DEMOGRAFI DAN ANGKATAN KERJA DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA : SUATU TELAAH METODE ANALISIS Sri Anugrah Natalina Fakultas Ekonomi Universitas Pawyatan Daha Kediri ABSTRAK Demografi dan angkatan kerja merupakan permasalahan yang secara kontinue ada dalam sebuah pemerintahan. Efek negatif yang tercitrakan dari demografi dan angkatan kerja merupakan sumber penghambat program pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Permasalahan tersebut diatasi dan dipecahkan oleh suatu pemerintahan secara parsial tetapi tidak diselesaikan secara eksogenous. Usaha-usaha secara umum yang telah dilakukan oleh suatu pemerintahan adalah dengan berbagai program pengurangan jumlah kelahiran, sedangkan usaha tersebut akan selalu berhadapan dengan faktor-faktor sosial ekonomi, adat dan tata nilai yang sering tidak sejalan dengan pembatasan kelahiran. Sebaliknya, pengurangan kelahiran akan berimplikasi pada peningkatan kehidupan sosial dan usaha pembangunan. Kelemahan yang utama pada studi demografi adalah tidak dapatnya membuat suatu prediksi yang baik. Prediksi yang digunakan bisa sangat menyimpang bila adanya pengaruh ekonomi dunia yang sebelumnya tidak dapat diduga, seperti : resesi yang berkepanjangan dan naik / turunnya harga minyak dunia. Angkatan kerja yang besar akan menimbulkan masalah karena daya serap perekonomian Indonesia masih lemah. Kesempatan kerja yang diciptakan masih kurang sehingga sebagian besar angkatan kerja setengah menganggur. Proyeksi kesempatan kerja dapat dilakukan dengan memakai elastisitas output ( Output Elasticity of Employment ).. Peningkatan konsumsi yang beralih dari pangan yang sudah mencukupi ke jasa-jasa termasuk jasa-jasa pendidikan dan kesehatan berpengaruh pada meningkatnya status kesehatan akan berarti semakin kecilnya tingkat kematian umumnya dan tingkat kematian anak / bayi khususnya. Selanjutnya meningkatnya pendidikan akan meningkatkan pula kesadaran akan pentingnya usahausaha pengaturan di bidang kependudukan dan sekaligus meningkatkan pengetahuan khususnya yang menyangkut pelaksanaan teknis keluarga berencana (KB). Perubahan struktur lapangan kerja juga berpengaruh pada perubahan dalam kecakapan dan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan. Permasalahan demografi tersebut terutama bersumber dari banyaknya “supply” tenaga kerja dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk menyerap angkatan kerja tidaklah sebaik apa yang diharapkan. Negosiasi perlu dilakukan antara angkatan kerja dengan pengusaha yang didasarkan pada evident-based yang akan menghasilkan lost-lost solution dan ini justru akan memperparah situasi sosial kemasyarakatan dalam skala yang lebih luas. Kata Kunci : Demografi, Angkatan Kerja dan Pemerintah A. PENDAHULUAN reformasi telah berganti pemimpin negara sebanyak Berbagai kebijakan yang telah dilakukan oleh empat kali, salah satu bentuk perubahan pada pemimpin negara Indonesia yang sejak bergulirnya bentuk kebijakan pemerintahan adalah dengan 103 dikeluarkan Undang-Undang Otonomi Daerah dikerucutkan ke permasalahan-permasalahan pada tahun 2004 yang selanjutnya diubah dengan dalam lingkup daerah. Perpu No. 3 tahun 2005. Otonomi Daerah adalah Demografi dan angkatan kerja merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom permasalahan yang secara kontinue ada dalam untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan sebuah pemerintahan. Efek negatif yang tercitrakan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dari demografi dan angkatan kerja merupakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ( sumber penghambat program pembangunan dan UU No. 32 Tahun 2004 ). Undang-Undang pertumbuhan ekonomi. Permasalahan