JRSKT Vol. 4 No. 2 Desember 2014 T. R. Rusli UJI ANTI SEPTIK DEODORAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix DC) Tati Rusliati Rusli Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Corresponding Author: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula deodoran dari minyak atsiri kulit buah jeruk purut, yang stabil secara fisik dan kimia, serta bersifat antiseptik dan aman. Minyak atsiri kulit buah jeruk purut diperoleh dengan cara destilasi, kemudian dilakukan uji mutu fisik, kimia dan antiseptik. Sediaan formula deodoran dibuat dengan variasi thickening agent yaitu HPC-m dan Karbomer 940. Uji mutu dilakukan dengan penetapan parameter identitas, organoleptik, dan uji stabilitas dipercepat. Uji antiseptik dilakukan dengan menentukan diameter daya hambat (DDH) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dengan metode difusi agar. Sedangkan uji keamanan produk berupa uji iritasi terhadap panelis. Hasil uji antiseptik menunjukkan bahwa produk memiliki aktivitas pada konsentrasi 1 – 7% dengan DDH berkisar 4,0 – 12,0 mm. Uji stabilitas dipercepat pada suhu kamar dan 40oC terhadap sediaan, dihasilkan organoleptik dengan warna putih kekuningan, bau khas jeruk purut dan pH 4,54 – 5,11. Sediaan deodoran dengan thickening agent HPC-m menghasil DDH sebesar 10,90 – 12,26 mm. Sedangkan dengan thickening agent karbomer 940, menunjukkan tidak memiliki ativitas pada bulan ke-3, dan uji iritasi pada panelis tidak menimbulkan iritasi. Kata kunci : deodoran, minyak atsiri, jeruk purut, antiseptik, Staphylococcus aureus. Abstract This study aims to produce a deodorant formula of essential oils of lime rind, stable physical and chemical, as well as an antiseptic and safety. Essential oils of lime rind obtained by distillation, then the quality test of physical, chemical and antiseptic. Preparations deodorant formula made with variations of thickening agent is HPC-m and Carbomer 940. Quality test done by setting the parameter identification, organoleptic and accelerated stability. Antiseptic test done by determining the diameter of the inhibition (DDH) against Staphylococcus aureus, using diffusion method. While product safety test in the form of irritation to the panelists. The results indicate that the product has antiseptic activity at a concentration of 1-7% by DDH ranged from 4.0 to 12.0 mm. Accelerated stability test at room temperature and 40 ° C on the dosage, resulting organoleptic with yellowish white color, typical smell of lime and a pH of 4.54 to 5.11. Deodorant preparations with a thickening agent HPC-m with DDH of 10.90 to 12.26 mm. Whereas with a thickening agent carbomer 940, indicates not have actived at month 3, and the irritation test of the panelists did not cause irritation. Keywords: deodorants, essential oils, lime, antiseptic, Staphylococcus aureus. PENDAHULUAN Bau badan yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat di daerah tropis seperti Indonesia, terjadi karena keringat dan bakteri. Sedangkan proses pengeluaran keringat itu sendiri merupakan aktivitas alami tubuh. Keringat dihasilkan oleh dua kelenjar yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin memproduksi keringat bening dan tidak berbau, biasanya muncul ditangan, sedangakan kelenjar apokrin terdapat di tempat khusus seperti ketiak dan hidung. Bau badan dapat diatasi antara lain dengan sediaan deodoran yang dioleskan pada bagian ketiak. Salah satu zat aktif yang biasa 394 ISSN: 2302-8467 terkandung dalam deodoran adalah antiseptik, yaitu senyawa anti mikroba yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit tubuh manusia [1]. Untuk mengetahui daya antiseptik suatu zat aktif dapat dilakukan dengan uji konsentrasi hambat minimum, yaitu konsentrasi terendah zat yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji dengan metode difusi agar [2,3]. Tanaman yang mempunyai aktivitas antiseptik dan banyak tersebar luas, antara lain buah jeruk purut (Citrus hystrix DC) [4]. Pemanfaatan bahan obat dari tumbuhan ini telah digunakan masyarakat Indonesia namun Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan T. R. Rusli JRSKT Vol. 4 No. 2 Desember 2014 belum teruji khasiatnya, mutu dan keamanan sediaannya. Tabel 1. Disain formula sediaan deodoran minyak atsiri kulit buah jeruk purut. Formula % (b/b) I II III IV V VI 7 7 7 7 7 7 2 3 4 0 0 0 0 0 0 0,25 0,5 0,75 Minyak Atsiri 1. Kulit Buah Jeruk Purut 2. 