program studi teknologi pengolahan hasil perkebunan jurusan

advertisement
STUDI PENGGUNAAN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix DC)
TERHADAP PENGAWETAN DAGING AYAM DALAM PENYIMPANAN SUHU DINGIN
Oleh:
ASRI SANTALINA NAIBAHO
NIM. 130500120
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENGGUNAAN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix DC )
TERHADAP PENGAWETAN DAGING AYAM DALAM PENYIMPANAN SUHU DINGIN
Oleh:
ASRI SANTALINA NAIBAHO
NIM. 130500120
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENGGUNAAN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix DC)
TERHADAP PENGAWETAN DAGING AYAM DALAM PENYIMPANAN SUHU DINGIN
Oleh:
ASRI SANTALINA NAIBAHO
NIM. 130500120
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Penggunaan Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus
Hystrix DC) Terhadap Pengawetan Daging Ayam
Dalam Penyimpanan Suhu Dingin
Nama
: Asri Santalina Naibaho
NIM
: 130500120
Program Studi
: Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Pembimbing,
Netty Maria Naibaho, S.TP.,MP.,M.Sc
NIP. 198510022008122001
Penguji I,
Rudito, S.TP.,M.Sc
NIP. 196906192003121001
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan,
Muh, Yamin,S.TP.,M.Si
NIP. 197408132002121001
Penguji II,
Hamka, S.TP.,MP.,M.Sc
NIP. 197604082008121002
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Hamka, S.TP.,MP.,M.Sc
NIP. 197604082008121002
v
ABSTRAK
ASRI SANTALINA NAIBAHO, Penggunaan Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut
(Citrus Hystrix DC) Terhadap Pengawetan Daging Ayam Dalam Penyimpanan
Suhu Dingin (dibawah bimbingan Ibu NETTY MARIA NAIBAHO).
Makanan yang mudah terkontaminasi dan mengalami pembusukan seperti
daging ayam. Untuk menghambat kerusakan pada bahan pangan tersebut,
penggunaan pengawet sintesis banyak dilakukan tetapi cara penggunaan yang
tidak tepat dapat membahayakan kesehatan. Bahan pengawet alami seperti
kunyit, daun sereh, dan salah satunya daun jeruk purut (Citrus Hystrix DC). Daun
jeruk purut (Citrus Hystrix DC) merupakan salah satu tanaman anti mikroba
karena mengandung minyak atsiri, tannin, sitronellal, dan flavonoid.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya simpan daging ayam
dengan mengunakan berbagai variasi konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut.
Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak
lengkap dua faktor dimana faktor pertama adalah konsentrasi minyak atsiri (5%,
10%, 15% dan 20%) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan (0, 1, 3 dan 5
hari ). Masing-masing 3 kali ulangan. Dan terdapat kontrol (normalsaline).
Parameter yang diamati adalah total mikroorganisme dan uji organoleptik yang
meliputi warna dan aroma (skala hedonik).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total mikroorganisme yang paling
banyak terdapat pada lama penyimpanan 0 hari dengan konsentrasi 5%
(7.5x10 5) sedangkan total mikroorganisme terendah terdapat lama penyimpan an
3 hari dengan kosentrasi 20% (3.5x105). Uji organoleptik warna menunjukkan
nilai kesukaan panelis tertinggi terdapat pada lama penyimpanan 3 hari dengan
konsentrasi 20%. Nilai rata-ratanya adalah 4.33 (suka) sedangkan nilai kesukaan
panelis terendah terdapat pada lama penyimpanan 5 hari dengan konsentrasi
5%. Nilai rata-ratanya adalah 3.40 (agak suka) sedangkan uji organolpetik aroma
menunjukkan nilai kesukaan panelis tertinggi terdapat pada lama penyimpanan 3
hari dengan konsentrasi 20%. Nilai rata-ratanya adalah 3.80 (suka). Nilai
kesukaan panel is terendah terdapat pada lama penyimpanan 5 hari dengan
konsentrasi 5%. Nilai rata-ratanya adalah 2.77 (agak suka). Dapat disimpulkan
bahwa minyak atsiri daun jeruk purut dapat menurunkan jumlah mikroorganisme
pada daging ayam. Dimana dapat dilihat daya simpan daging ayam paling baik
adalah pada penyimpanan 3 hari.
Kata Kunci: Daun jeruk purut, minyak atsiri, daging ayam, mikroorganisme
RIWAYAT HIDUP
ASRI SANTALINA NAIBAHO, lahir pada tanggal 20 Mei
1994 di Desa Bandar Hinalang, Kecamatan Purba,
Kabupaten
Simalungun,
Provinsi
Sumatera
Utara.
Merupakan anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan
Bapak Polman Naibaho dan Ibu Helena Pasaribu. Pada
tahun 2001 memulai pendidikan dasar pada Sekolah Dasar
Inpres No 091367 Simpang Hinalang, Kecamatan Purba,
Kabupaten Simalungun dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Purba Hinalang dan lulus tahun 2009. Pada tahun 2010 melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Simpang Empat
Batulicin, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan dan lulus pada tahun 2013.
Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Pengolahan
Hasil Perkebunan. Pada tanggal 06 Maret sampai 30 April 2016 melaksanakan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. TELEN Pengadan Baay Mill,
Desa
Pengadan, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur.
Syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III, Penulis
melakukan
Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC) Terhadap Pengawetan Daging Ayam Dalam
Penyimpanan Suhu Dingin
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, yang
telah
melimpahkan
rahmat
dan
berkat-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Laboratorium
Pengolahan dan Laboratorium Mikrobiologi Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan
memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.Md). Keberhasilan dan kelancaran
dalam penulisan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1.
Bapak Ir. Hasanuddin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
2.
Bapak Hamka, S.TP.,MP.,M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian.
3.
Bapak Muh. Yamin, S.TP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perkebunan.
4.
Ibu Netty Maria Naibaho, S.TP.,MP.,M.Sc selaku Dosen P embimbing.
5.
Bapak Rudito, S.TP.,M.Si selaku Dosen Penguji I.
6.
Bapak Hamka, S.TP.,MP.,M.Sc selaku Dosen P enguji II.
7.
Orang tua tercinta Polman Naibaho beserta Ibu Helena Pasaribu yang telah
banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil.
8.
Saudara-saudari saya yang tercinta, terimakasih yang telah banyak memberi
motivasi.
9.
Seluruh staf pengajar, administrasi dan teknisi Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perkebunan.
10. Seseorang yang tidak pernah lelah mendengar keluh kesah serta selalu
memberi semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda,
khususnya
Program
Studi
Teknologi
Pengolahan
Hasil
Perkebunan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga amal baik dan keikhlasanya mendapatkan imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa, Amin. Dalam penyusunan laporan ini mungkin masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis terbuka untuk menerima kritik dan
saran yang membangun penulisan-penulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Asri Santalina Naibaho
Kampus Sei. Kledang, Agustus 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
ABSTRAK ...... .........................................................................................
v
RIAWAYAT HIDUP ..................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
DAFTAR ISI ... .........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Tujuan .. .........................................................................................
C. Manfaat Penelitian .........................................................................
1
3
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Daun Jeruk Purut .................................
B. Tinjauan Umum Daun Jeruk Purut .................................................
C. Tinjauan Umum Minyak Atsiri ........................................................
D. Pengertian dan Manfaat Bahan Pengawet Pangan........................
E. Kerusakan Mikrobiologi pada Bahan Pagan ..................................
F. Tinjauan Umum Mikroorganisme ...................................................
G. Tinjauan Umum Daging Ayam .......................................................
H. Tinjauan Umum Refrigrator............................................................
I. Tinjauan Umum Uji Organoleptik ...................................................
4
6
7
10
12
14
16
18
20
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
B. Alat dan Bahan.............................................................................
C. Rancangan Penelitian ..................................................................
D. Prosedur Penelitian ......................................................................
22
22
22
23
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Total Mikroorganisme ...................................................................
B. Uji Organoleptik............................................................................
27
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.. .........................................................................................
38
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Flow Chart Penggunaan Minyak Atsiri Terhadap Pengawetan
Daging Ayam Dalam Penyimpanan Suhu Dingin............................
26
2. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut Terhadap
Pertumbuhan Mikroorganisme Setelah Disimpan di Kulkas Selama
0, 1, 3 dan 5 Hari............................................................................
30
3. Rata-Rata Penilaian Panelis Terhadap Warna Daging Ayam .........
33
4. Rata-Rata Penilaian Panelis Terhadap Aroma Daging Ayam .........
36
Nomor
Lampiran
Halaman
5. Daging Ayam (Dada Ayam) ............................................................
49
6. Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut Setelah disuling ............................
49
7. Pemotongan Daging Ayam.............................................................
50
8. Penimbangan Daging Ayam ...........................................................
50
9. Styrofoam untuk Wadah Daging Ayam ...........................................
51
10. Penyemprotan Daging Ayam Menggunakan Minyak Atsiri Daun
Jeruk Purut.....................................................................................
51
11. Persiapan Ayam Untuk Dibungkus Menggunakan Plastic Wrapping
.......................................................................................................
52
12. Penyimpanan Daging Ayam di Kulkas dengan Suhu 40C ...............
52
13. Daging Ayam Setelah Penyimpanan 1 Hari ....................................
53
14. Penimbangan Daging Ayam untuk Sampel Perhitungan Mikroba...
53
15. Pengenceran .................................................................................
54
16. Sampel Ditunggu Selama 30 Menit ................................................
54
17. Pengadukan Sampel Daging Ayam ................................................
55
18. Pembakaran Tepi Cawan Petri di Lampu Bunsen ..........................
55
19. Pemipetan Sampel kecawan Petri yang telah Diisi Media Agar ......
56
20. Penuangan Media ..........................................................................
56
21. Diinkubasi Selama 24 Jam .............................................................
57
22. Uji Organoletik ...............................................................................
57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Total Mikroorganisme .....................................................................
