KELIMPAHAN KASIH KARUNIA DALAM KEHIDUPAN IBADAH (2) “kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah” (Kisah Para Rasul 13:43 b) Peringatan Paskah baru saja berlalu, tetapi kuasa kebangkitan Kristus harus tetap terus bekerja dalam kehidupan kita sebagai umat kepunyaan Allah yang rindu untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (bd.1 Petrus 2:9). Dalam renungan bulan Maret yang lalu, kita telah membaca dan merenungkan tentang bagaimana Daud oeh karena kasih karunia Tuhan telah menerima janji-janji Tuhan dalam kehidupannya yang membawa dia sampai kepada kedudukan menjadi seorang raja Israel. Kita juga sudah merenungkan tentang siapa Daud dan mengapa Tuhan berkenan melimpahkan kasih karunia kepadanya, yaitu karena ia bersedia melakukan segala kehendak Allah pada zamannya. Kerinduannya yang begitu mendalam untuk mendirikan kediaman bagi Allah Israel telah dinyatakan Daud melalui terobosan rohani yang dibuatnya dalam kehidupan ibadah umat Israel. Terobosan rohani yang telah dipeloporinya ini dimunculkan kembali dalam sebuah persidangan para rasul dan para penatua jemaat di Yerusalem ketika mereka sedang menghadapi permasalahan tentang soal sunat (hukum Taurat) dan kasih karunia Tuhan Yesus Kristus bagi keselamatan semua orang (Kisah Para Rasul 15:6-21). Di tengah-tengah persidangan itu, rasul Yakobus mengingatkan kembali tentang rencana Tuhan untuk membangun kembali “pondok Daud” yang perlu dinyatakan dalam kehidupan gereja-gereja Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 15:16). Dan pokok tentang pembangunan kembali “pondok Daud” ini merupakan salah satu tema sangat penting yang telah dibukakan Tuhan kepada gereja-Nya agar dapat mengalami lawatan-Nya di akhir zaman ini. Pada waktu gereja-gereja Perjanjian Baru mulai berdiri dan berkembang, timbul suatu masalah yang dihadapi oleh umat Yahudi yang sudah menerima Kristus sebagai juruselamat mereka. Mereka berpikir bahwa menerima Kristus berarti juga harus taat terhadap seluruh hukum Taurat Musa. Banyak orang Yahudi pada waktu itu yang tidak mengerti bahwa hukum Taurat itu sebenarnya hanya sekedar berperan sebagai penuntun yang akan mendidik mereka untuk selanjutnya dapat diserah terimakan kepada kasih karunia Kristus Yesus. Kisah Para Rasul 15 merupakan laporan mengenai pembahasan persoalan itu. Apa yang disampaikan oleh Yakobus dalam persidangan itu jelas mau mengkaitkan penggenapan nubuatan para nabi tentang pembangunan kembali “pondok Daud” dalam kehidupan gereja-gereja PB. Ada perbedaan yang sangat jelas antara kehidupan ibadah dalam pola PL (Kemah Pertemuan Musa) dan pola ibadah yang dibangun oleh Daud (Pondok Daud). Adapun pola ibadah “Pondok Daud” yang dibangun oleh Daud atas perintah Tuhan, periodenya adalah sesudah “Kemah Pertemuan Musa” dan sebelum “Bait Allah” yang permanen yang dibangun oleh raja Salomo. Inspirasi “Pondok Daud” muncul ketika raja Daud ingin mengembalikan Tabut Perjanjian Allah (lambang kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya) yang pada waktu itu telah direbut oleh bangsa Filistin dari tangan bangsa Israel bertahun-tahun sebelumnya. Berbeda dengan raja Saul yang kurang memperhatikan pentingnya perawatan Tabut itu, maka raja Daud adalah seorang raja yang mengerti sungguh-sungguh betapa pentingnya kehadiran Tuhan yang dilambangkan melalui kehadiran Tabut Perjanjian itu di tengah-tengah umat-Nya. Daud mengetahui, ketika Tabut itu direbut musuh, maka kemuliaan Tuhan juga undur dari tengah-tengah umat Israel (1 Samuel 4:21-22). Pondok Daud itu merupakan suatu gambaran rohani mengenai kehidupan ibadah dalam kehidupan gereja PB yang sangat mengutamakan kehadiran Allah (bd. Matius 18:20), di mana Tuhan Yesus Kristus menjadi pusat dari segala pujian dan penyembahan umat-Nya. Sebagian besar Mazmur-Mazmur sesungguhnya “dilahirkan” di dalam “pondok Daud” dan Mazmur-Mazmur itu melukiskan bagaimana kehidupan para penyembah benar yang hidup dalam kelimpahan kasih karunia Allah seperti apa yang dialami raja Daud. Inilah yang seharusnya menjadi gaya ibadah para penyembah benar di akhir zaman ini. Amin! Oleh: Pastor Silwanus Obadja M.Th. (Gembala Jemaat GMI)