BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Tabel 2.1 State of the Art
Nama
Peneliti
Tahun Lokasi
Penelit
ian
Metode
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Okoye
Grace
Ogochukwu
2012
Kualitatif
Ethnography Of
Communication
Membahas tentang
konsep "Etnografi
Komunikasi" dan
cakupannya. Ini
terlihat pada
perkembangan
etnografi
komunikasi sebagai
disiplin akademis
dan metode
penelitian. Dengan
pendekatan yang
unik untuk
mempelajari
bahasa, etnografi
komunikasi
membuktikan dan
menetapkan bahwa
ada hubungan
antara komunikasi
dan budaya serta
menunjukkan
bahwa 'speech
community' dapat
dirasakan melalui
penggunaan bahasa
dalam tindakan
komunikatif
tertentu dan
lingkungan sosial.
Sebagai subdisiplin dari
Sosiolinguistik,
Pendekatannya
Nigeria
7
8
Jing Liu &
Yanrong
(Yvonne)
Chang
2014
Edinburg,
Texas.
Kualitatif
Self Mentions as
Distinct Speech
Codes in English
Language Use in
Intercultural
Communication
dalam pembelajarn
bahasa benar-benar
berbeda dengan
teori / pendekatan
lain seperti
Strukturalisme dan
Transformational
Grammar.
Sebagai bahasa
internasional,
bahasa Inggris telah
banyak digunakan
dalam komunikasi
lisan antar negara.
Namun, pengguna
bahasa Inggris
normatif dengan
latar belakang
budaya yang
berbeda,
dipengaruhi oleh
norma-norma
budaya terletak
pada encoding dan
decoding
pesan,sehingga
cenderung
menyampaikan
pesan budaya
khusus dalam
bentuk normative
akibatnya,
kesalahpahaman
dapat terjadi. Oleh
karena itu
digunakan
speechcode theory
untuk
menggambarkan
bagaimana seorang
pembicara bahasa
inggris
mengkodekan
pesan budaya
9
John Lee
2012
Hong
Kong
Kuantitatif
A Corpus-based
Analysis of Mixed
Code in Hong
Kong Speech
melalui email dan
penuturnya adalah
orang amerika yang
disewa untuk
mengajar bahasa
inggris di
universitas China
selama 1 Tahun.
Implikasi dari
penelitian ini untuk
meningkatkan
pemahaman untuk
meningkatkan
pemahaman
antarbudaya.
Kami menyajikan
analisis mengenai
penggunaan dari
pencampuran Kode
didalam
"Hongkong
Speech" Dari
transkrip Program
televisi Bahasa
Kanton, kami
mengidentifikasi
kata-kata bahasa
Inggris tertanam
dalam ucapanucapan Bahasa
Kanton, dan
menyelidiki
penyebabnya
seperti kodeswitching. Di
antara banyak
penyebab penyebab
yang diamati
dalam penelitian
sebelumnya, kami
menemukan bahwa
empat kata
individual dalam
lebih dari 95%
10
Sri Hartati
2010
Medan
Kuntitatif
Pengaruh
Komunikasi
Antarbudaya
Dan Harmonisasi
Kerja Di PT.
Sumber Tani
Agung Medan
terhadap
penggunaan kata
dari bahasa inggris
didalam data
pembicaraan yang
melintasi genre,
jenis kelamin, dan
kelompok umur.
Kami melakukan
analisis selama
lebih dari 60 jam
dengan transkip
pembicaraan, dan
menghasilkan salah
satu dari empiris
terbesar studi
terbaru tentang
fenomena linguistik
ini.
Dari hasil
penelitian yang
telah dilakukan,
dapat diketahui
bahwa ada
pengaruh antara
Komunikasi
Antarbudaya
terhadap
Harmonisasi Kerja
di PT. Sumber Tani
Agung Medan.
Dengan melalui
proses peningkatan
frekuensi
berkomunikasi
antar karyawan
maka dapat tercipta
suasana kerja yang
tenang dan
harmonis, melalui
sikap saling
menghargai,
menghormati dan
menerima
11
Rukman
Pala
2012
Makassar
Kualitatif
Teori Kode-Kode
Berbicara
perbedaan.
Sehingga
keanekaragaman
suku, agama,
bahasa dan
pelapisan sosial
antara karyawan
yang berbeda dapat
menyatu melalui
proses integrasi
sosial
Memaparkan Teori
Kode-Kode Bicara
dari Gerry
Philipsen secara
ringkas hal ini
meliputi latar
belakang lahirnya
teori, substansi
Teori Kode
Berbicara;
bentuk/penampilan
etnografi; kritik
terhadap teori; dan
kesimpulan. Hasil
pembahasan
memperlihatkan
salah satu dari lima
inti teori itu yaitu
terkait dengan dalil
yang dinyatakannya
dalam bentuk
proposisi, bahwa
“di mana ada suatu
perbedaan budaya,
di sana akan
ditemukan kode
berbicara yang
berbeda pula”.
Teori Kode-Kode
Berbicara dalam
realitas kehidupan
sehari-hari
sebelumnya, maka
12
ini menandakan
bahwa bagi bangsa
Indonesia teori ini
sebenarnya dapat
menjadi penegas
dan petunjuk
praktis bagi setiap
individu dari suatu
komunitas etnis
bangsa Indonesia
dalam
berkomunikasi
lintas budaya agar
terwujudnya
harmonisasi.
Dalam penelitian ini, jurnal sebelumya yang diambil mengenai
hambatan bahasa dalam berkomunikasi dan speech code theory mengatasi
permasalahan dalam komunikasi. Pada jurnal pertama berjudul “Ethnography
Of Communication”. Pada jurnal kedua “Self Mentions as Distinct Speech
Codes in English Language Use in Intercultural Communication”.Jurnal
ketiga mengenai “A Corpus-based Analysis of Mixed Code in Hong Kong
Speech”. Jurnal keempat berjudul “Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Dan
Harmonisasi Kerja Di PT. Sumber Tani Agung Medan” dan judul kelima
berjudul “Teori Kode-Kode Berbicara”.
Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai hambatan bahasa dalam
menciptakan keharmonisan karyawan,oleh karena itu peneliti mengambil
jurnal sebelumnya mengenai topik yang sama. Pada penelitian ini akan
dibahas lebih mendalam mengenai hambatan bahasa dalam dunia kerja
khususnya untuk karyawan dalam menciptakan suatu keharmonisan.
2.2
Landasan Teori
2.2.1 Komunikasi Antar Budaya
Pada dasarnya, antara komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal
yang tidak bisa dipisahkan. Komunikasi antarbudaya biasanya terjadi di
lingkungan masyarakat seperti ditempat kerja. Komunikasi antarbudaya
terjadi karena adanya perbedaan latar belakang ras, suku, etnik, agama dan
13
bahasa.Menurut Mulyana, komunikasi antarbudaya terjadi bila pengirim
pesan merupakan anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah
anggota dari suatu budaya lain. (Mulyana & Rakhmat, 2010).