44
2. Uji Organoleptik..............................................................................
46
3. Dokumentasi Penelitian ..................................................................
49
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Karateristik Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut ..................................
7
2.
Komponen Minyak Daun Jeruk Purut ...........................................
7
3.
Total Mikroorganisme Setelah Disimpan Selama 0, 1, 3, dan 5
0
Hari di Kulkas dengan Suhu 4 C .................................................
26
Rekapitulasi Uji Organoletik Terhadap Warna Daging Ayam
Setelah Disimpan Selama 0, 1, 3 dan 5 Hari ................................
32
Rekapitulasi Uji Organoletik Terhadap Aroma Daging Ayam
Setelah Disimpan Selama 0, 1, 3 dan 5 Hari ................................
35
4.
5.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit yang ditularkan melalui makanan ( foodborne disease)
merupakan permasalahan kesehatan mayarakat yang banyak dijumpai dan
penyebab signifikan menurunnya produktivitas ekonomi. Di seluruh dunia
terdapat jutaan orang, khususnya bayi dan anak-anak, yang menderita dan
meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit yang ditularkan melalui
makanan tersebut. Setiap tahun, terdapat sekitar 1500 juta kejadian diare
pada balita dan diperkirakan 70% kasus penyakit diare terjadi karena
makanan yang terkontaminasi. Patogen yang sudah dikenal sebagai
penyebab penyakit diare salah satunya adalah bakteri seperti Escherichia
coli (E. coli ) (Motarjemi dkk, 2006).
Makanan yang paling sering terkontaminasi dan mudah membusuk
adalah daging ayam. Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan
yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi,
karena memiliki protein yang berkualitas tinggi dan mengandung asam
amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan gizi yang
tinggi, lengkap, dan seimbang pada daging merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroba, sehingga daging merupakan salah satu bahan
pangan yang mudah rusak (perishable). Kerusakan pada daging terindikasi
dari adanya perubahan fisik dan perubahan kimia (Soeparno, 2004). Salah
satu cara untuk menghambat kerusakan dan memperpanjang masa simpan
daging adalah menggunakan bahan pengawet. Penggunaan pengawet
sintetis banyak dilakukan, tetapi cara penggunaan yang tidak tepat dapat
membahayakan kesehatan. Para pedagang umumnya jarang menggunakan
2
pengawet tersebut, karena dikhawatirkan merubah cita rasa dari daging.
Para pedagang terkadang justru menggunakan beberapa pengawet yang
dilarang digunakan sebagai bahan pengawet antara lain formalin, asam
borat, asam salisilat, kalium klorat, dan lain-lain. Dalam jangka panjang
pengawet
sintetis
dapat
terakumulasi
di
dalam
tubuh
dan
dapat
menyebabkan kanker bahkan berujung kematian. Oleh karena itu bahan
pengawet alami lebih disarankan. Bahan-bahan pengawet alami seperti
kunyit, daun sereh dan
termasuk di antaranya berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang mempunyai minyak atsiri yaitu daun jeruk purut (Citrus
Hystrix DC) (Usmiati, 2010).
Tanaman jeruk purut banyak dimanfaatkan pada bagian daun dan
buahnya. Selain dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, daun jeruk purut
mempunyai kandungan minyak atsiri yang bermanfaat. Kegunaan minyak
atsiri ini adalah sebagai bahan dasar kosmetik, wangi-wangian atau minyak
gosok untuk pengobatan alami dan juga sebagai bahan pengawet. Menurut
Somantri, (2009), minyak atsiri daun jeruk purut terdiri dari beberapa
komponen kimia yang utama dan terpenting adalah sitronelal dengan jumlah
81.49 %, sitronelol 8.22 %, linalol 3.69 % dan geraniol 0.31 %. Dimana salah
satu komponen utama yaitu sitronelal diketahui dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Dengan ini, peneliti berharap agar nantinya
apa yang dihasilkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang lebih
luas tentang manfaat minyak atsiri daun jeruk purut sebagai pengawet alami
kepada masyarakat.
3
B. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya simpan daging
ayam dengan menggunakan minyak atsiri daun jeruk purut.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan
informasi kepada
masyarakat tentang pemanfaatan minyak atsiri daun jeruk purut sebagai
alternatif lain dalam pengawetan daging ayam.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Jeruk Purut
Jeruk purut merupakan salah satu anggota suku jeruk jerukan,
Rutacea , dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus Histrix DC, buah
tersebut mempunyai tinggi pohon antara 2-12 meter. Buahnya kecil
mempunyai bentuk seperti buah pir, memiliki banyak tonjolan dan berbintil.
Rasa buah sangat asam dan agak pahit kulit buah berwarna hijau tebal,
mempunyai batang yang kecil, bengkok dan mempunyai cabang yang
rendah. Batangnya ketika sudah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua
polos atau berbintik-bintik. Daunnya berwarna hijau kekuningan mempunyai
bau yang sedap, bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai.
Tangkai daun bersayap lebar, hampir menyerupai daun (Wangsa dan
Nuryati, 2009). Menurut Swastika (2009) Klasifikasi tanaman jeruk purut
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi
: Spermatophyta (menghasil biji )
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga )
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus Hystrix DC
5
Jeruk (atau limau/limo) purut (Citrus Hystrix DC) merupakan tumbuhan
perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu
penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir
lime. Jeruk purut termasuk kedalam subgenus papeda karena bentuknya
yang berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya. Tumbuha nnya berbentuk
pohon kecil (perdu). Jeruk purut (Citrus Hystrix DC) adalah tanaman yang
tumbuh pada daerah tropis, yang tersebar luas di Asia bagian selatan. Selain
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, daun jeruk purut mempunyai
kandungan minyak atsiri yang bermanfaat. Kegunaan minyak atsiri ini adalah
sebagai bahan dasar kosmetik, wangi-wangian atau minyak gosok untuk
pengobatan alami. Disamping untuk memenuhi kebutuhan minyak atsiri
dalam negeri, pasokan minyak atsiri juga dapat meningkatkan volume
ekspor (Swastika, 2009).
Tahun 2008 harga komoditas minyak atsiri jeruk purut (Citrus Hystrix
DC) mencapai Rp.600.000-700.000 per kilogramnya dan diperkirakan akan
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (Armando, 2009). Pada mulanya
bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah
menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri
yang mudah menguap terdapat di dalam kelenjar minyak yang harus
dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan merajang/memotong jaringan
tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak mungkin, sehingga
minyak dapat dengan mudah diuapkan (Suryaningrum, 2009). Nilai jual dari
minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen
utamanya. Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut di sebut combava
6
petitgrain (dalam bahasa afrika) yang banyak digunakan dalam industry
makanan, minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna dan lain-lain. Misalnya
dalam industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam
produk-produk olahan. Minyak daun jeruk purut dalam perdagangan
internasion al disebut kaffir lime oil. Minyak atisiri ini banyak diproduksi di
Indonesia dengan output beberapa ton per tahun. Harga kaffir lime oil asal
Indonesia yaitu sebesar USD 65,00-75,00 per kilogram (Feryanto, 2007).
B. Tinjauan Umum Daun Jeruk Purut
Daun jeruk purut merupakan daun majemuk yang menyirip beranak
daun satu. Tangkai daun sebagian melebar menyerupai daun sebagian
melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur
sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai
runcing, permukaan kecil dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih,
permukaan atas warnanya hijau muda atau hijau kekuningan, buram, jika
diremas baunya harum. Ciri khas daun jeruk purut adalah terdiri dari dua
bagian, dengan lekukan ditengahnya, hingga sepintas daun jeruk purut
tampak seperti dari dua daun. Di atas daun pertama tumbuh daun kedua
yang berada dibagian atasnya. Warna daun jeruk purut hijau tua, dengan
aroma harum dan tajam (Suryaningrum, 2009).
7
Tabel 1. Karakteristik minyak atsiri daun jeruk purut
Karakteristik
Persentase
Rendemen (%)
0,208-2,95
Berat Jenis(g/ml)
0,84-0,86
Viskositas(N.m/s2)
0,0125-0,014
Indeks bias
1,44-1,50
Putaran optic
-2o-11,9o
Sumber: (Lia, dkk 2015)
Daun jeruk purut memiliki beberapa komponen kimia yaitu sitronellal,
sitronelol, linalol, geraniol dan kompenen lain. Berikut komponen minyak
daun jeruk purut .
Tabel 2. Komponen minyak daun jeruk purut
Komponen
Sitronellal
Sitronelol
Linalol
Geraniol
Komponen lain
Persentase
81,49 %
4,22 %
3,69 %
0,31 %
6,29%
Sumber: (Koswara, 2009)
C. Tinjauan Umum Minyak Atsiri
Minyak yang terdapat dalam alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu
minyak mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan
(edible fat dan minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri yang disebut juga
minyak minyak eteris, minyak terbang atau essential oil, dipergunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri misalnya pada industri parfum,
kosmetik, industri farmasi dan flavoring agent. Dalam pembuatan parfum dan
wangi-wangian minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi
terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga yang berasal dari jenis
tertentu, minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat uj ga dibuat
secara sintesis (Ketaren, 1985).
8
Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud
cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar kulit, batang, daun, biji,
maupun dari bunga dengan penyulingan. Meskipun kenyataan untuk
memperoleh minyak atsiri dapat menggunakan cara lain seperti ekstraksi
menggunakan pelarut organik atau dengan cara dipress (Hardjono.,S, 2004).
