daftar isi - Gereja Kristus Yesus

advertisement
Tahap 7 No. 6
Nov - Des 2016
1-2 Samuel k Galatia k Efesus
DAFTAR ISI
Redaksi ................................................................................. 3
Menggantikan Kepemimpinan Allah ........................................ 4
Renungan Tanggal 1-21 November 2016 ................................... 5
Pemimpin Pilihan Allah ........................................................ 26
Renungan Tanggal 22 November - 10 Desember 2016 ...............27
Kemerdekaan dalam Kristus................................................... 46
Renungan Tanggal 11-16 Desember 2016 ................................. 47
Identitas dan Panggilan Gereja............................................... 53
Renungan Tanggal 17 Desember 2016 ..................................... 54
Kembali kepada Makna Natal yang Sejati................................55
Renungan Tanggal 18-31 Desember 2016 ................................ 56
Daftar Gereja Sinode GKY .................................................... 74
Diterbitkan oleh:
Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja
Sinode Gereja Kristus Yesus
Ketua:
Pdt. Bagio Sulianto
Editor Umum: GI Purnama
Penulis:
Pdt. Bagio Sulianto, Pdt. Timotius Fu,
GI Feri Irawan, GI Purnama
Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999
diterbitkan dwibulanan
dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.
Renungan GEMA juga dapat dibaca melalui :
• Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur),
atau langsung klik Renungan Gema (di sebelah kiri bawah)
• Download di website GKY (www.gky.or.id - bagian download),
atau langsung klik Mobile Gema untuk Android & Ios
(di sebelah kiri bawah)
• Download langsung di Gadget anda melalui Google play atau
App store.
Alamat Redaksi
: Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180.
Telepon: (+62-21) 6010405-08, Website: www.gky.or.id, e-mail:
[email protected]
R
edaksi
Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Dalam kitab Kejadian, Allah memilih Abraham, Ishak, dan Yakub
untuk menjadi nenek moyang sebuah bangsa yang besar, yaitu bangsa Israel. Saat bangsa Israel berkembang menjadi sebuah bangsa,
yang menjadi Raja adalah Allah sendiri. Saat bangsa Israel melakukan
perjalanan di padang gurun, Allah memimpin melalui Musa. Allah juga
memimpin melalui tiang awan di siang hari dan tiang api di malam
hari untuk menentukan kapan bangsa Israel harus berhenti dan kapan harus berjalan. Setelah bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, Allah memimpin melalui Yosua dan selanjutnya Allah memimpin
melalui para hakim Israel. Sayangnya, bangsa Israel tidak mampu
melihat kebaikan Allah yang luar biasa atas diri mereka dan mereka
menginginkan kepemimpinan raja seperti halnya bangsa-bangsa lain
di sekitar mereka. Allah menganggap permintaan bangsa Israel untuk
memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain itu sebagai penolakan terhadap kepemimpinan Allah (1 Samuel 8:6-7).
Dalam edisi ini, kita akan membaca kisah dua raja Israel yang
pertama—yaitu Raja Saul dan Raja Daud—dalam Kitab 1-2 Samuel.
Melalui kisah kedua raja tersebut, kita akan disadarkan bahwa kepemimpinan manusia itu tidak pernah sempurna. Semula, mereka
berdua kelihatan ideal, tetapi akhirnya nampak bahwa mereka memiliki banyak kekurangan. Selain itu kita akan membaca Surat Galatia
serta Surat Efesus, dan kita akan mengikuti renungan khusus Natal
dan akhir tahun. Bila kitab 1-2 Samuel merupakan refleksi (cermin)
bagi kita melalui kisah bangsa Israel, surat Galatia dan surat Efesus
membahas permasalahan gereja mula-mula yang relatif lebih relevan
dengan pergumulan kita saat ini. Renungan khusus Natal mengajak
kita untuk memperhatikan respons tokoh-tokoh yang muncul dalam
kaitan dengan kelahiran Yesus Kristus di Betlehem sekitar 2000 tahun
yang lalu. Renungan akhir tahun menolong kita untuk bersyukur saat
merenungkan penyertaan Tuhan sepanjang tahun 2016 ini.
Akhir kata, kami mengucapkan selamat menyambut perayaan Natal bagi para pembaca yang sudah mulai sibuk mempersiapkan perayaan Natal. Semoga GeMA tetap menjadi berkat bagi pembaca!
Menggantikan Kepemimpinan Allah
D
alam Septuaginta (LXX), yaitu sebuah terjemahan kuno Alkitab
Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, kitab 1-2 Samuel dan
kitab 1-2 Raja-raja disebut sebagai BASILEIWN A, B, G, D atau 1-4
Kingdoms, sehingga kitab-kitab itu bisa disebut sebagai kitab-kitab
Kerajaan (The Book of Kingdoms). Kitab 1 Samuel mencatat permulaan berdirinya Kerajaan Israel di bawah kepemimpinan seorang
raja menggantikan kepemimpinan Allah. 1 Samuel 1-12 terutama
mencatat pelayanan Samuel sebagai Hakim terakhir Israel, sedangkan 1 Samuel 13-31 terutama mencatat pemerintahan Raja Saul dan
pengenalan tokoh yang kemudian menjadi raja Israel yang kedua,
yaitu Daud yang kala itu masih muda.
Ada dua buah pengontrasan tokoh yang menonjol dalam
kitab ini. Kontras Pertama adalah kontras antara Samuel dan
Saul. Dalam pasal 12, Samuel digambarkan sebagai sosok yang
berintegritas dan taat pada panggilan Tuhan. Gambaran tentang Samuel ini kontras dengan gambaran tentang Raja Saul
yang sejak awal kepemimpinannya (pasal 13) penuh dengan
catatan ketidaktaatan terhadap Tuhan. Kontras Kedua adalah
kontras antara Raja Saul dan Raja Daud. Narasi (kisah) tentang
Daud mulai muncul di pasal 16 dengan peristiwa penting dipilihnya Daud sebagai raja oleh Allah sendiri, sedangkan di pasal
sebelumnya (pasal 15), Saul ditolak sebagai raja oleh Allah.
Dalam kitab 1 Samuel, kita banyak belajar tentang Allah
yang berdaulat dan penuh kesabaran atas Israel meskipun dipimpin oleh seorang raja yang tidak taat kepada-Nya. Tampak
jelas bahwa nasib Kerajaan Israel sangat bergantung pada
belas kasihan Tuhan. Raja yang diharapkan oleh bangsa Israel
menjadi pemimpin perang yang tangguh dan mampu membuat bangsa Israel mengalahkan musuh bebuyutannya, Filistin,
ternyata hanya seorang pecundang. Ketika Goliat tampil mengancam Israel, Saul malah berada di belakang pasukannya
dan sama-sama ketakutan. Justru Daud yang masih muda yang
tampil sebagai pahlawan yang gagah perkasa. Akhir kitab ini
mencatat kisah tragis kematian Raja Saul dengan cara bunuh
diri karena ia tidak mau terbunuh oleh pedang tentara Filistin. [FI]
4
sa,
Sela
1 Nov
T
Ikut Cara Allah atau Dunia?
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 1
aat beribadah bukanlah jaminan seseorang tidak tergoda
dengan tawaran dunia, terutama ketika diperhadapkan pada
permasalahan serius seperti tidak dikaruniai anak. Bagi yang
ingin jalan pintas, menikah lagi adalah solusi cepat bagi para
suami untuk memperoleh keturunan. Cara inilah yang dipakai
oleh Elkana, yaitu menikahi Penina ketika Hana tidak kunjung
memiliki anak. Meski berpoligami dianggap wajar oleh masyarakat saat itu, tapi hal itu tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Sejak awal penciptaan, Tuhan tidak merancang dan tidak menyetujui perkawinan poligami. Cara dunia yang dipakai
Elkana bukan menjadi solusi, melainkan malah menimbulkan
permasalahan baru dalam keluarganya. Penina sebagai istri
muda yang memiliki keturunan sering menyakiti hati Hana, sementara Elkana, meski mencintai Hana, adalah sosok suami
yang tidak berdaya mengatasi konflik rumah tangganya.
Sebaliknya, Hana dalam pergumulannya tetap mencari jawaban doa kepada Tuhan. Nazar Hana untuk menjadikan anak
yang akan dilahirkannya sebagai pelayan Tuhan di Kemah Suci,
menuntun mereka untuk menyerahkan Samuel kepada Imam
Eli ketika Allah pada akhirnya membuka kandungannya. Di luar
dugaan, ternyata Tuhan memiliki rencana besar bagi Israel
yang akan diwujudkannya melalui pasangan ini. Sayangnya, Elkana terlebih dulu mencari jalan keluar yang ditawarkan dunia,
ketimbang percaya akan rancangan terbaik dari Tuhan.
Terkadang kita berlaku seperti Elkana—yang gegabah
dalam penantian mencari kehendak Tuhan—dengan memilih
cara-cara dunia bagi permasalahan hidup kita. Belajarlah untuk
bersabar dan memercayai bahwa ada rancangan Tuhan yang
terbaik di tengah segala persoalan hidup kita. [FI]
“Hatiku bersukaria karena TUHAN,
tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN;
mulutku mencemoohkan musuhku,
sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.”
1 Samuel 2:1b
5
,
Rabu
2 Nov
J
Siapa yang Dursila?
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 2
angan menilai seseorang hanya dari kesan sesaat saja, karena bisa jadi penilaian kita salah. Penilaian seperti inilah yang
dilakukan oleh Imam Eli. Ia salah menilai Hana sebagai sosok
perempuan dursila ketika Hana bersusah hati di Kemah Suci, padahal saat itu Hana sedang mencurahkan isi hatinya di hadapan
Allah (1:15). Ironisnya, kedua anak Imam Eli—Hofni dan Pinehas—yang diharapkan berperilaku benar, ternyata adalah orangorang dursila yang tidak mengindahkan TUHAN (2:12). Sikap
dursila terlihat melalui cara mereka melayani TUHAN. Dengan
mengambil daging persembahan untuk TUHAN, mereka bertindak melampaui hak mereka. Status mereka sebagai imam bertolak belakang dengan perilaku mereka. Mereka adalah hamba
atas perut dan nafsu mereka sendiri. Sikap tidak menghormati
TUHAN dan aturan hukum TUHAN membuat mereka berdosa besar di hadapan TUHAN (2:17). Imam Eli bukan tidak menegur,
tetapi tegurannya lemah dan terlambat karena TUHAN sudah
menjatukan hukuman atas mereka (2:25). Sikap hormat kepada
TUHAN justru ditunjukkan oleh Samuel sebagai pelayan yang
makin lama makin disukai TUHAN dan sesama (2:18, 21b, 26).
Jelas bahwa perilaku Samuel berbeda dengan kedua anak Imam
Eli yang dursila. Samuel tumbuh besar dengan menunjukkan jati
dirinya sebagai pelayan TUHAN yang benar.
Betapa mirisnya jika kita sebagai orang Kristen sibuk melayani di Gereja atau lembaga kerohanian, tetapi sebenarnya kita
memiliki agenda terselubung yang tidak berkenan di hadapan
Tuhan. Meskipun manusia tidak menyadari perilaku kita yang
curang, tetapi Tuhan tahu siapa yang dursila dan siapa yang
tidak. Hiduplah sesuai dengan jati diri kita sebagai anak-anak
Allah. Layanilah Tuhan dengan sikap yang benar. [FI]
“Sebab siapa yang menghormati Aku, akan kuhormati,
tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.”
1 Samuel 2:30b
6
,
Kamis
3 Nov
B
Pribadi Yang Berkenan Bagi Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 3
anyak orang salah duga karena menyangka bahwa melayani Tuhan pasti membuat Tuhan berkenan terhadap diri
kita. Padahal, Tuhan lebih berkenan pada pribadi kita, bukan
pada pelayanan kita. Pribadi Samuel membuat ia disukai Allah
(2:26). Samuel hidup pada zaman saat penglihatan dan nubuat
jarang terjadi di Israel, sehingga ia belum peka terhadap suara
Tuhan dan menyangka panggilan Tuhan sebagai suara Imam
Eli. Panggilan Tuhan terhadap Samuel kontras dengan apa yang
dialami Imam Eli dan keluarganya. Di satu sisi, Allah berkenan
atas Samuel yang masih muda. Di sisi lain, Allah murka terhadap Imam Eli dan keluarganya. Ironisnya, setelah diberitahu
Imam Eli bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan, justru firman Tuhan berisi nubuat penghukuman bagi keluarga Imam Eli
yang berdosa di hadapan Tuhan. Terhadap berita penghukuman
itu, Imam Eli bersikap pasrah, “Dia TUHAN, biarlah diperbuatNya apa yang dipandang-Nya baik” (3:18).
Sangat disayangkan jika seorang yang setiap hari melayani di rumah Tuhan justru dihukum Tuhan karena membiarkan
dosa anak-anaknya dan tidak memarahi mereka (3:13). Tuhan
tidak mau hamba-hamba-Nya meremehkan dosa. Sementara
Imam Eli menerima konsekuensi dosanya, Samuel justru tumbuh menjadi pribadi yang berkenan dan disertai Tuhan. Membiarkan dan meremehkan dosa adalah kekejian serius di mata
Tuhan. Banyak orang Kristen yang sering mengabaikan dan
meremehkan dosa. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa
imam yang melayani pun dihukum Tuhan karena meremehkan
dosa. Tuhan serius saat berurusan dengan dosa. Jadilah pribadi
yang berkenan kepada Tuhan dengan membangun kepekaan
terhadap godaan dosa dalam hidup Anda. [FI]
“Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia
dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu
yang dibiarkan-Nya gugur.”
1 Samuel 3:19
7
t,
Juma
4 Nov
K
Jangan Memanipulasi Allah!
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 4
etakutan terhadap ancaman membuat seseorang berusaha
mengatasi ketakutan tersebut. Kekalahan bangsa Israel terhadap bangsa Filistin dengan korban empat ribu pasukan Israel
yang terbunuh membuat hati bangsa Israel ciut. Sayangnya,
ketakutan akan bayangan kekalahan tidak membuat mereka datang mencari Allah, melainkan memunculkan ide untuk
membawa tabut perjanjian Allah sebagai “jimat” yang dianggap
mujarab untuk menghasilkan kemenangan. Tindakan spekulatif
yang dilakukan bangsa Israel ini membuat bangsa Filistin menjadi ketakutan (4:7-8). Sebagai bangsa yang mengakui banyak
dewa, bangsa Filistin mengakui Allah Israel sebagai salah satu
dewa yang sudah terbukti Mahadahsyat dalam peperangan.
Akan tetapi, Allah tidak berkenan terhadap tindakan bangsa
Israel yang semaunya sendiri itu. Yang amat disayangkan,
imam Eli bukan hanya tidak melarang, melainkan justru merestui. Hati imam Eli yang berdebar-debar (4:13) menunjukkan
bahwa sebenarnya ia menyadari bahwa membawa tabut Allah
tanpa perkenanan Allah merupakan dosa yang akan berdampak
pada penghukuman Allah.
Akhir kisah pertempuran ini sangat mengenaskan: Israel
terpukul kalah dan tabut Allah dirampas oleh bangsa Filistin.
Kedua anak imam Eli—yaitu Hofni dan Pinehas—tewas dalam
pertempuran, dan imam Eli mati secara tragis ketika mendengar
berita tentang dirampasnya tabut Allah (4:17-18). Tuhan yang
kudus dan adil tidak membiarkan umat-Nya mempermainkan
dan menjadikan Allah sebagai “alat” untuk memberi rasa aman
belaka. Allah ingin agar kita sungguh-sungguh mempercayai
Dia saat menghadapi setiap persoalan, termasuk persoalan
yang tersulit. [FI]
“Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu,
dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.”
1 Samuel 2:3b
8
u,
Sabt
5 Nov
T
Percaya Pada Allah
Yang Maha Kuasa
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 5:1-7:14
erkadang Allah sengaja membiarkan umat-Nya berada
dalam situasi yang sulit untuk menunjukkan kuasa-Nya
yang melampaui segala pergumulan dan kesulitan. Kekalahan
pasukan Israel dan perampasan tabut Allah oleh pasukan Filistin tidak berarti bahwa Allah kalah dan tidak lagi Mahakuasa.
Sebaliknya, Allah menunjukkan kepada umat-Nya dan bangsa Filistin bahwa Ia adalah Allah yang Mahakuasa. Jika sebelumnya bangsa Filistin hanya mendengar kisah tentang Allah
Israel yang Mahadahsyat di masa lalu (4:8), sekarang mereka
mengalami sendiri kedahsyatan Allah. Semula, mereka sengaja
ingin menunjukkan superioritas dewa Dagon, patung sembahan utama mereka, dengan meletakkan tabut Allah dalam kuil
Dagon di Asdod. Akan tetapi, patung Dagon terjatuh dengan
posisi menyembah kepada tabut Allah (5:4). Kepala dan tangan
kanan patung Dagon yang terpenggal dan terpelanting adalah
simbol bahwa Dagon telah dikalahkan oleh Tuhan Allah yang
Mahadahsyat. Di samping itu, Tuhan menulahi penduduk Asdod
dengan borok. Ketika tabut dipindahkan ke kota-kota Filistin
lainnya, tulah yang sama melanda kota-kota tempat tabut Allah
berada. Pada akhirnya, tabut dikembalikan kepada orang Israel
di daerah Bet-Semes disertai sejumlah persembahan emas berbentuk tikus dan benjolan sebagai simbol tulah yang menjangkiti penduduk Filistin. Bukan hanya umat Allah, tetapi bangsa
Filistin pun juga harus mengakui kemahakuasaan Tuhan yang
melampaui segala kuasa di dunia ini.
Walaupun persoalan dan pergumulan hidup orang percaya
bisa datang silih berganti, sekali-sekali jangan kita meragukan
kuasa Allah. Allah tidak pernah tinggal diam atas kehidupan
umat-Nya. [FI]
Dan orang-orang Bet-Semes berkata:
“Siapakah yang tahan berdiri
di hadapan TUHAN, Allah yang kudus ini?”
1 Samuel 6:20a
9
u,
Mingg
6 Nov
B
Kecenderungan Menolak Allah
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 7:15-8:22
enarkah Allah tidak menginginkan bangsa Israel dipimpin
oleh seorang raja dari kalangan mereka sendiri? Sebenarnya,
Allah tidak melarang bangsa Israel memiliki raja seperti bangsabangsa lain. Akan tetapi, Allahlah yang memiliki wewenang untuk
memilih dan mengangkat raja sesuai dengan ketentuan Taurat
Tuhan (Ulangan 17:14-15). Apa yang disampaikan tua-tua Israel
kepada Samuel menunjukkan bahwa mereka ingin mengangkat
raja yang sesuai dengan keinginan mereka (1 Samuel 8:4-5).
Meskipun mereka memakai berbagai alasan, seperti bahwa usia
Samuel sudah tua dan anak-anaknya tidak hidup saleh seperti
Samuel (8:5), serta bahwa seorang raja bisa menjadi hakim
sekaligus panglima perang (8:20), tetapi Tuhan tahu bahwa keinginan tua-tua Israel itu sebenarnya adalah upaya menolak Allah
sebagai raja atas mereka (8:7). Upaya bangsa Israel menolak
Allah itu bukanlah upaya pertama, tetapi sudah pernah dilakukan sebelumnya pada zaman Musa (8:8).
