MENGIKUT YESUS DALAM KONTEKS MASA KINI

advertisement
ETIKA
KERAJAAN
Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini
GLEN H. STASSEN
dan DAVID P. GUSHEE
Penerbit Momentum
2008
Copyright © momentum.or.id
Etika Kerajaan:
Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini
Oleh: Glen H. Stassen dan David P. Gushee
Penerjemah: Peter Suwadi Wong
Editor: Irwan Tjulianto
Tata Letak: Patrick Serudjo dan Djeffry
Pengoreksi: Jessy Siswanto dan Stevy Tilaar
Desain Sampul: Patrick Serudjo
Editor Umum: Solomon Yo
Originally published by InterVarsity Press as:
Kingdom Ethics: Following Jesus in Contemporary Context
by Glen H. Stassen and David P. Gushee
Copyright © 2003 by Glen H. Stassen and David P. Gushee
Translated and printed by permission of InterVarsity Press
P.O. Box 1400, Downers Grove. IL 60515, USA.
All rights reserved.
Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2005 pada
Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature)
Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia.
Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275
e-mail: [email protected]
website: www.momentum.or.id
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
Stassen, Glen Harold, 1936Etika kerajaan: mengikut Yesus dalam konteks masa kini / Glen H. Stassen dan David
P. Gushee, terj. Peter Suwadi Wong – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2008.
xxii + 671 hlm.; 15,5 cm.
ISBN 979-3292-77-6
1. Etika Kristen
2. Yesus Kristus – Etika
3. Khotbah di Bukit – Kritik, Interpretasi, dll.
I. Gushee, David P., 19622008
241–dc21
Cetakan pertama: Desember 2008
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin
tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi atau kebutuhan nonkomersial
dengan jumlah tidak sampai satu bab.
Copyright © momentum.or.id
DAFTAR ISI
Ucapan Terima Kasih
Prakata
BAGIAN SATU: Pemerintahan Allah dan Karakter Kristen
1. Pemerintahan Allah
2. Kebajikan Warga Kerajaan
3. Etika Karakter yang Holistik
xiii
xv
1
3
19
49
BAGIAN DUA: Ajaran Yesus dan Otoritas Profetik
4. Otoritas dan Alkitab
5. Bentuk dan Fungsi Norma-norma Moral
6. Inisiatif-inisiatif yang Mengubah dalam Khotbah di Bukit
83
85
109
145
BAGIAN TIGA: Injil Kehidupan
7. Perang yang Adil, Nonkekerasan,
dan Menciptakan Perdamaian
8. Menabur Benih Perdamaian
9. Hukuman Restoratif untuk Pembunuhan
10. Menghargai Kehidupan Sejak dari Mulanya
11. Menghargai Kehidupan pada Akhirnya
12. Batas-batas Baru dalam Bioteknologi
175
213
241
269
301
323
BAGIAN EMPAT: Pria dan Wanita
13. Pernikahan dan Perceraian
14. Seksualitas
15. Peran Gender
345
347
373
403
BAGIAN LIMA: Norma-norma Sentra Etika Kristen
16. Kasih
17. Keadilan
419
421
447
Copyright © momentum.or.id
ETIKA KERAJAAN
xii
BAGIAN ENAM: Hubungan Keadilan dan Kasih
18. Mengatakan Kebenaran
19. Ras
20. Ekonomi
21. Pemeliharaan Ciptaan
475
477
505
533
559
BAGIAN TUJUH: Kerinduan pada Pemerintahan Allah
22. Doa
23. Politik
24. Praktik-praktik Perbuatan Baik
587
589
615
637
Bibliografi
647
Copyright © momentum.or.id
PRAKATA
Masalah: Pengesampingan Yesus dan Khotbah di Bukit
mengaku bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias. Ia adaG ereja
lah Allah yang berinkarnasi. Ia adalah Juruselamat. Ia adalah
Tuhan atas Gereja dan atas dunia. Ia adalah pusat, bukan hanya dari
iman Kristen, tetapi juga, Alkitab menegaskan, dari alam semesta itu
sendiri, dan melalui Dialah segala sesuatu dijadikan. “Ia ada terlebih
dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol.