3. HPC-m Carbomer 940 4. Trietanolamin 0 0 0 0,25 0,5 0,75 5. BHA 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 6. Propilenglikol 15 15 15 15 15 15 7. Etanol 96% 40 40 40 40 40 40 8. Tween 80 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 100 100 100 100 100 100 9. Air Suling Hingga aureus, Disain formula sediaan deodoran minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan konsentrasi antara 1 - 7 %. (Tabel 1) Bahan No terhadap bakteri Staphylococcus dengan metode difusi agar. HPC-m didispersikan dalam etanol 96% dan didiamkan selama 24 jam, karbomer 940 didispersikan dengan air suling dan dinetralkan dengan trietanolamin. BHA dilarutkan dalam minyak atsiri. Dibuat pelarut campur air, etanol dan propilen glikol, tween 80 diencerkan dengan air. Minyak atsiri dicampurkan dengan larutan tween 80 kemudian ditambahkan pelarut campur dan thickening agent yang telah dikembangkan. Sediaan dihomogenkan dengan stirer, kemudian dievaluasi dan diuji stabilitas dipercepat pada suh kamar 40C selama 3 bulan, meliputi fisik, kimia dan aktivitas antiseptik serta uji iritasi. Tabel 2. Hasil uji daya antiseptic minyak atsiri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Buah jeruk purut mengendung tannin, steroid, triterpenoid, minyak atsiri, dan saponin. Minyak atsiri dari kulit buah jeruk purut diperoleh dengan metode destilasi uap [5]. Kemudian dikembangkan sebagai produk antiseptik yang dapat menghilangkan bau badan [6]. Deodoran dipilih karena bentuknya cair mengandung etanol dan memberikan rasa sejuk pada kulit sehingga dapat menghilangkan bau badan. Deodoran dibuat dengan perbedaan thickening agent yaitu HPC-m dengan konsentrasi 2-4% dan karbomer 940 0,25 – 0,75%. Sediaan doedoran ini kemudian diuji mutu fisik, dan kimianya, serta uji antiseptik dan stabilitas dipercepat [7] METODOLOGI Minyak atsiri diperoleh dari ekstraksi kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix DC), dengan cara destilasi. Uji antiseptik in-vitro dilakukan untuk menentukan diameter daya hambat (DDH) Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan Konsentrasi Minyak atsiri Diameter Daya (mg/ml) Hambat (mm) 10.0 4.0 20.0 5.0 30.0 6.0 40.0 7.0 50.0 8.0 60.0 10.0 70.0 12.0 Kontrol Negatif (Etanol 96%) 0.0 Kontrol Positif (Kloramfenikol) 18.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Uji antiseptik in-vitro minyak atsiri kulit buah jeruk purut terhadap bakteri Staphylococcus aureus,diperoleh hasil seperti pada Tabel 2. Uji daya antiseptik ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak atsiri kulit buah jeruk purut dalam menghambat aktivitas ISSN: 2302-8467 395 JRSKT Vol. 4 No. 2 Desember 2014 T. R. Rusli bakteri Staphylococcus aureus penyebab bau badan. Tabel 3, Evaluasi Organoleptik, pH, DDH dan Iritasi Formula Organoleptik pH DDH (mm ) Iritasi I Putih bening Bau khas 4,68 12,2 6 - II Putih bening Bau khas 4,55 11,4 0 - 5,10 10,9 0 - 6,76 0,0 III IV Putih bening Bau khas Putih kekuningan Bau khas Berdasarkan hasil pengamatan uji antiseptik menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit buah jeruk purut memiliki aktivitas sebagai antiseptik terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1 – 7%. Berdasarkan hal ini maka untuk percobaan selanjutnya penyiapan sediaan deodoran, konsentrasi minyak atsiri yang digunakan adalah 7%. Sediaan deodorant roll-on dibuat dalam 6 formula dengan 2 jenis thickening agent yaitu HPCM dan carbomer 940, karena bahan tambahan (eksipien) umumnya mempengaruhi aktifitas daya antiseptik Hasil evaluasi uji Organoleptik, pH, Daya antiseptik, dan Iritasi terhadap sediaan deodorant