Sebenarnya, tingkah laku umat Allah itu ibarat anak kecil
yang dididik oleh ayahnya. Sesudah merasa mampu, ia merasa
tidak membutuhkan pertolongan dan ajaran ayahnya lagi. Kecenderungan yang sama juga bisa terjadi dalam kehidupan kita
saat ini. Kemandirian kita dalam banyak hal—baik dalam harta
maupun kinerja—berpotensi membuat kita tidak lagi menjadikan Tuhan sebagai pemimpin dan pemandu hidup kita. Padahal,
kemandirian adalah hasil campur tangan Tuhan atas hidup kita.
Sadar maupun tidak sadar, kita menolak Allah turut campur
tangan atas kehidupan yang sudah kita atur sedemikian rupa
sesuai dengan keinginan kita sendiri. Waspadalah terhadap
kecenderungan menolak campur tangan Tuhan atas kehidupan
kita, agar hidup kita berkenan kepada Tuhan. [FI]
“Sebab bukan engkau yang mereka tolak,
tetapi Akulah yang mereka tolak
supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.”
1 Samuel 8:7b
10
,
Senin
7 Nov
T
Keinginan Sendiri
vs Keinginan Allah
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 9-10
ampilnya Saul menjadi raja melalui undian menyisakan sebagian pihak yang kurang puas dengan pengangkatannya
sebagai raja, meskipun ada orang-orang gagah perkasa yang
mendukung kepemimpinannya. Ketidakpuasan kelompok orang
dursila ini bisa jadi terkait dengan kesan mereka atas peristiwa
yang dicatat dalam 10:1-12, yaitu Saul mengalami kepenuhan
seperti nabi. Itulah sebabnya mereka menyindir Saul dengan
perkataan, “Apa Saul juga termasuk golongan nabi?” Dengan
kata lain, mereka ingin berkata, “Yang kami cari adalah raja,
mengapa yang datang nabi? Kami tidak membutuhkan nabi,
tetapi kami membutuhkan raja!” Terlihat jelas bahwa kelompok orang dursila ini bukan semata-mata menolak kepemimpinan Saul, tetapi menolak Allah yang memilih Saul sebagai
raja. Meskipun mereka sudah menyerahkan keputusan kepada
Samuel sebagai wakil Allah untuk memilih raja, tetapi mereka
sebenarnya ingin menentukan sendiri sesuai dengan keinginan
mereka sendiri. Karena raja yang terpilih tidak sesuai dengan
keinginan mereka sendiri, mereka menentang Saul dengan cara
menghinanya dan tidak memberi persembahan kepadanya.
Di gereja pada masa kini pun juga ada orang Kristen yang
belum dewasa rohani yang berperilaku seperti orang dursila.
Mereka bukan hanya tidak mendukung pekerjaan pelayanan
gereja, tetapi mereka justru tampil sebagai pengacau di gereja melalui kritik tajam dan fitnah terhadap pelayan-pelayan
Tuhan yang dianggap tidak sejalan dengan keinginan mereka.
Sangat disayangkan jika ternyata kita adalah orang semacam
itu. Jika kita melayani dengan sejumlah agenda pribadi, berarti
bahwa kita sebenarnya tidak sungguh-sungguh melayani Tuhan
dengan kemurnian hati. [FI]
Tetapi orang-orang dursila berkata:
“Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!”
Mereka menghina dia dan tidak membawa persembahan kepadanya.
Tetapi ia pura-pura tuli.
1 Samuel 10:27
11
sa,
Sela
8 Nov
S
Keberhasilan Asalnya Dari Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 11-12
eperti sebuah tradisi, seorang pemimpin negara sering dinilai kinerjanya pertama kali setelah 100 hari kepemimpinannya, untuk dilihat apakah ia memiliki kemampuan memerintah
atau tidak. Penilaian ini sangat penting bagi sang pemimpin untuk mendapatkan dukungan rakyat selama masa pemerintahannya. Hal ini tidak berbeda dengan Raja Saul. Pengepungan
wilayah Yabesh-Gilead oleh bangsa Amon di bawah pimpinan
Nahas menjadi kesempatan untuk menunjukkan kredibilitasnya
sebagai seorang raja. Sikap Raja Saul yang memohon pimpinan
Allah pada awal pemerintahannya menghasilkan hal yang baik
baginya. Buktinya, ketika para utusan datang kepada Saul, Roh
Tuhan berkuasa atas diri Saul (11:6) sehingga menimbulkan
keseganan dari seluruh bangsa Israel. Dari segenap umat, terkumpul tiga ratus ribu pasukan yang maju melawan Amon. Dengan taktik jitu (11:11), Raja Saul tampil sebagai pahlawan perang atas nama Tuhan dengan mengalahkan orang-orang Amon
(11:13). Atas keberhasilan dalam peperangan inilah, Raja Saul
akhirnya didukung penuh oleh segenap bangsa Israel. Melihat
kesempatan baik ini, Nabi Samuel akhirnya memutuskaan untuk mengundurkan diri sebagai hakim atas bangsa Israel.
Kesadaran bahwa ia bisa menjadi raja karena dipilih oleh
Tuhan (10:1) membuat Raja Saul bertindak dengan meminta
hikmat dan pimpinan Tuhan terlebih dahulu. Keberhasilan mengalahkan musuh inipun disadari olehnya sebagai berasal dari
Tuhan. Sebagai orang Kristen, kita juga harus terus-menerus
mengingat bahwa segala sesuatu yang kita nikmati dalam hidup kita ini semata-mata adalah berasal dari Tuhan. Kesadaran
tentang hal ini akan membuat kita tidak mudah melupakan
Tuhan. [FI]
“Sesungguhnya TUHAN telah mengangkat raja atasmu, asal saja kamu
takut akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mendengarkan firman-Nya dan
tidak menentang titah TUHAN, dan baik kamu, maupun raja yang akan
memerintah kamu itu mengikuti TUHAN, Allahmu!”
1 Samuel 12:13b-14
12
,
Rabu
9 Nov
K
Taat Kepada Allah
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 13
etaatan kepada Allah sangat penting karena ketaatan merupakan dasar pengakuan atas otoritas Allah terhadap hidup
kita. Sayangnya, Raja Saul tidak terus bersikap taat. Ketakutan saat mendengar bahwa bangsa Filistin telah mengerahkan
pasukan yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada pasukan
Israel membuat Raja Saul melakukan kesalahan berupa mempersembahkan korban bakaran tanpa kehadiran Nabi Samuel.
Padahal, Nabi Samuel sebelumnya sudah memintanya untuk
menunggu (10:8). Jika diamati, maka kesalahan Saul terkait
dua hal, yaitu soal motivasi dan respons. Dalam hal motivasi,
tindakan gegabah yang dilakukan Raja Saul didorong oleh rasa
takut kehilangan pamor sebagai raja, yaitu karena sebagian
rakyat satu per satu mulai meninggalkan dia di Gilgal. Dalam
hal respons, Saul tidak memperlihatkan perasaan bersalah
terhadap Nabi Samuel, malahan ia membenarkan tindakannya
yang jelas-jelas melanggar perintah Nabi Samuel sebagai nabi
Tuhan. Sangat disayangkan bahwa sebagai pemimpin utama di
Israel, Raja Saul tidak sensitif terhadap hal-hal yang bersifat
spiritual dan berani menentang otoritas Allah melalui nabinya,
yaitu Nabi Samuel. Dosa ketidaktaatan inilah yang membuat
Raja Saul dihukum oleh Allah (13:14).
Sebenarnya, ada hal penting yang harus kita pahami dari
kesalahan Raja Saul, yaitu bahwa Allah lebih menginginkan
Raja Saul menaati firman-Nya yang telah diucapkan oleh Nabi
Samuel daripada korban persembahan. Ketaatan seperti ini
juga yang Tuhan inginkan atas hidup kita sebagai orang percaya. Ketaatan kepada Allah jauh lebih penting ketimbang ritual
yang seakan-akan kelihatan benar dan rohani, tetapi sebenarnya tidak sungguh-sungguh diarahkan kepada Allah. [FI]
“TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya,
karena engkau tidak mengikuti apa yang
diperintahkan TUHAN kepadamu.”
1 Samuel 13:14b
13
,
Kamis
v
10 No
K
Peka Terhadap Dosa
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 14
etidakberesan seseorang secara rohani akan tercermin
dalam tutur kata dan tindakannya yang tidak peka terhadap
dosa. Hal ini terlihat jelas dalam diri Raja Saul yang membuat
keputusan tanpa mencari kehendak Allah. Begitu mendengar
terjadinya kegentaran di kemah pasukan Filistin karena Allah,
Saul (yang semula berencana meminta petunjuk Tuhan) langsung memimpin peperangan melawan bangsa Filistin untuk
membalas dendam (14:18-19). Ia berambisi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat Israel atas dirinya. Ambisi ini membuatnya mengucapkan sumpah atau kutukan yang melarang
seorang pun makan sesuatu sebelum matahari terbenam tanpa
alasan yang jelas (14:24). Hal ini merugikan pasukan Israel dan
akhirnya membuat rakyat berbuat dosa (14:33). Ambisi tersebut membuat imam harus mengingatkan Saul untuk meminta
petunjuk Allah lebih dulu. Meskipun Saul akhirnya bertanya kepada Allah, namun tidak ada konfirmasi dari Allah (14:36b-37).
Karena merasa diri benar dan curiga atas diamnya Allah,
Saul meminta imam untuk membuang undi guna menentukan
siapa yang salah. Ternyata sumber masalahnya adalah bahwa
Yonatan telah meminum madu hutan karena tidak mengetahui
sumpah ayahnya. Sekalipun demikian, karena pembelaan rakyat, Yonatan dibebaskan dari hukuman. Akan tetapi, Saul tidak
pernah merasa bahwa dirinyalah yang berdosa terhadap Allah.
Orang yang menjauh dari Allah tidak akan peka terhadap
dosa. Ia bisa peka terhadap kesalahan orang lain, tetapi tidak
peka terhadap diri sendiri. Ia menganggap dirinya baik-baik
saja dan benar, sampai kehancuran dirinya. Periksalah kerohanian Anda agar Anda tidak terperosok ke dalam berbagai dosa
yang menghancurkan diri sendiri tanpa Anda sadari. [FI]
“Sesungguhnya mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan
memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”
1 Samuel 15:22b
14
t,
Juma
v
11 N o
O
Junjung Tinggi Kebenaran
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 15
rang yang menghormati Allah akan menaati firman Tuhan
sebagai kebenaran yang harus dijunjung tinggi. Ujian ketaatan kembali diperhadapkan pada Raja Saul melalui perintah untuk menumpas bangsa Amalek. Perintah ini sebenarnya
pernah disampaikan kepada bangsa Israel pada zaman Musa
(Ulangan 25:17-19). Namun, saat itu, bangsa Israel masih belum berhasil menumpas bangsa Amalek. Sayangnya, saat Raja
Saul memiliki kesempatan untuk melaksanakannya, ia tidak
taat. Perilaku inilah yang membuat Allah berduka.
Setelah kasus di pasal 13-14, Raja Saul tidak mau mengambil risiko dengan membuat pamornya makin redup. Demi
mengambil hati rakyat Israel, ia membiarkan rakyat menjarah
kambing domba dan lembu yang tambun. Bahkan Agag, raja
Amalek juga tidak dibunuh. Saul mengabaikan kebenaran dan
membiarkan ketidakbenaran terjadi demi menyenangkan rakyatnya. Saul tahu bahwa tindakan rakyat itu tidak berkenan
di hati Tuhan, tetapi ia melakukannya agar kepemimpinannya
diakui. Bukan hanya itu, Saul juga mengabaikan tanggung jawab pribadi dan menyalahkan orang lain. Saat Samuel menegurnya, Saul membela diri dengan cara menyalahkan rakyat
(15:21). Ia tidak mau bertanggung jawab atas kesalahannya.
Ia melakukan “lempar batu sembunyi tangan” dengan mengatakan kebohongan. Saul lupa bahwa ia berhadapan dengan
Tuhan. Meskipun ia menyesali dosanya (15:24, 30), Tuhan
tetap menjatuhkan hukuman.
Jangan gadaikan kebenaran demi pengakuan manusia,
apalagi sampai berdusta demi menutupi kesalahan diri sendiri.
Jadilah pribadi yang menjunjung kebenaran! Bila kita melakukannya, kita akan dihormati oleh Allah dan manusia. [FI]
“Karena engkau telah menolak firman TUHAN,
maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.”
1 Samuel 15:23b
15
u,
Sabt
v
12 N o
N
Pribadi Yang Diperkenan Allah
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 16-17
arasi pertemuan awal antara Saul dan Daud penuh dengan
catatan akan hal-hal yang kontras. Kontras pertama, Roh
TUHAN berkuasa atas Daud (16:13), tetapi Roh TUHAN mundur
dari Saul (16:14). Akibatnya, roh jahat diizinkan Allah untuk
membuat Saul merasa tidak nyaman di hati. Untuk mengatasi
hal itu, harus ada orang yang bermain kecapi. Oleh karena
itu, Daud yang pandai main kecapi pada akhirnya diundang ke
istana untuk melayani Raja Saul yang sering gundah karena
gangguan roh jahat tersebut. Inilah pertemuan antara raja dan
calon raja pengganti yang diatur oleh Allah. Kontras kedua,
ketika barisan pasukan Filistin dengan pendekarnya yang bernama Goliat datang untuk berperang dengan pasukan Israel.
Raja Saul sebagai pemimpin perang Israel merasa ketakutan
(17:11), sedangkan Daud—dengan keberanian dari Allah—
tampil untuk menghadapi Goliat (17:45-47). Perbedaan sikap
itu disebabkan karena Daud percaya bahwa Allah tidak akan
membiarkan Israel, sedangkan Raja Saul tidak yakin. Kontras
ketiga, seharusnya Raja Saul yang mengenakan baju perang
menghadapi barisan tentara Filiistin, tetapi pakaian itu justru hendak dikenakan Saul kepada Daud yang tidak memiliki
rekam jejak sebagai panglima perang (17:38).
Jika manusia melihat fisik dan performa sebagai penilaian,
maka Tuhan melihat hati terlebih dulu. Penolakan Allah atas
Raja Saul bukan karena ia tidak mampu memimpin, tetapi
karena ia tidak memiliki hati yang murni percaya dan mengandalkan Tuhan. Sebaliknya, Daud diperkenan oleh Tuhan karena
ia percaya dan mengandalkan Tuhan. Milikilah kemurnian hati
di hadapan Tuhan karena itulah yang dicari Tuhan agar kita diperkenan oleh-Nya. [FI]
“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata,
tetapi TUHAN melihat hati.”
1 Samuel 16:7b
16
u,
Mingg
v
13 No
D
Jangan Paranoid
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 18-19
alam ulasan sebuah buku tentang kepemimpinan, dijelaskan
bahwa jika seorang pemimpin memiliki sisi gelap paranoid,
maka hatinya akan cenderung dipenuhi oleh ketakutan terhadap orang lain yang dia anggap sebagai pesaing. Akibatnya,
selalu timbul keinginan dalam hatinya untuk menyingkirkan pesaingnya itu demi memperoleh rasa aman. Perasaan tidak aman
inilah yang diperlihatkan oleh Raja Saul terhadap Daud yang
danggap sebagai pesaingnya. Tampilnya Daud sebagai panglima perang baru yang sedang “naik daun” merupakan ancaman
bagi Raja Saul. Ia menyadari bahwa Daud adalah pilihan Tuhan
(18:28) yang telah memenangkan hati rakyat Israel karena serangkaian kemenangannya di medan perang (18:5-7). Itulah
sebabnya, Raja Saul menjadi ketakutan saat memperhatikan
perkembangan yang sedang berlangsung dan ia semakin keras
berusaha dengan segala cara agar bisa menyingkirkan Daud
(18:11, 13, 17, 25).
Berbeda dengan ayahnya, Yonatan tidak menganggap keberadaan Daud sebagai saingan yang mengancam kedudukannya. Sebagai sahabat yang baik, Yonatan tidak mendukung
sikap ayahnya yang memusuhi Daud, malahan ia mendukung
kepemimpinan Daud sebagai panglima perang Israel, karena ia
melihat bahwa Daud memiliki kompetensi sebagai pemimpin.
Sebagai umat yang mempercayai pimpinan Tuhan, tidak
seharusnya kita menjadi paranoid dan menganggap rekan kerja
atau rekan sepelayanan sebagai pesaing yang akan menggeser kedudukan kita. Justru perasaan seperti itulah yang bisa
menghancurkan hidup kita sehingga perilaku kita menjadi tidak
berkenan di hadapan Tuhan. [FI]
“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri
di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”
Yakobus 3:16
17
,
Senin
v
14 No
H
Loyal kepada Manusia Atau Allah?
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 20
al yang wajar bila seorang anak bersikap loyal (patuh, setia) terhadap ayahnya sendiri. Akan tetapi, bagaimana jika
perilaku sang ayah tidak sesuai dengan firman Tuhan? Apakah anak itu harus tetap mendukung atau harus menentang
ayahnya? Yonatan berada dalam posisi yang sulit seperti itu. Di
satu sisi, sebagai anak, ia harus menyatakan loyalitas terhadap ayahnya, yaitu Raja Saul. Di sisi lain, ia menyadari bahwa
Tuhan sudah tidak berkenan kepada ayahnya—Saul—sebagai
raja Israel, melainkan berkenan kepada Daud. Meskipun Yonatan sadar akan kejahatan ayahnya yang berniat membunuh
Daud, ia masih meminta waktu kepada Daud untuk memastikan
apakah keinginan ayahnya tidak berubah sebagai bentuk sikap
loyal yang sewajarnya dari seorang anak kepada ayahnya. Jika
Raja Saul tetap menyimpan keinginan untuk membunuh Daud,
maka Yonatan akan menolong Daud melarikan diri. Sebagai
gantinya, Yonatan meminta Daud untuk bersumpah bahwa ia
tidak akan melenyapkan keturunan Yonatan, sehingga tetap
ada generasi penerus namanya (20:12-17). Sikap Yonatan ini
membuktikan bahwa meskipun Yonatan bersikap loyal kepada
ayahnya, ia lebih mengutamakan sikap loyal kepada Allah dengan menolong Daud yang telah dipilih oleh Allah.
Dalam hidup kita, sering kali kita harus berhadapan dengan
pilihan antara loyal kepada Tuhan atau loyal kepada orang terdekat, namun pilihan kedua ini bertentangan dengan kehendak
Tuhan. Meskipun pilihan yang kita hadapi sangat sulit, percayalah bahwa saat kita memilih untuk loyal kepada Tuhan, Ia
tidak akan mengecewakan kita. Loyalitas kita kepada manusia
seharusnya tidak melebihi loyalitas kita kepada Tuhan, Sang
Pemimpin Hidup kita! [FI]
“TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia,
kamu harus berpegang pada perintahNya,
suaraNya harus kamu dengarkan,
kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut.”
Ulangan 13:4
18
sa,
Sela
v
15 No
H
Saat Hidup Penuh Tekanan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 21
idup manusia itu penuh dengan dinamika. Kita tidak bisa
menghindar dari berbagai masalah yang mendatangi kita.
Bacaan Alkitab hari ini mencatat dimulainya pelarian Daud dari
kejaran Raja Saul. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain
untuk menyelamatkan diri membuat Daud tertekan serta kekuatan fisik dan emosinya terkuras. Tujuan pertama pelarian
Daud adalah ke Nob. Kemungkinan, karena Nob adalah kota
para imam (22:11), Daud merasa bahwa Nob cukup aman menjadi tujuan pelarian pertamanya. Imam Ahimelekh yang menemuinya merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi
ia tetap melayani Daud sebagai bentuk penghargaan terhadap
kepahlawanan Daud. Ketika Daud meminta pedang Goliat yang
disimpan di sana, Ahimelekh memberikan kepadanya.