Menurut
Samovar,
Porter,
&
Mcdaniel
(2010)
komunikasi
antarbudaya terjadi apabila komunikator pesan adalah anggota suatu budaya
dan penerima pesan (komunikan) adalah anggota suatu budaya lainnya. Bila
kita membahas tentang komunikasi antarbudaya tidak terlepas dari
pembahasan tentang subbudaya dan subkelompok. Subbudaya atau subkultur
merupakan suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau sosial yang
memperlihatkan pola perilaku yang membedakannya dengan subkultursubkultur lainnya dalam sebuah budaya atau masyrakat yang melingkupinya
Sedangkan subkelompok hadir pada suatu komunitas yang tidak puas dan
tidak sepaham denga komunitas itu, serta mempunyai kesulitan memahami
dan berkomunikasi dengan komunitas tersebut. Ciri utama subkelompok
yang mencolok adalah nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku atau unsur-unsur
perilakunya bertentangan dengan nilai-nilai, sikap-sikap dan perilaku
mayoritas komunitas(Mulyana & Rakhmat, 2010).
Menurut Philipsen budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola
simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan secara
mensejarah. Pada dasarnya, budaya adalah suatu kode. Berkenaan dengan
pembahasan komunikasi antarbudaya Griffin & EM (2006) mengatakan
terdapat
3
teori
dalam
komunikasi
antarbudaya
yaitu:
teori
AnXiety/Uncertainty Management, Face-Negotiation dan Speech Codes.
2.2.1.1Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya mempunyai peranan yang sangat besar. Hal
ini terkait dengan menerima dan memahami budaya yang dimiliki oleh
masyarakat lain yang memiliki budaya berbeda menjadi satu dasar dalam
membangun komunikasi yang efektif. Menurut Darmastuti(2013), ada dua
fungsi utama dari komunikasi antarbudaya yakni:
a.
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi merupakan fungsi yang didapatkan seseorang dan dapat
digunakan ketika mereka belajar mengenai komunikasi dan budaya
maupun ketika mereka belajar dan berusaha memahami tentang apa yang
14
dimaksud dengan komunikasi antarbudaya. Menurut Alo Liliweri fungsi
pribadi terdiri dari menyatakan identitas sosial, menyatakan integrasi
sosial yakni menerima kesatuan dengan pribadi ataupun kelompok
lainnya, menambah pengetahuan dan melepaskan diri ataupun jalan
keluar dari masalah yang sedang dihadapi oleh individu tersebut
(Darmastuti, 2013).
b.
Fungsi Sosial
Fungsi sosial merupakan fungsi yang didapatkan oleh seseorang sebagai
makhluk sosial yang bergaul dan berinterkasi dengan orang lain dalam
kaitannya dengan komunikasi antarbudaya. Pemahaman yang diperoleh
ini membantu individu untuk membantu hidupnya ketika berinteraksi dan
bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Fungsi sosial sendiri
dibagi
dalam
beberapa
bagian
yakni
pengawasan
mengenai
perkembangan lingkungan, menjembatani dua orang dari latar belakang
budaya yang berbeda, sosialisasi nilai yakni untuk mengajarkan nilainilai suatu kebudayaan masyarakat kepada masyarakat lainnya, serta
menghibur. Fungsi pengawasan umumnya dilakukan oleh media massa
yang menyebarluaskan secara rutin mengenai perkembangan peristiwa
yang terjadi.
2.2.1.2 Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya
Menurut Sihabudin (2013) terdapat dimensi – dimensi komunikasi
antarbudaya, yaitu :
a. Mobilitas Masyarakat
Banyak peristiwa yang telah memberikan perubahan besar di dunia.
Pembangunan yang cepat dan luas di bidang transportasi dan
komunikasi membuat dunia semakin susut. Dalam artian semakin
mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya dari daerah yang
berjauhan ataupun dari negara yang berbeda. Perjalanan dari suatu
negara ke negara yang lain bahkan dari satu benua ke benua yang lain
sudah banyak dilakukan. Hal ini juga terkait dengan masyarakat yang
semakin menggali peluang ekonomi dan bisnisnya menjadi lebih luas.
Selain transportasi, meningkatnya teknologi juga mendukung hubungan
antarbudaya. Menurut Sihabudin, cepat atau lambat akan terjadi
15
pertukaran secara besar-besaran di dalam kelompok yang dinamakan
masyarakat yang muncul oleh revolusi ilmu pengetahua dan teknologi.
Akibat hal tersebut muncul fenomena mengenai orang-orang yang
didalam dirinya terdapat dua atau lebih budaya dengan subjektif yang
berbeda.
b. Interaksi Antarbudaya
Selain komunikasi antarbudaya ada istilah lain yang dicetuskan para
ahli yakni komunikasi lintas budaya atau crosscultural communication.
Tujuan dialog antar budaya ini adalah memberikan suatu pandangan
humanistis terhadap teori dan praktek komunikasi yang merupakan
aspek penting dari kemanusiaan itu sendiri. Artinya komunikasi antar
budaya terjadi apabila sender merupakan anggota suatu budaya dan
receiver merupakan anggota budaya yang lainnya. Masyarakat saat ini
berhadapan dengan situasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu
budaya yang berbeda dengan berbagai kesulitannya. Namun melalui
studi dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya, hal ini dapat
diminimalisir menurut Porter dan Samovar (Sihabudin, 2013)
c. Dimensi Komunikasi
Komunikasi yang terjadi diantara manusia berarti merupakan suatu
usaha untuk memahami apa yang terjadi, apa yang akan terjadi, akibatakibat seperti apa yang dapat muncul dan apa yang dapat dilakukan
untuk mempengaruhi serta memaksimalkan hasi-hasil dari kejadian
tersebut. Dalam komunikasi, pesan merupakan salah satu unsur yang
penting. Pesan muncul melalui perilaku manusia baik secara verbal
maupun non verbal. Suatu proses komunikasi berlangsung dalam
berbagai dimensi yang didasarkan pada jumlah partisipan komunikasi
maupun ruang lingkup dan sifat komunikasi tersebut. Komunikasi
antarbudaya termasuk dalam komunikasi kelompok yang melibatkan
budaya sebagai latar belakang yang dimiliki partisipannya. Cara
berkomunikasi sebagian besar dipengaruhi oleh budaya. Beda budaya
maka berbeda pula cara berkomunikasi yang dilakukan, artinya budaya
dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena budaya juga turut
menentukan bagaimana seseorang menyandi suatu pesan. Seluruh
perilaku seseorang sangat tergantung pada budaya ia dibesarkan. Untuk
16
komunikasi yang efektif, seseorang perlu memahami dan menghargai
perbedaan ini (Sihabudin, 2013).