1:17). Tanpa Yesus yang merupakan figur sentralnya, sumbernya, dasar,
otoritas, dan tujuannya, Kekristenan tidak memiliki makna apa pun.
Di sinilah masalahnya: Gereja-gereja Kristen di sepanjang spektrum theologis dan pengakuan iman, dan etika Kristen sebagai suatu
disiplin akademis yang melayani gereja-gereja, sering bersalah karena
mengesampingkan Tuhan Yesus, Sang Batu Penjuru dan pusat iman
Kristen. Secara spesifik, ajaran dan praktik hidup Yesus – khususnya
bagian terbesar dari ajaran-ajaran-Nya, Khotbah di Bukit – terus diabaikan atau disalahtafsirkan dalam pelayanan khotbah dan pengajaran gereja-gereja, dan dalam bidang etika akademis. Pengesampingan
ajaran-ajaran konkret Tuhan Yesus secara serius telah memberikan
bentuk yang salah bagi praktik moral, kepercayaan moral, dan kesaksian moral Kristen. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ujian bagi kemuridan kita adalah apakah kita bertindak sesuai dengan ajaranajaran-Nya, apakah kita melakukan firman-Nya. Inilah makna dari
“mendirikan rumah di atas batu” (Mat. 7:24).
Kita percaya bahwa Tuhan Yesus bersungguh-sungguh dengan
apa yang dikatakan-Nya. Jadi, tidaklah berlebihan untuk mengklaim
bahwa pengesampingan ajaran-ajaran Tuhan Yesus merupakan suatu
krisis identitas Kristen dan menimbulkan berbagai pertanyaan tentang
siapa yang sesungguhnya menjadi Tuhan atas Gereja. Ketika cara pemuridan Tuhan Yesus diencerkan, dipinggirkan, atau dihindari, maka
gereja-gereja dan orang-orang Kristen kehilangan antibodi untuk melawan infeksi oleh berbagai ideologi sekuler yang memanipulasi orang-
Copyright © momentum.or.id
ETIKA KERAJAAN
xvi
orang Kristen untuk melayani kehendak tuhan-tuhan lain. Kami sungguh mengkhawatirkan penyembahan berhala seperti sekarang ini.
Kami menulis untuk memperbaiki masalah ini. Tujuan kami adalah untuk mengklaim kembali Tuhan Yesus Kristus untuk etika Kristen
dan untuk kehidupan moral gereja-gereja. Kami bermaksud untuk
menulis suatu interpretasi pengantar tentang etika Kristen yang dibangun di atas “batu” – ajaran dan praktik hidup Tuhan Yesus. Dan dalam prosesnya, kami juga bermaksud untuk memulihkan Khotbah di
Bukit untuk etika Kristen. Kami berpendapat bahwa kehidupan Kristen terdiri dari mengikut Yesus – menaati ajaran dan cara hidup yang
diajarkan dan diteladankan-Nya. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ketika murid-murid menaati-Nya dan melakukan apa yang Ia ajarkan
dan hidupi, mereka sesungguhnya berpartisipasi dalam pemerintahan
Allah yang dimulai Yesus dalam pelayanan-Nya di dunia, dan yang
akan mencapai klimaksnya pada waktu kedatangan-Nya kembali. Jadi,
kami berusaha untuk menuliskan suatu pengantar etika Kristen yang
terus berfokus pada Yesus Kristus, Dia yang memulai Kerajaan Allah.
Ketika kami mensurvei buku-buku pegangan yang ada dalam bidang etika Kristen, kami heran bahwa hampir tidak ada satu pun yang
mempelajari sesuatu yang konstruktif dari Khotbah di Bukit – bagian
terbesar dari ajaran Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru, pengajaran
yang Tuhan Yesus katakan dalam Amanat Agung sebagai cara menjadikan murid, dan yang lebih banyak dirujuk oleh Gereja mula-mula
daripada bagian-bagian lain dari Kitab Suci. Ada sesuatu yang sangat
salah di sini. Kini kami senang melihat diri kami sebagai bagian dari
suatu tren untuk memulihkan cara Tuhan Yesus bagi pemuridan
Kristen. Akhir-akhir ini, dan dari tiga tradisi yang berbeda, Dallas
Willard telah menerbitkan The Divine Conspiracy, William Spohn telah menerbitkan Go and Do Likewise, dan Allen Verhey telah menerbitkan Remembering Jesus. Dengan antusiasme yang besar kami menyambut tiga buku yang ditulis dengan sangat baik ini, yang masingmasing dengan serius memperhatikan jalan Yesus. Kami adalah bagian dari usaha yang sama, dan kami berharap keempat buku ini akan
memulai suatu gerakan dan akan bekerja sama seperti satu tim yang
terdiri dari empat kuda yang menarik kereta ke arah yang sama.