Tujuan kedua pelarian Daud adalah kota Gat, sebuah kota
Filistin. Daud berpikir bahwa Raja Saul tidak akan berani mengejar sampai ke kota itu. Akan tetapi, begitu Raja Akhis mengetahui kehadiran Daud di kota tersebut, Daud terpaksa berpura-pura gila agar tidak dibunuh. Sungguh menyedihkan bahwa
seorang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel harus
berada dalam situasi sulit yang membuatnya sangat tertekan
dan bahkan harus melakukan kebohongan. Seorang pahlawan
yang gagah perkasa harus menjadi seperti seorang kriminal
yang melarikan diri dan tidak berdaya. Tuhan ingin mengajar
Daud untuk belajar hidup bersandar kepada-Nya dalam situasi
apa pun yang sedang menekan hidupnya. Hal yang sama juga
ditujukan kepada setiap orang percaya. Dalam situasi apa pun,
marilah kita belajar bersandar kepada-Nya. Dalam Tuhan, selalu ada jalan keluar atas segala permasalahan hidup kita. [FI]
“Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku,
sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung;
dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung,
sampai berlalu penghancuran itu.”
Mazmur 57:2
19
,
Rabu
v
16 No
K
Carilah Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 22
ehadiran dan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat
sangat menolong bagi seseorang yang mengalami tekanan
hidup, termasuk bagi Daud yang dianggap sebagai buron oleh
Raja Saul kala itu. Kedatangan orang tua dan saudara-saudara
Daud di gua Adulam seperti menjadi titik balik bagi Daud untuk
mulai menata kehidupan rohaninya yang sempat berantakan
ketika melarikan diri dari satu tempat ke tempat yang lain. Agar
lebih fokus dalam mencari kehendak Tuhan, Daud menitipkan
ayah dan ibunya kepada raja negeri Moab (22:3). Bukan suatu
kebetulan jika yang datang bergabung kepada Daud bukan hanya keluarganya, tetapi juga empat ratus orang dari kalangan
terpinggirkan dan barisan sakit hati. Mereka ada dalam situasi
tertekan seperti Daud yang juga membutuhkan Allah untuk
memulihkan hati yang terluka karena ketidakadilan yang menimpa mereka.
Saat Daud memasuki tahap pemulihan hati dan mencari
kehendak Allah di tengah masa sulit, Raja Saul berada dalam
tahap kejatuhan yang semakin dalam dan dia semakin jauh
dari Tuhan. Segala perhatian dan energinya hanyalah terpusat
pada keinginan untuk membunuh Daud. Saat mendengar bahwa Daud pernah mendatangi kota Nob, ia langsung menuduh
Ahimelekh mengadakan persepakatan melawan dia, lalu dia
membunuh para imam dan seluruh penduduk kota Nob. Tetapi
Tuhan meluputkan Abyatar, anak imam Ahimelekh.
Saat mengalami masa jauh dari Tuhan dan menghadapi
pencobaan berat, jangan lupakan Tuhan karena hanya Dialah
pribadi yang mampu menolong kita dari keterpurukan. Carilah
wajah-Nya dan temukanlah kehendak-Nya atas hidup kita di
tengah segala hal buruk yang terjadi atas diri kita. [FI]
“Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi,
kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku.”
Mazmur 57:3
20
,
Kamis
v
17 No
H
Menantikan Waktu Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 23-24
al yang lumrah kalau kita geram saat disakiti. Akan tetapi,
haruskah kita membalas dendam terhadap mereka yang
menyakiti kita? Meskipun Raja Saul mengejar-ngejar dengan
maksud hendak membunuh Daud, Daud tidak menganggap
Raja Saul sebagai musuh yang harus disingkirkan. Setelah
move on (bangkit) dari keterpurukannya, Daud menganggap
bangsa Filistin sebagai musuh Allah yang harus ia perangi.
Atas perkenanan Allah, ia berperang di Kehila dan mengalahkan bangsa Filistin. Akan tetapi, keberadaan Daud terendus
oleh Saul, sehingga Daud melarikan diri ke padang gurun Zif.
Ternyata selalu ada orang yang melaporkan keberadaan Daud,
sehingga Daud harus berpindah dari satu tempat ke tempat
lain, sampai keduanya secara tidak terduga bertemu di kubu
gunung En-Gedi. Pertemuan itu terjadi saat Saul hendak membuang hajat dan ia masuk ke gua tempat Daud bersembunyi.
Para pengikut Daud memberi tahu bahwa inilah saat yang tepat
untuk membunuh Saul, tetapi Daud hanya memotong punca
(ujung) jubah Saul dan tidak membunuhnya (24:5).
Daud sadar bahwa meskipun Allah telah mengurapinya
sebagai raja, ia tidak boleh mendahului rencana Allah untuk
memperoleh posisi sebagai raja dengan membunuh Saul yang
telah diurapi Allah sebagai raja. Ia menanti waktu yang ditetapkan Tuhan, sehingga ia memilih untuk membiarkan Saul hidup.
Walaupun ada banyak alasan untuk memanfaatkan kesempatan dengan membalas dendam kepada orang yang memfitnah
dan menyakiti kita, kita harus sadar bahwa membalas dendam tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus sabar
dan menanti Tuhan bertindak. Percayalah kepada-Nya, karena
waktu-Nya adalah yang terbaik bagi kita. [FI]
“Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan.
Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif.
Dan selama waktu itu Saul mencari dia,
tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.”
1 Samuel 23:14
21
t,
Juma
v
18 No
B
Bodoh Atau Bijak?
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 25
ertindak bodoh merupakan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen, apalagi bila kebodohan itu menimbulkan permasalahan yang serius. Nabal adalah seorang yang
kaya, manun ia kasar dan jahat. Nama Nabal sendiri berasal
dari bahasa Ibrani yang artinya “bebal” atau “bodoh”. Sebaliknya, istrinya—Abigail—adalah seorang perempuan yang bijak
(25:3). Perilaku bodoh dan jahat dari Nabal nampak saat ia
merespons permohonan bantuan dari Daud dengan sikap yang
sinis, padahal Daud dan pengikutnya selalu bersikap baik dan
banyak membantu para gembala Nabal. Hal ini membuat Daud
geram karena ia merasa dilecehkan. Oleh karena itu, Daud lalu
mengajak empat ratus orang pengikutnya untuk maju menyerang Nabal (25:13).
Abigail—istri Nabal—yang mendengar rencana penyerbuan itu segera menemui Daud yang sedang berada di tengah
perjalanan, dan ia memohon kepada Daud agar mengurungkan niatnya memerangi suaminya. Tindakan Abigail ini dipuji
oleh Daud. Bahkan, Daud memandang Abigail sebagai utusan
Tuhan yang mencegahnya membantai Nabal, karena pembantaian semacam itu sama bodoh dengan respons Nabal (25:3235). Setelah Daud mengurungkan niatnya, kira-kira sepuluh
hari setelah kejadian itu, Tuhan memukul Nabal sehingga mati
(25:38). Karena Abigail telah bersikap bijak, akhirnya Daud
meminang Abigail yang sudah janda untuk menjadi istrinya.
Allah tidak menginginkan umat-Nya memiliki perilaku bebal atau bodoh seperti orang-orang dunia yang dengan segala
kejahatannya membawa kehancuran pada diri sendiri. Jadilah
orang yang berperilaku bijak, sehingga Anda tidak memicu permusuhan dengan sesama, melainkan menjadi berkat. [FI]
“Terpujilah TUHAN, Allah Israel yang mengutus engkau menemui aku pada
hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri,
bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang
darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.”
1 Samuel 25:32-33
22
u,
Sabt
v
19 No
A
Karakter Iman Yang Teruji
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 26-27
llah sering mengasah iman kita dengan berulang kali membawa kita pada situasi ujian iman. Ujian iman yang sama kembali diperhadapkan pada Daud ketika ada kesempatan kedua
untuk membunuh Saul. Kesempatan ini terjadi saat Daud dan
Abisai berhasil menyusup ke kemah Saul pada tengah malam
ketika seluruh pasukan tertidur lelap. Abisai menganggap hal
ini sebagai kesempatan “baik” untuk menghabisi Saul, tetapi
Daud menolak karena orang yang membunuh Saul tidak akan
bebas dari hukuman. Hanya Tuhan yang berhak membunuh dia
(26:8-10). Sungguh, karakter iman Daud telah teruji. Dia tetap
menantikan waktu dan kehendak Tuhan. Setelah mengambil
tombak dan kendi milik Saul, Daud berseru dari kejauhan kepada Saul. Ia menunjukkan bahwa meskipun ia berkesempatan membunuh Saul di kemah, ia tidak melakukannya. Daud
berharap agar Saul sadar atas kekeliruannya mengejar-ngejar
dia selama ini. Akan tetapi, Daud tahu bahwa sulit bagi Saul
untuk berdamai dengannya, sehingga Daud memutuskan untuk memohon kepada Raja Akhis agar diizinkan tinggal di Gat,
daerah orang Filistin. Akhis memberikan Ziklag kepada Daud
dengan pertimbangan bahwa Daud dapat membantu mengalahkan musuh-musuh di sekitarnya (27:8-11). Kepahlawanan
Daud membuat Raja Akhis makin memercayai Daud (27:12).
Ujian iman atas hidup kita terjadi saat kita berada dalam
situasi yang menggoda kita untuk bertindak sesuai dengan
keinginan diri kita sendiri dan mengabaikan keinginan Allah.
Waspadailah godaan yang nampaknya baik dalam pandangan
mata, tetapi sebenarnya membuat iman kita semakin menjauh
dari Allah. Milikilah karakter iman yang teruji oleh situasi dan
keadaan. [FI]
Lagi kata Daud: “Demi TUHAN yang hidup,
niscaya TUHAN akan membunuh dia:
entah karena sampai ajalya dan ia mati,
entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana.”
1 Samuel 26:10
23
u,
Mingg
v
20 N o
K
Iman Setengah Hati
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 28
ehidupan orang yang jauh dari Allah terlihat dari sikap dan
tindakan yang semakin tidak beriman kepada Allah. Ketakutan Raja Saul ketika tentara Filistin mengepung Israel membuatnya melakukan tindakan yang tidak berkenan di mata
Tuhan. Semula Raja Saul mencoba bertanya kepada Tuhan,
tetapi Tuhan sudah tidak mau menjawab (28:6). Selanjutnya,
Raja Saul menempuh jalan pintas yang bertentangan dengan
perintah Tuhan, yaitu mencari seorang perempuan pemanggil
arwah untuk meminta petunjuk dari arwah Nabi Samuel. Padahal, Raja Saul sendiri yang telah menyingkirkan para pemanggil
arwah dan peramal di negerinya (28:3b, 9). Jelas bahwa iman
Raja Saul hanya setengah hati. Semula, Raja Saul seolah-olah
telah bertobat dari segala pelanggarannya dan taat pada perintah Allah. Akan tetapi, ternyata bahwa ia kembali melanggar perintah Allah pada saat genting. Raja Saul menemukan
pemanggil arwah di En-Dor dan ia meminta agar roh Nabi
Samuel dipanggil muncul karena ia telah habis akal menghadapi bangsa Filistin yang makin mengancam keamanan Israel.
Ironisnya, ketika roh yang dianggap Nabi Samuel itu muncul
dan bercakap-cakap dengannya, roh itu bukan bicara tentang
bagaimana bisa menang atas bangsa Filistin, tetapi menyampaikan berita kematian Saul karena murka Allah (28:18-19).
Ada perkataan bijak yang berbunyi, “Ikut Tuhan setengah
hati membuat orang setengah mati, dan ikut Tuhan sepenuh
hati membuat hidup bisa dinikmati.” Jangan menipu Allah dengan berpura-pura beriman kepada-Nya karena Allah mengenal
isi hati kita. Jika kita sedang bergumul untuk mempertahankan iman, belajarlah untuk bersikap jujur di hadapan-Nya dan
mintalah Allah yang meneguhkan iman kita. [FI]
“Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu,
sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.”
Mazmur 9:11
24
,
Senin
v
21 No
S
Pemimpin yang Takut Akan Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel 29-31
ebagai seorang Kristen, tentu kita bisa menilai mana pemimpin Kristen yang takut akan Allah dengan pemimpin Kristen
yang sering mengabaikan Allah, dari cara mereka merespons
ketika berada pada situasi yang sulit dan menekan. Tiga pasal terakhir dalam 1 Samuel menunjukkan perbedaan respons
Daud dan Saul ketika menghadapi situasi sulit. Ketika orang
Amalek berhasil membakar Ziklag—tempat Daud tinggal—dan
menawan seluruh keluarganya, Daud menguatkan iman rakyat yang mengalami kepedihan dan datang meminta petunjuk
Tuhan (30:6-8). Hal ini kontras dengan sikap Saul dalam pasal
28 yang mencari petunjuk dari arwah orang mati saat menghadapi jalan buntu. Daud juga merespons keluhan pasukannya
dengan jawaban yang bijak (30:22-24).
Berbeda dengan Daud, Saul yang sedang bertempur habishabisan melawan bangsa Filistin semakin terdesak. Ketika ia
terluka parah akibat terkena panah, Saul memilih untuk bunuh
diri ketimbang terus bertempur sampai titik darah penghabisan.
Mungkin ia berpikir bahwa jika ia harus mati, ia tidak mau sampai dipermalukan oleh bangsa Filistin. Akan tetapi, tindakannya
menunjukkan bahwa ia tidak lagi mau berurusan dengan Allah,
sehingga ia tidak berseru memohon pertolongan-Nya.
Seorang pemimpin Kristen yang takut akan Allah sangat
dibutuhkan oleh orang-orang yang dia pimpin. Sebagai umat
Allah, kita perlu memiliki kepekaan rohani untuk bisa membuat
penilaian. Jika kita sudah yakin akan kualitas iman yang baik
dari sang pemimpin, jangan ragu untuk mendukung dan mendoakan pemimpin yang demikian agar dipakai Allah secara luar
biasa bagi kesejahteraan umat-Nya. [FI]
“Siapakah orang yang takut akan TUHAN?
Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.”
Mazmur 25:12
25
Pemimpin Pilihan Allah
B
ila 1 Samuel merupakan kisah peralihan dari kepemimpinan
para hakim menjadi kepemimpinan seorang raja, yaitu Raja
Saul, maka 2 Samuel merupakan peralihan dari kepemimpinan
Raja Saul kepada Raja Daud. Raja Saul adalah perwujudan dari
keinginan bangsa Israel untuk memiliki seorang raja seperti
bangsa-bangsa lain di sekitar Israel. Perawakannya besar. Dia
adalah orang yang paling tinggi di Israel (1 Samuel 10:23),
sedangkan Daud relatif pendek sehingga ayahnya pun tidak
menyangka bahwa Allah akan memilih Daud sebagai raja untuk
menggantikan Saul (Perhatikan 1 Samuel 16:7, 11).
Bila kita membandingkan Saul dengan Daud, maka kita
akan melihat bahwa keduanya memiliki kelemahan. Kelemahan
Saul adalah bahwa dia takut kehilangan kuasa atau jabatan,
sedangkan kelemahan Daud adalah bahwa dia tidak bisa mengendalikan nafsunya terhadap wanita dan ia tidak berani
mendisiplin anak-anaknya (bandingkan dengan 1 Raja-raja
1:6). Akibatnya, keluarganya kacau dan hubungan di antara
anak-anaknya menyedihkan karena mereka saling bersaing,
bahkan saling menjatuhkan, bukan saling mensukseskan. Sekalipun demikian, Daud masih memiliki kelebihan, yaitu bahwa
dia beriman kepada Allah. Dia takut akan Allah dan hidupnya
(secara umum) berkenan kepada Allah.
Kegagalan Daud—sang pemimpin pilihan Allah—dalam
membangun keluarga memberikan beberapa pelajaran penting bagi kita: Pertama, iman kepada Allah akan membuat kita
mengutamakan Allah dan membuat kita berkenan kepada Allah.
Kedua, supaya iman kita bermanfaat bagi hidup kita, iman kita
harus diterapkan dalam segala bidang kehidupan kita, termasuk dalam keluarga. Kegagalan menerapkan iman dalam setiap
bidang kehidupan selalu menghasilkan masalah. Ketiga, bila
pemimpin seperti Daud saja bisa jatuh dalam dosa, kita pun
tidak kebal terhadap godaan dosa. Oleh karena itu, kita harus
mewaspadai godaan yang mendatangi kita. Keempat, pada
umumnya, para pemimpin rohani menghadapi godaan yang
lebih berat. Oleh karena itu, kita harus mendoakan mereka. [P]
26
sa,
Sela
v
22 No
S
Saul versus Daud
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 1
ikap Daud berlawanan dengan sikap Saul. Daud tahu bahwa
Saul adalah seorang yang diurapi Tuhan menjadi Raja Israel.
Walaupun Saul membenci—bahkan berkali-kali berusaha untuk
membunuh—Daud, Daud tetap menghormati Saul dan sama
sekali tidak mau membalas. Sebaliknya, Saul telah melihat bahwa Daud adalah seorang yang diberkati dan dilindungi Tuhan.
Bahkan, Saul pasti sadar bahwa Allah akan menyerahkan jabatan Raja Israel kepada Daud. Sekalipun demikian, Saul tidak
mau menyerahkan kekuasaan dengan sukarela.
Saul adalah gambaran orang yang bersandar kepada
diri sendiri. Dia tidak bisa sabar menanti Allah bertindak. Saat
dia beranggapan bahwa Allah tidak memihak dirinya, dia tidak
mau mengevaluasi dan merendahkan dirinya di hadapan Allah,
melainkan dia terus berjuang dengan caranya sendiri untuk
mengubah keadaan. Munculnya Daud sebagai pahlawan Israel
tidak membuat dia girang (padahal Daud selalu mendukung
Saul). Dia berusaha menyingkirkan Daud untuk memaksakan
keinginannya agar takhta Kerajaan israel dapat diwariskan kepada keturunannya. Dia tidak peduli terhadap kehendak Allah.
Daud adalah gambaran orang yang bersandar kepada
Allah. Dia mengasihi Allah dengan segenap hati, sehingga dia
memperjuangkan kepentingan Allah, bukan kepentingan diri
sendiri. Walaupun Saul berlaku jahat terhadap dirinya, Daud
tetap menghormati Saul, bukan karena Saul baik, tetapi karena Saul telah diurapi (dipilih) Allah untuk menjadi raja Israel.
Apakah Anda menyetujui tindakan Daud menghukum orang
Amalek yang membawa berita tentang kematian Saul? Apakah
sikap Daud terhadap Saul telah Anda teladani dalam bersikap
terhadap pemimpin Anda (yang banyak kekurangan)? [P]
Kemudian berkatalah Daud kepadanya:
“Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu
memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?”
2 Samuel 1:14
27
,
Rabu
v
23 No
S
Perang Merugikan Semua Pihak
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 2
aat seseorang menjadi pemimpin, seharusnya dia memikirkan kepentingan orang banyak, bukan memikirkan kepentingannya sendiri. Bila pemimpin hanya memikirkan kepentingannya sendiri, orang-orang yang dipimpin akan mudah menjadi
korban. Kisah pertempuran antara pasukan Isyboset di bawah
pimpinan Abner dengan pasukan Daud di bawah pimpinan Yoab
merupakan perang saudara yang merugikan kedua belah pihak.
Semula pertempuran itu sifatnya seperti pertandingan: 12 orang
prajurit Isyboset melawan 12 orang prajurit Daud. Akan tetapi,
pertempuran itu akhirnya semakin menghebat. Pasukan Isyboset kalah; tetapi Asael, adik Yoab, tewas di tangan Abner (2:1923). Abner—yang sadar bahwa perang saudara itu tidak seharusnya terjadi—mengusulkan gencatan senjata, dan tawaran itu
akhirnya diterima oleh Yoab yang belum sadar bahwa adiknya
telah tewas.