2.2.1.3
Prinsip – Prinsip Komunikasi Antarbudaya
Menurut Joseph A Devito(dalam Devito, 2011) terdapat prinsip–
prinsip dalam komunikasi antarbudaya, yaitu relativitas bahasa, bahasa
sebagai cermin budaya, mengurangi ketidakpastian, kesadaran diri dan
perbedaan antarbudaya, interaksi awal dan perbedaan antarbudaya.
a.
Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku
paling
banyak
disuarakan
oleh
para
antropologis
linguistic.
Karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita dan karena
bahasa-bahasa didunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik
semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan
bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan
berbeda dalam cara memandang dan berfikir tentang teori dunia.
Perbedaan diantara bahasa terlihat paling besar, tentu saja pada awal
interaksi. Karena itu, sangatlah penting bahwa kita menggunakan
teknik-teknik komunikasi yang efektif. Teknik mendengarkan secara
aktif dan pengecekan persepsi membantu anda untuk memeriksa
ketepatan persepsi anda. Teknik ini memberikan kesempatan bagi anda
untuk memperbaiki atau menyempurnakan persepsi – persepsi yang
mungkin keliru. Dengan bersikap spesifik anda dapat mengurangi
kemungkinan salah paham.
b.
Bahasa sebagai cerminan budaya
Makin pesat perbedaan budaya, makin besar perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat- isyarat nonverbal. Makin
besar perbedaan antarbudaya, makin sulit komunikasi dilakukan.
Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya lebih banyak kesalahan
komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan
salah paham dan makin banyak salah persepsi. Kita perlu sangat peka
terhadap
hambatan-
hambatan
yang
menghalangi
komunikasi
antarbudaya yang bermakna. Begitu juga, kita perlu menggunakan
17
teknik-teknik yang membantu kita melestarikan dan meningkatkan
komunikasi antarbudaya.
c.
Mengurangi ketidak-pastian
Menurut Berger & Bradacs dan Gudykunks, makin besar perbedaan
antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas dalam
komunikasi. (Devito, 2011).
Semua
hubungan
mengandung
ketidak-pastian.
Banyak
dari
komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita
dapat lebih baik menguraikan, memprediksi,dan menjelaskan perilaku
orang lain. Karena ketidak-pastian dan ambiguitas yang lebih besar ini,
diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
d.
Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
Menurut Gudykunst dan Langer,Makin besar perbedaan antarbudaya,
makin besar kesadaran diri(mindfulness) para partisipan selama
komunikasi.
Ini
mempunyai
konsekuen
positif
dan
negative.
(Gudykunst, 2005)
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada.
Ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka
atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak
spontan, dan kurang percaya diri. Dengan semakin baik kita saling
saling mengenal, perasaan terlalu berhati-hati akan hilang dan kita
menjadi lebih percaya diri dan spontan. Ini nantinya akan menambah
kepuasan dalam komunikasi. Masalah sebenarnya bukanlah pada
bagaimana menjaga interaksi dan mengupayakan saling pengertian.
Masalahnya adalah kita terlalu mudah menyerah setelah terjadinya
kesalah-pahaman disaat awal.
e.
Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
Menurut Altman & Taylor (Gudykunst, 2005), perbedaan antarbudaya
terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentinganya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun
kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai
orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi
antarbudaya. Karenanya,cobalah menghindari kecenderungan alamiah
18
anda untuk menilai orang lain secara tergesa-gesa dan permanen.
Penilaian yang dilakukan secara dini biasanya didasarkan pada
informasi yang sangat terbatas. Karena itu kita perlu lebih fleksibel
untuk memperbaiki pendapat yang kita buat berdasarkan informasi yang
sangat terbatas itu. Prasangka bila dipadukan dengan ketidak-pastian
yang tinggi pasti akan menghasilkan penilaian yang nantinya perlu kita
perbaiki.
f.
Memaksimalkan hasil interaksi
Menurut
Sunnafrank
seperti
dalam
komunikasi,kita
berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh
Sunnafrank mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi
antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain
yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena
komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya.
Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan
sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang
sangat berbeda. Tetapi, memperluas pergaulan anda mungkin akan
memberikan kepuasan yang lebih besar setelah beberapa waktu.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil positif, kita terus melibatkan diri
dalam komunikasi dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita
memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi
komunikasi. Implikasinya jelas.
jangan cepat menyerah, terutama
dalam situasi antarbudaya.
Ketiga, kita membuat prediksi tentang perilaku kita yang akan
memberikan hasil positif. Dalam komunikasi anda, anda mencoba
memprediksi hasil dari misalnya, pilihan topik, posisi yang anda ambil,
perilaku non verbal yang anda tunjukkan, banyaknya pembicaraan yang
anda lakukan dibandingkan dengan tindakan mendengarkan , dan
sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda
memberikan hasil positif dan berusaha untuk tidak melakukan apa yang
menurut anda akan memberikan hasil negatif. Belajarlah sebanyak
mungkin isyarat-isyarat sistem komunikasi dari lawan bicara anda. Ini
akan membantu anda memperkirakan hasil dari perilaku anda secara
lebih akurat.
19
2.2.1.4 Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya
Kita menggunakan istilah komunikasi secara luas untuk mencakup
semua bentuk komunikasi diantar orang-orang yang berasal dari kelompok
yang berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang
komunikasi antara kultur yang berbeda. Menurut Devito (2011), terdapat
bentuk-bentuk komunikasi,yaitu:
a. Komunikasi antarbudaya – misalnya, antara orang Cina dan Portugis,
atau antara orang Prancis dan orang Norwegia.
b. Komunikasi antar ras yang berbeda – misalnya, antara orang kulit hitam
dan orang kulit putih
c. Komunikasi antar kelompok etnis yang berbeda – misalnya, antara
orang amerika keturunan Italia dengan orang Amerika keturunan Italia
dengan orang Amerika keturunan Jerman.
d. Komunikasi antar kelompok agama yang berbeda – misalnya antara
orang katolik Roma dengan Episko, atau antara orang Islam dan orang
Jahudi
e. Komunikasi antara bangsa yang berbeda – antara Amerika Serikat dan
Mexico atau antara Prancis dan Italia
f. Komunikasi antara subkultur yang berbeda – misalnya, antara dokter
dan pengacara atau antara tunanetra dan tunarungu
g. Komunikasi antar suatu subkultur dan kultur yang dominan – antara
kaum homoseks dan kaum heteroseks atau antara kaum manula dan
kaum muda.
h. Komunikasi antar jenis kelamin yang berbeda – antara pria dan wanita.
