JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1 i

advertisement
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
49
i
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
Vol. 1 No. 1, Oktober 2012 – Maret 2013
Terbit 2 kali setahun pada bulan Oktober dan April. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil
penelitian dan kajian analisis-kritis di bidang ilmu kesehatan.
Susunan Redaksi Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
No. SK : 165/U.K/I/2012
Pelindung
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember
Penasehat
Ketua Lembaga Pengembangan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Penyunting
Ketua
Trisna Pangestuning Tyas, S.ST
Sekretaris
Diana Octania, SH
Bendahara
Arum Dwi Ningsih, S.Kep., Ns
Penelaah Ahli
DR. Ah. Yusuf, S.Kp. M.Kes (PPNI Jawa Timur)
Penyunting pelaksana
Ns. Sutaryanto., S.Kep
Andi Eka Pranata., S.ST
Fitria Jannatul Laili, S.Keb., Bd
Asisten penyunting
Ns. Mahmud Ady Yuwanto, S.Kep
Elfira Nurul Aini, S.ST
Dana dan Usaha
Senan Nasution, SE
Mussia, S.ST
Kustin, SKM
Marketing
Drs. H. M. Fanani
Riza Umami, S.ST
Ranita Puspasari, Amd. Keb
Alamat Penyunting : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember, JL. Dahlia No. 1 Jember.
Telp (0331) 483536. Fax. (0331) 483536. Email : [email protected].
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain.
Naskah diketik sesuai dengan format seperti tercantum pada petunjuk dibagian belakang jurnal
ini. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara
lainnya.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
ii
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
Vol. 1 No. 1, Oktober 2012 – Maret 2013
DAFTAR ISI ( CONTENT)
HALAMAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Gizi Pada Anak
Toddler (1-3 Tahun) Di Kecamatan Mumbulsari Kabupaten
Jember.
Trisna Pangestuning Tyas………………………………………………
Pengarauh Belajar Menggunakan Brain Game Terhadap Hasil
Belajar Istilah-istilah Alat Reproduksi Pada Mahasiswa AKBID
Dr Soebandi Jember.
Mussia……..............................................................................................
Hubungan Pemberian Asi Ekskulsif Dengan Status Gizi Pada Bayi
Baru 0-6 Bulan Di Puskesmas Tembokrejo.
Elfira Nurul Aini………………………………………………………
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Metode
Ceramah Terhadap Sikap Ibu Tentang Pap Smear Di BPS Ny.
Tyas Kholili Mlokorejo-Puger.
Riza Umami……………………………………………………………
Hubungan Pelaksanaan Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi
Asuhan Keperawatan Di IRNA RSD dr. Soebandi.
Sutaryanto………………………………………………………………
Pengaruh Terapi Qur’an Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri
Pasien Rawat Inap di RSUD Kalisat
Trisna Vitaliati………………………………………………………….
Pengaruh Massage Plexus Sacralis Terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Post Partum Normal Di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi
Jember.
Mahmud Ady Yuwanto..………………………………………………
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
01-05
06-12
13-21
22-25
26-33
34-42
43-49
iii
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu…………………………………....Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI ANAK
TODDLERS (1-3 TAHUN) DI DESA MUMBULSARI KECAMATAN
MUMBULSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012
Trisna Pangestuning Tyas*
*Staf Pengajar Prodi Kebidanan, STIKES Bhakti Negara Jember
ABSTRACT
Toddlers age is one of the stages in the grows five. In many community issues that
emerged is the lack of knowledge about the mother's nutrition and how the provision of
nutritious food for their children. This research aims to find out the level of maternal
nutrition on children aged toddlers in the Village District Mumbulsari Jember Regency
Mumbulsari.
Design is the method used descriptive. Number of respondents population 253 people
with some sample mothers who have children the age of toddlers in the Village District
Mumbulsari Jember Regency Mumbulsari namely some 155 people. Collecting data is
done using a questionnaire. Tabulated and then the data presented in the form of a
frequency distribution table.
Results of research shows that almost half the number of 68 respondents (43.87%)
included in the criteria is quite knowledgeable.This is influenced by the work of the
respondents some of all respondents as the mother of the household respondents and the
level of education that is almost entirely a primary school.
Keywords: knowledge, grow
PENDAHULUAN
Usia toddlers merupakan salah
satu tahapan yag sangat penting dalam
tumbuh kembang balita. Dimana pada
tahap ini balita sangat membutuhkan
asupan gizi yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Padahal
untuk
mendeteksi
seorang
anak
kekurangan atau kelebihan zat gizi harus
dilakukan dengan pemantauan secara
menyeluruh. Walaupun tidak dipungkiri
kebanyakan anak yang mengalami
kekurangan gizi umumnya memiliki berat
badan lebih ringan dan lebih pendek
daripada yang kecukupan gizi. Oleh
karena itu, orang tua harus memahami
tentang gizi yang baik dan seimbang
untuk tumbuh kembang balitanya.
Dimasyarakat,banyak orang tua
yang belum mengetahui kebutuhan gizi
yang cukup untuk anak mereka. Data
tahun 2007 memperlihatkan empat juta
anak Indonesia kekurangan gizi, dan
700.000 diantaranya mengalami gizi
buruk. Sedangkan yang mendapat
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
program makanan tambahan hanya
39.000 anak. Dari total 3,1 juta balita di
Jawa Timur, sekitar 16,5% atau 511.500
jiwa di antaranya menderita gizi kurang.
Rendahnya kesadaran orang tua untuk
memberikan asupan terbaik kepada anak
merupakan
penyebab
utama.
(www.kompas.com). Data Puskesmas
Mumbulsari pada tahun 2011 terdapat
jumlah anak usia toddlers sebanyak 253
orang anak dengan angka kejadian BGM
sejumlah 29 orang anak.
Dari studi
pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 2 januari 2012 sampai dengan 5
januari 2012 di Desa Mumbulsari
Kecamatan
Mumbulsari
Kabupaten
Jember, dari 20 ibu (100%) yang
diwawancarai, 13 ibu (65%) mengatakan
belum mengetahui kebutuhan gizi yang
harus dicukupi oleh anaknya.
Masalah gizi dan kesalahan pangan
terutama
terletak
dalam
ketidak
seimbangan komposisi hidangan, seperti
gizi kurang yang mencakup susunan
hidangan yang tidak seimbang maupun
1
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
kondisi
keseluruhan
yang
tidak
mencukupi kebutuhan badan (Ahmad
Joeni Soeditomo,2000). Diagnosis kurang
gizi
selain
ditegakkan
melalui
pemeriksaan antropometri ( penghitungan
berat badan menurut umur /panjang
badan) dapat melalui temuan klinis
dijumpainya keadaan klinis gizi buruk
yang dapat dibagi menjadi kondisi
marasmus, kwasiorkor dan bentuk
campuran (marasmik kwasiorkor) (
Inovasi Online vol.5/XVI). Dampak dari
masalah ini yaitu pertumbuhan dan
perkembangan balita dapat terganggu.
Untuk mengatasi masalah gizi dan
perbaikan gizi pada kelompok balita
dapat dilakukan melalui posyandu serta
dilakukan kegiatan pelatihan para ibu
dalam
memilih,mengolah
dan
menyajikan makanan yang bergizi untuk
balitanya. Selain itu juga dengan
memberikan penyuluhan tentang gizi
seimbang pada balita.
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif survey. Metode penelitian
deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran / deskriptif
tentang suatu kejadian secara objektif
(Notoatmojo, 2003).
Penelitian ini dilakukan pada 1
Januari-1 Maret 2012 di Desa
Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari
Kabupaten Jember. Sampel dalam
penelitian ini adalah Sebagian ibu yang
mempunyai anak usia 1 - 3 tahun
sebanyak 155 responden yang memiliki
kriteria penelitian. Proses pengumpulan
data dimulai dari pembuatan surat izin
dari institusi STIKES Bhakti Negara
untuk mengajukan Bankesbang Linmas
dan Dinkes untuk penelitian, setelah
mengambil
surat
izin
penelitian
diserahkan ke Kepala Puskesmas
Mumbulsari
dimana
penelitian
dilaksanakan. Proses pengumpulan data
dengan responden menandatangani surat
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
persetujuan menjadi responden. Data
dikumpulkan
dengan
menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada
responden tanpa diberi nama tetapi hanya
diberi inisial. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan kuesioner dengan bentuk
tertutup
(closed
ended)
dengan
pertanyaan sejumlah 15 soal.
HASIL
Data yang dikumpulkan dianalisa
dengan
menggunakan
Descriptive
Statistic Type Frequensy Distribution
digunakan untuk menjabarkan dan
mensintesa data untuk mengorganisasi
data secara sistemik dalam bentuk angka
- angka mulai dari yang paling rendah ke
yang paling tinggi. Bersamaan dengan
penghitungan (persentage) dari angka
yang muncul setiap saat (Nursalam & Siti
Pariani, 2001).
a. Data Umum
Tabel 4.1 Distribusi frekwensi responden
berdasarkan umur ibu-ibu yang memiliki
anak toddlers (1-3 tahun) di Desa
Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari
Kabupaten Jember
No
Umur
Frekwensi Persentase
1 ≤25 tahun
72
46,45
2 26 – 30
42
27,1
tahun
3 31 – 35
24
15,48
tahun
4 36 – 40
17
10,96
tahun
Jumlah
155
100
Berdasarkan table 4.1 diatas,
menunjukkan bahwa hampir setengah
dari responden berumur ≤25 tahun
sebanyak 72 responden (46,45%).
Tabel 4.2 Distribusi frekwensi
responden berdasarkan pendidikan ibuibu yang memiliki anak toddlers (1-3
tahun) di Desa Mumbulsari Kecamatan
Mumbulsari Kabupaten Jember
2
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
No
1
2
3
4
Pendidikan Frekwensi Persentase
SD
89
57,42
SMP
39
25,16
SMP
26
16,77
Perguruan
1
0,65
Tinggi/
Akademi
Jumlah
155
100
Berdasarkan table 4.2 diatas,
menunjukkan
hampir seluruh dari
responden berpendidikan SD sebanyak
89 responden (57,42%).
Tabel 4.3 Distribusi frekwensi
responden berdasarkan pekerjaan ibu-ibu
yang memiliki anak toddlers (1-3 tahun)
di
Desa
Mumbulsari
Kecamatan
Mumbulsari Kabupaten Jember
No Pekerjaan Frekwensi Persentase
1
Ibu
140
90,32
Rumah
Tangga
2
Swasta
12
7,75
3
PNS
3
1,93
Jumlah
155
100
Berdasarkan
table
4.3
menunjukkan hampir seluruh dari
responden bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga sebanyak 140 responden
(90,32%).
b. Data Khusus
Tabel 4.4 Distribusi frekwensi
pengetahuan ibu tentang gizi anak
toddlers (1-3 tahun) di Desa Mumbulsari
Kecamatan
Mumbulsari
Kabupaten
Jember
No
1
2
3
Kategori Frekwensi Persentase
Baik
27
17,42
Cukup
68
43,87
Kurang
60
38,71
Jumlah
155
100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan
bahwa hampir setengah dari responden
berpengetahuan cukup sejumlah 68
responden (43,87%).
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi anak
toddlers (1-3 tahun) hampir setengahnya
berpengetahuan cukup yaitu sejumlah 68
responden (43,87%,).
Dari penelitian menunjukkan
bahwa hampir setengah dari responden
berumur ≤25 tahun sebanyak 72
responden (46,45%). Menurut Hucklok
(1998) dikutip dalam buku Nursalam dan
Siti Pariani (2001) bahwa semakin cukup
umur tingkat kematangan seeorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dengan umur yang semakin muda
memungkinkan responden kurang untuk
menerima setiap informasi yang didapat.
Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan
bahwa semakin muda umur responden
maka kedewasaan, pengalaman dan
kematangan responden semakin kurang.
Sebaliknya semakin bertambahnya umur
responden semakin banyak pengalaman
yang dimilikinya sehingga pengetahuan
juga bertambah.
Selain itu data hasil kuesioner
menunjukkan hampir seluruh dari
responden bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga sebanyak 140 responden
(90,32%). Menurut Markum yang dikutip
Nursalam & Siti Pariani (2001) bahwa
dengan bekerja ibu akan mempunyai
pengaruh
terhadap
kehidupan
keluarganya. Di desa Mumbulsari
sebagian besar masyarakatnya adalah ibu
rumah tangga / tidak bekerja sehingga
mereka akan mempunyai banyak waktu
untuk mendapatkan informasi karena
tidak disibukkan oleh pekerjaan serta dari
media informasi sebagian besar adalah
dari pengalaman pribadi / pun orang lain.
Dari uraian beberapa faktor diatas
sehingga memungkinkan pengetahuan
yang dimikilinya juga bisa bertambah.
Dari
penelitian
didapat.
menunjukkan
hampir seluruh dari
responden berpendidikan SD sebanyak
89
responden
(57,42%).
Seperti
pernyataan Koentjoroningrat bahwa
3
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
pendidikan
yang
kurang
akan
menghambat
perkembangan
sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenankan (Nursalam dan Siti
Pariani, 2001). bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan belum tentu tingkat
pengetahuan seseorang juga akan
bertambah. Sebaliknya makin rendah
tingkat pendidikan masih memungkinkan
untuk mereka bisa menerima informasi
dengan baik, sehingga pengetahuan yang
dimilikinya juga bisa bertambah.
Kemungkinan ini bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu umur, pekerjaan
dan media informasi yang didapatkan.
Disini banyaknya ibu yang berpendidikan
hanya sampai SD dikarenakan oleh sosial
ekonomi dan budaya sekitar yang
beranggapan bahwa perempuan tidak
perlu berpendidikan tinggi karena pada
akhirnya perempuan tetap akan mengurus
rumah tangga juga.
SIMPULAN DAN SARAN
Tingkat pengetahuan ibu-ibu
tentang gizi anak toddlers (1-3 tahun) di
Desa
Mumbulsari
Kecamatan
Mumbulsari Kabupaten Jember adalah
hampir setengahnya (43,87%) memiliki
pengetahuan cukup.
Saran
Untuk menambah pengetahuan
dan wawasan ibu tentang gizi anak
toddlers (1-3 tahun) sehingga diharapkan
agar lebih intensif dalam melakukan
aktifitas yang lebih banyak membaca /
melihat informasi dari media cetak
maupun elektronik, serta dari pengalaman
pribadi / pun orang lain untuk merubah
keadaan yang tidak tahu menjadi tahu.
Sebagai tenaga kesehatan perlu
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yaitu dengan memberikan penyuluhan /
informasi serta sarana dan fasilitas
tentang pemenuhan gizi secara intensif
kepada
ibu-ibu
sehingga
dapat
menambah pengetahuan dan wawasan
tentang menjaga dan meningkatkan status
gizi anak mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut
faktor-faktor
lain
yang
dapat
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
gizi anak toddlers (1-3 tahun) maka
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
gizi anak usia toddlers (1-3 tahun).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dr. Prof. 2006.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Hidayat. Aziz Alimul. 2007. Riset
Keperawatan
dan
Tehnik
Penulisan Ilmiah edisi kedua.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo.2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo.
2005.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam.
2003.
Konsep
dan
Perencanaan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam.
2008.
Konsep
dan
Perencanaan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam.
Pariani,
Siti.
2001.
Pendekatan Praktis Metodologi
Riset Keperawatan. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Supariasa. I Dewa Nyoman. 2001.
Penelitian Status Gizi. Jakarta :
EGC.
Supartini. Yupi. 2004. Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC.
Sediaoetama. Achmad Djaelani. 1999.
Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan
Profesi. Jakarta : Dian Rakyat
Priyadi. Imam.2008. gizi Buruk Ancam 4
juta
Anak
Indonesia.
(http://www.kompas.com) sitasi
tanggal 11 Februari 2012)
4
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
Pratikno, Ananto.2006. Jeruk makan
jeruk (http://sarikata.com sitasi
tanggal 27 Februari 2012)
Nency. Yetti. 2005. Gizi Buruk Ancam
Generasi yang Hilang. (inovasi
online vol.5/XVII sitasi tanggal
11 Februari 2012)
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/inde
x.php sitasi tanggal 16 Februari
2012)
http://www.gizi.net/busunglapar/RANOK.doc (sitasi tanggal 17 Februari 2012)
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
5
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
PENGARUH BELAJAR MENGGUNAKAN BRAIN GAME TERHADAP HASIL
BELAJAR ISTILAH–ISTILAH ALAT REPRODUKSI WANITA PADA
MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN dr. SOEBANDI – JEMBER TAHUN 2012
Mussia*
*Ketua Program Studi DIII Kebidanan, STIKES Bhakti Negara Jember
ABSTRACT
Lack of faculty creativity in using the media or the less precise method of learning will
affect the interes and motivasi students in upper division courses, especially in anatomy
courses considering this course is the subject of science and the number of memorization
that must be mastered by student. And the anatomy lessonsare still many students who get
the vallueof C and D. This is what should be a concern for a teacher, to menrubah and
improve the method or medium of learning, which can attract students’ interest in
learning, and change of learning environment that is too monotonous, one of which is the
learning method, Brain Game. Is there any problem in this study Brain Game is to know
the results of studying the terms female reproductive organs after administrations of
learning methods using the Brain Game on students AKBID dr.jember Soebandi Academic
Year 2010 – 2011. In this case study design using pre Eksperimental one group pretestpostest design. Samples taken using total sampling technique. Research result showed after
the method of Brain Game in student level I.
Keywords : Brain Game, The Learning
PENDAHULUAN
Perkembangan IPTEK menuntut
lembaga
Perguruan
tinggi
untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan
mengembangkan inovasi – inovasi dalam
pembelajaran. Guru bertanggung jawab
dalam mengembangkan kemampuan
peserta didik sebagai manusia yang
cerdas dan trampil, sebab tugas dari guru
tidak hanya menyampaikan materi tetapi
harus mampu menggali kemampuan
berfikir
kreatif
sehingga
dapat
meningkatkan hasil belajar. Hal utama
yang tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana model dan metode yang
dipilih akan dapat mengantarkan peserta
didik menjadi inovatif dan kreatif. Salah
satu untuk mencapai hal tersebut dapat
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh
mahasiswa dalam semua bidang mata
kuliah, karena untuk menjadi tenaga
bidan
yang
professional
sangat
dibutuhkan keuletan dalam berbagai hal
termasuk ketrampilan yang dimiliki dan
dapat menguasai seluruh mata kuliah
yang telah diajarkan oleh dosen termasuk
mata kuliah anatomi yang merupakan
dasar mata kuliah keilmuan dan
ketrampilan
yang
merupakan
pengetahuan
yang
melandasi
pembentukan
kemampuan
dan
ketrampilan dan juga sebagai bekal pada
saat
mahasiswa
melaksanakkan
praktikum dilapangan karena selain
mahasiswa memiliki skil yang baik juga
harus diimbangi dengan pengetahuan
dasar pada bidangnya.