Perang (dalam skala relatif besar) atau perkelahian
(dalam skala relatif kecil) bukanlah cara yang baik untuk
menyelesaikan permusuhan karena perang atau perkelahian itu bersifat merusak (merugikan) semua pihak. Di
samping perang atau perkelahian secara fisik, ada pula perang
secara politik, yaitu perebutan kekuasaan legislatif serta kekuasaan eksekutif seperti yang terjadi di Indonesia. Karena perang
secara politik ini menghalalkan segala cara, yang terjadi adalah
bahwa pihak yang kekuasaannya kalah akan mengganggu tugas
pihak yang menang, dan yang menjadi korban adalah rakyat.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita agar saat menghadapi konflik, kita tidak melakukan cara-cara yang destruktif (merusak) yang merugikan semua pihak. Apakah Anda rela
mengalah untuk kebaikan bersama saat menghadapi konflik? [P]
Berserulah Abner kepada Yoab: “Haruskah pedang makan terusmenerus? Tidak tahukah engkau, bahwa kepahitan datang pada
akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada
rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?”
2 Samuel 2:26
28
,
Kamis
v
24 No
P
Balas Dendam
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 3
erang tidak boleh dicampur aduk dengan masalah pribadi.
Kematian Asael—adik Yoab—adalah kematian yang wajar
dalam sebuah peperangan (2:19-23). Oleh karena itu, tidak
semestinya bila Yoab mendendam terhadap Abner. Sayangnya,
Yoab tidak bisa membedakan kematian sebagai akibat perang
(masalah negara) dengan kematian sebagai akibat permusuhan antar pribadi. Yoab bukan hanya mendendam terhadap Abner, tetapi dia kemudian membalas dendam dengan membunuh
secara licik.
Pembunuhan yang dilakukan Yoab terhadap Abner ini sekaligus merupakan sikap memberontak terhadap wewenang Daud
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Yoab tidak mendukung
keputusan Daud terhadap Abner dan dia tetap melampiaskan
dendamnya dengan membunuh Abner. Akibatnya, Daud marah
terhadap Yoab dan dia mempermalukan Yoab dengan memerintahkan Yoab untuk ikut berkabung dan meratap di depan mayat
Abner. Dengan demikian, mulailah hubungan antara Daud dan
Yoab menjadi tidak sehat.
Seorang prajurit—apalagi seorang panglima—harus
mengabdikan hidupnya untuk kepentingan negara. Bila
posisi penting (seperti posisi sebagai panglima perang)
dalam sebuah negara dipegang oleh seorang yang masih mementingkan kepentingannya sendiri, maka dia
bisa melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain.
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus berdoa agar posisi-posisi penting di negara ini tidak diberikan kepada orang
yang mementingkan kepentingannya sendiri. Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk berdoa bagi para pemimpin Anda?
(Bandingkan dengan Yeremia 29:7 dan 1 Timotius 2:1-2). [P]
“Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar
ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak
berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia
di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya.”
2 Samuel 3:27
29
t,
Juma
v
25 N o
D
Iman yang
Mempengaruhi Perbuatan
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 4
aud adalah seorang yang sangat religius. Imannya kepada
Allah mempengaruhi hidupnya dan membuat keputusan dan
tindakannya tidak seperti kebiasaan orang-orang pada masa itu.
Salah satu sikap Daud yang berbeda secara menonjol dibandingkan dengan sikap banyak orang adalah sikap terhadap Raja Saul
dan keluarganya, karena dia yakin bahwa Saul adalah seorang
raja yang diurapi Tuhan. Walaupun Raja Saul bersikap jahat terhadap dirinya, bahkan beberapa kali dia nyaris terbunuh oleh
Raja Saul, Daud tidak mendendam. Rasa hormatnya terhadap
Allah membuat Daud tidak berani (atau tidak mau) membalas
terhadap orang yang diurapi Tuhan (sebagai raja). Rasa hormatnya terhadap Raja Saul ini juga membuat dia tidak membenci Isyboset, anak Raja Saul yang ikut-ikutan membenci Daud.
Rekhab dan Baana dengan cara licik telah membunuh Isyboset
dan memenggal kepalanya. Mereka mengira bahwa dengan berbuat demikian, mereka telah berbuat jasa terhadap Daud. Akan
tetapi, mereka salah sangka! Mereka tidak menyangka bahwa
sikap Daud di luar dugaan. Daud justru menyuruh anak buahnya
untuk membunuh para pengkhianat itu!
Apakah iman Anda kepada Allah mempengaruhi cara hidup Anda? Bila sikap Anda mengikuti kebiasaan dunia ini
tanpa mempertimbangkan keinginan Allah, berarti bahwa iman Anda tidak mempengaruhi hidup Anda. Bahkan,
bisa dikatakan bahwa sebenarnya Anda tidak beriman!
Iman Anda palsu! Iman yang sejati adalah iman yang diterapkan dalam kehidupan! Bila Anda ingin agar iman Anda
mempengaruhi hidup Anda, tidak ada jalan lain selain bahwa
Anda harus menjalin relasi yang sehat dengan Allah melalui doa
serta pembacaan dan penerapan firman Tuhan. [P]
“Ketika ada orang yang membawa kabar kepadaku demikian: Saul
sudah mati! dan memandang dirinya sebagai orang yang menyampaikan
kabar baik, maka aku menangkap dan membunuh dia di Ziklag, dan
dengan demikian aku memberikan kepadanya upah kabarnya.”
2 Samuel 4:10
30
u,
Sabt
v
26 N o
S
Menjadi Besar karena
Penyertaan Tuhan
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 5-6
aat membaca kisah kepahlawanan Daud, ada satu hal yang
perlu kita waspadai, yaitu kita tidak boleh terlalu terpesona
terhadap pribadi Daud, sehingga kita lupa bahwa yang membuat Daud sukses adalah penyertaan Allah (5:10). Daud sendiri
pun juga menyadari hal itu. Tanpa penyertaan Tuhan, tidak
mungkin Daud bisa memperoleh kekuasaan dan dihargai oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel (5:12). Dalam keadaan nyaman, Daud mulai terpengaruh oleh kebiasaan rajaraja pada masa itu, dan ia mengambil lagi beberapa isteri dan
gundik (5:13). Tindakan inilah yang pada akhirnya membuat
Daud menghadapi berbagai kesulitan di masa depan. Sekalipun
tindakan Daud mengambil isteri tambahan dan gundik itu patut
disesalkan, iman Daud tidak goyah. Dia tetap mencari Tuhan
ketika menghadapi ancaman dari bangsa Filistin, sehingga
Tuhan memberikan kemenangan (5:22-25).
Salah satu hal yang patut diteladani dalam kehidupan Raja Daud adalah bahwa dalam keadaan sukses, ia
tetap bersikap rendah hati, yaitu bahwa dia rela menari-nari
di depan Tuhan. Saat dia menyadari bahwa Mikhal—anak raja
Saul yang menjadi isterinya—memandang rendah karena dia
menari-nari di hadapan Tuhan, Daud menyatakan bahwa dia
tidak malu dipandang rendah oleh istrinya, bahkan dia bersedia
untuk lebih direndahkan lagi.
Kekuatan dan kelemahan Raja Daud yang terpapar dalam
bacaan Alkitab hari ini mengingatkan bahwa kita harus selalu
waspada agar kesuksesan tidak membuat kita lengah. Menurut
Anda, usaha apa yang bisa kita lakukan agar kita tidak pernah
melupakan kebaikan Allah dan kita terhindar dari hal-hal yang
bisa menimbulkan masalah di kemudian hari? [P]
“Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud,
sebab TUHAN, Allah semesta alam, menyertainya.”
2 Samuel 5:10
31
u,
Mingg
v
27 No
S
Merespons Berkat dan Janji Allah
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 7-8
alah satu kunci yang membuat Raja Daud kita golongkan
sebagai salah satu tokoh iman adalah bahwa dia menghargai kekekalan! Dia sangat bersyukur ketika Allah memberikan
janji tentang masa depan keturunannya yang takhtanya akan
tetap kokoh selama-lamanya, padahal saat itu Raja Daud belum menyadari bahwa janji ini adalah janji tentang Sang Mesias
yang akan datang. Keturunan Raja Daud secara fisik tidak terus
bertakhta selama-lamanya. Akan tetapi, salah satu keturunan
Raja Daud, yaitu Yesus Kristus, Sang Mesias, tetap ada sampai
sekarang. Kerajaan Sang Mesias yang dalam Perjanjian Baru
disebut sebagai Kerajaan Allah itulah yang tetap kokoh untuk
selama-lamanya (7:16).
Jelas terlihat bahwa Raja Daud merasa amat bersyukur
atas apa yang telah Allah kerjakan bagi umat israel dan dia juga
merasa bersyukur atas apa yang telah Allah janjikan kepada
dirinya (7:18-19). Raja Daud merasa bersyukur dan bangga
karena Allah bukan hanya bersabda, tetapi dia juga bertindak
secara nyata untuk membebaskan umat-Nya (7:22-23). Rasa
syukur yang melimpah-limpah itu membuat Raja Daud mempersembahkan kepada Tuhan semua barang-barang emas, perak, dan tembaga hasil perang serta pemberian dari bangsabangsa lain (8:7-12).
Bila kita mau membuka mata dan membuka hati,
maka kita akan bisa melihat bahwa Allah telah mengerjakan banyak hal bagi kita yang tidak pernah kita pikirkan. Janji Allah di dalam firman-Nya pun juga jauh lebih
berharga daripada apa yang dijanjikan oleh dunia ini.
Apakah respons yang telah Anda sampaikan kepada Allah atas
semua berkat dan janji Allah yang telah Anda terima? [P]
“Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di
hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.”
2 Samuel 7:16
32
,
Senin
v
28 No
P
Persahabatan
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 9
ersahabatan antara Raja Daud dan Yonatan tidak terputus
sesudah Yonatan gugur di medan perang. Raja Daud tidak
pernah mengingat-ingat perlakuan Raja Saul yang buruk terhadap dirinya. Sebaliknya, dia tidak pernah melupakan kebaikan
dan kesetiaan Yonatan terhadap dirinya. Oleh karena itu, sesudah posisinya mantap, Daud mulai mencari keturunan Yonatan
(9:3). Setelah Raja Daud bertemu dengan Mefiboset, anak Yonatan, ladang, rumah dan semua yang merupakan milik Raja
Saul dikembalikan kepada Mefiboset (9:7, 9). Mefiboset sendiri
diperlakukan seperti seorang anak raja (9:10-11).
Pada zaman ini, kesetiakawanan sudah semakin langka
dan mulai digantikan dengan individualisme. Di Indonesia, kesetiakawanan ini tercermin dalam kebiasaan bergotong royong
dalam kehidupan bermasyarakat. Sayangnya, pada saat ini, ciri
kegotongroyongan itu mulai terkikis. Perkembangan teknologi
informasi yang mendekatkan orang yang jauh, justru menjauhkan orang yang dekat. Kondisi semacam ini kurang sehat. Persahabatan dengan orang yang dekat (dari sisi jarak) itu penting
karena kita selalu memerlukan pertolongan, topangan, dorongan, bahkan juga teguran orang lain dalam hidup kita.
Ciri utama persahabatan adalah pengenalan dan penyesuaian diri. Persahabatan tidak hanya perlu dijalin
dengan sesama, tetapi juga dengan Allah. Abraham menjadi sahabat Allah (Yakobus 2:23) bukan hanya karena dia memahami kehendak Allah, tetapi juga karena dia mempercayai
Allah dan melakukan apa yang Allah kehendaki. Kita pun juga
bisa menjadi sahabat Allah bila kita melakukan apa yang Dia
kehendaki (Yohanes 15:14). Apakah cara hidup Anda menunjukkan bahwa Anda patut disebut sebagai sahabat Allah? [P]
Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Janganlah takut,
sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena
Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul,
nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.”
2 Samuel 9:7
33
sa,
Sela
v
29 N o
H
Menghitung Risiko!
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 10
anun, raja bani Amon yang baru diangkat menggantikan
ayahnya, masih belum berpengalaman sehingga ia salah
perhitungan. Dengan congkak, dia mempermalukan utusan
Raja Daud yang hendak menyampaikan ucapan bela sungkawa.
Sebagai raja yang baru, agaknya Hanun belum bisa mengukur
betapa kuatnya tentara Israel pada masa itu. Dia menyewa
orang Aram untuk bersama-sama memerangi pasukan Israel.
Akan tetapi, serangan mereka gagal sehingga mereka terpaksa
melarikan diri. Tindakan Hanun yang sembrono membuat rakyatnya sendiri dipermalukan!
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengajarkan
bahwa setiap orang yang ingin menjadi murid-Nya harus mempertimbangkan masak-masak apakah dia sanggup memenuhi seluruh tuntutan sebagai seorang murid. Seorang yang menyatakan hendak mengikut Tuhan
Yesus, tetapi kemudian tidak sanggup untuk menjalani
hidup sebagai seorang murid hanya mempermalukan dirinya sendiri! Sayangnya, banyak orang yang mengaku Kristen pada masa kini, tetapi hidupnya tidak disesuaikan dengan
standar bagi seorang murid Kristus. Bila orang Kristen pada
abad-abad awal kekristenan sadar bahwa risiko yang harus
mereka hadapi bisa berupa kematian, orang yang mengaku
Kristen pada masa kini banyak yang takut dikenali identitasnya
sebagai seorang Kristen.
Apakah Anda seorang murid Kristus? Apakah Anda siap
menghadapi seluruh konsekuensi mengikut Kristus, yaitu menyangkal diri (mengikuti keinginan Kristus), memikul salib
(menghadapi penderitaan), dan mengikuti teladan Tuhan Yesus
(bandingkan dengan Lukas 9:23)? [P]
“Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan
raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah
dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang
mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?”
Lukas 14:31
34
,
Rabu
v
30 No
G
Waspadalah: Godaan Mengintai!
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 11-12
odaan untuk berbuat dosa bisa muncul kapan saja dan
bisa tertuju kepada siapa saja. Bacaan Alkitab hari ini
terjadi pada masa perang. Karena Raja Daud memiliki panglima
dan prajurit yang dapat diandalkan, dia tak perlu maju sendiri
untuk berperang. Bahkan, Raja Daud masih sempat untuk tidur siang dan berjalan-jalan, sehingga secara tak disengaja dia
melihat seorang perempuan bernama Batsyeba yang sedang
mandi. Seperti kebiasaan penguasa pada umumnya di masa
lalu, Raja Daud menyuruh orang mengambil perempuan itu dan
tidur dengan dia, padahal suami perempuan itu adalah prajuritnya sendiri yang sedang berjuang di medan perang. Akibatnya,
Batsyeba hamil. Kelakuan Raja Daud ini kontras dengan sikap
Uria—suami Batsyeba—yang tidak mau tidur dengan istrinya
sendiri karena hati dan pikirannya tertuju pada peperangan
yang sedang berlangsung (11:1-13).
Walaupun Raja Daud seorang beriman, dia tak waspada,
sehingga dia terbuai oleh kondisinya yang nyaman dan tidak
mempedulikan prajuritnya yang sedang bertempur. Saat menghadapi bahaya, Raja Daud bergantung kepada Tuhan dan imannya patut diteladani. Saat keadaan nyaman, dia tak waspada
sehingga akhirnya melakukan tindakan yang membuat Tuhan
marah! Kisah kejatuhan Raja Daud ke dalam dosa perzinahan
(yang kemudian dilanjutkan dengan dosa pembunuhan) merupakan peringatan serius bagi semua orang beriman, khususnya
para pemimpin Kristen yang sukses! Bila Anda telah berhasil
melakukan tindakan-tindakan besar berdasarkan iman,
Anda harus menjaga diri agar tidak menjadi sombong
dan lengah. Tahukah Anda bahwa Iblis selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan iman Anda? [P]
“Sadarlah dan berjaga-jagalah!
Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaumaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”
1 Petrus 5:8
35
,
Kamis
1 Des
B
Pelajaran Penting
untuk Gadis Remaja
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 13
acaan Alkitab hari ini merupakan peringatan penting bagi
setiap gadis remaja untuk berhati-hati dalam pergaulan. Ada
dua bahaya yang mengancam setiap anak gadis, yaitu bahaya
perkosaan dan seks bebas. Setiap anak gadis harus berhati-hati
agar terhindar dari kemungkinan mengalami penderitaan batin
yang berat akibat perkosaan atau hubungan seks bebas. Perhatikan bahwa sebelum Amnon memperkosa Tamar, Amnon jatuh
cinta kepada Tamar sampai jatuh sakit karena Amnon merasa
pesimis bahwa cintanya akan disambut oleh Tamar. Akan tetapi,
sesudah Amnon memperkosa Tamar, cintanya berubah menjadi
kebencian. Para gadis perlu mencamkan bahwa setelah
terjadi hubungan seks di luar pernikahan, baik karena
pemerkosaan maupun karena suka sama suka, cinta
seorang pria bisa lenyap. Rayuan bisa dilanjutkan dengan
makian. Pria perayu bisa berubah menjadi pria sadis yang tidak
peduli terhadap perasaan wanita yang dirayunya.
Bagaimana para gadis bisa menghindari kemungkinan terjadinya perkosaan dan seks bebas? Ada dua prinsip yang harus
menjadi pegangan para gadis: Pertama, hubungan seks sebelum pernikahan selalu merugikan pihak wanita. Oleh karena
itu, para wanita perlu menjaga diri untuk tidak mengenakan
pakaian yang merangsang (seksi) dan hindarilah berduaan di
tempat yang sepi. Kedua, hubungan seks yang aman hanyalah hubungan seks dalam pernikahan. Anggaplah kesabaran
menahan diri untuk tidak berhubungan seks sebelum
pernikahan sebagai ujian cinta. Sebaliknya, desakan untuk berhubungan seks sebelum pernikahan merupakan
tanda cinta palsu, cinta yang hanya didasarkan pada
pelampiasan nafsu berahi! [P]
Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon
terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada
gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon
berkata kepadanya: “Bangunlah, enyahlah!”
2 Samuel 13:15
36
t,
Juma
2 Des
D
Kegagalan Mendidik Anak
dalam Keluarga Raja Daud
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 14-15
alam Perjanjian Lama, kita tidak menemukan teguran Allah
secara langsung terhadap praktik poligami. Bahkan, kita
bisa menemukan bahwa tokoh-tokoh iman seperti Abraham
dan Raja Daud pun melakukan poligami. Sekalipun demikian,
tidak adanya teguran atau larangan terhadap praktik poligami itu tidak berarti bahwa Allah menyetujui praktik poligami!
Yang bisa kita lihat dengan jelas adalah bahwa praktik poligami
mengakibatkan berbagai permasalahan dalam keluarga. Sebagai contoh, kita dengan mudah bisa melihat kegagalan Raja
Daud dalam mendidik anak. Terjadinya perkosaan yang dilakukan oleh Amnon terhadap Tamar (13:1-19), pembunuhan yang
dilakukan oleh Absalom (kakak Tamar yang seibu) kepada Amnon sebagai pembalasan terhadap perkosaan yang dilakukan
Amnon (13:20-39), komunikasi yang buruk antara Raja Daud
dan Absalom (pasal 14), serta pemberontakan Absalom terhadap Raja Daud (pasal 15) menunjukkan kegagalan Raja Daud
dalam mendidik anak-anaknya. Dalam 1 Raja-raja 1:5-6, kita
bisa melihat salah satu penyebab kegagalan Raja Daud dalam
mendidik anak-anaknya, yaitu bahwa ia belum pernah menegur
Adonia (anak Raja Daud yang dilahirkan oleh Hagit) dengan
perkataan, “Mengapa engkau berbuat begitu?” Mudah diduga
bahwa Raja Daud tidak tegas dalam mendidik anak!
