdasarkan uraian di atas dengan dihubungkan pada data hasil penelitian, dimana para pihak tidak mengecualikan berlakunya ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal yang mengatur tentang hak dan 71 kewajiban, maka unsur naturalia berupa hak dan kewajiban pihak yang menyewakan adalah: a) Menyerahkan barang berupa software econos dalam keadaan baik sesuai dengan fungsinya; b) Melakukan perbaikan-perbaikan barang berupa software e-conos sehingga dapat berfungsi sebagai server pulsa isi ulang elektronik; c) Menanggung cacat tersembunyi terhadap software econos dan perangkat pendukungnya dan membayar kerugian yang ditimbulkannya; d) Tidak melakukan perubahan sistem dan fungsi software e -conos. 2) Hak dan kewajiban penyewa Dalam Pasal 1553 KUH Perdata disebutkan bahwa jika barang sewa musnah sebagia maka penyewa berhak menuntut pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian. D alam Pasal 1555 KUH Perdata disebutkan bahwa penyewa berhak menuntutpengurangan harga sewa atau pembatalan sewa, apabila terhadap barang sewa dilakukan perbaikan selama lebih dari empat puluh hari. Dalam Pasal 1559 ditentukan bahwa penyewa dilarang melakukan sewa ulang tanpa ijin pihak yang menyewakan. Dalam Pasal 1564 KUH Perdata disebutkan bahwa penyewa bertanggung jawab terhadap kerusakan yang terjadi pada barang yang disewa selama waktu sewa. 72 Berdasarkan uraian di atas apabila dihubungkan dengan data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa unsur naturalia berupa hak dan kewajiban penyewa adalah: a) Berhak menuntut pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian sewa apabila software e-conos dan perangkat pendukungnya mengalami perbaikan selama lebih dari empat puluh hari; b) Dilarang melakukan sewa ulang terhadap software e-conos tanpa ijin dari CV. Raya Media; c) Bertanggung jawab bertahap kerusakan yang terjadi pada software econos yang ada pada perangkat computer penyewa yang terjadi akibat kesalahan operasional yang dilakukan oleh penyewa. c. Unsur accidentalia Unsur accidentalia adalah unsur-unsur perjanjian yang bukan unsur essensialia dan bukan unsur naturalia, yang dibuat oleh para pihak dalam perjanjian. Selanjutnya akan dibahas mengenai hak dan kewajiban pihak yang menyewakan dan pihak penyewa dan hak-hal lain yang termasuk dalam unsur accidentalia. 1) Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan Berdasarkan data 4.2 dapat dideskripsikan bahwa pihak yang menyewakan wajib memberikan 7 hari masa percobaan tanpa dikenakan uang sewa berlaku mulai instalasi server, dan berdasarkan data 4.3 dapat dideskripsikan bahwa pihak yang menyewakan wajib menyediakan 73 support TI (tidak termasuk support teknis hardware dan infrastruktur pendukung) apabila terdapat kerusakan sistem software e-conos, berdasarkan data 4.6 dapat dideskripsikan bahwa apabila setelah 15 hari setelah instalasi tidak ada aktifitas server, maka pihak yang menyewakan berhak menarik software econos dari computer penyewa dan selanjutnya berdasar data 4.7 dapat dideskripsikan bahwa pihak yang menyewakan wajib membayar ganti rugi apabila terjadi kesalahan pemrograman yang mengakibatkan kerugian bagi penyewa, kecuali kesalahan yang diakibatkan oleh kerusakan alat (aus). Oleh karena itu dapat disebutkan bahwa hak dan kewajiban CV Raya Media yang merupakan unsur naturalia adalah: a) Memberikan masa percobaan selama 7 hari kerja secara cuma-cuma. b) Menyediakan pengganti sistem software apabila terjadi kerusakan pada software e-conos. c) Berhak menarik software e-conos dari computer penyewa apabila setelah 15 hari instalasi tidak ada aktifitas server. d) Membayar kerugian pada penyewa apabila terjadi kerugian akibat kesalahan pemrograman software e-conos. 2) Hak dan kewajiban penyewa Berdasarkan data 6 tentang data kerahasiaan perusahaan dan data 7 tentang kesalahan dalam pengisian ulang pulsa dapat dideskripsikan bahwa para pihak hams menjaga kerahasiaan perusahaan pihak lain dan penyewa hams menanggung sendiri kerugian yang timbul akibat adanya 74 kesalahan pengisian ulang pulsa, maka dapat diketahui bahwa hak dan kewajiban penyewa yang merupakan unsur accidentalia adalah: a) Menjaga kerahasiaan informasi rahasia berupa sistem software e conos. b) Menanggung kerugian akibat kesalahan pengisian isi ulang pulsa. Perbuatan hukum yang dijadikan obyek penelitian berupa sewa menyewa server pulsa isi ulang adalah perbuatan hukum yang dilakukan melalui koneksitas internet, sehingga termasuk pula dalam pengaturan hukum dalam UU ITE 11/2008 yang salah satunya mengatur tentang asas kehati hatian. Dalam penjelasan Pasal 3 UU ITE dijelaskan tentang asas kehatihatian yaitu: "Asas