Berdasarkan studi pendahuluan
terhadap mahasiswa semester I mengenai
penguasaan media dan pembelajaran
yaitu sebanyak 44,5 % menyatakan
cukup, 41 % menyatakan baik dan 14 %
menyatakan sangat baik, dari sini dapat
terlihat kurangnya kreativitas dosen
dalam menggunakan media atau metode
pembelajaran yang akan mempengaruhi
minat serta mutivasi mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan, yang salah
satunya adalah mata kuliah anatomi,
mengingat mata kuliah ini merupakan
mata kuliah keilmuan dan ketrampilan
yang benar – benar harus dikuasai oleh
6
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
mahasiswa karena merupakan dasar dari
mata kuliah selanjutnya. Ini bisa dillihat
dari hasil evaluasi mahasiswa yang masih
mendapat nilai C dan D, dimana hasil
belajar dari mata kuliah anatomi angkatan
2009/2010 didapatkan sebagai berikut:
mahasiswa yang mendapat nilai A ( 80 –
100 ) 27 %, nilai B ( 68 – 79 ) :27 %; C (
58 – 67 ) 25 %; D ( 41 – 57 ) 48 % dan
nilai E ( 0 – 40 ) 48 %.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan dosen diketahui
bahwa mahasiswa tingkat I pengetahuan
tentang istilah – istilah alat reproduksi
wanita masih kurang karena mereka
berasal dari berbagai sekollah menengah
umum sehingga belum menguasai
tentang istila – istilah alat reproduksi
wanita, oleh sebab itu didalam
penyampaian proses belajar mengajar
menggunakan metode yang menarik yang
mudah dimengerti dan dipahami oleh
mahasiswa. Sebagai batasan penulisan
hanya difokuskan pada pengaruh belajar
menggunakan “ brain game “ terhadap
hasil belajar istilah- istilah alat reproduksi
wanita pada mahasiswa Akademi
Kebidanan dr Soebandi tahun 2010.
BAHAN DAN METODE
Brain game merupakan suatu
permainan atau senam otak yang penting
untuk meningkatkan pengalaman belajar
dengan keseluruhan otak. Aktivitas ini
membuat keseluruhan sistem belajar
lebih mudah dan efektif dengan
kemampuan akademik. Tantangannya
adalah bagaimana cara mengoptimalkan
kemampuan belajar. Perlu diketahui
bahwa otak kita dirancang untuk belajar
karena makanan utama otak adalah ilmu
pengetahuan. Brain game secara praktis
bias digunakan dalam berbagai bentuk
pelatihan atau kegiatan bersama anakanak sampai dewasa bersifat praktis
karena secara cepat dan mudah langsung
bias diterapkan dengan mengikuti uraian
singkat teknis langkah-langkahnya.
Sebelum melakukan perlakuan
tentang Brain Game adalah memberikan
sistem peta pikiraan, setelah itu
memberikan keterampilan mengigat
dengan mengunakan kedua belah otak
kita yaitu kiri dan kanan sekaligus.
Kemampuan peserta didik akan menjadi
luar bias. Teknik ini akan memungkinkan
peserta didik untuk mengingat kata,
kalimat dan istilah-istilah yang diberikan
oleh pendidik, setelah itu diberikan
keterampilan belajar teknik belajar ini
dapat dioptimalkan secara luar biasa
dengan manajemen otak.
Dengan menerapkan langkahlangkah brain game tersebut, mahasiswa
menjadi kooperatif dan bersemangat saat
diberikan
perlakuaan.
dan
juga
mahasiswa menjadi antusias saat
diberikan pembelajaran dengan bermain.
Hasil belajar adalah perubahan
prilaku secara keseluruhan buka hanya
salah satu aspek potensi kemanusia saja
melainkan secara komprehensif. Dapat
dilihat dari tabel 4.3 hasil belajar yang
diperoleh oleh mahasiswa AKBID dr.
Soebandi Jember tahun 2012. dapat
diketahui bahwa mahasiswa di AKBID
dr. Soebandi tingkat I sebelum diberi
perlakuan Brain Game mahasiswa yang
memperoleh nilai A tidak ada, yang
mendapat nilai B sebanyak 19,04% ( 8
mahasiswa), nilai C sebanyak 9,52% (4
mahasiswa), nilai D sebanyak 42,86%
(18 mahasiswa), dan nilai E sebanyak
28,57% (12 mahasiswa). Setelah
diberikan perlakuan Brain Game
mahasiswa yang mendapat nilai A
sebesar 90,48% (38 mahasiswa), yang
mendapat nilai B sebesar 7,38% (3
mahasiswa), nilai C sebesar 2,38% (1
mahasiswa), dan yang mendapat nilai D
serta E tidak ada.
Dari paparan diatas dapat kita
lihat bahwa ada perbedaan sekali dari
hasil sebelum diberikan dan sesudah
diberikan metode Brain Game ini. Dapat
dilihat sebelum diberikan metode brain
game mahasiswaq ada yang mendapatkan
nilai D dan E sedangkan setelah
diberikan metode brain game mahasiswa
tidak ada yang memperoleh nilai D dan
7
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
E. ini membuktikan bahwa metode brain
game ini dapat mempengaruhi hasil
belajar. Terbukti dari mahasiswa yang
antusias dan dangat bersemangat saat
diberikan metode ini. Sekarang ini masih
banyak pendidik atau pengajar yang tidak
mengunakan metode-metode baru untuk
memberikan stimulasi dan pengaetahuan
pada mahasiswa sehingga mahasiswa
tidak jenuh dan hanya menerima metode
yang selalu sama, yaitu metode ceramah
(40%),diskusi(30) dan presentasi(30%).
Dan saat melakukan diskusi maupun
presentasi mahasiswa banyak yang selalu
mengantungkan pada temannya yang
lebih pintar. Dan juga mahasiswa hanya
diberikan metode ceramah yang dimana
metode ini dapat membuat mahasiswa
menjadi mahasiswa yang pasif saja.
Meskipun pendidik memberikan reward
bagi mahasiswa yang bertanya. Ini
mungkin dapat mengaktifkan perkulihan
didalam kelas. Tapi banyak juga hal ini
dapat memberikan kegagalan dalam
keaktifan dan hasil belajar mahasiswa.
Untuk itu dengan penerapan metode yang
beragam akan membuat mahasiswa
menjadi senang dan mencintai pelajaran
yang akan diberikan. Seperti yang
diperlihatakan oleh mahasiswa yang telah
diberikan metode Brain Game, dimana
mahasiswa
lebih
antusias
dalam
menerima pelajaran.
Setelah melakukan metode brain
game dan juga melakukan tabulasi hasil
belajar mahasiswa. Diperoleh hasil
analisis dengan mengunakan T-Test dua
sample berpasangan mengunakan SPSS
dengan diperoleh hasil P value adalah
0,000 < α (0,05) sehingga Ho ditolak
yang artinya ada pengaruh mengunakan
metode Brain Game terhadap hasil
belajar istilah-istilah alat reproduksi
wanita pada mahasiswa akademik
kebidanan dr. Soebandi Jember tahun
2012.
Dari hasil analisis tersebut dapat
dibuktikan bahwa dengan adanya metode
ini dapat meningkatkan hasil belajar yang
diperlihatkan dari nilai pretest dan
posttest yang dilakukan mahasiswa.
Tujuan paling penting dari
pembelajaran adalah untuk memberikan
peserta didik pengetahuan, konsep,
kemampuan dan pemahaman yang
mereka butuhkan agar menjadi anggota
kelompok yang bahagia dan memberikan
kontribusi.
Model
pembelajaran
kooperatif
dikembangkan
untuk
mencapai
hasil
belajar
dan
pengembangan
keteramplan
sosial.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kerjasama antara peserta didik khususnya
dalam hal akademik, untuk meningkatkan
kemampuan
yang
positif,
mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik
melalui aktifitas kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif diantara peserta
didik
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran dan hasil belajar yang
maksimal
Penelitian
ini
menggunakan
penelitian Eksperimen dalam bentuk pre
Eksperimental
yaitu
penelitian
eksperimen semu karena tidak terdapat
kelompok kontrolnya. Bentuk desain
yang digunakan adalah One Group
Pretest – Posttest Desain. Pada desain ini
hanya digunakan satu kelompok saja dan
akan diberi perlakuan menggunakan
metode pembellajaran “ Brain Game “
tapi sebelum diberi perlakuan mahasiswa
dilakukan pretest ( tes awal ) kemudian
kelompok tersebut diberi perlakuan dan
setelah itu dilakukan post test, atau suatu
pengukuran untuk mengetahui akibat dari
perlakuan ( Masyud. 2010: 119 ).
Populasi atau subyek penelitian
adalah seluruh mahasiswa Akademi
Kebidanan klas I C, sejumlah 49
mahasiswa
Sampling. Tehnik sampling yang
digunakan adalah total sampling.
Kriteria
inklusi
adalah
karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti. Kriteria inklusi pada
8
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
penelitian ini adalah mahasiswa Akademi
kebidanan dr. Subandi Jember tahun
2010/2011Semester I yang mengikuti
pretest
Variabel
independen
pada
penelitian ini adalah metode “Brain
Game “ . Variabel dependen atau variable
terikat adalah variable yang nilainya
ditentukan oleh variable lain. Variabel
dependen pada penelitian ini adalah hasil
belajar.
Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner tertutup dalam
bentuk multiple choice yaitu pertanyaan
yang menyediakan beberapa jawaban dan
responden
hanya
memilih
satu
diantaranya
yang
sesuai
dengan
pendapatnya ( Notoatmodjo. 2005: 125 )
Dimulai
dengan
pendekatan
dengan Akademi Kebidanan dr. Subandi
Jember
untuk
mendapatkan
ijin
penelitian. Waktu pengumpulan data
dilakukan selama satu hari pada bulan
januari 2011. Olahan Pengumpulan data
dengan memberikan pretest pada
mahasiswa, kemudian diberi perlakuan
dengan menggunakan metode “ Brain
Game “ . Setelah mendapat perlakuan
mahasiswa diberi posttest dengan
beberapa soal latian. Untuk mengetahui
hasil
belajar
mahasiswa
peneliti
membagikan beberapa soal test obyektif
kepada seluruh mahasiswa,soal – soal test
ini sebagai alat ukur penelitian yang telah
dibuat sesuai kisi – kisi soal berdasarkan
Taksonomi Bloom. Hasil jawaban
mahasiswa mengisi soal – soal tes
diserahkan pada peneliti untuk dilakukan
pengolahan data.
Kuesioner yang telah diisi
responden dIberi kode sesuai kriteria
yang telah ditentukan , scoring, tabulating
dan
dianalisa
secara
kuantitatif.
Selanjutnya data diuji dngan analisa
statistic T – Test karena penelitian ini
menguji perbedaan nilai rata – rata dari
dua variable baik dari sampel yang
berhubungan maupun sampel yang bebas.
HASIL
Hasil
penelitian
mengenai
Pengaruh belajar menggunakan Brain
Game terhadap hasil belajar responden
dengan menggunakan alat ukur soal
istilah – istilah alat reproduksi wanita
dengan jumlah responden dengan
menggunakan total sampling yaitu 49
responden.
a. Data penunjang
Karakteristik berdasarkan latar
belakang pendidikan mahasiswa kelas IC
di AKBID dr. Soebandi Jember
No
Latar
Jumlah Persentase
pendidikan
1
IPA
27
55,1
2
IPS
22
44,9
Berdasarkan
tabel
4.1
menujukkan bahwa responden dengan
latar belakang pendidikan yang berbedabeda adapun mahasiswa yang berlatar
belakang sekolah mengambil jurusan IPA
ada 47,62% (20 mahasiswa), sedangkan
yang mengambil jurusan pendidikan IPS
sebesar
52,38%
(sebanyak
22
mahasiswa).
b. Data utama
Data khusus ini menyajikan
tentang hasil tabulasi pemgaruh belajar
menggunakan Brain Game terhadap hasil
belajar istilah – istilah alat reproduksi
wanita pada responden.
Data hasil responden sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan dengan
menggunaakan Brain Game.5
Pretest
Nilai Jml
%
A
0
0
(80100)
B
(6978)
8
C
(5867)
11
Postest
Ket
Nilai Jml
%
A
38 77,55 Adanya
peningkatan
dari
0%
menjadi
77,55 %
16,33
B
10 20,41 Peningkatan
dari 16,33 %
menjadi
20,41 %
22,45
C
1
2
Penurunan
dari 22,45 %
menjadi 0,02
%
9
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
D
(4157)
E
(041)
Total
18
36,73
D
0
0
12
24,49
E
0
0
49
100
49
100
Penurunan
menjadi
tidak ada
Penurunan
menjadi
tidak ada
Dari tabel 4.3 ini dapat diketahui
bahwa mahasiswa di AKBID dr.
Soebandi tingkat I sebelum diberi
perlakuan Brain Game mahasiswa yang
memperoleh nilai A tidak ada, yang
mendapat nilai B sebanyak 19,04% ( 8
mahasiswa), nilai C sebanyak 9,52% (4
mahasiswa), nilai D sebanyak 42,86%
(18 mahasiswa), dan nilai E sebanyak
28,57% (12 mahasiswa). Setelah
diberikan perlakuan Brain Game
mahasiswa yang mendapat nilai A
sebesar 90,48% (38 mahasiswa), yang
mendapat nilai B sebesar 7,38% (3
mahasiswa), nilai C sebesar 2,38% (1
mahasiswa), dan yang mendapat nilai D
serta E tidak ada.
Hasil pengujian uji statistic
menggunakan T–Test dua sample
berpasangan dengan SPSS 14 type uji T.
Hasil
T- hitung
-21,198
T-tabel
2,021
Df
41
Tingkat singnifikasi
0,00
Berdasarkan uji diatas maka
didapatkan bahwa Nilai T hitunglebih
besar dari T tabel pada taraf signifikansi
0,05 yang artinya ada pengaruh belajar
menggunakan Brain Game terhadap hasil
belajar pada responden
Pengujian Hipotesis dari analisis
yang dihasilkan menunjukkan bahwa
hasil perhitungan T–Test dua sampel
berpasangan dengan menggunakan SPSS
nilai T hitung lebih besar dari T tabel
pada taraf signifikasi 0,05 yang artinya
ada pengaruh belajar menggunakan brain
Game terhadah hasil belajar istilah –
istilah alat reproduksi wanita pada
responden.
SIMPULAN DAN SARAN
Model pemberlajaran Brain Game
tentang istilah-istilah alat reproduksi
wanita di AKBID dr. Soebandi Jember
tahun 2012 ini telah warna yang berbeda
dalam pembelajaran sehingga mahasiswa
menjadi bersemangat dalam menerima
pelajaran dikelas.
Hasil belajar dengan mengunakan
metode Brain Game pada mahasiswa
AKBID dr. Soebandi Jember tahun 2012.
Yang diperlihatakan pada hasil pretest
dan posttest yang ada perbedaannya.
Dimana pada saat pretest mahasiswa ada
yang mempunyai nilai D dan E
sedangkan saat diberi perlakuan dan
mengikuti
posttest
dimana
dapat
diperlihatkan bahwa mahasiswa tidak ada
yang mempunyai nilai D dan E. dan
mayoritas banyak yang memiliki nilai A.
Berdasarkan
hasil
analisis
mengunakan
T-Test
2
sampel
berpasangan menunjukkan bahwa Ha
diterima yang artinya ada pengaruh
mengunakan metode Brain Game
terhadap hasil belajar istilah-istilah alat
reproduksi wanita pada mahasiswa
akademik kebidanan dr. Soebandi Jember
tahun 2012
Setelah mengetahui hasil dari
penelitian ini, diharapkan mahasiswa
dapat melakukan proses belajar dengan
lebih
sungguh-sungguh
mengingat
metode pembelajaran Brain Game ini
dapat meningkatkan hasil belajar.
Diharapkan bagi para dosen untuk
menerapkan metode pembelajaran Brain
Game ini untuk merangsang agar
mahasiswanya menjadi kreatif tidak
hanya menerapkan metode pembelajaran
konvensional saja.
Setelah
mengetahui
hasil
penelitian ini, diharapkan institusi
pendidikan dapat mengevaluasi proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh
para dosen dan memotivasi para dosen
yang mengajar di sana untuk menerapkan
metode pembelajaran Brain Game ini.
10
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
Bagi
peneliti
dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan
metode pembelajaran Brain Game ini
kepada rekan-rekan dosen yang lain pada
institusi tempat bekerja sehingga dapat
membantu meningkatkan hasil belajar
mahasiswa untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta,
PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.(2006) Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Buzan, Tony dan Barry Buzan, 1993. The
Mind Map Book, London : BBC
Wordwide Limited.
Chayati Afifah Nur. 2010.122 Game.
Jakarta Katahati.
Cunningham Gary et al. 2010. Williams
Obstretrics 23 RD Edition,
United States of America; Mc
Graw Hill Companies Inc.
Darmawan, Deny. (2001) Kontribusi
Diklat
terhadap
Kualitas
Output. Bandung : Pasca Sarjana
Unpad.
Depkes. (2010) Buku Panduan Akademik
.
Akademi
Kebidanan
dr.Soebandi
Djamarah,
Syaiful
Bahri.
(2006)
Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Elkhonon,Goldberg. 2008. Brain Game.
China Publication International.
Ltd.
Gunawan, Adi W, 2003. Genius Learning
Strategies. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.
Hidayat,Deddy.N.
2003.
Metode
Penelitian
Komunikasi
:
Paradigma dan Metodologi
Penelitian Sosial Emprik Klasik.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Indramunawar. (2009). hasil-belajarpengertian-dan-definisi.html
Jamil Sya’ban, 2009. 101 Game Cerdas
dan Kreatif. Jakarta. Penebar
Plus.
Kamdi, Waras, dkk. (2007). ModelModel Pembelajaran Inovatif.
Malang : Universitas Negeri
Malang.
Mashud, Sulthon. (2010). Metode
Penelitian Pendidikan. Jember:
LPMPK
Masyhud
Sulthon.2010.
Metode
Penelitian Pendidikan. Jember
LPMPK.
Mulyana,Deddy. (2002) Metodologi
Kualitatif. Bandung : Temaja
Rosdakarya.
Munadi,
Yudhi.
(2008)
Media
Pembelajaran
Sebuah
Pendekatan Baru, Jakarta :
Gaung Persada Press
Murkof, Heidi, dkk. (2006). Kehamilan
Apa Yang AndaRasakan Per
Bulan. Jakarta : Arcan.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2005)
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam dan Siti Pariani, 2001.
Pendekatan Praktis Metodologi
Riset Keperawatan, Jakarta:
salemba medika.
Nursalam. (2008) Konsep dan penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian.
Jakarta : Salemba Medika.
Prwirohardjo, Sarwono. (2009). Maternal
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Saifudin, Abdul Bari, Prof. dr. Sp.OG.
MPH, et al, 2002. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohadjo.
Salmah. (2006). Asuhan Kebidanan
Antenatal. Jakarta : EGC
Sudjana, Nana. (2009) Penilaian Hasil
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
11
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
Sugiarto, Iwan, 2004. Mengoptimalkan
Daya Kerja Otak dengan
Berfikir Holistik Kreatif. Jakatra
: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2006) Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Susanto,Windura 2008. Be An Absolute
Genius. Jakarta. PT. Elkemedia
Computindo.
Tarmizi, 2010 Pembelajaran kooperatif
model
make
a
match.
http://tarmizi.wordpress.com: 20
Nopember 2010, 16 : 39.
Tim Power Brain Indonesia, 2005.
Latihan Otak : Optimalisasi
Fungsi, 10 menit dalam sehari
selama 30 hari dengan Metode
Fritz’Barin. Bandung : Penerbit
Nuansa.
Winarno, Surakhmad. (1994) Pengantar
Interaksi Mengajar Belajar.
Bandung : Tarsito
12
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI
BAYI USIA 6 BULAN DI PUSKESMAS TEMBOKREJO KECAMATAN
GUMUKMAS KABUPATEN JEMBER
Elfira Nurul Aini*
*Staf Pengajar STIKES Bhakti Negara
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is breastfeeding without any additional food and drink in
infants aged zero to six months. Success in infant nutrition is indicated by weight and
height to reflect the nutritional status of infants. After a preliminary study in 23 infants in
health centers known Tembokrejo 34.5% infants receive only breast milk with the details of
the nutritional status of the nutritional status of more than 60%, 40% good nutritional
status, malnutrition 0%, 0% BGM.