Rencana dan Struktur Buku
Dalam buku ini kami bermaksud untuk membiarkan Tuhan Yesus, dan
khususnya Khotbah di Bukit, menetapkan agenda bagi etika Kristen.
Keputusan sederhana ini ternyata membawa berbagai konsekuensi
yang benar-benar konkret. Banyak buku pengantar etika Kristen yang
Copyright © momentum.or.id
Prakata
xvii
beredar sekarang – belum lagi usaha-usaha pembelaan moral dalam
gereja-gereja – memfokuskan perhatian utama mereka pada isu-isu
yang tidak dibicarakan oleh Yesus, sementara mereka mengabaikan
beberapa hal yang terus-menerus dibicarakan oleh Yesus. Kami mengakui kebutuhan untuk mempertimbangkan masalah-masalah yang ada
sekarang, yang tidak ada pada zaman Yesus, namun kami sejauh
mungkin akan berusaha membiarkan ajaran Tuhan Yesus menetapkan
agenda kami. Kami hendak memfokuskan perhatian kami pada apa
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebagai yang esensial bagi pemuridan Kristen. Kami berpikir ini adalah cara yang terbaik untuk menjadi
orang Kristen – seorang pengikut Kristus. Pendekatan seperti itu juga
merupakan suatu pengawasan terhadap penyusupan berbagai ideologi
zaman sekarang dan agenda-agenda merusak yang mereka promosikan.
Namun ini bukanlah sekadar sebuah buku tentang Khotbah di
Bukit, tetapi sebuah buku tentang etika Kristen. Selain itu, kami tidak
mendasarkan bagian-bagian biblikal buku ini pada Khotbah di Bukit
saja: kami secara reguler mendasarkan interpretasi pada Kitab Suci
Ibrani, yaitu Perjanjian Lama, dan secara reguler melihat kepada semua bagian lainnya dari Perjanjian Baru untuk mendapatkan konfirmasi. Sesungguhnya, kami melihat bahwa latar belakang ajaran Tuhan
Yesus tentang Kerajaan Allah terdapat di dalam perikop-perikop tentang keselamatan yang disampaikan Nabi Yesaya, yang begitu memperkaya isi pemahaman kita tentang pemerintahan Allah dalam pengajaran Tuhan Yesus. Pendasaran secara khusus pada Kitab Suci Ibrani
ini adalah pengertian yang mengarahkan buku ini dan adalah alasan
mengapa buku ini disebut Etika Kerajaan.
Buku ini dibagi menjadi tujuh bagian. Bagian Satu berusaha untuk meletakkan etika yang diajarkan oleh Yesus dengan memikirkan
makna dari Kerajaan Allah, karena ide ini ada dalam inti proklamasiNya dan pemahaman diri-Nya. Pendekatan kami terhadap etika Kristen menawarkan suatu fokus yang tajam pada pemerintahan Allah,
suatu fokus yang kami kira dapat sangat dibenarkan berdasarkan
proklamasi Yesus sendiri. Karena itu, diskusi ini meletakkan dasar bagi pembahasan kami mengenai isu karakter, dimulai dari pemikiran
kembali yang berpusat pada Ucapan Bahagia dan bergerak ke arah
suatu pemikiran tentang etika karakter kontemporer.
Bagian Dua mempertimbangkan tema-tema otoritas moral dan
norma-norma moral dalam etika Kristen yang selalu ada dalam bidang
etika. Segala pendekatan etika, Kristen atau bukan, pasti menawarkan
suatu penjelasan tentang apa yang akan dipandang berotoritas dalam
Copyright © momentum.or.id
xviii
ETIKA KERAJAAN
menentukan kebenaran moral, dan tentang bagaimana kebenaran tersebut dibungkus dan dikomunikasikan. Dalam bagian ini, kami berusaha untuk memperlihatkan cara Yesus menangani otoritas moral maupun bentuk dan fungsi norma-norma moral. Bagian ini merupakan
bagian yang jelas sekali paling bersifat “metodologis” – tetapi seluruh
buku itu memang dimaksudkan sebagai suatu demonstrasi tentang
metodologi tertentu dalam etika Kristen.