kehati-hatian berarti landasan bagi para pihak yang bersangkutan hams memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi diri sendirinya maupun bagi pihak lain dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronika." Dalam transaksi elektronika dituntut adanya ketelitian, kecermatan, keahlian di bidang operasional computer, karena segala sesuatu sudah diprogram secara otomatis. Kesalahan kecil dalam operasional computer akan berakibat luas terhadap hasil keluarannya. Begitu pula dalam pengisian pulsa isi ulang juga dituntut untuk melakukan transaksi secara tepat dan benar, baik menyangkut nomor dan nominal pulsanya. Oleh karena itu pembuat kesalahan hams menanggung kerugian akibat dari kesalahannya sendiri. 75 3. Akibat hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau terjadi keadaan memaksa (force majeure). a. Dalam hal terjadi wanprestasi Wanprestasi adalah peristiwa dimana debitur tidak melakukan kewajiban prestasi sebagaimana mestinya, yang dapat berupa: tidak berprestasi sama sekali, keliru dalam berprestasi atau terlambat berprestasi; dan semuanya itu dapat dipersalahkan kepada debitur. Akibat adanya wanprestasi, maka kreditur dapat menuntut berupa: pemenuhan perjanjian, pemenuhan perjanjian dengan disertai ganti rugi, ganti rugi saja, pembatalan perjanjian dan pembatalan perjanjian dengan disertai ganti rugi. Kewajiban prestasi dalam penelitian ini adalah berupa prestasi untuk memberikan sesuatu, pada pihak yang menyewakan (CV. Raya Media) berkewajiban memberikan software e-conos untuk keperluan pengisian pulsa isi ulang elektronik berserta perangkat pendukungnya, dan pihak lain berkewajiban membayar harga sewa berupa pembayaran deposit minimal Rp. 5.000.000,-. Oleh karena itu dikatakan telah terjadi wanprestasi dalam penelitian ini adalah apabila salah satu pihak tidak melakukan prestasi sama sekali atau terlambat dalam melakukan prestasi. Apabila dihubungkan dengan hasil penelitian, wanprestasinya pihak yang menyewakan adalah tidak memberikan software e-conos atau terlambat memberikan, sedangkan wanprestasinya pihak penyewa adalah tidak membayar harga sewa berupa pembayaran deposit atau terlambat membayar harga sewa. 76 Akibat hukum apabila debitur melakukan wanprestasi, kreditur dapat memilihsalah satu tuntutan, yaitu: hanya menuntut pemenuhan prestasi saja, menuntut pemenuhan prestasi dengan disertai pembayaran ganti rugi, menuntut ganti rugi saja, menuntut pembatalan perjanjian ataupun menuntut pembatalan perjanjian dengan disertai pembayaran ganti rugi. b. Dalam hal terjadi keadaan memaksa (overmacht atau force majeure) Keadaan memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan atau kejadian yang tak dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur untuk melakukan prestasinya sebelum is lalai dan keadaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya. Dari batasan tersebut dapat diketahui adanya bebarapa unsur dari keadaan memaksa yaitu: hal tidak dapat diduga sebelumnya, diluar kesalahan debitur, menghalangi debitur untuk berprestasi, dan debitur belum lalai. Dalam Pasal 1245 KUH Perdata ditentukan bahwa debitur tidak diwajibkan membayar ganti kerugian apabila tidak berprestasi atau terlambat berprestasinya debitur adalah karena adanya faktor keadaan memaksa (overmacht atau force majeure). Dengan kata lain bahwa keadaan memaksa merupakan alasan yang menghapus kewajiban debitur untuk membayar ganti kerugian. Apabila dihubungkan dengan data 9, dalam surat perjanjian sewa menyewa disepakati tentang kemungkinan terjadinya keadaan memaksa (overmacht atau force majeure). Telah diberikan pengertian keadaan memaksa yaitu semua kejadian di luar kekuasaan atau kesalahan debitur 77 yang mengakibatkan terhenti atau tertundanya pelaksanaan perjanjian, seperti dan tidak terbatas pada: bencana alam, wabah penyakit, peraturan dan/atau larangan pemerintah yang tidak dapat dituntut. Bekerjanya semua peralatan pendukung untuk kegiatan pengisian ulang pulsa elektronik, membutuhkan banyak faktor, baik faktor teknis maupun faktor non teknis. Faktor teknis seperti: tersedianya arus listrik yang mencukupi, beroperasinya semua perangkat untuk koneksitas interne dan sebagainya; sedangkan faktor non teknis dapat berupa keamanan, kondisi alam atau cuaca maupun kebijakan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan. Semua itu dapat berpotensi menjadi terhalangnya pelaksanaan perjanjian. Pembahasan mengenai keadaan memaksa selalu terkait dengan pembahasan mengenai risiko. Yang dimaksud dengan risiko adalah suatu kewajiban untuk menanggung kerugian sebagai akibat dari adanya suatu peristiwa atau kejadian yang menimpa obyek perjanjian dan bukan karena kesalahan dari salah satu pihak.37 Pengaturan mengenai risiko dalam KUH Perdata dibedakan antara risiko dalam perjanjian sepihak dan risiko dalam perjanjian timbal baik. Pada prinsipnya berdasarkan Pasal 1237 KUH Perdata bahwa risiko dalam perjanjian sepihak ditanggung oleh kreditur; sedangkan berdasarkan Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata, risiko dalam perjanjian timbal balik ditanggung oleh debitur. 