4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Cabai Secara sistematika menurut Suriana (2012) cabai dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae (suku terung-terungan) Genus : Capsicum Spesies : Capsicum annum L. Secara morfologi oleh Redaksi Agromedia (2007) tanaman cabai merupakan tanaman tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Ketinggiannya bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman samapai 90 cm, umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya, bentuknya ada yang bulat telur, lonjong, dan adapula yang oval dengan ujung meruncing. Bunganya berbentuk terompet yang terdiri dari kelopak bunga, benang sari, dan putik. Bunga cabai tergolong berkelamin dua karena benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai, biasanya bunga cabai keluar dari ketiak daun. a. Akar Akar tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit, akar tunggangnya dalam dengan susunan akar sampingnya (serabut) yang baik. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. b. Batang Batang pada tanaman cabai merah tidak berkayu, bentuknya bulat sampai agak persegi dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijauan 5 sampai keunguan dengan ruas berwarna hiaju atau ungu. Pada batang-batang yang telah tua (batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu, ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. c. Daun Daunnya bervariasi menurut spesies dan varietasnya, ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 – 11 cm, dengan lebar antara 1 – 5 cm. d. Bunga Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 – 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 – 20 mm tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota. e. Buah Suriana (2012) menjelaskan secara morfologi bentuk buah cabai berbeda– beda, dan berfariasi, tergantung varietasnya, dari cabai kriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran ibu jari, cabai rawit kecil–kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk–bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya. Buah cabai biasanya muncul dari percambangan atau ketiak daun dengan posisi buah menggantung. Berat cabai merah bervariasi sekitar 5 – 25 g. 6 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut: a. Keadaan Iklim Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara terlalu rendah akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cabai antara 18-300C. Suhu udara yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya produksi cabai. Angin yang bertiup cukup keras juga akan merusak tanaman cabai, tiupan angin kencang mematahkan ranting, menggugurkan bunga dan buah, bahkan dapat merobohkan tanaman. Penguapan yang tinggi dapat menyebabkan produksi cabai menurun. Untuk mengurangi faktor penguapan, tanaman cabai harus disiram dua atau tiga hari sekali (Ripangi, 2012). b. Suhu Udara Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanah pun juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150 C, maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau partenokarpi. Suhu udara yang rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman cabai teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi. Tanaman cabai dapat beradaptasi dengan cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah yang baik ketika suhu tertinggi pada malam hari mencapai 240C. Pada umumnya cabai dapat tmbuh dengan baik pada suhu 20-300C (Purwani, 2012). 7 Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret – April). Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta hama dan penyakit. c. Tanah Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara. Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai. Jenis tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai rawit adalah jenis tanah lempung berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur hara, solum tanah dalam, gembur, dan tidak berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang berasal dari sisa tumbuhan yang telah, sedang, atau belum melapuk), juga tanah rawa dan pasang surut tidak bisa digunakan sebagai lahan tanam karena mempunyai derajat keasaman tanah (pH) yang terlau tinggi. Tanah asam tidak cocok untuk tanaman karena unsur aluminium dan besi meningkat sedangkan unsur kalsium, fosfat, dan magnesium justru merosot. Dalam keadaan tersebut, tanaman bisa keracunan aluminum dan besi. Selain itu pada tanah yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai rawit adalah sesuai adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara 6,0-7,0, dimana pH ideal berada pada angka 6,5, (Priyadi dan Suryo Sukendro 2011). 1.3 Peranan Air Bagi Tanaman Air sangat penting bagi tanaman karena berfungsi sebagai: (a) bahan baku (sumber Hidrogen) dalam proses fotosintetis, (b) penyusun protoplasma yang sekaligus memelihara turgor sel, (c) bahan atau media dalam proses transpirasi, (d) pelarut unsur hara dalam tanah dan dalam tubuh tanaman serta sebagai media translokasi unsur hara dari dalam tanah ke akar untuk selanjutnya dikirim ke daun. Sebagai penyusun protoplasma air lebih banyak berperan untuk menjaga turgor sel agar sel dapat berfungsi secara normal. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi sistem produksi pertanian. Oleh karena itu air sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Kekurangan air pada tanaman cabai akan menyebabkan 8 tanaman kerdil, buah menjadi kecil dan mudah gugur, maka penggunaan air harus dilakukan seefisien mungkin. Kwalitas air harus memenuhi syarat kwalitas agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diairi, karena dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kwalitas hasil. Air yang berlebihan dalam tanah dapat merugikan tanaman, sama halnya dengan kekurangan air. Aspek yang banyak merugikan akibat sedikit suplai oksigen. Tanaman basah akan menghambat nitrifikasi yang menyebabkan tanaman menjadi kuning dan tampak kurang sehat (Jumin, 1992). Selanjutnya (Prawirantara dkk, 1982) menyatakan bahwa meningkatnya tekanan kelebihan air akibat genangan akan menyebabkan laju fotosintetis menurun. Oleh karena kelebihan air tersebut menyebabkan terjadinya perubahan warna daun mudah menjadi kuning, terjadi klorosis daun, dan akhirnya akan mengering sehingga daun tidak aktif lagi sebagaiman mestinya, pemanjangan batang akan berkurang, tanaman tumbuhnya tidak normal dan akhirnya menyebabkan kegagalan. Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang diserap oleh tanamann persatuan berat kering tanaman yang di bentuk. Pengertian ini sering pula disebut dengan istilah”efisiensi penggunaan “dengan pengertian banyaknya air diperlukan untuk membentuk satu satuan berat kering tanaman. Kebutuhan air atau efisiensi penggunaan air untuk setiap jenis tanaman sangat bervariasi, misalnya untuk golongan cemara 50, sayuran 2500, sedangkan tanaman pertanian pada umumnya berkisar antara 300-1000. Tanaman dengan lintasan karbon C3 sekitar 600 dan C4 sekitar 300. Dalam kaitannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,diketahui bahwa kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda pada setiap fase pertumbuhan.pada masa perkecambahan,membutuhkan air yang cukup untuk mengaktifkan enzim-enzim yang ada dalam benih agar proses metabolisme dapat berlangsung guna mendapatkan energi untuk perkecambahan. kebutuhan air semakin banyak dengan meningkatnya umur tanaman dan kebutuhan air maksimum biasanya terjadi pada akhir fase vegetatif sampai masa pembungaan. Kebutuhan air berkurang pada fase pengisian biji sampai panen. Bila fase generatif masih banyak hujan, pengisian biji akan terganggu karena hasil 9 fotosintesis yang mestinya disimpan untuk pengisian biji digunakan untuk membentuk daun-daun baru (Sugito, 1999) Tanaman yang tumbuh menggunakan air selama masa tumbuh dan hidupnya. Namun besarnya penggunaan air berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman usia tanaman dan keadaan lingkungan sekitar. Setiap jenis tanah pada lahan juga memiliki sifat yang berbeda-beda dalam rangka memenuhi kebutuhan tanaman akan air yang sesuai. Kebutuhan air tanaman atau biasa disebut dengan istilah evapotranspirasi, merupakan suatu proses yang mengkombinasikan dua proses yang berbeda dimana keduanya merupakan kehilangan air yang satu pada permukaan tanah yang biasa disebut epavorasi dan yang lainnya pada tanaman. Epavorasi merupakan proses dimana air dalam bentuk cair dikonversikan kebentuk uap air (Evapourization) dan hilang dari permukaan dimana epavorasi berlangsung (vapour removal). Air yang menguap berasal dari berbagai permukaan seperti permukaan danau, sungai, tanah dan vegetasi yang basah. Transpirasi terdiri dari hasil penguapan air yang berbentuk cair pada jaringan tanaman kemudian uap tersebut hilang ke atmosfer. Tanaman dapat kehilangan air melalui dengan sedikit membuka stomata pada daun tumbuhan akan melewatkan gas dan uap air bersama dengan nutrisi, diambil oleh akar dan ditransportasikan keseluruh bagian tumbuhan. Proses penguapan yang terjadi pada daun adalah intercellular spaces dan uap yang bertukar dengan udara luar (atmosfer) dikontrol eleh lubang pada stomata. Hampir semua air yang telah diambil dari akar tadi hilang karena proses transpirasi dan hanya sedikit fraksi air yang digunakan pada tanaman. Hasil penelitian Farida (2012) melaporkan bahwa tanaman cabai selama masa pertumbuhannya membutuhkan air 544,90 mm/musim atau setara dengan 54,49 liter/musim dengan total air tanah tersedia ( TAW ) 112 mm.berat buah cabai pada system irigasi tepat waktu 37,5 gram dan 36,2 gram untuk irigasi 7 hari sekali.Efisiensi irigasi 86 % dan 23 % masing-masing untuk irigasi tepat waktu dan irigasi 7 hari sekali. Menurut Jumin (2005) dalam Laode Asrul (2011) pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya 10 penambahan air baik dari air hujan ataupun irigasi. Hal ini penting dalam kaitannya dengan peranan air dalam tubuh tanaman. Interval pemberian air 3 hari sekali memberikan hasil yang baik karena pemenuhan kebutuhan air untuk digunakan dalam pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran yang selanjutnya merangsang aktifitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang dan akar lebih panjang, dan daun lebih lebar.