Semua bab lainnya membahas isu-isu dan tema-tema yang dimunculkan oleh Khotbah di Bukit atau disarankan oleh Khotbah itu dalam
hubungannya dengan berbagai tantangan moral kontemporer. Bagian
Tiga berfokus pada berbagai isu tentang kehidupan dan kematian; Bagian Empat membahas tentang etika seksual, gender, dan pernikahan;
Bagian Lima menggali tema-tema besar tentang kasih dan keadilan;
Bagian Enam meneliti hubungan antara keadilan dan kasih dengan
menggali tentang hal mengatakan kebenaran, ras, ekonomi, dan pelestarian ciptaan. Akhirnya, Bagian Tujuh menutup buku ini dengan
membahas ajaran Tuhan Yesus tentang doa, politik, dan praktik moral.
Tiap bab dengan satu dan lain cara didasarkan pada satu bagian
Khotbah di Bukit, tetapi Khotbah itu sendiri tidak membentuk dasar
eksklusif bagi etika yang dikembangkan di sana, dan kami tidak berusaha untuk mengorganisasi buku ini sebagai suatu eksposisi langsung
dari Khotbah di Bukit. Seperti halnya setiap buku pengantar etika
Kristen yang baik, kami berusaha untuk menyajikan teks-teks Alkitab,
tema-tema dan motif-motif yang paling relevan, yang berkaitan dengan isu-isu yang sedang dibahas. Karena kami berusaha untuk sesetia
mungkin kepada etika yang diajarkan Tuhan Yesus, kami khususnya
memperhatikan nas-nas Perjanjian Lama yang paling kuat mempengaruhi ajaran Yesus dan bahan-bahan Perjanjian Baru yang mencerminkan Khotbah di Bukit dan perkataan-perkataan Tuhan Yesus lainnya sebagaimana yang diteruskan kepada Gereja mula-mula. Tetapi
kami mempertimbangkan keutuhan dari seluruh kanon sebagai yang
berotoritas untuk etika Kristen dan mengerjakan pekerjaan biblikal
kami secara demikian.
Refleksi tentang tradisi, pengalaman, dan data sosial yang ilmiah,
yang dipikirkan dengan matang dan diterangi oleh Roh Kudus, di antara berbagai sumber daya lainnya, juga menawarkan pemikiran tentang isu-isu moral yang paling banyak kita hadapi, dan banyak jenis
arkeologi moral seperti itu juga dapat ditemukan di sini. Untuk mengklaim bahwa etika Kristen harus dibangun di atas batu, yaitu Yesus
Kristus, dan di atas ajaran-ajaran-Nya, bukan berarti mengklaim bah-
Copyright © momentum.or.id
Prakata
xix
wa bagian-bagian Alkitab lainnya harus ditinggalkan atau bahwa tidak
ada sumber pengetahuan lain yang relevan.
Untuk menjadikan buku ini lebih enak dibaca, kami menghindari
penggunaan catatan-catatan kaki dan menambahkan catatan-catatan
itu ke dalam teks dengan tanda kurung, sering kali dengan judul yang
disingkat, bahkan pada rujukan pertamanya. Sebuah bibliografi di
akhir buku untuk bacaan lebih lanjut memberikan informasi penerbitan dari buku-buku yang dirujuk oleh catatan-catatan yang ada dalam
tanda kurung tersebut. Kami berharap diskusinya cukup menarik, dan
cukup kontroversial, untuk membuat Anda ingin membaca lebih lanjut.
Tentang Penulis, Agenda, dan Pembaca
Kami selalu menghargai ketika penulis memberi tahu kami siapa dia,
apa agendanya, dan siapa yang ingin dia coba jangkau. Jadi, kami di
sini secara singkat memberikan penghargaan yang sama kepada para
pembaca kami.
