SIGNIFIKANSI PENGAJARAN BAHASA INGGRIS DALAM PROSES PENGEMBANGAN ISLAMIC STUDIES Riskiana Marlina Muhandis Azzuhri Miftahul Ula* Abstract: The teaching of English language has significant and strategic contribution. English language as a tool is used to understand and study many literatures of Islamic Studies use English language. This is as cause of the developing of Islamic Studies that is taken in hand by West. They have published their thought in Islamic Studies using English language as an international language in many academic publishing. Besides that, the developing of Islamic Studies is not discharged with the other science, including language. In line with this statement, STAIN Pekalongan has taken a new policy relating to the English language teaching. The goal of that policy is to maximize the process of English language teaching, so the students’ ability in English is better than before and could be utilized in developing of Islamic Studies. Based on that reason, this research explored four problems. First; students’ perception on English language teaching in STAIN Pekalongan. Second; significance of English language teaching for students’ Islamic Studies developing. Third; relationship between perception on English language teaching and the developing of Islamic Studies. Fourth; competency in English language teaching expected by the students. Kata Kunci: Pengajaran Bahasa Inggris, Islamic Studies, Signifikansi Pendahuluan Proses transfer keilmuan dalam disiplin ilmu-ilmu Islamic studies membutuhkan ilmu bantu lain sebagai media katalisator dalam proses tersebut. Hal ini tidak terlepas dari upaya para akademisi muslim yang tengah melakukan sebuah rekonstruksi terhadap Islamic studies yang dibangun di atas mind-set yang komprehensif dan integral. Dalam Islamic studies kita tidak dapat mengeliminasi satu cabang disiplin keilmuan tertentu, karena secara epistemologis, berpola fikir inklusif, open-minded dan dinamis merupakan sebuah keharusan. Salah satu ilmu bantu yang mempunyai kontribusi penting dalam Islamic studies adalah bahasa asing. Urgensi bahasa asing dalam pengembangan Islamic studies di Indonesia cukup besar, terlebih lagi Bahasa Inggris. Artinya bahwa untuk dapat terlibat secara optimal dalam pengembangan Islamic studies, maka menguasai Bahasa Inggris merupakan salah satu langkah yang sangat penting. Statemen di atas setidaknya mempunyai landasan yang valid dari beberapa alasan. Pertama, berkembangnya studistudi orientalisme yang dilakukan oleh Islamisist di pusat-pusat keilmuan di Barat, banyak menggunakan Bahasa Inggris sebagai media transformasi keilmuan, baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel lepas dan sebagainya. Oleh karenanya bagi akademisi muslim yang berupaya untuk memahami dan melakukan studi-studi terhadap hasil kajian para “Islamisist Barat”, harus sepenuhnya menguasai Bahasa Inggris. Kedua, Imbas dari dinamisnya dan attraktifnya hasil kajian ke-Islaman yang dilakukan oleh Barat, diikuti dengan membanjirnya hasil publikasi ilmiah ke Indonesia namun masih dalam bentuk Bahasa Inggris. Ketiga, meskipun ada upaya dari banyak kalangan --terutama penerbit buku-- untuk menerjemahkan literatur berbahasa Inggris * Peneliti adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan ke dalam Bahasa Indonesia, namun masih kerap terjadi gap antara bahasa asal dan bahasa tujuan, sebagai efek negatif dari pola penerjemahan yang kurang professional. Melihat pada fakta tersebut, maka kemudian ibarat menjadi sebuah kemutlakan bahwa untuk dapat menyerap dan mengikuti dinamika perkembangan Islamic studies yang justru terkadang “inisiatif” datang dari Barat, maka akademisi muslim Indonesia harus mempunyai kompetensi Bahasa Inggris yang optimal. Dengan upaya ini, maka para akademisi muslim Indonesia mempunyai kemampuan untuk selalu meng-update perkembangan isu-isu dan wacana ke-Islaman yang tengah berkembang meskipun dalam bentuk Bahasa Inggris, tanpa harus “menunggu” adanya pihak-pihak yang menerjemahkan literatur-literatur berbahasa Inggris. Untuk dapat melahirkan intelektual muslim yang ideal, maka PTAI harus membekali mereka dengan serangkaian disiplin keilmuan yang dapat dimanfaatkan di kemudian hari. Seperti yang yang telah disinggung sebelumnya, bahwa salah satu ilmu yang sangat urgen dan signifikan bagi intelektual muslim adalah penguasaan mereka pada Bahasa Inggris. Oleh karenanya proses pengajaran Bahasa Inggris di PTAI sudah saatnya untuk mendapatkan perhatian serius, sehingga mata kuliah Bahasa Inggris tidak diposisikan sebagai mata kuliah komplemen. Berdasar pada kesadaran tersebut, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan sejak tahun akademik 2004/2005 telah menerapkan kebijakan mekanisme dan teknis baru dalam