tersebut Otonomi Daerah didalamnya menguraikan tugas diatasi dan dipecahkan oleh suatu pemerintahan dan kewajiban dari Pemerintah Daerah, bahwa secara parsial tetapi tidak diselesaikan secara Pemerintahan Daerah menyelenggarakan urusan eksogenous. Cara yang dapat dilakukan untuk pemerintahan yang menjadi kewenangannya, yang memecahkan permasalahan tersebut adalah merupakan limpahan Pemerintah Pusat kepada dengan penyesuaian interaktif dengan faktor-faktor Daerah. Sedangkan yang tetap menjadi bagian sosial-ekonomi dan demografi. Hubungan timbal kebijakan dari Pemerintahan Pusat adalah seperti balik antara faktor demografi dan sosial ekonomi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter akan sangat membantu memberikan dasar yang dan fiskal nasional . Pendelegasian kewenangan kuat untuk formulasi kerangka kebijakan tersebut disertai dengan penyerahan dan kependudukan masyarakat secara keseluruhan. pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana, serta Usaha-usaha secara umum yang telah dilakukan sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka oleh suatu pemerintahan adalah dengan berbagai desentralisasi fiskal. Pendanaan kewenangan yang program pengurangan jumlah kelahiran, diserahkan tersebut dapat dilakukan dengan dua sedangkan usaha tersebut akan selalu berhadapan cara yaitu mendayagunakan potensi keuangan dengan faktor-faktor sosial ekonomi, adat dan tata daerah sendiri dan mekanisme perimbangan nilai yang sering tidak sejalan dengan pembatasan keuangan Pusat - Daerah dan antar Daerah. kelahiran. Sebaliknya, pengurangan kelahiran akan Kewenangan untuk memanfaatkan sumber berimplikasi pada peningkatan kehidupan sosial keuangan sendiri dilakukan dalam wadah dan usaha pembangunan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber Jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, serta utamanya adalah Pajak Daerah dan Retribusi struktur umur dan jenis kelamin sangat berpengaruh Daerah. Pemerintahan Daerah dituntut untuk dapat pada perkembangan ekonomi. Demografi sangat mengembangkan dan mengolah potensi dan berpengaruh dengan jumlah angkatan kerja, karena permasalahan yang ada dalam wilayah dengan dengan tingkat pertumbuhan penduduk maka sendiri, sehingga permasalahan nasional berakibat pada pertumbuhan angkatan kerja. Permasalahan yang akan muncul dengan 104 pertumbuhan angkatan kerja adalah wadah untuk ) mencoba memperkirakan nilai ekonomi dapat angkatan kerja juga harus tumbuh seiring dengan meningkat bila dicegahnya kelahiran anak, karena pertumbuhan angkatan kerja. Bila tidak tercipta setiap anak mengandung aliran ongkos dan suatu lapangan kerja yang banyak, maka akan keuntungan di masa depan. Kemudian tercipta pengangguran. Pertumbuhan angkatan dikembangkan oleh Zaiden ( 1960 ) bahwa kerja yang tidak didorong dengan etos kerja dan pendekatan yang dilakukan adalah usaha motivasi tinggi, produktivitas kerja tinggi, tingkat penurunan tingkat kelahiran adalah sebuah pendidikan dan skill yang bagus maka akan investasi. Kelahiran akan membawa ongkos- menciptakan suatu permasalah yang lebih berat. ongkos di masa yang akan datang sehingga dapat Jumlah penduduk yang besar menyebabkan mengurangi pendapatan , sedangkan keuntungan tingginya tingkat konsumsi, dan rendahnya tingkat adalah banyaknya konsumsi yang dihindarkan pendapatan perkapita. Jumlah tabungan nasional sehingga naiknya tingkat tabungan perkapita. Akan menjadi rendah dan masih harus dikeluarkan juga tetapi pada pendekatan mikro ini masih banyak untuk kesejahteraan penduduk, sedangkan sisanya kelemahan yang dapat menyebabkan ’bias’, yang nilainya semakin kecil tersebut berakibat misalnya kesukaran dalam menentukan apa saja pada rendahnya