Tahap 7 No. 6 Nov - Des 2016 1-2 Samuel k Galatia k Efesus DAFTAR ISI Redaksi ................................................................................. 3 Menggantikan Kepemimpinan Allah ........................................ 4 Renungan Tanggal 1-21 November 2016 ................................... 5 Pemimpin Pilihan Allah ........................................................ 26 Renungan Tanggal 22 November - 10 Desember 2016 ...............27 Kemerdekaan dalam Kristus................................................... 46 Renungan Tanggal 11-16 Desember 2016 ................................. 47 Identitas dan Panggilan Gereja............................................... 53 Renungan Tanggal 17 Desember 2016 ..................................... 54 Kembali kepada Makna Natal yang Sejati................................55 Renungan Tanggal 18-31 Desember 2016 ................................ 56 Daftar Gereja Sinode GKY .................................................... 74 Diterbitkan oleh: Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus Ketua: Pdt. Bagio Sulianto Editor Umum: GI Purnama Penulis: Pdt. Bagio Sulianto, Pdt. Timotius Fu, GI Feri Irawan, GI Purnama Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999 diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin. Renungan GEMA juga dapat dibaca melalui : • Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur), atau langsung klik Renungan Gema (di sebelah kiri bawah) • Download di website GKY (www.gky.or.id - bagian download), atau langsung klik Mobile Gema untuk Android & Ios (di sebelah kiri bawah) • Download langsung di Gadget anda melalui Google play atau App store. Alamat Redaksi : Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180. Telepon: (+62-21) 6010405-08, Website: www.gky.or.id, e-mail: [email protected] R edaksi Salam sejahtera dalam kasih Kristus. Dalam kitab Kejadian, Allah memilih Abraham, Ishak, dan Yakub untuk menjadi nenek moyang sebuah bangsa yang besar, yaitu bangsa Israel. Saat bangsa Israel berkembang menjadi sebuah bangsa, yang menjadi Raja adalah Allah sendiri. Saat bangsa Israel melakukan perjalanan di padang gurun, Allah memimpin melalui Musa. Allah juga memimpin melalui tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari untuk menentukan kapan bangsa Israel harus berhenti dan kapan harus berjalan. Setelah bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, Allah memimpin melalui Yosua dan selanjutnya Allah memimpin melalui para hakim Israel. Sayangnya, bangsa Israel tidak mampu melihat kebaikan Allah yang luar biasa atas diri mereka dan mereka menginginkan kepemimpinan raja seperti halnya bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Allah menganggap permintaan bangsa Israel untuk memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain itu sebagai penolakan terhadap kepemimpinan Allah (1 Samuel 8:6-7). Dalam edisi ini, kita akan membaca kisah dua raja Israel yang pertama—yaitu Raja Saul dan Raja Daud—dalam Kitab 1-2 Samuel. Melalui kisah kedua raja tersebut, kita akan disadarkan bahwa kepemimpinan manusia itu tidak pernah sempurna. Semula, mereka berdua kelihatan ideal, tetapi akhirnya nampak bahwa mereka memiliki banyak kekurangan. Selain itu kita akan membaca Surat Galatia serta Surat Efesus, dan kita akan mengikuti renungan khusus Natal dan akhir tahun. Bila kitab 1-2 Samuel merupakan refleksi (cermin) bagi kita melalui kisah bangsa Israel, surat Galatia dan surat Efesus membahas permasalahan gereja mula-mula yang relatif lebih relevan dengan pergumulan kita saat ini. Renungan khusus Natal mengajak kita untuk memperhatikan respons tokoh-tokoh yang muncul dalam kaitan dengan kelahiran Yesus Kristus di Betlehem sekitar 2000 tahun yang lalu. Renungan akhir tahun menolong kita untuk bersyukur saat merenungkan penyertaan Tuhan sepanjang tahun 2016 ini. Akhir kata, kami mengucapkan selamat menyambut perayaan Natal bagi para pembaca yang sudah mulai sibuk mempersiapkan perayaan Natal. Semoga GeMA tetap menjadi berkat bagi pembaca! Menggantikan Kepemimpinan Allah D alam Septuaginta (LXX), yaitu sebuah terjemahan kuno Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, kitab 1-2 Samuel dan kitab 1-2 Raja-raja disebut sebagai BASILEIWN A, B, G, D atau 1-4 Kingdoms, sehingga kitab-kitab itu bisa disebut sebagai kitab-kitab Kerajaan (The Book of Kingdoms). Kitab 1 Samuel mencatat permulaan berdirinya Kerajaan Israel di bawah kepemimpinan seorang raja menggantikan kepemimpinan Allah. 1 Samuel 1-12 terutama mencatat pelayanan Samuel sebagai Hakim terakhir Israel, sedangkan 1 Samuel 13-31 terutama mencatat pemerintahan Raja Saul dan pengenalan tokoh yang kemudian menjadi raja Israel yang kedua, yaitu Daud yang kala itu masih muda. Ada dua buah pengontrasan tokoh yang menonjol dalam kitab ini. Kontras Pertama adalah kontras antara Samuel dan Saul. Dalam pasal 12, Samuel digambarkan sebagai sosok yang berintegritas dan taat pada panggilan Tuhan. Gambaran tentang Samuel ini kontras dengan gambaran tentang Raja Saul yang sejak awal kepemimpinannya (pasal 13) penuh dengan catatan ketidaktaatan terhadap Tuhan. Kontras Kedua adalah kontras antara Raja Saul dan Raja Daud. Narasi (kisah) tentang Daud mulai muncul di pasal 16 dengan peristiwa penting dipilihnya Daud sebagai raja oleh Allah sendiri, sedangkan di pasal sebelumnya (pasal 15), Saul ditolak sebagai raja oleh Allah. Dalam kitab 1 Samuel, kita banyak belajar tentang Allah yang berdaulat dan penuh kesabaran atas Israel meskipun dipimpin oleh seorang raja yang tidak taat kepada-Nya. Tampak jelas bahwa nasib Kerajaan Israel sangat bergantung pada belas kasihan Tuhan. Raja yang diharapkan oleh bangsa Israel menjadi pemimpin perang yang tangguh dan mampu membuat bangsa Israel mengalahkan musuh bebuyutannya, Filistin, ternyata hanya seorang pecundang. Ketika Goliat tampil mengancam Israel, Saul malah berada di belakang pasukannya dan sama-sama ketakutan. Justru Daud yang masih muda yang tampil sebagai pahlawan yang gagah perkasa. Akhir kitab ini mencatat kisah tragis kematian Raja Saul dengan cara bunuh diri karena ia tidak mau terbunuh oleh pedang tentara Filistin. [FI] 4 sa, Sela 1 Nov T Ikut Cara Allah atau Dunia? Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 1 aat beribadah bukanlah jaminan seseorang tidak tergoda dengan tawaran dunia, terutama ketika diperhadapkan pada permasalahan serius seperti tidak dikaruniai anak. Bagi yang ingin jalan pintas, menikah lagi adalah solusi cepat bagi para suami untuk memperoleh keturunan. Cara inilah yang dipakai oleh Elkana, yaitu menikahi Penina ketika Hana tidak kunjung memiliki anak. Meski berpoligami dianggap wajar oleh masyarakat saat itu, tapi hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sejak awal penciptaan, Tuhan tidak merancang dan tidak menyetujui perkawinan poligami. Cara dunia yang dipakai Elkana bukan menjadi solusi, melainkan malah menimbulkan permasalahan baru dalam keluarganya. Penina sebagai istri muda yang memiliki keturunan sering menyakiti hati Hana, sementara Elkana, meski mencintai Hana, adalah sosok suami yang tidak berdaya mengatasi konflik rumah tangganya. Sebaliknya, Hana dalam pergumulannya tetap mencari jawaban doa kepada Tuhan. Nazar Hana untuk menjadikan anak yang akan dilahirkannya sebagai pelayan Tuhan di Kemah Suci, menuntun mereka untuk menyerahkan Samuel kepada Imam Eli ketika Allah pada akhirnya membuka kandungannya. Di luar dugaan, ternyata Tuhan memiliki rencana besar bagi Israel yang akan diwujudkannya melalui pasangan ini. Sayangnya, Elkana terlebih dulu mencari jalan keluar yang ditawarkan dunia, ketimbang percaya akan rancangan terbaik dari Tuhan. Terkadang kita berlaku seperti Elkana—yang gegabah dalam penantian mencari kehendak Tuhan—dengan memilih cara-cara dunia bagi permasalahan hidup kita. Belajarlah untuk bersabar dan memercayai bahwa ada rancangan Tuhan yang terbaik di tengah segala persoalan hidup kita. [FI] “Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.” 1 Samuel 2:1b 5 , Rabu 2 Nov J Siapa yang Dursila? Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 2 angan menilai seseorang hanya dari kesan sesaat saja, karena bisa jadi penilaian kita salah. Penilaian seperti inilah yang dilakukan oleh Imam Eli. Ia salah menilai Hana sebagai sosok perempuan dursila ketika Hana bersusah hati di Kemah Suci, padahal saat itu Hana sedang mencurahkan isi hatinya di hadapan Allah (1:15). Ironisnya, kedua anak Imam Eli—Hofni dan Pinehas—yang diharapkan berperilaku benar, ternyata adalah orangorang dursila yang tidak mengindahkan TUHAN (2:12). Sikap dursila terlihat melalui cara mereka melayani TUHAN. Dengan mengambil daging persembahan untuk TUHAN, mereka bertindak melampaui hak mereka. Status mereka sebagai imam bertolak belakang dengan perilaku mereka. Mereka adalah hamba atas perut dan nafsu mereka sendiri. Sikap tidak menghormati TUHAN dan aturan hukum TUHAN membuat mereka berdosa besar di hadapan TUHAN (2:17). Imam Eli bukan tidak menegur, tetapi tegurannya lemah dan terlambat karena TUHAN sudah menjatukan hukuman atas mereka (2:25). Sikap hormat kepada TUHAN justru ditunjukkan oleh Samuel sebagai pelayan yang makin lama makin disukai TUHAN dan sesama (2:18, 21b, 26). Jelas bahwa perilaku Samuel berbeda dengan kedua anak Imam Eli yang dursila. Samuel tumbuh besar dengan menunjukkan jati dirinya sebagai pelayan TUHAN yang benar. Betapa mirisnya jika kita sebagai orang Kristen sibuk melayani di Gereja atau lembaga kerohanian, tetapi sebenarnya kita memiliki agenda terselubung yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Meskipun manusia tidak menyadari perilaku kita yang curang, tetapi Tuhan tahu siapa yang dursila dan siapa yang tidak. Hiduplah sesuai dengan jati diri kita sebagai anak-anak Allah. Layanilah Tuhan dengan sikap yang benar. [FI] “Sebab siapa yang menghormati Aku, akan kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.” 1 Samuel 2:30b 6 , Kamis 3 Nov B Pribadi Yang Berkenan Bagi Tuhan Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 3 anyak orang salah duga karena menyangka bahwa melayani Tuhan pasti membuat Tuhan berkenan terhadap diri kita. Padahal, Tuhan lebih berkenan pada pribadi kita, bukan pada pelayanan kita. Pribadi Samuel membuat ia disukai Allah (2:26). Samuel hidup pada zaman saat penglihatan dan nubuat jarang terjadi di Israel, sehingga ia belum peka terhadap suara Tuhan dan menyangka panggilan Tuhan sebagai suara Imam Eli. Panggilan Tuhan terhadap Samuel kontras dengan apa yang dialami Imam Eli dan keluarganya. Di satu sisi, Allah berkenan atas Samuel yang masih muda. Di sisi lain, Allah murka terhadap Imam Eli dan keluarganya. Ironisnya, setelah diberitahu Imam Eli bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan, justru firman Tuhan berisi nubuat penghukuman bagi keluarga Imam Eli yang berdosa di hadapan Tuhan. Terhadap berita penghukuman itu, Imam Eli bersikap pasrah, “Dia TUHAN, biarlah diperbuatNya apa yang dipandang-Nya baik” (3:18). Sangat disayangkan jika seorang yang setiap hari melayani di rumah Tuhan justru dihukum Tuhan karena membiarkan dosa anak-anaknya dan tidak memarahi mereka (3:13). Tuhan tidak mau hamba-hamba-Nya meremehkan dosa. Sementara Imam Eli menerima konsekuensi dosanya, Samuel justru tumbuh menjadi pribadi yang berkenan dan disertai Tuhan. Membiarkan dan meremehkan dosa adalah kekejian serius di mata Tuhan. Banyak orang Kristen yang sering mengabaikan dan meremehkan dosa. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa imam yang melayani pun dihukum Tuhan karena meremehkan dosa. Tuhan serius saat berurusan dengan dosa. Jadilah pribadi yang berkenan kepada Tuhan dengan membangun kepekaan terhadap godaan dosa dalam hidup Anda. [FI] “Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.” 1 Samuel 3:19 7 t, Juma 4 Nov K Jangan Memanipulasi Allah! Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 4 etakutan terhadap ancaman membuat seseorang berusaha mengatasi ketakutan tersebut. Kekalahan bangsa Israel terhadap bangsa Filistin dengan korban empat ribu pasukan Israel yang terbunuh membuat hati bangsa Israel ciut. Sayangnya, ketakutan akan bayangan kekalahan tidak membuat mereka datang mencari Allah, melainkan memunculkan ide untuk membawa tabut perjanjian Allah sebagai “jimat” yang dianggap mujarab untuk menghasilkan kemenangan. Tindakan spekulatif yang dilakukan bangsa Israel ini membuat bangsa Filistin menjadi ketakutan (4:7-8). Sebagai bangsa yang mengakui banyak dewa, bangsa Filistin mengakui Allah Israel sebagai salah satu dewa yang sudah terbukti Mahadahsyat dalam peperangan. Akan tetapi, Allah tidak berkenan terhadap tindakan bangsa Israel yang semaunya sendiri itu. Yang amat disayangkan, imam Eli bukan hanya tidak melarang, melainkan justru merestui. Hati imam Eli yang berdebar-debar (4:13) menunjukkan bahwa sebenarnya ia menyadari bahwa membawa tabut Allah tanpa perkenanan Allah merupakan dosa yang akan berdampak pada penghukuman Allah. Akhir kisah pertempuran ini sangat mengenaskan: Israel terpukul kalah dan tabut Allah dirampas oleh bangsa Filistin. Kedua anak imam Eli—yaitu Hofni dan Pinehas—tewas dalam pertempuran, dan imam Eli mati secara tragis ketika mendengar berita tentang dirampasnya tabut Allah (4:17-18). Tuhan yang kudus dan adil tidak membiarkan umat-Nya mempermainkan dan menjadikan Allah sebagai “alat” untuk memberi rasa aman belaka. Allah ingin agar kita sungguh-sungguh mempercayai Dia saat menghadapi setiap persoalan, termasuk persoalan yang tersulit. [FI] “Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.” 1 Samuel 2:3b 8 u, Sabt 5 Nov T Percaya Pada Allah Yang Maha Kuasa Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 5:1-7:14 erkadang Allah sengaja membiarkan umat-Nya berada dalam situasi yang sulit untuk menunjukkan kuasa-Nya yang melampaui segala pergumulan dan kesulitan. Kekalahan pasukan Israel dan perampasan tabut Allah oleh pasukan Filistin tidak berarti bahwa Allah kalah dan tidak lagi Mahakuasa. Sebaliknya, Allah menunjukkan kepada umat-Nya dan bangsa Filistin bahwa Ia adalah Allah yang Mahakuasa. Jika sebelumnya bangsa Filistin hanya mendengar kisah tentang Allah Israel yang Mahadahsyat di masa lalu (4:8), sekarang mereka mengalami sendiri kedahsyatan Allah. Semula, mereka sengaja ingin menunjukkan superioritas dewa Dagon, patung sembahan utama mereka, dengan meletakkan tabut Allah dalam kuil Dagon di Asdod. Akan tetapi, patung Dagon terjatuh dengan posisi menyembah kepada tabut Allah (5:4). Kepala dan tangan kanan patung Dagon yang terpenggal dan terpelanting adalah simbol bahwa Dagon telah dikalahkan oleh Tuhan Allah yang Mahadahsyat. Di samping itu, Tuhan menulahi penduduk Asdod dengan borok. Ketika tabut dipindahkan ke kota-kota Filistin lainnya, tulah yang sama melanda kota-kota tempat tabut Allah berada. Pada akhirnya, tabut dikembalikan kepada orang Israel di daerah Bet-Semes disertai sejumlah persembahan emas berbentuk tikus dan benjolan sebagai simbol tulah yang menjangkiti penduduk Filistin. Bukan hanya umat Allah, tetapi bangsa Filistin pun juga harus mengakui kemahakuasaan Tuhan yang melampaui segala kuasa di dunia ini. Walaupun persoalan dan pergumulan hidup orang percaya bisa datang silih berganti, sekali-sekali jangan kita meragukan kuasa Allah. Allah tidak pernah tinggal diam atas kehidupan umat-Nya. [FI] Dan orang-orang Bet-Semes berkata: “Siapakah yang tahan berdiri di hadapan TUHAN, Allah yang kudus ini?” 1 Samuel 6:20a 9 u, Mingg 6 Nov B Kecenderungan Menolak Allah Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 7:15-8:22 enarkah Allah tidak menginginkan bangsa Israel dipimpin oleh seorang raja dari kalangan mereka sendiri? Sebenarnya, Allah tidak melarang bangsa Israel memiliki raja seperti bangsabangsa lain. Akan tetapi, Allahlah yang memiliki wewenang untuk memilih dan mengangkat raja sesuai dengan ketentuan Taurat Tuhan (Ulangan 17:14-15). Apa yang disampaikan tua-tua Israel kepada Samuel menunjukkan bahwa mereka ingin mengangkat raja yang sesuai dengan keinginan mereka (1 Samuel 8:4-5). Meskipun mereka memakai berbagai alasan, seperti bahwa usia Samuel sudah tua dan anak-anaknya tidak hidup saleh seperti Samuel (8:5), serta bahwa seorang raja bisa menjadi hakim sekaligus panglima perang (8:20), tetapi Tuhan tahu bahwa keinginan tua-tua Israel itu sebenarnya adalah upaya menolak Allah sebagai raja atas mereka (8:7). Upaya bangsa Israel menolak Allah itu bukanlah upaya pertama, tetapi sudah pernah dilakukan sebelumnya pada zaman Musa (8:8). Sebenarnya, tingkah laku umat Allah itu ibarat anak kecil yang dididik oleh ayahnya. Sesudah merasa mampu, ia merasa tidak membutuhkan pertolongan dan ajaran ayahnya lagi. Kecenderungan yang sama juga bisa terjadi dalam kehidupan kita saat ini. Kemandirian kita dalam banyak hal—baik dalam harta maupun kinerja—berpotensi membuat kita tidak lagi menjadikan Tuhan sebagai pemimpin dan pemandu hidup kita. Padahal, kemandirian adalah hasil campur tangan Tuhan atas hidup kita. Sadar maupun tidak sadar, kita menolak Allah turut campur tangan atas kehidupan yang sudah kita atur sedemikian rupa sesuai dengan keinginan kita sendiri. Waspadalah terhadap kecenderungan menolak campur tangan Tuhan atas kehidupan kita, agar hidup kita berkenan kepada Tuhan. [FI] “Sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.” 