Minyak atsiri mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon dan oksigen
disebut sebagai terpene. Minyak atsiri yang mengandung terpen jika
disimpan dalam waktu jangka lama akan membentuk sejenis resin dan sukar
larut dalam alkohol. Dalam tanaman minyak atsiri mempunyai 3 fungsi yaitu
membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga
atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan,
sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Adapun sifat fisik minyak atsiri
yang baru diekstrak (masih segar) biasanya tidak berwarna atau berwarna
kekuning-kuningan dan beberapa jenis minyak berwarna kemerah-merahan,
hijau atau biru. Jika minyak dibiarkan lama di udara dan kena cahaya
matahari pada suhu kamar, maka minyak tersebut akan mengabsorbsi
oksigen udara sehingga menghasilkan warna minyak yang lebih gelap, bau
minyak berubah dari bau wangi alamiahnya serta minyak menjadi lebih
kental dan akhirnya membentuk sejenis resin (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan
semakin besar dengan kenaikan suhu, umumnya larut dalam alkohol dan
pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol enc er
yang
kosentrasinya 70 %. Daya larut tersebut lebih kecil jika minyak mengandung
fraksi terpene dalam jumlah besar. Minyak atsiri umumnya terdiri dari
berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur carbon
9
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang
mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S) (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman sering hilang oleh
pemanasan setelah bahan tanaman dipanen. Terdapat dalam sejumlah
tanaman yang segar atau bagian tanaman dengan kandungan air yang tinggi
dapat kehilangan kandungan minyak atsiri dalam jumlah yang besar pada
saat dikeringkan dalam keadaan udara terbuka, tetapi memang ada
sejumlah tanaman yang kehilangan minyak atsiri sedikit. Pada hakekatnya
penguapan minyak atsiri yang melalui dinding-dinding jaringan tanaman
tidak dapat segera terjadi. Hal ini disebabkan untuk melepaskan minyak
atsiri ini, pertama-tama minyak atsiri harus dibawa kepermukaan tanaman
melalui air atau kelembaban air terdapat dalam tanaman yang berkelakuan
sebagai media pengangkut. Daun-daun dan bunga-bungaan yang berdinding
tipis lepasnya minyak atsiri yang lebih mudah larut dalam air (Hardjono.,S,
2004).
Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang
dituangkan dalam standar mutu. Dicantumkan sifat yang umum terdapat
dalam minyak atsiri tersebut, sifat-sifat tersebut bukan merupakan hal yang
dipaksakan akan tetapi sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap jenis
minyak tersebut. Dari sifat fisik dapat diketahui secara umum komponen
kimia yang terdapat didalamnya (Ketaren, 1985).
Menurut Ketaren, (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
minyak atsiri adalah sebagai berikut:
1.
Jenis tanaman dan umur panen
2.
Perlakuan bahan sebelum ekstraksi
10
3.
Jenis peralatan dan kondisi proses ekstraki minyak
4.
Pengemasan dan penyimpanan.
D. Pengertian dan Manfaat Bahan Pengawet Pangan
Menurut Cahyadi, (2009) bahan pengawet kimia merupakan salah satu
kelompok senyawa kimia yang ditambahkan secara sengaja ke dalam
makanan, atau muncul dalam makanan sebagai hasil dari penanganan
sebelum pemprosesan, selama pemrosesan, dan penyimpanan. Dalam
kesesuaian dengan Good Manufacturing Practices (GMP), penggunaan
bahan pengawet:
a)
Tidak boleh memberi efek merugikan bagi nilai nutrisi dari makanan.
b)
Harus mampu mencegah pertumbuhan organisme yang beracun dapat
menyebabkan kerusakan makanan.
Secara umum, penambahan bahan pengawet bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk, memperpanjang umur
simpan pangan tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau
bahan pangan yang diawetkan tidak untuk menyembunyikan keadaan bahan
pangan yang berkualitas rendah dan lain-lain. Penggunaan bahan pengawet
untuk mengawetkan bahan pangan ini diharapkan tidak menambah atau
sangat sedikit menambah biaya produksi dan tidak akan mempengaruhi
harga bahan pangan yang diawetkan (Cahyadi, 2009).
Menurut Cahyadi (2009), faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba
oleh bahan pengawet kimia meliputi beberapa hal antara lain, jenis bahan
kimia dan konsentrasinya, banyaknya mikroorganisme, komposisi bahan
pangan, keasaman bahan pangan dan suhu penyimpanan. Bahan pengawet
memiliki mekanisme kerja untuk menghambat pertumbuhan mikrobia bahkan
11
mematikannya, antara lain adalah gangguan sistem genetik, menghambat
sintesa dinding sel atau membran, penghambat enzim, dan peningkatan
nutrien esensial. Bahan pengawet menurut Cahyadi (2009), dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a)
Zat pengawet organik
Contoh: asam sorbat, asam propionate, asam benzoate, asam asetat, dll.
b)
Zat pengawet anorganik
Contoh: Garam, nitrit, nitrat, dll.
Menurut Cahyadi (2009) bahan pengawet mempunyai mekanisme
kerja untuk menghambat pertumbuhan mikroba bahkan mematikannya,
diantaranya sebagai berikut:
a)
Gangguan sistem genetic
b)
Mengambat partumbuhan reaksi yang terjadi pada dinding sel atau
membrane
c)
E.
Penghambatan enzim
Kerusakan Mikrobiologi Pada Bahan Pangan
Menurut
Fardiaz, (1992) kerusakan mikrobiologi pada pangan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu, tingkat pencemaran mikroba pada
pangan, yaitu semakin tinggi tingkat pencemaran mikroba maka pangan
akan semakin mudah rusak. Kecepatan pertumbuhan mikroba yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, yaitu aw, pH,
kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu, oksigen, dan kelembaban.
Proses pengolahan yang telah diterapkan pada pangan, misalnya
pencucian,
pemanasan,
pendinginan,
pengeringan,
dan
lain-lain.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka pangan secara umum dapat
12
dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan mudah tidaknya mengalami
kerusakan, yaitu:
a)
Pangan yang mudah rusak, terutama pangan yang berasal dari hewan
seperti daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan telur.
b)
Pangan yang agak mudah rusak seperti sayuran dan buah-buahan, roti,
dan kue-kue.
c)
Pangan yang awet, terutama pangan yang telah dikeringkan seperti bijibijian dan kacang-kacangan kering, gula, dan lain-lain.
Pangan yang mengalami kerusakan akan mengalami perubahan-
perubahan seperti perubahan warna, bau, rasa, tekstur, kekentalan, dan
lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut mungkin disebabkan oleh benturan
fisik, reaksi kimia, atau aktivitas organisme seperti tikus, parasit, serangga,
mikroba, dan lain-lain. Berikut ini dijelaskan tanda-tanda kerusakan,
terutama kerusakan mikrobiologi, yang sering terjadi pada pangan.
Kerusakan sayuran dan buah-buahan sering terjadi akibat benturan fisik,
kehilangan air (layu), serangan serangga, dan serangan mikroba, terutama
pada sayur-sayuran yang mudah rusak seperti kubis, tomat, wortel, dan lainlain. Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada sayuran dan buah-buahan
misalnya:
a)
Busuk air pada sayuran yang disebabkan oleh pertumbuhan beberapa
bakteri, ditandai dengan tekstur yang lunak (berair)
b)
Perubahan warna yang disebabkan oleh pertumbuhan kapang yang
membentuk spora berwarna hitam, hijau, abu-abu, biru-hijau, merah
jambu, dan lain-lain
13
c)
Bau alkohol, rasa asam, dan pembekuan gas yang disebabkan oleh
pertumbuhan kamir atau bakteri asam laktat, misalnya pada sari buah
Daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi karena
kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta banyak mengandung
vitamin dan mineral. Kerusakan pada daging ditandai dengan perubahan
bau dan timbulnya lendir yang biasanya terjadi jika jumlah mikroba menjadi
108) sel atau lebih per 1 cm2 luas permukaan
daging. Kerusakan mikrobiologi pada daging terutama disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri pembusuk dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a)
Pembentukan lendir
b)
Perubahan warna
c)
Perubahan bau menjadi busuk
karena pemecahan protein dan
terbentuknya senyawa-senyawa berbau busuk seperti amonia, H2S, dan
senyawa lain-lain
d)
Perubahan rasa menjadi asam karena pertumbuhan bakteri pembentuk
asam.
e)
Ketengikan yang disebabkan pemecahan atau oksidasi lemak daging.
Daging yang telah dikeringkan sehingga nilai awnya rendah, misalnya
daging
asap
atau
dendeng,
kerusakan
terutama
disebabkan
oleh
pertumbuhan kapang pada permukaan. Pada daging yang dikalengkan,
kerusakan dapat disebabkan oleh bakteri pembentuk spora yang kadangkadang membentuk gas sehingga kaleng menjadi kembung.
F.
Tinjauan Umum Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan salah satu mahkluk hidup yang dapat
hidup pada ekosistem maupun dalam tubuh mahkluk hidup lainya.
14
Miroorganisme terdapat beberapa yang menguntungkan bagi mahkluk hdiup
lainya tetapi ada juga yang merugikan bagi mahkluk hidup lainnya. Menurut
habitatnya mikroorganisme ada yang hidup di udara, tanah, tubuh mahkluk
hidup dan ada juga yang hidup di air. Mikroorganisme yang banyak sekarang
dikaji sekarang ini karena peranannya besar bagi kehidupan adalah bakteri.
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan
penyakit, sedangkan kelompok lain dapat memberikan manfaat dibidang
pangan, pengobatan dan industry (Brady, 2003). Bahan makanan, selain
merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan
bagi mikroorganisme.