pertumbuhan ekonomi. yang dianggap sebagai ongkos dan keuntungan dapat dicegahnya kelahiran seorang anak. B. RELEVANSI FAKTOR DEMOGRAFI DALAM EKONOMI Menurut Model Pembangunan Harrod – Domar menguraikan bahwa makin tinggi tingkat Berdasarkan teori ekonomi telah diuraikan pendapatan dan atau makin rendah jumlah bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor penduduk makin tinggi jumlah tabungan nasional, produksi utama dalam terciptanya suatu alur dengan demikian pengaruh faktor penduduk dalam perekonomian. Dikenal juga dengan Law of pertumbuhan ekonomi dapat diikuti menurut dua Demininshing Return, yaitu hukum yang jalur. Pertama, lebih lambatnya tingkat menerangkan berkurangnya pertambahan output pertumbuhan penduduk akan menaikkan jika tenaga kerja ditambah terus, sedang faktor tabungan. Kedua, proporsi tabungan yang harus produksi yang lain dibuat konstan. Malthus dipergunakan untuk pengeluaran kesejahteraan menguraikan sebuah teori kependudukan yang juga lebih kecil, karena itu pendapatan nasional dihubungkan dengan tingkat produksi pangan, akan naik lebih cepat . Model diat as bahwa perkembangan penduduk akan mengikuti disempurnakan oleh Demeny yaitu dengan deret ukur, sedangkan perkembangan pangan memasukkan faktor-faktor eksogenous untuk mengikuti deret hitung. Jadi, apabila penduduk memperhitungkan perbaikan dalam keahlian dan kekurangan pangan maka mortalitas akan naik dan motivasi tenaga kerja. Pengaruh penduduk pada tercipta keseimbangan lagi. Stephen Enke ( 1960 pendapatan nasional terjadi lewat fungsi produksi 105 dan konsumsi. Sebagai faktor produksi angkatan struktur lapangan kerja dan produksi diperkirakan kerja mempunyai kontribusi positif pada akan memantapkan lebih lanjut transformasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto ( PDB ). demografis yang telah mulai terjadi. Peningkatan Tetapi pertumbuhan penduduk menaikkan tingkat konsumsi yang beralih dari pangan yang sudah konsumsi mengurangi investasi yang seterusnya mencukupi ke jasa-jasa termasuk jasa-jasa memperlambat perkapit al. pendidikan dan kesehatan berpengaruh pada Konsekuensinya laju pertumbuhan PDB akan meningkatnya status kesehatan akan berarti menjadi lebih lambat. Kenaikan penduduk yang semakin kecilnya tingkat kematian umumnya dan tinggi akan menaikkan tingkat konsumsi dan tingkat kematian anak / bayi khususnya. menurunkan tabungan. Sedangkan tingkat investasi Selanjutnya meningkatnya pendidikan akan yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan meningkatkan pula kesadaran akan pentingnya PDB juga berkurang karena angkatan kerja lebih usaha-usaha pengaturan di bidang kependudukan banyak. dan sekaligus meningkatkan pengetahuan akumulasi khususnya yang menyangkut pelaksanaan teknis C. ANGKATAN KERJA, KESEMPATAN keluarga berencana ( KB ). Pengaruh terbesar KERJA DAN PERMASALAHAN adalah adanya peralihan lapangan kerja dari sektor PEMBANGUNAN pertanian ke sektor nonpertanian. Perubahan Kelemahan yang utama pada studi struktur lapangan kerja juga berpengaruh pada demografi adalah tidak dapatnya membuat suatu perubahan dalam kecakapan dan keterampilan prediksi yang baik. Prediksi yang digunakan bisa tenaga kerja yang dibutuhkan. sangat menyimpang bila adanya pengaruh ekonomi Pengembangan sektor informal memiliki dunia yang sebelumnya tidak dapat diduga, seperti tujuan untuk memberikan keleluasaan bagi : resesi yang berkepanjangan dan naik / turunnya angkatan kerja yang tidak memenuhi kualifikasi harga minyak dunia. Faktor kependudukan hanya standart kecakapan dan ketrampilan yang di dilihat peranannya dalam pembentukan angkatan syaratkan oleh penyedia lapangan kerja. Dengan kerja. Angkatan kerja yang besar akan sektor