1 Samuel 8:7b 10 , Senin 7 Nov T Keinginan Sendiri vs Keinginan Allah Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 9-10 ampilnya Saul menjadi raja melalui undian menyisakan sebagian pihak yang kurang puas dengan pengangkatannya sebagai raja, meskipun ada orang-orang gagah perkasa yang mendukung kepemimpinannya. Ketidakpuasan kelompok orang dursila ini bisa jadi terkait dengan kesan mereka atas peristiwa yang dicatat dalam 10:1-12, yaitu Saul mengalami kepenuhan seperti nabi. Itulah sebabnya mereka menyindir Saul dengan perkataan, “Apa Saul juga termasuk golongan nabi?” Dengan kata lain, mereka ingin berkata, “Yang kami cari adalah raja, mengapa yang datang nabi? Kami tidak membutuhkan nabi, tetapi kami membutuhkan raja!” Terlihat jelas bahwa kelompok orang dursila ini bukan semata-mata menolak kepemimpinan Saul, tetapi menolak Allah yang memilih Saul sebagai raja. Meskipun mereka sudah menyerahkan keputusan kepada Samuel sebagai wakil Allah untuk memilih raja, tetapi mereka sebenarnya ingin menentukan sendiri sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Karena raja yang terpilih tidak sesuai dengan keinginan mereka sendiri, mereka menentang Saul dengan cara menghinanya dan tidak memberi persembahan kepadanya. Di gereja pada masa kini pun juga ada orang Kristen yang belum dewasa rohani yang berperilaku seperti orang dursila. Mereka bukan hanya tidak mendukung pekerjaan pelayanan gereja, tetapi mereka justru tampil sebagai pengacau di gereja melalui kritik tajam dan fitnah terhadap pelayan-pelayan Tuhan yang dianggap tidak sejalan dengan keinginan mereka. Sangat disayangkan jika ternyata kita adalah orang semacam itu. Jika kita melayani dengan sejumlah agenda pribadi, berarti bahwa kita sebenarnya tidak sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan kemurnian hati. [FI] Tetapi orang-orang dursila berkata: “Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!” Mereka menghina dia dan tidak membawa persembahan kepadanya. Tetapi ia pura-pura tuli. 1 Samuel 10:27 11 sa, Sela 8 Nov S Keberhasilan Asalnya Dari Tuhan Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 11-12 eperti sebuah tradisi, seorang pemimpin negara sering dinilai kinerjanya pertama kali setelah 100 hari kepemimpinannya, untuk dilihat apakah ia memiliki kemampuan memerintah atau tidak. Penilaian ini sangat penting bagi sang pemimpin untuk mendapatkan dukungan rakyat selama masa pemerintahannya. Hal ini tidak berbeda dengan Raja Saul. Pengepungan wilayah Yabesh-Gilead oleh bangsa Amon di bawah pimpinan Nahas menjadi kesempatan untuk menunjukkan kredibilitasnya sebagai seorang raja. Sikap Raja Saul yang memohon pimpinan Allah pada awal pemerintahannya menghasilkan hal yang baik baginya. Buktinya, ketika para utusan datang kepada Saul, Roh Tuhan berkuasa atas diri Saul (11:6) sehingga menimbulkan keseganan dari seluruh bangsa Israel. Dari segenap umat, terkumpul tiga ratus ribu pasukan yang maju melawan Amon. Dengan taktik jitu (11:11), Raja Saul tampil sebagai pahlawan perang atas nama Tuhan dengan mengalahkan orang-orang Amon (11:13). Atas keberhasilan dalam peperangan inilah, Raja Saul akhirnya didukung penuh oleh segenap bangsa Israel. Melihat kesempatan baik ini, Nabi Samuel akhirnya memutuskaan untuk mengundurkan diri sebagai hakim atas bangsa Israel. Kesadaran bahwa ia bisa menjadi raja karena dipilih oleh Tuhan (10:1) membuat Raja Saul bertindak dengan meminta hikmat dan pimpinan Tuhan terlebih dahulu. Keberhasilan mengalahkan musuh inipun disadari olehnya sebagai berasal dari Tuhan. Sebagai orang Kristen, kita juga harus terus-menerus mengingat bahwa segala sesuatu yang kita nikmati dalam hidup kita ini semata-mata adalah berasal dari Tuhan. Kesadaran tentang hal ini akan membuat kita tidak mudah melupakan Tuhan. [FI] “Sesungguhnya TUHAN telah mengangkat raja atasmu, asal saja kamu takut akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mendengarkan firman-Nya dan tidak menentang titah TUHAN, dan baik kamu, maupun raja yang akan memerintah kamu itu mengikuti TUHAN, Allahmu!” 1 Samuel 12:13b-14 12 , Rabu 9 Nov K Taat Kepada Allah Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 13 etaatan kepada Allah sangat penting karena ketaatan merupakan dasar pengakuan atas otoritas Allah terhadap hidup kita. Sayangnya, Raja Saul tidak terus bersikap taat. Ketakutan saat mendengar bahwa bangsa Filistin telah mengerahkan pasukan yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada pasukan Israel membuat Raja Saul melakukan kesalahan berupa mempersembahkan korban bakaran tanpa kehadiran Nabi Samuel. Padahal, Nabi Samuel sebelumnya sudah memintanya untuk menunggu (10:8). Jika diamati, maka kesalahan Saul terkait dua hal, yaitu soal motivasi dan respons. Dalam hal motivasi, tindakan gegabah yang dilakukan Raja Saul didorong oleh rasa takut kehilangan pamor sebagai raja, yaitu karena sebagian rakyat satu per satu mulai meninggalkan dia di Gilgal. Dalam hal respons, Saul tidak memperlihatkan perasaan bersalah terhadap Nabi Samuel, malahan ia membenarkan tindakannya yang jelas-jelas melanggar perintah Nabi Samuel sebagai nabi Tuhan. Sangat disayangkan bahwa sebagai pemimpin utama di Israel, Raja Saul tidak sensitif terhadap hal-hal yang bersifat spiritual dan berani menentang otoritas Allah melalui nabinya, yaitu Nabi Samuel. Dosa ketidaktaatan inilah yang membuat Raja Saul dihukum oleh Allah (13:14). Sebenarnya, ada hal penting yang harus kita pahami dari kesalahan Raja Saul, yaitu bahwa Allah lebih menginginkan Raja Saul menaati firman-Nya yang telah diucapkan oleh Nabi Samuel daripada korban persembahan. Ketaatan seperti ini juga yang Tuhan inginkan atas hidup kita sebagai orang percaya. Ketaatan kepada Allah jauh lebih penting ketimbang ritual yang seakan-akan kelihatan benar dan rohani, tetapi sebenarnya tidak sungguh-sungguh diarahkan kepada Allah. [FI] “TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.” 1 Samuel 13:14b 13 , Kamis v 10 No K Peka Terhadap Dosa Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 14 etidakberesan seseorang secara rohani akan tercermin dalam tutur kata dan tindakannya yang tidak peka terhadap dosa. Hal ini terlihat jelas dalam diri Raja Saul yang membuat keputusan tanpa mencari kehendak Allah. Begitu mendengar terjadinya kegentaran di kemah pasukan Filistin karena Allah, Saul (yang semula berencana meminta petunjuk Tuhan) langsung memimpin peperangan melawan bangsa Filistin untuk membalas dendam (14:18-19). Ia berambisi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat Israel atas dirinya. Ambisi ini membuatnya mengucapkan sumpah atau kutukan yang melarang seorang pun makan sesuatu sebelum matahari terbenam tanpa alasan yang jelas (14:24). Hal ini merugikan pasukan Israel dan akhirnya membuat rakyat berbuat dosa (14:33). Ambisi tersebut membuat imam harus mengingatkan Saul untuk meminta petunjuk Allah lebih dulu. Meskipun Saul akhirnya bertanya kepada Allah, namun tidak ada konfirmasi dari Allah (14:36b-37). Karena merasa diri benar dan curiga atas diamnya Allah, Saul meminta imam untuk membuang undi guna menentukan siapa yang salah. Ternyata sumber masalahnya adalah bahwa Yonatan telah meminum madu hutan karena tidak mengetahui sumpah ayahnya. Sekalipun demikian, karena pembelaan rakyat, Yonatan dibebaskan dari hukuman. Akan tetapi, Saul tidak pernah merasa bahwa dirinyalah yang berdosa terhadap Allah. Orang yang menjauh dari Allah tidak akan peka terhadap dosa. Ia bisa peka terhadap kesalahan orang lain, tetapi tidak peka terhadap diri sendiri. Ia menganggap dirinya baik-baik saja dan benar, sampai kehancuran dirinya. Periksalah kerohanian Anda agar Anda tidak terperosok ke dalam berbagai dosa yang menghancurkan diri sendiri tanpa Anda sadari. [FI] “Sesungguhnya mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” 1 Samuel 15:22b 14 t, Juma v 11 N o O Junjung Tinggi Kebenaran Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 15 rang yang menghormati Allah akan menaati firman Tuhan sebagai kebenaran yang harus dijunjung tinggi. Ujian ketaatan kembali diperhadapkan pada Raja Saul melalui perintah untuk menumpas bangsa Amalek. Perintah ini sebenarnya pernah disampaikan kepada bangsa Israel pada zaman Musa (Ulangan 25:17-19). Namun, saat itu, bangsa Israel masih belum berhasil menumpas bangsa Amalek. Sayangnya, saat Raja Saul memiliki kesempatan untuk melaksanakannya, ia tidak taat. Perilaku inilah yang membuat Allah berduka. Setelah kasus di pasal 13-14, Raja Saul tidak mau mengambil risiko dengan membuat pamornya makin redup. Demi mengambil hati rakyat Israel, ia membiarkan rakyat menjarah kambing domba dan lembu yang tambun. Bahkan Agag, raja Amalek juga tidak dibunuh. Saul mengabaikan kebenaran dan membiarkan ketidakbenaran terjadi demi menyenangkan rakyatnya. Saul tahu bahwa tindakan rakyat itu tidak berkenan di hati Tuhan, tetapi ia melakukannya agar kepemimpinannya diakui. Bukan hanya itu, Saul juga mengabaikan tanggung jawab pribadi dan menyalahkan orang lain. Saat Samuel menegurnya, Saul membela diri dengan cara menyalahkan rakyat (15:21). Ia tidak mau bertanggung jawab atas kesalahannya. Ia melakukan “lempar batu sembunyi tangan” dengan mengatakan kebohongan. Saul lupa bahwa ia berhadapan dengan Tuhan. Meskipun ia menyesali dosanya (15:24, 30), Tuhan tetap menjatuhkan hukuman. Jangan gadaikan kebenaran demi pengakuan manusia, apalagi sampai berdusta demi menutupi kesalahan diri sendiri. Jadilah pribadi yang menjunjung kebenaran! Bila kita melakukannya, kita akan dihormati oleh Allah dan manusia. [FI] “Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.” 1 Samuel 15:23b 15 u, Sabt v 12 N o N Pribadi Yang Diperkenan Allah Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 16-17 arasi pertemuan awal antara Saul dan Daud penuh dengan catatan akan hal-hal yang kontras. Kontras pertama, Roh TUHAN berkuasa atas Daud (16:13), tetapi Roh TUHAN mundur dari Saul (16:14). Akibatnya, roh jahat diizinkan Allah untuk membuat Saul merasa tidak nyaman di hati. Untuk mengatasi hal itu, harus ada orang yang bermain kecapi. Oleh karena itu, Daud yang pandai main kecapi pada akhirnya diundang ke istana untuk melayani Raja Saul yang sering gundah karena gangguan roh jahat tersebut. Inilah pertemuan antara raja dan calon raja pengganti yang diatur oleh Allah. Kontras kedua, ketika barisan pasukan Filistin dengan pendekarnya yang bernama Goliat datang untuk berperang dengan pasukan Israel. Raja Saul sebagai pemimpin perang Israel merasa ketakutan (17:11), sedangkan Daud—dengan keberanian dari Allah— tampil untuk menghadapi Goliat (17:45-47). Perbedaan sikap itu disebabkan karena Daud percaya bahwa Allah tidak akan membiarkan Israel, sedangkan Raja Saul tidak yakin. Kontras ketiga, seharusnya Raja Saul yang mengenakan baju perang menghadapi barisan tentara Filiistin, tetapi pakaian itu justru hendak dikenakan Saul kepada Daud yang tidak memiliki rekam jejak sebagai panglima perang (17:38). Jika manusia melihat fisik dan performa sebagai penilaian, maka Tuhan melihat hati terlebih dulu. Penolakan Allah atas Raja Saul bukan karena ia tidak mampu memimpin, tetapi karena ia tidak memiliki hati yang murni percaya dan mengandalkan Tuhan. Sebaliknya, Daud diperkenan oleh Tuhan karena ia percaya dan mengandalkan Tuhan. Milikilah kemurnian hati di hadapan Tuhan karena itulah yang dicari Tuhan agar kita diperkenan oleh-Nya. [FI] “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” 1 Samuel 16:7b 16 u, Mingg v 13 No D Jangan Paranoid Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 18-19 alam ulasan sebuah buku tentang kepemimpinan, dijelaskan bahwa jika seorang pemimpin memiliki sisi gelap paranoid, maka hatinya akan cenderung dipenuhi oleh ketakutan terhadap orang lain yang dia anggap sebagai pesaing. Akibatnya, selalu timbul keinginan dalam hatinya untuk menyingkirkan pesaingnya itu demi memperoleh rasa aman. Perasaan tidak aman inilah yang diperlihatkan oleh Raja Saul terhadap Daud yang danggap sebagai pesaingnya. Tampilnya Daud sebagai panglima perang baru yang sedang “naik daun” merupakan ancaman bagi Raja Saul. Ia menyadari bahwa Daud adalah pilihan Tuhan (18:28) yang telah memenangkan hati rakyat Israel karena serangkaian kemenangannya di medan perang (18:5-7). Itulah sebabnya, Raja Saul menjadi ketakutan saat memperhatikan perkembangan yang sedang berlangsung dan ia semakin keras berusaha dengan segala cara agar bisa menyingkirkan Daud (18:11, 13, 17, 25). Berbeda dengan ayahnya, Yonatan tidak menganggap keberadaan Daud sebagai saingan yang mengancam kedudukannya. Sebagai sahabat yang baik, Yonatan tidak mendukung sikap ayahnya yang memusuhi Daud, malahan ia mendukung kepemimpinan Daud sebagai panglima perang Israel, karena ia melihat bahwa Daud memiliki kompetensi sebagai pemimpin. Sebagai umat yang mempercayai pimpinan Tuhan, tidak seharusnya kita menjadi paranoid dan menganggap rekan kerja atau rekan sepelayanan sebagai pesaing yang akan menggeser kedudukan kita. Justru perasaan seperti itulah yang bisa menghancurkan hidup kita sehingga perilaku kita menjadi tidak berkenan di hadapan Tuhan. [FI] “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” Yakobus 3:16 17 , Senin v 14 No H Loyal kepada Manusia Atau Allah? Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 20 al yang wajar bila seorang anak bersikap loyal (patuh, setia) terhadap ayahnya sendiri. Akan tetapi, bagaimana jika perilaku sang ayah tidak sesuai dengan firman Tuhan? Apakah anak itu harus tetap mendukung atau harus menentang ayahnya? Yonatan berada dalam posisi yang sulit seperti itu. Di satu sisi, sebagai anak, ia harus menyatakan loyalitas terhadap ayahnya, yaitu Raja Saul. Di sisi lain, ia menyadari bahwa Tuhan sudah tidak berkenan kepada ayahnya—Saul—sebagai raja Israel, melainkan berkenan kepada Daud. Meskipun Yonatan sadar akan kejahatan ayahnya yang berniat membunuh Daud, ia masih meminta waktu kepada Daud untuk memastikan apakah keinginan ayahnya tidak berubah sebagai bentuk sikap loyal yang sewajarnya dari seorang anak kepada ayahnya. Jika Raja Saul tetap menyimpan keinginan untuk membunuh Daud, maka Yonatan akan menolong Daud melarikan diri. Sebagai gantinya, Yonatan meminta Daud untuk bersumpah bahwa ia tidak akan melenyapkan keturunan Yonatan, sehingga tetap ada generasi penerus namanya (20:12-17). Sikap Yonatan ini membuktikan bahwa meskipun Yonatan bersikap loyal kepada ayahnya, ia lebih mengutamakan sikap loyal kepada Allah dengan menolong Daud yang telah dipilih oleh Allah. Dalam hidup kita, sering kali kita harus berhadapan dengan pilihan antara loyal kepada Tuhan atau loyal kepada orang terdekat, namun pilihan kedua ini bertentangan dengan kehendak Tuhan. Meskipun pilihan yang kita hadapi sangat sulit, percayalah bahwa saat kita memilih untuk loyal kepada Tuhan, Ia tidak akan mengecewakan kita. Loyalitas kita kepada manusia seharusnya tidak melebihi loyalitas kita kepada Tuhan, Sang Pemimpin Hidup kita! [FI] “TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut.” Ulangan 13:4 18 sa, Sela v 15 No H Saat Hidup Penuh Tekanan Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 21 idup manusia itu penuh dengan dinamika. Kita tidak bisa menghindar dari berbagai masalah yang mendatangi kita. Bacaan Alkitab hari ini mencatat dimulainya pelarian Daud dari kejaran Raja Saul. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan diri membuat Daud tertekan serta kekuatan fisik dan emosinya terkuras. Tujuan pertama pelarian Daud adalah ke Nob. Kemungkinan, karena Nob adalah kota para imam (22:11), Daud merasa bahwa Nob cukup aman menjadi tujuan pelarian pertamanya. Imam Ahimelekh yang menemuinya merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tetap melayani Daud sebagai bentuk penghargaan terhadap kepahlawanan Daud. Ketika Daud meminta pedang Goliat yang disimpan di sana, Ahimelekh memberikan kepadanya. Tujuan kedua pelarian Daud adalah kota Gat, sebuah kota Filistin. Daud berpikir bahwa Raja Saul tidak akan berani mengejar sampai ke kota itu. Akan tetapi, begitu Raja Akhis mengetahui kehadiran Daud di kota tersebut, Daud terpaksa berpura-pura gila agar tidak dibunuh. Sungguh menyedihkan bahwa seorang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel harus berada dalam situasi sulit yang membuatnya sangat tertekan dan bahkan harus melakukan kebohongan. Seorang pahlawan yang gagah perkasa harus menjadi seperti seorang kriminal yang melarikan diri dan tidak berdaya. Tuhan ingin mengajar Daud untuk belajar hidup bersandar kepada-Nya dalam situasi apa pun yang sedang menekan hidupnya. Hal yang sama juga ditujukan kepada setiap orang percaya. Dalam situasi apa pun, marilah kita belajar bersandar kepada-Nya. Dalam Tuhan, selalu ada jalan keluar atas segala permasalahan hidup kita. [FI] “Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.” Mazmur 57:2 19 , Rabu v 16 No K Carilah Tuhan Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 22 ehadiran dan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat menolong bagi seseorang yang mengalami tekanan hidup, termasuk bagi Daud yang dianggap sebagai buron oleh Raja Saul kala itu. Kedatangan orang tua dan saudara-saudara Daud di gua Adulam seperti menjadi titik balik bagi Daud untuk mulai menata kehidupan rohaninya yang sempat berantakan ketika melarikan diri dari satu tempat ke tempat yang lain. Agar lebih fokus dalam mencari kehendak Tuhan, Daud menitipkan ayah dan ibunya kepada raja negeri Moab (22:3). Bukan suatu kebetulan jika yang datang bergabung kepada Daud bukan hanya keluarganya, tetapi juga empat ratus orang dari kalangan terpinggirkan dan barisan sakit hati. Mereka ada dalam situasi tertekan seperti Daud yang juga membutuhkan Allah untuk memulihkan hati yang terluka karena ketidakadilan yang menimpa mereka. Saat Daud memasuki tahap pemulihan hati dan mencari kehendak Allah di tengah masa sulit, Raja Saul berada dalam tahap kejatuhan yang semakin dalam dan dia semakin jauh dari Tuhan. Segala perhatian dan energinya hanyalah terpusat pada keinginan untuk membunuh Daud. Saat mendengar bahwa Daud pernah mendatangi kota Nob, ia langsung menuduh Ahimelekh mengadakan persepakatan melawan dia, lalu dia membunuh para imam dan seluruh penduduk kota Nob. Tetapi Tuhan meluputkan Abyatar, anak imam Ahimelekh. Saat mengalami masa jauh dari Tuhan dan menghadapi pencobaan berat, jangan lupakan Tuhan karena hanya Dialah pribadi yang mampu menolong kita dari keterpurukan. Carilah wajah-Nya dan temukanlah kehendak-Nya atas hidup kita di tengah segala hal buruk yang terjadi atas diri kita. [FI] “Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku.” Mazmur 57:3 20 , Kamis v 17 No H Menantikan Waktu Tuhan Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 23-24 al yang lumrah kalau kita geram saat disakiti. Akan tetapi, haruskah kita membalas dendam terhadap mereka yang menyakiti kita? Meskipun Raja Saul mengejar-ngejar dengan maksud hendak membunuh Daud, Daud tidak menganggap Raja Saul sebagai musuh yang harus disingkirkan. Setelah move on (bangkit) dari keterpurukannya, Daud menganggap bangsa Filistin sebagai musuh Allah yang harus ia perangi. Atas perkenanan Allah, ia berperang di Kehila dan mengalahkan bangsa Filistin. Akan tetapi, keberadaan Daud terendus oleh Saul, sehingga Daud melarikan diri ke padang gurun Zif. Ternyata selalu ada orang yang melaporkan keberadaan Daud, sehingga Daud harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sampai keduanya secara tidak terduga bertemu di kubu gunung En-Gedi. Pertemuan itu terjadi saat Saul hendak membuang hajat dan ia masuk ke gua tempat Daud bersembunyi. Para pengikut Daud memberi tahu bahwa inilah saat yang tepat untuk membunuh Saul, tetapi Daud hanya memotong punca (ujung) jubah Saul dan tidak membunuhnya (24:5). Daud sadar bahwa meskipun Allah telah mengurapinya sebagai raja, ia tidak boleh mendahului rencana Allah untuk memperoleh posisi sebagai raja dengan membunuh Saul yang telah diurapi Allah sebagai raja. Ia menanti waktu yang ditetapkan Tuhan, sehingga ia memilih untuk membiarkan Saul hidup. Walaupun ada banyak alasan untuk memanfaatkan kesempatan dengan membalas dendam kepada orang yang memfitnah dan menyakiti kita, kita harus sadar bahwa membalas dendam tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus sabar dan menanti Tuhan bertindak. Percayalah kepada-Nya, karena waktu-Nya adalah yang terbaik bagi kita. [FI] “Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.” 1 Samuel 23:14 21 t, Juma v 18 No B Bodoh Atau Bijak? Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 25 ertindak bodoh merupakan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen, apalagi bila kebodohan itu menimbulkan permasalahan yang serius. Nabal adalah seorang yang kaya, manun ia kasar dan jahat. Nama Nabal sendiri berasal dari bahasa Ibrani yang artinya “bebal” atau “bodoh”. Sebaliknya, istrinya—Abigail—adalah seorang perempuan yang bijak (25:3). Perilaku bodoh dan jahat dari Nabal nampak saat ia merespons permohonan bantuan dari Daud dengan sikap yang sinis, padahal Daud dan pengikutnya selalu bersikap baik dan banyak membantu para gembala Nabal. Hal ini membuat Daud geram karena ia merasa dilecehkan. Oleh karena itu, Daud lalu mengajak empat ratus orang pengikutnya untuk maju menyerang Nabal (25:13). Abigail—istri Nabal—yang mendengar rencana penyerbuan itu segera menemui Daud yang sedang berada di tengah perjalanan, dan ia memohon kepada Daud agar mengurungkan niatnya memerangi suaminya. Tindakan Abigail ini dipuji oleh Daud. Bahkan, Daud memandang Abigail sebagai utusan Tuhan yang mencegahnya membantai Nabal, karena pembantaian semacam itu sama bodoh dengan respons Nabal (25:3235). Setelah Daud mengurungkan niatnya, kira-kira sepuluh hari setelah kejadian itu, Tuhan memukul Nabal sehingga mati (25:38). Karena Abigail telah bersikap bijak, akhirnya Daud meminang Abigail yang sudah janda untuk menjadi istrinya. Allah tidak menginginkan umat-Nya memiliki perilaku bebal atau bodoh seperti orang-orang dunia yang dengan segala kejahatannya membawa kehancuran pada diri sendiri. Jadilah orang yang berperilaku bijak, sehingga Anda tidak memicu permusuhan dengan sesama, melainkan menjadi berkat. [FI] “Terpujilah TUHAN, Allah Israel yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.” 1 Samuel 25:32-33 22 u, Sabt v 19 No A Karakter Iman Yang Teruji Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 26-27 llah sering mengasah iman kita dengan berulang kali membawa kita pada situasi ujian iman. Ujian iman yang sama kembali diperhadapkan pada Daud ketika ada kesempatan kedua untuk membunuh Saul. Kesempatan ini terjadi saat Daud dan Abisai berhasil menyusup ke kemah Saul pada tengah malam ketika seluruh pasukan tertidur lelap. Abisai menganggap hal ini sebagai kesempatan “baik” untuk menghabisi Saul, tetapi Daud menolak karena orang yang membunuh Saul tidak akan bebas dari hukuman. Hanya Tuhan yang berhak membunuh dia (26:8-10). Sungguh, karakter iman Daud telah teruji. Dia tetap menantikan waktu dan kehendak Tuhan. Setelah mengambil tombak dan kendi milik Saul, Daud berseru dari kejauhan kepada Saul. Ia menunjukkan bahwa meskipun ia berkesempatan membunuh Saul di kemah, ia tidak melakukannya. Daud berharap agar Saul sadar atas kekeliruannya mengejar-ngejar dia selama ini. Akan tetapi, Daud tahu bahwa sulit bagi Saul untuk berdamai dengannya, sehingga Daud memutuskan untuk memohon kepada Raja Akhis agar diizinkan tinggal di Gat, daerah orang Filistin. Akhis memberikan Ziklag kepada Daud dengan pertimbangan bahwa Daud dapat membantu mengalahkan musuh-musuh di sekitarnya (27:8-11). Kepahlawanan Daud membuat Raja Akhis makin memercayai Daud (27:12). Ujian iman atas hidup kita terjadi saat kita berada dalam situasi yang menggoda kita untuk bertindak sesuai dengan keinginan diri kita sendiri dan mengabaikan keinginan Allah. Waspadailah godaan yang nampaknya baik dalam pandangan mata, tetapi sebenarnya membuat iman kita semakin menjauh dari Allah. Milikilah karakter iman yang teruji oleh situasi dan keadaan. [FI] Lagi kata Daud: “Demi TUHAN yang hidup, niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana.” 1 Samuel 26:10 23 u, Mingg v 20 N o K Iman Setengah Hati Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 28 ehidupan orang yang jauh dari Allah terlihat dari sikap dan tindakan yang semakin tidak beriman kepada Allah. Ketakutan Raja Saul ketika tentara Filistin mengepung Israel membuatnya melakukan tindakan yang tidak berkenan di mata Tuhan. Semula Raja Saul mencoba bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan sudah tidak mau menjawab (28:6). Selanjutnya, Raja Saul menempuh jalan pintas yang bertentangan dengan perintah Tuhan, yaitu mencari seorang perempuan pemanggil arwah untuk meminta petunjuk dari arwah Nabi Samuel. Padahal, Raja Saul sendiri yang telah menyingkirkan para pemanggil arwah dan peramal di negerinya (28:3b, 9). Jelas bahwa iman Raja Saul hanya setengah hati. Semula, Raja Saul seolah-olah telah bertobat dari segala pelanggarannya dan taat pada perintah Allah. Akan tetapi, ternyata bahwa ia kembali melanggar perintah Allah pada saat genting. Raja Saul menemukan pemanggil arwah di En-Dor dan ia meminta agar roh Nabi Samuel dipanggil muncul karena ia telah habis akal menghadapi bangsa Filistin yang makin mengancam keamanan Israel. Ironisnya, ketika roh yang dianggap Nabi Samuel itu muncul dan bercakap-cakap dengannya, roh itu bukan bicara tentang bagaimana bisa menang atas bangsa Filistin, tetapi menyampaikan berita kematian Saul karena murka Allah (28:18-19). Ada perkataan bijak yang berbunyi, “Ikut Tuhan setengah hati membuat orang setengah mati, dan ikut Tuhan sepenuh hati membuat hidup bisa dinikmati.” Jangan menipu Allah dengan berpura-pura beriman kepada-Nya karena Allah mengenal isi hati kita. Jika kita sedang bergumul untuk mempertahankan iman, belajarlah untuk bersikap jujur di hadapan-Nya dan mintalah Allah yang meneguhkan iman kita. [FI] “Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.” Mazmur 9:11 24 , Senin v 21 No S Pemimpin yang Takut Akan Tuhan Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 29-31 ebagai seorang Kristen, tentu kita bisa menilai mana pemimpin Kristen yang takut akan Allah dengan pemimpin Kristen yang sering mengabaikan Allah, dari cara mereka merespons ketika berada pada situasi yang sulit dan menekan. Tiga pasal terakhir dalam 1 Samuel menunjukkan perbedaan respons Daud dan Saul ketika menghadapi situasi sulit. Ketika orang Amalek berhasil membakar Ziklag—tempat Daud tinggal—dan menawan seluruh keluarganya, Daud menguatkan iman rakyat yang mengalami kepedihan dan datang meminta petunjuk Tuhan (30:6-8). Hal ini kontras dengan sikap Saul dalam pasal 28 yang mencari petunjuk dari arwah orang mati saat menghadapi jalan buntu. Daud juga merespons keluhan pasukannya dengan jawaban yang bijak (30:22-24). Berbeda dengan Daud, Saul yang sedang bertempur habishabisan melawan bangsa Filistin semakin terdesak. Ketika ia terluka parah akibat terkena panah, Saul memilih untuk bunuh diri ketimbang terus bertempur sampai titik darah penghabisan. Mungkin ia berpikir bahwa jika ia harus mati, ia tidak mau sampai dipermalukan oleh bangsa Filistin. Akan tetapi, tindakannya menunjukkan bahwa ia tidak lagi mau berurusan dengan Allah, sehingga ia tidak berseru memohon pertolongan-Nya. Seorang pemimpin Kristen yang takut akan Allah sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang dia pimpin. Sebagai umat Allah, kita perlu memiliki kepekaan rohani untuk bisa membuat penilaian. Jika kita sudah yakin akan kualitas iman yang baik dari sang pemimpin, jangan ragu untuk mendukung dan mendoakan pemimpin yang demikian agar dipakai Allah secara luar biasa bagi kesejahteraan umat-Nya. [FI] “Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.” Mazmur 25:12 25 Pemimpin Pilihan Allah B ila 1 Samuel merupakan kisah peralihan dari kepemimpinan para hakim menjadi kepemimpinan seorang raja, yaitu Raja Saul, maka 2 Samuel merupakan peralihan dari kepemimpinan Raja Saul kepada Raja Daud. Raja Saul adalah perwujudan dari keinginan bangsa Israel untuk memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain di sekitar Israel. Perawakannya besar. Dia adalah orang yang paling tinggi di Israel (1 Samuel 10:23), sedangkan Daud relatif pendek sehingga ayahnya pun tidak menyangka bahwa Allah akan memilih Daud sebagai raja untuk menggantikan Saul (Perhatikan 1 Samuel 16:7, 11). Bila kita membandingkan Saul dengan Daud, maka kita akan melihat bahwa keduanya memiliki kelemahan. Kelemahan Saul adalah bahwa dia takut kehilangan kuasa atau jabatan, sedangkan kelemahan Daud adalah bahwa dia tidak bisa mengendalikan nafsunya terhadap wanita dan ia tidak berani mendisiplin anak-anaknya (bandingkan dengan 1 Raja-raja 1:6). Akibatnya, keluarganya kacau dan hubungan di antara anak-anaknya menyedihkan karena mereka saling bersaing, bahkan saling menjatuhkan, bukan saling mensukseskan. Sekalipun demikian, Daud masih memiliki kelebihan, yaitu bahwa dia beriman kepada Allah. Dia takut akan Allah dan hidupnya (secara umum) berkenan kepada Allah. Kegagalan Daud—sang pemimpin pilihan Allah—dalam membangun keluarga memberikan beberapa pelajaran penting bagi kita: Pertama, iman kepada Allah akan membuat kita mengutamakan Allah dan membuat kita berkenan kepada Allah. Kedua, supaya iman kita bermanfaat bagi hidup kita, iman kita harus diterapkan dalam segala bidang kehidupan kita, termasuk dalam keluarga. Kegagalan menerapkan iman dalam setiap bidang kehidupan selalu menghasilkan masalah. Ketiga, bila pemimpin seperti Daud saja bisa jatuh dalam dosa, kita pun tidak kebal terhadap godaan dosa. Oleh karena itu, kita harus mewaspadai godaan yang mendatangi kita. Keempat, pada umumnya, para pemimpin rohani menghadapi godaan yang lebih berat. Oleh karena itu, kita harus mendoakan mereka. [P] 26 sa, Sela v 22 No S Saul versus Daud Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 1 ikap Daud berlawanan dengan sikap Saul. Daud tahu bahwa Saul adalah seorang yang diurapi Tuhan menjadi Raja Israel. Walaupun Saul membenci—bahkan berkali-kali berusaha untuk membunuh—Daud, Daud tetap menghormati Saul dan sama sekali tidak mau membalas. Sebaliknya, Saul telah melihat bahwa Daud adalah seorang yang diberkati dan dilindungi Tuhan. Bahkan, Saul pasti sadar bahwa Allah akan menyerahkan jabatan Raja Israel kepada Daud. Sekalipun demikian, Saul tidak mau menyerahkan kekuasaan dengan sukarela. Saul adalah gambaran orang yang bersandar kepada diri sendiri. Dia tidak bisa sabar menanti Allah bertindak. Saat dia beranggapan bahwa Allah tidak memihak dirinya, dia tidak mau mengevaluasi dan merendahkan dirinya di hadapan Allah, melainkan dia terus berjuang dengan caranya sendiri untuk mengubah keadaan. Munculnya Daud sebagai pahlawan Israel tidak membuat dia girang (padahal Daud selalu mendukung Saul). Dia berusaha menyingkirkan Daud untuk memaksakan keinginannya agar takhta Kerajaan israel dapat diwariskan kepada keturunannya. Dia tidak peduli terhadap kehendak Allah. Daud adalah gambaran orang yang bersandar kepada Allah. Dia mengasihi Allah dengan segenap hati, sehingga dia memperjuangkan kepentingan Allah, bukan kepentingan diri sendiri. Walaupun Saul berlaku jahat terhadap dirinya, Daud tetap menghormati Saul, bukan karena Saul baik, tetapi karena Saul telah diurapi (dipilih) Allah untuk menjadi raja Israel. Apakah Anda menyetujui tindakan Daud menghukum orang Amalek yang membawa berita tentang kematian Saul? Apakah sikap Daud terhadap Saul telah Anda teladani dalam bersikap terhadap pemimpin Anda (yang banyak kekurangan)? [P] Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?” 2 Samuel 1:14 27 , Rabu v 23 No S Perang Merugikan Semua Pihak Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 2 aat seseorang menjadi pemimpin, seharusnya dia memikirkan kepentingan orang banyak, bukan memikirkan kepentingannya sendiri. Bila pemimpin hanya memikirkan kepentingannya sendiri, orang-orang yang dipimpin akan mudah menjadi korban. Kisah pertempuran antara pasukan Isyboset di bawah pimpinan Abner dengan pasukan Daud di bawah pimpinan Yoab merupakan perang saudara yang merugikan kedua belah pihak. Semula pertempuran itu sifatnya seperti pertandingan: 12 orang prajurit Isyboset melawan 12 orang prajurit Daud. Akan tetapi, pertempuran itu akhirnya semakin menghebat. Pasukan Isyboset kalah; tetapi Asael, adik Yoab, tewas di tangan Abner (2:1923). Abner—yang sadar bahwa perang saudara itu tidak seharusnya terjadi—mengusulkan gencatan senjata, dan tawaran itu akhirnya diterima oleh Yoab yang belum sadar bahwa adiknya telah tewas. Perang (dalam skala relatif besar) atau perkelahian (dalam skala relatif kecil) bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan permusuhan karena perang atau perkelahian itu bersifat merusak (merugikan) semua pihak. Di samping perang atau perkelahian secara fisik, ada pula perang secara politik, yaitu perebutan kekuasaan legislatif serta kekuasaan eksekutif seperti yang terjadi di Indonesia. Karena perang secara politik ini menghalalkan segala cara, yang terjadi adalah bahwa pihak yang kekuasaannya kalah akan mengganggu tugas pihak yang menang, dan yang menjadi korban adalah rakyat. Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita agar saat menghadapi konflik, kita tidak melakukan cara-cara yang destruktif (merusak) yang merugikan semua pihak. Apakah Anda rela mengalah untuk kebaikan bersama saat menghadapi konflik? [P] Berserulah Abner kepada Yoab: “Haruskah pedang makan terusmenerus? Tidak tahukah engkau, bahwa kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?” 2 Samuel 2:26 28 , Kamis v 24 No P Balas Dendam Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 3 erang tidak boleh dicampur aduk dengan masalah pribadi. Kematian Asael—adik Yoab—adalah kematian yang wajar dalam sebuah peperangan (2:19-23). Oleh karena itu, tidak semestinya bila Yoab mendendam terhadap Abner. Sayangnya, Yoab tidak bisa membedakan kematian sebagai akibat perang (masalah negara) dengan kematian sebagai akibat permusuhan antar pribadi. Yoab bukan hanya mendendam terhadap Abner, tetapi dia kemudian membalas dendam dengan membunuh secara licik. Pembunuhan yang dilakukan Yoab terhadap Abner ini sekaligus merupakan sikap memberontak terhadap wewenang Daud sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Yoab tidak mendukung keputusan Daud terhadap Abner dan dia tetap melampiaskan dendamnya dengan membunuh Abner. Akibatnya, Daud marah terhadap Yoab dan dia mempermalukan Yoab dengan memerintahkan Yoab untuk ikut berkabung dan meratap di depan mayat Abner. Dengan demikian, mulailah hubungan antara Daud dan Yoab menjadi tidak sehat. Seorang prajurit—apalagi seorang panglima—harus mengabdikan hidupnya untuk kepentingan negara. Bila posisi penting (seperti posisi sebagai panglima perang) dalam sebuah negara dipegang oleh seorang yang masih mementingkan kepentingannya sendiri, maka dia bisa melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus berdoa agar posisi-posisi penting di negara ini tidak diberikan kepada orang yang mementingkan kepentingannya sendiri. Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk berdoa bagi para pemimpin Anda? (Bandingkan dengan Yeremia 29:7 dan 1 Timotius 2:1-2). [P] “Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya.” 2 Samuel 3:27 29 t, Juma v 25 N o D Iman yang Mempengaruhi Perbuatan Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 4 aud adalah seorang yang sangat religius. Imannya kepada Allah mempengaruhi hidupnya dan membuat keputusan dan tindakannya tidak seperti kebiasaan orang-orang pada masa itu. Salah satu sikap Daud yang berbeda secara menonjol dibandingkan dengan sikap banyak orang adalah sikap terhadap Raja Saul dan keluarganya, karena dia yakin bahwa Saul adalah seorang raja yang diurapi Tuhan. Walaupun Raja Saul bersikap jahat terhadap dirinya, bahkan beberapa kali dia nyaris terbunuh oleh Raja Saul, Daud tidak mendendam. Rasa hormatnya terhadap Allah membuat Daud tidak berani (atau tidak mau) membalas terhadap orang yang diurapi Tuhan (sebagai raja). Rasa hormatnya terhadap Raja Saul ini juga membuat dia tidak membenci Isyboset, anak Raja Saul yang ikut-ikutan membenci Daud. Rekhab dan Baana dengan cara licik telah membunuh Isyboset dan memenggal kepalanya. Mereka mengira bahwa dengan berbuat demikian, mereka telah berbuat jasa terhadap Daud. Akan tetapi, mereka salah sangka! Mereka tidak menyangka bahwa sikap Daud di luar dugaan. Daud justru menyuruh anak buahnya untuk membunuh para pengkhianat itu! Apakah iman Anda kepada Allah mempengaruhi cara hidup Anda? Bila sikap Anda mengikuti kebiasaan dunia ini tanpa mempertimbangkan keinginan Allah, berarti bahwa iman Anda tidak mempengaruhi hidup Anda. Bahkan, bisa dikatakan bahwa sebenarnya Anda tidak beriman! Iman Anda palsu! Iman yang sejati adalah iman yang diterapkan dalam kehidupan! Bila Anda ingin agar iman Anda mempengaruhi hidup Anda, tidak ada jalan lain selain bahwa Anda harus menjalin relasi yang sehat dengan Allah melalui doa serta pembacaan dan penerapan firman Tuhan. [P] “Ketika ada orang yang membawa kabar kepadaku demikian: Saul sudah mati! dan memandang dirinya sebagai orang yang menyampaikan kabar baik, maka aku menangkap dan membunuh dia di Ziklag, dan dengan demikian aku memberikan kepadanya upah kabarnya.” 2 Samuel 4:10 30 u, Sabt v 26 N o S Menjadi Besar karena Penyertaan Tuhan Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 5-6 aat membaca kisah kepahlawanan Daud, ada satu hal yang perlu kita waspadai, yaitu kita tidak boleh terlalu terpesona terhadap pribadi Daud, sehingga kita lupa bahwa yang membuat Daud sukses adalah penyertaan Allah (5:10). Daud sendiri pun juga menyadari hal itu. Tanpa penyertaan Tuhan, tidak mungkin Daud bisa memperoleh kekuasaan dan dihargai oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel (5:12). Dalam keadaan nyaman, Daud mulai terpengaruh oleh kebiasaan rajaraja pada masa itu, dan ia mengambil lagi beberapa isteri dan gundik (5:13). Tindakan inilah yang pada akhirnya membuat Daud menghadapi berbagai kesulitan di masa depan. Sekalipun tindakan Daud mengambil isteri tambahan dan gundik itu patut disesalkan, iman Daud tidak goyah. Dia tetap mencari Tuhan ketika menghadapi ancaman dari bangsa Filistin, sehingga Tuhan memberikan kemenangan (5:22-25). Salah satu hal yang patut diteladani dalam kehidupan Raja Daud adalah bahwa dalam keadaan sukses, ia tetap bersikap rendah hati, yaitu bahwa dia rela menari-nari di depan Tuhan. Saat dia menyadari bahwa Mikhal—anak raja Saul yang menjadi isterinya—memandang rendah karena dia menari-nari di hadapan Tuhan, Daud menyatakan bahwa dia tidak malu dipandang rendah oleh istrinya, bahkan dia bersedia untuk lebih direndahkan lagi. Kekuatan dan kelemahan Raja Daud yang terpapar dalam bacaan Alkitab hari ini mengingatkan bahwa kita harus selalu waspada agar kesuksesan tidak membuat kita lengah. Menurut Anda, usaha apa yang bisa kita lakukan agar kita tidak pernah melupakan kebaikan Allah dan kita terhindar dari hal-hal yang bisa menimbulkan masalah di kemudian hari? [P] “Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab TUHAN, Allah semesta alam, menyertainya.” 2 Samuel 5:10 31 u, Mingg v 27 No S Merespons Berkat dan Janji Allah Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 7-8 alah satu kunci yang membuat Raja Daud kita golongkan sebagai salah satu tokoh iman adalah bahwa dia menghargai kekekalan! Dia sangat bersyukur ketika Allah memberikan janji tentang masa depan keturunannya yang takhtanya akan tetap kokoh selama-lamanya, padahal saat itu Raja Daud belum menyadari bahwa janji ini adalah janji tentang Sang Mesias yang akan datang. Keturunan Raja Daud secara fisik tidak terus bertakhta selama-lamanya. Akan tetapi, salah satu keturunan Raja Daud, yaitu Yesus Kristus, Sang Mesias, tetap ada sampai sekarang. Kerajaan Sang Mesias yang dalam Perjanjian Baru disebut sebagai Kerajaan Allah itulah yang tetap kokoh untuk selama-lamanya (7:16). Jelas terlihat bahwa Raja Daud merasa amat bersyukur atas apa yang telah Allah kerjakan bagi umat israel dan dia juga merasa bersyukur atas apa yang telah Allah janjikan kepada dirinya (7:18-19). Raja Daud merasa bersyukur dan bangga karena Allah bukan hanya bersabda, tetapi dia juga bertindak secara nyata untuk membebaskan umat-Nya (7:22-23). Rasa syukur yang melimpah-limpah itu membuat Raja Daud mempersembahkan kepada Tuhan semua barang-barang emas, perak, dan tembaga hasil perang serta pemberian dari bangsabangsa lain (8:7-12). Bila kita mau membuka mata dan membuka hati, maka kita akan bisa melihat bahwa Allah telah mengerjakan banyak hal bagi kita yang tidak pernah kita pikirkan. Janji Allah di dalam firman-Nya pun juga jauh lebih berharga daripada apa yang dijanjikan oleh dunia ini. Apakah respons yang telah Anda sampaikan kepada Allah atas semua berkat dan janji Allah yang telah Anda terima? [P] “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” 2 Samuel 7:16 32 , Senin v 28 No P Persahabatan Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 9 ersahabatan antara Raja Daud dan Yonatan tidak terputus sesudah Yonatan gugur di medan perang. Raja Daud tidak pernah mengingat-ingat perlakuan Raja Saul yang buruk terhadap dirinya. Sebaliknya, dia tidak pernah melupakan kebaikan dan kesetiaan Yonatan terhadap dirinya. Oleh karena itu, sesudah posisinya mantap, Daud mulai mencari keturunan Yonatan (9:3). Setelah Raja Daud bertemu dengan Mefiboset, anak Yonatan, ladang, rumah dan semua yang merupakan milik Raja Saul dikembalikan kepada Mefiboset (9:7, 9). Mefiboset sendiri diperlakukan seperti seorang anak raja (9:10-11). Pada zaman ini, kesetiakawanan sudah semakin langka dan mulai digantikan dengan individualisme. Di Indonesia, kesetiakawanan ini tercermin dalam kebiasaan bergotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Sayangnya, pada saat ini, ciri kegotongroyongan itu mulai terkikis. Perkembangan teknologi informasi yang mendekatkan orang yang jauh, justru menjauhkan orang yang dekat. Kondisi semacam ini kurang sehat. Persahabatan dengan orang yang dekat (dari sisi jarak) itu penting karena kita selalu memerlukan pertolongan, topangan, dorongan, bahkan juga teguran orang lain dalam hidup kita. Ciri utama persahabatan adalah pengenalan dan penyesuaian diri. Persahabatan tidak hanya perlu dijalin dengan sesama, tetapi juga dengan Allah. Abraham menjadi sahabat Allah (Yakobus 2:23) bukan hanya karena dia memahami kehendak Allah, tetapi juga karena dia mempercayai Allah dan melakukan apa yang Allah kehendaki. Kita pun juga bisa menjadi sahabat Allah bila kita melakukan apa yang Dia kehendaki (Yohanes 15:14). Apakah cara hidup Anda menunjukkan bahwa Anda patut disebut sebagai sahabat Allah? [P] Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” 2 Samuel 9:7 33 sa, Sela v 29 N o H Menghitung Risiko! Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 10 anun, raja bani Amon yang baru diangkat menggantikan ayahnya, masih belum berpengalaman sehingga ia salah perhitungan. Dengan congkak, dia mempermalukan utusan Raja Daud yang hendak menyampaikan ucapan bela sungkawa. Sebagai raja yang baru, agaknya Hanun belum bisa mengukur betapa kuatnya tentara Israel pada masa itu. Dia menyewa orang Aram untuk bersama-sama memerangi pasukan Israel. Akan tetapi, serangan mereka gagal sehingga mereka terpaksa melarikan diri. Tindakan Hanun yang sembrono membuat rakyatnya sendiri dipermalukan! Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa setiap orang yang ingin menjadi murid-Nya harus mempertimbangkan masak-masak apakah dia sanggup memenuhi seluruh tuntutan sebagai seorang murid. Seorang yang menyatakan hendak mengikut Tuhan Yesus, tetapi kemudian tidak sanggup untuk menjalani hidup sebagai seorang murid hanya mempermalukan dirinya sendiri! Sayangnya, banyak orang yang mengaku Kristen pada masa kini, tetapi hidupnya tidak disesuaikan dengan standar bagi seorang murid Kristus. Bila orang Kristen pada abad-abad awal kekristenan sadar bahwa risiko yang harus mereka hadapi bisa berupa kematian, orang yang mengaku Kristen pada masa kini banyak yang takut dikenali identitasnya sebagai seorang Kristen. Apakah Anda seorang murid Kristus? Apakah Anda siap menghadapi seluruh konsekuensi mengikut Kristus, yaitu menyangkal diri (mengikuti keinginan Kristus), memikul salib (menghadapi penderitaan), dan mengikuti teladan Tuhan Yesus (bandingkan dengan Lukas 9:23)? [P] “Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?” Lukas 14:31 34 , Rabu v 30 No G Waspadalah: Godaan Mengintai! Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 11-12 odaan untuk berbuat dosa bisa muncul kapan saja dan bisa tertuju kepada siapa saja. Bacaan Alkitab hari ini terjadi pada masa perang. Karena Raja Daud memiliki panglima dan prajurit yang dapat diandalkan, dia tak perlu maju sendiri untuk berperang. Bahkan, Raja Daud masih sempat untuk tidur siang dan berjalan-jalan, sehingga secara tak disengaja dia melihat seorang perempuan bernama Batsyeba yang sedang mandi. Seperti kebiasaan penguasa pada umumnya di masa lalu, Raja Daud menyuruh orang mengambil perempuan itu dan tidur dengan dia, padahal suami perempuan itu adalah prajuritnya sendiri yang sedang berjuang di medan perang. Akibatnya, Batsyeba hamil. Kelakuan Raja Daud ini kontras dengan sikap Uria—suami Batsyeba—yang tidak mau tidur dengan istrinya sendiri karena hati dan pikirannya tertuju pada peperangan yang sedang berlangsung (11:1-13). Walaupun Raja Daud seorang beriman, dia tak waspada, sehingga dia terbuai oleh kondisinya yang nyaman dan tidak mempedulikan prajuritnya yang sedang bertempur. Saat menghadapi bahaya, Raja Daud bergantung kepada Tuhan dan imannya patut diteladani. Saat keadaan nyaman, dia tak waspada sehingga akhirnya melakukan tindakan yang membuat Tuhan marah! Kisah kejatuhan Raja Daud ke dalam dosa perzinahan (yang kemudian dilanjutkan dengan dosa pembunuhan) merupakan peringatan serius bagi semua orang beriman, khususnya para pemimpin Kristen yang sukses! Bila Anda telah berhasil melakukan tindakan-tindakan besar berdasarkan iman, Anda harus menjaga diri agar tidak menjadi sombong dan lengah. Tahukah Anda bahwa Iblis selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan iman Anda? [P] “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaumaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” 1 Petrus 5:8 35 , Kamis 1 Des B Pelajaran Penting untuk Gadis Remaja Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 13 acaan Alkitab hari ini merupakan peringatan penting bagi setiap gadis remaja untuk berhati-hati dalam pergaulan. Ada dua bahaya yang mengancam setiap anak gadis, yaitu bahaya perkosaan dan seks bebas. Setiap anak gadis harus berhati-hati agar terhindar dari kemungkinan mengalami penderitaan batin yang berat akibat perkosaan atau hubungan seks bebas. Perhatikan bahwa sebelum Amnon memperkosa Tamar, Amnon jatuh cinta kepada Tamar sampai jatuh sakit karena Amnon merasa pesimis bahwa cintanya akan disambut oleh Tamar. Akan tetapi, sesudah Amnon memperkosa Tamar, cintanya berubah menjadi kebencian. Para gadis perlu mencamkan bahwa setelah terjadi hubungan seks di luar pernikahan, baik karena pemerkosaan maupun karena suka sama suka, cinta seorang pria bisa lenyap. Rayuan bisa dilanjutkan dengan makian. Pria perayu bisa berubah menjadi pria sadis yang tidak peduli terhadap perasaan wanita yang dirayunya. Bagaimana para gadis bisa menghindari kemungkinan terjadinya perkosaan dan seks bebas? Ada dua prinsip yang harus menjadi pegangan para gadis: Pertama, hubungan seks sebelum pernikahan selalu merugikan pihak wanita. Oleh karena itu, para wanita perlu menjaga diri untuk tidak mengenakan pakaian yang merangsang (seksi) dan hindarilah berduaan di tempat yang sepi. Kedua, hubungan seks yang aman hanyalah hubungan seks dalam pernikahan. Anggaplah kesabaran menahan diri untuk tidak berhubungan seks sebelum pernikahan sebagai ujian cinta. Sebaliknya, desakan untuk berhubungan seks sebelum pernikahan merupakan tanda cinta palsu, cinta yang hanya didasarkan pada pelampiasan nafsu berahi! [P] Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon berkata kepadanya: “Bangunlah, enyahlah!” 2 Samuel 13:15 36 t, Juma 2 Des D Kegagalan Mendidik Anak dalam Keluarga Raja Daud Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 14-15 alam Perjanjian Lama, kita tidak menemukan teguran Allah secara langsung terhadap praktik poligami. Bahkan, kita bisa menemukan bahwa tokoh-tokoh iman seperti Abraham dan Raja Daud pun melakukan poligami. Sekalipun demikian, tidak adanya teguran atau larangan terhadap praktik poligami itu tidak berarti bahwa Allah menyetujui praktik poligami! Yang bisa kita lihat dengan jelas adalah bahwa praktik poligami mengakibatkan berbagai permasalahan dalam keluarga. Sebagai contoh, kita dengan mudah bisa melihat kegagalan Raja Daud dalam mendidik anak. Terjadinya perkosaan yang dilakukan oleh Amnon terhadap Tamar (13:1-19), pembunuhan yang dilakukan oleh Absalom (kakak Tamar yang seibu) kepada Amnon sebagai pembalasan terhadap perkosaan yang dilakukan Amnon (13:20-39), komunikasi yang buruk antara Raja Daud dan Absalom (pasal 14), serta pemberontakan Absalom terhadap Raja Daud (pasal 15) menunjukkan kegagalan Raja Daud dalam mendidik anak-anaknya. Dalam 1 Raja-raja 1:5-6, kita bisa melihat salah satu penyebab kegagalan Raja Daud dalam mendidik anak-anaknya, yaitu bahwa ia belum pernah menegur Adonia (anak Raja Daud yang dilahirkan oleh Hagit) dengan perkataan, “Mengapa engkau berbuat begitu?” Mudah diduga bahwa Raja Daud tidak tegas dalam mendidik anak! Raja Daud, seorang beriman yang hidupnya dekat dengan Tuhan, tetapi gagal dalam mendidik anak. Kisah keluarga Daud ini merupakan suatu peringatan bagi setiap orang tua Kristen untuk serius memperhatikan perlunya pendidikan anak. Apakah Anda menyediakan cukup banyak waktu untuk mendidik anak-anak Anda? Ingatlah bahwa Anda akan menuai kesedihan bila keluarga Anda berantakan! [P] “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” Amsal 29:17 37 u, Sabt 3 Des S Saat Anda Mengalami Depresi Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 16 etiap orang pasti pernah mengalami stres (tekanan batin). Bila stres itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, stres itu akan berkembang menjadi depresi. Ciri utama keadaan depresi adalah bahwa kita menjadi lesu (kehilangan semangat, putus asa) dan emosi kita menjadi abnormal. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Raja Daud yang mengalami berbagai masalah yang datang secara bertubi-tubi dalam rumah tangganya (pemerkosaan Tamar, pembunuhan Amnon, dan kemudian memuncak dengan pemberontakan Absalom) telah membuat dia menjadi depresi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa ketika ia bertemu dengan Ziba, dia gampang dihasut sehingga membuat keputusan yang terlalu tergesa-gesa tentang harta warisan bagi Mefiboset (16:1-4). Emosi Raja Daud yang tidak stabil itu juga tercermin dalam kasus Simei yang telah mengutuki Raja Daud. Kekesalan Daud terhadap Yoab dan Abisai (anak-anak Zeruya) membuat usulan Abisai langsung ditolak (16:5-11). Bila Anda sedang berada dalam keadaan depresi, berhati-hatilah bila Anda harus mengambil keputusan. Keputusan yang tergesa-gesa akan sangat dipengaruhi oleh emosi dan keputusan semacam itu seringkali salah dan merugikan. Dalam keadaan depresi, sangat menolong bila kita menceritakan masalah yang kita hadapi kepada kawan yang telah dewasa secara rohani. Saat Absalom memberontak, Daud seperti menghadapi jalan buntu. Untunglah bahwa dalam situasi sulit itu, Raja Daud dibantu oleh sahabatnya yang bijaksana, yaitu Husai (15:32-37). Apakah Anda memiliki sahabat yang dapat dipercaya, yang bisa memberikan saran-saran yang bijaksana saat Anda mengalami depresi? [P] “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Amsal 17:17 38 u, Mingg 4 Des D Pengaturan Tuhan yang Sempurna Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 17 ari sudut pandang manusiawi, apa yang terjadi dalam hidup kita berasal dari serangkaian kebetulan. Akan tetapi, dari sudut pandang Tuhan, semua yang terjadi dalam hidup kita berkaitan dengan pengaturan Tuhan yang sempurna. Bila hendak mengambil keputusan penting, Raja Daud biasanya selalu meminta pertimbangan dari penasihatnya yang bernama Ahitofel serta dari seorang sahabatnya yang bernama Husai. Saat Absalom memberontak, Ahitofel mendukung Absalom (15:31), sedangkan Husai tetap setia kepada Raja Daud (15:32). Karena Raja Daud menyadari bahwa nasihat Ahitofel akan membuat Absalom menjadi semakin sulit dihadapi, Raja Daud meminta agar Husai berpura-pura mendukung Absalom, padahal sebenarnya dia ditugaskan oleh Raja Daud untuk menggagalkan nasihat Ahitofel. Bila Absalom selalu mengikuti nasihat Ahitofel, akan sulit bagi Raja Daud untuk mempertahankan diri. Akan tetapi, Absalom yang kurang pengalaman itu juga meminta pertimbangan Husai. Dengan cerdas, Husai mengacaukan pemikiran Absalom (17:1-14), sehingga nasihat Ahitofel tak diikuti dan Raja Daud bisa meloloskan diri dengan menyeberangi sungai Yordan. Akibatnya, Ahitofel marah dan kecewa, lalu berhenti mendukung Absalom, kemudian dia menggantung diri (17:15-23). Seperti Daud yang tak berdaya menghadapi Ahitofel, kadang-kadang kita juga menghadapi masalah besar yang membuat kita seperti menemui jalan buntu. Saat Anda merasa tak berdaya untuk mengatasi masalah Anda, apakah Anda meyakini bahwa Allah menyediakan orang seperti Husai yang bisa meluputkan Anda dari bahaya? [P] “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Pengkhotbah 3:11 39 , Senin 5 Des R Pemimpin Tak Semestinya Bersikap Egois Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 18-19 aja Daud adalah seorang pemimpin yang beriman. Kedekatannya dengan Allah patut untuk kita teladani! Sekalipun demikian, dia memiliki kelemahan serius, yaitu bahwa dia terlalu memanjakan anak-anaknya dan kadang-kadang tindakannya sangat emosional. Sikap yang terlalu memanjakan anak membuat Raja Daud kadangkadang seperti tidak mempedulikan para pahlawan yang telah berjuang untuk kepentingan Raja Daud. Dalam bacaan Alkitab hari ini, terlihat bahwa dia bersikap terlalu lunak terhadap Absalom yang telah memberontak terhadap dirinya. Secara terus terang, Yoab mengatakan bahwa Raja Daud “mempermalukan” rakyat yang telah berjuang membela dia karena Raja Daud lebih mencintai (mementingkan) anaknya (Absalom) yang telah memberontak daripada orang-orang yang mencintai (membela) Daud. Dengan demikian, jasa para panglima dan para prajurit amat disepelekan. Bahkan Yoab sampai berkata, “Aku mengerti pada hari ini, bahwa seandainya Absalom masih hidup dan kami semua mati pada hari ini, maka hal itu kaupandang baik.” (19:5-6). Sikap yang emosional dan kadang-kadang tergesagesa membuat keputusan Raja Daud kadang-kadang tidak bijaksana (19:16-30 perhatikan keputusan yang diberikan terhadap Simei bin Gera serta terhadap Ziba dan Mefiboset). Sikap mengistimewakan keluarga (sehingga seperti mengabaikan rakyat) dan sikap emosional adalah sikap yang mudah kita jumpai sampai saat ini. Apakah Anda bisa memberi contoh tentang pejabat, termasuk kepala negara, yang tidak bisa mencegah saat anak-anaknya melakukan korupsi? Apakah Anda bisa memberi contoh tentang keputusan tidak bijaksana yang dihasilkan oleh sikap emosional? [P] “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Filipi 2:3b-4 40 sa, Sela 6 Des K Ketaatan dan Relasi Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 20 etaatan berkaitan erat dengan relasi. Tanpa relasi yang baik, ketaatan akan terhambat. Hal ini terlihat jelas dalam hubungan antara Yoab dan Raja Daud. Yoab adalah seorang panglima perang yang dapat diandalkan. Adanya Yoab membuat Raja Daud tidak selalu harus ikut berperang saat terjadi pertempuran. Sayangnya, kepribadian Yoab yang keras tidak cocok dengan kepribadian Raja Daud. Akibatnya, Raja Daud merasa tidak senang menyaksikan pembunuhan yang dilakukan oleh Yoab terhadap Abner (panglima tentara Raja Saul) dan Absalom (anak Raja Daud) yang dianggap sebagai musuh berbahaya oleh Yoab, tetapi menurut Raja Daud sepatutnya diampuni. Ketidaksenangan ini membuat Raja Daud ingin mengangkat Amasa (panglima tentara Absalom) sebagai pengganti Yoab (19:13). Tidak mengherankan bahwa dalam bacaan hari ini, Yoab yang sudah menjadi panas ini lalu membunuh Amasa secara curang (20:9-10). Bacaan Alkitab hari ini merupakan peringatan bagi setiap hubungan yang kita jalin dengan orang-orang di sekitar kita, khususnya dengan bawahan, anak, dan sahabat kita. Bila kita membiarkan ketidaksenangan yang ada dalam hati kita tanpa membahas atau menyelesaikan ketidaksenangan itu, kita akan gampang membuat keputusan yang menyakiti orang-orang di sekitar kita, dan selanjutnya memicu munculnya respons balasan yang menyakitkan terhadap keputusan tersebut. Bagaimana cara Anda menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar Anda? Apakah Anda berani membahas hal-hal yang berpotensi menyebabkan keretakan hubungan? Apakah Anda bisa mengendalikan keinginan untuk membalas? Apakah mempertahankan relasi penting bagi Anda? [P] “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” 1 Petrus 4:8 41 , Rabu 7 Des O Dosa Adalah Masalah Serius! Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 21 rang yang berhutang darah adalah orang yang harus dihukum karena telah melakukan pembunuhan. Peristiwa kelaparan yang disebabkan oleh hutang darah yang melekat pada diri Saul dan keluarganya ini harus dipahami berdasarkan perjanjian damai yang telah disepakati oleh Yosua dan para pemimpin Israel dengan bangsa Gibeon (Yosua 9). Walaupun perjanjian damai itu disepakati karena bangsa Gibeon telah menipu bangsa Israel, Yosua dan orang-orang sezamannya tidak berani melanggar perjanjian tersebut. Saat Raja Saul berkuasa, dia berusaha menyenangkan hati rakyatnya dengan membunuh orang-orang Gibeon. Kita tidak tahu berapa banyak orang Gibeon yang dibunuh, mungkin tujuh orang seperti jumlah pengganti yang dituntut oleh bangsa Gibeon (2 Samuel 21:5-6). Karena Saul adalah Raja Israel yang tindakannya dianggap mewakili bangsa Israel, Allah menjatuhkan hukuman berupa bencana kelaparan kepada bangsa Israel, bukan kepada perorangan. Kita tidak mengerti mengapa hukuman Allah ini baru dijatuhkan pada zaman pemerintahan Daud. Yang bisa kita ketahui hanyalah bahwa Allah tidak membiarkan umat-Nya melanggar perjanjian. Kisah pada bacaan Alkitab hari ini mengajarkan bahwa dosa adalah masalah serius yang harus segera dibereskan. Bila Allah tidak langsung bertindak menghukum, bukan berarti Allah lupa atau mengabaikan dosa tersebut. Bagi kita pada zaman ini, dosa tetap merupakan masalah serius. Syukurlah bahwa Tuhan Yesus sudah mati menggantikan kita di kayu salib sehingga orang yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak perlu takut menghadapi hukuman Allah. Apakah Anda telah membereskan semua dosa yang Anda sadari? [P] “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9 42 , Kamis 8 Des R Mengenal TUHAN Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 22 aja Daud memiliki banyak kelemahan dalam hidupnya, terutama menyangkut keluarganya. Akan tetapi, Raja Daud memiliki kekuatan yang membuat namanya menonjol sebagai salah satu tokoh iman, yaitu bahwa ia adalah seorang yang dekat dengan Allah. Kejatuhannya ke dalam dosa tidak membuat ia menjauh dari Allah, melainkan ia tetap mendekat kepada Allah untuk mencari pengampunan. Ancaman bahaya yang datang dari pihak Raja Saul tidak membuat ia meninggalkan imannya, melainkan membuat ia mendekat kepada Allah untuk mencari perlindungan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa saat dia lolos dari bahaya, dia bisa berkata, “Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku.” (22:2-3). Daud memiliki pengalaman rohani yang nyata bersama dengan TUHAN! Apakah Anda mengenal TUHAN? Bila Anda menyadari keberadaan Tuhan dalam setiap situasi yang Anda hadapi, Anda pasti bisa mengungkapkan siapa TUHAN bagi diri Anda! Saat seseorang merenungkan tentang apa yang telah TUHAN kerjakan di dalam kehidupannya, mungkin dia akan mengikrarkan pengakuan, “TUHAN adalah Sumber Inspirasiku”, atau “TUHAN adalah Sahabat Terbaikku”, atau “TUHAN adalah Pengawalku”, atau “TUHAN adalah Tempat Curhatku”, dan sebagainya. Sangat penting bagi kita untuk bisa mengungkapkan pengakuan semacam itu karena dua alasan, yaitu agar kita serius memikirkan hubungan kita dengan Tuhan, dan agar hubungan kita dengan TUHAN menjadi kenyataan, bukan sekedar teori! [P] “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Hosea 6:3 43 t, Juma 9 Des R Takut akan Allah Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 23 ahasia kesuksesan Raja Daud sebagai seorang pemimpin adalah bahwa ia memerintah dengan takut akan Allah (23:34). Perlu disadari bahwa “takut” akan Allah bukanlah perasaan ketakutan terhadap Allah, melainkan sikap menghormati serta menaati Allah. Seorang yang takut akan Allah akan mengasihi dan melayani Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi; mengutamakan Allah lebih daripada segala sesuatu yang lain; serta menjalani kehidupan yang kudus (kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah). Rasa hormat Raja Daud terhadap Allah terlihat saat tiga orang pahlawan yang dia andalkan menerobos kepungan bangsa Filistin untuk mengambil air dari perigi Betlehem. Daud beranggapan bahwa air itu terlalu berharga karena diambil dengan mempertaruhkan nyawa. Oleh karena itu, Daud tidak mau meminum air tersebut, melainkan dia mempersembahkan air itu sebagai korban curahan bagi Tuhan (23:13-17). Tindakan Daud itu secara tidak langsung merupakan pengakuan bahwa yang pantas untuk dihormati dengan mempertaruhkan nyawa adalah Allah, bukan dirinya. Yang menarik, walaupun pasal 23 ini menguraikan tentang pahlawan-pahlawan yang membantu Daud, Daud tetap menganggap sumber kemenangannya dalam setiap pertempuran adalah Allah (23:3-5), bukan para pahlawan yang membantu Daud. Berdasarkan penjelasan di atas, apakah Anda merupakan seorang yang takut akan Allah? Apakah Anda telah sungguhsungguh mengasihi dan melayani Allah? Apakah Anda menganggap Allah lebih penting daripada segala sesuatu yang lain, termasuk lebih penting daripada diri sendiri? Apakah Anda telah menjalani kehidupan yang suci? [P] “Allah Israel berfirman, gunung batu Israel berkata kepadaku: Apabila seorang memerintah manusia dengan adil, memerintah dengan takut akan Allah, ia bersinar seperti fajar di waktu pagi, pagi yang tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah.” 2 Samuel 23:3-4 44 u, Sabt s 10 De G Iblis Selalu Menanti Kesempatan Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 24 odaan Iblis perlu dihadapi bukan hanya dengan iman, tetapi juga dengan stamina (ketekunan). Jangan berpikir bahwa godaan Iblis hanya datang sekali, tetapi kita harus senantiasa sadar bahwa godaan Iblis bisa datang lagi. Dalam 24:1 disebutkan bahwa TUHAN menghasut Daud. Akan tetapi dalam ayat yang paralel dengan ayat tersebut (yaitu 1 Tawarikh 21:1), disebutkan bahwa yang membujuk Daud adalah Iblis. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “Iblis” itu juga bisa diterjemahkan sebagai “musuh”. Mungkin saja “musuh” itu menunjuk kepada bangsa di sekitar kediaman bangsa Israel yang menjadi ancaman bagi mereka. Karena pasukan Israel telah mengalami dua kali pemberontakan, yaitu pemberontakan Absalom (2 Samuel 15-18) serta pemberontakan Seba bin Bikri (2 Samuel 20), tidak mengherankan bila kemudian muncul ide untuk menghitung ulang jumlah pasukan Israel. Akan tetapi, menghitung jumlah pasukan ini juga berarti beralih dari bersandar kepada Tuhan menjadi bersandar kepada kekuatan pasukan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa inisiatif melakukan sensus berasal dari bujukan Iblis, sedangkan Allah “menghasut” dalam arti mengizinkan hal ini terjadi. Apakah Anda menyadari bahwa Iblis selalu berusaha mencari kelemahan kita dan berusaha membuat kita jatuh ke dalam dosa? Apakah Anda meyakini bahwa bersekutu dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan Alkitab serta bersekutu dengan saudara seiman merupakan dua hal yang akan membentengi kita dari godaan Iblis? Riwayat Raja Daud memperlihatkan bahwa godaan Iblis bisa berlangsung berulang-ulang karena Iblis tidak pernah merasa puas sebelum bisa membuat anak-anak Allah jatuh ke dalam dosa. [P] “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” Lukas 4:13 45 Kemerdekaan dalam Kristus S urat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus. Di jemaat Galatia, terdapat banyak orang Kristen Yahudi yang mempercayai bahwa sejumlah tradisi Perjanjian Lama masih berlaku pada masa Perjanjian Baru, khususnya tradisi sunat. Mereka mulai meragukan kerasulan Paulus yang tidak lagi mempertahankan sejumlah tradisi dan aturan hukum Taurat. Jemaat Galatia pun akhirnya mulai meragukan atau mempertanyakan Injil yang ia sampaikan. Rasul Paulus yang merupakan seorang terpelajar dan yang terbiasa hidup tertib, menyadari pentingnya suatu otoritas. Itulah sebabnya, ia menyapa Jemaat Galatia dengan menyatakan identitas kerasulannya yang bukan berasal dari manusia, melainkan dari Yesus Kristus (1:1,11,12). Melalui surat ini, Rasul Paulus menekankan dengan jelas bahwa tidak ada seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh iman dalam Kristus Yesus (2:16). Bahkan, Rasul menegaskan bahwa ia telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya dia hidup untuk Allah (2:19). Berita mendasar dari Surat Galatia ialah Kemerdekaan dalam Kristus. Dalam Surat Galatia, kita dapat melihat karakter Rasul Paulus yang tegas serta keseriusannya dalam memberitakan Injil. Ia menunjukkan sikap yang konsisten dan ketegasan terhadap Injil: Siapa pun, termasuk dirinya, disebut penyesat jika menyampaikan berita yang bertentangan dengan Injil Kristus (1:6-9). Setelah memperkenalkan diri dan menekankan tentang kemerdekaan serta iman di dalam Kristus, surat ini diakhiri dengan penerapan bagi orang merdeka dan orang beriman (pasal 5 dan 6). Orang yang merdeka tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi hidup oleh Roh (5:16). Bahkan, jika kita memberi diri dipimpin oleh Roh, kita tidak akan hidup di bawah hukum Taurat, melainkan hidup kita akan menghasilkan buah Roh (5:22-23) dan kita akan hidup saling membantu (6:1-3). [BS] 46 u, Mingg 11 Des M Injil Yang Mengubah Hidup Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 1 elihat keadaan orang Kristen Galatia yang menghadapi permasalahan munculnya ajaran palsu yang mencampuradukkan hukum Taurat dan Injil kasih karunia Allah, Paulus langsung memperkenalkan diri sebagai rasul yang dipilih Yesus Kristus untuk menyampaikan Berita Injil yang berpusat pada Pribadi Yesus Kristus dan yang hanya untuk kemuliaan-Nya (1:1-5 ) Ia sedih saat melihat bahwa pemahaman anggota jemaat Galatia yang sudah menerima Injil kasih karunia Kristus mudah dikacaukan oleh orang yang memutarbalikkan Injil Kristus (1:6-7). Rasul Paulus menegaskan bahwa Injil yang dia beritakan berasal