Glen dibesarkan sebagai seorang North American Baptist di Minnesota. Ia kini menjabat sebagai Lewis B. Smedes Professor of Christian Ethics di Fuller Theological Seminary. Ia menerima posisi ini
pada tahun 1996, setelah dua puluh tahun mengajar di Southern Baptist Theological Seminary, di samping juga di Duke University, Kentucky Southern College, dan Berea College. David dibesarkan sebagai
seorang Katolik Roma di Virginia, dan menjadi seorang Southern
Baptist melalui pengalaman pertobatan pada usia enam belas tahun.
Ia kini adalah Graves Professor of Moral Philosophy di Union University, yang berlokasi di Jackson, Tennesee. David mulai mengajar di
Union pada tahun 1996, setelah tiga tahun bekerja sebagai pengajar di
Southern Seminary dan tiga tahun melayani sebagai editor pengelola
dari penerbitan Evangelicals for Social Action dan dosen tamu di
Eastern Baptist Theological Seminary.
Proyek ini dilahirkan selama tiga tahun yang bertumpang tindih
di Southern Seminary (1993-1996). David, yang asalnya adalah murid
Glenn, kembali ke Southern untuk bergabung dengannya sebagai
dosen pendamping dalam bidang etika Kristen. Glen memiliki ide
mula-mula tentang buku ini pada tahun 1995, dan belakangan David
bergabung untuk proyek ini. Kami berdua sangat bersukacita sekali
atas panggilan untuk menggali ajaran-ajaran dan tindakan-tindakan
penebusan Tuhan Yesus bagi etika Kristen.
Keadaan berubah di luar antisipasi kami. Pada tahun 1996 David
pindah ke Union, di mana ia mengembangkan suatu program etika
Copyright © momentum.or.id
xx
ETIKA KERAJAAN
Kristen dalam departemen Christian Studies, sedangkan Glen pindah
ke Fuller. Dari jarak dua ribu mil, dengan bantuan e-mail, kami menyelesaikan pekerjaan kami, meskipun cukup memakan waktu!
Agenda kami adalah untuk menulis sebuah buku pengantar yang
baik untuk etika Kristen yang berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan Yesus.
Tujuan kami adalah menulis sebuah buku yang dapat dipakai dalam
perkuliahan tingkat kolese dan seminari. Namun, dengan memperkenalkan beberapa argumen jenis baru, kami juga berharap untuk memajukan pembahasan tentang etika Kristen di antara para praktisi
profesional dalam disiplin kami ini. Dan kami telah berusaha untuk
menulis dengan semangat dan energi yang cukup untuk menarik pembaca umum yang suka berpikir.
Mereka yang tertarik pada label dan kategori theologis/politis
mungkin akan menemukan bahwa buku ini masuk dalam kedua kategori tersebut. Kami bermaksud untuk menawarkan suatu etika Kristen
yang berusaha untuk mengikuti pimpinan Yesus sesetia mungkin. Dalam hal seperti itu, ini jelas adalah sebuah buku etika Kristen. Kami
menulis untuk semua orang Kristen yang memiliki keinginan untuk
mengikut Yesus dan ingin memulihkan, atau memperdalam, apa makna dari mengikut Yesus.
Penerbit kami adalah sebuah penerbit Kristen, dan sebagai pengarang, kami tentunya suka dengan label theologis tersebut. Kami dengan bersungguh-sungguh memegang otoritas Alkitab dan berbagai
kepercayaan iman Kristen yang ortodoks, dan telah menuliskan karya
ini atas dasar itu. Namun kami berdua berhubungan luas dengan sederetan komunitas Kristen, baik di Amerika Utara maupun di luar negeri, dan berusaha untuk menghindari pengategorian ideologis yang
sempit. Kami berharap, siapa saja yang tertarik pada pengajaran
moral Tuhan Yesus Kristus dan kesaksian moral kontemporer Gereja
Kristen akan banyak menemukan banyak hal yang bernilai di sini.