Karena cara kita berkomunikasi sebagian besar di pengaruhi kultur,
orang-orang dari kultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda.
Kita perlu menaruh perhatian khusus untuk menjaga jangan sampai
perbedaan kultur menghambat interaksi yang bermakna, melainkan justru
menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman komunikasi kita. Jika kita
ingin berkomunikasi secara efektif, kita perlu memahami dan menghargai
20
perbedaan – perbedaan ini. Kita perlu memahami dan menghargai
perbedaan – perbedaan ini.
2.2.1.5 Homofil dan Heterofil dalam Komunikasi Antarbudaya
MenurutRogers dan Kin Caid, Homofil merupakan derajat
kesamaan dalam hal penentu seperti nilai, pendidikan, status sosial dan lainlain antra individu-individu yang berinteraksi dalam suatu proses
komunikasi.(Sherman Zein,2012)
Berdasarkan hal tersebut maka semakin besar kemungkinan untuk mencapai
persepsi dan makna yang sama terhadap suatu objek atau persitiwa yang
terjadi. Penampilan, latar belakang, sikap, nilai dan kepribadian dapat
dijadikan dimensi dalam mencari derajat persamaan atau homofil yang
terjadi diantara partisipan komunikasi antar budaya. Sebaliknya heterofil
merupakan derajat perbedaan yang ada diantara individu yang berinteraksi
dalam komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda. Bener
menyebutkan suatu teori yakni equifality theory terkait dengan homofil dan
heterofil ini. Teori tersebut menyebutkan bahwa dalam suatu sistem
manapun akan dicapai suatu tujuan yang sama meskipun titik tolak dan
tujuan yang digunakan diawal berbeda. Artinya walaupun memiliki banyak
perbedaan dalam suatu proses, namun lambat laun akan mencapai suatu titik
persamaan dalam hal tersebut. Pada umumnya pada komunikasi
antarbudaya, tingkat heterofil cukup tinggi. Namun masih ditemukan aspekaspek yang bersifat homofili. Hal ini berarti ada perbedaan-perbedaan
tertentu yang dapat ditoleransi.
2.2.1.6 Permasalahan dalam Komunikasi Antarbudaya
Dalam sebuah komunikasi antarbudaya,terdapat permasalahan dalam
komunikasi antarbudaya, yaitu:
a.
Persepsi
Persepsi merupakan proses yang dilalui individu untuk memilik
mengorganisasikan dan menginterpretasi stimulus baik secara internal
maupun eksternal untuk menghasilkan pandangan mereka terhadap
dunia. Seluruh informasi yang diterima oleh otak akan mempengaruhi
bagaimana seseorang menginterpretasi suatu informasi baru. Informasi
21
tersebut akan diolah dan dikaji oleh otak bersama dengan pembelajaran
dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya oleh individu tersebut
(Martin & Nakayama, 2010)Setiap individu unik dan memiliki
pengalaman, pengetahuan dan cara pandang yang berbeda sehingga
persepsi yang dihasilkan pun akan berbeda pula. Khususnya dengan
budaya yang berbeda. Perbedaan persepsi ini yang menimbulkan persepsi
negatif hingga terjadi konflik antar budaya.
b.
Pola pikir
Sekalipun berasal dari budaya yang sama, bisa jadi pola pikir yang
dimiliki oleh orang tersebut berbeda satu dengan yang lain. Hal ini
disebabkan setiap orang bebas memaknai hidupnya dengan pandangan
hidup yang diyakini masing-masing. Pola pikir yang didasari latar
belakang budaya pada akhirnya menjadi peduman dalam bertindak dan
bertingkah laku. Ketika berinteraksi dengan orang lain yang memiliki
pola pikir berbeda, maka tidak jarang terjadi benturan-benturan akibat
perbedaan pola pikir tersebut.
c.
Etnosentrisme
Porter
menyebutkan
bahwa
etnosentrime
merupakan
bentuk
penghakiman yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat terhadap
kebudayaan
kelompok
masyarakat
yang
lain
dengan
cara
membandingkan atau menggunakan standar budayanya sendiri terhadap
kelompok lain tersebut. Sedangkan Nanda dan Warmsmengatakan bahwa
etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih
unggul dibanding budaya yang lainnya. Sebenarnya etnosentrisme tidak
selalu bersifat negatif. Samovar membedakan tingkat etnosentrisme dari
yang positif, negatif hingga sangat negatif. Etnosentrisme yang positif
akan membawa kebanggaan terhadap budaya yang dimiliki, sehingga
akan berusaha melestarikan budayanya sendiri. Etnosentrisme yang
negatif biasanya menilai budaya lain sesuai dengan standar budayanya
sendiri.Sedangkan pada tingkatan yang tertinggi adalah etnosentrisme
yang sangat negatif dimana mereka melihat budayanya sendiri sebagai
yang paling bagus, paling benar dan paling berkuasa (Darmastuti, 2013).
d.
Stereotipe
22
Meskipun interaksi antar budaya semakin sering terjadi namun masalah
yang timbul karena prasangka tetap saja bisa terjadi. Stereotip dianggap
sebagai generalisasi atas sekelompok orang dari suku, agama maupun ras
tertentu dengan mengabaikan perbedaan-perbeedaan individual yang
pada umumnya bersifat negatif (Sihabudin, 2013). Samovar berpendapat
bahwa ada kemungkinan dimana suatu stereotipe mengalami perubahan.
Dimensi perubahan stereotipe terdiri dari dimensi arah, intensitas, akurasi
dan isi spesifik. Dalam konteks arah, stereotipe dinilai dapat mengalami
perubahan ke arah yang menguntungkan ataupun sebaliknya dapat
berubah ke arah yang tidak menguntukan. Secara intensitas, stereotipe
dapat mengalami perubahan konteks intensitasnya dimana terjadi
perubahan pada keyakinan yang kuat seseorang terhadap stereotipe yang
ada. Stereotipe juga dapat mengalami perubahan apabila suatu stereotipe
terbukti benar atau bahkan tidak akurat. Dalam konteks isi, stereotipe
dapat mengalami perubahan dalam konteks isi yang spesifik dimana
sifat-sifat khusus yang diatribusikan kepada suatu kelompok. Stereotipe
dapat menjadi hambatan dalam komunikasi antarbudaya karena
menghalangi seseorang untuk memulai komunikasi dengan kelompok
masyarakat
dari
budaya
lain
dengan
stereotipe
yang
dimilikinya(Darmastuti, 2013).
e.