informal mudahnya entry dalam sektor ini menimbulkan masalah karena daya serap ekonomi karena hampir tidak memerlukan keahlian dan Indonesia masih lemah. Kesempatan kerja yang modal yang besar, seolah-olah “menjamin” bahwa diciptakan masih kurang sehingga sebagian besar setiap orang dapat “bekerja” asal mau. Dengan angkatan kerja setengah menganggur. Proyeksi perkembangan jumlah penduduk yang tinggi maka kesempatan kerja dapat dilakukan dengan semua angkatan kerja memerlukan pekerjaan memakai elastisitas output ( Output Elasticity of untuk memperoleh penghasilan untuk dapat Employment ). Pertumbuhan ekonomi dan menunjang hidupnya. Dalam perekonomian perubahan-perubahan fundamental dibidang Indonesia, angkatan kerja dan kesempatan kerja 106 tidak secara bersama ditentukan dalam suatu pasar penyantunan usia lanjut dari keluarga ke institusi. kerja dimana tingkat upah bertindak sebagai faktor Apabila keadaan ini terjadi, maka tanggung jawab penyeimbang. pemerintah akan menjadi bertambah berat (Kasto Pada tataran konsep terlihat adanya konsep dalam Prijono, 1995). yang masih dipakai oleh BPS untuk menjaring Penduduk Indonesia pada saat ini masih penduduk yang sebenarnya tidak sesuai lagi digolongkan sebagai penduduk muda. Itu berarti dengan kondisi pada saat ini. Konsep bahwa jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti Indonesia merupakan “closed population” masih misalnya peperangan (dalam peperangan akan dianut padahal penduduk Indonesia yang bekerja banyak orang muda yang mati), maka penurunan di luar negeri sudah begitu banyak. Dengan pertumbuhan penduduk tidak secara otomatis konsep “close population” maka penduduk menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam Indonesia yang berada di luar negeri tidak kondisi normal, pertumbuhan penduduk akan “terjaring”. Demikian pula penggunaan kombinasi menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang antara “de-facto” dan “de-jure” dalam pendataan muda (0 – 15 tahun). Namun untuk beberapa saat menjadi sangat membingungkan, khususnya masih akan meningkatkan jumlah penduduk dimana saat ini mobilitas penduduk di beberapa struktur umur di atasnya. Pada penduduk yang daerah sudah sangat tinggi. Transisi fertilitas dan tergolong muda seperti Indonesia, pertumbuhan mortalitas telah berpengaruh pada jumlah dan penduduk usia kerja (15 – 64) menjadi lebih tinggi struktur umur penduduk Indonesia, terutama daripada pertumbuhan penduduk itu sendiri. Ini jumlah dan persentase penduduk usia dibawah 15 dapat terlihat dari data dimana antara tahun 1990 tahun (0 – 14). Antara tahun 1990 – 95, penduduk – 1995 penduduk usia kerja per tahun rata-rata Indonesia tumbuh sebesar rata-rata 1,66 persen 2,7 persen per tahun, kemudian menurun menjadi per tahun dan diharapkan turun menjadi 1,23 2,4 persen per tahun antara tahun 1995 – 2000 persen antara tahun 2000 – 2005 dan kembali turun dan kemudian menurun lagi menjadi 1,1, persen menjadi 0,68 persen antara tahun 2015 – 2020 ( per tahun antara tahun 2015 – 2020. Secara Prijono, 2001 ). Pergeseran struktur umur muda absolut, penduduk usia kerja akan meningkat dari ke umur tua produkt if akan membawa 121,6 juta pada tahun 1995 menjadi 136,5 juta konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan pada tahun 2000 dan kemudian menjadi 182,5 terutama pendidikan tinggi dan kesempatan kerja. juta pada tahun 2020.