dari penyataan Yesus Kristus, bukan dari manusia (1:11-12). Injil telah mengubah hidupnya dari seorang penganiaya dan pembinasa jemaat Allah menjadi pemberita Injil. Ia menceritakan bahwa dulu ia sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyang. Akan tetapi, oleh anugerah Allah, ia dipanggil untuk menjadi Rasul yang diutus untuk tugas tertentu, yaitu memberitakan Injil Kristus. Perubahan hidup Rasul Paulus adalah bukti nyata bahwa Injil Kristus yang ia beritakan adalah Injil yang berkuasa mengubah hidup manusia. Oleh karena itu itu, Rasul Paulus mengharapkan agar jemaat Galatia mampu melihat kebenaran Injil yang ia beritakan agar tidak mudah diombang-ambingkan oleh injil yang lain. Pengalaman jemaat Galatia mungkin seperti pengalaman kita saat ini. Di sekitar kita muncul banyak ajaran sesat yang tidak sesuai dengan Injil Kristus, misalnya Injil Barnabas dan Injil Thomas. Kita harus menerima Injil Kristus dengan keyakinan kuat bahwa Injil mampu mengubah hidup kita. Bagaimana dengan Anda? Apakah sejak menerima Injil Kristus, hidup Anda berubah? Apakah Anda memiliki keyakinan yang kuat terhadap Injil Kristus sehingga Anda tidak mudah diombang-ambingkan oleh injil-injil palsu? [BS] “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, Karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Roma 1 : 16 47 , Senin s 12 D e G Injil yang Membebaskan Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 2 alatia 2 memperlihatkan kepada kita bahwa Paulus akhirnya pergi ke Yerusalem berdasarkan penyataan Tuhan yang mengutus dia untuk bertemu dengan orang terpandang di sana guna menjelaskan Injil yang diberitakannya (2:1-2). Ia membawa serta Barnabas dan Titus. Titus adalah buah pelayanan Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi. Sekalipun banyak tantangan, mereka tidak mundur dan tetap berkata bahwa orang Yahudi maupun bukan Yahudi diselamatkan dengan cara yang sama, yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus. Syukur bahwa akhirnya Injil bisa mereka terima tanpa menambahkan sesuatu yang lain (2:6). Sekalipun sudah mengetahui kebenaran Injil, kelakuan kita bisa tidak sesuai dengannya. Itulah yang dialami Petrus. Dalam sidang di Yerusalem, Petrus mengatakan bahwa tidak ada pembedaan antara orang Yahudi dan non Yahudi (Kisah Para Rasul 15:9), tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan perkataannya. Ia berlaku munafik karena tidak berani berterus terang duduk makan semeja dengan orang-orang bukan Yahudi (Galatia 2:11-12). Karena itu, Paulus dengan terus terang menegurnya di depan umum (2:14). Selanjutnya, Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya karena iman dalam Kristus Yesus (2:16). Dengan jelas, Paulus berkata, “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah.” (2:19). Sesudah Kristus membenarkan kita saat kita percaya kepada-Nya, apakah kita hidup di dalam kebebasan kasih karuniaNya, yaitu kebebasan untuk hidup bersekutu dengan Tuhan dan melayani-Nya, tidak lagi dikuasai oleh “hukum Taurat”? [BS] “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Galatia 2:20 48 sa, Sela s 13 De M Hidup oleh Iman Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 3 elihat keadaan jemaat Galatia yang sudah mulai terpesona terhadap kaum Yudaisme yang menuntut hidup berdasarkan hukum Taurat dan perbuatan, Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menyampaikan bahwa keselamatan hanya oleh karena kasih karunia dan bukan karena melakukan hukum Taurat. Di tengah kesedihannya, Paulus mengingatkan bahwa mereka telah memulai hidup di dalam Roh. Mereka telah mengenal Kristus lewat pelayanan yang ia lakukan, telah merasakan begitu besar anugerah dan mujizat, masakan mereka akan mengakhiri dengan kedagingan? Selanjutnya, Paulus menguatkan argumentasinya berdasarkan Firman Tuhan. Karena para penganut Yudaisme ingin membawa orang percaya untuk kembali ke hukum Taurat, ia pun menjelaskan dengan mengutip hukum Taurat. Ia menggunakan Abraham sebagai contoh (3:6) dengan mengutip Kejadian 15:6 yang berbunyi, “percayalah Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Itulah pengalaman Abraham: iman (sikap percaya) terhadap janji Allah itulah yang membuat Abraham dibenarkan, bukan ketaatan terhadap hukum Taurat. Berkat keselamatan yang dijanjikan Allah kepada Abraham dimaksudkan untuk disalurkan kepada segala bangsa di dunia (Kejadian 12:3), artinya berlaku pula bagi orang non Yahudi. Saat ini, kita disebut sebagai anak-anak Abraham secara rohani. Apakah kita sungguh-sungguh hidup oleh iman percaya kita kepada Kristus, atau—tanpa sadar—kita mulai “terpesona” terhadap hal-hal di sekitar kita yang dapat menjauhkan kita dari iman kepada Kristus? [BS] Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: “Orang yang benar akan hidup oleh iman.” Galatia 3:11 49 , Rabu s 14 De R Hidup Orang Merdeka Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 4 asul Paulus ingin menguatkan iman jemaat Galatia. Ia mengingatkan bahwa setelah mengenal Kristus, mereka tidak boleh hidup sebagai seorang hamba. Walaupun dulu kita adalah orang berdosa yang hidup dalam perhambaan (4:1-3), saat Kristus datang ke dunia, Ia menebus kita yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak (4:5). Anak bukan hamba, karena Roh yang ada dalam diri setiap orang percaya memampukan mereka untuk memanggil “ya Abba, ya Bapa” sebagai bukti kedekatan hubungan dengan Bapa dan menandakan ahli waris. Karena itu, Paulus sedih saat melihat jemaat Galatia yang sudah mengenal Allah kembali berbalik kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan memperhambakan diri lagi kepada roh-roh dunia itu (4:9). Ia meminta jemaat Galatia mengingat kasih mula-mula yang muncul saat Paulus pertama kali memberitakan firman kepada mereka (4:12-15). Selanjutnya, Paulus memakai kiasan dalam PL tentang Hagar dan Sara untuk menggambarkan bahwa orang Kristen tidak berada di bawah hukum Taurat. Kita adalah anak-anak janji sama seperti Ishak (4:28), anak yang dilahirkan dari perempuan merdeka yang mendapat kasih karunia Allah. Kita bukan berasal dari Hagar yang adalah hamba. Apakah kita yang saat ini telah menjadi anak-anak Allah telah menjalani hidup yang merdeka di dalam Kristus dengan melakukan perintah Tuhan berdasarkan kesadaran dan rasa syukur sebagai orang merdeka. Atau sebaliknya, apakah kita masih menjalani kehidupan sebagai seorang hamba dengan melakukan firman Tuhan sebatas untuk memenuhi tuntutan, dengan memuja nilai atau hukum yang ada serta dengan keyakinan bahwa kita diselamatkan jika kita melakukannya? Kita adalah anak-anak Allah, karena itu hiduplah sebagai orang yang merdeka! [BS] “Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” Galatia 4:7 50 , Kamis s 15 De K Hidup oleh Roh Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 5 ristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Itulah keinginan Paulus bagi Jemaat Galatia. Mengapa? Karena jemaat Galatia terus tergoda untuk berpaling dari kasih karunia kepada hukum Taurat, padahal Kristus telah memerdekakan mereka dari perhambaan hukum Taurat. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita dan mati bagi kita di atas kayu salib (3:13). Bila kita berpaling dari kasih karunia kepada hukum Taurat, maka Kristus sama sekali tidak berguna dan kita wajib melakukan seluruh hukum Taurat, kita hidup lepas dari Kristus, dan kita hidup di luar kasih karunia (5:2-5). Sungguh menyedihkan, bukan? Sebaliknya, hidup orang percaya di dalam lingkungan kasih karunia bergantung pada kuasa Roh dan berdasarkan iman. Kemerdekaan di dalam Kristus bukanlah kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan kebebasan untuk saling melayani (5:13), karena seluruh isi hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, “ Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri “ (5:14). Kasihlah yang mendasari pelayanan kepada sesama. Roh yang membuat kita menang atas keinginan daging. Karena itu hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging, karena keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh (5:16-17). Bila hidup kita dipimpin oleh Roh, buah Roh akan terlihat dalam hidup kita karena menjadi milik Kristus Yesus berarti menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-Nya. Apakah hidup Anda sebagai “orang merdeka” dipimpin oleh Roh sehingga orang di sekitar Anda melihat dengan jelas adanya buah Roh dalam tingkah laku, perkataan dan pikiran kita setiap hari. [BS] “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” Galatia 5:18 51 t, Juma s 16 De O Merdeka dalam Kasih Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 6 rang yang telah dimerdekakan di dalam Kristus tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Hidupnya dipimpin Roh untuk mengasihi dan melayani sesama. Dalam Galatia 6, Rasul Paulus menunjukkan perbedaan antara orang Kristen yang dipimpin oleh Roh dan penganut Legalisme (Yudaisme). Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Kudus hidup untuk kemuliaan Allah, bukan untuk mendapat pujian manusia. Manusia tak mungkin bebas dari kesalahan/pelanggaran. Tindakan orang yang rohani berbeda dengan penganut legalisme dalam menangani saudara seiman yang jatuh dalam dosa. Orang yang rohani akan berusaha memimpin orang itu ke jalan benar dengan kasih dan roh lemah lembut, sedangkan penganut legalisme akan menghakimi serta bercerita kepada orang lain untuk memperlihatkan bahwa mereka tidak seperti orang yang melakukan kesalahan itu (bandingkan dengan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai dalam Lukas 18:9-14). Selanjutnya, Rasul Paulus mengingatkan agar setiap orang menguji pekerjaannya sendiri, bukan melihat keadaan orang lain (Galatia 6:4). Ia mengajarkan bahwa orang yang telah merdeka harus berbagi berkat dan berbuat baik kepada semua orang, terutama kawan-kawan seiman (6:10). Paulus menutup surat Galatia dengan menunjukkan bahwa kehidupan di bawah hukum Taurat bertolak belakang dengan kehidupan di bawah kasih karunia. Orang yang hidup di bawah hukum Taurat suka menonjolkan diri (6:12a, 13b), kompromi (6:12b), munafik (6:13). Penganut legalisme/Yudaisme bermegah di dalam sunat, tetapi Paulus bermegah di dalam Kristus (6:13-14). Tetaplah mengasihi sesama! [BS] “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu. Demikianlah kamu mememuhi hukum Kristus.” Galatia 6:2 52 Identitas dan Panggilan Gereja S urat Efesus adalah salah satu surat yang dikirimkan oleh Rasul Paulus dari dalam penjara (lihat Efesus 3:1; 4:1; 6:20), mungkin saat Rasul Paulus menjadi tahanan rumah selama dua tahun di kota Roma (Kisah Para Rasul 28:16, 30-31). Sekalipun ditulis dari penjara, surat ini tidak bernada negatif. Baik dalam surat Efesus maupun dalam surat-surat lain yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara—yaitu surat Filipi, Kolose, dan Filemon—Rasul Paulus tidak pernah mengeluh. Efesus adalah sebuah kota pelabuhan yang indah di bagian Barat Asia Kecil. Kota ini merupakan sebuah kota perdagangan yang paling menonjol di propinsi Romawi karena di kota ini terdapat jalan raya yang menghubungkan kota Efesus dengan kota-kota besar lainnya di Asia Kecil. Di kota Efesus ini terdapat sebuah kuil besar tempat memuja Dewi Artemis. Rasul Paulus pertama kali singgah di kota Efesus di bagian akhir perjalanan misinya yang kedua. Dia sempat masuk ke rumah ibadat orang Yahudi di sana, tetapi dia hanya berkunjung sebentar dan langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Antiokhia. Dua orang rekannya, yaitu Priskila dan Akwila, ditinggalkan di kota tersebut untuk melanjutkan pelayanannya (18:19-21). Dalam perjalanan misi ketiga, barulah Rasul Paulus tinggal selama dua tahun tiga bulan di kota tersebut (19:8, 10). Selama tiga bulan pertama, pelayanannya dilakukan di rumah ibadat orang Yahudi (19:8). Selama dua tahun berikutnya, pelayanannya dilakukan di tempat umum, yaitu di ruang kuliah Tiranus (19:10). Pelayanan Rasul Paulus kepada jemaat Efesus relatif lama (bila dibandingkan dengan pelayanan di kota-kota lain). Oleh karena itu, masalah yang dibahas bukanlah kepercayaan dasar, melainkan masalah-masalah yang biasa dijumpai pada gereja yang sudah (sedang) berkembang. Setelah membahas tentang identitas orang percaya sebagai pewaris berkat-berkat rohani (pasal 1) serta kesatuan orang percaya (pasal 2), Rasul Paulus membahas tentang misi untuk menjangkau semua bangsa (pasal 3) dan panggilan Allah bagi orang percaya (pasal 4-6). [P] 53 u, Sabt s 17 De O Identitas Orang Percaya di dalam Kristus Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 1 rang percaya memiliki dua identitas, yaitu identitas yang bersifat jasmaniah dan identitas yang bersifat rohaniah. Identitas jasmaniah orang percaya berbeda satu dengan yang lain, tetapi identitas rohaniah orang percaya bersifat seragam. Identitas jasmaniah bisa membuat seseorang merasa bangga (karena kaya, berpendidikan tinggi, tampan/cantik, berkuasa, dan sebagainya) atau merasa dirinya tidak berharga. Sebaliknya, bila kita berpegang pada identitas rohaniah yang kita miliki, tak ada alasan untuk merasa rendah diri. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kita harus yakin bahwa di dalam Kristus, kita adalah pewaris segala berkat rohani di dalam surga. Sejak semula (sebelum dunia dijadikan), Allah telah memilih kita agar kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Allah telah menentukan kita menjadi anak-anak-Nya. Bila kita ragu apakah hal itu mungkin, kita perlu mengingat bahwa di dalam kristus, kita telah memperoleh penebusan atau pengampunan dosa. Saat ini, warisan yang telah ditentukan bagi kita itu masih belum kita terima secara utuh. Akan tetapi, kita telah menerima Roh Kudus yang merupakan meterai yang menjamin bahwa kita akan menerima warisan kita sepenuhnya. Roh Kudus pula yang membuat kita bisa memahami betapa berharganya warisan yang kita miliki. Oleh karena itu, orang Kristen yang sejati tidak akan merasa rendah diri saat menjalin relasi dengan orang yang lebih kaya, lebih pandai, lebih populer, dan lebih berkuasa menurut ukuran duniawi. Apakah selama ini Anda sering merasa minder? Apakah Anda menyadari dan meyakini bahwa identitas yang Anda miliki di dalam Kristus amat berharga? [P] “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” Efesus 1:3 54 Kembali Kepada Makna Natal yang Sejati P erayaan Natal tidak selalu bermanfaat bagi umat Kristen, karena makna Natal sudah dibiaskan oleh banyak kepentingan yang tidak berkaitan dengan iman. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan berbagai kegiatan perayaan Natal yang dirangkai sedemikian rupa, namun di dalamnya terselubung pesan-pesan yang sama sekali tidak berkaitan dengan warta kelahiran Yesus sebagai Juruselamat dunia. Perayaan Natal sudah berubah menjadi ajang komersialisasi bagi para pedagang untuk mencari untung sebesar-besarnya. Lebih parah lagi, perayaan Natal sudah berubah menjadi ajang pesta pora di mana —atas nama perayaan Natal—orang-orang berkumpul hanya untuk saling membagi hadiah dan makan minum dalam pesta. Sebagai umat Allah, marilah kita mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga perayaan Natal kita—baik perayaan bersama umat Allah di gereja maupun perayaan pribadi kita— dapat berkenan kepada-Nya. Kita rindu agar perayaan Natal membawa kita lebih menghayati kasih Allah yang secara ajaib telah mengutus Yesus menjadi Juruselamat dunia dan membuat kita lebih mengasihi-Nya melalui kehidupan yang memuliakan-Nya. Melalui serangkaian renungan menjelang Natal, kita akan belajar dari tokoh-tokoh Alkitab yang hadir dalam peristiwa kelahiran Yesus di Betlehem. Melalui sikap, pelayanan, dan pengorbanan mereka, kita belajar bagaimana mempersiapkan diri lebih baik dalam menyambut Natal tahun ini. Para tokoh tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam proses kelahiran Yesus: Yohanes Pembaptis, Yusuf, dan Maria. Kedua, mereka yang menyia-nyiakan kesempatan menikmati berkat Natal pertama, yaitu para pemimpin agama Yahudi dan Herodes. Ketiga, mereka yang merasakan berkat langsung dari kelahiran Yesus, yaitu Hana dan Simeon, para majus, serta para gembala. Selamat mempersiapkan diri dan menyambut Natal! [TF] 55 Menjelang Natal u, Mingg s 18 De Y Yohanes Pembaptis: Pembuka Jalan yang Tahu Diri Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 1:5-25, 57-80 ohanes Pembaptis lahir enam bulan mendahului Yesus. Ia bukan sosok sederhana. Kelahiran dan kehidupannya dipenuhi berbagai mujizat, antara lain: Kelahirannya adalah jawaban atas doa orang tuanya dan diwartakan oleh malaikat yang juga memberi nama kepadanya (1:13). Ia dipenuhi Roh Kudus mulai dari rahim ibunya (1:15). Pelayanannya mendatangkan dampak besar bagi bangsa Israel (1:16-17; 3:7-14). Yesus memuji Yohanes Pembaptis sebagai orang terbesar yang pernah dilahirkan oleh perempuan (7:28). Pelayanannya tergolong sukses karena khotbahnya berhasil membuat banyak orang bertobat dan memutuskan untuk menjadi muridnya. Namun, kebesaran dan kesuksesan tidak membuatnya besar kepala karena ia selalu sadar siapa dirinya dan apa tugas utamanya. Ketika memulai pelayanan, orang banyak menduga bahwa ialah Mesias atau nabi Elia. Namun, dengan tegas, ia membantah dugaan itu dan tanpa ragu menyebut dirinya sebagai pembuka jalan bagi Sang Mesias (Yohanes 1:19-23). Saat pelayanannya sukses, ia tidak takabur karena sadar bahwa dirinya hanya pemeran pendamping yang bertugas mengantar Sang Mesias—Sang Pemeran Utama—ke tempat paling mulia dan terhormat. Saat murid-muridnya meninggalkannya dan mengikut Yesus, ia tidak iri hati, melainkan dengan tegas mengatakan kalimat yang menjadi motto hidupnya, “Ia [Yesus] harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30). Teladan Yohanes Pembaptis membantu kita untuk kembali kepada esensi perayaan Natal melalui beberapa pertanyaan reflektif berikut: Apakah fokus utama perayaan Natal kita adalah Yesus? Atau, apakah kita sudah mengikuti arus dunia yang menjadikan pesta, kado, acara yang meriah dan mewah, atau bahkan Santa Klaus sebagai fokus utama perayaan Natal? Sudahkah kita mempersiapkan diri mewartakan Yesus melalui Natal tahun ini? [TF] Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.” Yohanes 3:27-28 56 Menjelang Natal , Senin s 19 De T Yusuf: Orang Tulus Hati yang Mengorbankan Harga Diri Bacaan Alkitab hari ini: Matius 1:18-25 ak sulit membayangkan reaksi Yusuf saat mengetahui kehamilan Maria di luar nikah. Rasa kaget, kecewa, bingung, dan kemungkinan besar marah, membuatnya memutuskan untuk meninggalkan Maria secara diam-diam. Oleh karena itu, Allah turun tangan mengutus malaikat untuk menjelaskan peristiwa sebenarnya kepada Yusuf lewat mimpi (1:18-21). Cerita selanjutnya adalah tentang pengorbanan Yusuf untuk menyambut kelahiran Yesus. Pengorbanan terbesar Yusuf adalah kebesaran hatinya untuk mengesampingkan harga diri dengan mengizinkan calon isterinya mengandung janin yang bukan anaknya. Ia juga bersedia mengesampingkan kenikmatan jasmaninya dengan tidak berhubungan badan selama isterinya mengandung Yesus, serta berkorban materi dan waktu untuk melayani Maria selama mengandung hingga melahirkan. Yesus pun juga berkorban ketika Ia menjelma menjadi manusia. Untuk menjadi Juruselamat dunia, Ia rela melepaskan hak-Nya sebagai Pencipta yang disembah dan dipuja oleh para malaikat, meninggalkan kemuliaan sorgawi yang sempurna dan abadi untuk dilahirkan di tempat hina, dibesarkan dalam keluarga sederhana, menerima penolakan dan penghinaan dalam pelayanan, dan mengakhiri hidup secara tragis di kayu salib. Teladan pengorbanan Yesus dan Yusuf mendorong kita untuk melakukan refleksi berikut yang berkaitan dengan harga diri: Dalam pelayanan, ketika kita diremehkan, disalahpahami, dikorbankan, difitnah, atau bahkan dicela, apakah kita tetap setia melayani atau memilih mundur karena harga diri kita terluka? Relakah kita mengesampingkan harga diri kita untuk menerima penolakan, tertawaan, atau bahkan siksaan ketika mewartakan Injil secara pribadi? [TF] “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, ... telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Filipi 2:5-7 57 Menjelang Natal sa, Sela s 20 D e R Maria: Hamba yang Taat Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 1:26-38 espons Maria terhadap pengumuman malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus ialah, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (1:38). Jawaban yang berasal dari ketaatan total itu mematahkan tiga kemustahilan dan menciptakan konsekuensi pengorbanan besar yang harus ia tanggung. Dalam menjalankan misi ini, Maria menghadapi tiga kemustahilan, yakni mengandung tanpa berhubungan badan, mengandung benih Allah, dan menjelaskan kehamilan kepada keluarga (khususnya Yusuf). Maria juga menghadapi konsekuensi besar jika ia mengandung. Kemungkinan besar ia akan ditinggal Yusuf, dihujat keluarga, dan bahkan nyawanya melayang dirajam batu oleh masyarakat yang menuduhnya hamil karena berzinah. Ketaatan Maria dan kesediaannya untuk berkorban dihargai Allah, sehingga Allah memberinya kesempatan untuk terlibat dalam misi paling mulia yang pernah ada, yakni menjadi ibu jasmani dari bayi Yesus, yang kelak akan menjadi Juruselamat dunia. Oleh sebab itu, Maria dijuluki sebagai orang yang “diberkati di antara semua perempuan” (1:42). Kita dapat memiliki pelayanan yang sama mulia dengan Maria, namun dalam bentuk berbeda. Kalau proyek ketaatan Maria adalah kesediaan berkorban untuk mengandung dan melahirkan Juruselamat dunia, maka proyek ketaatan kita adalah semangat untuk mewartakan Juruselamat yang telah dilahirkan Maria tersebut. Dalam proyek ketaatan Anda di Natal tahun ini, kepada siapakah Anda ingin mewartakan berita kelahiran Juruselamat dunia? Bersediakah Anda mengorbankan waktu, tenaga, perasaan, atau harta demi menjalankan proyek ketaatan tersebut? [TF] “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, Dan . . . telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Filipi 2:5, 8 58 Menjelang Natal , Rabu s 21 De I Imam & Ahli Taurat: Pemimpin Agama yang Tidak Peduli Bacaan Alkitab hari ini : Matius 2:1-6 mam dan ahli Taurat sangat memahami Kitab Suci. Ketika ditanya Herodes tentang tempat kelahiran Mesias, mereka langsung menjawab dengan tepat, bukan hanya tempat kelahiranNya, tetapi juga pekerjaan-Nya (2:6). Ironisnya, pengetahuan yang kaya tersebut tidak mengubah hati mereka. Kegemparan kota Yerusalem karena pertanyaan para majus tentang kelahiran raja orang Yahudi (2:2-3) dan pertanyaan raja Herodes tentang tempat Mesias dilahirkan (2:5) tidak mampu menyadarkan mereka akan kemungkinan lahirnya Mesias. Seharusnya berita tersebut mendorong mereka untuk memeriksa kota Betlehem yang hanya berjarak sekitar 10 km dari Yerusalem. Sikap hati yang tidak peduli menyebabkan para pemimpin agama Yahudi kehilangan dua kesempatan yang tak ternilai: Pertama, kesempatan melayani bayi Mesias. Ini merupakan kesempatan sangat langka yang hanya dimiliki oleh mereka yang hidup pada zaman itu dan memiliki pengetahuan tentang Mesias. Kedua, kesempatan menjadi pewarta kelahiran Mesias kepada bangsa Israel. Sebagai pemimpin agama yang sangat dihormati bangsa Yahudi, apa yang mereka wartakan akan diterima masyarakat luas. Sayangnya, mereka menyia-nyiakan dua kesempatan emas tersebut. Kesalahan para pemimpin agama Yahudi menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita. Sebagai orang percaya, kita memiliki pengetahuan yang tidak sedikit tentang fakta dan makna kelahiran Yesus ke dunia. Namun, seberapa besarkah pengetahuan itu mengubah kehidupan kita sehingga kita berbeda dengan orang yang belum percaya? Seberapa besarkah semangat kita memanfaatkan kesempatan Natal untuk menceritakan kasih dan kuasa Yesus kepada orang-orang di sekitar kita? [TF] “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, ..., Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Filipi 1:20-21 59 Menjelang Natal , Kamis s 22 De S Herodes: Raja yang Takut Kehilangan Takhta Bacaan Alkitab hari ini : Matius 2:7-18 ejarah mencatat bahwa Herodes adalah seorang raja yang sangat takut kehilangan takhta. Ia menghukum mati siapa pun yang terindikasi mengancam kedudukannya, termasuk anak-anaknya sendiri. Tak mengherankan jika ia begitu panik mendengar pertanyaan para majus tentang raja orang Yahudi yang baru dilahirkan (2:2). Ia berusaha membunuh bayi Yesus secara licik, namun niatnya terhalang oleh campur tangan Allah (2:12). Akibatnya, ia tega membunuh semua bayi di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah demi menjamin keamanan takhtanya. Kecintaan terhadap takhta tak hanya membuat Herodes menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang yang mengancamnya, tetapi juga membuat dia kehilangan kesempatan bertemu dengan Raja segala raja yang berkuasa mengaruniakan takhta kepada siapa pun sesuai dengan kehendakNya serta berkuasa menyingkirkan siapa pun dari takhtanya. Sungguh ironis, untuk mempertahankan kebahagiaan dan rasa aman yang semu, Herodes menolak—bahkan berusaha menyingkirkan—sumber kebahagiaan dan rasa aman yang sejati. Kita dapat memetik satu pelajaran dari sikap raja Herodes. Sebagaimana kecintaan terhadap takhta menghalangi Herodes bertemu Yesus dan mengakibatkan kesengsaraan rakyatnya, demikian juga kita memiliki berbagai “takhta” yang menjauhkan kita dari Juruselamat kita serta menghalangi kita menjadi berkat bagi sesama manusia. Bagi kita, “takhta” dapat berupa harta, kedudukan, kekasih, karier, kenikmatan hidup, hobby, bahkan pelayanan, yakni apa pun yang untuk mempertahankannya, kita rela mengorbankan Yesus dan sesama. Apakah Anda memiliki “takhta” seperti itu dalam hidup Anda? [TF] “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.” Matius 6:24a 60 Menjelang Natal t, Juma s 23 De A Hana & Simeon: Orang Dahaga yang Menemukan Kepuasan Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 2:21-40 lkitab memperkenalkan Hana dan Simeon sebagai orang benar dan saleh yang sangat merindukan kedatangan Mesias yang membawa keselamatan dan penghiburan bagi bangsa Israel. Kerinduan yang besar tersebut menciptakan rasa dahaga rohani yang besar, yang setiap hari mendorong mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah, berpuasa, dan berdoa di Bait Allah (2:25-27, 38). Allah menghargai rasa dahaga tersebut dengan mengaruniakan dua hal istimewa kepada mereka: Pertama, Allah memuaskan dahaga rohani tersebut dengan mempertemukan mereka dengan bayi Yesus di Bait Allah (2:28, 38). Pertemuan tersebut membawa kepuasan yang tak ternilai, sehingga Simeon menyatakan sudah siap mati dalam kepuasan dan kedamaian karena sudah bertemu dengan Yesus. Kedua, Allah memakai mereka untuk mewartakan identitas Yesus dan karya yang akan digenapi-Nya kelak. Mereka memperkenalkan Yesus sebagai keselamatan yang berasal dari Allah, terang bagi bangsa-bangsa, dan pembawa kelepasan bagi umat Allah. Secara khusus, Simeon menubuatkan bahwa pelayanan Yesus selain mendatangkan kebangkitan rohani bagi Israel, juga mendapat perlawanan yang menghancurkan hati ibuNya, yakni kematian di kayu salib (2:34-35). Rasa dahaga rohani Hana dan Simeon telah mendorong mereka untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, sehingga mereka bertemu bayi Yesus dan mendapat kepuasan sejati. Bagaimana dengan kita? Masihkah kita memiliki rasa dahaga rohani yang mendorong kita mencari Yesus, baik lewat saat teduh pribadi maupun lewat ibadah setiap Minggu, sehingga kita menemukan kepuasan rohani sejati dan dipakai bagi kemuliaan nama-Nya? [TF] “Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi.” Yesaya 26:9a 61 Menjelang Natal u, Sabt s 24 De O Orang Majus: Penguasa yang Menemukan Raja Sejati Bacaan Alkitab hari ini : Matius 2:1-3, 7-12 rang Majus adalah cendekiawan dan hartawan yang memiliki kedudukan penting di negeri asal mereka. Perjalanan mereka menuju Betlehem untuk mencari Yesus sangat berbahaya. Mereka harus mengarungi padang gurun yang luas selama berbulan-bulan, karena ketika sampai di Betlehem, Yesus sudah berusia sekitar dua tahun. Hal ini dihitung berdasarkan perintah raja Herodes membunuh anak berusia dua tahun ke bawah di seluruh Betlehem dan sekitarnya setelah ia sadar telah diperdaya oleh para Majus (2:16-18). Alasan yang membuat para Majus bersusah payah mempertaruhkan nyawa untuk mencari bayi yang baru dilahirkan adalah kesadaran bahwa bayi tersebut lebih dari sekadar seorang raja biasa. Tiga persembahan yang mereka siapkan menjelaskan pengenalan mereka akan bayi yang mereka cari tersebut, yakni: emas sebagai persembahan kepada seorang raja, kemenyan sebagai persembahan kepada yang bersifat Ilahi, dan mur sebagai bahan membalsam mayat. Tidak mengherankan kalau para Majus bersedia menantang bahaya untuk mencari Yesus, karena mereka tahu bahwa bayi tersebut adalah Raja Sorgawi yang datang untuk mati menjadi Juruselamat umat manusia. Segala jerih lelah mereka berubah menjadi sukacita yang besar ketika mereka bertemu Yesus (2:10). Kisah para Majus mengantar kita kepada dua refleksi iman: Pertama, apakah kita—yang tidak perlu menempuh perjalanan membahayakan nyawa untuk bertemu Yesus—mau mencari dan menyembah Dia setiap hari? Kedua, apakah kita hanya mengenal Yesus sebagai Juruselamat yang menjadi Penolong setia setiap saat atau kita bersedia menerima Dia sebagai Raja dan Tuhan dalam kehidupan kita? [TF] “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Matius 2:2 62 Ucapan Selamat Natal Natal u Mingg s 25 D e G Para Gembala: Kaum Terbuang yang Bertemu Juruselamat Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 2:8-20 embala adalah salah satu pekerjaan paling rendah pada zaman dulu. Pekerjaan itu hina karena siang malam mereka harus tinggal bersama dengan hewan. Mereka juga harus selalu siap menghadapi bahaya, khususnya serangan binatang buas terhadap domba-domba mereka. Namun, kelahiran Juruselamat dunia justru terlebih dulu dikabarkan oleh para malaikat kepada kelompok orang yang paling diremehkan tersebut. Pada awalnya, para gembala sangat ketakutan saat melihat malaikat Tuhan, namun ketakutan itu segera sirna setelah mendengar kabar baik yang disampaikan malaikat. Bahkan, setelah mengunjungi bayi Yesus di Betlehem, mereka pulang dengan hati yang penuh ucapan syukur untuk memuliakan Allah. Perubahan sikap yang kontras itu disebabkan oleh dua hal. Pertama, malaikat Tuhan mewartakan dan menuntun mereka kepada bayi Yesus. Sebagai kaum terbuang, mustahil bagi para gembala untuk memiliki kesempatan bertemu dengan bayi yang baru dilahirkan itu. Namun, kasih karunia Allah yang ajaib telah memilih dan mengizinkan mereka menjadi yang pertama bertemu dan menerima keselamatan dari Juruselamat dunia itu. Kedua, hati yang tulus membuat mereka percaya kepada kabar baik yang diwartakan malaikat Tuhan, sehingga mereka segera berangkat ke Betlehem untuk bertemu dengan bayi Yesus Kisah para gembala menuntun kita kembali kepada makna Natal yang sesungguhnya. Natal sejati terjadi ketika Juruselamat yang dikaruniakan secara ajaib oleh Allah diterima dengan hati yang tulus oleh manusia yang tak berdaya. Apakah Juruselamat yang lahir pada hari Natal pertama juga sudah lahir di hati Anda? Di hari Natal ini, apa yang Anda persembahkan kepada-Nya sebagai wujud rasa syukur atas Juruselamat yang Ia karuniakan kepada Anda? [TF] “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Lukas 2:10-11 64 , Senin s 26 D e K Karya Kristus: Mempersatukan Orang Percaya Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 2 ita perlu memahami apa yang Allah telah kerjakan di dalam Kristus agar kita dapat memberikan respons yang tepat. Pertama, sadarilah bahwa pelanggaran dan dosa kita membuat kita telah mati secara rohani (2:1). Kematian secara rohani membuat kita bisa berpikir dan bertindak jahat tanpa menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan. Oleh karena itu, bila kita bisa percaya kepada Kristus dan secara rohani kita dihidupkan bersama dengan (kebangkitan) Kristus, hal itu merupakan kasih karunia (pemberian Allah) yang tidak didasarkan pada jasa atau perbuatan kita. Kedua, Kristus mempersatukan orang percaya, khususnya menghapus pemisahan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (2:20). Pada abad pertama, perbedaan identitas Yahudi - bukan Yahudi merupakan sumber utama perpecahan orang Kristen. Menurut Anda, apa penyebab perpecahan pada zaman ini? Sadarilah bahwa Allah menyelamatkan (membangkitkan kita dari keadaan mati rohani) dengan tujuan agar kita melakukan perbuatan (pekerjaan) baik yang telah Allah siapkan sebelumnya (2:10). Menyangka bahwa setelah memperoleh keselamatan, kita bebas melakukan apa saja, berarti menyangkal tujuan Allah atas tindakan penyelamatan yang Allah kerjakan di dalam Kristus. Seharusnya setiap orang yang sudah memperoleh keselamatan memikirkan pekerjaan baik apa telah Allah siapkan bagi dirinya. Salah satu pekerjaan baik yang perlu kita lakukan adalah mengusahakan kesatuan orang percaya di mana pun kita ditempatkan Allah. Perpecahan kadang-kadang diizinkan Allah, tetapi perpecahan bukanlah kehendak Allah! Menurut Anda, perbuatan baik apa yang telah Allah siapkan bagi Anda untuk Anda lakukan? [P] “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Efesus 2:10 65 sa, Sela s 27 De W Rahasia Kristus: Kabar Baik bagi Setiap Orang Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 3 alaupun Allah memilih bangsa Israel menjadi umat pilihanNya, tidak berarti bahwa Allah hanya mengasihi bangsa Israel. Perintah Allah kepada Abraham bukan hanya mengandung janji bahwa Allah akan memberkati Abraham, tetapi juga bahwa Abraham akan menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi (Kejadian 12:1-3). Hal ini berarti bahwa sasaran berkat Allah adalah semua suku bangsa di muka bumi ini. Akan tetapi, hal tersebut sulit dipahami oleh bangsa Israel. Bahkan, seorang nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu Nabi Yunus, menentang saat Allah hendak memberkati bangsa Babel yang merupakan musuh bangsa Israel. Pada zaman Perjanjian Baru, walaupun bangsa Yahudi dijajah oleh bangsa Romawi, bangsa Yahudi tetap menganggap diri mereka istimewa dan lebih tinggi derajatnya daripada bangsa-bangsa lain. Walaupun jelas bagi pembaca keempat kitab Injil bahwa Allah mengasihi semua bangsa, namun Rasul Pauluslah yang membicarakan secara terbuka bahwa berkat Allah di dalam Kristus itu tersedia bagi semua suku bangsa. Berkat (kabar baik) bagi semua bangsa itu disebut oleh Rasul Paulus sebagai rahasia Kristus (Efesus 3:4). Sejarah misi memperlihatkan bahwa bukan hanya bangsa Israel yang sulit memahami bahwa kabar baik (Injil keselamatan) itu bagi semua bangsa. Orang Kristen pada zaman ini pun masih banyak yang sulit untuk memahami bahwa kabar baik di dalam Kristus itu harus diberitakan kepada semua orang dari semua suku bangsa. Apakah doa yang sering Anda panjatkan, baik secara pribadi maupun sebagai suatu kebersamaan umat Allah dalam gereja lokal telah mencakup doa syafaat bagi sukusuku bangsa yang belum terjangkau berita Injil? [P] “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.” Efesus 3:18-19a 66 , Rabu s 28 De A Melaksanakan Panggilan Allah: Melayani Orang Lain Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 4 pakah panggilan Allah bagi orang percaya? Panggilan Allah bagi orang percaya sama dengan panggilan Allah kepada Abraham, yaitu menjadi berkat bagi semua suku bangsa (Kejadian 12:2-3). Tuhan Yesus menyebut panggilan Allah ini sebagai panggilan untuk menjadi penjala manusia (Matius 4:19) dan panggilan untuk memuridkan semua bangsa (Matius 28:19-20). Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menyebut panggilan tersebut sebagai panggilan untuk melayani atau panggilan untuk membangun tubuh Kristus (Efesus 4:12). Untuk melaksanakan panggilan tersebut di atas, kita harus hidup secara rendah hati, lemah lembut, sabar, menerapkan kasih (termasuk membantu sesama yang memerlukan bantuan), memelihara kesatuan Roh (4:2-3). Di gereja lokal, para pemimpin (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala & pengajar) bertanggung jawab untuk memperlengkapi orang-orang percaya agar sanggup menjalankan panggilan masing-masing untuk melayani. Saat menjalankan panggilan kita (yang wujudnya pada umumnya berbeda-beda bagi setiap orang), kita bukan hanya menjadi berkat bagi orang lain, tetapi kita juga memperoleh berkat bagi diri kita sendiri, yaitu kita bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Kristus saat kita melayani orang lain (4:11-16). Apakah Anda aktif menjalankan panggilan Allah terhadap diri Anda, atau sebaliknya, Anda hanya memikirkan kepentingan diri Anda sendiri? Menjauhi panggilan (tidak bersedia melayani) dan hidup semau diri Anda sendiri merupakan suatu kebodohan. Bila Anda tidak menjalankan panggilan Anda, pertumbuhan rohani Anda akan berhenti dan Anda akan kehilangan kedekatan dengan Allah. [P] “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” Efesus 4:1 67 , Kamis s 29 D e M Hidup dalam Panggilan Allah: Mewujudkan Manusia Baru Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 5 enjalankan panggilan Allah untuk melayani itu seharusnya bukan hanya sekedar proyek atau kegiatan, melainkan gaya hidup. Bila “melayani” adalah gaya hidup kita, maka kita pasti mengalami perubahan hidup berupa pertumbuhan secara rohani, sehingga kita menjadi manusia baru di dalam Kristus (4:16-24; 5:8). Perubahan hidup ini meliputi seluruh aspek kehidupan kita, termasuk cara berpikir (4:23), perkataan (4:25; 5:4, 19-20), emosi (4:26-27), etos (semangat) kerja (4:28), relasi dengan sesama (4:31-32; 5:2, 21), kekudusan hidup (5:3), keberanian menyatakan identitas diri (4:17; 5:8-17), relasi suami-isteri (5:22-33), relasi anak dan orang tua (6:1-4), serta relasi hamba dan majikan (6:5-9). Mana yang harus terwujud lebih dulu dalam hidup kita: melayani atau mengalami perubahan hidup? Kedua hal itu tidak perlu dipertentangkan. Bila kita menjalankan panggilan untuk melayani orang lain, hidup kita akan mengalami perubahan, karena hati nurani kita akan menuduh kita bila apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan keadaan diri kita yang sebenarnya. Bila kita bersedia dibentuk oleh Roh Kudus, pembentukan itu terjadi saat kita rela melaksanakan kehendak Allah. Sebaliknya, bila kita menjauhkan diri dari orang lain, kita tidak mau melayani orang lain, maka pertumbuhan rohani kita pasti akan terhambat. Pelayanan apa yang sedang Anda kerjakan? Perubahan hidup dalam wujud apa yang sedang terjadi di dalam hidup Anda? Perhatikanlah nasihat Rasul Paulus, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada.” (5:15-16a). [P] “supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Efesus 4:23-24 68 t, Juma s 30 De M Mempertahankan Panggilan Allah: Melawan Tipu Muslihat Iblis Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 6 elaksanakan panggilan Allah tidaklah mudah karena kita menghadapi tiga penghalang, yaitu kecenderungan melakukan kebiasaan lama, lingkungan yang berdosa, dan usaha (tipu muslihat) Iblis untuk membuat kita gagal melaksanakan panggilan Allah. Rasul Paulus berkeyakinan bahwa orang percaya itu seperti prajurit yang harus berperang secara rohani melawan Iblis dan seluruh pengikutnya yang disebut sebagai “pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulupenghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara” (6:11-12). Untuk bisa menggagalkan tipu muslihat Iblis, kita harus memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, yaitu (ikat pinggang) kebenaran, (baju zirah) keadilan, (kasut) kerelaan memberitakan Injil, (perisai) iman, (ketopong) keselamatan, (pedang Roh) firman Allah, serta doa (6:13-20). Ikat pinggang, baju zirah, kasut, perisai, ketopong, dan pedang adalah aneka perlengkapan yang dipakai oleh para prajurit. Yang menarik, “doa” tidak memiliki padanan dengan senjata yang dipakai oleh para prajurit, dan doa merupakan satu-satunya senjata yang disertai penjelasan (6:18-20). Doa adalah satu-satunya senjata untuk membela diri dan untuk menyerang yang tidak dibatasi oleh ruang (kita bisa berdoa untuk seseorang yang berada di tempat jauh) dan oleh waktu (kita bisa berdoa untuk masa depan). Apakah Anda menyadari bahwa Anda sedang berada dalam situasi perang secara rohani? Apakah Anda telah memakai semua perlengkapan senjata rohani yang disediakan Allah? Bila Anda mengabaikan salah satu saja perlengkapan senjata rohani yang disediakan Allah, Anda seperti menyediakan diri untuk dikalahkan oleh Iblis! [P] “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” Efesus 6:11 69 Akhir Tahun u, Sabt s 31 D e A Akhir Tahun: Masa Refleksi dan Mengucap Syukur Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 5:20 khir tahun adalah masa yang baik untuk melakukan refleksi atas hidup kita sepanjang tahun: apa yang telah atau belum berhasil serta apa yang perlu ditingkatkan. Apa pun hasil refleksi kita, tutuplah tahun ini dengan bersyukur kepada Allah sebagai bukti dari dua butir pengakuan iman kita di hadapan-Nya: Pertama, bersyukur berarti mengakui kebaikan Allah. Sama seperti ucapan terima kasih merupakan pengakuan atas kebaikan seseorang, demikian pula ucapan syukur adalah pengakuan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan terjadi karena kebaikan Allah. Sebaliknya, tidak mengucap syukur mengungkapkan penyangkalan atau ketidakpedulian atas kebaikan Allah. Kedua, bersyukur berarti mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita. Kata “senantiasa” dalam bacaan Alkitab hari ini merujuk kepada waktu dan kondisi, yakni setiap saat dalam segala kondisi. Kata “segala sesuatu” merujuk kepada segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, bersyukurlah baik saat keadaan lancar dan aman maupun saat muncul banyak masalah karena kita yakin bahwa segala sesuatu terjadi di bawah kedaulatan Allah atau atas izin-Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu akhirnya akan mendatangkan kebaikan dan keindahan bagi orang yang dikasihi-Nya (Roma 8:28). Tutuplah tahun ini dengan mengucap syukur kepada Allah. Ucapan syukur apakah yang Anda persembahkan kepada Allah atas kebaikan dan kedaulatan-Nya dalam kehidupan Anda tahun ini? Dengan bersyukur, kita mengakui bahwa kita dapat melewati tahun ini hanya karena kasih karunia Allah, bukan karena kekuatan atau kehebatan kita. Dengan bersyukur, kita mengekspresikan iman bahwa dalam memasuki tahun depan, kita meyakini pimpinan Allah dalam kasih karunia-Nya. [TF] “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Efesus 5:20 70 DAFTAR GEREJA SINODE GKY GKY BALIKPAPAN - 25 Agustus 1996 Jl. Mayjen Sutoyo RT 44 No. 1A (Depan Radar AURI-Gunung Malang), Balikpapan 76113. Telp. (0542) 441008. Fax (0542) 441108. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 17.00 GKY BANDAR LAMPUNG - 30 Maret 2008 Hotel Grand Anugerah, Jl. Raden Intan No. 132, Bandar Lampung. Telp. (0721) 472474. Sekretariat : Perum Aman Jaya, Jl. Slamet Riyadi Blok A No.15, Teluk Betung 35228. Telp. (0721) 472474. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 08.00 GKY BENGKULU - 20 Mei 2012 Jl.Ahmad Yani No.15A1-B, Bengkulu. Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.09.00 GKY BUMI SERPONG DAMAI - 7 Februari 1993 Nusa Loka Blok E-8 No. 7, Sektor 14, Serpong, Tangerang 15330. Telp. (021) 5382274, 5383577. Fax (021) 5381942. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 Bandar Djakarta Lt.2 - Flavour Bliss, Alam Sutera Kebaktian Umum IV : Minggu, Pk. 09.00 GKY CIBUBUR - 22 September 2006 Sentra Eropa Blok A No. 18, Kota Wisata Cibubur, Jakarta 16967. Telp. (021) 84931120. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY CIMONE - 11 September 1983 Cimone Mas Permai I, Jl. Jawa No. 11A, Tangerang 15114. Telp. (021) 5525727. Fax (021) 55794389. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY CITRA GARDEN - 27 November 1994 Jl. Citra Garden II Blok O9 No. 1, Jakarta 11830. Telp. (021) 5453529, 54398490. Fax (021) 54398093. Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00 Hotel Aston, Komplek Mutiara Taman Palem Blok C1, Jl. Outer Ring Road, Cengkareng Kebaktian Umum V : Minggu, Pk. 08.30 GKY GADING SERPONG - 19 Desember 2010 Ruko L Agricola Blok B8-10, Paramount Serpong, Tangerang 15810. Telp. (021) 29429530-31. Fax (021) 29429532. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 09.30, 17.00 GKY GERENDENG - 24 Agustus 1986 Jl. Pos Gerendeng I/8, Tangerang 15113. Telp. (021) 5523925. Fax (021) 5589182. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY GREEN VILLE - 4 Januari 1981 Green Ville Blok AZ No. 1, Jakarta 11510. Telp. (021) 5605586 (Hunting). Fax (021) 5659353 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 10.00 GKY GUANGZHOU - 6 November 2011 Zion Church (Lantai 2), Ren Ming Zhong Lu No. 392, Guangzhou. Stasiun MTR Ximenkou Exit A. Mobile : +8613570099579. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00 GKY HONGKONG - 1 Desember 2013 4/F Room 502A-C, Winner House (Sebelah HSBC), 301 King’s Road North Point, Hong Kong Fortress Hill MTR Exit B / North Point MTR Exit B, Mobile: + 852 62785108, +852 97011040 Kebaktian Umum I (Indonesia), II (Mandarin) : Minggu, Pk. 10.30, 14.00 GKY JAMBI - 23 Februari 2014 Jl. K.H. Hasyim Ashari, No, 15-16, Simpang Talang Banjar - Jambi Kebaktian Umum I: Minggu,Pk.09.00 GKY KARAWACI - 10 April 2005 Gedung Dynaplast Lt. 8, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Lippo Village, Karawaci 15811. Telp. (021) 54213176 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.07.30, 10.00, 17.00 Ruko Evergreen Blok K No. 3 & 5, Citra Raya - Tangerang (sesudah Bundaran 3, Kawasan Eco Park) Kebaktian Umum IV : Minggu, Pk. 07.30 GKY KEBAYORAN BARU - 26 April 1998 Jl. Kebayoran Baru No. 79, Jakarta 12120. Telp. (021) 72792735. Fax (021) 72793017. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY KELAPA GADING - 6 Juni 1993 Jl. Boulevard Raya Blok TB II No. 1-4, Jakarta 14240. Telp. (021) 4520563-64 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 GKY KUTA BALI - 5 Juli 1998 Jl. Sunset Road, Dewi Sri II, Kuta-Bali 80361. Telp. (0361) 8947031. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 08.00, 10.00, 18.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 18.00 GKY LUBUK LINGGAU - 30 November 1997 Jl. Bukit Barisan 13, Lubuk Linggau 31622. Telp. (0733) 323989. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY MAKASSAR - 3 Oktober 1993 Jl. Andalas 57-59, Makassar 90156. Telp. (0411) 3652424, 3652526, 3624466. Fax (0411) 3652444. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 18.00 GKY MANGGA BESAR - 3 Juni 1945 Jl. Mangga Besar I No. 74, Jakarta 11180. Telp. (021) 6399585. Fax (021) 6499261. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 09.30 APL Tower lt. 15, Central Park, Jl. S.Parman Kav. 28, Jakarta Barat Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 14.00 GKY MEDAN - 10 November 2006 Jl. Thamrin No. 53/13, Medan 20232. Telp. (061) 4550678. Fax (061) 4550677. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.30 GKY MUARA BARU - 1 Januari 1995 Jl. Pluit Raya Selatan, Ruko Grand Pluit Mall Blok B No.7-8, Muara Baru, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613711 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 10.00 GKY NIAS - 18 Juli 2010 Jl. Baluse No. 6, Km 2,5 Simpang Megahill, Gunung Sitoli, Nias 22815. Telp. (0639) 21253. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00 GKY PALEMBANG - 22 Juli 1984 Jl. Krakatau 445/129, Palembang 30125. Telp. (0711) 314037. Fax (0711) 350476. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 Pos Pelayanan Km. 3,5 (Jl. Prof. DR. Soepomo, Kebon Jeruk No. 588) Kebaktian Umum IV : Minggu, PK. 10.30 GKY PALOPO - 12 Juni 1995 Jl. Durian 79, Palopo 91921. Telp. (0471) 22201. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY PAMULANG - 14 Februari 1993 Jl. Reny Jaya Blok S-IV/15, Pamulang, Tangerang 15416. Telp. (021) 7434179. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY PEKANBARU - 15 Januari 2006 Jl. Tuanku Tambusai, Komp. Puri Nangka Sari F10-11, Pekanbaru 28000. Telp. (0761) 571132. Fax (0761) 571142. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.00 GKY PLUIT - 13 Januari 1974 Jl. Pluit Permai Dalam I / 9, Jakarta 14450. Telp. (021) 6696826. Fax (021) 6621312. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 - 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460. Telp. 0851 00393737, 0851 02092119 Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY PONTIANAK - 18 November 2007 Jl. Ahmad Yani, Kompleks Ruko Ahmad Yani, Sentra Bisnis Megamal G21-22, Pontianak 78124. Telp. (0561) 743930. Fax (0561) 743931. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY PURI INDAH - 6 Oktober 1991 Jl. Kembang Elok VI Blok I No. 9, Jakarta 11610. Telp. (021) 58300321 (hunting). Fax (021) 58300320. Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.15, 08.00, 10.30, 17.00 GKY SIANTAN - 29 September 1996 Jl. Gusti Situt Machmud Gg. Selat Karimata II Blok G No.7-8, Siantan 78242, Telp. (0561) 885897 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY SINGAPURA - 29 Jun 2008 - Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.10.00 di The Cathay Cineplex, Hall 7, Level 6, 2 Handy Road, Singapore 229233, nearest MRT: Dhoby Ghaut MRT, exit A. - Kebaktian Umum II: Minggu, Pk.14.30 di Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, Singapore 188536, nearest MRT: Bras Basah MRT, exit A.; Mobile : +65 97610900 GKY SINGKAWANG - 22 Maret 2015 Sekolah Kasih Yobel - Jl. Pasar Turi Dalam, Singkawang, Kalimantan Barat . Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 07.30 GKY SUNTER - 13 Juli 1986 Jl. Metro Kencana VI Blok Q No.43, Jakarta 14350. Telp. (021) 65831877. Fax (021) 65831871. Kebaktian Umum I, II & IV : Minggu, Pk. 07.30, 10.00; KU III : Minggu Pk. 17.00 GKY SURABAYA - 4 November 2007 Hotel Garden Palace lt. 4, Ruang Borobudur, Jl. Yos sudarso No.11, Surabaya (belakang Hotel Garden Surabaya). Telp. (031) 5995399 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00 GKY SYDNEY - 8 Maret 2009 142-144 Chalmers Street, Surry Hills 2010 NSW, Sydney, Australia Mobile : +61 0425888915 Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 10.00 GKY TANJUNG PINANG Jl. Ir. Sutami No. 59, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 16.00 GKY TELUK GONG - 2 November 1986 Jl. Teluk Gong Raya No.1, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY VILLA TANGERANG INDAH - 25 Desember 1994 Villa Tangerang Indah Blok EF 1 No. 2-4, Tangerang 15132. Telp. (021) 5513267. Fax (021) 5532852. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 18.00 GKY YOGYAKARTA - 15 September 1996 Ruko Kranggan, Jl. Kranggan No. 11A, Yogyakarta 55233. Telp. (0274) 590491. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00