Prasangka
Prasangka merupakan sikap yang biasanya negatif terhadap sekelompok
masyarakat dari budaya tertentu dengan sedikit bukti atau tanpa bukti
sama sekali. Ketika stereotipe mengatakan kepada seseorang seperti apa
kelompok yang dipandangnya, maka prasangka menceritakan mengenai
apa yang dirasakan seseorang mengenai kelompok tersebut menurut
Newberg dalam (Martin & Nakayama, 2010). Prasangka muncul dari
kebutuhan seseorang secara pribadi untuk merasakan hal-hal yang positif
mengenai kelompoknya dan merasakan hal yang negatif mengenai
kelompok yang lain atau datang dari pengetahuan tertentu mengenai
kelompok tersebut atau pun adanya ancaman yang diperoleh dari pihak
yang berasal dari kelompok tersebut menurut Hecht dalam.(Martin &
Nakayama, 2010)
f.
Gegar Budaya
23
Gegar budaya atau yang dikenal dengan culture shock merupakan suatu
perasaan dalam jangka pendek dimana individu tersebut merasa tidak
memahami dan tidak nyaman karena kehilangan tanda-tanda atau simbol
yang sebelumnya sudah ia kenal dari lingkungannya. Gegar budaya
terjadi hampir pada semua orang yang berada pada situasi transisi
budaya. Kondisi ini terjadi jika masyarakat tidak mampu menyesuaikan
diri denganbudaya dan lingkunganya yang baru. Hal ini dapat
menghambat komunikasi antar budaya dikarenakan individu menjadi
ragu memulai komunikasi dengan lingkungan baru yang tidak dikenalnya
(Martin & Nakayama, 2010).
2.2.2 Keragaman budaya
Selain komunikasi unsur penting yang akan dibahas adalah
mengenaikeragaman budaya. Keragaman budaya merupakan suatu kondisi
dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai
bidang terutama suku bangsa dan ras, budaya, agama dan keyakinan,
ideologi, adat, kesopanan, serta situasi ekonomi. Keragaman budaya juga
merupakan suatu fakta tentang keberadaan begitu banyak ragam budaya yang
berbeda satu sama lain. Kesadaran adanya keanekaragaman tersebut semakin
terasa di masa kini berkat komunikasi global dan meningkatnya kontak
antarbudaya. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar
berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya. Bahasa, persahabatan,kebiasaan makan,praktik komunikasi,
tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan
teknologi,semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang orang-orang
lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan
berkomunikasi, merupakan respons-renspons terhadap dan fungsi-fungsi dari
budaya mereka.(Mulyana & Rakhmat, 2010).
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara
formal budaya didefinisikan senagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan,
ruang, konsep, alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh
sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan
kelompok. Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi
24
yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Budaya juga
berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang
mempengaruhi hidup kita. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak
dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati pun kita dikuburkan
dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Hal yang penting adalah
budaya memfasilitasi kapasitas para anggota untuk bertahan hidup dan
beradaptasi dengan lingkungan eksternal mereka dalam (Darmastuti, 2013)
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat dalam(Desideria & dkk, 2007)
adalah “ keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan (proses)belajar”. Kebudayann menurut Samovar dan Porter adalah
suatu perilaku belajar yang dipindahkan (diwariskan) dari satu generasi ke
generasi lainnya untuk tujuan mengutamakan kehidupan manusia dan
kehidupan sosial dengan maksud untuk bertahan hidup dan beradaptasi serta
berkembang.(Desideria & dkk, 2007)
2.2.2.1 Unsur-unsur dalam Budaya
Menurut Alo liliweri budaya dibangun oleh unsur-unsur penting yakni
nilai,kepercayaan dan bahasa. (Darmastuti, 2013)
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Darmastuti, 2013)
Faktor-faktor ini yang kemudian mempengaruhi persepsi individu dalam
memandang realitas yang ada disekitarnya.Berikut penjelasan dari masingmasing unsur yang ada di dalam budaya:
a.
Kepercayaan
Kepercayaan dipandang sebagai suatu konsep yang dimiliki
oleh setiap individu mengenai bagaimana mereka melihat keadaan di
sekelilingnya. Kepercayaan seseorang bisa terhadap suatu gagasan
tertentu tentang orang lain, individu, alam, keadaan sekitar maupun
tentang fisik, biologi, sosial dan sebagainya (Alo Liliweri dalam
(Darmastuti, 2013)). Larry A Samovar dan Richard E. Porter
(Darmastuti, 2013) memberikan definisi lainnya tentang kepercayaan
yaitu kepercayaan merupakan anggapan subjektif bahwa suatu objek atau
peristiwa mempunyai ciri-ciri tertentu dengan atau tanpa bukti.
b.
Nilai
25
Nilai merupakan suatu konsep abstrak yang dimiliki individu dalam
memandang dunia ini. Dengan nilai individu dapat menetapkan apa yang
dianggap baik atau buruk, benar atau salah, dan patut atau tidak patut.
Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk norma dan standar
yang dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kebudayaan tersebut.
Norma-norma ini mempengaruhi apa yang dilakukan oleh seseorang.
Nilai merupakan sistem yang mengakar pada diri seseorang.
c.
Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem kodifikasi kode dan simbol baik
secara verbal maupun non verbal. Bahasa memiliki peran penting dalam
proses komunikasi khususnya dalam komunikasi dengan mereka yang
berasal dari kebudayaan dan latar belakang yang berbeda. Bahasa
menjadi sebuah identitas dan terkait dengan kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut.Bahasa memiliki komponen-komponen
antara lain semantik yakni pemaknaannya, sintatik yakni struktur kalimat
yang digunakan, pragmatis yakni maksud dari pengucapan suatu kalimat
dan fonetik atau cara pengucapan suatu kata tertentu. Komponen
semantik misalkan bagaimana memaknai suatu kata, apakah berdasarkan
fungsi dari benda atau objek yang disebutkan dalam kata tersebut atau
berdasarkan bentuknya dan sebagainya. Komponen secara sintatik yakni
mengenai cara penyusunan kata-kata dalam suatu kalimat. Penyusunan
yang berbeda dapat membuat makna yang berbeda pula, khususnya
ketika objek dan subjek dalam kalimat berada di tempat yang tidak
semestinya atau tertukar. Komponen pragmatis adalah mengenai
bagaimana suatu kalimat diartikan. Terkadang kalimat diucapkan untuk
arti yang sebenarnya, misalkan untuk memuji seseorang. Namun ada
kalanya kalimat tersebut diungkapkan hanya untuk menyindir saja.
Sedangkan komponen yang terakhir adalah fonetik. Komponen fonetik
merupakan bagaimana cara mengucapkan suatu kata. Kadang kala
pengucapan yang berbeda dapat memiliki makna yang berbeda juga pada
kata yang diucapkan tersebut. Misalkan kata apel untuk buah dan kata
apel untuk upacara pagi. Keduanya memiliki cara penulisan yang sama
namun dengan pengucapan yang berbeda, juga menimbulkan arti yang
berbeda pada kata tersebut.