( Prijono, 2001 ) Sedangkan pergeseran struktur umur produktif ke Sejalan dengan pertumbuhan penduduk umur tua pada akhirnya akan mempunyai dampak yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan terhadap persoalan penyantunan penduduk usia kerjanya pun cukup tinggi. Angkatan kerja lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial bertambah dari sekitar 73,9 juta orang pada tahun ekonomi diperkirakan akan terjadi pergeseran pola 1990, menjadi sekitar 96,5 juta pada tahun 2000 107 dan meningkat lagi menjadi 144,7 juta pada tahun pas-pasan, atau bahkan rendah, hanya bisa 2020. Permasalahan yang ditimbulkan oleh menempati posisi yang sangat rendah. Ditambah besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan kerja dengan banyaknya “supply” tenaga kerja yang tersebut di satu pihak menuntut kesempatan kerja tersedia menyebabkan mereka tidak memiliki yang lebih besar, di pihak lain menuntut pembinaan posisi tawar menawar yang memadai. Jika kembali angkatan kerja itu sendiri agar mampu pada premis bahwa perluasan kesempatan kerja menghasilkan keluaran yang lebih tinggi sebagai hanya dapat diperoleh melalui pertumbuhan prasyarat untuk menuju tahap tinggal landas.Tahap ekonomi, maka dibutuhkan kearifan bersama ini harus diantisipasi oleh pemerintah dan dunia antara pengusaha dan pekerja untuk menyikapi usaha sebagai pihak pemberi kerja atau pembuka hubungan antara pengusaha dan pekerja, terutama lapangan pekerjaan. Lapangan kerja datang dari berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan adanya pert umbuhan ekonomi. Namun pekerja. Apa yang terjadi belakangan ini dengan pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan adanya pemogokan serta aksi pekerja yang lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan cenderung tidak terkendali dalam jangka pendek strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh mungkin dirasakan menguntungkan bagi pekerja, pemerintah dan dunia usaha. Hal lain yang juga namun dalam jangka panjang akan merugikan harus diperhatikan dalam menganalisa hubungan semua pihak (lost-lost solution). Jika kemudian antara angkatan kerja dan kesempatan kerja kegiatan ekonomi mengalami kemandegan karena adalah bahwa jika kesempatan kerja berada di pengusaha enggan menanamkan modalnya di atas angkatan kerja bukan berarti masalah Indonesia, maka itu tentu saja mengganggu ket enagakerjaan, at au lebih khususnya pertumbuhan ekonomi. Bagaimana angkatan kerja pengangguran, teratasi. Adanya kesempatan kerja akan terserap jika pertumbuhan ekonomi yang baru merupakan “potensi” dan “potensi” tersebut rendah? Padahal Indonesia membutuhkan mungkin saja tidak dapat dimanfaatkan bila pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk menyerap angkatan kerja yang tersedia tidak memiliki kualitas angkatan kerja yang masih terus meningkat dewasa yang memadai. Jika dilihat dat a-data ini. Diperlukan pendekatan yang bersifat win-win kependudukan, termasuk ketenagakerjaan dan solution antara pengusaha dan pekerja. Dalam hal kualitas penduduk, maka nampak jelas bahwa ini serikat pekerja harusnya dapat berperan besar. Indonesia mengalami banyak permasalahan dalam Sebagai serikat yang diharapkan menjadi mediator hal ini. Penduduk yang besar dengan kualitas antara pekerja dan pengusaha, maka serikat penduduk yang rendah menyebabkan penduduk pekerja harus mampu melakukan penelaahan yang tersebut menjadi beban bagi pertumbuhan dapat dipertanggungjawabkan terhadap kondisi ekonomi dan bukan pemacu. Dalam skala mikro, internal perusahaan. Hasil telaahan tersebut tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang kemudian dikomunikasikan baik kepada pekerja 108 maupun kepada pengusaha. Sudah waktunya kita tataran operasional banyak hal yang telah diatur melakukan sesuatu berdasarkan fakta (evident- tersebut, justru dilanggar oleh kedua belah pihak. based) dan bukan berdasarkan emosi. Negosiasi Ini tidak lain karena lemahnya penegakkan hukum berdasarkan emosi hanya akan menghasilkan lost- selama ini. Oleh karena