The study was a descriptive cross sectional correlation method. Stratisfied
sampling using random sampling, which of the 38 infants aged 6 months, 12 babies are not
exclusively breast-fed and 26 exclusively breastfed infants. Measuring instruments used to
collect data were questionnaires and systematic observation (KMS). The data obtained is
then tabulated and analyzed with Sommes'd test that has an error rate of α = 5% (0.05).
The results obtained in infants who are exclusively breast-fed babies have gi 50% more
and 50% good nutrition, while in infants who are not exclusively breast-fed 33.3% and
58.3% more nutrient malnutrition. Having analyzed the resulting count equal to -0.077 Z is
smaller than the critical value of 1.96.
There was no association between exclusive breastfeeding and nutritional status of
infants aged 6 months. However, given the benefits, the researchers recommend to stick
exclusively breastfed infants.
Keywords: breastfeeding, breastfeeding ekkslusif, infant nutrition status
PENDAHULUAN
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan
bagi bayi yang tidak tertandingi oleh
apapun dalam menyediakan zat gizi ideal
untuk pertumbuhan dan perkembangan
seorang bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi
membutuhkan lebih banyak zat besi dan
seng daripada yang tersedia didalam ASI.
Pertumbuhan bayi tidak dilihat hanya
berdasarkan perubahan BB dan PB-nya
saja. Namun juga, perlu diperhatikan
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
gizinya. Jika keadaan gizi anak baik,
barulah dapat dikatakan pertumbuhannya
normal. Jika gizinya tak seimbang,
pertumbuhan anak akan terganggu, seperti
menjadi kurus, terlalu gemuk, atau pendek.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 1997 menunjukkan bahwa rata-rata
lamanya pemberian ASI eksklusif hanya 1,7
bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
minuman selain ASI dan MP- ASI sudah
mulai diberikan pada usia lebih dini.
Prosentase bayi dengan status gizi baik
menurun sejak bayi usia 6-10 bulan dan
terus menurun hingga kira-kira separuh
pada anak-anak berusia 48 - 59 bulan.
Menurut data / laporan SPM Kab / Kota
tahun 2004 Di Propinsi Jawa Timur bayi
yang diberi ASI eksklusif sampai usia 6
bulan mencapai 40.59 % (274.896 dari
677.192 bayi), pencapaian pemberian ASI
eksklusif pada tahun 2007 di Propinsi Jawa
Timur meningkat yaitu sebanyak 40.77%
(279.503 dari 685.642 bayi). Sedangkan
Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif
di Kabupaten Jember pada tahun 2004
adalah 38.86% (16.071 dari 41.360 bayi)
dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan
13
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
yaitu 49,66% (19.818 bayi dari 39.909
bayi). (www.jatimprov.go.id)
.
WHO
merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif bagi bayi sejak
lahir, sesegera mungkin (setengah-1 jam
sejak lahir) sampai setidaknya usia 4 bulan
dan bila mungkin hingga usia 6 bulan.
Rekomendasi pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada
bukti ilmiah manfaat ASI bagi daya tahan
hidup
bayi,
pertumbuhan
dan
perkembangannya.
Pemberian
ASI
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi
yang disebabkan berbagai penyakit seperti
diare dan pneumonia serta mempercepat
pemulihan bila sakit. ASI eksklusif telah
terbukti meningkatkan proteksi terhadap
banyak penyakit dan meningkatkan
kemungkinan
melanjutkan
menyusui
sedikitnya sampai usia 1 tahun. Setelah usia
6 bulan terjadi karena kebutuhan gizi
semakin meningkat, sementara produksi
ASI semakin menurun dan pemberian MPASI belum sesuai dengan kecukupan gizi
bayi.
Kondisi
seperti
ini
dapat
menimbulkan kekurangan energi protein
(KEP) pada bayi.
Dari keterangan diatas, dapat
diketahui bahwa pemberian ASI merupakan
investasi penting dalam menunjang
pertumbuhan bayi yang berkaitan erat
dengan status gizi. Oleh karena itu penulis
ingin mengadakan penelitian tentang
pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
bayi usia 6 bulan yang berada di Puskesmas
Tembokrejo
yang
mencakup
Desa
Tembokrejo, Desa Bagorejo, dan Desa
Karangrejo.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
korelasi dengan menggunakan metode
penelitian Cross sectional yaitu studi yang
digunakan untuk mengetahui hubungan
antara Pemberian ASI Ekslusif dengan
Status Gizi Bayi pada suatu waktu tertentu.
Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia
6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Tembokrejo dengan jumlah 38 bayi.
Parameter yang diamati adalah bayi yang
diberi ASI eksklusif dan bayi yang tidak
mendapat ASI eksklusif yang diukur
dengan kuesioner. Status Gizi yang diukur
menggunakan
KMS
dan
kemudian
digolongkan menjadi Gizi lebih, Gizi baik,
Gizi Kurang, Gizi buruk. Selanjutnya,
dianalisis menggunakan Uji Sommers’d.
HASIL
Data Umum
Tabel Distribusi Responden berdasarkan usia reproduktif ibu di Puskesmas Tembokrejo
bulan Agustus tahun 2011
Usia ibu
(Tahun)
12-19
20-35
> 35
Σ
ASI Eksklusif
Σ
0
22
4
26
%
0
84,6
15,4
100
Tidak ASI Eksklusif
Σ
%
0
0
12
100
0
0
12
100
Σ
0
34
4
38
Tabel Distribusi Responden berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas Tembokrejo bulan
Agustus tahun 2011
Pendidikan ibu
SD
SMP
SMA
SMEA
Akademi
Perguruan Tinggi
Σ
ASI Eksklusif
Σ
%
6
23.08
9
34.62
9
34.62
1
3,85
1
3,85
0
0
26
100
Tidak ASI Eksklusif
Σ
%
1
8.33
6
50
4
33.33
0
0
0
0
1
8.33
12
100
Σ
7
15
14
1
1
1
38
14
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Tabel Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas Tembokrejo bulan
Agustus tahun 2011
Pekerjaan ibu
ASI Eksklusif
IRT
Buruh Tani
Petani
Wiraswasta
Perawat
Guru
Σ
17
2
2
4
1
0
%
65.38
7.69
7.69
15.38
3,85
0
Σ
26
100
Tidak ASI Eksklusif
Σ
%
9
75
0
0
1
8.33
1
8.33
0
0
1
8.33
12
100
Tabel Distribusi jenis kelamin dengan ASI ekslusif
Jenis kelamin
Laki-laki
perempuan
∑
ASI eksklusif
Σ
13
13
26
Tidak ASI eksklusif
Σ
%
5
42
7
58
12
100
%
50
50
100
Data Khusus
Tabel Distribusi pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI ekslusif
Ya
%
Tidak
26
68,4
12
∑
%
31,6
38
Tabel Distribusi status gizi bayi usia 6 bulan
Status gizi ASI ekslusif
Jumlah
Ya
Tidak
Gizi lebih
13 (50%)
5 (33.33%)
18
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Jumlah
13 (50%)
0
0
26
7 (58.33%)
0
0
12
Tabel Tabel silang korelasi Sommers’d
Status gizi
ASI ekslusif
Ya
Tidak
Gizi lebih
13 (50%)
5 (33.33%)
Gizi baik
Gizi
kurang
Gizi buruk
Jumlah
20
0
0
38
Jumlah
18
13 (50%)
0
7 (58.33%)
0
20
0
0
26 (68.4%)
0
12 (31.6%)
0
38
PEMBAHASAN
Dari data tersebut diketahui bahwa
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 68,4%, sedangkan bayi yang tidak
diberi ASI eksklusif sebanyak 31,6%.
Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
15
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Tembokrejo adalah 65%, berarti pencapaian
pemberian ASI eksklusif mampu memenuhi
target yang ditentukan. Banyak faktor yang
mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui
bayinya, beberapa peneliti yang telah
dilakukan
didaerah
perkotaan
dan
perdesaan di Indonesia dan Negara
berkembang lainnya, menunjukan bahwa
faktor system dukungan, pengetahuan ibu
terhadap ASI, promosi susu formula dan
makanan tambahan mempunyai pengaruh
terhadap praktek pernberian ASI. Pengaruhpengaruh tersebut dapat memberikan
dampak negative maupun positif dalam
memperlancar pemberian ASI eksklusif
(Santosa, 2004).
Adapun
faktor
lain
yang
mempengaruhi pemberian ASI adalah
faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan
formal ibu, pendapatan keluarga dan status
kerja ibu), faktor psikologis (takut
kehilangan daya tarik sebagai wanita,
tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang
sakit, misainya mastitis, dan sebagainya),
faktor kurangnya petugas kesehatan
sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih,
1997).
Sementara menurut Utami Roesli
(2004), mengungkapkan bahwa fenomena
kurangnya pemberian ASI eksklusif
disebabkan
oleh
beberapa
faktor,
diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang
memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya
mitos yang kurang baik, serta kesibukan ibu
bekerja dan singkatnya cuti melahirkan,
merupakan alasan yang diungkapkan oleh
ibu yang tidak menyusui secara ekslusif.
Menurut
Lawrence
Green
(1980),
pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
kesehatan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku
seseorang, jadi jika seorang ibu hamil tidak
pernah mendapatkan informasi atau
penyuluhan mengenai pemberian ASI
ekslusif
dapat
berpengaruh
dalam
memberikan ASI ekslusif pada bayinya di
kemudian hari sehingga berpengaruh juga
pada status gizi bayi.
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif
jika dilihat dari pendidikan, kebanyakan ibu
yang memberikan ASI eksklusif adalah
tamat SMP dan SMA yaitu masing-masing
50%. Pendidikan yang lebih rendah dan
tinggi berada dibawahnya. Sedangkan pada
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
menunjukkan kesamaan dengan ibu yang
tamat SMP dan SMA berada di tingkat
pertama dengan prosentase 50% dan
33,33%.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah
mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu
dalam menghadapi masalah, terutama
dalam
pemberian
ASI
eksklusif.
Pengetahuan ini diperoleh baik secara
formal maupun informal. Sedangkan ibuibu yang mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, umumnya terbuka
menerima perubahan atau hal-hal baru guna
pemeliharaan kesehatannya (Depkes RI,
1996). Pendidikan juga akan membuat
seseorang terdorong untuk ingin tahu,
mencari pengalaman sehingga informasi
yang diterima akan menjadi pengetahuan
(Azwar, 2000).
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya
dengan pengetahuan ibu menyusui dalam
memberikan ASI ekslusif hal ini
dihubungkan dengan tingkat pengetahuan
ibu bahwa seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan dengan
tingkat
pendidikan
yang
rendah
(Notoatmodjo, 2003 ).
Penggeseran paradigma itu dipicu oleh
tingginya tingkat kebutuhan hidup dan
meningkatnya pemahaman kaum wanita
tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan
kebebasan informasi membuat para wanita
masa kini lebih berani memasuki wilayah
pekerjaan lain yang dapat memberdayakan
kemampuan dirinya secara maksimal,
sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI
ekslusif (Evi, 1992). Pendidikan juga akan
membuat seseorang terdorong untuk ingin
tahu, mencari pengalaman sehingga
informasi yang diterima akan jadi
pengetahuan (Azwar, 2000).
16
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Dari hasil penelitian diketahui tidak
mendukung teori yang menyatakan bahwa
pendidikan tinggi akan membuat seseorang
bersikap mendukung terhadap hal-hal baru
yang mempunyai aspek positif yang
banyak.
Karena
tingginya
tingkat
kebutuhan hidup dan meningkatnya
pemahaman
kaum
wanita
tentang
aktualisasi diri membuat wanita-wanita saat
ini, dengan pendidikan tinggi wanita
cenderung menjadi wanita pekerja sehingga
tidak dapat memberikan ASI eksklusif.
Tetapi sesuai dengan pernyataan diatas
yang
mengatakan
seorang
yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula, karena
pengetahuan tidak hanya didapat dari
pendidikan formal tetapi juga pengalaman,
mungkin responden dapat menerima dengan
baik apa yang telah diinformasikan oleh
tenaga kesehatan, dan berbagai media yang
mendukung untuk memberikan ASI
eksklusif.
Dari segi pekerjaan, pekerjaan ibu yang
bayinya diberi ASI eksklusif17 responden
(65.38%) IRT, Buruh Tani 2 responden
(7.69%), Petani 2 responden (7.69%),
Wiraswasta 4
(15.38 %), Perawat 1
(3,85%). Sedangkan ibu yang bayinya
tidak diberi ASI eksklusif 9 responden
(75%) IRT, petani 1 responden (8.33%),
wiraswasta 1 responden (8.33%), guru 1
responden (8.33%).
Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat
mempengaruhi
pengetahuan
dan
kesempatan ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Pengetahuan responden yang
bekerja lebih baik bila dibandingkan
dengan pengetahuan responden yang tidak
bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu
yang bekerja di luar rumah (sektor formal)
memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi, termasuk mendapatkan
informasi tentang pemberian ASI eksklusif
(Depkes RI 1999).
Seorang ibu yang bekerja akan
mempunyai tambahan pendapatan bagi
keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya, apabila ia tidak
bekerja maka tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok keluarganya, bekerja
untuk perempuan sering kali bukan pilihan
tetapi karena pendapatan suami tidak cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan rumah
tangganya ( Novaria, 2000)
Menurut Utami Roesli ( 2005 ),
mengatakan bahwa bekerja bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI secara
ekslusif selama paling sedikit 4 bulan dan
bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun
cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui,
adanya perlengkapan memerah ASI, dan
dukungan lingkungan kerja, seorang ibu
yang bekerja dapat tetap memberikan ASI
secara ekslusif.
Pada ibu-ibu yang bayinya diberi
ASI eksklusif kebanyakan adalah ibu rumah
tangga yang mempunyai banyak waktu
luang untuk mengurus bayinya sendiri.
Tetapi pada bayi yang tidak diberi ASI
kebanyakan juga ibu rumah tangga.
Kemungkinan ada faktor-faktor selain
pekerjaan yang dapat menghambat ibu
memberikan ASI eksklusif.
Penelitian
ini
menggunakan
pengukuran antropometri umur dan berat
badan yang menjadi patokannya adalah
KMS (kartu menuju sehat). Hasil penelitian
yang ada, menunjukkan bayi yang diberi
ASI eksklusif status gizinya cenderung baik
dan lebih dimana prosentasenya sama-sama
50%. Sedangkan bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif gizi baik sebesar 58.33% dan
lebih 33.33%.
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti,
absorps,
transportasi,
penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari
organ-organ,serta
menghasilkan
energi.(Supriasa, I Dewa Nyoman ,dkk,
2002)
Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu. Contohnya gondok
endemik
merupakan
keadaan
tidak
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
17
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
yodium dalam tubuh. (Supriasa, I Dewa
Nyoman ,dkk, 2002).
Penelitian
ini
menggunakan
antropometri untuk mengukur status gizi,
dimana yang diteliti yaitu umur dan berat
badan. Faktor umur sangat penting dalam
penentuan status gizi. Kesalahan yang
terjadi karena kesalahan ini akan
menyebabkan interpretasi status gizi
menjadi salah. Hasil pengukuran berat
badan dan panjang tidak akan berarti kalau
penentuan umur yang salah.
Berdasarkan
Puslitbang
Gizi
Bogor(1980), batasan umur yang digunakan
adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24
bulan digunakan bulan penuh.
Faktor berat
badan
merupakan
pengukuran yang terpenting pada bayi baru
lahir. Dan hal ini digunakan untuk
menentukan apakah bayi termasuk normal
atau tidak (Supariasa,dkk, 2001).
Pertumbuhan
bekaitan
dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu,
yang diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram). (2002 Supriasa).
Sedangkan Berat badan merupakan hasil
peningkatan / penurunan semua jaringan
yang ada pada tubuh antara tulang, otot,
lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang
paling baik untuk melihat perubahan yang
terjadi dalam waktu singkat karena
konsumsi makanan dan kondisi kesehatan
(Soetjiningsih 1998). Sehingga berat badan
menjadi salah satu penilaian pertumbuhan.
Perubahan berat badan dikarenakan
adanya konsumsi makanan seperti bayi usia
0-6 bulan yang diberi ASI saja sudah
mampu menunjang pertumbuhan bayi
karena beberapa factor. Seperti, dari segi
kandungan ASI, Kalori dari ASI memenuhi
kebutuhan bayi sampai enam bulan. ASI
adalah makanan sempurna dengan kadar
nutrisi yang seimbang. Bila kebutuhan
energi telah dapat dipenuhi oleh ASI maka
dengan sendirinya kebutuhan akan nutrisi
lain terpenuhi. Enzim-enzim terkandung di
dalam ASI berguna untuk mencerna zat-zat
gizi yang terdapat dalam ASI tersebut,
membuat ASI bisa diterima oleh tubuh
bayi. ASI memiliki perbandingan antara
Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi.
Rasio Whey dengan Casein merupakan
salah satu keunggulan ASI dibandingkan
dengan susu sapi. ASI mengandung whey
lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah
diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey :Casein
adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah
diserap. Zat-zat gizi berkualitas tinggi juga
terdapat dalam ASI yang berguna untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
kecerdasan bayi/anak. Kandungan tinggi
hormon protein yang dikenal sebagai
adinopectin yang berhubungan dengan
rendahnya resiko serangan jantung. Kadar
adinopectin yang tinggi dijumpai pada
orang yang kegemukan dan orang yang
memiliki resiko besar terkena serangan
jantung. Maka dengan adanya hormon ini,
bayi yang diberi ASI akan terhindar dari
resiko terjadinya kelebihan berat badan.
Factor usia ibu, diketahui bahwa ibu
yang berusia 20 sampai 35 tahun untuk
kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif
sebesar 84,6% dan usia ibu yang diatas 35
tahun sebesar 15, 4%. Sedangkan pada bayi
yang tidak ASI eksklusif, ibu berusia 20
sampai 35 tahun 100%.
Umur yaitu usia individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur maka
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan
bekerja (Nursalam, 2001)
Dalam kurun waktu reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
persalinan dan menyusui adalah 20-35
tahun oleh sebab itu yang sesuai dengan
masa reproduksi sangat baik dan sangat
mendukung dalam pemberian ASI ekslusif,
sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun
dianggap masih belum matang secara fisik
mental dan psikologi dalam menghadapi
kehamilan, persalinan serta pemberian ASI,
sedangkan umur lebih dari 35 tahun
dianggap juga berbahaya sebab baik alat
reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh
berkurang dan menurun selain itu bisa
18
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
terjadi resiko bawaan pada bayinya dan
juga dapat meningkatkan penyulit pada
kehamila,
persalinan
dan
nifas
(Martadisoebrata, 1992)
Umur
ibu
sangat
menentukan
kesehatan maternal dan berkaitan dengan
kondisi kehamilan, persalinan dan nifas
serta cara mengasuh dan menyusui bayinya.
lbu yang berumur kurang dari 20 tahun
masih belum matang dan belum siap dalam
hal jasmani dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan serta dalam membina
bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994).
Sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun,
menurut Hurlock (1997) disebut sebagai
"masa dewasa" dan disebut juga masa
reproduksi, di mana pada masa ini
diharapkan orang telah mampu untuk
memecahkan
masalah-masalah
yang
dihadapi dengan tenang secara emosional,
terutama dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, nifas dan merawat bayinya
nanti. Pada primipara dengan usia 35 tahun
ke atas dimana produksi hormone relatif
berkurang, mengakibatkan proses laktasi
menurun, sedangkan pada usia remaja 1219 tahun harus dikaji pula secara teliti
karena perkembangan fisik, psikologis
maupun sosialnya belum siap yang dapat
mengganggu keseimbangan psikologis dan
dapat mempengaruhi dalam produksi ASI.
Tidak ada hambatan pada produksi
ASI, mekanisme menyusui. Cara menyusui
yang benar, akan mengantarkan zat gizi
yang cukup untuk bayi. Ada dua cara untuk
mengukur produksi ASI yaitu penimbangan
berat badan bayi sebelum dan setelah
menyusui; dan pengosongan payudara.
Kurva berat badan bayi merupakan cara
termudah untuk menentukan cukup
tidaknya produksi ASI (Packard, 1982).
Kurve
pertumbuhan
berat
badan
memuaskan, yaitu menunjukkan berat
badan pada triwulan I : 150-250 gr setiap
minggu, triwulan II : 200-600 gr setiap
bulan (www.lusa.wb.id).
Hasil penelitian pada bayi yang
diberi ASI eksklusif bergizi baik
menunjukkan adanya kesesuaian dengan
teori-teori yang ada. Tetapi pada bayi yang
diberi ASI eksklusif juga ditemukan adanya
status gizi lebih yang tidak sesuai dengan
teori yang, sangat mungkin dikarenakan
factor lain, misalnya status gizi ibu pada
waktu hamil, berat badan bayi pada waktu
lahir atau adanya factor genetik.
Perubahan berat badan dikarenakan
adanya konsumsi makanan seperti bayi usia
0-6 bulan yang diberi ASI saja sudah
mampu menunjang pertumbuhan bayi
karena beberapa factor. Seperti, dari segi
kandungan ASI, Kalori dari ASI memenuhi
kebutuhan bayi sampai enam bulan. ASI
adalah makanan sempurna dengan kadar
nutrisi yang seimbang. Bila kebutuhan
energi telah dapat dipenuhi oleh ASI maka
dengan sendirinya kebutuhan akan nutrisi
lain terpenuhi. Enzim-enzim terkandung di
dalam ASI berguna untuk mencerna zat-zat
gizi yang terdapat dalam ASI tersebut,
membuat ASI bisa diterima oleh tubuh
bayi. ASI memiliki perbandingan antara
Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi.
Rasio Whey dengan Casein merupakan
salah satu keunggulan ASI dibandingkan
dengan susu sapi. ASI mengandung whey
lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah
diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey :Casein
adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah
diserap. Zat-zat gizi berkualitas tinggi juga
terdapat dalam ASI yang berguna untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
kecerdasan bayi/anak. Kandungan tinggi
hormon protein yang dikenal sebagai
adinopectin yang berhubungan dengan
rendahnya resiko serangan jantung. Kadar
adinopectin yang tinggi dijumpai pada
orang yang kegemukan dan orang yang
memiliki resiko besar terkena serangan
jantung. Maka dengan adanya hormon ini,
bayi yang diberi ASI akan terhindar dari
resiko terjadinya kelebihan berat badan.
Tabulasi silang korelasi Sommers’d
diketahui bahwa bayi yang diberi ASI
eksklusif mengalami gizi lebih sebanyak
50% dan gizi baik sebanyak 50%. Hal ini
mungkin disebabkan pengetahuan akan
perilaku sehat dalam masyarakat baik,
19
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
meskipun pendidikan kebanyakan tamat
SMP dan SMA, karena pengetahuan bisa
diperoleh darimana saja, bisa dari tenaga
kesehatan, kader, maupun informasi dari
media massa.
Dengan menggunakan uji Sommers’d
didapatkan harga Z hitung sebesar -0,077
dan nilai kritis ditetapkan 1,96 dengan
tingkat kesalahan 0,05. Karena didapatkan
nilai Z hitung lebih kecil dari nilai kritis,
sehingga H0 gagal ditolak dan Ha ditolak,
yang artinya tidak ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
bayi usia 6 bulan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Tembokrejo
kecamatan
Gumukmas
Kabupaten Jember yaitu bayi usia 6 bulan
yang diberi ASI eksklusif mengalami gizi
lebih sebesar 50 % dan bayi yang
mengalami gizi kurang sebanyak 50%, bayi
yang mengalami gizi kurang 0%, dan bayi
yang mengalami gizi buruk yaitu 0%.
Sedangkan bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif didapatkan status gizi lebih
sebesar 33.33%, gizi baik 58.33%, guzu
kurang 0% dan gizi buruk 0%. Tidak ada
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 6 bulan di Puskesmas
Tembokrejo.
Dengan
adanya
penelitian
ini
diharapkan orang tua lebih bijak dalam
memberikan nutrisi bagi putra-putrinya
karena nutrisi mempunyai peranan penting
bagi pertumbuhannya serta lebih aktif
dalam mencari informasi mengenai gizi
bayi, dan hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan, agar pola asuh yang sehat
didapatkan putra-putrinya sehingga dapat
mengurangi faktor-faktor penghambat
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih, Asi : petunjuk untuk tenaga
kesehatan, Jakarta : EGC, 1997
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,
Jakarta : EGC, 1995
Nursalam, Asuhan Keperawatan Bayi &
Anak (untuk perawat dan bidan),
Jakarta : EGC, 2005
Supriasa, I Dewa Nyoman, dkk, Penilaian
Status Gizi, Jakarta : EGC, 2002
Depkes RI, Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita, Jakarta : 1995
Pedoman Umum Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi)
Lokal, Departemen Kesehatan RI,
2006
Novianti, Ratih, Menyusui Itu Indah,
Yogyakarta : Oktopus, 2009
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta :
Depkes dan JICA, cetakan 2006
Notoatmodjo, Seokidjo, Ilmu Kesehatan
Masyarakat,Cetakan Pertama,Jakarta :
RinekaCipta, 2003
Notoatmodjo, Seokidjo, Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan,Cetakan Kedua,
Jakarta : Rineka Cipta ,2003
Nursalam, Metodologi Riset Keperawatan,
Jakarta : CV Infomedika, 2001
Depkes RI Dirjen Binkesmas Direktorat
Gizi Masyarakat, Asi Eksklusif Untuk
Ibu Bekerja, Jakarta, 2004
Hubertin, S, Konsep Penerapan ASI
Eksklusif Cetakan I, Jakarta : EGC,
2004
Hurlock, Psikologi Perkembangan. Edisi 5.
Jakarta : EGC, 2002
Ida Bagus G.M, Ilmu Kebidanan Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Bidan, Cetakan I, Jakarta :
ECG, 1998
Perinasia, Melindungi, Meningkatkan dan
Mendukung Menyusui Cetakan Ke-2,
Jakarta : Bina Rupa Akasara, 1994
Pilliteri, Adele, Perawatan Kesehatan Ibu
dan Anak, Jakarta:EGC, 2002
Azwar Azrul, Manajemen Laktasi, Jakarta:
Depkes RI, 2005
Purwanti, Konsep Penerapan ASI ekslusif
Buku Kedokteran. Jakarta : EGC,
2004
Prawirohardjo Sarwono, Buku Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka, 2002
20
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Roesli, Utami, Mengenal ASI Eksklusif
Seri I, Jakarta, 2004
Saifuddin, A.B,.Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Matemal dan
Neonatal.JMPKKF-POGI, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka., 2001
Notoatmodjo,
Seokidjo,
Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta, 2002 Dempsey, Patricia Ann &
Arthur
D.
Dempsey,
Riset
Keperawatan: Buku Ajar & Latihan,
Jakarta : EGC, 2002
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 2002
Budiman, Chandra, Metodologi Kesehatan,
Jakarta : EGC, 2008
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi,
Bandung : ALFABETA, 2002.
Santoso, Singgih, Statistik Non Parametrik,
Jakarta : PT Elex Media Kumputindo,
2004
www.perpustakaan-depkes.org:8180 /bitst
ream/123456789/1259/1/KEPMENK
ESNO.450-MENKES-SK-IV2004.pdf-, tanggal akses 05-03 -2011.
Admin,
bersumber
dari
:
http://bayidananak.com/2008/11/19/a
si-eksklusif-6-bulan/, tanggal akses
05-03-2011
http://enformasi.com/2008/11/pertumbuhan
-bayi-sehat.html, tanggal akses 12-062011
www.gizi.net/kebijakangizi/download/stranas%20final.doc,
tanggal akses 05-03-2011
owner
bersumber
dari
:
http://provisi.awardspace.com/cetak.p
hp?id=54, tanggal akses 7-7-2011
http://infobunda.com/pages/new
forum/posts.php?topic=9364, tanggal
akses 12-06-2011
www.jatimprov.go.id, tanggal akses 06-072011
Tabloid Ibu Anak bersumber dari :
http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprtl/C
yberwoman/detail.aspx?x=Mother+A
nd+Baby&y=Cyberwoman|0|0|8|833,
tanggal akses 7-7-2011
Juliana, bersumber dari : http://www.mailarchive.com/[email protected]/msg101669.html, tanggal
akses 2-9-2011
HealthWoman
bersumber
dari
:
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/com
mon/ptofriend.aspx?x=HealthWoman
&y=cybermed|0|0|14|641,
tanggal
akses 5-3-2011
Referensi kesehatan, bersumber dari :
http://creasoft.wordpress.com/2008/0
5/08/produksi-asi-dan-faktor-yangmempengaruhinya/, tanggal akses 29-2011
Buku Panduan Manajemen Laktasi:
Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001
bersumber
dari
:
www.gizi.net/asi/download/KEUNG
GULAN%20ASI%20DAN%
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmarifin4.pdf, tanggal akses 12-06-2011
http://www.medicalnewstoday.com/articles/
104940.php, tanggal akses 7-7-2011
Referensi Kesehatan bersumber dari :
http://creasoft.wordpress.com/2008/0
5/01/status-gizi-versi-kms,
tanggal
akses 24-05-2011
Akhmadi,
bersumber
dari
:
http://www.rajawana.com/artikel/kese
hatan/336-4-jenis-parameter-statusgizi.html, tanggal akses 12-06-2011
Hendra,
bersumber
dari
:
http://ajangberkarya.wordpress.com/2
008/05/20/konsep-status-gizi/,
tanggang akses 10-06-2011
Lusa,
bersumber
dari
:
http://www.lusa.web.id/giziseimbang-bagi-bayi/, tanggal akses
12-08-2011
21
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CERAMAH TERHADAP SIKAP IBU TENTANG PAP SMEAR PADA
IBU – IBU DI BPS Ny. TIAS KHOLILI, A.Md., Keb
MLOKOREJO – PUGER KABUPATEN JEMBER
Riza Umami*
*Staf Pengajar STIKES Bhakti Negara
ABSTRACT
Cervical cancer is a malignancy that occurs on the cervix (cervical) which is the
lowest part of the uterus that protrudes into the top of hole intercourse (vaginal). The
cause is not known for certain, but 95% of cases were HPV (Human Pappiloma Virus)
positive. In 2007 the Chairman of the Central Executive III Indonesian Cancer Foundation
(ICF), Sumaryati Aryoso said that each year there are 15,000 women who develop cervical
cancer in Indonesia. Of this amount, 8,000 of whom died. The purpose of this study to
determine the effect of health education lectures using maternal attitudes about the Pap
smear.
The study design used was the type of research Pre-Experiment. The population in
this study were mother-tongue in the BPS Ny. Tias Kholili, A.Md., Keb Mlokorejo - Puger
Jember district with a sample of 20 people and the sampling technique used is total
sampling.
From the research that has been conducted on February 7, 2012 showed that
positive attitudes about the Pap smear before Mother's health education were 14
respondents (70%) while negative attitudes about the Pap smear before Mother's health
education is 6 respondents (30%). Similarly, a positive attitude about the Pap smear after
the mother of health education as much as 19 respondents (95%) while negative attitudes
about the Pap smear after Mother's health education is still common although only one
respondent (5%). Based on Chi-square statistical test with a significance level of 5% 6.705
obtained results, thus this study received H1 which means no influence of health education
lectures using Mom's attitude about Pap smears.
Keywords: Health Education, Attitude and Pap smear
PENDAHULUAN
Kanker Leher Rahim adalah
keganasan yang terjadi pada leher rahim
(serviks) yang merupakan bagian terendah
dari rahim yang menonjol ke puncak liang
senggama (vagina). Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi 95% kasus
ditemukan HPV (Human Pappiloma Virus)
positif. Gejala pada tahap pra kanker atau
dini biasanya belum timbul.
Setiap
wanita
yang
pernah
melakukan hubungan seksual, memiliki
pasangan seksual yang berganti-ganti atau
multipartner, melakukan hubungan seksual
pada saat masih sangat muda, mempunyai
banyak anak dengan rentang yang pendek,
ditemukannya Human Papiloma Virus
(HPV), wanita perokok merupakan faktor
resiko terhadap kanker leher rahim.
Pada tahun 2007 Ketua III Pimpinan
Pusat Yayasan Kanker Indonesia (YKI),
Sumaryati Aryoso mengatakan bahwa
kondisi penyakit kanker yang terjadi di
Indonesia sangat bertolak belakang dengan
negara
maju
lainnya.
Di
negara
berkembang, penyakit kanker rahim
menjadi ranking pertama setelah kanker
payudara. Menurutnya, diperkirakan setiap
tahunnya terdapat 15.000 kaum perempuan
yang terserang kanker rahim di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 8.000 di antaranya
meninggal dunia. Menurut Departemen
22
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
Kesehatan, salah satu alasan semakin
berkembangnya penyakit kanker tersebut
adalah rendahnya cakupan deteksi dini pada
kanker serviks. Untuk wanita di kota besar
mungkin sudah cukup banyak yang
melakukannya, namun beda perihalnya
dengan wanita di pelosok yang kekurangan
akses
di
bidang
medis
(www.kompas.com/read/xml/2008/04/21/0
9585380/ Dicanangkan, Program Nasional
Deteksi Kanker Rahim dan Payudara ).
Untuk melakukan deteksi dini
kanker leher rahim, diantaranya dengan
melakukan Papsmear. Pemeriksaan ini
murah, cepat dan dapat dilakukan di
pelayanan kesehatan terdekat seperti
Puskesmas, Rumah Bersalin, Rumah Sakit,
Bidan, Klinik, Praktek dokter, dll.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja,
kecuali sedang haid atau sesuai dengan
petunjuk dokter. Papsmear sebaiknya
dilakukan 1 kali setahun oleh setiap wanita
yang sudah melakukan hubungan seksual
Meskipun Pap smear tidak dengan
sendirinya mencegah kanker, pemeriksaan
ini hanya untuk mendeteksi adanya
perubahan-perubahan
yang
bersifat
prakanker. Dengan papsmear, hasilnya
mungkin saja termasuk kelompok normal,
hanya ada peradangan atau kelompok
lainnya . Apabila kelainan dapat diterapi,
kanker biasanya tidak dapat berkembang.
Menurut WHO (1954) tujuan
pendidikan kesehatan adalah untuk
mengubah perilaku orang atau masyarakat
dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku
tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka
dapat menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap kesehatan. (Ircham Mahfoedz;
2007: 7)
Menurut Notoatmodjo (2003: 105),
metode yang digunakan pada aplikasi
pendidikan kesehatan adalah metode belajar
mengajar. Salah satu metodenya adalah
ceramah, yang sangat ekonomis dan efektif
untuk keperluan penyampaian informasi
dan pengertian secara lisan pada kelompok
besar.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian Pre-Eksperimen
yang
seringkali
dipandang
sebagai
eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh
sebab itu, sering disebut juga dengan istilah
“quasi eksperimen” dengan pendekatan Pre
test and Post test Group. Menurut Arikunto
(2006: 85) di dalam desain ini observasi
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum
(01) eksperimen yang disebut pre test dan
observasi sesudah (02) eksperimen yang
disebut post test. Populasi adalah Ibu-Ibu
yang ada di BPS Ny. Tias Kholili, A.Md.,
Keb Mlokorejo-Puger kabupaten Jember
sejumlah 40 orang, teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling dan analisa
data menggunakan Chi Kuadrat.
HASIL DAN BAHASAN
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan tanggal 07 Februari 2012
didapatkan hasil bahwa sikap positif Ibu
tentang Pap smear sebelum pendidikan
kesehatan adalah 14 responden (70 %)
sedangkan sikap negatif Ibu tentang Pap
smear sebelum pendidikan kesehatan
adalah 6 responden (30 %). Begitu pula
dengan sikap positif Ibu tentang Pap smear
setelah pendidikan kesehatan sebanyak 19
responden (95 %) sedangkan sikap negatif
Ibu tentang Pap smear setelah pendidikan
kesehatan masih ditemukan meskipun
hanya 1 responden
(5 %). Berdasarkan
uji statistik Chi square dengan taraf
signifikansi 5 % diperoleh hasil 6,705,
dengan demikian penelitian ini menerima
H1 yang artinya ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan menggunakan metode
ceramah terhadap sikap Ibu tentang Pap
smear.
Tabel 4.4 Sikap Ibu-ibu tentang Pap smear
sebelum pendidikan kesehatan
dengan menggunakan metode
ceramah
No. Sikap Jumlah
%
1. Positif
14
70
2. Negatif
6
30
Jumlah
20
100
23
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
Menurut Molyani R (2002: 8) yang
disadur
dari
Kusmiati,
tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain umur, pendidikan
dan
pengalaman
pribadi.
Tingkat
pendidikan seseorang mempengaruhi cara
pandangnya
terhadap
diri
dan
lingkungannya karena itu akan berbeda
sikap klien yang berpendidikan tinggi
dibandingkan yang berpendidikan rendah
dalam menyikapi suatu proses.
Mengingat penderita kanker serviks
terbanyak ditemukan pada stadium lanjut
maka informasi menyeluruh tentang Pap
smear sebagai deteksi dini kanker serviks
perlu di masyarakatkan agar selalu waspada
terhadap kanker rahim. Hal tersebut dapat
berupa penanaman pendidikan kesehatan
secara dini tentang pentingnya pemeriksaan
Pap smear dengan menggunakan metode
yang dianggap tepat untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan kesehatan.
Tabel 4.5 Sikap Ibu-ibu tentang Pap smear
setelah pendidikan kesehatan
dengan menggunakan metode
ceramah
No. Sikap Jumlah
%
1. Positif
19
95
2. Negatif
1
5
Jumlah
20
100
Notoatmodjo
(2003
:
128)
mengemukakan
pendapatnya
bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku telah melalui suatu proses yang di
dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng.. Menurut New
Comb yang diacu oleh Notoatmodjo (2003:
131) mengatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak
dan
bukan
merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap ini dapat
bersifat positif (+) yang kecenderungan
tindakannya
adalah
mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu
sedangkan yang bersifat negatif (-) terdapat
kecenderungan
untuk
menjauhi,
menghindari,
membenci
menyukai obyek tertentu.
dan
tidak
Tabel 4.6 Pengaruh pendidikan kesehatan
dengan menggunakan metode
ceramah terhadap sikap ibu
tentang Pap smear
Skala
Pre test
Post
∑
Sikap
test
Positif
14
19
33
(70 %)
(95 %)
Negatif 6 (30 %) 1 (5 %)
7
Jumlah
20
20
40
Telah kita ketahui bahwa tingkat
pendidikan seseorang mempengaruhi cara
pandang terhadap diri dan lingkungannya
karena itu akan berbeda sikap klien yang
berpendidikan tinggi dibandingkan yang
berpendidikan rendah dalam menyikapi
suatu proses. Menurut Azwar (2005: 28),
hal ini disebabkan karena adanya faktor –
faktor yang mempengaruhi terbentuknya
sikap antara lain pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting,
media yang digunakan, serta pengaruh
factor emosional . Selain itu , sikap tidak
berdiri sendiri tapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dan
objek sikap dapat merupakan satu hal
tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut..