26
d.
Persepsi
Persepsi yang muncul dalam diri seseorang sangat terikat
dengan budaya yang dimilikinya. Oleh sebab itu persepsi seseorang
terhadap lingkungannya sangat subjektif dan budaya dianggap sebagai
pola persepsi yang dianut oleh sekelompok orang. Persepsi merupakan
cara-cara seperti apa seseorang dalam memberi makna suatu pesan, objek
ataupun lingkungannya yang dipengaruhi sistem nilai yang dianut.
Persepsi bisa mengenai diri sendiri maupun orang lain, hal ini sangat
dipengaruhi latar belakang budaya dimana individu tersebut berada. Bagi
masyarakat yang memiliki pandangan kolektivitas seperti masyarakat
Timur misalnya, persepsi terhadap diri orang lain akan dipengaruhi oleh
kelompoknya. Hal ini berbeda dengan masyarakat Barat yang memiliki
kecenderungan otonom atau lebih individualis, dimana persepsi diri
sendiri dan orang lain dipengaruhi oleh orang itu sendiri.(Darmastuti,
2013)
2.2.2.2 Fungsi Budaya
Ting-Toomey dalam (Darmastuti, 2013)menjabarkan ada beberapa
fungsi budaya dalam kehidupan manusia yaitu:
a. Identity Meaning Function
Budaya dianggap dapat menjawab atau mengidentifikasi diri manusia
mengenai siapa dirinya. Nilai dan norma yang diajarkan oleh suatu
budaya dan dianut oleh setiap anggota dari budaya tersebut memiliki
makna tertentu. Dimana makna tersebut memberikan makna terhadap
identitas yang menganut budaya tersebut.
b. Group Inclusion Function
Group Inclusion Forum memberikan pemahaman bahwa budaya
menyajikan fungsi inklusi dalam kelompok. Budaya dinilai dapat
memuaskan kebutuhan seseorang terhadap afiliasi keanggotaan dan rasa
ikut memiliki. Orang memiliki kemampuan untuk membedakan mana
in-group atau mereka yang berada dalam kelompok budaya yang sama
dan mana yang out-group atau mereka yang berasal dari luar kelompok
tersebut.
c. Inter-group Boundary Regulation Function
27
Fungsi ini memberi pengertian bahwa budaya membentuk pemahaman
mengenai in-group dan out-group dimana dengan pemahaman ini
seseorang mengevaluasi setiap interaksi didalam terlebih lagi dengan
individu atau kelompok lain yang berasal dari luar kelompoknya.
d. The Ecological Adaptation Function
Dalam Ecological Adaptation Function, budaya dianggap dapat
memfasilitasi proses-proses adaptasi antara diri, komunitas budaya dan
lingkungan yang besar. Ini memperjelas bahwa budaya merupakan
sistem dinamis yang terus berubah. Setiap budaya memiliki susunan
sistem reward and punishment yang dapat meneguhkan perilakuperilaku adaptif dan memberi sanksi bagi perilaku-perilaku yang non
adaptif. Hal ini membantu individu dalam beradaptasi dengan
lingkungannya.
e. The Cultural Communication Function
Dalam fungsi ini budaya dinilai mempengaruhi komunikasi dan
begitupun komunikasi mempengaruhi budaya.
2.2.3 Komunikasi Verbal
Komunikasi secara verbal merupakan komunikasi yang sangat erat
kaitannya dengan penggunaan kata-kata dalam bahasa. Jika dikaitkan dengan
komunikasi yang terjadi diantara dua partisipan dari negara atau kebudayaan
yang berbeda, maka penggunaan komunikasi verbal yang sama-sama dapat
dipahami oleh kedua pihak sangat penting untuk terlaksananya komunikasi
yang efektif. Komunikasi verbal lainnya yang digunakan dalam suatu proses
komunikasi adalah nama. Nama digunakan sebagai simbol dalam komunikasi
verbal. Menurut Deddy Mulyana dalam (Darmastuti, 2013)nama diri sendiri
adalah simbol pertama dan utama untuk mengidentifikasi. Nama pribadi
penting karena interaksi akan dimulai dengan nama kemudian akan diikuti
atribut-atribut
lainnya.
Hal-hal
lainnya
yang
cukup
mempengaruhi
komunikasi verbal adalah perbedaan logat, dialek intonasi, kecepatan dan
volume ketika mengucapkan kata tersebut (Darmastuti, 2013).
2.2.4 Harmonisasi
28
Dalam sebuah perusahaan keharmonisan sangat penting karena
dengan adanya keharmonisan sebuah organisasi/perusahaan dapat berjalan
secara seimbang dan tujuan perusahaan akan tercapai . Keharmonisan tidak
akan tercipta jika komunikasi antar karyawan tidak efektif. Hal yang
menghambat komunikasi antar karyawan adalah karena perbedaan latar
belakang kebudayaan yang mereka miliki. Terciptanya suasana kerja yang
harmonis akan mendorong para karyawan untuk bekerja lebih baik dan lebih
produktif.
Keharmonisan antar tim akan membuahkan hasil jangka panjang yang
menguntungkan. Ketika keharmonisan itu bisa dibangun sama saja
terwujudnya saling mengerti bahwa tidak mungkin membangun organisasi
akan berhasil sistemnya tidak beroperasi utuh. Satu saja subsistem rusak atau
terganggu maka akan mempengaruhi jalannya roda organisasi. Sebaliknya
kalau mekanisme antarsubsistem telah berjalan optimum atau harmonis maka
berarti kinerja perusahaan akan semakin berkembang.(Mangkuprawira, 2010)
Jika keharmonisan kerja dalam suatu perusahaan tercapai, akan dapat
diciptakan suatu iklim kerja yang sehat, pekerja merasa ikut memiliki
sehingga mau bekerja dengan semangat tinggi, jujur dan penuh tanggung
jawab. Umumnya pengelola usaha menyadari bahwa mengatasi masalah yang
disebabkan oleh tenaga kerja lebih sulit diselesaikan jika dibandingkan
dengan masalah-masalah yang disebabkan oleh factor-faktor produksi
lainnya, karena manusia memiliki akal pikiran, perasaan dan kepentingan
yang berbeda satu sama lain.
2.2.4.1 Membangun Hubungan Kerja yang Harmonis
Dalam kehidupan ini, di mana pun dan kapan pun, kita perlu untuk
mengusahakan kehidupan yang harmonis, baik di dunia kerja maupun dalam
beragam segi kehidupan lainnya. Menurut Febe Victoria Chen (2012) ada
beberapa cara membangun hubungan kerja yang harmonis. Yaitu :
1. Bijak mengelola emosi diri di kantor
Agar tidak mudah marah atau jengkel di kantor, hindarilah konflik yang
tidak perlu, cegah, mucnculnya emosi negatif, dan kelola emosi agar
tetap positif ketika bekerja. Cerdik mengatasi rekan kerja emosional
29
Manusia memiliki perbedaan dalam inteligensia , watak, dan stamina.