Raja Daud, seorang beriman yang hidupnya dekat dengan
Tuhan, tetapi gagal dalam mendidik anak. Kisah keluarga
Daud ini merupakan suatu peringatan bagi setiap orang
tua Kristen untuk serius memperhatikan perlunya pendidikan anak. Apakah Anda menyediakan cukup banyak waktu
untuk mendidik anak-anak Anda? Ingatlah bahwa Anda akan
menuai kesedihan bila keluarga Anda berantakan! [P]
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman
kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.”
Amsal 29:17
37
u,
Sabt
3 Des
S
Saat Anda Mengalami Depresi
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 16
etiap orang pasti pernah mengalami stres (tekanan batin). Bila stres itu berlangsung dalam jangka waktu yang
lama, stres itu akan berkembang menjadi depresi. Ciri utama
keadaan depresi adalah bahwa kita menjadi lesu (kehilangan
semangat, putus asa) dan emosi kita menjadi abnormal. Dalam
bacaan Alkitab hari ini, Raja Daud yang mengalami berbagai
masalah yang datang secara bertubi-tubi dalam rumah tangganya (pemerkosaan Tamar, pembunuhan Amnon, dan kemudian memuncak dengan pemberontakan Absalom) telah membuat dia menjadi depresi. Oleh karena itu, tidak mengherankan
bahwa ketika ia bertemu dengan Ziba, dia gampang dihasut
sehingga membuat keputusan yang terlalu tergesa-gesa tentang harta warisan bagi Mefiboset (16:1-4). Emosi Raja Daud
yang tidak stabil itu juga tercermin dalam kasus Simei yang
telah mengutuki Raja Daud. Kekesalan Daud terhadap Yoab dan
Abisai (anak-anak Zeruya) membuat usulan Abisai langsung ditolak (16:5-11).
Bila Anda sedang berada dalam keadaan depresi,
berhati-hatilah bila Anda harus mengambil keputusan.
Keputusan yang tergesa-gesa akan sangat dipengaruhi
oleh emosi dan keputusan semacam itu seringkali salah
dan merugikan. Dalam keadaan depresi, sangat menolong
bila kita menceritakan masalah yang kita hadapi kepada kawan
yang telah dewasa secara rohani. Saat Absalom memberontak,
Daud seperti menghadapi jalan buntu. Untunglah bahwa dalam
situasi sulit itu, Raja Daud dibantu oleh sahabatnya yang bijaksana, yaitu Husai (15:32-37). Apakah Anda memiliki sahabat
yang dapat dipercaya, yang bisa memberikan saran-saran yang
bijaksana saat Anda mengalami depresi? [P]
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
Amsal 17:17
38
u,
Mingg
4 Des
D
Pengaturan Tuhan yang Sempurna
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 17
ari sudut pandang manusiawi, apa yang terjadi dalam
hidup kita berasal dari serangkaian kebetulan. Akan
tetapi, dari sudut pandang Tuhan, semua yang terjadi
dalam hidup kita berkaitan dengan pengaturan Tuhan
yang sempurna.
Bila hendak mengambil keputusan penting, Raja Daud biasanya selalu meminta pertimbangan dari penasihatnya yang
bernama Ahitofel serta dari seorang sahabatnya yang bernama
Husai. Saat Absalom memberontak, Ahitofel mendukung Absalom (15:31), sedangkan Husai tetap setia kepada Raja Daud
(15:32). Karena Raja Daud menyadari bahwa nasihat Ahitofel
akan membuat Absalom menjadi semakin sulit dihadapi, Raja
Daud meminta agar Husai berpura-pura mendukung Absalom, padahal sebenarnya dia ditugaskan oleh Raja Daud untuk
menggagalkan nasihat Ahitofel. Bila Absalom selalu mengikuti
nasihat Ahitofel, akan sulit bagi Raja Daud untuk mempertahankan diri. Akan tetapi, Absalom yang kurang pengalaman
itu juga meminta pertimbangan Husai. Dengan cerdas, Husai
mengacaukan pemikiran Absalom (17:1-14), sehingga nasihat Ahitofel tak diikuti dan Raja Daud bisa meloloskan diri dengan menyeberangi sungai Yordan. Akibatnya, Ahitofel marah
dan kecewa, lalu berhenti mendukung Absalom, kemudian dia
menggantung diri (17:15-23).
Seperti Daud yang tak berdaya menghadapi Ahitofel,
kadang-kadang kita juga menghadapi masalah besar yang
membuat kita seperti menemui jalan buntu. Saat Anda merasa tak berdaya untuk mengatasi masalah Anda, apakah Anda
meyakini bahwa Allah menyediakan orang seperti Husai yang
bisa meluputkan Anda dari bahaya? [P]
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat
menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Pengkhotbah 3:11
39
,
Senin
5 Des
R
Pemimpin Tak Semestinya
Bersikap Egois
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 18-19
aja Daud adalah seorang pemimpin yang beriman.
Kedekatannya dengan Allah patut untuk kita teladani! Sekalipun demikian, dia memiliki kelemahan serius,
yaitu bahwa dia terlalu memanjakan anak-anaknya dan
kadang-kadang tindakannya sangat emosional. Sikap
yang terlalu memanjakan anak membuat Raja Daud kadangkadang seperti tidak mempedulikan para pahlawan yang telah
berjuang untuk kepentingan Raja Daud. Dalam bacaan Alkitab
hari ini, terlihat bahwa dia bersikap terlalu lunak terhadap Absalom yang telah memberontak terhadap dirinya. Secara terus
terang, Yoab mengatakan bahwa Raja Daud “mempermalukan”
rakyat yang telah berjuang membela dia karena Raja Daud lebih mencintai (mementingkan) anaknya (Absalom) yang telah
memberontak daripada orang-orang yang mencintai (membela)
Daud. Dengan demikian, jasa para panglima dan para prajurit
amat disepelekan. Bahkan Yoab sampai berkata, “Aku mengerti pada hari ini, bahwa seandainya Absalom masih hidup dan
kami semua mati pada hari ini, maka hal itu kaupandang baik.”
(19:5-6). Sikap yang emosional dan kadang-kadang tergesagesa membuat keputusan Raja Daud kadang-kadang tidak bijaksana (19:16-30 perhatikan keputusan yang diberikan terhadap Simei bin Gera serta terhadap Ziba dan Mefiboset).
Sikap mengistimewakan keluarga (sehingga seperti mengabaikan rakyat) dan sikap emosional adalah sikap yang mudah kita jumpai sampai saat ini. Apakah Anda bisa memberi
contoh tentang pejabat, termasuk kepala negara, yang tidak
bisa mencegah saat anak-anaknya melakukan korupsi? Apakah
Anda bisa memberi contoh tentang keputusan tidak bijaksana
yang dihasilkan oleh sikap emosional? [P]
“Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap
yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
Filipi 2:3b-4
40
sa,
Sela
6 Des
K
Ketaatan dan Relasi
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 20
etaatan berkaitan erat dengan relasi. Tanpa relasi
yang baik, ketaatan akan terhambat. Hal ini terlihat
jelas dalam hubungan antara Yoab dan Raja Daud. Yoab adalah
seorang panglima perang yang dapat diandalkan. Adanya Yoab
membuat Raja Daud tidak selalu harus ikut berperang saat
terjadi pertempuran. Sayangnya, kepribadian Yoab yang keras
tidak cocok dengan kepribadian Raja Daud. Akibatnya, Raja
Daud merasa tidak senang menyaksikan pembunuhan yang dilakukan oleh Yoab terhadap Abner (panglima tentara Raja Saul)
dan Absalom (anak Raja Daud) yang dianggap sebagai musuh
berbahaya oleh Yoab, tetapi menurut Raja Daud sepatutnya diampuni. Ketidaksenangan ini membuat Raja Daud ingin mengangkat Amasa (panglima tentara Absalom) sebagai pengganti
Yoab (19:13). Tidak mengherankan bahwa dalam bacaan hari
ini, Yoab yang sudah menjadi panas ini lalu membunuh Amasa
secara curang (20:9-10).
Bacaan Alkitab hari ini merupakan peringatan bagi setiap
hubungan yang kita jalin dengan orang-orang di sekitar kita,
khususnya dengan bawahan, anak, dan sahabat kita. Bila kita
membiarkan ketidaksenangan yang ada dalam hati kita tanpa
membahas atau menyelesaikan ketidaksenangan itu, kita akan
gampang membuat keputusan yang menyakiti orang-orang di
sekitar kita, dan selanjutnya memicu munculnya respons balasan yang menyakitkan terhadap keputusan tersebut. Bagaimana
cara Anda menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar Anda?
Apakah Anda berani membahas hal-hal yang berpotensi menyebabkan keretakan hubungan? Apakah Anda bisa mengendalikan keinginan untuk membalas? Apakah mempertahankan
relasi penting bagi Anda? [P]
“Tetapi yang terutama:
kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain,
sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”
1 Petrus 4:8
41
,
Rabu
7 Des
O
Dosa Adalah Masalah Serius!
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 21
rang yang berhutang darah adalah orang yang harus dihukum karena telah melakukan pembunuhan. Peristiwa
kelaparan yang disebabkan oleh hutang darah yang melekat
pada diri Saul dan keluarganya ini harus dipahami berdasarkan
perjanjian damai yang telah disepakati oleh Yosua dan para
pemimpin Israel dengan bangsa Gibeon (Yosua 9). Walaupun
perjanjian damai itu disepakati karena bangsa Gibeon telah
menipu bangsa Israel, Yosua dan orang-orang sezamannya tidak berani melanggar perjanjian tersebut.
Saat Raja Saul berkuasa, dia berusaha menyenangkan hati
rakyatnya dengan membunuh orang-orang Gibeon. Kita tidak
tahu berapa banyak orang Gibeon yang dibunuh, mungkin tujuh orang seperti jumlah pengganti yang dituntut oleh bangsa Gibeon (2 Samuel 21:5-6). Karena Saul adalah Raja Israel
yang tindakannya dianggap mewakili bangsa Israel, Allah menjatuhkan hukuman berupa bencana kelaparan kepada bangsa
Israel, bukan kepada perorangan. Kita tidak mengerti mengapa
hukuman Allah ini baru dijatuhkan pada zaman pemerintahan
Daud. Yang bisa kita ketahui hanyalah bahwa Allah tidak membiarkan umat-Nya melanggar perjanjian.
Kisah pada bacaan Alkitab hari ini mengajarkan bahwa dosa
adalah masalah serius yang harus segera dibereskan.
Bila Allah tidak langsung bertindak menghukum, bukan
berarti Allah lupa atau mengabaikan dosa tersebut. Bagi
kita pada zaman ini, dosa tetap merupakan masalah serius.
Syukurlah bahwa Tuhan Yesus sudah mati menggantikan kita di
kayu salib sehingga orang yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak perlu takut menghadapi hukuman Allah. Apakah Anda telah
membereskan semua dosa yang Anda sadari? [P]
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita
dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
1 Yohanes 1:9
42
,
Kamis
8 Des
R
Mengenal TUHAN
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 22
aja Daud memiliki banyak kelemahan dalam hidupnya, terutama menyangkut keluarganya. Akan tetapi, Raja Daud
memiliki kekuatan yang membuat namanya menonjol sebagai
salah satu tokoh iman, yaitu bahwa ia adalah seorang yang
dekat dengan Allah. Kejatuhannya ke dalam dosa tidak membuat ia menjauh dari Allah, melainkan ia tetap mendekat kepada Allah untuk mencari pengampunan. Ancaman bahaya yang
datang dari pihak Raja Saul tidak membuat ia meninggalkan
imannya, melainkan membuat ia mendekat kepada Allah untuk mencari perlindungan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa saat dia lolos dari bahaya, dia bisa berkata, “Ya,
TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku,
Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku.” (22:2-3). Daud memiliki pengalaman rohani yang
nyata bersama dengan TUHAN!
Apakah Anda mengenal TUHAN? Bila Anda menyadari
keberadaan Tuhan dalam setiap situasi yang Anda hadapi, Anda pasti bisa mengungkapkan siapa TUHAN bagi
diri Anda! Saat seseorang merenungkan tentang apa yang
telah TUHAN kerjakan di dalam kehidupannya, mungkin dia
akan mengikrarkan pengakuan, “TUHAN adalah Sumber Inspirasiku”, atau “TUHAN adalah Sahabat Terbaikku”, atau “TUHAN
adalah Pengawalku”, atau “TUHAN adalah Tempat Curhatku”,
dan sebagainya. Sangat penting bagi kita untuk bisa mengungkapkan pengakuan semacam itu karena dua alasan, yaitu
agar kita serius memikirkan hubungan kita dengan Tuhan, dan
agar hubungan kita dengan TUHAN menjadi kenyataan, bukan
sekedar teori! [P]
“Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal
TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita
seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
Hosea 6:3
43
t,
Juma
9 Des
R
Takut akan Allah
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 23
ahasia kesuksesan Raja Daud sebagai seorang pemimpin
adalah bahwa ia memerintah dengan takut akan Allah (23:34). Perlu disadari bahwa “takut” akan Allah bukanlah perasaan
ketakutan terhadap Allah, melainkan sikap menghormati serta
menaati Allah. Seorang yang takut akan Allah akan mengasihi dan melayani Allah dengan segenap hati, jiwa,
dan akal budi; mengutamakan Allah lebih daripada segala sesuatu yang lain; serta menjalani kehidupan yang
kudus (kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah).
Rasa hormat Raja Daud terhadap Allah terlihat saat tiga
orang pahlawan yang dia andalkan menerobos kepungan bangsa Filistin untuk mengambil air dari perigi Betlehem. Daud beranggapan bahwa air itu terlalu berharga karena diambil dengan
mempertaruhkan nyawa. Oleh karena itu, Daud tidak mau
meminum air tersebut, melainkan dia mempersembahkan air
itu sebagai korban curahan bagi Tuhan (23:13-17). Tindakan
Daud itu secara tidak langsung merupakan pengakuan bahwa
yang pantas untuk dihormati dengan mempertaruhkan nyawa
adalah Allah, bukan dirinya. Yang menarik, walaupun pasal 23
ini menguraikan tentang pahlawan-pahlawan yang membantu
Daud, Daud tetap menganggap sumber kemenangannya dalam
setiap pertempuran adalah Allah (23:3-5), bukan para pahlawan yang membantu Daud.
Berdasarkan penjelasan di atas, apakah Anda merupakan
seorang yang takut akan Allah? Apakah Anda telah sungguhsungguh mengasihi dan melayani Allah? Apakah Anda menganggap Allah lebih penting daripada segala sesuatu yang lain,
termasuk lebih penting daripada diri sendiri? Apakah Anda telah
menjalani kehidupan yang suci? [P]
“Allah Israel berfirman, gunung batu Israel berkata kepadaku: Apabila
seorang memerintah manusia dengan adil, memerintah dengan takut akan
Allah, ia bersinar seperti fajar di waktu pagi, pagi yang tidak berawan,
yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah.”
2 Samuel 23:3-4
44
u,
Sabt
s
10 De
G
Iblis Selalu Menanti Kesempatan
Bacaan Alkitab hari ini : 2 Samuel 24
odaan Iblis perlu dihadapi bukan hanya dengan iman,
tetapi juga dengan stamina (ketekunan). Jangan berpikir bahwa godaan Iblis hanya datang sekali, tetapi kita harus
senantiasa sadar bahwa godaan Iblis bisa datang lagi. Dalam
24:1 disebutkan bahwa TUHAN menghasut Daud. Akan tetapi
dalam ayat yang paralel dengan ayat tersebut (yaitu 1 Tawarikh
21:1), disebutkan bahwa yang membujuk Daud adalah Iblis.
Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “Iblis” itu juga bisa
diterjemahkan sebagai “musuh”. Mungkin saja “musuh” itu
menunjuk kepada bangsa di sekitar kediaman bangsa Israel
yang menjadi ancaman bagi mereka. Karena pasukan Israel
telah mengalami dua kali pemberontakan, yaitu pemberontakan Absalom (2 Samuel 15-18) serta pemberontakan Seba
bin Bikri (2 Samuel 20), tidak mengherankan bila kemudian
muncul ide untuk menghitung ulang jumlah pasukan Israel.
Akan tetapi, menghitung jumlah pasukan ini juga berarti beralih dari bersandar kepada Tuhan menjadi bersandar kepada kekuatan pasukan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa inisiatif
melakukan sensus berasal dari bujukan Iblis, sedangkan Allah
“menghasut” dalam arti mengizinkan hal ini terjadi.
Apakah Anda menyadari bahwa Iblis selalu berusaha mencari kelemahan kita dan berusaha membuat kita jatuh ke dalam
dosa? Apakah Anda meyakini bahwa bersekutu dengan Tuhan
melalui doa dan pembacaan Alkitab serta bersekutu dengan
saudara seiman merupakan dua hal yang akan membentengi
kita dari godaan Iblis? Riwayat Raja Daud memperlihatkan bahwa godaan Iblis bisa berlangsung berulang-ulang karena Iblis
tidak pernah merasa puas sebelum bisa membuat anak-anak
Allah jatuh ke dalam dosa. [P]
“Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu,
ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.”
Lukas 4:13
45
Kemerdekaan dalam Kristus
S
urat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus. Di jemaat Galatia,
terdapat banyak orang Kristen Yahudi yang mempercayai
bahwa sejumlah tradisi Perjanjian Lama masih berlaku pada
masa Perjanjian Baru, khususnya tradisi sunat. Mereka mulai
meragukan kerasulan Paulus yang tidak lagi mempertahankan
sejumlah tradisi dan aturan hukum Taurat. Jemaat Galatia pun
akhirnya mulai meragukan atau mempertanyakan Injil yang ia
sampaikan.
Rasul Paulus yang merupakan seorang terpelajar dan yang
terbiasa hidup tertib, menyadari pentingnya suatu otoritas. Itulah sebabnya, ia menyapa Jemaat Galatia dengan menyatakan
identitas kerasulannya yang bukan berasal dari manusia, melainkan dari Yesus Kristus (1:1,11,12).
Melalui surat ini, Rasul Paulus menekankan dengan jelas
bahwa tidak ada seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh iman dalam Kristus Yesus
(2:16). Bahkan, Rasul menegaskan bahwa ia telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya dia hidup untuk Allah
(2:19). Berita mendasar dari Surat Galatia ialah Kemerdekaan
dalam Kristus.
Dalam Surat Galatia, kita dapat melihat karakter Rasul
Paulus yang tegas serta keseriusannya dalam memberitakan
Injil. Ia menunjukkan sikap yang konsisten dan ketegasan terhadap Injil: Siapa pun, termasuk dirinya, disebut penyesat jika
menyampaikan berita yang bertentangan dengan Injil Kristus
(1:6-9).
Setelah memperkenalkan diri dan menekankan tentang
kemerdekaan serta iman di dalam Kristus, surat ini diakhiri dengan penerapan bagi orang merdeka dan orang beriman (pasal
5 dan 6). Orang yang merdeka tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi hidup oleh Roh (5:16). Bahkan, jika kita
memberi diri dipimpin oleh Roh, kita tidak akan hidup di bawah
hukum Taurat, melainkan hidup kita akan menghasilkan buah
Roh (5:22-23) dan kita akan hidup saling membantu (6:1-3).