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uji statistik Chi square
dengan taraf signifikansi 5 % diperoleh
hasil 6,705, dengan demikian penelitian ini
menerima H1 yang artinya ada pengaruh
pendidikan kesehatan dengan menggunakan
metode ceramah terhadap sikap Ibu tentang
Pap smear.
Angka kejadian kanker rahim cukup
tinggi di Indonesia, maka dari itu lakukan
Pap smear dengan segera. Dan harus
mampu untuk menepiskan rasa malu,
kecemasan dan ketakutan yang berlebihan,
sehingga angka kejadian dan angka
kematian penyebab kanker rahim ini dapat
dikendalikan, dan untuk peneliti selanjutnya
diharapkan mampu untuk memperbaiki
questioner dan adanya kelompok control.
24
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar Saifuddin. 2005. Sikap Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Evennet, Karen. 2003. Pap Smear. Jakarta:
Arcan.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 2002
Budiman, Chandra, Metodologi Kesehatan,
Jakarta : EGC, 2008
Hasibuan.
2008.
Proses
Belajar
Mengajar.Bandung: Rosda
Heri Purwanto, 1999. Pengantar Perilaku
Manusia. Jakarta:
Mahfoedz, Ircham. 2005. Teknik Membuat
Alat Ukur Penelitian Bidang
Kesehatan, Keperawatan, Dan
Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Mahfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan
Kesehatan bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
www.mediaindonesia.com/cetak/berita.asp?ID=
2002073023515871/
Kanker
mulut rahim
www.kompas.com/read/xml/2008/04/21/09
585380/ Dicanangkan, Program
Nasional Deteksi Kanker Rahim dan
Payudara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Rineka
Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu
Kandungan. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
www.jatimprov.go.id/v3/index.php?option=
com_content&task=view&id=21&It
emid=2 - 20k / Pap smear
www.kompak.co.id/news/display.asp?bln=
11&thn=2005 - 22k / Info kompak
November di Jember
www.promosikesehatan.com/?act=tips&id=
363-13k/ Deteksi Dini Kanker
Serviks
25
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI DENGAN DOKUMENTASI PROSES
KEPERAWATAN OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Sutaryanto*
*Staf Dosen STIKES Bhakti Negara Jember
ABSTRACT
Supervision is directing activities, coaching, and evaluation of nurses in order to perform
the task with different roles and functions. One function of nurses is to document the
nursing process. The purpose of this research was to determine the relationship between
the course of the supervision with nursing process documentation RSD Dr. Soebandi
Jember. This study uses analytic survey research design with cross secional study. The
number of samples in this study were 125 nurses who are members of 20 teams by using
the technique of sampling purposive. Test results of Spearmen rho correlation showed the
value of P <0,05, it is 0,0001, from these results can be known that there was a very
significant relationship between the course of the supervision with nursing process
documentation.
Key Word: the Implementation of Supervise, Nursing Process Documentation, Associate
Nurse
PENDAHULUAN
Terjadinya pergeseran paradigma
dalam pemberian pelayanan kesehatan
dari model medikal yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradigma sehat yang
lebih holistik yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan
sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996),
maka perawat berada pada posisi kunci
dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini
ditopang oleh kenyataan bahwa 40%75% pelayanan di rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan (Hadi, 2006).
Pelayanan keperawatan yang
bermutu tentunya tidak terlepas dari
adanya komitmen perawat dalam
memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada pasien. Hal ini disebabkan karena
peran perawat yang cukup vital. Perawat
pelaksana memiliki wewenang dan tugas
untuk memberikan pelayanan perawatan
secara langsung kepada pasien selama 24
jam sehingga rentan terhadap kesalahan
dan kelalaian yang menimbulkan tuntutan
pertanggung jawaban dan tanggung gugat
apabila pasien dan keluarganya tidak bisa
menerima kegagagalan upaya pelayanan
kesehatan yang telah dilakukan kepada
pasien. Setiap tindakan keperawatan
harus
dilakukan
pendokumentasian
sehingga dapat dipertanggung jawabkan
baik dari aspek etik maupun aspek
hukum.
Dokumentasi keperawatan harus
ditulis secara lengkap sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien. Kasus
akibat gugatan pihak keluarga terhadap
kekeliruan,
ketidaklengkapan
dan
ketidakakuratan pencatatan sesuai dengan
kondisi pasien pernah terjadi di Amerika
dan mengakibatkan denda sebesar $1 juta
(Iyer.,et al, 2005). Berbagai penelitian
yang pernah dilakukan dibeberapa
26
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
Rumah
Sakit
Daerah
tentang
dokumentasi
proses
keperawatan
sebagian besar menunjukkan hasil masih
kurang
lengkapnya
dokumentasi
keperawatan.
Kelengkapan dokumentasi proses
keperawatan, tentunya tidak terlepas dari
peran manajerial bidang keperawatan
yang ada di sebuah instansi layanan
kesehatan. Bidang manajemen harus
melakukan
fungsinya
secara
berkesinambungan agar pelaksanaan
asuhan keperawatan sesuai dengan visi
dan misinya. Adapun salah satu fungsi
dari manajemen adalah pengarahan.
Pengarahan memiliki berbagai macam
fungsi, dan salah satunya adalah
supervisi.
Soebandi menunjukkan hasil
bahwa:
pencapaian
prosentase
dokumentasi proses keperawatan pada
tahun 2006 mencapai 70%, tahun 2007
mencapai 65%, tahun 2008 mencapai
67%. Berdasarkan data tersebut dapat
terlihat adanya penurunan penerapan
Standar Asuhan Keperawatan dari 3
tahun
terakhir.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Pelaksanaan Supervisi dengan
dokumentasi
proses
keperawatan
perawat pelaksanaan di ruang rawat inap
RSD dr. Soebandi.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
menggunakan
desain penelitian survei analitik dengan
menggunakan metode cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
maret 2010. Sampel dalam penelitian ini
adalah perawat pelaksana yang tergabung
dalam 20 tim dan bekerja di ruang rawat
inap RSD dr. Soebandi Jember yaitu
Paviliun Anggrek, Paviliun Bougenvil,
Ruang Kelas 1, Ruang Interna Wanita,
Pelaksanaan
supervisi
dilaksanakan
dibeberapa
layanan
kesehatan, salah satu layanan kesehatan
di kota Jember adalah RSD dr. Soebandi.
Pelaksanaan supervisi keperawatan di
RSD dr. Soebandi Jember dilakukan oleh
Supervisior. Namun
pelaksanaan
supervisi masih kurang maksimal, hal ini
dikarenakan evaluasi dokumentasi tidak
selalu
dilakukan
oleh
supervisor
dikarenakan tugas supervisior
yang
merangkap sebagai kepala ruangan.
Data hasil evaluasi dokumentasi
proses keperawatan berdasarkan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) Depkes RI
oleh Tim bidang perawatan RSD dr.
Ruang
Interna Pria, Ruang KanakKanak, Ruang Bedah Wanita, Ruang
Bedah Ortopedi, Ruang Bedah Umum,
Ruang Bedah Khusus, Ruang Stroke, dan
Ruang Perinatologi. Tenik pengambilan
sampelnya adalah purposive sampling.
Data mengenai pelaksanaan supervisi
didapat dari data primer yaitu melalui
kuisioner yang diisi langsung oleh
responden (perawat pelaksana).Data
mengenai
dokumentasi
proes
keperawatan diambil dari hasil studi
dokumentasi penerapan Standar Asuhan
Keperawatan.
Jumlah
berkas
dokumentasi
proses keperawatan yang diniliai adalah 5
berkas untuk tiap tim, sehingga jumlah
total berkas yang dinilai adalah 100
berkas. Data yang diperoleh kemudian
dilakukan analisa menggunakan teknik
statistik yaitu uji Korelasi Spearman
dengan tingkat kepercayaan 95%
(p<0,05).
Kriteria
pengambilan
keputusan dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas
hitung.
Maka
dapat
ditentukan hipotesis (Ho) ditolak apabila
p<0,05 atau Ho gagal ditolak apabila
p>0,05.
27
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
HASIL
Pelaksanaan Supervisi
Tabel 1 Distribusi pelaksanaan supervisi berdasarkan persepsi responden di ruang rawat
inap RSD dr. Soebandi Jember bulan Maret 2010
Pelaksanaan
Supervisi
Baik
Sedang
Buruk
Total
Dokumentasi Proses
Keperawatan
Baik
Sedang
Buruk
Tim % Tim % Tim %
17
85
0
0
0
0
1
5
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
Tim
17
3
0
20
%
85
15
0
100
P
value
0,0001
Dokumentasi Proses Keperawatan
Tabel 2 Distribussi responden berdasarkan dokumentasi proses keperawatan di ruang rawat
inap RSD dr. Soebandi Jember bulan Maret 2010
Frekuensi
Persentase
Dokumentasi Proses Keperawatan
(Tim Perawat
(%)
Pelaksana)
18
90,0
Dokumentasi proses keperawatan baik
Dokumentasi proses keperawatan sedang
Dokumentasi proses keperawatan buruk
Total
Tabel 3
2
0
10,0
0
20
100
Distribusi Pelaksanaan supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember
Beban Kerja
Frekuensi
(Tim Perawat Pelaksana)
Persentase (%)
17
3
0
85,0
15.0
0
20
100
Pelaksanaan supervisi baik
Pelaksanaan supervisi sedang
Pelaksanaan supervisi buruk
Total
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman rho dengan melihat nilai significancy
didapatkan nilai p<α (α=0,05), yaitu 0,0001<0,05. Apabila nilai p<α (α=0,05) maka nilai
ini menunjukkan hipotesis (H0) ditolak yaitu terdapat hubungan antara pelaksanaan
supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Supervisi
Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh persepsi perawat pelaksana
terhadap pelaksanaan supervisi adalah
pelaksanaan
supervisi
baik
yaitu
sebanyak 17 tim perawat pelaksana
(85%), pelaksanaan supervisi sedang
yaitu sebanyak 3 tim perawat pelaksana
(15%). Berdasarkan data tersebut, terlihat
bahwa pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh supervisior adalah dalam
kategori baik. Hal ini disebabkan oleh
28
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
karena pelaksanaan supervisi sudah
sesuai dengan sasaran, pelaksana,
prinsip-prinsip,
cara
memberikan
pengarahan, dan frekuensi melakukan
supervisi.
Sasaran pelaksanaan supervisi
sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh bidang keperawatan yaitu
agar supervisior dapat memberikan
pengarahan
dalam
melaksanakan
tugasnya
sehingga
mengerti
dan
menyadari terhadap peran dan fungsinya
sebagai pelaksana layanan keperawatan.
Salah satu fungsi dari pelaksana
keperawatan adalah fungsi dokumentasi.
Sehingga
supervisior
berkewajiban
memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam proses pendokumentasian proses
keperawatan baik langsung maupun tidak
langsung. Didukung oleh pernyataan
Suyanto (2009) bahwa salah satu sasaran
dalam supervisi adalah pelaksanaan tugas
keperawatan, supervisior memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai
staf dan pelaksana keperawatan.
Berdasarkan data tambahan yang
diperoleh oleh peneliti dari bidang
perawatan, bahwa supervisi keperawatan
di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi
dilaksanakan oleh tim supervisior yang
terdiri dari kepala Instalasi rawat inap,
kepala instalai rawat jalan, wakil kepala
ruang secara bergantian dan terpadu.
Sedangkan supervisi dokumentasi proses
keperawatan
dilakukan
oleh
tim
supervisior dan kepala ruang pada
masing-masing ruang rawat inap. Sesuai
dengan pernyataan Suyanto (2009)
bahwa
supervisi
keperawatan
dilaksanakan oleh personel atau orang
yang bertanggung jawab, antara lain:
kepala ruangan, pengawas perawatan dari
bidang perawatan, dan kepala bidang
perawatan. Pelaksana supervisi sebaiknya
dilakukan oleh atasan langsung dari yang
disupervisi, atau apabila tidak mungkin
dapat ditunjuk staf khusus dengan batasbatas wewenang tertentu. Atasan
langsung akan lebih mengerti dan
memahami
tentang
kondisi,
dan
karasteristik
bawahannya
yang
disupervisi.
Seorang
supervisior
dalam
melakukan tugasnya sehari-hari harus
memiliki kompetensi yang baik, sehingga
pelaksanaan supervisi dapat berjalan
dengan baik. Didukung oleh pernyataan
Suyanto (2009) yaitu salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang supervisior adalah kemampuan
untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada perawat pelaksana
dengan petunjuk yang jelas, lengkap, dan
mudah
dipahami
sehingga
dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
Menurut Suarli & Yanyan (2007)
bahwa supervisi harus dilakukan dengan
frekuensi yang berkala, supervisi yang
dilakukan 1 kali bukan supervisi yang
baik,
karena
organisasi
selalu
berkembang. Namun tidak ada pedoman
yang pasti berapa kali supervisi harus
dilakukan.
Oleh karena itu, agar organisasi
selalu dapat mengikuti perkembangan
dan perubahan perlu dilakukan berbagai
penyesuaian, supervisi dapat membantu
penyesuaian tersebut yaitu melalui
peningkatan
pengetahuan
dan
ketrampilan bawahan. Sebagai tambahan
informasi bidang perawatan Rumah Sakit
Daerah dr. Soebandi telah membuat
jadwal pelaksanaan supervisi, yaitu setiap
hari dilakukan supervisi.
Seorang
supervisior
harus
memahami prinsip-prinsip supervisi
dalam keperawatan sehingga tugas
supervisi dapat dijalankan dengan baik.
Sesuai dengan pernyataan Suyanto
(2009) bahwa supervisi didasarkan atas
hubungan professional serta berifat
edukatif, dan supportif. Supervisior juga
harus memberikan perasaan yang aman
kepada perawat pelaksana, bukan hanya
mencari kesalahan perawat, tetapi juga
memberikan
reinforcement
atas
keberhasilan yang dilakukan bawahan.
29
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
Berdasarkan data yang didapatkan dari
bidang
perawatan
bahwa
bidang
keperawatan membentuk tim supervisi
secara khusus untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Pelaksanaan supervisi lebih menekankan
pada proses pengarahan dan pembinaan
kepada tenaga keperawatan agar dalam
melaksanakan tugasnya dapat menyadari
dan mengerti terhadap peran, dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan
dan asuhan keperawatan.
Dalam
memantau
jalannya
pelaksanaan supervisi, bidang perawatan
melihat dari buku laporan supervisior
yang wajib diserahkan setiap harinya, dan
absensi supervisi untuk mengevaluasi
jalannya pelaksanaan supervisi. Selain
itu, kepala bidang perawatan, beserta
jajarannya
dan
tim
supervisior
mengadakan rapat bersama.
Salah satu satu faktor yang dapat
menyebabkan pelaksanaan supervisi
berjalan baik, karena selalu mendapat
feed back dari kepala bidang perawatan.
Sesuai dengan pernyataan Nursalam
(2007) bahwa penilaian kegiatan
supervisi dilakukan untuk menilai tujuan,
efektivitas, dan kecocokan sesuatu sesuai
dengan kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dokumentasi proses keperawatan oleh
perawat
Hasil dari penilaian dokumentasi proses
keperawatan adalah 18 tim perawat
pelaksana (90%) memiliki dokumentasi
proses keperawatan baik, dan 2 tim
perawat pelaksana (10%) memiliki
dokumentasi proses keperawatan sedang.
Berdasarkan
hasil
pengukuran,
dokumentasi proses keperawatan baik
karena
perawat
selalu
mendokumentasikan asuhan keperawatan
pada pasien. Mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi. Format dokumentasi proses
keperawatan telah diperbarui dan diatur
sedemikian rupa sehingga mempermudah
perawat dalam mendokumentasikan
asuhan keperawatan.
Berdasarkan
informasi
yang
diperoleh dari wawancara kepada
perawat pelaksana dan kepala ruang
bahwa dokumentasi proses keperawatan
dalam kategori baik disebabkan oleh
adanya uraian tugas yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi kepada
perawat pelaksana untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dan
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan. Adanya tugas tersebut,
maka sesuai dengan perannya sebagai
pelaksana layanan keperawatan, perawat
termotivasi
untuk
selalu
mendokumentasikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Sesuai dengan pendapat
Ismani (2001) bahwa salah satu
kewajiban perawat adalah membuat
dokumentasi asuhan keperawatan secara
akurat
dan
berkesinambungan.
Kewajiban merupakan tanggung jawab
seseorang yang harus dilakukan agar
dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan haknya. Selain itu, perawat juga
menyadari bahwa dokumentasi proses
keperawatan sangat penting sebagai
Responsibilitas (tanggung jawab) dan
Akuntantibilitas (tanggung gugat) bagi
perawat.
Berdasarkan
informasi
dari
perawat pelaksana, kepala ruang, medical
record, dan bidang perawatan bahwa
selain memperbarui format dokumentasi
asuhan keperawatan, kepala ruang dan
tim supervisior selalu memberikan
dorongan dan arahan kepada perawat
pelaksana untuk segera melengkapi
dokumentasi
asuhan
keperawatan,
terutama jika pasien akan pulang. Hal ini
sebabkan oleh aturan yang dibuat oleh
medical record bahwa dokumentasi
30
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
pasien harus segera dikumpulkan ke
medical record dalam batas waktu 2x24
jam pada saat pasien pulang.
Apabila tidak tepat waktu, maka
akan
diketahui
grafik
kecepatan
pengumpulan dokumentasi asuhan dan
menjadi bahan evaluasi ketika diadakan
rapat bersama bagi masing-masing ruang
rawat.
Berdasarkan
informasi
dari
bidang perawatan
bahwa dengan
kelengkapan
dokumentasi
proses
keperawatan juga menjadi bahan
pertimbangan untuk akreditasi rumah
sakit. Sesuai dengan Depkes RI (2002)
bahwa untuk menilai mutu asuhan
keperawatan, maka perlu dilakukan
evaluasi dari dokumentasi asuhan
keperawatan, intervensi keperawatan,
serta kuisioner kepuasan pasien.
Hubungan Pelaksanaan Supervisi
dengan
Dokumentasi
Proses
Keperawatan oleh Perawat Pelaksana
Hubungan pelaksanaan supervisi
dengan dokumentasi proses keperawatan
oleh perawat pelaksana didapatkan hasil
bahwa ada hubungan yang sangat
significan antara pelaksanaan supervisi
dengan dokumentasi proses keperawatan
oleh perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSD dr. Soebandi Jember.
Melalui supervisi yang baik,
perawat pelaksana akan mendapat
dorongan positif sehingga mau belajar
dan
meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Sesuai
dengan
pernyataan Suyanto (2009) bahwa
pelaksanaan supervisi pendokumetasian
dapat meningkatkan ketrampilan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Didukung oleh pernyataan Korn (dalam
Suyanto,
2009)
yaitu
supervisi
merupakan kegiatan merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi,mendorong,memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus
menerus kepada perawat dengan sabar,
adil, serta bijaksana sehingga diharapkan
perawat dapat menyelesaikan tugas
keperawatan dengan baik, terampil,
aman, cepat dan tepat, serta menyeluruh
sesuai
dengan
kemampuan
dan
keterbatasan
dari
perawat
yang
bersangkutan.