Pertumbuhan
mikroorganisme
dalam
bahan
pangan
dapat
menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan
pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu
pertumbuhan
mikroorganisme
dalam
bahan
pangan
juga
dapat
mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan sehingga
bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi
pada pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai
perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan
organisme lain penyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya
seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan
makanan. (Brady, 2003).
15
Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat
makanan disebabkan, antara lain oleh
kebanyakan
makan,
alergi,
kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan -bahan kimia, tanaman
atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi
pangan yang mengandung parasit-parasit hewan dan mikroorganisme.
Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi satu karena memiliki
gejala
yang
hampir
sama
atau
sering
tertukar
dalam
penentuan
penyebabnya. Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering
digunakan untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme
mencakup gangguan-gangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang
dihasilkan organisme-organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat
terinfeksi organisme penghasil toksin. Toksin-toksin dapat ditemukan secara
alami pada beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit
toksik yang dihasilkan suatu metabolisme. Dengan demikian, intoksikasi
pangan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang
telah terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan
masuknya
bakteri
ke
dalam
tubuh
melalui
makanan
yang
telah
terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasilhasil metabolismenya (Siagian, 2002).
G. Tinjauan Umum Daging Ayam
Daging ayam mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air dan merupakan bahan pangan yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan mudah rusak karena memiliki
kandungan air yang tinggi yaitu berkisar antara 60%-70%. Kandungan air
16
akan berbeda pada umur dan spesies yang berlainan. Kandungan air pada
ayam muda lebih tinggi daripada ayam yang tua (Rasyaf, 2004).
Broiler adalah unggas yang dipelihara kurang dari delapan minggu,
dijual dengan berat tertentu dan mempunyai pertumbuhan yang cepat serta
mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan
banyak.
Daging broiler mempunyai sifat diantaranya daging empuk, kulit
licin dan berlemak, sedangkan tulang rawan dada belum membentuk tulang
keras, dengan bentuk lebar, dan padat berisi (Rasyaf, 2004).
Broiler biasanya mempunyai syarat tertentu seperti pertumbuhan
cepat, mempunyai dada lebar dan timbunan daging yang baik, pertumbuhan
bulu yang cepat dan warna bulu yang dikehendaki adalah warna putih dan
warna teran g lainnya yang dapat mencapai berat hidup 2 kg/ekor. Broiler
adalah sebutan ayam muda baik jantan maupun betina, berdaging empuk,
tesktur kulit licin dan kenyal serta tulang rawan dan dada yang lunak
(Wahyu, 1985).
Perbedaan struktural daging ayam dengan jenis ternak lain tidak jauh
beda, tetapi ciri-ciri antara lain: berwarna keputih-putihan atau merah pucat,
memiliki serat daging ayam yang halus dan panjang, diantara serat daging
tidak terdapat simpanan lemak berwarna putih kekuning-kuningan. Bahan
pangan hewani berupa daging broiler yang kaya akan gizi baik protein,
karbohidrat, lemak vitamin maupun mineral benar-benar diperlukan.
Komposisi nutrisi yang terdapat pada broiler berumur 6-8 minggu antara lain:
asam linoleat 1,00%, riboflavin 3,6%, tiamin 1,80%, asam pantotenat 10%,
disamping bahan protein, lemak, air dan sebagainya (Khotimah, 2002).
17
Kandungan lemak dalam daging ayam sangat bervariasi yakni sekitar
25%. Lemak ini terutama terdapat pada kulit daging. Kulit daging ayam
mengandung kolesterol yang cukup tinggi yaitu 120 mg/100 gr, sedangkan
daging ayam yang telah dibuang kulitnya mengadung kolesterol sebanyak
78 mg/100 gr (Ketaren, 1986). Penyedian karkas ayam pedaging segar akan
menjadi masalah pada saat dilakukan penyimpanan dalam waktu yang
cukup lama. Perlemakan pada daging ayam pedaging terutama pada umur
panen yang lebih lama dari kebiasaan (>42 hari pada broiler) akan
menimbulkan perubahan bau dan ketengikan akibat oksidasi dari asamasam lemak.
Ini sangat dimungkinkan terjadi karena asam-asam lemak
tidak jenuh pada lemak ayam dan itik akan sangat mudah mengalami
oksidasi dibandingkan dengan asam-asam lemak jenuh. Dengan demikian
daya tahan akan menjadi singkat dari sudut ketengikan yang terjadi
(Abustam dan Ali, 2004).
Daging ayam yang bermutu baik sangat menentukan kualitas dan
kuantitas dari suatu produk olahan yang dihasilkan seperti chiken nugget,
bakso, sosis, dan lain-lain. Oleh karena itu penaganan ternak ayam yang
baik sebelum dan sesudah pemotongan merupakan kunci penting dalam
memperoleh kuantitas daging yang baik tampa adanya kerusakan pada
daging tersebut (Soeparno, 1991).
H. Tinjauan Umum Refrigrator
Refrigrator semakin banyak dimanfaatkan seirama dengan kemajuan
teknologi dan peningkatan taraf hidup. Penggunaan yang umum adalah
untuk mengawetkan makanan. Pada suhu biasa (suhu kamar) makanan
cepat menjadi busuk (karena pada temperatur biasa bakteri akan
18
o
o
berkembang cepat). Sedangkan pada suhu 4,4 C atau 40 F (suhu yang
biasa untuk pendinginan makanan), bakteri berkembang sangat lambat
sehingga makanan akan lebih tahan lama. Jadi di sini kita mengawetkan
makanan-makanan tersebut dengan cara mendinginkannya (Karyanto,
2005).
Kegunaan lain dari mesin pendingin adalah penyejuk ruangan,
mendinginkan minuman (beverage cooling), untuk membuat es batu, es
mambo dan lain-lain. Untuk keperluan rumah tangga misalnya ibu-ibu
biasanya menyimpan susu, sayuran, buah-buahan, daging dan lain-lain
dalam kulkas supaya lebih tahan lama.Untuk mengawetkan dalam jumlah
yang
lebih
besar
misalnya
kita
temui
pada
tempat
pemotongan
ternak/butcher, untuk penyimpanan udang, ikan laut, dan lain lain (Saito,
1981).
Mengawetkan makanan dapat diusahakan dengan dikeringkan,
diasap, diasinkan (diberi garam), dirempahi (diberi rempah-rempah), dibuat
manisan dan didinginkan. Dahulu manusia mendinginkan makanan dengan
tujuan agar makanan dapat disimpan lebih lama dan tidak membusuk,
meskipun sebab terjadinya pembusukan ini tidak mereka ketahui. Sekarang
terjadinya pembusukan ini telah diketahui, disebabkan oleh jasad renik
(microbes) yang ada di dalam bahan makanan, yaitu: kuman, lumut, jamur
dan lain-lain (Saito, 1981).
Suhu udara ruang dalam keadaan yang lembab, jasad renik dapat
berkembang biak dengan cepat sekali. Pada suhu ruang yang lebih tinggi,
jasad renik dapat berkembang biak lebih cepat lagi, sehingga jumlahnya
berlipat ganda, menjadi ratusan, ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah
19
o
semula. Telah diselidiki bahwa pada suhu 10 C adalah batas suhu yang
paling baik dimana jasad renik sukar berkembang biak, sedangkan bahan
makanan masih dapat disimpan dalam keadaan baik. Pada suhu di bawah
o
0 C, zat cair di dalam sayuran dan buah-buahan akan membeku dan
mengembang. Perubahan wujud dan volume ini dapat merusak sayuran dan
buah-buahan, maka harus dihindarkan. Bahan makanan yang mengandung
banyak air, terutama buah-buahan, maka harus dihindarkan. Bahan
makanan yang mengandung banyak air, terutama buah-buahan dan sayur
o
mayur harus disimpan di atas titik beku dari zat cair, antara 3 - 10 C
(Sumanto, 1994). Suhu tersebut harus dipertahankan di dalam lemari es.
Jadi tujuan dari mendinginkan di dalam refrigerator yaitu :
I.
a)
Agar dapat menyimpan makanan lebih lama dalam keadaan tetap baik.
b)
Membuat buah dan minuman lebih enak rasanya.
c)
Untuk menyimpan film dan bahan kimia tertentu agar tidak rusak.
Tinjauan Umum Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis,
yaitu kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena
adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda
tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat
indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan
karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau
menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan
(Wagiyono, 2003).
20
Pengukuran terhadap nilai atau tingkat kesan, kesadaran dan sikap
disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Penilaian subyektif
merupakan hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku
atau yang melakukan pengukuran. Pengukuran atau penilaian dilakukan
dengan memberikan rangsangan atau benda rangsang pada alat atau organ
tubuh (indera), maka pengukuran ini disebut juga pengukuran atau penilaian
subyektif atau penilaian organoleptik atau penilaian inderawi ( Wagiyono,
2003).
Objek yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis
(reaksi mental) berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan,
maka disebut juga penilaian sensorik. Rangsangan yang dapat diindra dapat
bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin, panas, sinar,
warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima
rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu
dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf sensori atau syaraf
penerimaan (Wagiyono, 2003).
dalam" Mustafa (2011) menyatakan bahwa
uji kesukaan disebut juga juga hedonik panelis diminta tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya dan panelis juga akan mengemukakan
tanggapan yaitu senang, suka atau sebaliknya dan panelis juga akan
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini diskala
:
amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka.
Diantara tidak suka kadang-kadang ada tanggapan yang disebut sebagai
netral, yaitu bukan suka, tetapi juga bukan tidak suka (nether like or dislike ).
21
Seorang atau sekelompok orang yang bertugas melakukan pengindraan uji
organoleptik disebut panelis. Jumlah anggota panelis pada umumnya yaitu
15-25 orang yang berasal dari orang khusus untuk kegiatan pengujian.