Semua ini bergantung pada faktor genetika masing-masing, dan tingkat
emosional seseorang bergantung pada beragam faktor tersebut.
Umumnya orang yang pemarah percaya bahwa dengan kemarahannya ia
dapat bahwa kemarahannya ia dapat mengendalikan orang lain atau
lingkungannya. Namun, suatu waktu, ia akan mendapati bahwa tidak
semua lingkungan yang ia temui dan masuki adalah lingkungan atau
orang-orang yang bersedia mengalah dari dirinya.
2. Berinteraksi secara professional ketika rapat
Dalam rapat mempunyai manfaat untuk memotivasi seseorang. Dengan
adanya rapat maka semua karyawan dapat bertukar pikiran. Sebuah
hubungan dimulai dengan rasa nyaman dan kepercayaan.
3. Kompeten membagun hubungan dan suasana yang harmonis.
Professional yang kompeten membangun kepribadiannya dengan
bersikap positif di dunia kerja. Nahjan, ia memupuk kemampuannya agar
dapat bekerja sama dengan tim dan membagun hubungan yang baik
dengan rekan kerja. Interaksi yang harmonis dilingkungan kantor
membuat suasana kerja menjadi menyenangkan dan tujuan perusahaan
juga akan tercapai. Agar sikap dan kepribadian kita positif serta dapat
diterima di dunia kerja, mari kita praktiikan character building berikut:
a. Menghargai orang lain, selalu sopan dan mendukung secara moril.
b. Keramahan yang tulus
Kesediaaan kita untuk menerima orang lain dengan tulus terpancar
dari keramahan yang tidak dibuat-buat.
c. Bertutur kata yang tepat
Bijaklah dalam berkata-kata agar tidak terjadi kesalahpahaman
cermati intonasi bicara dengan seksama.
d. Mampu menerima kritik dengan sikap positif
Banyak tokoh sukses didunia yang terbukti mampu menerima kritik
sebagai pemacu prestasi mereka untuk menjadi kebih baik lagi.
e. Mampu menyelesaikan perselisihan
Setiap
orang
memiliki
latar
belakang
budaya,
pemdidikan,
karakter,prinsip dam idealism yang berbeda – beda. Jika terjadi
30
perbedaan pendapat, cobalah untuk sesegera mungkin agar tidak
berlarut –larut dan memicu konflik yang lebih besar.
2.2.4.2 Mendukung Atmosfer Kerja Sama yang Harmonis
Dalam
dunia
kerja,
seseorang
tidak
mungkin
melakukan
pekerjaannya seorang diri. Ada kalanya kita bekerja mandiri dan ada
kalanya kita bekerja sama dalam sebuah tim.Dalam sebuah organisasi atau
perusahaan selalu ada kerja satu tim dan organisasi atau perusahaan akan
berupaya untuk membentuk tim kerja yang solid. Terkait dengan hal ini,
peran seorang pemimpin sangat vital, karena ia harus meniptakan iklim
kerja sama yang harmonis agar tim yang dipimpinya tetap kompak dan
solid, meskipun terdapat perbedaan di dalamnya. Hal ini penting dan
kebiasaan orang yang berbeda –beda dapat memiu kesalahpahaman dalam
tim. Menurut Febe Victoria Chen (dalam Chen, 2012) terdapat beberapa hal
yang mendukung atmosfer kerja sama yang harmonis, yaitu :
1. Menyelaraskan tim kerja agar tetap kompak dan solid
Bergabung dalam tim kerja yang kompak dan solid adalah idaman
setiap orang dan kebanggaan bagi orang-orang yang terlibat
didalamnya.
Agar tim kerja menjelma menjadi tim super yang kuat dalam jangka
panjang, ada beberapa hal yang harus kita lakukan :
a. Melatih sikap mau bekerja sama setiap hari
b. Mengunggah jiwa kebersamaan segenap anggota tim sehingga bisa
saling mendukung satu sama lain.
c. Umumnya, pada tahap awal, ketika ada anggota baru dalam sebuah
tim, ia akan merasa kurang diterima. Ini adalah hal yang wajar,
karena bagaimanapun seseorang butuh waktu untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru yang dimasukinya, berikut dengan orangorang yang ada di dalamnya. Jika kita sebagai anggota lama dalam
31
tim, ada baiknya kita bisa membantu proses adaptasi orang baru
tersebut sehingga ia merasa nyaman dan diterima dalam tim.
d. Anggota baru harus pandai membaca situasi dan kondisi yang
melingkupi tim, dan mengikuti aturan main yang ditetapkan oleh
pemimpin tim.
e. Agar tim kompak dan solid,segenap anggota tim harus mampu
mengendalikan diri. Dan harus bisa menyesuaikan satu sama lain
agar tercipta atmosfer yang rukun dan hubungan yang saling
mendukung.
Dalam menyelaraskan tim kerja agar tetap kompak dan solid, maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
a. Tetap harmonis dalam perbedaan
b. Umumnya dilingkungan kerja, perbedaan antar rekan kerja terletak
pada kepribadian atau karakter, pola pikir, kebiasaanm sikap,
potensi, dan prestasi. Tekait dengan hal ini,ada baiknya kita tidak
membandingkan kemampuan dan keunggulan kita dengan orang
lain karena setiap orang memilki kapasitasnya masing-masing.
Kunci sukses dalam menghadapi keberagaman adalah komunikasi
yang terbuka.
c. Menghadapi tim yang bermasalah
d. Mengadakan pelatihan (training ) guna menyegarkan tim
e. Melakukan perubahan-perubahan kecil yang memicu semangat kerja
tim
f. Membuat acara di akhir bulan dan akhir tahun untuk anggota tim agar
semakin solid.
2. Komunikasi tim yang efektif dan saling mendukung
Agar dapat bekerja efektif dan mampu mencapai target yang ditetapkan,
atau menyelesaikan tugas dan tanggung jawab waktu, dibutuhkan
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan rekan kerja maupun
relasi bisnis, dalam beragam situasi dan kondisi. Menurut Anthony
robbis komunikasi adalah berjalan dengan baik bagi orang yang
mengusahakannya.(Chen, 2012)
Berikut terlampir beragam kiat komunikasi menurut Healthy Workplace
Campaign yang berbasis di AS, etika praktis berkomunikasi menurut
32
Hamton Consulting dan lembaga pendidikan keeley yang berbasis di
Inggris :
a. Setiap orang harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
agar tugas dan tanggung jawab dikantor dan kehidupannya berjalan
lancar.
b. Setiap orang memiliki peran dan fingsi yang berbeda-beda dalam
hidup. Komunikasi yang baik antar sesame manusai akan membantu
kita untuk mencapai tujuan hidup yang kita inginkan.
c. Mayoritas orang tidak menggangap kemampuan komunikasi sebagai
hal yang penting. Padahal, komunikasi yang buruk tidak hanya akan
mempengaruhi relasi antar individu, tetapi juga pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan yang menaunginya.
d. Citra diri kita adalah salah satu alat dalam berkomunikasi.