Dokumentasi asuhan keperawatan
merupakan salah satu bentuk laporan
tertulis yang dapat dijadikan salah satu
aspek yang harus disupervisi oleh
seorang supervisior. Peran supervisior
sangat penting dalam pengarahan,
penilaian, bimbingan, dan dalam
memberikan contoh secara langsung.
Perawat pelaksana sebagai pihak
yang akan disupervisi oleh supervisior
adalah
tenaga
keperawatan
yang
berkewajiban melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan pernyataan Ismani (2001)
bahwa salah satu kewajiban perawat
adalah membuat dokumentasi asuhan
keperawatan
secara
akurat
dan
berkesinambungan. Kelengkapan dan
kesesuaian standart adalah variabel yang
perlu disupervisi. Sesuai dengan hasil
penelitian yang tercantum pada tabel 5.4
yaitu terdapat 17 tim perawat pelaksana
(100%)
yang
mempersepsikan
pelaksanaan supervisi baik dengan
dokumentasi baik, sedangkan 2 tim
perawat
pelaksana
(66,7%)
mempersepsikan pelaksanaan supervisi
sedang dengan dokumentasi sedang.
Berdasarkan data penelitian yang
tercantum pada tabel 5.4 juga diperoleh
hasil bahwa terdapat 1 tim perawat
pelaksana
yang
mempersepsikan
pelaksanaan supervisi sedang dengan
dokumentasi baik (33,3%). Hal ini
31
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
mungkin disebabkan oleh faktor lain
yang mempengaruhi pendokumentasian
asuhan keperawatan. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Murhayati
(2006), didapatkan hasil bahwa terdapat
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi pendokumentasian asuhan
keperawatan yaitu faktor individu seperti
karakteristik individu dan kemampuan
intelektual, faktor organisasi seperti
pelatihan, beban kerja, iklim kerja, dan
penambahan insentif.
Adapun
keterbatasan
dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
a. peneliti tidak bisa mengetahui
hubungan karakteristik individu
dengan
dokumentasi
proses
keperawatan
disebakkan
oleh
pengambilan skor nilai adalah dalam
bentuk kelompok;
b. Alat untuk mengukur pelaksanaan
supervisi menggunakan kuisioner
memiliki beberapa keterbatasan,
kemungkinan adanya hallo effect
yaitu suatu kecenderungan untuk
menilai lebih tinggi orang yang
menjadi favorit;
c. Beban kerja perawat pelaksana yang
relatif
tinggi
menyebabkan
responden kurang fokus dalam
pengisian kuisioner;
d. Peneliti tidak bisa membaca arah dan
kuat hubungan, hal ini disebabkan
data yang dianalisa di turunkan dari
data numerik menjadi data kategorik
sehingga derajat hubungan tidak bisa
terbaca.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian dari persepsi
perawat pelaksana tentang pelaksanaan
supervisi
dokumentasi
oleh
Tim
supervisior dan kepala ruang dalam
kategori baik yaitu sebanyak 17 tim
perawat pelaksana (85%). Penyebab
pelaksanaan supervisi baik disebakkan
oleh adanya kesesuaian pelaksanaan
supervisi
sesuai
dengan
sasaran,
pelaksana,
prinsip-prinsip,
cara
memberikan pengarahan, dan frekuensi
melakukan supervisi.
Hasil penelitian dokumentasi
proses keperawatan oleh perawat
pelaksana dalam kategori baik yaitu
sebanyak 18 tim perawat pelaksana
(90,0%). Penyebab dokumentasi proses
keperawatan baik adalah adanya motivasi
dari perawat maupun dari supervisior dan
kepala ruangan kepada perawat pelaksana
untuk selalu mendokumentasikan asuhan
keperawatan secara lengkap.
Berdasarkan
uji
korelasi
spearmen rho didapatkan hasil diperoleh
nilai p adalah 0,0001.Didapatkan nilai
p<α
(α=0,05),
maka
nilai
ini
menunjukkan hipotesis (H0) ditolak yaitu
terdapat hubungan yang sangat significan
antara pelaksanaan supervisi dengan
dokumentasi proses keperawatan oleh
perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSD dr. Soebandi Jember.
Dokumentasi asuhan keperawatan
harus dilakukan sesegera mungkin
setelah memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien, hal ini ditujukan untuk
menghindari kelalaian, dan
ketidak
akuratan. Dokumentasi bukan hanya
sebagai syarat administrasi, tetapi sebagai
bagian dari proses asuhan keperawatan;
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi
dokumentasi
proses
keperawatan dan pelaksanaan supervisi di
ruang rawat inap RSD dr. Soebandi
Jember. Seperti faktor Individu yaitu
karakterisitik individu dan kemampuan
intelaktual serta faktor organisasi seperti
beban kerja, iklim kerja, insentif dan
pelatihan.
Masyarakat yang mendapatkan
ketidakpuasan
atau
merasa
ada
kejanggalan pelayanan kesehatan selama
menjalani perawatan dan pengobatan di
Rumah sakit, maka berhak untuk
melakukan klafirikasi dan gugatan. Hal
ini dapat disesuaikan dengan data rekam
medik pasien.
32
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2003. Manajemen
Penelitian. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan
Skala Psikologi. Cetakan keempat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bidang Keperawatan RSD dr. Soebandi
jember. 2009. Prosedur dan Uraian
tugas
Supervisi
Keperawatan.
Jember: Bidang Keperawatan RSD
dr. Soebandi jember.
Dahlan, Sopiyudin. 2006. Statistika
Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.
Jakarta: PT Arkans.
Depkes RI. 2001. Instrumen evaluasi
penerapan
standar
asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
Direktorat
Jendral
Pelayanan
Medik,
Direktorat
Pelayanan
Keperawatan.
Depkes RI. 1999. Pedoman Uraian
Tugas Tugas Keperawatan di
Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik.
Dinarti, et al. 2009. Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Ismani,
Nila.
2001.
Etika
Keperawatan.Jakarta:
Widya
Medika.
Iyer, Patricia W., & Camp, Nancy H.,
2005. Dokumentasi Keperawatan:
Suatu
Pendekatan
Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Simamora,
H.
Roymond.
2009.
Dokumentasi Proses Keperawatan.
Jember: Jember University Press
33
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
PENGARUH TERAPI QUR’AN TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI
PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALISAT
JEMBER
Trisna Vitaliati*
*Staf Dosen STIKES Bhakti Negara Jember
ABSTRACT
The effects of the disease on the body will cause pain. Pain experienced by
hospitalized patients have pain intensity vary. Pain is the most common reason people seek
medical care. Pain can be a major factor that hinders the ability and willingness of
individuals to recover from an illness. Pain management with non-pharmacological means
should be applied. But the ground reality of clients who complained of pain immediately
given analgesics and ignore the non farmakolagi Qur'an as therapy. Yet what is important
to note that in addition to drug delivery is mentally and emotionally clients.
This study aims to find out is there any "Qur'an therapeutic effect to changes in
pain intensity in hospitalized patients." This research is to design pre ekspeimental
experiment (pre-experimental design) by using a one group pre-test and post-test took
place in hospitals Kalisat Jember. The sampling method with a total sampling with 61
respondents. Test analysis in this study is the Wilcoxon matched pairs test and Friedman
with SPSS version 12 mengngunakan.
Research suggests that there are differences obtained pain scale before therapy
after Qur'an therapy.
Treatment Qur'an therapy in hospitalized patients between 1st day, 2nd day and 3rd
day had a significant influence in the amount based on the value of significance 0.000
where sig <0.05.
Keywords: Therapy Qur'an, Pain
PENDAHULUAN
Efek dari penyakit terhadap tubuh
akan menimbulkan nyeri. Setiap individu
pernah mengalami nyeri dalam tingkatan
tertentu. Nyeri merupakan alasan paling
umum
orang
mencari
perawatan
kesehatan. Ketidaknyamanan atau nyeri
bagaimanapun keadaannya harus segera
di atasi, karena kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar manusia sebagaimana
dalam hierarki maslow. Seseorang yang
mengalami nyeri akan berdampak pada
aktivitas sehari-hari dan istirahat serta
tidurnya (potter & perri, 2006). Jika nyeri
tidak ditangani secara adekuat, selain
menimbulkan ketidakmampuan juga
dapat mempengaruhi system pulmonary,
kardiovaskuler,
gastrointestinal,
endokrin, imunologik dan stress serta
dapat
menyebabkan
depresi
dan
ketidakmampuan (smeltzer dan bare,
2002). Perawat menggunakan berbagai
intervensi untuk menghilangkan nyeri
atau mengembalikan kenyamanan. Nyeri
bersifat subjektif, Perawat tidak bisa
melihat atau merasakan nyeri yang
dirasakan klien. Nyeri dapat merupakan
faktor
utama
yang
menghambat
kemampuan dan keinginan individu
untuk pulih dari suatu penyakit bahkan
menyebabkan frustasi, baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan.
Pada tahun 1984 WHO memasukkan
dimensi spiritual keagamaan sama
pentingnya dengan dimensi fisik,
psikologi, dan psikososial. Seiring
dengan itu, terapi-terapi yang dilakukan
pun mulai menggunakan dimensi
spiritual
keagamaan,
terapi
yang
34
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..………………………………….Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
demikian disebut dengan terapi holistik
artinya terapi yang melibatkan fisik,
psikologis, psikososial, dan spiritual. The
American Psychiatric Association (APA)
mengadopsi gabungan dari empat
dimensi di atas dengan istilah paradigma
pendekatan biopsikososiospiritual. Di
ASEAN pentingnya terapi agama dalam
psikoterapi mulai diperhatikan pada tahun
1995 (Purwanto, 2007). Hal lain yang
penting untuk diperhatikan selain
pemberian obat adalah segi mental serta
emosi pasien. Selain obat-obat anti
depresan yang dapat memberikan efek
perubahan
kimiawi
otak
dan
mempengaruhi neurotransmitter baik
pada depresi maupun sensasi nyeri, juga
dapat dilakukan teknik konsultasi
biofeedback
(melatih
otak
untuk
mengubah persepsinya akan rasa nyeri)
dan teknik relaksasi (Andreas, 2002)
Salah satu contoh manajemen nyeri
non farmakologi adalah penggunaan
terapi Qur’an, dimana kepada pasien
diperdengarkan
bacaan
Al-Qur’an
melalui headphone. Terapi dengan
menggunakan
media
Al-Qur’an
merupakan penemuan terapi terbaru
dalam dunia kesehatan. Keuntungan dari
penggunaan terapi Qur’an adalah klien
dapat mengalihkan perhatian pada hal-hal
lain dan akan lebih rileks, dengan
demikian perhatian klien tidak lagi
terpusat pada nyeri yang dialami
(Mustamir, 2007). Sehingga akan
mengurangi ketegangan yang dapat
meningkatkan nyeri dan penurunan
toleransi nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).
Terapi Qur’an adalah teknik untuk
mengurangi nyeri menggunakan media
Al-Qur’an. Terapi ini merupakan
perpaduan antara teknik meditasi dan
nafas ritmik. Yaitu didalamnya terdapat
unsur-unsur relaksasi dan distraksi.
Selain itu terapi Quran juga bisa
membantu untuk dapat mengubah
persepsi seseorang akan nyeri yang
dialami dengan asumsi bahwa kata-kata
yang penuh kebaikan sering memberikan
efek autosugesti positif dan akan
menimbulkan ketenangan.
Berdasarkan
observasi
yang
dilakukan di RSUD Kalisat Jember,
Dimana perawat dalam memberikan
intervensi terhadap nyeri biasanya
langsung berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik daripada
menggunakan intervensi keperawatan
mandiri.
Selain
itu
berdasarkan
wawancara dengan 7 pasien dan
keluarganya, mengatakan bahwa aspek
spiritual sangat penting untuk diterapkan
di suatu Rumah Sakit dengan asumsi
bahwa pasien dan keluarganya sedang
menghadapi ujian dari Allah SWT dan
hanya kepadaNya tempat meminta
pertolongan. Bahkan ada keluarga pasien
yang menganggap bahwa mendengarkan
bacaan Al-Qur’an jauh lebih baik
daripada mendengarkan musik.
Berkaitan dengan latar belakang di
atas dan penggunaan terapi Qur’an yang
tidak atau belum diaplikasikan dalam
penatalaksanaan nyeri, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh terapi Qur’an terhadap
perubahan intensitas nyeri pada pasien
rawat inap RSUD Kalisat Jember. Yang
mana pada akhirnya dapat diketahui
apakah terapi Qur’an efektif untuk
mengatasi nyeri.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan rancangan Praeksperimen (Pre - eksperimen designs)
yaitu menilai pengaruh terapi qur’an
terhadap perubahan intensitas nyeri pada
pasien rawat inap di RSUD Kalisat
Jember,
dengan
menggunakan
pendekatan one group pre-test and posttest (Notoatmodjo, 2005).
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh pasien yang menderita nyeri yang
sedang menjalani rawat inap di kelas II
dan kelas III RSUD Kalisat, Jember.
Yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
beragama
islam,
dalam
keadaan
komposmentis,
mampu
diajak
35
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..…………….…………………….Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
komunikasi, menjalani rawat inap
minimal 3 hari perawatan dan tidak
mengalami
gangguan
pendengaran.
Dengan jumlah responden untuk kelas II
berjumlah 19 subjek dan kelas III
berjumlah 42 subjek. Sehingga populasi
dalam penelitian ini berjumlah 61 subjek.
Dalam
menentukan
sampel
penelitian dengan metode accidental
sampling yaitu setiap pasien yang ditemui
pada waktu penelitian dan memenuhi
kriteria sebagai populasi dijadikan
sebagai sampel. Sehingga didapatkan
sampel berjumlah 61 subjek.
Lokasi penelitian dilakukan di ruang
rawat inap kelas II dan kelas III RSUD
Kalisat, Jember. Jalan MH. Thamrin 31
Kalisat, Jember. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni 2010.
Pengumpulan data klien rawat inap
yang mengalami nyeri dilakukan di kelas
II dan kelas III RSUD Kalisat Jember
dengan melakukan studi dokumentasi.
Klien yang memenuhi kriteria sebagai
subjek penelitian dan penanggung jawab
klien diberikan penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data primer dengan tehnik
pengumpulan data dengan wawancara
dan menggunakan lembar observasi.
Observasi dilakukan sebelum perlakuan
(pre-test) dan sesudah perlakuan (posttest). Secara umum lembar observasi
berisi tentang biodata responden dan
skala nyeri pada pasien dengan nyeri.
Untuk mengukur skala nyeri pada
responden digunakan instrument Verbal
Deskriptor Scale (VDS) terdiri dari
sebuah garis lurus yang berupa urutan
angka 0 – 5 (Smeltzer & Bare, 2002),
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Tidak ada nyeri
: skala 0
2. Nyeri ringan
: skala 1
3. Nyeri sedang
: skala 2
4. Nyeri berat
: skala 3
5. Nyeri hebat
: skala 4
6. Nyeri sangat hebat
: skala 5
Verbal Deskriptor Scale (VDS) telah
sering digunakan untuk mengukur skala
nyeri, sehingga peneliti tidak melakukan
uji validitas dan reliabilitas.
Setelah kegiatan pengumpulan data
selanjutnya dilakukan pengeditan atau
penyuntingan yang kemudian dilanjutkan
dengan penabulasian dan pengelompokan
data. Langkah selanjutnya yaitu analisa
data dengan menganalisa menggunakan
uji hipotesis yang telah ditetapkan. Data
yang mendukung penelitian ini adalah
data kuantitatif yang berskala nominal
dan rasio. Atas dasar kenyataan tersebut
maka data dalam penelitian ini akan
dianalisis secara statistik dengan bantuan
program SPSS for windows versi 12.0
(Rozzaid, 2006). Analisa dan penyajian
data dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk melihat pengaruh terapi
qur’an terhadap perubahan intensitas
nyeri digunakan uji wilcoxon
matched pairs.
2. Untuk melihat keefektifan terapi
qur’an antara hari pertama, kedua
dan ketiga digunakan uji friedman
test.
HASIL
Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi jenis kelamin subjek
penelitian di ruang rawat inap
kelas II dan kelas III RSUD
Kalisat Jember Tahun 2010.
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
32
29
61
Persentase
(%)
52,46
47,54
100
Tabel 2 Distribusi umur subjek penelitian
di ruang rawat inap kelas II dan
kelas III RSUD Kalisat Jember
Tahun 2010.
Umur subjek
penelitian
13-19 tahun
20-54 tahun
>55 tahun
Jumlah
Jumlah
2
46
13
61
Persentase
(%)
3,28
75,41
21,31
100
36
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………….….Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
Tabel 3 Distribusi Tingkat Pendidikan
subjek penelitian di ruang rawat
Inap kelas II dan kelas III RSUD
Kalisat Jember Tahun 2010.
Tingkat
Persentase
Jumlah
pendidikan
(%)
Tidak
5
8,2
sekolah
SD
25
40,98
SLTP
11
18,03
SLTA
15
24,59
PT
5
8,2
Jumlah
61
100
Tabel 4 Distribusi Jenis Pekerjaan subjek
penelitian di ruang rawat Inap
kelas II dan kelas III RSUD
kalisat Jember Tahun 2010.
Jenis
Persentase
Jumlah
Pekerjaan
(%)
Tani
13
21,31
Wiraswasta
12
19,67
Ibu Rumah
15
24,59
Tangga
PNS
8
13,11
Pensiunan
3
4,92
Karyawan
6
9,84
Siswa
4
6,56
Jumlah
61
100
Infeksi
Saluran
kencing
Gastro
Enteritis
Akut
Thypoid
Dispepsia
Efusi Pleura
Tbc
Gastritis
Hemoroid
Batu
Saluran
Kemih
Apendisitis
Gagal
Ginjal Akut
Diabetes
Melitus
Cephalgia
Disfagia
Ulkus
Peptikum
Jumlah
5
8,20
5
8,20
3
2
1
2
3
1
4,92
3,27
1,64
3,27
4,92
1,64
1
1,64
1
1,64
1
1,64
2
3,27
1
1
1,64
1,64
2
3,27
61
100
Tabel 5 Distribusi Diagnosa Medis
subjek penelitian di ruang rawat
Inap kelas II dan kelas III RSUD
kalisat Jember Tahun 2010.
Diagnosa
Medis
Colic
Abdomen
Hernia
Scrotalis
Asma
Bronchiale
Decomp.
Cordis
Sirosis
Hepatis
Cedera
Kepala
Ringan
Hipertensi
Jumlah
Persentase
(%)
10
16,39
1
1,64
5
8,20
2
3,27
2
3,27
4
6,55
6
9,83
37
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
Distribusi frekuensi intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi
Tabel 6 Distribusi frekuensi intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi di ruang rawat
inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember tahun 2010.
SKALA NYERI
HARI 1
HARI 2
HARI 3
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak ada nyeri
0
0
0
0
0 22 36,07
Nyeri ringan
0
8 13,11 0 23 37,70 24 39,34 28 45,90
Nyeri sedang
8 13,11 37 60.66 20 32,79 33 54,10 23 37,71 10 16,39
Nyeri berat
42 68,86 16 26,23 36 59,01 4 6,56 14 22,95 1 1,64
Nyeri hebat
11 18,03 0
5 8,20 1 1,64 0
0
Nyeri sangat hebat
0
0
0
0
0
0
Pengaruh penerapan terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri
Tabel 7 Distribusi pengaruh terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri di ruang
rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember tahun 2010.