22
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium
Pengolahan
Hasil
Perkebunan dan Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda selama kurang lebih 2 bulan (Mei-Juli) sampai dengan selesai,
meliputi persiapan bahan dan alat, penelitian utama, pengambilan data serta
penulisan karya ilmiah.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: oven, erlenmeyer,
tabung reaksi, lampu bunsen, autoclave, laminar flow, timbangan elektrik
(analytical balance), cawan petri, pipet, pisau, talenan, styrofoam, styrofoam
plastic wrapping, semprotan, termometer, sarung tangan, masker, kamera
(alat dokumentasi), kertas, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain: dada ayam, minyak atsiri daun jeruk purut, larutan
NaCL, normalsaline, PDA (Potato Dextrose Agar), NA (Nutrien Agar),
alkohol, dan aquadest.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini adalah jenis penelitian dengan
rancangan percobaan berupa RAL (Rancangan Acak Lengkap) 2 faktor
dengan
variasi
konsentrasi
dan
lama
penyimpanan.
Penelitian
ini
menggunakan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 5%, 10%, 15% dan
20% dan lama penyimpanan yaitu 0, 1, 3, dan 5 hari. Terdapat kontrol yaitu
daging ayam disemprot menggunakan larutan normalsaline.
23
D. Prosedur Penelitian
a)
Penyulingan minyak atsiri daun jeruk purut (Armando., R. 2009)
1)
Disiapkan daun jeruk purut sebanyak 6 kg, kemudian daun jeruk
purut disortir.
2)
Daun jeruk purut dikeringkan selama 24 jam, ini dilakukan bertujuan
agar nanti proses penyulingan menghasilkan minyak yang banyak.
3)
Setelah itu dilakukan penyulingan dengan cara destilasi (uap dan
air).
4)
Ditunggu selama beberapa menit, setelah minyak keluar ditampung
menggunakan labu pemisah.
b)
Penyimpanan daging ayam (Naibaho., NM. 2012)
1)
Disiapkan dada ayam sebanyak 600 gr. Dada ayam dipotong dan
ditimbang seberat 10 gr.
2)
Sebelum dada ayam yang telah ditimbang dimasukan kedalam
styrofoam, terlebih dahulu semprotkan larutan NaCL 0.9% dan
merata kedalam styrofoam.
3)
Diletakkan kertas whatman ditengah-tengah styrofoam kemudian
disemprotkan konsentrasi minyak di kertas whatman.
4)
Dada ayam disemprot dengan merata menggunakan konsentrasi
minyak sesuai perlakuan yang telah ditentukan yaitu setiap
potongan dada ayam disemprotkan sebanyak 3 ml.
5)
Dada ayam yang telah disemprot merata kemudian diletakkan
diatas kertas whatman dan dimasukkan kedalam styrofoam lalu
styrofoam yang telah berisi dada ayam dibungkus menggunakan
plastic wrapping.
24
6)
Untuk daging kontrol
disemprot menggunakan normalsaline
kemudian dibungkus menggunakan plastic wrapping.
7)
c)
Kemudian disimpan dikulkas dengan suhu 40C.
Perhitungan total mikroorganisme dengan metode Total Plate
Count
(Pelczar, M. J., Chan. E. C. S. 1998)
1)
Disiapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing diisi 9 ml larutan
NaCL 0.85%.
2)
1 gr sampel dilarutkan dalam 9 ml larutan NaCl 0.85% dan akan
diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1, ambil 1 ml
suspensi pekat masukkan ke dalam tabung reaksi ke-1 lalu
dikocok sehingga diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran
10-1. Dari tabung ke-2 lalu dikocok lagi sehingga diperoleh
suspensi dengan tingkat pengenceran 10 -2, demikian seterusnya
sehingga diperolah suspense sampai tingkat pengenceran 10-7.
3)
Lalu dari seluruh tingkat pengenceran diambil 1 ml selanjutnya
ditanam di media PDA secara triplo dengan metode pour plate.
4)
Sebanyak 1 ml suspensi mikroba hasil pengenceran di pipet ke
dalam
cawan
petri,
kemudian
ke
dalam
cawan
tersebut
dimasukkan media agar steril bersuhu ± 500C.
5)
Segera setelah penuangan, cawan petri digerak (dihomogenkan
seperti angka 8) untuk menyebarkan sel-sel mikroorganisme
secara merata.
6)
Setelah memadat, diinkubasi selama 24 jam di laminar flow dengan
posisi terbalik untuk menghindari media basah oleh uap air.
25
7)
Setelah diinkubasi selesai, baru bisa dihitung total mikroorganisme
yang tumbuh dicawan petri dengan SPC (Standart Plate Count).
Rumus:
Jumlah koloni per ml = jumlah koloni per cawan x
Dimana :
FP = Faktor Pengenceran
d)
Standar Perhitungan SPC (Standart Plate Count)
1)
Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 25-250 atau 30-300.
2)
Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu
kumpulan dapat dihitung sebagai satu koloni.
3)
Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai garis tebal
dihitung sebagai satu koloni.
26
Dada Ayam
Pemotongan
Penimbangan
Penyemprotan
Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 15%
Penyimpanan
0, 1, 3, dan 5 hari
Konsentrasi 20%
1. Perhitungan
Mikroorganisme
2. Uji Organoleptik
- Warna
- Aroma
Gambar 1. Flow chart penggunaan minyak atsiri terhadap pengawetan daging
ayam dalam penyimpanan suhu dingin.
27
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Total Mikroorganisme
Hasil penelitian menunjukan bahwa total mikroorganisme yang tumbuh
dicawan petri setelah disimpan selama 0,1, 3, dan 5 hari dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Total Mikroorganisme setelah disimpan selama 0, 1, 3 dan 5 hari di
kulkas dengan suhu 40C (cfu/g).
Lama
Konsentrasi daun jeruk purut (%)
Rata-rata
Simpan
(Cfu/g)
5
10
15
20
(Hari)
0
7.5 x 10 5
6.8 x 105
6.4 x105
6.1 x 105
6.7 x 10 5
5
5
5
5
1
6.3 x 10
5.2 x 10
4.2 x 10
4.1 x 10
4.9 x 10 5
5
5
5
5
3
4.3 x 10
3.5 x 10
3.3 x 10
3.0 x 10
3.5 x 10 5
5
5
5
5
5
5
6.3 x 10
5.9 x 10
5.3 x 10
4.2 x 10
5.4 x 10
Rata-rata 6.1x 105
5.3 x 105
4.8 x105
4.3 x 105
Sumber: Data primer setelah diolah (2016)
Hasil pengamatan pada perlakuan penambahan minyak atsiri daun
jeruk purut pada berbagai konsentrasi dan lama penyimpanan menunjukkan
perbedaan total mikroorganisme pada daging ayam. Hasil rata-rata total
mikroorganisme dengan lama penyimpanan dan penambahan konsentrasi
minyak atsiri berkisar 6.7x105 -3.5x105 cfu/g. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa
total mikroorganisme yang paling banyak terdapat pada lama penyimpanan
0 hari (7.5x105 cfu/g) dengan konsentrasi 5%. Hal ini mungkin dikarenakan
daging ayam sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme pada saat proses
pemotongan dan perlakuan daging ayam.
Menurut
Jay,
dkk (2005)
proses pemotongan,
pengepakan,
pendistribusian dan pengolahan produk pangan asal hewan dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi mikroba pada produk pangan
tersebut. Ditambahkan oleh Setiowati dan Mardiastuti, 2009 bahwa daging
28
ayam yang sehat sebelum pemotongan pada dasarnya adalah steril atau
hanya mengandung tingkat mikroorganisme yang sangat sedikit, namun
setelah pemotongan, jaringan-jaringan tersebut mulai terkontaminasi oleh
mikroba dari lingkungan sekitar. Dalam proses produksi tidak menuntut
kemungkinan daging ayam terpapar mikroba penyebab infeksi atau
intoksikasi baik selama proses pengolahan, pengemasan, transportasi,
penyiapan penyimpanan dan penyajian (Setiowati dan Mardiastuti, 2009).
Menurut Rahardjo dan Santoso (2005), mikroorganisme yang
mengkontaminasi bahan pangan dapat menyebabkan kerusakan bahan
pangan tersebut. Kerusakan daging ayam secara biologis banyak berakibat
oleh adanya pertumbuhan mikroorganisme yang berasal dari ternak.
Pencemaran
penyimpanan,
dari
lingkungan
maupun
baik
pada
pemasaran.
saat
proses
Pertumbuhan
pemotongan,
dan
aktivitas
mikroorganisme di pengaruhi oleh faktor suhu penyimpanan, waktu,
tersedianya oksigen, dan kadar air pada daging.
Total mikroorganisme yang paling sedikit terdapat pada lama
penyimpanan 3 hari (3 .0x105 cfu/g) dengan konsentrasi 20%. Hal ini mungkin
dikarenakan minyak yang dipakai dapat bekerja mengurangi atau menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh terhadap daging ayam. Daun
-tokoferol, minyak atsiri, tannin,
steroid triterpenoid, sitronellal, flavanoid sianidin, myricetin,
peonidin,
quercetin, luteolin, hesperetin, apigenin, dan isorhamnetin (Rahmi, 2013).
Senyawa kimia yang dominan ada pada bagian-bagian tanaman jeruk purut
adalah golongan terpen. Senyawa golongan terpen ini mempunyai aktivitas
sebagai anti mikroba dengan merusak membran sel dan menghambat
29
pertumbuhan serta mematikan mikroba dengan mengganggu terbentuknya
dinding sel (Rapilu dan Lamapaha, 2009).