37 A. Qirom Syamsudin Meiala, op.cit, hlm. 49. 78 Apabila dihubungkan dengan data 9.3 dimana disebutkan bahwa semua kerugian yang diderita oleh salah satu pihak sebagai akibat terjadinya keadaan memaksa (overmacht atau force majeure) bukan menjadi tanggung jawab pihak yang lainnya. Artinya, apabila masing-masing pihak tidak dapat pihak berprestasi karena keadaan memaksa, tidak dapat dituntut membayar kerugian yang diderita oleh pihak lawan janjinya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata yang mengajarkan bahwa risiko dalam perjanjian timbal balik ditanggung oleh dibitur. BABV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat ditaruik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan hukum yang timbul dalam perjanjian sewa menyewa aplikasi server pulsa isi ulang elektronik antara CV. Raya Media dan AS Tronik yang terdiri dan unsur essensialia, unsur naturalia dan unsur accidentalia adalah: a. Unsur Essensialia: 1) Penyerahan kenikmatan barang dalam hal ini berupa software e conos (data 3) berikut fasilitas pendukungnya (data 4.4) yang terdiri dari: a) Fasilitas Input-Output GSM-SMS, GSM-USSD, GSM-SAT, CDMA-SMS, HOST2HOST SM2. dan b) Fasilitas Administrasi. 2) Uang pembayaran harga sewa yakni, pembayaran deposit minimal sebesar Rp. 5.000.000,- dengan saldo mengendap minimal Rp. 500.000,-. b. Unsur Naturalia: 1) Penyerahan barang berupa software e -conos dalam keadaan baik sesuai dengan fungsinya, melakukan perbaikan -perbaikan barang berupa software e-conos sehingga dapat berfungsi sebagai server pulsa isi ulang elektronik, menanggung cacat tersembunyi 80 terhadap software e-conos dan perangkat pendukungnya dan membayar kerugian yang ditimbulkannya, dan tidak melakukan perubahan sistem dan fungsi software e-conos. 2) Pengurangan harga sewa atau menuntut pembatalan perjanjian sewa apabila software e-conos dan perangkat pendukungnya mengalami perbaikan selama lebih dari empat puluh hari, dilarang melakukan sewa ulang terhadap software e-conos tanpa ijin dari CV. Raya Media, bertanggung jawab bertahap kerusakan yang terjadi pada software e-conos yang ada pada perangkat komputer penyewa yang terjadi akibat kesalahan operasional yang dilakukan oleh penyewa. c.Unsur Accidentalia: Pemberian masa percobaan bagi AS Tronik untuk mengoperasikan sistem e-conos selama tujuh hari, dan pembebanan pada AS Tronik untuk menjaga kerahasiaan informasi terkait sistem e-conos. 2. Akibat hukum apabila terjadi wanprestasi atau keadaan memaksa (overmacht atau force majeure) adalah: Akibat hukum apabila debitur melakukan wanprestasi, kreditur dapat memilih salah satu tuntutan, yaitu: hanya menuntut pemenuhan prestasi saja, menuntut pemenuhan prestasi dengan disertai pembayaran ganti rugi, menuntut ganti rugi saja, menuntut pembatalan perjanjian ataupun menuntut pembatalan perjanjian dengan disertai pembayaran ganti rugi Sedangkan akibat hukum terjadinya kerugian karena keadaan memaksa (overmacht atau force majeure) adalah ditanggung oleh masing-masing 81 pihak atau ditanggung oleh debitur, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata. B. Saran Suatu yang sangat penting dan merupakan salah satu ciri khas dalam setiap transaksi elektronik adalah tentang kewajiban menjaga rahasia sistem, akan tetapi hal ini justru tidak diatur dalam perjanjian; oleh karena itu berlaku ketentuan dalam Bab W Buku III KUH Perdata. DAFTAR PUSTAKA A. Qirom Syamsudin Meliala, 1985, Pokok-pokokHukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta. Gauzali Aaydan, 2005, Teknologi Telekomunikasi Perkembangan dan Aplikasi, CV. Alfabeta, Bandung. J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung. ........... , 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Purwakhid Patrik, 1982. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang. Roni Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta. Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Subekti, 1983, Hukum Perjanjian, PT. Internusa, Jakarta. ........... , 1995, Aneka Perjanjian, cetakan ke sepuluh, CV. Citra Aditya Bakti, Bandung. Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta. Wiryono Proj odikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Bandung.