Perkembangan Ekonomi Makro

advertisement
Kamar Dagang dan Industri Indonesia
Laporan Ekonomi Bulanan
Desember 2007
Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia
oleh
Erna Zetha Rusman
Menara Kadin Indonesia 29th Floor
Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3 Kuningan – Jakarta Selatan
www.kadin-indonesia.or.id
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Analisa Bulanan
Desember 2007
Kadin Indonesia
Meskipun dihantui oleh kenaikan harga minyak mentah dan melemahnya perekonomian dunia, secara keseluruhan
kinerja perekonomian Indonesia selama tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pertumbuhan
ekonomi tahun 2007 yang diperkirakan mencapai sekitar 6,3 persen menunjukkan momentum percepatan
pertumbuhan sudah kembali hadir. Dengan pertumbuhan sebesar itu, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih
tinggi dari rata-rata pertumbuhan Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) yang sebesar 5,9
persen.
Pertumbuhan Ekonomi Asia
(%)
10
9
8.4
8
8
7
6.3
5.8
5.5
6
5
4
Indonesia
Vietnam
India
Philipina
Malaysia
3
2
1
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Meskipun kurs Rupiah sempat mengalami pelemahan akibatnya tingginya impor bahan bakar minyak oleh
Pertamina, namun kestabilan makroekonomi cukup terjaga bahkan dengan kecenderungan membaik. Hal ini
antara lain tercermin dari nilai tukar Rupiah yang relatif tak terlalu bergejolak, kecenderungan penurunan suku
bunga, dan laju inflasi yang sedikit lebih rendah dari tahun 2006. Kinerja neraca pembayaran (balance of
payments) yang juga membaik memungkinkan peningkatan yang signifikan pada cadangan devisa. Posisi
cadangan devisa per akhir Desember 2007 tercatat sebesar US$56,92 miliar, suatu peningkatan yang cukup besar
dibandingkan posisi akhir tahun 2006 yang sebesar US$42,6 miliar.
Laporan Ekonomi Bulan Desember 2007 – Kamar Dagang dan Industri Indonesia
2
56.9
54.1
54.9
51.9
51.4
52.9
47.2
49.3
42.6
43.3
42.4
39.8
41.6
40.1
41.1
42.0
28.0
32.0
36.3
2001
35.9
34.7
27.1
29.4
25
1999
35
21.4
23.8
US$ Milyar
45
42.8
44.2
55
35.1
35.5
40.1
Posisi Cadangan Devisa
1997 - November 2007
50.1
50.9
65
45.7
15
5
Dec-07
Oct 2007
Aug 2007
June 2007
April 2007
Feb-07
Dec-06
Oct 2006
Auguts 2006
June 2006
April 2006
Feb 2006
2005
2003
1997
-5
Sementara itu, pasar modal dalam negeri diwarnai oleh rekor-rekor baru yang dicapai oleh Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG ) di Bursa Efek Indonesia, terus diminatinya SUN (Surat Utang Negara) oleh investor domestik
maupun asing, serta ORI (Obligasi Republik Indonesia) yang selalu terserap oleh investor perseorangan dengan
nilai yang melebihi target. Dilihat dari komposisi SUN yang dipegang oleh investor asing terlihat bahwa yang jatuh
tempo di atas 10 tahun menduduki porsi terbesar. Ini menunjukkan bahwa di mata investor institusional asing,
prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup menjanjikan.