[BS]
46
u,
Mingg
11 Des
M
Injil Yang Mengubah Hidup
Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 1
elihat keadaan orang Kristen Galatia yang menghadapi permasalahan munculnya ajaran palsu yang mencampuradukkan hukum
Taurat dan Injil kasih karunia Allah, Paulus langsung memperkenalkan diri sebagai rasul yang dipilih Yesus Kristus untuk menyampaikan Berita Injil yang berpusat pada Pribadi Yesus Kristus dan yang
hanya untuk kemuliaan-Nya (1:1-5 )
Ia sedih saat melihat bahwa pemahaman anggota jemaat Galatia yang sudah menerima Injil kasih karunia Kristus mudah dikacaukan oleh orang yang memutarbalikkan Injil Kristus (1:6-7). Rasul Paulus menegaskan bahwa Injil yang dia beritakan berasal dari
penyataan Yesus Kristus, bukan dari manusia (1:11-12). Injil telah
mengubah hidupnya dari seorang penganiaya dan pembinasa jemaat Allah menjadi pemberita Injil. Ia menceritakan bahwa dulu ia
sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyang. Akan tetapi,
oleh anugerah Allah, ia dipanggil untuk menjadi Rasul yang diutus
untuk tugas tertentu, yaitu memberitakan Injil Kristus. Perubahan
hidup Rasul Paulus adalah bukti nyata bahwa Injil Kristus yang ia
beritakan adalah Injil yang berkuasa mengubah hidup manusia.
Oleh karena itu itu, Rasul Paulus mengharapkan agar jemaat Galatia
mampu melihat kebenaran Injil yang ia beritakan agar tidak mudah
diombang-ambingkan oleh injil yang lain.
Pengalaman jemaat Galatia mungkin seperti pengalaman kita
saat ini. Di sekitar kita muncul banyak ajaran sesat yang tidak sesuai dengan Injil Kristus, misalnya Injil Barnabas dan Injil Thomas.
Kita harus menerima Injil Kristus dengan keyakinan kuat bahwa Injil mampu mengubah hidup kita. Bagaimana dengan Anda? Apakah
sejak menerima Injil Kristus, hidup Anda berubah? Apakah Anda
memiliki keyakinan yang kuat terhadap Injil Kristus sehingga Anda
tidak mudah diombang-ambingkan oleh injil-injil palsu? [BS]
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, Karena Injil
adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya,
pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”
Roma 1 : 16
47
,
Senin
s
12 D e
G
Injil yang Membebaskan
Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 2
alatia 2 memperlihatkan kepada kita bahwa Paulus akhirnya pergi ke Yerusalem berdasarkan penyataan Tuhan yang
mengutus dia untuk bertemu dengan orang terpandang di sana
guna menjelaskan Injil yang diberitakannya (2:1-2). Ia membawa serta Barnabas dan Titus. Titus adalah buah pelayanan
Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi. Sekalipun banyak
tantangan, mereka tidak mundur dan tetap berkata bahwa
orang Yahudi maupun bukan Yahudi diselamatkan dengan cara
yang sama, yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus. Syukur
bahwa akhirnya Injil bisa mereka terima tanpa menambahkan
sesuatu yang lain (2:6).
Sekalipun sudah mengetahui kebenaran Injil, kelakuan
kita bisa tidak sesuai dengannya. Itulah yang dialami Petrus.
Dalam sidang di Yerusalem, Petrus mengatakan bahwa tidak
ada pembedaan antara orang Yahudi dan non Yahudi (Kisah
Para Rasul 15:9), tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan perkataannya. Ia berlaku munafik karena tidak berani berterus
terang duduk makan semeja dengan orang-orang bukan Yahudi (Galatia 2:11-12). Karena itu, Paulus dengan terus terang
menegurnya di depan umum (2:14). Selanjutnya, Rasul Paulus
mengingatkan bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya karena iman dalam
Kristus Yesus (2:16). Dengan jelas, Paulus berkata, “Sebab aku
telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku
hidup untuk Allah.” (2:19).
Sesudah Kristus membenarkan kita saat kita percaya kepada-Nya, apakah kita hidup di dalam kebebasan kasih karuniaNya, yaitu kebebasan untuk hidup bersekutu dengan Tuhan dan
melayani-Nya, tidak lagi dikuasai oleh “hukum Taurat”? [BS]
“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang
di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Galatia 2:20
48
sa,
Sela
s
13 De
M
Hidup oleh Iman
Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 3
elihat keadaan jemaat Galatia yang sudah mulai terpesona
terhadap kaum Yudaisme yang menuntut hidup berdasarkan hukum Taurat dan perbuatan, Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus
menyampaikan bahwa keselamatan hanya oleh karena kasih
karunia dan bukan karena melakukan hukum Taurat.
Di tengah kesedihannya, Paulus mengingatkan bahwa mereka telah memulai hidup di dalam Roh. Mereka telah mengenal Kristus lewat pelayanan yang ia lakukan, telah merasakan
begitu besar anugerah dan mujizat, masakan mereka akan
mengakhiri dengan kedagingan? Selanjutnya, Paulus menguatkan argumentasinya berdasarkan Firman Tuhan. Karena para
penganut Yudaisme ingin membawa orang percaya untuk kembali ke hukum Taurat, ia pun menjelaskan dengan mengutip
hukum Taurat. Ia menggunakan Abraham sebagai contoh (3:6)
dengan mengutip Kejadian 15:6 yang berbunyi, “percayalah
Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.”
Itulah pengalaman Abraham: iman (sikap percaya) terhadap janji Allah itulah yang membuat Abraham dibenarkan, bukan ketaatan terhadap hukum Taurat. Berkat keselamatan yang
dijanjikan Allah kepada Abraham dimaksudkan untuk disalurkan kepada segala bangsa di dunia (Kejadian 12:3), artinya
berlaku pula bagi orang non Yahudi.
Saat ini, kita disebut sebagai anak-anak Abraham secara
rohani. Apakah kita sungguh-sungguh hidup oleh iman percaya
kita kepada Kristus, atau—tanpa sadar—kita mulai “terpesona”
terhadap hal-hal di sekitar kita yang dapat menjauhkan kita
dari iman kepada Kristus? [BS]
Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena
melakukan hukum Taurat adalah jelas,
karena: “Orang yang benar akan hidup oleh iman.”
Galatia 3:11
49
,
Rabu
s
14 De
R
Hidup Orang Merdeka
Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 4
asul Paulus ingin menguatkan iman jemaat Galatia. Ia mengingatkan bahwa setelah mengenal Kristus, mereka tidak boleh
hidup sebagai seorang hamba. Walaupun dulu kita adalah orang
berdosa yang hidup dalam perhambaan (4:1-3), saat Kristus
datang ke dunia, Ia menebus kita yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak (4:5). Anak bukan hamba,
karena Roh yang ada dalam diri setiap orang percaya memampukan mereka untuk memanggil “ya Abba, ya Bapa” sebagai bukti
kedekatan hubungan dengan Bapa dan menandakan ahli waris.
Karena itu, Paulus sedih saat melihat jemaat Galatia yang sudah
mengenal Allah kembali berbalik kepada roh-roh dunia yang lemah
dan miskin dan memperhambakan diri lagi kepada roh-roh dunia
itu (4:9). Ia meminta jemaat Galatia mengingat kasih mula-mula
yang muncul saat Paulus pertama kali memberitakan firman kepada mereka (4:12-15).
Selanjutnya, Paulus memakai kiasan dalam PL tentang Hagar
dan Sara untuk menggambarkan bahwa orang Kristen tidak berada
di bawah hukum Taurat. Kita adalah anak-anak janji sama seperti
Ishak (4:28), anak yang dilahirkan dari perempuan merdeka yang
mendapat kasih karunia Allah. Kita bukan berasal dari Hagar yang
adalah hamba. Apakah kita yang saat ini telah menjadi anak-anak
Allah telah menjalani hidup yang merdeka di dalam Kristus dengan
melakukan perintah Tuhan berdasarkan kesadaran dan rasa syukur sebagai orang merdeka. Atau sebaliknya, apakah kita masih
menjalani kehidupan sebagai seorang hamba dengan melakukan
firman Tuhan sebatas untuk memenuhi tuntutan, dengan memuja
nilai atau hukum yang ada serta dengan keyakinan bahwa kita diselamatkan jika kita melakukannya? Kita adalah anak-anak Allah,
karena itu hiduplah sebagai orang yang merdeka! [BS]
“Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak,
maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.”
Galatia 4:7
50
,
Kamis
s
15 De
K
Hidup oleh Roh
Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 5
ristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Itulah
keinginan Paulus bagi Jemaat Galatia. Mengapa? Karena jemaat
Galatia terus tergoda untuk berpaling dari kasih karunia kepada
hukum Taurat, padahal Kristus telah memerdekakan mereka
dari perhambaan hukum Taurat. Kristus telah menebus kita dari
kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita
dan mati bagi kita di atas kayu salib (3:13). Bila kita berpaling
dari kasih karunia kepada hukum Taurat, maka Kristus sama
sekali tidak berguna dan kita wajib melakukan seluruh hukum
Taurat, kita hidup lepas dari Kristus, dan kita hidup di luar kasih
karunia (5:2-5). Sungguh menyedihkan, bukan? Sebaliknya,
hidup orang percaya di dalam lingkungan kasih karunia bergantung pada kuasa Roh dan berdasarkan iman.
Kemerdekaan di dalam Kristus bukanlah kesempatan untuk
hidup dalam dosa, melainkan kebebasan untuk saling melayani
(5:13), karena seluruh isi hukum Taurat tercakup dalam satu
firman ini, “ Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri “ (5:14). Kasihlah yang mendasari pelayanan kepada sesama. Roh yang membuat kita menang atas keinginan daging.
Karena itu hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging, karena keinginan daging berlawanan dengan
keinginan Roh (5:16-17). Bila hidup kita dipimpin oleh Roh,
buah Roh akan terlihat dalam hidup kita karena menjadi milik
Kristus Yesus berarti menyalibkan daging dengan segala hawa
nafsu dan keinginan-Nya. Apakah hidup Anda sebagai “orang
merdeka” dipimpin oleh Roh sehingga orang di sekitar Anda
melihat dengan jelas adanya buah Roh dalam tingkah laku, perkataan dan pikiran kita setiap hari. [BS]
“Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh,
maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.”
Galatia 5:18
51
t,
Juma
s
16 De
O
Merdeka dalam Kasih
Bacaan Alkitab hari ini : Galatia 6
rang yang telah dimerdekakan di dalam Kristus tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri. Hidupnya dipimpin Roh untuk
mengasihi dan melayani sesama. Dalam Galatia 6, Rasul Paulus
menunjukkan perbedaan antara orang Kristen yang dipimpin
oleh Roh dan penganut Legalisme (Yudaisme). Orang Kristen
yang dipimpin oleh Roh Kudus hidup untuk kemuliaan Allah,
bukan untuk mendapat pujian manusia.
Manusia tak mungkin bebas dari kesalahan/pelanggaran.
Tindakan orang yang rohani berbeda dengan penganut legalisme dalam menangani saudara seiman yang jatuh dalam
dosa. Orang yang rohani akan berusaha memimpin orang itu
ke jalan benar dengan kasih dan roh lemah lembut, sedangkan
penganut legalisme akan menghakimi serta bercerita kepada
orang lain untuk memperlihatkan bahwa mereka tidak seperti orang yang melakukan kesalahan itu (bandingkan dengan
perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai dalam Lukas
18:9-14).
Selanjutnya, Rasul Paulus mengingatkan agar setiap orang
menguji pekerjaannya sendiri, bukan melihat keadaan orang
lain (Galatia 6:4). Ia mengajarkan bahwa orang yang telah
merdeka harus berbagi berkat dan berbuat baik kepada semua
orang, terutama kawan-kawan seiman (6:10).
Paulus menutup surat Galatia dengan menunjukkan bahwa
kehidupan di bawah hukum Taurat bertolak belakang dengan
kehidupan di bawah kasih karunia. Orang yang hidup di bawah
hukum Taurat suka menonjolkan diri (6:12a, 13b), kompromi
(6:12b), munafik (6:13). Penganut legalisme/Yudaisme bermegah di dalam sunat, tetapi Paulus bermegah di dalam Kristus (6:13-14). Tetaplah mengasihi sesama! [BS]
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu.
Demikianlah kamu mememuhi hukum Kristus.”
Galatia 6:2
52
Identitas dan Panggilan Gereja
S
urat Efesus adalah salah satu surat yang dikirimkan oleh Rasul Paulus dari dalam penjara (lihat Efesus 3:1; 4:1; 6:20),
mungkin saat Rasul Paulus menjadi tahanan rumah selama dua
tahun di kota Roma (Kisah Para Rasul 28:16, 30-31). Sekalipun
ditulis dari penjara, surat ini tidak bernada negatif. Baik dalam
surat Efesus maupun dalam surat-surat lain yang ditulis oleh
Rasul Paulus dari dalam penjara—yaitu surat Filipi, Kolose, dan
Filemon—Rasul Paulus tidak pernah mengeluh.
Efesus adalah sebuah kota pelabuhan yang indah di bagian
Barat Asia Kecil. Kota ini merupakan sebuah kota perdagangan yang paling menonjol di propinsi Romawi karena di kota ini
terdapat jalan raya yang menghubungkan kota Efesus dengan
kota-kota besar lainnya di Asia Kecil. Di kota Efesus ini terdapat
sebuah kuil besar tempat memuja Dewi Artemis.
Rasul Paulus pertama kali singgah di kota Efesus di bagian
akhir perjalanan misinya yang kedua. Dia sempat masuk ke
rumah ibadat orang Yahudi di sana, tetapi dia hanya berkunjung
sebentar dan langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke
kota Antiokhia. Dua orang rekannya, yaitu Priskila dan Akwila,
ditinggalkan di kota tersebut untuk melanjutkan pelayanannya
(18:19-21). Dalam perjalanan misi ketiga, barulah Rasul Paulus
tinggal selama dua tahun tiga bulan di kota tersebut (19:8, 10).
Selama tiga bulan pertama, pelayanannya dilakukan di rumah
ibadat orang Yahudi (19:8). Selama dua tahun berikutnya, pelayanannya dilakukan di tempat umum, yaitu di ruang kuliah
Tiranus (19:10).
Pelayanan Rasul Paulus kepada jemaat Efesus relatif lama
(bila dibandingkan dengan pelayanan di kota-kota lain). Oleh
karena itu, masalah yang dibahas bukanlah kepercayaan dasar,
melainkan masalah-masalah yang biasa dijumpai pada gereja
yang sudah (sedang) berkembang. Setelah membahas tentang
identitas orang percaya sebagai pewaris berkat-berkat rohani
(pasal 1) serta kesatuan orang percaya (pasal 2), Rasul Paulus
membahas tentang misi untuk menjangkau semua bangsa (pasal 3) dan panggilan Allah bagi orang percaya (pasal 4-6). [P]
53
u,
Sabt
s
17 De
O
Identitas Orang Percaya
di dalam Kristus
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 1
rang percaya memiliki dua identitas, yaitu identitas yang
bersifat jasmaniah dan identitas yang bersifat rohaniah.
Identitas jasmaniah orang percaya berbeda satu dengan yang
lain, tetapi identitas rohaniah orang percaya bersifat seragam.
Identitas jasmaniah bisa membuat seseorang merasa bangga
(karena kaya, berpendidikan tinggi, tampan/cantik, berkuasa,
dan sebagainya) atau merasa dirinya tidak berharga. Sebaliknya, bila kita berpegang pada identitas rohaniah yang
kita miliki, tak ada alasan untuk merasa rendah diri.
Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kita harus
yakin bahwa di dalam Kristus, kita adalah pewaris segala
berkat rohani di dalam surga. Sejak semula (sebelum dunia
dijadikan), Allah telah memilih kita agar kita kudus dan tak
bercacat di hadapan-Nya. Allah telah menentukan kita menjadi anak-anak-Nya. Bila kita ragu apakah hal itu mungkin, kita
perlu mengingat bahwa di dalam kristus, kita telah memperoleh
penebusan atau pengampunan dosa.
Saat ini, warisan yang telah ditentukan bagi kita itu masih
belum kita terima secara utuh. Akan tetapi, kita telah menerima Roh Kudus yang merupakan meterai yang menjamin bahwa kita akan menerima warisan kita sepenuhnya. Roh Kudus pula yang membuat kita bisa memahami
betapa berharganya warisan yang kita miliki. Oleh karena
itu, orang Kristen yang sejati tidak akan merasa rendah diri
saat menjalin relasi dengan orang yang lebih kaya, lebih pandai, lebih populer, dan lebih berkuasa menurut ukuran duniawi.
Apakah selama ini Anda sering merasa minder? Apakah Anda
menyadari dan meyakini bahwa identitas yang Anda miliki di
dalam Kristus amat berharga? [P]
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita
segala berkat rohani di dalam sorga.”
Efesus 1:3
54
Kembali Kepada Makna Natal yang Sejati
P
erayaan Natal tidak selalu bermanfaat bagi umat Kristen,
karena makna Natal sudah dibiaskan oleh banyak kepentingan yang tidak berkaitan dengan iman. Tidak sulit bagi kita
untuk menemukan berbagai kegiatan perayaan Natal yang
dirangkai sedemikian rupa, namun di dalamnya terselubung
pesan-pesan yang sama sekali tidak berkaitan dengan warta
kelahiran Yesus sebagai Juruselamat dunia. Perayaan Natal
sudah berubah menjadi ajang komersialisasi bagi para pedagang untuk mencari untung sebesar-besarnya. Lebih parah
lagi, perayaan Natal sudah berubah menjadi ajang pesta pora
di mana —atas nama perayaan Natal—orang-orang berkumpul
hanya untuk saling membagi hadiah dan makan minum dalam
pesta.
Sebagai umat Allah, marilah kita mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga perayaan Natal kita—baik perayaan
bersama umat Allah di gereja maupun perayaan pribadi kita—
dapat berkenan kepada-Nya. Kita rindu agar perayaan Natal
membawa kita lebih menghayati kasih Allah yang secara ajaib
telah mengutus Yesus menjadi Juruselamat dunia dan membuat kita lebih mengasihi-Nya melalui kehidupan yang memuliakan-Nya.
Melalui serangkaian renungan menjelang Natal, kita akan
belajar dari tokoh-tokoh Alkitab yang hadir dalam peristiwa
kelahiran Yesus di Betlehem. Melalui sikap, pelayanan, dan
pengorbanan mereka, kita belajar bagaimana mempersiapkan diri lebih baik dalam menyambut Natal tahun ini. Para
tokoh tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam
proses kelahiran Yesus: Yohanes Pembaptis, Yusuf, dan Maria.
Kedua, mereka yang menyia-nyiakan kesempatan menikmati
berkat Natal pertama, yaitu para pemimpin agama Yahudi dan
Herodes. Ketiga, mereka yang merasakan berkat langsung
dari kelahiran Yesus, yaitu Hana dan Simeon, para majus, serta para gembala.