itu, peran yang diharapkan lost solution sedangkan negosiasi yang win-win dari serikat pekerja bukanlah melaksanakan solution harus didasarkan pada evident-based. pekerjaan “hit and run”. Pekerjaan yang Pekerja juga harus diberikan pemahaman melalui dilakukan bukan sekedar untuk merespons komunikasi dan informasi yang baik bagaimana terhadap suatu keadaan misalnya pemogokan atau persoalan gaji, produktivitas, kondisi perusahaan, demonstrasi, namun lebih diarahkan untuk gambaran makro ketenagakerjaan dan melakukan penelaahan kebutuhan para tenaga perekonomian negara, dan sebagainya. Serikat kerja secara ilmiah. Untuk kemudian pekerja juga harus mampu mengeluarkan dikomunikasikan dengan pihak perusahaan alternatif-alternatif model untuk meningkatkan (manajemen), maupun pekerja itu sendiri. kesejahteraan pekerja dengan melihat pada kondisi Penelaahan tersebut untuk menemukan fakta perusahaan. Ini kemudian dinegosiasikan dengan (evident-based) terlepas dari dengan atau tanpa pengusaha. Kesejahteraan harus dilihat dalam adanya pemogokan atau tuntutan dari pekerja. konteks jangka panjang, bukan sesaat. Ini berarti gaji hanyalah salah satu aspek dari kesejahteraan. D. PENUTUP Unsur jaminan hari tua, asuransi, pembagian bonus Berbagai data kependudukan memperlihat- yang disesuaikan dengan tingkat keuntungan kan bahwa Indonesia masih mengalami berbagai perusahaan, dan sebagainya, harusnya dapat masalah ketenagakerjaan. Permasalahan tersebut dimasukkan ke dalam perhitungan dan negosiasi terutama bersumber dari banyaknya “supply” tersebut. Dalam mengembangkan win-win tenaga kerja dan rendahnya kualitas sumber daya solution diperlukan kejujuran dan transparansi dari manusia. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang kedua belah pihak, serta kepastian hukum. dibutuhkan untuk menyerap angkatan kerja Pengusaha harus menyadari bahwa pekerja adalah tidaklah sebaik apa yang diharapkan. Apalagi aset bagi perusahaan. Jika memang dalam jangka Indonesia belum sepenuhnya keluar dari krisis pendek peningkatan gaji dirasakan memberatkan ekonomi yang masih terus berlangsung dewasa ini. perusahaan, maka sistem asuransi (misalnya Negosiasi perlu dilakukan antara angkatan kerja Jamsostek) harus dimanfaatkan. Pada tataran dengan pengusaha yang didasarkan pada evident- kebijakan banyak hal yang telah dilakukan untuk based yang akan menghasilkan lost-lost solution memperbaiki kesejahteraan pekerja. Kewajiban dan ini justru akan memperparah situasi sosial pekerja, waktu kerja, dan lain-lain. Demikian pula kemasyarakatan dalam skala yang lebih luas. tentang hak dan kewajiban pekerja. Namun dalam Negosiasi yang win-win solution harus 109 dikembangkan. Pendekatan win-win solution membutuhkan berbagai prasyarat yang tidak mudah, namun ini harus disadari oleh semua pihak, pekerja, pengusaha, maupun pemerintah. Tanpa keinginan untuk mengembangkan pendekatan yang win-win solution maka pemecahan masalah ketenagakerjaan yang bersifat komprehensif (bukan hit and run) tidak akan pernah tercapai. DAFTAR PUSTAKA Esmara, Hendra 1987. Teori Ekonomi Dan Kebijaksanaan Pembangunan. (Kumpulan Esei Untuk Menghormati Sumitro Djojohadikusumo). Jakarta, Gramedia. Enke, Stephen. 1960. The Economics of Government Payments to Lim it Population, Economic Development and Cultural Change. Tjiptoherijanto, Prijono, 1995, Arah Kebijaksanaan Makro Pemerintah dalam Mengantisipasi Pasar Global, makalah disampaikan pada Seminar Bisnis STIE IPWI. Jakarta, 31 Oktober 1995. Tjiptoherijanto, Prijono, 2001, Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. Majalah Prencanaan Pembangunan. Edisi 23 Zaiden, George C. 1960. Populasi Growth and Economic Development, Finance and Development. 110