Pembaca yang berpengetahuan luas mungkin akan memperhatikan berbagai tradisi dan tokoh-tokoh theologi/etika yang sangat mempengaruhi kami, tetapi baik juga untuk dikemukakan di sini secara
eksplisit. Kami berdua adalah orang Baptis – jenis Baptis yang berhubungan dengan alur Anabaptis dan Reformed dari tradisi Baptis, di
samping juga Kebangunan Rohani Besar (Great Awakening), kaum revivalis, dan warisan kaum Pietis dalam kehidupan North American
Baptist. Alur Anabaptis secara khusus memberikan penekanan yang
kuat kepada ajaran-ajaran Yesus dan Khotbah di Bukit. Alur Reformed
mengembangkan tema-tema penciptaan dan kovenan, dan selalu menegaskan Kitab Suci Ibrani dan kedaulatan Allah atas seluruh kehi-
Copyright © momentum.or.id
Prakata
xxi
dupan, bukan hanya atas Gereja atau atas suatu bagian sempit dari kehidupan “religius.” Alur revivalis dan Pietis menekankan peran komitmen pribadi yang menjamah hati kepada Kristus sebagai Juruselamat
dan Tuhan, dan pemampuan oleh Roh Kudus. Tema-tema ini semuanya penting dalam pendekatan kami. Jadi, pendekatan kami berusaha
untuk dengan setia dan secara konkret bersifat Trinitarian, dengan
cara yang kami harapkan akan memberi kesegaran baru.
Kami juga sangat akrab dengan tradisi Gereja kaum kulit hitam di
Amerika Serikat dan mengaku bahwa pemikiran kami banyak mendapatkan pengaruh darinya, khususnya penekannya pada etika inkarnasional dan pada keadilan. Tahun-tahun terakhir ini kami cukup terkesan oleh sayap Pentakosta dan Karismatik; para pemikirnya mulai menawarkan sejumlah pemahaman yang penting bagi dunia akademis
Kristen, dan sebagiannya kami masukkan di sini. Glen telah mengakrabi Gereja Protestan di Eropa, khususnya di Jerman, selama beberapa tahun; pengaruhnya juga terasa di sini. Akhirnya, setelah dididik
dalam berbagai seminari dan universitas arus utama, kami berdua cukup mengenal baik etika theologis dan sosial dari aliran utama, dan telah mempelajari secara dekat tokoh-tokoh besar dari tradisi-tradisi itu.
Para pemikir seperti Dietrich Bonhoeffer dan H. Richard Niebuhr dengan jelas meninggalkan tanda-tanda mereka pada karya ini.
Singkat kata, etika Kristen yang kami tawarkan di sini sarat dengan pengaruh tradisi-tradisi Gereja yang besar sebagai satu keutuhan, dengan beberapa alur yang khususnya menonjol – sebagian besar
karena pengakuan mereka akan sentralitas Yesus bagi etika Kristen.
Kesetiaan kami yang utama adalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, bukan kepada tradisi-tradisi yang ada di sekitar Dia,
tetapi kami senang dapat menarik pemahaman yang terbaik dari
tradisi-tradisi tersebut.
Akhirnya, kami hendak menegaskan kepada para pembaca kami
bahwa suara kami terjalin di seluruh karya ini. David (kadang-kadang
memakai riset Glen) menulis draf pertama dari prakata ini dan dari
bab-bab 4, 10-15, 18-20, dan 22-24. Michael Westmoreland-White menulis draf pertama dari bab 21. Glen menulis draf pertama dari seluruh bab lainnya, kecuali bab 5, yang dirancang bersama. Tiap-tiap
kami berinteraksi secara saksama dalam hal draf masing-masing rekan; hasil akhir sesungguhnya adalah karya kami bersama. Supaya
jelas, ketika kami menyatakan suatu opini atau cerita pribadi dalam sebuah bab, kami akan menyebutkan pengarangnya dengan nama depan (mis., “Saya, David” atau “Saya, Glen”). Semua rujukan pribadi
dalam bab itu akan merujuk kepada penulis yang sama. Namun, sewa-
Copyright © momentum.or.id
xxii
ETIKA KERAJAAN
jarnya kami akan berbicara sebagai “kami.” Tetapi kami berdua menerima sepenuhnya tanggung jawab atas setiap kata yang akan Anda
baca di sini. Kami mengajak Anda untuk bersama-sama dengan kami
menggali etika Kristen dengan jalan mengikut Tuhan Yesus."
Copyright © momentum.or.id
Download