Selamat mempersiapkan diri dan menyambut Natal! [TF]
55
Menjelang Natal
u,
Mingg
s
18 De
Y
Yohanes Pembaptis: Pembuka Jalan
yang Tahu Diri
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 1:5-25, 57-80
ohanes Pembaptis lahir enam bulan mendahului Yesus. Ia bukan
sosok sederhana. Kelahiran dan kehidupannya dipenuhi berbagai
mujizat, antara lain: Kelahirannya adalah jawaban atas doa orang
tuanya dan diwartakan oleh malaikat yang juga memberi nama
kepadanya (1:13). Ia dipenuhi Roh Kudus mulai dari rahim ibunya
(1:15). Pelayanannya mendatangkan dampak besar bagi bangsa
Israel (1:16-17; 3:7-14). Yesus memuji Yohanes Pembaptis sebagai
orang terbesar yang pernah dilahirkan oleh perempuan (7:28). Pelayanannya tergolong sukses karena khotbahnya berhasil membuat
banyak orang bertobat dan memutuskan untuk menjadi muridnya.
Namun, kebesaran dan kesuksesan tidak membuatnya besar kepala
karena ia selalu sadar siapa dirinya dan apa tugas utamanya.
Ketika memulai pelayanan, orang banyak menduga bahwa ialah
Mesias atau nabi Elia. Namun, dengan tegas, ia membantah dugaan
itu dan tanpa ragu menyebut dirinya sebagai pembuka jalan bagi
Sang Mesias (Yohanes 1:19-23). Saat pelayanannya sukses, ia tidak
takabur karena sadar bahwa dirinya hanya pemeran pendamping
yang bertugas mengantar Sang Mesias—Sang Pemeran Utama—ke
tempat paling mulia dan terhormat. Saat murid-muridnya meninggalkannya dan mengikut Yesus, ia tidak iri hati, melainkan dengan tegas mengatakan kalimat yang menjadi motto hidupnya, “Ia [Yesus]
harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30).
Teladan Yohanes Pembaptis membantu kita untuk kembali kepada esensi perayaan Natal melalui beberapa pertanyaan reflektif
berikut: Apakah fokus utama perayaan Natal kita adalah Yesus?
Atau, apakah kita sudah mengikuti arus dunia yang menjadikan pesta, kado, acara yang meriah dan mewah, atau bahkan Santa Klaus
sebagai fokus utama perayaan Natal? Sudahkah kita mempersiapkan diri mewartakan Yesus melalui Natal tahun ini? [TF]
Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil
sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata:
Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.”
Yohanes 3:27-28
56
Menjelang Natal
,
Senin
s
19 De
T
Yusuf: Orang Tulus Hati yang
Mengorbankan Harga Diri
Bacaan Alkitab hari ini: Matius 1:18-25
ak sulit membayangkan reaksi Yusuf saat mengetahui kehamilan Maria di luar nikah. Rasa kaget, kecewa, bingung,
dan kemungkinan besar marah, membuatnya memutuskan
untuk meninggalkan Maria secara diam-diam. Oleh karena itu,
Allah turun tangan mengutus malaikat untuk menjelaskan peristiwa sebenarnya kepada Yusuf lewat mimpi (1:18-21).
Cerita selanjutnya adalah tentang pengorbanan Yusuf untuk menyambut kelahiran Yesus. Pengorbanan terbesar Yusuf
adalah kebesaran hatinya untuk mengesampingkan harga diri
dengan mengizinkan calon isterinya mengandung janin yang bukan anaknya. Ia juga bersedia mengesampingkan kenikmatan
jasmaninya dengan tidak berhubungan badan selama isterinya
mengandung Yesus, serta berkorban materi dan waktu untuk
melayani Maria selama mengandung hingga melahirkan.
Yesus pun juga berkorban ketika Ia menjelma menjadi manusia. Untuk menjadi Juruselamat dunia, Ia rela melepaskan
hak-Nya sebagai Pencipta yang disembah dan dipuja oleh para
malaikat, meninggalkan kemuliaan sorgawi yang sempurna dan
abadi untuk dilahirkan di tempat hina, dibesarkan dalam keluarga sederhana, menerima penolakan dan penghinaan dalam pelayanan, dan mengakhiri hidup secara tragis di kayu salib.
Teladan pengorbanan Yesus dan Yusuf mendorong kita untuk melakukan refleksi berikut yang berkaitan dengan harga
diri: Dalam pelayanan, ketika kita diremehkan, disalahpahami,
dikorbankan, difitnah, atau bahkan dicela, apakah kita tetap setia melayani atau memilih mundur karena harga diri kita terluka?
Relakah kita mengesampingkan harga diri kita untuk menerima
penolakan, tertawaan, atau bahkan siksaan ketika mewartakan
Injil secara pribadi? [TF]
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun
dalam rupa Allah, ... telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Filipi 2:5-7
57
Menjelang Natal
sa,
Sela
s
20 D e
R
Maria: Hamba yang Taat
Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 1:26-38
espons Maria terhadap pengumuman malaikat bahwa ia
akan mengandung dan melahirkan Yesus ialah, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (1:38). Jawaban yang berasal dari ketaatan
total itu mematahkan tiga kemustahilan dan menciptakan konsekuensi pengorbanan besar yang harus ia tanggung. Dalam
menjalankan misi ini, Maria menghadapi tiga kemustahilan,
yakni mengandung tanpa berhubungan badan, mengandung
benih Allah, dan menjelaskan kehamilan kepada keluarga (khususnya Yusuf). Maria juga menghadapi konsekuensi besar jika
ia mengandung. Kemungkinan besar ia akan ditinggal Yusuf,
dihujat keluarga, dan bahkan nyawanya melayang dirajam batu
oleh masyarakat yang menuduhnya hamil karena berzinah.
Ketaatan Maria dan kesediaannya untuk berkorban dihargai
Allah, sehingga Allah memberinya kesempatan untuk terlibat
dalam misi paling mulia yang pernah ada, yakni menjadi ibu
jasmani dari bayi Yesus, yang kelak akan menjadi Juruselamat
dunia. Oleh sebab itu, Maria dijuluki sebagai orang yang “diberkati di antara semua perempuan” (1:42).
Kita dapat memiliki pelayanan yang sama mulia dengan
Maria, namun dalam bentuk berbeda. Kalau proyek ketaatan
Maria adalah kesediaan berkorban untuk mengandung dan
melahirkan Juruselamat dunia, maka proyek ketaatan kita
adalah semangat untuk mewartakan Juruselamat yang telah
dilahirkan Maria tersebut. Dalam proyek ketaatan Anda di Natal tahun ini, kepada siapakah Anda ingin mewartakan berita
kelahiran Juruselamat dunia? Bersediakah Anda mengorbankan
waktu, tenaga, perasaan, atau harta demi menjalankan proyek
ketaatan tersebut? [TF]
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
Dan . . . telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.”
Filipi 2:5, 8
58
Menjelang Natal
,
Rabu
s
21 De
I
Imam & Ahli Taurat: Pemimpin
Agama yang Tidak Peduli
Bacaan Alkitab hari ini : Matius 2:1-6
mam dan ahli Taurat sangat memahami Kitab Suci. Ketika ditanya Herodes tentang tempat kelahiran Mesias, mereka langsung menjawab dengan tepat, bukan hanya tempat kelahiranNya, tetapi juga pekerjaan-Nya (2:6). Ironisnya, pengetahuan
yang kaya tersebut tidak mengubah hati mereka. Kegemparan
kota Yerusalem karena pertanyaan para majus tentang kelahiran raja orang Yahudi (2:2-3) dan pertanyaan raja Herodes tentang tempat Mesias dilahirkan (2:5) tidak mampu menyadarkan
mereka akan kemungkinan lahirnya Mesias. Seharusnya berita
tersebut mendorong mereka untuk memeriksa kota Betlehem
yang hanya berjarak sekitar 10 km dari Yerusalem.
Sikap hati yang tidak peduli menyebabkan para pemimpin
agama Yahudi kehilangan dua kesempatan yang tak ternilai:
Pertama, kesempatan melayani bayi Mesias. Ini merupakan
kesempatan sangat langka yang hanya dimiliki oleh mereka
yang hidup pada zaman itu dan memiliki pengetahuan tentang
Mesias. Kedua, kesempatan menjadi pewarta kelahiran Mesias
kepada bangsa Israel. Sebagai pemimpin agama yang sangat
dihormati bangsa Yahudi, apa yang mereka wartakan akan
diterima masyarakat luas. Sayangnya, mereka menyia-nyiakan
dua kesempatan emas tersebut.
Kesalahan para pemimpin agama Yahudi menjadi pelajaran
dan peringatan bagi kita. Sebagai orang percaya, kita memiliki
pengetahuan yang tidak sedikit tentang fakta dan makna kelahiran Yesus ke dunia. Namun, seberapa besarkah pengetahuan
itu mengubah kehidupan kita sehingga kita berbeda dengan
orang yang belum percaya? Seberapa besarkah semangat kita
memanfaatkan kesempatan Natal untuk menceritakan kasih
dan kuasa Yesus kepada orang-orang di sekitar kita? [TF]
“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku
dalam segala hal tidak akan beroleh malu, ..., Kristus dengan nyata
dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
Filipi 1:20-21
59
Menjelang Natal
,
Kamis
s
22 De
S
Herodes: Raja yang
Takut Kehilangan Takhta
Bacaan Alkitab hari ini : Matius 2:7-18
ejarah mencatat bahwa Herodes adalah seorang raja yang
sangat takut kehilangan takhta. Ia menghukum mati siapa pun yang terindikasi mengancam kedudukannya, termasuk
anak-anaknya sendiri. Tak mengherankan jika ia begitu panik
mendengar pertanyaan para majus tentang raja orang Yahudi
yang baru dilahirkan (2:2). Ia berusaha membunuh bayi Yesus
secara licik, namun niatnya terhalang oleh campur tangan Allah
(2:12). Akibatnya, ia tega membunuh semua bayi di Betlehem
yang berusia dua tahun ke bawah demi menjamin keamanan
takhtanya.
Kecintaan terhadap takhta tak hanya membuat Herodes
menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang yang
mengancamnya, tetapi juga membuat dia kehilangan kesempatan bertemu dengan Raja segala raja yang berkuasa mengaruniakan takhta kepada siapa pun sesuai dengan kehendakNya serta berkuasa menyingkirkan siapa pun dari takhtanya.
Sungguh ironis, untuk mempertahankan kebahagiaan dan rasa
aman yang semu, Herodes menolak—bahkan berusaha menyingkirkan—sumber kebahagiaan dan rasa aman yang sejati.
Kita dapat memetik satu pelajaran dari sikap raja Herodes.
Sebagaimana kecintaan terhadap takhta menghalangi Herodes
bertemu Yesus dan mengakibatkan kesengsaraan rakyatnya,
demikian juga kita memiliki berbagai “takhta” yang menjauhkan kita dari Juruselamat kita serta menghalangi kita menjadi
berkat bagi sesama manusia. Bagi kita, “takhta” dapat berupa
harta, kedudukan, kekasih, karier, kenikmatan hidup, hobby,
bahkan pelayanan, yakni apa pun yang untuk mempertahankannya, kita rela mengorbankan Yesus dan sesama. Apakah
Anda memiliki “takhta” seperti itu dalam hidup Anda? [TF]
“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau
ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.”
Matius 6:24a
60
Menjelang Natal
t,
Juma
s
23 De
A
Hana & Simeon: Orang Dahaga
yang Menemukan Kepuasan
Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 2:21-40
lkitab memperkenalkan Hana dan Simeon sebagai orang
benar dan saleh yang sangat merindukan kedatangan Mesias yang membawa keselamatan dan penghiburan bagi bangsa
Israel. Kerinduan yang besar tersebut menciptakan rasa dahaga rohani yang besar, yang setiap hari mendorong mereka
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah, berpuasa, dan berdoa di Bait Allah (2:25-27, 38).
Allah menghargai rasa dahaga tersebut dengan mengaruniakan dua hal istimewa kepada mereka: Pertama, Allah memuaskan
dahaga rohani tersebut dengan mempertemukan mereka dengan
bayi Yesus di Bait Allah (2:28, 38). Pertemuan tersebut membawa
kepuasan yang tak ternilai, sehingga Simeon menyatakan sudah
siap mati dalam kepuasan dan kedamaian karena sudah bertemu
dengan Yesus. Kedua, Allah memakai mereka untuk mewartakan
identitas Yesus dan karya yang akan digenapi-Nya kelak. Mereka memperkenalkan Yesus sebagai keselamatan yang berasal
dari Allah, terang bagi bangsa-bangsa, dan pembawa kelepasan
bagi umat Allah. Secara khusus, Simeon menubuatkan bahwa
pelayanan Yesus selain mendatangkan kebangkitan rohani bagi
Israel, juga mendapat perlawanan yang menghancurkan hati ibuNya, yakni kematian di kayu salib (2:34-35).
Rasa dahaga rohani Hana dan Simeon telah mendorong
mereka untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, sehingga
mereka bertemu bayi Yesus dan mendapat kepuasan sejati.
Bagaimana dengan kita? Masihkah kita memiliki rasa dahaga
rohani yang mendorong kita mencari Yesus, baik lewat saat
teduh pribadi maupun lewat ibadah setiap Minggu, sehingga
kita menemukan kepuasan rohani sejati dan dipakai bagi kemuliaan nama-Nya? [TF]
“Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam,
juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi.”
Yesaya 26:9a
61
Menjelang Natal
u,
Sabt
s
24 De
O
Orang Majus: Penguasa yang
Menemukan Raja Sejati
Bacaan Alkitab hari ini : Matius 2:1-3, 7-12
rang Majus adalah cendekiawan dan hartawan yang memiliki kedudukan penting di negeri asal mereka. Perjalanan
mereka menuju Betlehem untuk mencari Yesus sangat berbahaya. Mereka harus mengarungi padang gurun yang luas selama berbulan-bulan, karena ketika sampai di Betlehem, Yesus
sudah berusia sekitar dua tahun. Hal ini dihitung berdasarkan
perintah raja Herodes membunuh anak berusia dua tahun ke
bawah di seluruh Betlehem dan sekitarnya setelah ia sadar
telah diperdaya oleh para Majus (2:16-18).
Alasan yang membuat para Majus bersusah payah mempertaruhkan nyawa untuk mencari bayi yang baru dilahirkan adalah
kesadaran bahwa bayi tersebut lebih dari sekadar seorang raja
biasa. Tiga persembahan yang mereka siapkan menjelaskan
pengenalan mereka akan bayi yang mereka cari tersebut, yakni: emas sebagai persembahan kepada seorang raja, kemenyan sebagai persembahan kepada yang bersifat Ilahi, dan mur
sebagai bahan membalsam mayat. Tidak mengherankan kalau
para Majus bersedia menantang bahaya untuk mencari Yesus,
karena mereka tahu bahwa bayi tersebut adalah Raja Sorgawi
yang datang untuk mati menjadi Juruselamat umat manusia.
Segala jerih lelah mereka berubah menjadi sukacita yang besar
ketika mereka bertemu Yesus (2:10).
Kisah para Majus mengantar kita kepada dua refleksi iman:
Pertama, apakah kita—yang tidak perlu menempuh perjalanan
membahayakan nyawa untuk bertemu Yesus—mau mencari
dan menyembah Dia setiap hari? Kedua, apakah kita hanya
mengenal Yesus sebagai Juruselamat yang menjadi Penolong
setia setiap saat atau kita bersedia menerima Dia sebagai Raja
dan Tuhan dalam kehidupan kita? [TF]
“Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?
Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan
kami datang untuk menyembah Dia.”
Matius 2:2
62
Ucapan Selamat Natal
Natal
u
Mingg
s
25 D e
G
Para Gembala: Kaum Terbuang
yang Bertemu Juruselamat
Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 2:8-20
embala adalah salah satu pekerjaan paling rendah pada zaman dulu. Pekerjaan itu hina karena siang malam mereka
harus tinggal bersama dengan hewan. Mereka juga harus selalu
siap menghadapi bahaya, khususnya serangan binatang buas
terhadap domba-domba mereka. Namun, kelahiran Juruselamat
dunia justru terlebih dulu dikabarkan oleh para malaikat kepada
kelompok orang yang paling diremehkan tersebut.
Pada awalnya, para gembala sangat ketakutan saat melihat
malaikat Tuhan, namun ketakutan itu segera sirna setelah mendengar kabar baik yang disampaikan malaikat. Bahkan, setelah
mengunjungi bayi Yesus di Betlehem, mereka pulang dengan hati
yang penuh ucapan syukur untuk memuliakan Allah. Perubahan
sikap yang kontras itu disebabkan oleh dua hal. Pertama, malaikat Tuhan mewartakan dan menuntun mereka kepada bayi Yesus.
Sebagai kaum terbuang, mustahil bagi para gembala untuk memiliki kesempatan bertemu dengan bayi yang baru dilahirkan itu.
Namun, kasih karunia Allah yang ajaib telah memilih dan mengizinkan mereka menjadi yang pertama bertemu dan menerima
keselamatan dari Juruselamat dunia itu. Kedua, hati yang tulus
membuat mereka percaya kepada kabar baik yang diwartakan
malaikat Tuhan, sehingga mereka segera berangkat ke Betlehem
untuk bertemu dengan bayi Yesus
Kisah para gembala menuntun kita kembali kepada makna Natal yang sesungguhnya. Natal sejati terjadi ketika Juruselamat yang
dikaruniakan secara ajaib oleh Allah diterima dengan hati yang tulus oleh manusia yang tak berdaya. Apakah Juruselamat yang lahir
pada hari Natal pertama juga sudah lahir di hati Anda? Di hari Natal
ini, apa yang Anda persembahkan kepada-Nya sebagai wujud rasa
syukur atas Juruselamat yang Ia karuniakan kepada Anda? [TF]
“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu
kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”
Lukas 2:10-11
64
,
Senin
s
26 D e
K
Karya Kristus:
Mempersatukan Orang Percaya
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 2
ita perlu memahami apa yang Allah telah kerjakan di dalam
Kristus agar kita dapat memberikan respons yang tepat.
Pertama, sadarilah bahwa pelanggaran dan dosa kita membuat kita telah mati secara rohani (2:1). Kematian secara
rohani membuat kita bisa berpikir dan bertindak jahat tanpa
menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan. Oleh karena
itu, bila kita bisa percaya kepada Kristus dan secara rohani kita
dihidupkan bersama dengan (kebangkitan) Kristus, hal itu merupakan kasih karunia (pemberian Allah) yang tidak didasarkan
pada jasa atau perbuatan kita. Kedua, Kristus mempersatukan orang percaya, khususnya menghapus pemisahan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (2:20).
Pada abad pertama, perbedaan identitas Yahudi - bukan Yahudi
merupakan sumber utama perpecahan orang Kristen. Menurut
Anda, apa penyebab perpecahan pada zaman ini?
Sadarilah bahwa Allah menyelamatkan (membangkitkan kita dari keadaan mati rohani) dengan tujuan agar
kita melakukan perbuatan (pekerjaan) baik yang telah
Allah siapkan sebelumnya (2:10). Menyangka bahwa setelah
memperoleh keselamatan, kita bebas melakukan apa saja,
berarti menyangkal tujuan Allah atas tindakan penyelamatan
yang Allah kerjakan di dalam Kristus. Seharusnya setiap orang
yang sudah memperoleh keselamatan memikirkan pekerjaan
baik apa telah Allah siapkan bagi dirinya. Salah satu pekerjaan
baik yang perlu kita lakukan adalah mengusahakan kesatuan
orang percaya di mana pun kita ditempatkan Allah. Perpecahan kadang-kadang diizinkan Allah, tetapi perpecahan bukanlah
kehendak Allah! Menurut Anda, perbuatan baik apa yang telah
Allah siapkan bagi Anda untuk Anda lakukan? [P]
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Efesus 2:10
65
sa,
Sela
s
27 De
W
Rahasia Kristus:
Kabar Baik bagi Setiap Orang
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 3
alaupun Allah memilih bangsa Israel menjadi umat pilihanNya, tidak berarti bahwa Allah hanya mengasihi bangsa
Israel. Perintah Allah kepada Abraham bukan hanya mengandung janji bahwa Allah akan memberkati Abraham, tetapi juga
bahwa Abraham akan menjadi berkat bagi semua kaum di
muka bumi (Kejadian 12:1-3). Hal ini berarti bahwa sasaran
berkat Allah adalah semua suku bangsa di muka bumi
ini. Akan tetapi, hal tersebut sulit dipahami oleh bangsa Israel.