Pertumbuhan mikroorganisme pada daging ayam selain dipengaruhi
oleh perlakuan konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut, juga dipengaruhi
oleh lama waktu penyimpanan. Dari standar mutu yang ditetapkan oleh SNI
No. 01-6366-2000 tahun 2001 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba
dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan
disebutkan bahwa jumlah total kuman (Total Plate Count) pada daging ayam
4
adalah 1x10 cfu/g sedangkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, total
mikroorganisme yang didapat dari daging ayam 3.5x105. Dapat diketahui
bahwa total mikroorganisme yang dihasilkan masih belum memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkankan oleh SNI.
Penyajian data dalam bentuk grafik, dapat dilihat pada gambar berikut:
900000
800000
700000
600000
500000
400000
Minyak
300000
Normalsaline
200000
100000
0
01Hari
3 3Hari
1 2Hari
Lama Penyimpanan
5 4Hari
Gambar 2.Grafik pengaruh konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut terhadap
pertumbuhan mikroorganisme setelah disimpan di kulkas selama 0,
0
1, 3, dan 5 hari dengan suhu 4 C.
30
Gambar 2 menunjukkan bahwa total mikroorganisme yang paling
banyak ada di group kontrol (normalsaline) dengan rata-rata berkisar
sebanyak 836.000, 584.000, 540.000 dan 616.600 cfu/g atau (8.3x105,
5.8x10 5, 5.4 x105 dan 6.1x10 5). Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi
normalsaline yang ditambahkan sangat rendah jadi tidak terlalu efektif
menekan pertumbuhan mikroorganisme terhadap daging ayam. Selain
konsentrasi yang rendah, suhu, pH , dan kadar air sangat mempengaruhi
lama penyimpanan. Normalsaline mempunyai konsentrasi yang rendah yaitu
0.9% (Lilley & Auker, 1999). Menurut SNI total mikroorganisme adalah
1x104, jadi total mikroorganisme di daging kontrol masih belum memenuhi
standar yang ditetapkan oleh SNI. Dibandingkan dengan kelompok daging
ayam yang diberi perlakuan konsentrasi, total mikroorganisme lebih sedikit
dibandingkan daging kontrol (normalsaline). Hal ini dikarenakan karena
minyak atsiri daun jeruk purut lebih efektif menghambat pertumbuhan
mikroorganisme terhadap daging ayam. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Yuliani, dkk (2002). menyatakan bahwa minyak atsiri daun jeruk
purut mempunyai anti mikroba. Menurut Nugraheni, (2012) senyawa yang
paling aktif dalam menghambat aktifitas mikroba atau dapat disebut anti
mikroba adalah sitronellal . Penambahan minyak atsiri daun jeruk purut dapat
mengurangi jumlah awal mikroba, memperlambat fase pertumbuhan awal
dan fase pertumbuhan logaritmik. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
pengawetan yang dinyatakan oleh Fardiaz (1992).
31
B. Uji Organoleptik
1) Warna
Peranan warna dalam makanan sangat penting, karena pada
umumnya konsumen sebelum memilih suatu makanan yang pertama
dilihat adalah selain aroma, rasa, warna sangat diperhatikan karena
konsumen akan tertarik pada suatu makanan apabila warna makanan
tersebut menarik atau tidak menyimpang dari warna normal, maka bahan
makanan tersebut akan dipilih.
Hasil uji organoleptik warna dari tingkat kesukaan (skala hedonik)
yang dipilih panelis (20 panelis) masing-masing perlakuan dan ulangan
pada daging ayam dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi uji organoleptik terhadap warna daging ayam setelah
disimpan di kulkas selama 0,1, 3, dan 5 hari dengan suhu 40C.
Perlakuan
(0 Hari)
A0.1 C5
A0.1 C10
A0,1 C15
A0.1 C20
1
Ulangan
2
3
Rata-rata
3.6
3.4
3.6
3.8
3.0
3.7
3.4
3.6
3.3
3.5
3.9
3.9
3.47
3.48
3.63
3.77
NS
(1 hari)
A1.1 C5
A1.1 C10
A1.1 C15
A1.1 C20
3.8
3.6
3.7
3.70
3.5
3.8
3.9
4.2
3.6
4.0
4.0
4.3
3.5
3.4
3.7
4.0
3.53
3.73
3.87
4.17
NS
3.4
3.6
3.7
3.56
(3 Hari)
A3.1 C5
A3.1 C10
A3.1 C15
A3.1 C20
NS
(5 Hari)
A5.1 C5
A5.1 C10
A5.1 C15
A5.1 C20
3.8
4.5
4.5
4.5
3.5
3.9
4.0
4.3
4.3
3.4
4.0
4.1
4.1
4.2
3.2
3.90
4.20
4.30
4.33
3.36
3.7
3.5
3.7
3.8
3.5
3.7
3.6
3.5
3.3
3.3
3.4
3.7
3.40
3.50
3.57
3.67
NS
2.8
2.7
2.9
2.80
32
Sumber: Data primer setelah diolah (2016)
Ket: (Skala Hedonik)
1.00-1.49 = Sangat Tidak Suka
1.50-2.49 = Tidak Suka
2.50-2.49 = Agak Suka
3.50-4.49 = Suka
4.50-5.00 = Sangat Suka
Penyajian data dalam bentuk grafik, dapat dilihat pada gambar berikut:
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 Hari
1 Hari
3 Hari
5 Hari
Lama Penyimpanan
Konsentrasi 5 %
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 15%
Konsentrasi 20%
NS
Gambar 3. Grafik rata-rata penilaian panelis terhadap warna daging ayam
dengan variasi konsentrasi setelah disimpan di kulkas selama 0, 1,
3 dan 5 hari dengan suhu 40C.
Gambar 3 menunjukkan
bahwa rata-rata kesukaan panelis
terhadap warna daging ayam berkisar antara 3.40-4.33 yang berarti agak
suka sampai suka. Dari tabel dan grafik diatas menunjukkan hasil
organoleptik
yang
tertinggi
adalah
penyimpanan
3
hari
dengan
konsentrasi 20%. Nilai rata-ratanya adalah 4.33 (suka). Penambahan
konsentrasi yang tinggi membuat warna daging ayam disukai panelis. Hal
33
ini mungkin dikarenakan minyak atsiri daun jeruk purut telah meresap
kedalam daging ayam sehingga membuat warna daging ayam semakin
cerah dan disukai panelis. Senyawa daun jeruk purut yang berkaitan
dengan warna adalah flavonoid (Harborne, 1987).
Rata-rata kesukaan panelis terendah terdapat pada penyimpanan 5
hari dengan konsentrasi 5%. Nilai rata-ratanya adalah 3.40 (agak suka).
Hal ini mungkin dikarenakan perubahan warna pada daging ayam yang
terlalu lama disimpan, sehingga adanya mikroorganisme pembusuk yang
menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini disebabkan oleh
adanya pertumbuhan mikroba pada daging ayam. Menurut Wicaksono
(2007),
kerusakan
diantaranya
yang
perubahan
disebabkan
warna,
oleh
timbulnya
mikroba
pada
makan
penyimpangan
aroma,
kerusakan fermentatif serta pembusukan bahan-bahan
berprotein.
Sedangkan daging kontrol (normalsaline) mengalami penurunan nilai
warna seiring bertambahnya lama penyimpanan yang dilakukan. Panelis
lebih menyukai warna dari daging ayam yang ditambahkan konsentrasi
dibandingkan daging kontrol (normalsaline).
Menurut Suparno, (1991) warna merupakan salah satu parameter
spesifik kualitas daging. Warna daging akan mengalami perubahan warna
setelah pemasakan kecuali jika ditambahkan bahan pembentuk warna.
Warna makanan memilik peranan utama dalam penampilan makanan,
meskipun makanan tersebut lezat, tetapi bila penampilan tidak menarik
waktu
disajikan
akan
mengakibatkan
selera
orang
yang
akan
memakannya menjadi hilang (Moehyi, 1992). Warna biasanya merupakan
tanda kemasakan atau kerusakan dari makanan, seperti perlakuan
34
penyimpanan yang memungkinkan adanya perubahan warna (Meilgaard,
dkk. 2000).
2.
Aroma
Hasil uji organoleptik aroma dari tingkat kesukaan
(skala hedonik)
yang dipilih panelis (20 panelis) masing-masing perlakuan dan ulangan
pada daging ayam dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi uji organoleptik terhadap aroma daging ayam setelah
disimpan di kulkas selama 0,1, 3, dan 5 hari dengan suhu 40C.
1
Ulangan
2
3
(0 Hari)
A0.1 C5
A0.1C10
3.4
3.8
3.5
3.3
3.5
3.4
3.47
3.50
A0,1C15
3.3
3.6
3.8
3.57
A0.1C20
NS
(1 Hari)
A1.1 C5
A1.1C10
3.6
3.4
3.8
3.6
3.5
3.8
3.63
3.60
3.8
3.5
3.4
3.8
3.3
3.7
3.50
3.67
A1.1C15
3.8
3.6
3.7
3.70
A1.1C20
3.8
3.6
3.8
3.73
NS
(3 Hari)
A3.1 C5
A3.1C10
A3.1C15
A3.1C20
NS
3.6
3.5
3.5
3.43
3.7
3.9
3.6
3.8
3.0
3.6
3.7
3.9
3.7
3.1
3.6
3.4
3.7
3.9
3.2
3.63
3.67
3.73
3.80
3.01
(5 Hari)
A5.1 C5
A5.1C10
3.5
3.1
1.8
2.9
3.0
2.4
A5.1C15
3.3
2.9
2.6
2.93
A5.1C20
3.3
2.8
2.9
3.00
2.5
2.40
Perlakuan
NS
2.3
2.5
Sumber: Data primer setelah diolah (2016)
Ket: (Skala Hedonik)
1.00-1.49 = Sangat Tidak Suka
1.50-2.49 = Tidak Suka
2.50-2.49 = Agak Suka
Rata-rata
2.77
2.80
35
3.50-4.49 = Suka
4.50-5.00 = Sangat Suka
Penyajian data dalam bentuk diagram, dapat dilihat pada gambar berikut:
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 Hari
1 Hari
3 Hari
5 Hari
Lama Penyimpanan
Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 15%
Konsentrasi 20%
NS
Gambar 4. Grafik rata-rata penilaian panelis terhadap aroma daging ayam
dengan variasi konsentrasi setelah disimpan di kulkas selama 0, 1,
3 dan 5 hari dengan suhu 40C.