Perubahan
F
%
X
Z
P
Intensitas
Nyeri
1. Hari I
a. Berkurang 48
78,69
0,93
-6,471
0,000
b. Menetap
13
21,31
c. Bertambah
2. Hari II
a. Berkurang 54
88,52
1,34
-6,901 0,000
b. Menetap
7
11,48
c. Bertambah
3. Hari III
a. Berkurang 54
88,52
2,23
-6,979
0,000
b. Menetap
7
11,48
c. Bertambah
Efektifitas penerapan terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri
Tabel 8 Distribusi efektifitas pemberian terapi Qur’an antara hari 1, hari 2 dan hari 3
terhadap perubahan intensitas nyeri di ruang rawat inap kelas II dan kelas III
RSUD Kalisat jember tahun 2010.
n
Chi-Square
Asymp. Sig.
skala nyeri
61
78,148
0,000
PEMBAHASAN
Intensitas nyeri pada pasien rawat
inap di kelas II dan kelas III RSUD
Kalisat Jember sebelum dilakukan
terapi Qur’an
Pada hasil pretest dari responden
sesuai dengan tabel 2 menunjukkan
intensitas nyeri pada pasien rawat inap di
kelas II dan kelas III RSUD Kalisat
Jember prevalensi terbesar pada hari
pertama dan kedua adalah nyeri berat
Meskipun pada hari pertama terdapat
responden dengan nyeri hebat (18,03%).
Sedangkan pada hari ketiga prevalensi
terbesar adalah nyeri ringan (39,34%).
Keadaan nyeri pada pasien rawat inap di
kelas II dan kelas III RSUD Kalisat
Jember
ini,
seperti
yang
telah
diungkapkan peneliti dalam latar
belakang bahwa efek dari penyakit
38
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..…………………………………..Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
terhadap tubuh akan menimbulkan nyeri.
Nyeri merupakan alasan paling umum
orang mencari perawatan kesehatan.
Nyeri bisa terjadi karena proses
penyakit. Nyeri merupakan mekanisme
fisiologis
yang
bertujuan
untuk
melindungi diri. Terjadinya nyeri pada
pasien rawat inap dapat disebabkan oleh
trauma,
neoplasma,
peradangan,
gangguan sirkulasi darah dan trauma
psikologis. Secara umum keperawatan
mendefinisikan nyeri sebagai apapun
yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
oleh individu yang mengalaminya
(Halimah, 2003).
Intensitas nyeri pada pasien rawat
inap di kelas II dan kelas III RSUD
Kalisat Jember setelah dilakukan
terapi Qur’an
Perlakuan terapi Qur’an dengan cara
mendengarkan bacaan Al-Qur’an melalui
headphone yang dilakukan 1 kali sehari
selama 3 hari perawatan seperti yang
tercantum dalam tabel 2 dapat diketahui
adanya perubahan skala nyeri (penurunan
intensitas nyeri). Pada hasil posttest dari
responden menunjukkan intensitas nyeri
pada pasien rawat inap di kelas II dan
kelas III RSUD Kalisat Jember prevalensi
terbesar pada hari pertama dan hari kedua
adalah nyeri sedang. Sedangkan pada hari
ketiga prevalensi terbesar adalah nyeri
ringan, tetapi masih ada responden yang
mengalami nyeri berat(1,64%).
Terapi dengan menggunakan media
Al-Qur’an merupakan terapi terbaru
dalam dunia kesehatan. Keuntungan dari
penggunaan terapi Qur’an adalah klien
dapat mengalihkan perhatiannya pada
hal-hal lain dan akan lebih rileks, dengan
demikian
perhatian klien tidak lagi
berpusat pada nyeri yang dialaminya.
Sehingga akan mengurangi ketegangan
yang dapat meningkatkan nyeri dan
penurunan toleransi nyeri.
Sejumlah
penelitian
telah
melaporkan
bahwa
Al-Qur’an
mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa
manusia. Hal tersebut diungkapkan Dr.
Nurhayati dari Malaysia dalam seminar
konseling dan psikoterapi islam di
Malaysia pada tahun 1997. menurut
penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam
yang kepadanya diperdengarkan ayatayat Al-Qur’an lewat walkman mini
menunjukkan respon tersenyum dan
menjadi lebih tenang (Ramadhani, 2007).
Dr. Al Qodhi melalui penelitiannya yang
panjang dan serius di Klinik Besar
Florida Amerika Serikat, berhasil
membuktikan
hanya
dengan
mendengarkan bacaan ayat-ayat AlQur’an, seorang muslim dapat merasakan
perubahan fisiologis yang besar. Dalam
laporan
sebuah
penelitian
yang
disampaikan
dalam
konferensi
kedokteran islam AS pada tahun 1984,
disebutkan Al-Qur’an terbukti mampu
mendatangkan ketenangan sampai 97%
bagi mereka yang mendengarkannya.
Pengaruh terapi Qur’an terhadap
perubahan intensitas nyeri pada pasien
rawat inap di kelas II dan kelas III
RSUD Kalisat Jember
Penelitian ini menunjukkan bahwa
88,52 % responden pada hari ketiga
perlakuan
mengalami
perubahan
intensitas nyeri yang dalam hal ini adalah
penurunan intensitas nyeri. Tetapi
terdapat 11,48 % responden yang tidak
mengalami perubahan intensitas nyeri
(menetap). Hal ini dapat dikarenakan
berbagai hal seperti responden yang tidak
dapat berkonsentrasi saat mendengarkan
bacaan Al-Qur’an sehingga responden
tidak begitu merasakan efek yang
ditimbulkan.
Selain
juga
dapat
dipengaruhi oleh sifat dari diagnosis
penyakitnya. Terapi Qur’an memberi
pengaruh paling baik untuk jangka waktu
singkat, untuk mengatasi nyeri hanya
berlangsung beberapa menit, misalnya
saat menunggu kerja analgetik.
Terapi Qur’an juga akan membawa
pengaruh positif terhadap emosi sehingga
menjadi tenang. Emosi yang tenang ini
akan berpengaruh kepada system limbik
(susunan saraf pusat yang menjadi pusat
39
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
program emosi). System limbic ini akan
mengatur
sekresi
hormon-hormon
tertentu (misalnya kortisol) dan kemudian
hormon ini akan mengatur tubuh untuk
meningkatkan
kekebalan
tubuh
(Mustamir, 2007). Untuk responden yang
tidak mengalami penurunan intensitas
nyeri dapat dimungkinkan karena
responden kurang renpon terhadap terapi
yang dilakukan.
Penerapan terapi Qur’an secara
fisiologis dapat menurunkan intensitas
nyeri. Hal ini sesuai dengan teori gate
control
yang
menyatakan
bahwa
rangsangan-rangsangan rasa sakit dapat
diatur atau bahkan dihalangi oleh pintu
mekanisme sepanjang system pusat
neuron.
Pintu
mekanisme
dapat
ditemukan di dalam sel-sel gelatinosa
dengan tanduk tulang belakang pada urat
syaraf tulang belakang, thalamus dan
system limbic. Dengan memahami
apakah dapat mempengaruhi pintu-pintu
ini, maka perawat dapat memperoleh
sebuah kerangka kerja konseptual yang
berguna untuk menejemen nyeri. Teori
ini menynatakan bahwa rangsangan akan
dirintangi ketika sebuah pintu tertutup.
Penutupan pintu ini adalah dasar terapi
untuk pertolongan terhadap nyeri (Potter
& Perry, 2006).
Sebuah keseimbangan aktivitas dari
neuron sensori dan serabut-serabut
kontrol yang menurun dari otak mengatur
proses ini. A delta dan neuron C
membebaskan zat P untuk mengirim
rangsangan-rangsangan
melalui
mekanisme pintu. Sebagai tambahan
disana juga terdapat mekanoreseptor
threker, A beta neuron yang lebih cepat
yang
bebas
menghambat
neurotransmitter. Jika intinya dominan
adalah serabut A beta, mekanisme pintu
akan menutup (Potter & Perry, 2006).
Aksi ini dapat ditunjukkan saat perawat
menerapkan manajemen nyeri dalam hal
ini terapi Qur’an.
Terapi Qur’an ini memberikan
individu kontrol diri ketika terjadi rasa
ketidaknyamanan atau nyeri, stress fisik
dan emosi yang disebabkan oleh nyeri.
Al-Qur’an mengandung kualitas nada
huruf yang bervariasi yang “diaduk” oleh
Allah SWT, sehingga menghasilkan
rentetan huruf yang harmonis, sehingga
dapat memberikan efek sebagaimana
terapi musik (Mustamir, 2006). Setiap
bunyi-bunyian atau irama yang didengar
oleh telinga jasmani manusia dapat
mempengaruhi fungsi anatomi dan
fisiologis dari tubuh itu sendiri (Widiyati,
2006). Penyembuhan melalui suara
adalah penggunaan vibrasi frekuensi atau
bentuk suara untuk meningkatkan
kesembuhan. Titik beratnya adalah pada
perubahan-perubahan fisiologis, seperti
penurunan tekanan darah, detak jantung
dan meredakan ketegangan otot.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Karakteristik intensitas nyeri pada
pasien rawat inap sebelum diberikan
perlakuan berkisar nyeri hebat, nyeri
berat, dan nyeri sedang. Setelah
diberi perlakuan terapi Qur’an
karakteristik
nyeri
responden
berkisar nyeri berat, nyeri sedang,
nyeri ringan sampai tidak ada nyeri.
2. Perlakuan terapi Qur’an pada pasien
rawat inap memberikan pengaruh
terhadap perubahan intensitas nyeri
(penurunan). Didapatkan rata-rata
penurunan untuk hari ke 1 sebesar
0,93 dengan nilai Z hitung sebesar 6,471; untuk hari ke 2 sebesar 1,34
dengan nilai Z hitung sebesar -6,901;
dan untuk hari ke 3 sebesar 2,23
dengan nilai Z hitung -6,979 dengan
nilai signifikasi (P) 0,000 pada
tingkat kepercayaan 95%.
3. Perlakuan terapi Qur’an pada pasien
rawat inap antara hari ke 1, ke 2, dan
ke 3 memberikan pengaruh yang
signifikan
berdasarkan
nilai
signifikasi yang besarnya 0,000
dimana sig < 0,05, sehingga Ho
ditolak, artinya ada perbedaan
diantara terapi Qur’an hari ke 1, 2
40
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..…………………………………..Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
dan 3 dengan perubahan intensitas
nyeri.
Saran
Mengingat
pentingnya
peranan
spiritual dalam penyembuhan dan
pemulihan kesehatan maka penting bagi
perawat untuk dapat memberikan asuhan
spiritual dengan baik kepada semua klien.
Dalam hal ini dengan memberikan terapi
Qur’an kepada klien dengan masalah
ketidaknyamanan atau nyeri.
Diharapkan dapat dijadikan sebagai
acuan dalam penelitian selanjutnya agar
penelitian yang serupa dapat lebih
sempurna. Peneliti berikutnya juga perlu
menggunakan jumlah sampel yang lebih
representatif
dengan
menggunakan
tekhnik sampling yang lebih tepat.
Pada pendidikan keperawatan agar
lebih memperhatikan kebutuhan dasar
manusia terutama kebutuhan akan
mengatasi nyeri yang merupakan masalah
utama dengan menggunakan manajement
nyeri
nonfarmakologi
sebelum
menggunakan obat-obatan, salah satunya
dengan terapi Qur’an. Sehingga dapat
meningkatkan
kemandirian
dalam
perawatan diri sendiri selain bernilai
ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta. Rineka cipta.
Darussalam, M. 2007. Pengaruh Teknik
Nafas
Ritmik
Terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post-Operasi Di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan. STIKES Surya
Global.
Yogyakarta:
tidak
diterbitkan.
Djaafar, N. S. 2002. Pengaruh Musik
Gamelan
Terhadap
Respon
Kecemasan Bayi Pada Saat
Imunisasi Di Klinik Tumbuh
Kembang Anak RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan.
Fakultas
Kedokteran
UGM.
Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Gaffar, L. O. J. 1999. Pengantar
Keperawatan Profesional. Editor :
Yasmin A. Jakarta. EGC
Hidayat, A. A. A. 2005. Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika
Machfoedz, Ircham. 2006. Statistik
Deskriptif
Dengan
ContohContoh Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta. Fitramaya
Mardhatillah. 2007. Pengaruh Pemberian
Teknik Relaksasi Terhadap Nyeri
Pada Post Partum Normal Di
RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan. STIKES Surya
Global.
Yogyakarta:
tidak
diterbitkan
Mustamir. 2007. Sembuh & Sehat dengan
Mukjizat Al-qur’an : Penerapan
Al-qur’an
Sebagai
Terapi
Penyembuhan dengan Metode
Religiopsikoneurologi.
Yogyakarta. Lingkaran
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan , Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2002.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta. Rineka Cipta
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2006. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik,
vol.2, ed.4. Alih bahasa : Yasmin
A. Jakarta. EGC
Ramadhani, Egha Zainur. 2007. Super
Health : Gaya Hidup Sehat
Rasulullah. Yogyakarta. Pro-U
Media
Riwidikdo, Handoko. 2006. Statistik
Kesehatan : Belajar Mudah
Teknik Analisa Data dalam
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta. Mitra Cendekia Press
41
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
Rozzaid, Yusron. 2006. SPSS Step By
Step : Cara Mudah Belajar SPSS.
Jember. Taman Kampus Presindo
Setiyohadi, Bambang. 2006. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi
IV. Editor : Aru W Sudono,dkk.
Jakarta.
Departemen
Ilmu
Penyakit Dalam FK UI
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, vol.1 ed.8.
Alih bahasa : Monica Ester, Ellen
Panggabean. Jakarta. EGC
Sugiyono.
2006.
Statistik
Untuk
Penelitian. Bandung. Alfabeta
Syaifuddin. 2001. Fungsi Sistem Tubuh
Manusia. Jakarta. Widya Medika.
42
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
PENGARUH TERAPI MASSAGE PLEXUS SACRALIS TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PASIEN POSTPARTUM NORMAL DI
RUANG NIFAS RSD DR. SOEBANDI JEMBER
Mahmud Ady Yuwanto*
*Staf dosen STIKES Bhakti Negara Jember
ABSTRACT
Pain is an integral part of labor. Untolerable pain may change normal labor into
pathological one. The use of Plexus Sacralis Massage technique can be an alternative of
non-pharmacological method to control labor pain during postpartum/puerpurium. The
objective of this study was to analyze the influence of Plexus Sacralis Massage technique
in change level pain during normal postpartum in primipara and multipara. This study
used quasi experiment with using interview and observation pretest and posttest design.
The population was primipara and multipara patiens at normal postpartum who reported
pain at Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember. Sample size was 34 responden of
experimental group who met the inclusion criteria. Data were analyzed by using Wilcoxon
Signed Rank with significance level <0,05. The result showed that before intervention,
mother who perceived medium pain were 76,5% and low pain were 23,5%. After
intervention, those who perceived low pain 73,5%, no pain pain were 26,5%. The result of
statistical test had significance level of p=0,0001. in conclution, Plexus sacralis Massage
technique is influence in helping the mother to decreasing of level pain during postpartum.
Key words : Level pain, Postpartum Pain, Plexus Sacralis Massage
PENDAHULUAN
Kebutuhan
dasar
manusia
menurut Abraham Maslow dibagi
menjadi lima kategori yang harus
dipenuhi agar kestabilan fisiologis dan
psikologis tubuh bisa seimbang, salah
satu diantaranya adalah kebutuhan rasa
nyaman. Kenyamanan sering terganggu
akibat adanya nyeri. Nyeri merupakan
masalah kesehatan dan ekonomi
yang besar. Menurut Briston-Mayers
(dalam Price dan Wilson, 2006)
melakukan suatu studi besar pada tahun
1985 tentang prevalensi dan keparahan
nyeri. Pada studi tersebut, yang diberi
judul ”The Nuprin Pain Report”,
mengisyaratkan bahwa nyeri telah
menelan biaya 55 milyar dolar Amerika
Serikat dan menyebabkan hilangnya 4
milyar hari kerja. Pada tanggal 1 Januari
2001 dilakukan pembahasan mengenai
”Decade of Pain Control and Research”.
Dengan demikian, nyeri menjadi fokus
dekade kesehatan kedua yang disahkan
oleh Conggres of the United States (yang
pertama adalah Decade of Brain pada
tahun 1990an).
Setelah pain decade dideklarasikan,
banyak masyarakat yang tertarik terhadap
masalah nyeri. Hal ini menimbulkan
banyak penelitian, pendidikan, dan
penatalaksanaan klinis dalam penanganan
nyeri. Salah satu penelitian dalam
penanganan nyeri ini telah dilakukan oleh
Aidin pada tahun 2004.
Penelitian yang telah dilakukan oleh
Aidin adalah tentang terapi teknik
distraksi
(pembayangan)
terhadap
penurunan tingkat nyeri persalinan kala
satu fase laten nullipara yang merupakan
penanganan
nyeri
secara
nonfarmakologis. Berkaitan dengan pain
decade tersebut, selayaknya dapat
ditentukan lebih cermat tipe nyeri yang
paling prevalen dan sangat mengganggu
kenyamanan, salah satunya adalah nyeri
postpartum
(nyeri
setelah
ibu
melahirkan). Nyeri postpartum ini bisa
43
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
terjadi pada ibu primipara maupun
multipara. Primipara adalah wanita yang
telah mengalami satu kali persalinan pada
masa gestasi lebih dari minggu ke-20,
mengesampingkan apakah bayi hidup
atau mati, sedangkan multipara adalah
wanita yang telah mengalami persalinan
dua kali atau lebih dari minggu ke-20
(Olds, 1999).
Ibu primipara dalam mengatasi
nyeri postpartum kurang pengetahuan
dan pengalaman, sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kecemasan
selama postpartum. Ibu multipara
cenderung lebih sering terjadi nyeri
postpartum
dibanding
primipara
(Mansjoer, 2001). Hal ini disebabkan
pada multipara, uterus sering mengalami
relaksasi dan kontraksi secara periodik
dan menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa postpartum. Adapun
pada primipara, tonus uterus tetap
meningkat sehingga fundus pada
umumnya
tetap
kencang
dan
menimbulkan nyeri (Bobak, 2005). Nyeri
postpartum ini sangat mengganggu
selama dua sampai tiga hari setelah
persalinan dan ditimbulkan akibat adanya
kontraksi uterus (Mansjoer, 2001). Bobak
(2005) menyatakan bahwa kontraksi
uterus postpartum ini menimbulkan
tekanan cukup kuat, tekanan ini jauh
lebih besar dibanding intrapartum
(persalinan) dan dapat mencapai 150
mmHg atau lebih. Tekanan ini timbul
dikarenakan cavum uteri volumenya
dalam keadaan berkurang, hal ini
bertujuan untuk mengembalikan uterus
seperti sebelum hamil. Kontraksi yang
terjadi
pada
saat
postpartum
menyebabkan penekanan jaringan dan
terjadinya vasokonstriksi (pengerutan
pembuluh darah). Prawirohardjo (2008)
menyatakan bahwa serabut saraf simpatis
menimbulkan kontraksi uterus dan
vasokonstriksi saat postpartum. Keadaan
ini menyebabkan terjadinya ischemia.
Menurut Laksman (2003) ischemia
adalah keadaan kekurangan darah dalam
jaringan uterus, keadaan ini menimbulkan
nyeri pada saat memasuki postpartum.