Indeks Harga Saham Gabungan
January 2005 - Desember 2007
2700
2400
2100
1800
1500
1200
900
3-Jan-05
3-Feb-05
9-Mar-05
12-Apr-05
16-May-05
16-Jun-05
18-Jul-05
18-Aug-05
20-Sep-05
20-Oct-05
28-Nov-05
29-Dec-05
2-Feb-06
6-Mar-06
11-Apr-06
15-May-06
16-Jun-06
18-Jul-06
22-Aug-06
21-Sep-06
30-Oct-06
29-Nov-06
3-Jan-07
6-Feb-07
8-Mar-07
13-Apr-07
15-May-07
20-Jun-07
20-Jul-07
24-Aug-07
25-Sep-07
30-Oct-07
29-Nov-07
600
Di sektor perbankan, ekspansi kredit mengalami peningkatan yang relatif tajam sejak semester kedua tahun 2007,
yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan dana pihak ketiga. Hal ini menyebabkan loan to deposit ratio (LDR)
juga naik mendekati 67 persen, meskipun jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loans) masih tetap
tinggi. Pada akhir November 2007 posisi kredit perbankan mencapai Rp 962,4 triliun atau meningkat sekitar 22,3
persen terhadap posisi akhir Desember 2006 yang tercatat sebesar Rp 787,1 triliun. Sementara itu posisi
penghimpunan dana perbankan yang pada akhir November 2007 mencapai Rp 1.437,6 triliun merupakan kenaikan
sebesar 10,7 persen terhadap posisi akhir Desember 2006 yang sebesar Rp 1.298,8 triliun.
Laporan Ekonomi Bulan Desember 2007 – Kamar Dagang dan Industri Indonesia
3
Loans to Deposits Ratio
(%)
12 0
105.7
10 0
85.0
43.2
60.6
2006
38.0
60.8
2005
40
37.3
57.4
2004
36.0
2001
60
2000
%
80
66.9
48.5
20
2007
2003
2002
1999
1998
1997
0
Hambatan dan Tantangan
Namun sayangnya, kinerja perekonomian yang nampaknya membaik tersebut belum cukup menggembirakan jika
ditelaah secara lebih mendalam. Pola dan arah perkembangan ekonomi belum menunjukkan perbaikan yang lebih
konsisten dan sekaligus lebih tangguh dalam menghadapi goncangan eksternal dan menjawab persoalan-persoalan
sosial di dalam negeri. Selama lima tahun terakhir pola pertumbuhan sektoral menunjukkan kesenjangan yang
masih cenderung lebar antara sektor tradable dan non-tradable. Sektor tradable tumbuh relatif jauh di bawah
pertumbuhan PDB, sebaliknya sektor non-tradable menunjukkan pertumbuhan yang selalu lebih tinggi dari PDB.
Pertumbuhan PDB dan Beberapa Sektor Ekonomi
(% )
15
12.11
9.5
9.0
8.9
8.2
9
7.9
5
4.1
4.6
5.99
5.3
5.1
4.8
7.5
4.5
3.0
2.5
3
4.6
5.5
5.6
7
6.2
5.1
%
7.3
6.52
11
12.52
11.82
6.34
13
13.6
13.0
12.7
1
-1
2004
2005
Pertanian
Bangunan
Pertumbuhan PDB
2006
Qw t I '07
Qw t II '07
Qw t III '07
Industri
Pengangkutan dan Komunikasi
Dengan pengecualian sektor pertanian yang pada triwulan III 2007 tumbuh sekitar 8,9 persen (year on year),
seluruh unsur sektor tradable (pertanian, pertambangan & penggalian, dan industri manufaktur) mengalami
tekanan. Sebetulnya, industri manufaktur sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan sejak paruh kedua 2006,
Laporan Ekonomi Bulan Desember 2007 – Kamar Dagang dan Industri Indonesia
4
namun memasuki triwulan ketiga kembali mengalami penurunan, akibat kenaikan tajam harga energi (bahan bakar
minyak dan listrik). Sejak tahun 2005, industri manufaktur selalu tumbuh di bawah pertumbuhan PDB, yang
menyebabkan peranan sektor industri terus mengalami penurunan dari sebesar 30,1 persen pada tahun 2001
menjadi hanya 27,3 persen pada Triwulan III 2007.