Karenanya, jagalah citra diri kita dengan sebaik-baiknya.
e. Kemampuan berkomunikasi adalah salah satu hal yang wajib kita
pelajari. Sebab, kemampuan berkomunikasi membantu kita untuk
bekerja sama dengan orang lain secara efektif.
Menurut Simone Weils (Chen, 2012), komunikasi adalah salah satu
hal yang menghubungkan manusia. Kemampuan berkomunikasi
adalah kunci bagi keberhasilan dalam kehidupan pribadi dan karier.
2.2.4.3 Membangun Hubungan dan Komunikasi yang Harmonis
Menurut (Chen, 2012) dalam membangun komunikasi yang
harmonnis di butuhkan adanya hal seperti berikut:
a. Saling menghormati adalah dasar dalam membangun hubungan yang
stabil
b. Senantiasa menghargai sesama manusia.tingkatkan budaya menerima
perbedaan.
c. Menghargai perasaan dan pikiran orang lain.
d. Agar komunikasi berjalan dengan lancar,upayakan agar orang-orang
yang berkomunikasi merasa nyaman dengan kehadiran sesamanya.
e. Organisasi atau perusahaan yang anggotanya saling mendukung
sehingga menjadi akrab satu sama lain akan bekerja dengan penuh
semangat dan komitmen demi meraih kesuksesan bersama.
33
2.2.5
Hambatan-Hambatan Komunikasi
Menurut Effendy (2009), faktor penghambat dalam komunikasi
adalah sebagai berikut :
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi bersifat konteks situsional. Oleh karena iru, komunikator
hendaknya memperhatikan situasi, pasalnya situasi sangat memoengaruhi
klancaran komunikasi, terutama situasi yang berkaitan dengan faktor
sosiologis, antropologis, dan psikologis komunikan.
a. Hambatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Dengan
demikian, hambatan sosiologis adalah hambatan yang berhubungan
dengan masyarakat. Masyarakat menurut effendy (2009) terdiri dari
berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam
status sosial, agama, tingkat pendidikan, timgkat kekayaan dan
sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi
kelancaran komunikasi.
b. Hambatan Antropologis
Dalam melacarkan komunikasi, seorang komunikastor tidak akan
berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan
sasarannya. Mengenal berarti tidak hanya mengetahui siapa namanya,
melainkan mengetahui dan mengenal komunikannya dari segi
antropologisnya juga, misalnya jenis ras, gaya hidup, bahasa,
kebiasaan serta norma yang dianutnya. (Effendy, 2009)
c. Hambatan Psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi.
Hal
ini
umumnya
dikarenakan
sang
komunikator
sebelum
melancarkan komunikasi tidak mengkaji diri komunikan terlebih
dahulu. Komunikasi akan sulit untuk berhasil apabila komunikan
sedang sedih, bingung, marah, kecwa, mnaruh prasangka dan lain
sebagainya. (Effendy, 2009)
34
Prasangaka merupakan salah satu hambatan berat dalam kegiatan
komunikasi karena orang yang berprasangka pada umumnya akan
menarik keseimpulan tanpa menggunakan rasional dan cenderung
akan menntang apa yang di komunikasikan oleh komunikator.
Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh aspek
antropologis dan sosiologis. Disebabkan latar belakang mereka yang
mungkin berbeda dengan komunikator dan membawa pengalaman
atau label yang salah mengenai suatu permasalahan atau sang
komunikator sendiri. (Effendy, 2009)
2. Hambatan Semantis
Menurut Effendy (2009), faktor semantis menyangkut bahasa yang
di
pergunakan komunikator sebagai media untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan hambatan ini, sebab salah
ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian, salah tafsir yang
akhirnya akan menimbulkan miscommunication.
3. Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media sekunder yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari, misalkan berita surat kabar yang sulit dicari sambungan
kolomnya, suara yang tidak jelas oleh penyiar radio, gambar televis yang
tidak jelas, dan lain sebagainya.
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis oleh gangguan terhadap proses berlangsungnya
komunikasi yang datangnya dari lingkungan. Misalkan, hujan yang tiba-tiba
turun ketika komunikator sedang berpidato diruang terbuka, hal tersebut akan
membuat khalayak tidak konsen, mereka mungkin akan berlarian mencari
tempat berteduh, atau kalaupun mereka bertahan, konsentrasi mereka akan
tereduksi oleh suara hujan dan petir. (Effendy, 2009)
2.2.6
Cara Mengatasi Hambatan dan Memperbaiki
Komunikasi
Hambatan atau gangguan berkomunikasi merupakan pengaruh dari
dalam dan luar individu atau lingkungan yang merusak aliran informasi atau
35
isi pesan yang dikirimkan dan diterima. Untuk memecahkan masalah
tersebut, berikut ini diuraikan cara mengatasi hambatan komunikasi
organisasi menurut Bove dan Thill (Sutrisna, 2006). Cara-cara tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Memelihara iklim komunikasi terbuka.
2. Bertekad memegang teguh berkomunikasi.
3. Memahami kesulitan komunikasi antarbudaya.
4. Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima.
5. Menggunakan teknologi secara bijaksana.
6. Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara:
a. Memahami penerima pesan
b. Menyesuaikan pesan dengan penerima.
c. Mengembangkan dan menghubungkan gagasan.\
d. Mengurangi jumlah pesan.
e. Memilih saluran atau media komunikasi yang tepat.
f. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
7. Memberikan umpan balik (feedback) secara tepat.
36
2.3 Kerangka Pemikiran
Karyawan Multikultural
Hambatan Bahasa
Pengelolaan Hambatan
Bahasa
Menciptakan Keharmoisan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
37
Dalam perusahaan ini memiliki karyawan yang berlatar kebudayaan yang
berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihatdari suku, ras, etnik dan bahasa. Dengan
adanya perbedaan ini memunculkan suatu permasalahan. Permasalahan yang terjadi
adalah karena adanya kesalahpahaman. Oleh karena itu di butuhkan adanya
pengelolaan hambatan bahasa sehingga dapat menciptakan keharmonisan antar
karyawan.
Download