Gambar 4
menunjukkan bahwa rata-rata nilai kesukaan panelis
terhadap aroma daging ayam berkisar antara 2.77-3.80 yang berarti agak
suka. Dari tabel dan grafik diatas menunjukan hasil oganoleptik aroma yang
tertinggi adalah penyimpanan 3 hari dengan konsentrasi 20%. Nilai rataratanya adalah 3.80 (suka). Hal ini mungkin dikarenakan aroma minyak atsiri
daun jeruk purut yang khas dan mudah menguap membuat daging ayam
disukai oleh panelis. Aroma tersebut berkaitan dengan kandungan minyak
atsiri dalam minyak daun jeruk purut. Minyak atsiri merupakan minyak yang
mudah menguap dan mengandung aroma yang khas. (Koswara, 2009).
Disamping itu adanya peningkatan nilai aroma seiring tingginya konsentrasi
36
yang ditambahkan terhadap daging ayam. Penambahan minyak atsiri daun
jeruk purut memberikan pengaruh positif pada aroma daging ayam. Aroma
daun jeruk purut yang khas membuat aroma daging ayam menjadi tertutupi.
Sitronellal yang terdiri dari campuran terpenoid yang memberikan
aroma khusus pada minyak daun jeruk purut. Sitronellal termasuk senyawa
minyak atsiri daun jeruk purut yang mudah menguap pada suhu kamar
(Ketaren, 1985). Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan
mengandung aroma yang khas minyak atsiri dari daun sirih mengandung
-pinendan kanofilena, aroma daun jeruk purut yang
khas sulit untuk dihilangkan karena mengandung senyawa yang memiliki
cincin aromatik (Sastroamidjojo dalam Parwati dkk. 2009).
Rata-rata kesukaan panelis terendah adalah pada penyimpanan 5 hari
dengan konsentrasi 5%. Nilai rata-ratanya adalah 2.77 (agak suka). Hal ini
mungkin dikarenakan semakin lama penyimpanan aroma minyak atsiri daun
jeruk purut pada daging ayam berkurang. Menurut Jariyah dan Susilo
Ningsih, 2006 selama penyimpanan, intensitas bau minyak atsiri daun jeruk
purut berkurang, diduga karena menguapnya sebagian senyawa aroma dari
minyak atsiri daun jeruk purut dan pengaruh aroma tengik yang cenderung
meningkat. Rendahnya nilai kesukaan panelis terhadap hari kelima diduga
oleh
berkembangnya
kembali
mikroorganisme
(l aju
pertumbuhan
mikroorganisme) dalam daging, sehingga membuat aroma daging ayam
berubah. Sedangkan pada daging kontrol nilai kesukaan panelis cenderung
menurun seiring bertambahnya lama penyimpanan.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pertumbuhan mikroorganisme pada daging ayam dapat dikurangi
dengan menggunakan perlakuan konsentrasi minyak atsiri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa total mikroorganisme yang paling banyak terdapat pada
5
lama penyimpan 0 hari dengan konsentrasi 5% (7.5x10 ) sedangkan total
mikroorganisme paling sedikit terdapat pada lama penyimpanan 3 hari
dengan kosentrasi 20% (3.0x105).
Uji organoleptik warna menunjukkan nilai kesukaan panelis tertinggi
terdapat pada lama penyimpanan 3 hari dengan konsentrasi 20%. Nilai rataratanya adalah 4.33 (suka) sedangkan nilai kesukaan panelis terendah
terdapat pada lama penyimpanan 5 hari dengan konsentrasi 5%. Nilai rataratanya adalah 3.40 (agak suka) sedangkan uji organolpetik aroma
menunjukkan
nilai
kesukaan
panelis
tertinggi
terdapat
pada
lama
penyimpanan 3 hari dengan konsentrasi 20%. Nilai rata-ratanya adalah 3.80
(suka). Nilai kesukaan panelis terendah terdapat pada lama penyimpanan 5
hari dengan konsentrasi 5%. Nilai rata-ratanya adalah 2.77 (agak suka).
B. Saran
1. Perlunya perhitungan ANOVA untuk mengetahui hasil penelitian berbeda
nyata atau tidak nyata untuk penelitian selanjutnya.
2. Perlu diperhatikannya sterilisasi alat dan bahan khususnya pada bahan
yang digunakan untuk pengujian mikroorganisme.
38
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E. dan H. M. Ali. 2004. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Pengolahan
Daging. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Adam M dan Motarjemi Y, 2004. Dasar-dasar Keamanan Makanan untuk
Petugas Kesehatan/Martin Adams dan Yasmine Motarjemi, Maria A.
Wijayarani;Editor Edisi Bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta:
EGC.
Armando, R. 2009. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas . Penebar Swadaya,
Bogor.
Brady, J.E. 2003. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid Satu. Tangerang.
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Feryanto,A,D,A. 2007. Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC).
http://ferryatsiri.blogspot.com/2007/07/minyak-daun-jeruk-purut.html
(Diakses 18 Januari 2016).
Harbourne. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan: K. Padmawinata dan I. Sudira. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Jay, JM., Loessner, MJ., Golden, GA. 2005. Modern Food Microbiolog 7th
edition. Springer Science and Business Media. New York, NY.
Jariyah dan Susiloningsih. 2006. Pengaruh Perendaman Daging Ayam dalam
Jus Daun Sirih terhadap Daya Simpan Dendeng Ayam. Jurnal Protein.
13(2): 154-160.
Jantri, dkk. 2013. Pengawetan Dengan Asam Sitrat Daun Jeruk Purut (Citrus
Hystrix DC) Untuk Memperbaiki Umur Simpan Daging Ayam Segar.
Jurnal Pertanian. Vol. 60
Kateren, Ir S.1985. Pengantar Minyak Atsiri : Liberty Yogyakarta.
Karyanto, E., Emon Paringga, Teknik Mesin Pendingin, Volume 1, CV. Restu
Agung, Jakarta, 2005.
Khotimah, 2002. Pengaruh Ektrak Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dan Metode
Pengolahan Pada Kualitas Daging. . Jurnal Pertanian. Vol. 02
39
Koswara, S. 2009. Menyuling dan Menepungkan Minyak Atsiri Daun Jeruk
Purut.http://www.ebookpangan.com/artikel/menyuling%20dan%20menep
ungkan%20minyak%20atsiri.pdf (Diakses tanggal 18 Januari 2016).
Lia Umi, K., Kawiji, RU.,dan Yoga, MA. 2015 . Pengaruh Perlakuan
Pendahuluan Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut
(Citrus Hystrix DC), Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Lilley & Auker, 1999. Farmasiology dan Keperawatan. Jakarta: ISBN
Meilgaard. 1999.Teknik Uji Sensoris. 3rd. CRC Press. London. New York.
Terjemahan: K. Padmawinata dan I. Sudira. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Motarjemi, Y., Moarefi, A., Jacob, M. 2006. Penyakit Bawaan Makanan Fokus
Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Naibaho NM. 2012. Application of Essential Oils from Thao Yanang (Tiliacora
triandra) Leaves as a Preservative to Improve the Shelf life of Raw Pork
Meat.
of Technology Thonburi 49 Tha-kam, Bangkhuntien, Bangkok 10150
Nugraheni, K.S. 2012. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dan Metode Destilasi
Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Kayu Manis. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.
Rahardjo, AHD., Santoso, BS. 2005. Kajian terhadap Kualitas Karkas Broiler
yang Disimpan pada Suhu Kamar Setelah Perlakuan Pengukusan. JAP
7:1-5.
Rasyaf, 2004. Peternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya Jakarta.
Rahmi U, Yunazar M, Adlis S. Profil Fitokimia Metabolik Sekunder dan Uji
Aktivitas Antioksidan Tanaman Jeruk Purut (Citrus Hytrix DC) dan Jeruk
Bali (Citrus Maxima (Burm.f.) Merr). Jurnal Unand. 2013; 2(2): 2303-2311.
Rupilu, N.S., dan Lamapaha, Y.F., 2009, Potensi Lengkuas (Languas Galanga)
Sebagai Antimikroba (Studi In Vitro Bakteri Gram Negatif,) (online),
(http://images.novierupilu.multiply.com/attachment/0/sc6jhaokccwaalgg7s
1/potensi%lengkuas.doxx?nmid=224430913, diakses tanggal 02 Agustus
2016).
Saito.H., Arismunandar, 1981. Penyegaran Udara, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
40
Setiowati, WE., Mardiastuty, ES. 2009. Tinjauan Bahan Pangan Asal Hewan
yang Asuh Berdasarkan Aspek Mikrobiologi di DKI Jakarta.
http://www.bsn.go.id. Diakses 23 Juli 2016.
Siagian A. 2002. Mikroba
Patogen pada Makanan
Pencemarannya. Mikrobiologi. FKM USU 1(2):1-18.
dan
Sumber
Soeparno. 1991. Ilmu Otot dan Daging. Dosen Fakultas Peternakan, Fakultas
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soeparno, 2004. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1, Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.