Bahkan, seorang nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu Nabi Yunus,
menentang saat Allah hendak memberkati bangsa Babel yang
merupakan musuh bangsa Israel. Pada zaman Perjanjian Baru,
walaupun bangsa Yahudi dijajah oleh bangsa Romawi, bangsa Yahudi tetap menganggap diri mereka istimewa dan lebih
tinggi derajatnya daripada bangsa-bangsa lain. Walaupun jelas
bagi pembaca keempat kitab Injil bahwa Allah mengasihi semua bangsa, namun Rasul Pauluslah yang membicarakan
secara terbuka bahwa berkat Allah di dalam Kristus itu
tersedia bagi semua suku bangsa. Berkat (kabar baik)
bagi semua bangsa itu disebut oleh Rasul Paulus sebagai
rahasia Kristus (Efesus 3:4).
Sejarah misi memperlihatkan bahwa bukan hanya bangsa
Israel yang sulit memahami bahwa kabar baik (Injil keselamatan) itu bagi semua bangsa. Orang Kristen pada zaman ini pun
masih banyak yang sulit untuk memahami bahwa kabar baik di
dalam Kristus itu harus diberitakan kepada semua orang dari
semua suku bangsa. Apakah doa yang sering Anda panjatkan,
baik secara pribadi maupun sebagai suatu kebersamaan umat
Allah dalam gereja lokal telah mencakup doa syafaat bagi sukusuku bangsa yang belum terjangkau berita Injil? [P]
“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus
dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya
dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.”
Efesus 3:18-19a
66
,
Rabu
s
28 De
A
Melaksanakan Panggilan Allah:
Melayani Orang Lain
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 4
pakah panggilan Allah bagi orang percaya? Panggilan Allah
bagi orang percaya sama dengan panggilan Allah kepada Abraham, yaitu menjadi berkat bagi semua suku
bangsa (Kejadian 12:2-3). Tuhan Yesus menyebut panggilan
Allah ini sebagai panggilan untuk menjadi penjala manusia (Matius 4:19) dan panggilan untuk memuridkan semua
bangsa (Matius 28:19-20). Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menyebut panggilan tersebut sebagai panggilan
untuk melayani atau panggilan untuk membangun tubuh
Kristus (Efesus 4:12). Untuk melaksanakan panggilan tersebut di atas, kita harus hidup secara rendah hati, lemah lembut,
sabar, menerapkan kasih (termasuk membantu sesama yang
memerlukan bantuan), memelihara kesatuan Roh (4:2-3).
Di gereja lokal, para pemimpin (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala & pengajar) bertanggung jawab untuk memperlengkapi orang-orang percaya agar sanggup
menjalankan panggilan masing-masing untuk melayani.
Saat menjalankan panggilan kita (yang wujudnya pada umumnya berbeda-beda bagi setiap orang), kita bukan hanya menjadi berkat bagi orang lain, tetapi kita juga memperoleh berkat
bagi diri kita sendiri, yaitu kita bertumbuh menjadi semakin
serupa dengan Kristus saat kita melayani orang lain (4:11-16).
Apakah Anda aktif menjalankan panggilan Allah terhadap diri
Anda, atau sebaliknya, Anda hanya memikirkan kepentingan
diri Anda sendiri? Menjauhi panggilan (tidak bersedia melayani)
dan hidup semau diri Anda sendiri merupakan suatu kebodohan. Bila Anda tidak menjalankan panggilan Anda, pertumbuhan
rohani Anda akan berhenti dan Anda akan kehilangan kedekatan dengan Allah. [P]
“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan
karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah
dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”
Efesus 4:1
67
,
Kamis
s
29 D e
M
Hidup dalam Panggilan Allah:
Mewujudkan Manusia Baru
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 5
enjalankan panggilan Allah untuk melayani itu seharusnya
bukan hanya sekedar proyek atau kegiatan, melainkan gaya
hidup. Bila “melayani” adalah gaya hidup kita, maka kita
pasti mengalami perubahan hidup berupa pertumbuhan
secara rohani, sehingga kita menjadi manusia baru di
dalam Kristus (4:16-24; 5:8). Perubahan hidup ini meliputi
seluruh aspek kehidupan kita, termasuk cara berpikir (4:23),
perkataan (4:25; 5:4, 19-20), emosi (4:26-27), etos (semangat) kerja (4:28), relasi dengan sesama (4:31-32; 5:2, 21),
kekudusan hidup (5:3), keberanian menyatakan identitas diri
(4:17; 5:8-17), relasi suami-isteri (5:22-33), relasi anak dan
orang tua (6:1-4), serta relasi hamba dan majikan (6:5-9).
Mana yang harus terwujud lebih dulu dalam hidup kita:
melayani atau mengalami perubahan hidup? Kedua hal itu tidak
perlu dipertentangkan. Bila kita menjalankan panggilan untuk
melayani orang lain, hidup kita akan mengalami perubahan,
karena hati nurani kita akan menuduh kita bila apa yang kita
katakan dan apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan keadaan diri kita yang sebenarnya. Bila kita bersedia dibentuk
oleh Roh Kudus, pembentukan itu terjadi saat kita rela melaksanakan kehendak Allah. Sebaliknya, bila kita menjauhkan diri
dari orang lain, kita tidak mau melayani orang lain, maka pertumbuhan rohani kita pasti akan terhambat.
Pelayanan apa yang sedang Anda kerjakan? Perubahan hidup dalam wujud apa yang sedang terjadi di dalam hidup Anda?
Perhatikanlah nasihat Rasul Paulus, “Karena itu, perhatikanlah
dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti
orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu
yang ada.” (5:15-16a). [P]
“supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan
mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak
Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
Efesus 4:23-24
68
t,
Juma
s
30 De
M
Mempertahankan Panggilan Allah:
Melawan Tipu Muslihat Iblis
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 6
elaksanakan panggilan Allah tidaklah mudah karena kita
menghadapi tiga penghalang, yaitu kecenderungan melakukan kebiasaan lama, lingkungan yang berdosa, dan usaha (tipu
muslihat) Iblis untuk membuat kita gagal melaksanakan panggilan Allah. Rasul Paulus berkeyakinan bahwa orang percaya
itu seperti prajurit yang harus berperang secara rohani
melawan Iblis dan seluruh pengikutnya yang disebut sebagai “pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulupenghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara” (6:11-12).
Untuk bisa menggagalkan tipu muslihat Iblis, kita harus
memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, yaitu (ikat
pinggang) kebenaran, (baju zirah) keadilan, (kasut) kerelaan
memberitakan Injil, (perisai) iman, (ketopong) keselamatan,
(pedang Roh) firman Allah, serta doa (6:13-20). Ikat pinggang,
baju zirah, kasut, perisai, ketopong, dan pedang adalah aneka
perlengkapan yang dipakai oleh para prajurit. Yang menarik,
“doa” tidak memiliki padanan dengan senjata yang dipakai oleh
para prajurit, dan doa merupakan satu-satunya senjata yang
disertai penjelasan (6:18-20). Doa adalah satu-satunya
senjata untuk membela diri dan untuk menyerang yang
tidak dibatasi oleh ruang (kita bisa berdoa untuk seseorang
yang berada di tempat jauh) dan oleh waktu (kita bisa berdoa
untuk masa depan).
Apakah Anda menyadari bahwa Anda sedang berada dalam
situasi perang secara rohani? Apakah Anda telah memakai semua perlengkapan senjata rohani yang disediakan Allah? Bila
Anda mengabaikan salah satu saja perlengkapan senjata
rohani yang disediakan Allah, Anda seperti menyediakan
diri untuk dikalahkan oleh Iblis! [P]
“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,
supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.”
Efesus 6:11
69
Akhir Tahun
u,
Sabt
s
31 D e
A
Akhir Tahun: Masa Refleksi dan
Mengucap Syukur
Bacaan Alkitab hari ini : Efesus 5:20
khir tahun adalah masa yang baik untuk melakukan refleksi
atas hidup kita sepanjang tahun: apa yang telah atau belum
berhasil serta apa yang perlu ditingkatkan. Apa pun hasil refleksi kita, tutuplah tahun ini dengan bersyukur kepada Allah sebagai bukti dari dua butir pengakuan iman kita di hadapan-Nya:
Pertama, bersyukur berarti mengakui kebaikan Allah. Sama seperti ucapan terima kasih merupakan pengakuan atas kebaikan seseorang, demikian pula ucapan syukur adalah pengakuan
bahwa segala sesuatu dalam kehidupan terjadi karena kebaikan Allah. Sebaliknya, tidak mengucap syukur mengungkapkan
penyangkalan atau ketidakpedulian atas kebaikan Allah. Kedua,
bersyukur berarti mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita.
Kata “senantiasa” dalam bacaan Alkitab hari ini merujuk kepada
waktu dan kondisi, yakni setiap saat dalam segala kondisi. Kata
“segala sesuatu” merujuk kepada segala peristiwa yang terjadi
dalam hidup kita. Jadi, bersyukurlah baik saat keadaan lancar
dan aman maupun saat muncul banyak masalah karena kita
yakin bahwa segala sesuatu terjadi di bawah kedaulatan Allah
atau atas izin-Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu akhirnya
akan mendatangkan kebaikan dan keindahan bagi orang yang
dikasihi-Nya (Roma 8:28).
Tutuplah tahun ini dengan mengucap syukur kepada Allah.
Ucapan syukur apakah yang Anda persembahkan kepada Allah
atas kebaikan dan kedaulatan-Nya dalam kehidupan Anda tahun ini? Dengan bersyukur, kita mengakui bahwa kita dapat
melewati tahun ini hanya karena kasih karunia Allah, bukan
karena kekuatan atau kehebatan kita. Dengan bersyukur, kita
mengekspresikan iman bahwa dalam memasuki tahun depan,
kita meyakini pimpinan Allah dalam kasih karunia-Nya. [TF]
“Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama
Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.”
Efesus 5:20
70
DAFTAR GEREJA SINODE GKY
GKY BALIKPAPAN
- 25 Agustus 1996 Jl. Mayjen Sutoyo RT 44 No. 1A (Depan Radar AURI-Gunung Malang), Balikpapan 76113.
Telp. (0542) 441008. Fax (0542) 441108.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 17.00
GKY BANDAR LAMPUNG
- 30 Maret 2008 Hotel Grand Anugerah, Jl. Raden Intan No. 132, Bandar Lampung. Telp. (0721) 472474.
Sekretariat : Perum Aman Jaya, Jl. Slamet Riyadi Blok A No.15, Teluk Betung 35228.
Telp. (0721) 472474.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 08.00
GKY BENGKULU
- 20 Mei 2012 Jl.Ahmad Yani No.15A1-B, Bengkulu.
Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.09.00
GKY BUMI SERPONG DAMAI
- 7 Februari 1993 Nusa Loka Blok E-8 No. 7, Sektor 14, Serpong, Tangerang 15330.
Telp. (021) 5382274, 5383577. Fax (021) 5381942.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
Bandar Djakarta Lt.2 - Flavour Bliss, Alam Sutera Kebaktian Umum IV : Minggu, Pk. 09.00
GKY CIBUBUR
- 22 September 2006 Sentra Eropa Blok A No. 18, Kota Wisata Cibubur, Jakarta 16967. Telp. (021) 84931120.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY CIMONE
- 11 September 1983 Cimone Mas Permai I, Jl. Jawa No. 11A, Tangerang 15114. Telp. (021) 5525727. Fax (021) 55794389.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY CITRA GARDEN
- 27 November 1994 Jl. Citra Garden II Blok O9 No. 1, Jakarta 11830. Telp. (021) 5453529, 54398490.
Fax (021) 54398093.
Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00
Hotel Aston, Komplek Mutiara Taman Palem Blok C1, Jl. Outer Ring Road, Cengkareng
Kebaktian Umum V : Minggu, Pk. 08.30
GKY GADING SERPONG
- 19 Desember 2010 Ruko L Agricola Blok B8-10, Paramount Serpong, Tangerang 15810.
Telp. (021) 29429530-31. Fax (021) 29429532.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 09.30, 17.00
GKY GERENDENG
- 24 Agustus 1986 Jl. Pos Gerendeng I/8, Tangerang 15113. Telp. (021) 5523925. Fax (021) 5589182.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY GREEN VILLE
- 4 Januari 1981 Green Ville Blok AZ No. 1, Jakarta 11510. Telp. (021) 5605586 (Hunting). Fax (021) 5659353
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 10.00
GKY GUANGZHOU
- 6 November 2011 Zion Church (Lantai 2), Ren Ming Zhong Lu No. 392, Guangzhou. Stasiun MTR Ximenkou
Exit A. Mobile : +8613570099579.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00
GKY HONGKONG
- 1 Desember 2013 4/F Room 502A-C, Winner House (Sebelah HSBC), 301 King’s Road North Point, Hong Kong
Fortress Hill MTR Exit B / North Point MTR Exit B, Mobile: + 852 62785108, +852 97011040
Kebaktian Umum I (Indonesia), II (Mandarin) : Minggu, Pk. 10.30, 14.00
GKY JAMBI
- 23 Februari 2014 Jl. K.H. Hasyim Ashari, No, 15-16, Simpang Talang Banjar - Jambi
Kebaktian Umum I: Minggu,Pk.09.00
GKY KARAWACI
- 10 April 2005 Gedung Dynaplast Lt. 8, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Lippo Village, Karawaci 15811.
Telp. (021) 54213176 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.07.30, 10.00, 17.00
Ruko Evergreen Blok K No. 3 & 5, Citra Raya - Tangerang (sesudah Bundaran 3, Kawasan Eco Park)
Kebaktian Umum IV : Minggu, Pk. 07.30
GKY KEBAYORAN BARU
- 26 April 1998 Jl. Kebayoran Baru No. 79, Jakarta 12120. Telp. (021) 72792735. Fax (021) 72793017.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY KELAPA GADING
- 6 Juni 1993 Jl. Boulevard Raya Blok TB II No. 1-4, Jakarta 14240. Telp. (021) 4520563-64
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
GKY KUTA BALI
- 5 Juli 1998 Jl. Sunset Road, Dewi Sri II, Kuta-Bali 80361. Telp. (0361) 8947031.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 08.00, 10.00, 18.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 18.00
GKY LUBUK LINGGAU
- 30 November 1997 Jl. Bukit Barisan 13, Lubuk Linggau 31622. Telp. (0733) 323989.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY MAKASSAR
- 3 Oktober 1993 Jl. Andalas 57-59, Makassar 90156. Telp. (0411) 3652424, 3652526, 3624466.
Fax (0411) 3652444. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 18.00
GKY MANGGA BESAR
- 3 Juni 1945 Jl. Mangga Besar I No. 74, Jakarta 11180. Telp. (021) 6399585. Fax (021) 6499261.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 09.30
APL Tower lt. 15, Central Park, Jl. S.Parman Kav. 28, Jakarta Barat
Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 14.00
GKY MEDAN
- 10 November 2006 Jl. Thamrin No. 53/13, Medan 20232. Telp. (061) 4550678. Fax (061) 4550677.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.30
GKY MUARA BARU
- 1 Januari 1995 Jl. Pluit Raya Selatan, Ruko Grand Pluit Mall Blok B No.7-8, Muara Baru, Jakarta 14450.
Telp. (021) 6613711 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 10.00
GKY NIAS
- 18 Juli 2010 Jl. Baluse No. 6, Km 2,5 Simpang Megahill, Gunung Sitoli, Nias 22815. Telp. (0639) 21253.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00
GKY PALEMBANG
- 22 Juli 1984 Jl. Krakatau 445/129, Palembang 30125. Telp. (0711) 314037. Fax (0711) 350476.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
Pos Pelayanan Km. 3,5 (Jl. Prof. DR. Soepomo, Kebon Jeruk No. 588)
Kebaktian Umum IV : Minggu, PK. 10.30
GKY PALOPO
- 12 Juni 1995 Jl. Durian 79, Palopo 91921. Telp. (0471) 22201.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY PAMULANG
- 14 Februari 1993 Jl. Reny Jaya Blok S-IV/15, Pamulang, Tangerang 15416. Telp. (021) 7434179.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY PEKANBARU
- 15 Januari 2006 Jl. Tuanku Tambusai, Komp. Puri Nangka Sari F10-11, Pekanbaru 28000.
Telp. (0761) 571132. Fax (0761) 571142.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.00
GKY PLUIT
- 13 Januari 1974 Jl. Pluit Permai Dalam I / 9, Jakarta 14450. Telp. (021) 6696826. Fax (021) 6621312.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
- 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460. Telp. 0851 00393737,
0851 02092119
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY PONTIANAK
- 18 November 2007 Jl. Ahmad Yani, Kompleks Ruko Ahmad Yani, Sentra Bisnis Megamal G21-22, Pontianak 78124.
Telp. (0561) 743930. Fax (0561) 743931. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY PURI INDAH
- 6 Oktober 1991 Jl. Kembang Elok VI Blok I No. 9, Jakarta 11610. Telp. (021) 58300321 (hunting).
Fax (021) 58300320.
Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.15, 08.00, 10.30, 17.00
GKY SIANTAN
- 29 September 1996 Jl. Gusti Situt Machmud Gg. Selat Karimata II Blok G No.7-8, Siantan 78242, Telp. (0561) 885897
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY SINGAPURA
- 29 Jun 2008 - Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.10.00 di The Cathay Cineplex, Hall 7, Level 6, 2 Handy Road, Singapore
229233, nearest MRT: Dhoby Ghaut MRT, exit A.
- Kebaktian Umum II: Minggu, Pk.14.30 di Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street,
Singapore 188536, nearest MRT: Bras Basah MRT, exit A.; Mobile : +65 97610900
GKY SINGKAWANG
- 22 Maret 2015 Sekolah Kasih Yobel - Jl. Pasar Turi Dalam, Singkawang, Kalimantan Barat .
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 07.30
GKY SUNTER
- 13 Juli 1986 Jl. Metro Kencana VI Blok Q No.43, Jakarta 14350. Telp. (021) 65831877. Fax (021) 65831871.
Kebaktian Umum I, II & IV : Minggu, Pk. 07.30, 10.00; KU III : Minggu Pk. 17.00
GKY SURABAYA
- 4 November 2007 Hotel Garden Palace lt. 4, Ruang Borobudur, Jl. Yos sudarso No.11, Surabaya
(belakang Hotel Garden Surabaya). Telp. (031) 5995399
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00
GKY SYDNEY
- 8 Maret 2009 142-144 Chalmers Street, Surry Hills 2010 NSW, Sydney, Australia
Mobile : +61 0425888915
Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 10.00
GKY TANJUNG PINANG
Jl. Ir. Sutami No. 59, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 16.00
GKY TELUK GONG - 2 November 1986 Jl. Teluk Gong Raya No.1, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY VILLA TANGERANG INDAH
- 25 Desember 1994 Villa Tangerang Indah Blok EF 1 No. 2-4, Tangerang 15132. Telp. (021) 5513267. Fax (021) 5532852.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 18.00
GKY YOGYAKARTA
- 15 September 1996 Ruko Kranggan, Jl. Kranggan No. 11A, Yogyakarta 55233. Telp. (0274) 590491.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
Download