roll-on, dapat dilihat pada Tabel 3. Evaluasi organoleptik Berdasarkan pemeriksaan organoleptik sediaan deodorant roll-on menunjukkan bahwa secara visual tidak terjadi perubahan warna dan bau pada formula I, II, III, dan V dari bulan ke-0 sampai ke-3 baik pada suhu kamar maupun pada 40oC. Evaluasi pH Dari hasil evaluasi pH menunjukkan bahwa pada formula I, II, III, dan V memiliki pH yang berbeda, hal ini disebabkan karena adanya 396 ISSN: 2302-8467 perbedaan konsentrasi dan jenis thickening agent. Besaran pH yang dimiliki HPC-m berkisar 4,50 – 5,10, sedangkan karbomer 940 lebih besar yaitu 6,76 karena adanya penetralan dengan trietanolamin. Sehingga pH yang dihasilkan dari sediaan deodorant roll-on mendekati pH kulit yaitu 4,5 – 6,5. Evaluasi Uji Antiseptik Uji daya antiseptik dilakukan untuk membuktikan kemampuan sediaan deodorant roll-on yang mengandung minyak atsiri kulit buah jeruk purut dalam menghambat bakteri Sthapylococcus aureus. Berdasarkan pengamatan diameter daya hambat, dari 4 formula yang diuji diperoleh hasil pada formula I memiliki diameter daya hambat (DDH) paling besar yaitu : 12, 26 mm, sedangkan DDH formula II, dan III, masing-masing hanya sebesar 11,40 mm dan 10,90 mm. Bahkan untuk formula IV, ditemukan tidak ada hambatan. Dari hasil ini, dapat disimpulkan adanya pengaruh konsentrasi HPC-m sebagai thickening agent. Formula I, II, dan III masing masing dengan konsentrari HPC-m 2%, 3% dan 4%, terlihat bahwa formula I yang konsentrasi HPC-m nya paling rendah menghasil nilai DDH paling besar, Sedangkan pada formula II dan III dengan konsetrasi HPC-m masing-masing 3% dan 4%, menunjukkan daya hambat yang makin berkurang. Hal ini mungkin disebabkan difusi formula pada konsentrasi HPC-m 2% dapat terdifusi dengan baik. Walaupun adanya penurunan DDH untuk formula II dan III, Namun ketiga formula dengan thickening agent HPC-m tetap memiliki aktivitas daya antiseptik yang kuat. Sementara pada formula IV dengan thickening agent karbomer 940, menunjukkan tidak memiliki aktivitas. Hal ini karena pada formula ini minyak atsiri didispersikan dengan medium air, sedangkan minyak atsiri sulit terdispersi dalam thickening agent tersebut. Sehingga dengan demikian formula IV tidak memiliki kemampuan menghambat bakteri Staphylococcu aureus. Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan T. R. Rusli JRSKT Vol. 4 No. 2 Desember 2014 Evaluasi Uji Iritasi Hasil uji iritasi terhadap 30 panelis dengan formula I, II dan III tidak menimbulkan reaksi iritasi baik pada pria maupun wanita karena sediaan deodorant roll-on mengandung eksipien/bahan penolong yang berdasarkan data fisika kimianya tidak menimbulkan iritasi. KESIMPULAN 1. Minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan konsentrasi 1-7% memiliki daya antiseptik dengan diameter daerah hambat berkisar 4,0 – 12,0 mm. 2. Formula I, II, dan III dengan thickening agent 2 – 4 % tetap memiliki aktivitas antiseptik setelah penyimpanan 3 bulan dengan diameter daya hambat sebesar 10,90 – 12,26 mm dengan kategori kuat. 3. Formula IV dengan thickening agent karbomer 940 0,5% pada bulan ke-3 tidak memiliki aktivitas antiseptik. 4. Formula I, II, dan III tidak menimbulkan iritasi. Datar Pustaka [1] Tranggano RI. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. Jakarta: Gramedia pustaka utama. 2007. [2] Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Mikrobiologi kedokteran. Edisi XX. Jakarta : EGC ; 1996. [3] Ansel HC. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System. Edisi VIII. Lippicott Williams and Wilkins, 2010. [4] Hamdan D, El-Readi MZ, Nibret E, Sporer F, Farrag N, El-Shazly A, Wink M. Pharmazie. 2010 Feb;65(2):141-7. [5] Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawas Obat Dan Makanan ; 1995. [6] Wade A, Weller PJ. Handbook of pharmaceutical excipient. Edisi V. Jakarta : EGC; 2006. [7] Britis Pharmacopeia Commission. Britis Pharmacopeia 2003. London: The Stationri Offic; 2003. Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan ISSN: 2302-8467 397