Mengingat
dampak
nyeri
postpartum yang mengganggu ibu setelah
melahirkan berupa gangguan tidur, maka
perlu upaya manajemen nyeri postpartum
untuk menurunkan tingkat nyeri baik
secara farmakologis maupun nonfarmakologis. Di Ruang Nifas Rumah
Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Jember,
manajemen nyeri postpartum yang
digunakan selama ini berupa pemberian
asam mefenamat yang merupakan
metode farmakologis. Sedangkan metode
nonfarmakologis masih belum pernah
diteliti dan dilakukan sebagai tindakan
keperawatan.
Adapun intervensi keperawatan
dalam
upaya
manajemen
nyeri
postpartum yang merupakan nyeri
fisiologis mulai dari nyeri ringan hingga
sedang, maka perlu upaya pemenuhan
kebutuhan
rasa
nyaman
secara
nonfarmakologis
sesuai
dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (KepMenKes-RI) no 1239
tahun 2001 salah satunya adalah
melakukan
massage.
Massage
merupakan tindakan terarah dengan
menggesek,
mengusap,
menepuk,
memijat badan atau anggota badan
(Laksman, 2003).
Price
dan
Wilson
(2006)
menyatakan bahwa massage merupakan
salah satu strategi stimulasi kulit dan
paling sering digunakan sebagai terapi
dan modalitas fisik untuk meredakan
nyeri. Dasar dari stimulasi kulit ini adalah
pengendalian gerbang pada transmisi
nyeri. Stimulasi kulit juga dapat
menyebabkan
tubuh
mensekresikan
endorfin dan neurotransmiter lain yang
menghambat atau meredakan nyeri.
Tindakan terapi massage dalam
meredakan nyeri postpartum ini berada
pada daerah pinggang dan di fokuskan
pada area sacralis untuk merangsang
saraf parasimpatis. Prawirohardjo (2008)
menyatakan bahwa sistem parasimpatis
berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4
44
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
sebagai
plexus
sacralis.
Serabut
parasimpatis mencegah kontraksi dan
menimbulkan
vasodilatasi
yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi
darah (menurunkan ischemia) seiring
dengan peningkatan metabolisme sel
sehingga nyeri dapat mereda atau
menurun.
Sedangkan
pertimbangan
peneliti mengapa terapi massage plexus
sacralis yang diteliti untuk menurunkan
tingkat nyeri postpartum, bahwasanya
teknik massage ini memiliki beberapa
kelebihan, yaitu sebagai pengganti terapi
farmakologis yang tidak menimbulkan
efek samping yang merugikan, ekonomis,
mudah, dan dapat dilakukan secara
mandiri.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan oleh peneliti di Ruang Nifas
RSD dr. Soebandi Jember, jumlah pasien
selama awal tahun 2012 sebanyak 151
pasien postpartum normal (Januari 36
pasien, Februari 40 pasien, Maret 35
pasien dan April 40 pasien). 90%
diantaranya pernah mengalami nyeri
postpartum mulai dari yang ringan
sampai berat dengan karakteristik respon
nyeri yang bervariasi.
Dari beberapa hal di atas, maka peneliti
sangat
tertarik
untuk
melakukan
serangkaian penelitian tentang terapi
modalitas
fisik
berupa
terapi
nonfarmakologis
(massage
plexus
sacralis) pada pasien postpartum normal
di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi
Jember.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
menggunakan
model desain eksperimen semu (quasi
eksperiment)
dengan
menggunakan
desain wawancara dan observasi validasi
data sebelum perlakuan dan sesudah
perlakuan. Hal ini bertujuan untuk
membandingkan keadaan sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan pada objek
sampel yang diteliti. Sedangkan untuk
mem-bandingkan
hasil
sebelum
perlakuan dan hasil sesudah perlakuan
menggunakan uji statistik berupa
dependent t-test atau uji Wilcoxon.
Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien postpartum normal
yang mempunyai kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan sebagai sampel oleh
peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil selama penelitian, peneliti
mendapatkan sampel sebanyak 34
responden atau Ibu postpartum yang ada
di Ruang Nifas RSD. dr. Soebandi
Jember. Ibu postpartum tersebut sebagian
besar berumur 20-30 tahun yaitu 24
orang (70,6%), sedangkan usia <20 tahun
yaitu 5 orang (14,7%), dan usia >30
tahun yaitu 5 orang (14,7%). Adapun
paritas (banyaknya anak yang di lahirkan)
yaitu sebagian besar pada Ibu primipara
(satu kali persalinan)
sebanyak 22 orang (64,7%), sedangkan
untuk multipara (lebih dari 1 kali
pesalinan) yaitu 12 orang (12%).
Tingkat pendidikan Ibu postpartum
tersebut yaitu sebanyak 13 orang (38,2%)
adalah berpendidikan SMA, sedangkan
untuk pendidikan SD, SMP, dan PT
masing-masing 9 orang (26,5%), 8 orang
(23,5%), dan 4 orang (11,8%). Adapun
untuk Suku, Ibu postpartum sebanyak 24
orang (70,6%) yaitu bersuku Jawa,
sedangkan Suku Madura yaitu 9 orang
(26,5 %), dan lain-lain (Suku Palembang)
yaitu 1 orang (2,9%). Untuk keyakinan
Ibu postpartum sebanyak 34 orang
(100%) adalah beragama Islam.
45
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
Tabel 1. Uji Normalitas Data Sebelum Perlakuan dan Data Sesudah Perlakuan
Kolmogorov-Smirnov(a)
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
sebelum
.265
34
.000
.843
34
.000
perlakuan
sesudah
.239
34
.000
.862
34
.001
perlakuan
Sumber: Data primer, 2012
Tabel 1 menunjukkan hasil dari uji
normalitas data untuk mengetahui
sebaran data normal atau tidak. Pada uji
normalitas, karena jumlah sampel kecil
(n<50) maka menggunakan hasil uji
Shapiro-Wilk. Dengan melihat hasil test
of Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nilai
kemaknaan untuk kedua kelompok data
adalah <0,05. dengan demikian, data
dapat diambil kesimpulan bahwa
distribusi kedua kelompok data tidak
normal. Oleh karena syarat sebaran data
harus normal tidak terpenuhi, maka uji
hipotesis menggunakan dependent t-test
(uji parametrik) tidak digunakan, namun
menggunakan uji alternatifnya yaitu uji
Wilcoxon
(uji
non
parametrik).
Tabel 2. Wilcoxon Signed Ranks Test
N Mean rank
sesudah perlakuan sebelum perlakuan
Sum of ranks
Negative Ranks
34 (a)
17.50
595.00
Positive Ranks
Ties
Total
0 (b)
0 (c)
34
.00
.00
Sumber: Data primer, 2012
Keterangan:
a sesudah perlakuan < sebelum perlakuan
b sesudah perlakuan > sebelum perlakuan
c sesudah perlakuan = sebelum perlakuan
Tabel 5.7 menunjukkan perbandingan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan,
terdapat 34 orang dengan hasil sesudah perlakuan lebih rendah daripada sebelum
perlakuan.
Tabel 3. Test Statistics
sesudah perlakuan - sebelum perlakuan
Z
Sig. (2-tailed)
-5.182(a)
.0001
Tabel 3. menunjukkan bahwa hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,0001
(p <0,05), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh
pelaksanaan terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien
postpartum normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.
PEMBAHASAN
Pada uji normalitas, karena
jumlah sampel kecil (n<50) maka
menggunakan hasil uji Shapiro-Wilk.
Dengan melihat hasil test of ShapiroWilk, diperoleh hasil nilai kemaknaan
untuk kedua kelompok data adalah <0,05.
Berdasarkan hasil uji normalitas data
46
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
sebelum perlakuan dan data sesudah
perlakuan tersebut digunakan untuk
mengetahui sebaran data normal atau
tidak, ternyata sebaran data hasil uji
normalitas harus normal tidak terpenuhi.
Dengan demikian, data dapat diambil
kesimpulan bahwa distribusi kedua
kelompok data tersebut tidak normal.
Oleh karena syarat sebaran data tidak
normal, maka uji hipotesis menggunakan
dependent t-test (uji parametrik) tidak
digunakan, namun dapat menggunakan
uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon (uji
non parametrik).
Uji Wilcoxon didapatkan tingkat
signifikansi
(p-value)
sebesar
0,0001<0,05 (alpha). Dengan demikian,
dalam uji tersebut menunjukkan untuk
hipotesa nol (H0) yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh pelaksanaan
terapi massage plexus sacralis terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien
postpartum normal di Ruang Nifas RSD
dr. Soebandi Jember tidak dapat diterima
alias ditolak.
Sebaliknya, hipotesis alternatif
yang menyatakan bahwa ada pengaruh
pelaksanaan terapi massage plexus
sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri
pada pasien postpartum normal di Ruang
Nifas RSD dr. Soebandi Jember dapat
diterima. Adapun tingkat kemaknaan
pengaruh dari penelitian ini atas dasar
harga nilai p-value yang dibandingkan
dengan nilai kemaknaan. Nilai p-value =
0,0001 <0,001 (kemaknaan), maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang amat sangat bermakna.
Hasil tersebut dibuktikan adanya skala
nyeri yang dialami oleh Ibu postpartum.
Dari penjelasan diatas, dengan adanya
nyeri postpartum pada Ibu sesudah
persalinan selama masa nifas berlangsung
terdapat adanya pengaruh yang amat
sangat signifikan dalam menurunkan
tingkat nyeri dan skala nyeri baik
sebelum dan sesudah terapi massage
plexus sacralis, maka hal ini dapat
memperjelas hasil penyajian dari
penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti.
ketika sebelum diberikan terapi massage
plexus sacralis seluruhnya lebih tinggi
dibandingkan dengan skala nyeri yang
dialami sesudah diberikan massage
plexus sacralis.
Adapun keterbatasan peneliti dalam
meneliti pengaruh terapi massage plexus
sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri
pada pasien postpartum normal ini,
peneliti kurang terlalu memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi respon
nyeri terhadap nyeri postpartum yang
dirasakan Ibu sesudah persalinan seperti
umur, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian,
ansietas,
keletihan,
pengalaman sebelumnya, gaya koping,
serta dukungan keluarga dan sosial.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan dari penelitian mengenai
pengaruh terapi massage plexus sacralis
terhadap penurunan tingkat nyeri pada
pasien postpartum normal di Ruang Nifas
RSD. dr. Soebandi Jember, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
tingkat nyeri pasien postpartum sebelum
dan sesudah diberikan terapi massage
plexus sacralis di Ruang Nifas RSD. dr.
Soebandi Jember, hal ini ditunjukkan
hasil uji Wilcoxon dengan p-value
sebesar 0,0001<0,05 (alpha). Untuk
tingkat kemaknaannya, dengan nilai pvalue=0,0001<0,001 (kemaknaan), maka
dapat dinyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang amat sangat bermakna.
Saran
Peneliti dalam penelitian ini
masih ada keterbatasan-keterbatasan,
sehingga dihara-pkan perlu adanya
penelitian lanjutan tentang manajemen
nyeri postpartum dengan variabel yang
berbeda,
sehingga
mendapatkan
intervensi keperawatan yang bervariasi
guna meningkatkan mutu pelayanan
47
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
asuhan keperawatan berupa manajemen
nyeri secara nonfarmakologis.
DAFTAR PUSTAKA
Aidin, Muhammad. 2004. Pengaruh
Teknik
Distraksi
(Pembayangan) terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Persalinan Kala
Satu Fase Laten Nulipara di
Ruang Bersalin RSI Unisma
50
Malang. Skripsi. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran
Universitas
Brawijaya Malang.
Badan Penerbit Universitas Jember.
2006. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Edisi Kedua. Jember:
Badan Penerbit
Universitas
Jember.
Bobak., Lowdermilk., dan Jensen. 2005.
Buka
Ajar
Keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 1. Edisi Kedelapan,
Cetakan Pertama. Jakarta: EGC.
Budiarto,
E.
2002.
Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: EGC.
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Cunningham F. G. 2006. 1995. Obstetri
Williams. Jakarta: EGC.
Dahlan, Sopiyudin. 2004. Statistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Arkans
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana
Perawatan Maternal/Bayi, Edisi
2. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
honson, Marion. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NIC) linked to
NANDA Diagnosis. Iowa City:
Mosby (Medicated of Publishing
Exellent).
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.1239/Menkes/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktek
Perawat.
Laksman, Hendra T. 2003. Kamus
Kedokteran.
Edisi
Revisi,
Cetakan Kedua Puluh Lima.
Jakarta: Djambatan.
Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
McCloskey, Joanne. C. et al. 1996.
Nursing
Interventions
Classification (NIC) linked to
NANDA Diagnosis. Iowa City:
Mosby (Medicated of Publishing
Exellent).
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri. Jilid Kesatu, Edisi
Kedua. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2005. Diagnoses:
Definitions & Classification
2005-2006.
Philadelphia:
NANDA International.
Olds, S. B., London, M. L., dan Ladewig,
P. W. 1999. Maternal-Newborn
Nursing:
Familly-Centered
approach (5th ed.). Redwood
City, California: Cummings
Publishing Company, Inc.
Potter & Perry. 2006. Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi Keempat,
Volume 2. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu
Kandungan.
Edisi
Kedua,
Cetakan
Keenam.
Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2006.
Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Putz, R. V., dan Pabst R. 2005. Atlas
Anatomi
Manusia
Sobotta
Batang Badan, Panggul, dan
Ekstremitas Bawah. Jakarta:
EGC.
48
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan
Riset
Keperawatan.
Yogyakarata: Graha Ilmu.
Supadi, Suharyanto et al. 2001.Statistik
Kesehatan. Yogyakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
Syaifuddin et al. 2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, Judith. M. 2002. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan dengan
NIC dan NOC. Jakarta: EGC
49
PANDUAN UNTUK MENULIS NASKAH
Jurnal hanya menerima naskah asli yang belum diterbitkan di dalam maupun di luar
negeri. Naskah dapat berupa hasil penelitian, konsep-konsep pemikiran inovatif hasil
tinjauan pustaka yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan
praktik ilmu kesehatran secara profesional. Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau
bahasa inggris dalam bentuk narasi dengan gaya bahasa yang efekfif dan akademis.
Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika sebagai berikut :
1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam bahasa
indonesia dan bahasa inggris. Penulis diharapkan mencantumkan judul ringkas dengan
susunan 40 karakter/ketukan beserta nama penulis utama yang akan dituliskan sebagai
judul pelari (running title).
2. Nama penulis, tanpa gelar disertai catatan kaki tentang instansi tempat penulis bekerja.
Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 2 orang, maksimal 4 orang.
3. Alamat, berupa instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat pos lengkap
dan alamat email (untuk penulis korespondensi)
4. Abstrak, ditulis dalam bahasa inggris, minimal 100 kata dan merupakan intisari seluruh
tulisan, meliputi : masalah, tujuan, metode, hasil dan simpulan (IMRAD: introduction,
mMethod, Result, Analysis, Discussion). An=bstrak ditulis dengankalimat penuh.
Dibawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (key words).
5. Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan penelitian
dan harapan untuk waktu yang akan datang. Panjang tidak akan lebih dari 2 halaman
ketik.
6. Bahan dan metode, berisi penjelasan tentang bahan-bahan dan alat yang digunakan,
waktu, tempat, tehnik dan rancangan percobaan. Metode harus dijelaskan selengkap
mungkin agar peneliti lain dapat melakukan uji coba ulang. Acuan (kepustakaan)
diberikan pada metode yang kurang jelas.
7. Hasil, dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan
berkaitan dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan, gambar,
grafik, diagram), tabel atau foto yang mendukung data, sederhana dan tidak terlalu
besar. Hasil yang telah dijelaskan dengan tabel atau ilustrasi tidak perlu dijelaskan
panjang lebar dalam teks.
8. Pembahasan, minimal 800 kata yang menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi :
fakta, teori, dan opini.
9. Simpulan, berupa kesimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi yang mengacu pada
tujuan penelitian.
10. Kepustakaan, referensi yang ditulis dalam teks harus diikuti nama penulis dan tahun
penerbitan. Referensi yang digunakan 80% diantaranya diantaranya adalah artikelartikel ilmiah yang berasal dari jurnal. Kepustakaan disusun menurut Harvard System
sebagai berikut :
a. Jurnal : Nursalam, Haryanto, & I Ketut Dira, 2006, “The Effect Of Kegel
Management Of Urine Elimination Problems For Elderly”. Folia Medika
Indonesiana, Vol. 42 No. 2 Hal. : 102-106
50
b. Buku : Smelzer & Suzane C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner And Suddart. Edisi 8. EGC; Jakarta
c. Tesis/desertasi : Yuwanto. Mahmud Ady, 2009. Pengaruh Masasse Plexus Sacralis
Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Posr Partum Normal Di Ruang Nifas
RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: Universitas Jember
d. Website : snowdon, CT, 1997. Significance Of Animal Behaviour Research,
http://www.csun.edu/~vcpsy00h/valueofa.htm., Diakses tanggal 15 desemder 2009,
Jam 18.30 WIB
11. Persamaan matematis, dikemukakan dengan jelas. Angka desimal ditandai dengan
koma untuk bahasa indonesia dan titik untuk bahasa inggris.
12. Tabel, diberi nomor dan diacu berurutan dalam teks, judul harap dijelaskan pada
catatan kaki. Garis-garis vertikal maupun horisontal dalam tabel dibuat seminimal
mungkin untuk memudahkan penglihatan (tanpa garis bantu).
13. Ilustrasi, dapat berupoa lukisan, gambar, grafik, atau diagram diberi nomor dan diacu
berurutan pada teks. Keterangan diberikan dengan singkat dan jelas dibawah ilustrasi
(tidak didalam ilustrasinya). Pada ilustrasi atau foto dibuat tanpa menggunakan border.
14. Foto hitam putih/berwarna, harus kontras, tajam, jelas dan sebaiknya diambil dalam
format JPEG, atau format digital lain yang bisa diedit.
Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan
sebanyak 2 eksemplar pada kertas HVS dengan program microsoft office word, ukuran A4
(210x279 mm) dengan jarak 1 spasi, font 12 pts, jenis huruf Times New Roman, panjang
tulisan berkisar antara 15-20 halaman (1 kolom) atau 5-8 halaman (2 kolom), batas kertas 3
cm dari tepi kiri, 2,5 cm dari tepi bawah, kanan dan atas. Pengiriman file juga dapat
dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat : [email protected].
Naskah akan diedit oleh dewan redaksi tanpa mengubah isinya unttuk disesuaikan
dengan format penulisan yang telah ditetapkan oleh Jurnal dr. Soebandi. Naskah yang telah
diterima beserta semua ilustrasi yang menyertainya menjadi milik sah penerbit. Semua
data, pendapat atau pertanyaan yang terdapat pada naskah merupakan tanggung jawab dari
penulis. Penerbit, dewan redaksi dan seluruh staf Jurnal dr. Soebandi tidak bertanggung
jawab atau tidak bersedia menerima kesulitan maupun masalah apapun sehubungan dengan
plagiatisme, konsekuensi dari ketidakakuratan, kesalahan data, pendapat maupun
pertanyaan tersebut.
51
Contoh outline artikel (2 kolom) sebagai berikut
JUDUL
Nama Pengarang/Peneliti
Alamat Pengarang/Peneliti
ABSTRACT
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
PENDAHULUAN
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxx
PEMBAHASAN
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxx
BAHAN DAN METODE
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxx
KESIMPULAN DAN SARAN
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxx
HASIL
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx (lihat tabel 1.1)
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 xxxxxxxxxxxxxxxxx
No. Pengetahuan Sikap Tindakan
Resp
(%)
(%)
(%)
1
25
30
45
2
40
25
70
dst
Total
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx (lihat gambar 1.1)
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Gambar 1.1 xxxxxxx
52
53
Download