Soekarto, ST. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian, Bhrata Karya Akasara. Jakarta.
Somantri. 2009. Kandungan Flavonoid dan Limonoid pada Berbagai Fase
Pertumbuhan Tanaman Jeruk Kalamondin (Citrus Mitis Blanco) dan Purut
(Citrus Hystrix DC.), Surabaya, Jurnal Balai Penelitian Tanaman Jeruk
dan Buah Subtropika h.37-43.
Suryaningrum, S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk Purut
(Citrus Hystrix D.C) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sumanto, 1994. Dasar-Dasar Mesin Pendingin, Andi Offset, Yogyakarta.
Swastika. 2009. Pencandraan Tanaman. Teknologi Produksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura, Politeknik Negeri Jember.
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiology. Universitas
Indonesia Press. Jakarta. 192 hal.
Usmiati S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. J Teknologi
Sains. 9(3):46-51.
Wahyu,J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Wangsa, R dan Nuryati, S, 2009. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik
Nasional dan Internasional, Aliansi Organik Indonesia. Bogor.
Wicaksono, Da. 2007. Pengaruh Metode Aplikasi Kitosan, Tanin, Natrium
Metabisulfit dan Mix Pengawet Terhadap Umur Simpan Bakso Daging
Sapi Pada Suhu Ruang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
41
Wagiyono, 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik Bahan Pangan,
Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah. Depertemen Pendidikan Nasional. (di
www.google.co.id, diakses pada tanggal 07 Juni 2016).
Yuliani R, Peni I, Septi S.R. Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk purut
(Citrus Hystrix DC) z terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Pharmacom. 2011; 12(2): 50-4.
_______________________. 2000. SNI 01 -6366-2000 tentang Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan
Asal Hewan, Jakarta.
42
LAMPIRAN
43
Lampiran 1. Total Mikroorganisme
1)
Total Mikroorganisme yang tumbuh dicawan petri setelah disimpan dikulkas
dengan suhu 4 0C selama 0, 1, 3 dan 5 hari.
Ulangan
Perlakuan
Jumlah
Rata-rata
U1
U2
U3
(0 Hari)
A0.1 C5
120.75
80.75
25.25
226.75
75.58
A0.1C10
82.20
70.05
55.20
207.45
69.15
A0,1C15
92.20
72.00
30.00
194.20
64.73
A0.1C20
80.75
60.75
40.25
181.75
60.58
NS (Kontrol)
121.00
90.00
40.00
251.00
83.67
(1 Hari)
A1.1 C5
63.00
69.75
56.73
189.48
63.16
A1.1C10
60.75
42.00
52.75
155.50
51.83
A1.1C15
50.65
43.00
34.75
128.40
42.80
A1.1C20
38.75
44.75
40.25
123.75
41.25
NS (Kontrol)
80.000
50.00
45.00
175.00
58.33
(3 Hari)
A3.1 C5
50.25
48.00
32.35
130.60
43.53
A3.1C10
40.25
38.00
27.20
105.45
35.15
A3.1C15
35.20
26.00
40.25
101.45
33.82
A3.1C20
30.15
25.00
35.45
90.60
30.20
NS (Kontrol)
65.00
55.00
42.00
162.00
54.00
(5 Hari)
A5.1 C5
64.75
50.00
75.00
189.75
63.25
A5.1C10
89.05
59.00
30.00
178.05
59.35
A5.1C15
75.00
50.00
35.20
160.20
53.40
A5.1C20
55.00
45.00
26.00
126.00
42.00
E^ ;<ŽYl?Žu?
75.00
60.00
50.00
185.00
61.67
44
2) Rata-rata total mikroorganisme yang tumbuh dicawan petri setelah dihitung.
Konsentrasi daun jeruk purut (%)
Lama
Simpan
(Hari)
5
0
7.5 x 10
6.8 x 10
6.4 x10
6.1 x 10
6.7 x 10
1
6.3 x 105
5.2 x 105
4.2 x 105
4.1 x 105
4.9 x 105
3
4.3 x 105
3.5 x 105
3.3 x 105
3.0 x 105
3.5 x 105
5
6.3 x 10
Rata-rata
6.1x 10
10
5
15
5
5
5.9 x 10
5
5.3 x 10
Rata-rata
(Cfu/g)
20
5
5
5.3 x 10
5
4.8 x10
5
5
4.2x 10
5
4.3 x 10
5
5
5
5.4 x 10
5
3) Pengaruh konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut terhadap daging ayam
setelah disimpan di kulkas selama 0, 1, 3, dan 5 hari dengan suhu 40C.
Nilai (cfu/g)
Mikroorganisme
Group
0 Hari
1 Hari
5
4.9 x 10
5
5.8 x 10
Minyak
6.7 x 10
Normalsaline
8.3 x 10
TPC
3 Hari
5 Hari
5
3.5 x 10
5
5.4 x 10
5
5
5.4 x 10
5
6.1 x 10
5
45
Lampiran 2. Uji Organoletik
1)
Rekapitulasi uji organoleptik warna terhadap daging ayam setelah disimpan
dikulkas dengan suhu 40C selama 0, 1, 3, dan 5 hari.
Ulangan
Perlakuan
Rata-rata
1
2
3
A 0.1 C5
3.6
3.0
3.3
3.47
A0.1 C10
3.4
3.7
3.5
3.48
A0,1 C15
3.6
3.4
3.9
3.63
A0.1 C20
3.8
3.6
3.9
3.77
NS
(1 hari)
3.8
3.6
3.7
3.70
A 1.1 C5
3.5
3.6
3.5
3.53
A1.1 C10
3.8
4.0
3.4
3.73
A1.1 C15
3.9
4.0
3.7
3.87
A1.1 C20
4.2
4.3
4.0
4.17
NS
3.4
3.6
3.7
3.56
A 3.1 C5
3.8
3.9
4.0
3.90
A3.1 C10
4.5
4.0
4.1
4.20
A3.1 C15
4.5
4.3
4.1
4.30
A3.1 C20
NS
4.5
3.5
4.3
3.4
4.2
3.2
4.33
3.36
A 5.1 C5
3.7
3.5
3.3
3.40
A5.1 C10
3.5
3.7
3.3
3.50
A5.1 C15
3.7
3.6
3.4
3.57
A5.1 C20
3.8
3.5
3.7
3.67
NS
2.8
2.7
2.9
2.80
(0 Hari)
(3 Hari)
(5 Hari)
Sumber: Data primer setelah diolah (2016)
Ket:
A
= Lama Penyimpanan
C
= Variasi Konsentrasi
NS = Daging kontrol (Normalsaline)
46
2)
Rekapitulasi uji organoleptik terhadap aroma daging ayam setelah disimpan
dikulkas dengan suhu 40C selama 0, 1, 3, dan 5 hari.
Ulangan
Perlakuan
Rata-rata
1
2
3
A0.1 C5
3.4
3.5
3.5
3.47
A0.1C10
3.8
3.3
3.4
3.50
A0,1C15
3.3
3.6
3.8
3.57
A0.1C20
3.6
3.8
3.5
3.63
NS
3.4
3.6
3.8
3.60
A1.1 C5
3.8
3.4
3.3
3.50
A1.1C10
3.5
3.8
3.7
3.67
A1.1C15
3.8
3.6
3.7
3.70
A1.1C20
3.8
3.6
3.8
3.73
NS
3.6
3.5
3.5
3.43
A3.1 C5
3.7
3.6
3.6
3.63
A3.1C10
3.9
3.7
3.4
3.67
A3.1C15
3.6
3.9
3.7
3.73
A3.1C20
3.8
3.7
3.9
3.80
NS
3.0
3.1
3.2
3.01
A5.1 C5
3.5
1.8
3.0
2.77
A5.1C10
3.1
2.9
2.4
A5.1C15
3.3
2.9
2.6
2.93
A5.1C20
3.3
2.8
2.9
3.00
NS
2.3
2.5
Sumber: Data primer setelah diolah (2016)
2.5
2.40
(0 Hari)
(1 Hari)
(3 Hari)
(5 Hari)
Ket:
A
= Lama Penyimpanan
C
= Variasi Konsentrasi
NS = Daging kontrol (Normalsaline)
2.80
47
3) Keterangan Range Kesukaan Panelis (Soekarto, Soewarno T., 1985).
Range
Keterangan
1.00-1.49
Sangat Tidak Suka
1.50-2.49
Tidak Suka
2.50-3.59
Agak Suka
3.50-4.49
Suka
4.50-5.00
Sangat Suka
48
Lampiran 3. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Gambar 5. Dada ayam
Gambar 6. Minyak atsiri daun jeruk purut setelah disuling
49
Gambar 7. Pemotongan daging ayam
Gambar 8. Penimbangan daging ayam
50
Gambar 9. Styrofoam untuk wadah daging ayam
Gambar 10. Penyemprotan daging ayam menggunakan minyak atsiri
daun jeruk purut
51
Gambar 11. Persiapan ayam untuk dibungkus menggunakan
plastic wrapping
Gambar 12. Penyimpanan ayam dikulkas dengan suhu 40C
52
Gambar 13. Daging ayam penyimpanan setelah disimpan 1 hari
Gambar 14. Penimbangan daging ayam untuk sampel (perhitungan mikroba)
53
Gambar 15. Pengenceran sampel daging ayam
Gambar 16. Sampel ditunggu selama 30 menit
54
Gambar 17. Pengadukan sampel daging ayam
Gambar 18. Pembakaran tepi cawan petri di lampu bunsen
55
Gambar 19. Pemipetan sampel ke cawan petri yang telah berisi media
Gambar 20. Penuangan media
56
Gambar 21. Diinkubasi selama 24 jam
Gambar 22. Uji organoleptik
Download