DASAR-DASAR ILMU Ilmu adalah hal mendasar di dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat dirinya dan dunia sekitarnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu. Melalui ilmu, manusia akan memperoleh dan menemukan hakikat hidupnya. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis, tersusun sebagai teori-teori yang saling mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran. Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai bidang tertentu dari suatu disiplin ilmu dan diakui kebenarannya. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari peran filsafat sebagai landasan utama. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan didapat dari hasil berfikir yang menggunakan rasio, pengamatan mendalam terhadapsuatu objek dan dibuktikan melalui eksperimen sehingga ilmu pengetahuan tersebut diakui kebenarannya. Filsafat merangkum pengetahuan yang beraneka ragam kemudian menyusunnya menjadi suatu ilmu yang membahas pandangan tentang hidup dan dunia secara menyeluruh. Ilmu mengoreksi filsafat dengan cara menghapus ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan ilmiah. PENGERTIAN ILMU Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki pengertian, yaitu: Ilmu adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. KARAKTERISTIK ILMU Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), ciri-ciri ilmu adalah: 1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio). 2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera. 3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali. 4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya. Secara umum, ciri-ciri ilmu adalah: 1. Ilmu bersifat analisis dengan salah satu pengetahuan sebagai objek formatnya. 2. Deskriptif terhadap objek 3. Dinamis 4. Netral artinya tidak memihak pada etnik tertentu 5. Menggunakan eksperimentasi terkontrol untuk menghasilkan teori. JENIS JENIS ILMU Aristoteles berpendapat bahwa berdasarkan tujuan, ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu : 1. Ilmu-ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan. 2. Ilmu-ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan. 1 DASAR DASAR ILMU 1. Ontologi Setelah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai pengertian ontologi, Amsal Bakhtiar menyimpulkan sebagai berikut: a. Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=Ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. b. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakekat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (kongkret) maupun rohani (abstrak). Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ingin di ketahui manusia yang berkaitan dengan realita.cabang ini menguak tentang objek apa yang akan di telaahilmu. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antaraobjek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan. Dalam pemahaman ontologi, ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut. a. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakekat yang berasal dari keseluruhan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran: 1) Materialisme Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran yang sering juga disebut dengan naturalisme beranggapan bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya (jiwa dan ruh) tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu. Dalam perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai oleh filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini dapat berkembang, sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakekat adalah: a) Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. b) Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. c) Dalam sejarahnya, manusia memang bergantung pada benda seperti padi. 2) Idealisme Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakekat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau sejenisnya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakekat benda adalah ruhani, spirit dan sebagainya adalah: a) Nilai ruh lebih tinggi dari badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakekat sebenarnya. b) Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya c) Materi adalah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja. 2 b. Dualisme Aliran ini memandang bahwa hakekat itu ada dua. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya yaitu hakekat materi dan hakekat ruh. Materi bukan berasal dari ruh, dan ruh bukan berasal dari benda. Keduanya sama-sama hakekat. c. Pluralisme Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. d. Nihilisme Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada. Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias yang memberikan tiga proposisi tentang realitas, yaitu: 1) Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. 2) Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. 3) Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. e. Agnostisisme Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik itu hakekat materi maupun hakekat ruhani. Kata agnostosisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trancendent. Jadi agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakekat benda baik materi maupun ruhani. 2. Epistimologi Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atass pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah: a. Metode Induktif Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. b. Metode Deduktif Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulankesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut. c. Metode Positivisme 3 Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode ini menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. d. Metode Kontemplatif Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. e. Metode Dialektis Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidahkaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan, ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran, tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub. 3. Aksiologi Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumatri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. HUBUNGAN ILMU DENGAN FILSAFAT Dasar manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan bersumber kepada tiga pertanyaan. Sementara filsafat ,memepelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajianya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk mengingatkan ketiga pertanyaan itu adalah: 1. Apa yang ingin kita ketahui? 2. Bagaimana cara kita memeperoleh pengetahuan?; dan 3. Apakah nilai (manfaat) pengetahuan tersebut bagi kita? Pertanyaan pertama di atas merupakan dasar pembahasan dalam filsafat dan biasa disebut dengan ontologi, pertanyaan kedua juga merupakan dasar lain dari filsafat, disebut dengan epistemologi dan pertanyaan terakhir merupakan landasan lain dari filsafat yang disebut dengan axiologi. Ketiga hal di atas merupakan landasan bagi filsafat dalam membedah setiap jawaban dan seterusnya membawa kepada hakekat buah pemikiran tersebut. Hal ini juga berlaku untuk ilmu pengetahuan, kita mempelajari ilmu ditinjau dari titik tolak yang sama untuk mendapatkan gambaran yang sedalam-dalamnya. KESIMPULAN Ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan karena filsafat merupakan dasar dari perkembangan suatu ilmu. Perkembangan ilmu didasari oleh tiga hal yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ontologi mempelajari segala sesuatu yang ada baik yang bersifat konkrit maupun abstrak. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian, dan pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan aksiologi adalah cabang filsafat yang bertujuan untuk menemukan kebenaran ilmiah. 4 SARAN 1 Sebagai mahasiswa kita harus mempelajari suatu ilmu secara mendalam, menggunakan hati dan akal sehingga dapat memperoleh hakikat ilmu yang dipelajari. 2 Para pembaca sebaiknya mencari referensi lain tentang dasar-dasar ilmu supaya memperoleh pemahaman yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/epistemologi.html http://erwindahapsari.blogspot.com/2012/06/pengertian-aksiologi.html Oleh: • Dwi Pujianingtyas Prabaningrum • Lilik Indriarini • Riati • Tipuk Sri Harwati Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dosen : Afid Burhanuddin, M.Pd. Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Pacitan 5