Penurunan tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda “deindustrialisasi” pada perekonomian Indonesia, yang
menggambarkan bahwa kualitas pertumbuhan sektoral jauh dari optimal, sehingga sulit diharapkan memberikan
sumbangan berarti bagi penurunan angka pengangguran dan kemiskinan serta perbaikan ketimpangan ekonomi.
Kualitas pertumbuhan ekonomi yang ditunjang oleh komponen-komponen penggunaan (expenditure) juga kurang
menjamin kesinambungan pertumbuhan. Selama 5 tahun terakhir, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi
berasal dari konsumsi rumah tangga (private consumption). Bahkan dalam tiga triwulan terakhir pertumbuhan
konsumsi rumah tangga tumbuh semakin cepat, sehingga pada tahun 2007 komponen ini memberi sumbangan
pertumbuhan sebesar 3 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen (year on year). Penyumbang
pertumbuhan yang belakangan ini cukup menonjol ialah ekspor. Namun, sejalan dengan penurunan pertumbuhan
ekonomi dunia dan laju perdagangan dunia, pertumbuhan ekspor mulai melamban menjelang akhir tahun 2007.
Kecenderungan tersebut tampaknya akan berlanjut pada tahun mendatang. Pada waktu yang bersamaan
pertumbuhan impor justru diperkirakan lebih tinggi, sehingga ekspor neto cenderung akan menyusut.
Sementara itu pertumbuhan investasi yang sangat diharapkan bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi, ternyata
masih sangat labil. Pertumbuhan investasi tinggi yang terjadi pada tahun 2004 (15,7 persen), nampaknya sulit
untuk kembali diraih karena setelah itu pertumbuhan investasi menurun menjadi 9,9 persen pada tahun 2005 dan
hanya 2,9 persen pada tahun 2006. Dalam tiga triwulan terakhir tahun 2007, pertumbuhan investasi berfluktuasi
sekitar 6,9 hingga 8,8 persen, yang masih berada di bawah target pemerintah sebesar 12 persen.
Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan
(%)
18
15.7
16
14
8.8
7.8
6.5
5.3
6.5
9.8
6.3
4.7
3.8
6.0
4.7
3.7
2.9
5.5
5.6
4.9
4.0
3.2
2
1.9
4
5.1
6
7.0
7.8
9.0
9.2
9.6
9.9
8.1
8
8.6
10
10.3
%
12
0
2004
2005
2006
Ko ns um s i R um a h T a ngga
Inv e s t a s i F is ik
P t bh P D B
Qw t I '07
Qw t II '07
Qw t III '07
Ko ns um s i P e m e rint a h
E k s po r
Jika ditelusuri lebih lanjut, gambaran pembentukan modal tetap (investasi fisik) kian kurang menjanjikan bagi
terpeliharanya landasan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang kokoh. Sekitar 82,6 persen dari pembentukan
modal tetap adalah dalam bentuk konstruksi (bangunan), sedangkan yang dalam bentuk mesin dan alat transport
masing-masing hanya 1,8 persen untuk domestik dan 9,4 persen untuk luar negeri (impor). Agar investasi
memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi penyerapan tenaga kerja, maka investasi dalam bentuk
permesinan harus lebih didorong.
Laporan Ekonomi Bulan Desember 2007 – Kamar Dagang dan Industri Indonesia
5
This report is for use by professional and business investors only and has been prepared for information purposes and is not an offer to sell or a solicitation to buy
any institution. The information herein was obtained or derived from sources that we believe are reliable, but whilst all reasonable care has been taken to ensure that
stated facts are accurate and opinions fair and reasonable, we do not represent that it is accurate or complete and it should not be relied upon as such. All opinions
and estimates included in this report constitute our judgment as of this date and are subject to change without notice. This document is for the information of clients
only and must not be copied, reproduced or mare available to others.
Laporan Ekonomi Bulan Desember 2007 – Kamar Dagang dan Industri Indonesia
6
Download