proses pengajaran Bahasa Inggris. Usaha ini ditempuh dengan tujuan agar proses pengajaran Bahasa Inggris dapat ditingkatkan dari sebelumnya, sehingga mahasiswa sebagai peserta belajar pada akhirnya akan mempunyai penguasaan Bahasa Inggris yang lebih baik. Akan tetapi setelah lebih kurang tiga tahun berjalan, masih ada beberapa hambatan dan kekurangan yang dihadapi. Jika hal tersebut tidak segera diantisipasi dan dicarikan solusinya, maka eksistensi pengajaran Bahasa Inggris tidak akan dapat mencapai tingkat kompetensi yang ditargetkan. Adapun sebagian kekurangan tersebut antara lain: Pertama, Kompetensi dan materi Bahasa Inggris belum diarahkan pada ESP (English for Special Purpose). Seperti yang diketahui, STAIN Pekalongan menyelenggarakan beberapa program studi, yaitu Ahwalus Syakhsiyyah (AS), Ekonomi Islam (Ekis), Perbankan Syari’ah dan Pendidikan Islam. Sudah semestinya jika materi dan kompetensi Bahasa Inggris disesuaikan dengan masing-masing program studi; Kedua, imbas tidak digunakannya ESP adalah sampai dengan tahun akademik 2006/2007, kelas Bahasa Inggris untuk mahasiswa prodi AS dan Ekis masih disatukan. Kondisi ini tentu kurang kondusif untuk pengembangan Bahasa Inggris yang diadaptasikan dengan prodi yang bersangkutan; Ketiga, meskipun materi dan kompetensi telah disamakan, namun masing-masing dosen tidak menggunakan buku yang sama. Bahkan ada sebagian dosen yang mengajar hanya dengan berpegang pada syllabus mata kuliah, namun tidak menggunakan referensi baku; Keempat, sebagian latar belakang pendidikan akademis dosen yang mengampu mata kuliah Bahasa Inggris bukan dari bidang pendidikan Bahasa Inggris. Meskipun mereka mempunyai kemampuan dalam penguasaan Bahasa Inggris, namun tentu tidaklah sama antara dosen yang murni Bahasa Inggris dengan dosen yang untuk sementara “ditugaskan” untuk mengajar Bahasa Inggris. Kondisi ini tidak terlepas dari minimnya jumlah dosen yang betul-betul berasal dari pendidikan Bahasa Inggris. Sampai tahun akademik 2006/2007, baru ada 3 dosen dan 1 calon dosen yang mempunyai background pendidikan Bahasa Inggris. Berdasar pada uraian di atas, maka penelitian ini akan berupaya untuk menjelaskan empat hal. Pertama; bagaimana persepsi mahasiswa STAIN Pekalongan tentang pengajaran Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan.Kedua; bagaimana signifikansi pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic studies mahasiswa STAIN Pekalongan. Ketiga; bagaimanakah hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies mahasiswa. Keempat; kompetensi apakah yang diharapkan mahasiswa dalam pengajaran Bahasa Inggris. Ada beberapa literatur yang berusaha untuk mengaitkan pengajaran bahasa dengan Islamic studies. Buku yang ditulis oleh M. Amin Abdullah misalnya yang berjudul Menyatukan Kembali Ilmu Agama dan Umum: Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum, menyatakan bahwa peranan bahasa dalam Islamic studies sangat erat. Bahkan bahasa disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain yang sangat mendasar, seperti ulumul Qur’an, ulumul Hadis, Fiqh dan sejenisnya. Dalam kumpulan tulisan yang lain yang berjudul Tafsir Baru Studi Islam Dalam Era Multi Kultural, M. Amin Abdullah juga membahas keterkaitan antara berbagai disiplin keilmuan dalam upaya pengembangan Islamic studies. Dalam pembahasan beliau, bahasa merupakan salah satu media untuk menjelaskan sumber-sumber pengetahuan yang bersifat bayani. Buku lain yang menyinggung permasalahan di atas adalah buku yang ditulis oleh Issa J. Boulatta. Di dalam bukunya yang diberi judul Anthology of Islamic studies, ia berpendapat bahwa untuk memberikan interpretasi yang valid terhadap teks-teks keagamaan, maka penguasaan terhadap bahasa utama (Bahasa Arab-pen) dan bahasa sekunder (bahasa pengantar-pen) merupakan syarat mutlak. Ada pula buku yang membahas tentang studi Islam, yaitu buku yang berjudul Pendekatan Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek yang ditulis M. Atho Mudzhar. Selain itu ada buku yang menunjukkan keterkaitan bahasa dengan Islamic studies, yaitu buku yang ditulis Richard J. Martin yang berjudul Approaches to Islam in Religious Studies. Dalam buku tersebur Martin menunjukkan beberapa pembahasan dan penelitian yang mengindikasikan keterkaitan antara bahasa dan Islamic studies. Pada sisi yang lain, tidak sedikit literatur-literatur yang menjelaskan tentang pentingnya pengajaran Bahasa Inggris yang diadaptasikan dengan kebutuhan utama peserta belajarnya. Secara umum hal tersebut diistilahkan dengan English for Special Purposes. Di antara literature yang membahas tema di atas adalah buku yang ditulis oleh Geetha Nagaraj yang berjudul English Language Teaching:Approaches, Methods, Tecniques. Dalam buku yang menyajikan tentang berbagai pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengajar Bahasa Inggris tersebut ia menyebutkan bahwa pengajar harus menyusun materi yang disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Demikian halnya, metode dan teknik yang ia pergunakan hendaknya mengikuti materi yang disampaikan. Pada buku lain yang ditulis oleh Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers yang bertajuk Approaches and Methods in Language Teaching, disebutkan bahwa telah terjadi perubahan dalam metode dan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan Bahasa Inggris. Pengajaran Bahasa Inggris akhir-akhir ini lebih dikonsentrasikan pada satu bidang keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh peserta belajar. Sementara itu dalam buku yang ditulis oleh tim penulis Universitas Diponegoro (Undip), disebutkan bahwa salah satu kelemahan dan hambatan yang kini banyak ditemui oleh para pengajar Bahasa Inggris adalah tidak adanya desain syllabus yang diadaptasikan dengan kebutuhan belajar mahasiswa. Buku yang ditulis oleh tim dari Undip tersebut berjudul English for University Teaching. Dari beberapa literatur yang selama ini berkembang, belum ada yang membahas urgensi dan signifikansi pengajaran Bahasa Inggris di PTAI, dalam hal ini STAIN, dalam proses pengembangan Islamic studies. Untuk mengisi celah kosong yang selama ini belum tersentuh oleh para akademisi dan peneliti, maka penelitian ini berupaya untuk mencoba menjelaskan apakah pengajaran Bahasa Inggris yang selama ini diajarkan di STAIN Pekalongan telah berperan dalam pengembangan Islamic studies, dalam kapasitasnya sebagai ilmu bantu. Metode Penelitian Untuk memperoleh data-data yang valid dan akurat, maka proses penelitian ini akan menggunakan metode penelitian seperti uraian berikut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode random sampling, di mana data akan sepenuhnya didapatkan dari lapangan (field research). Adapun metode pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kuantitatif. Penelitian deskriptif dalam penelitian pendidikan bahasa bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk mencandrakan karakteristik individu atau kelompok (Syamsudin AR dan Vismaia S. Damaianti, 24). Oleh karenanya pendekatan deskriptifkuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menguraikan pendapat mahasiswa STAIN Pekalongan tentang signifikansi pembelajaran Bahasa Inggris dalam pengembangan Islamic studies secara apa adanya. Pendekatan ini juga akan digunakan untuk menjelaskan persepsi mahasiswa tentang pembelajaran Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan. Subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variable yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2005: 90). Subyek penelitian yang akan diteliti adalah mahasiswa semester VII (atau angkatan 2004/2005) STAIN Pekalongan jurusan Syari’ah dan Tarbiyah jenjang strata 1 (S1). Pengambilan sampel menggunakan kombinasi antara cluster sampling dan random sampling. Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer tersebut adalah kuesioner yang berbentuk angket. Angket yang dibagikan kepada subyek penelitian terdiri dalam dua bentuk, yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Setelah seluruh data yang diperlukan pada penelitian ini telah terkumpul, proses analisis data dilakukan dalam dua bentuk. Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya. Sedangkan data komplemen atau sekunder diklasifikasikan dengan pola tertentu, yang kemudian dipisahkan menurut data primer yang akan dilengkapinya. Data yang telah diklasifikasikan kemudian akan dimasukkan dalam skala Likert, dengan berdasar pada urutan pertanyaan dan jenis pertanyaan dalam kuesioner. Selanjutnya untuk pokok masalah ketiga dilakukan dengan analisis regresi linear dengan model penelitian sebagai berikut: D1 D2 D3 PERSEPSI (1) D1 D2 PERSEPSI (2) SIGNIFIKANSI PENGAJARAN BHS. INGGRIS D3 D1 D2 PERSEPSI (3) D3 Sedangkan hipotesis yang digunakan adalah: Ha : Persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris STAIN Pekalongan berpengaruh terhadap pengembangan Islamic Studies mahasiswa. Ho : Persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris STAIN Pekalongan tidak berpengaruh terhadap pengembangan Islamic Studies mahasiswa. Hasil Penelitian Sebagaimana yang telah tertuang dalam rumusan masalah, ada empat hal yang akan dibahas pada bagian ini, yaitu bagaimana persepsi mahasiswa STAIN terhadap pengajaran Bahasa Inggris; signifikansi pengajaran Bahasa Inggris dan kompetensi yang diharapkan mahasiswa dalam pengajaran Bahasa Inggris. Untuk menjawab pokok masalah pertama, diajukan 28 pertanyaan kepada responden yang kesemuanya adalah mahasiswa. Berikut adalah skor yang diperoleh dari pertanyaan yang ada dalam angket/quisioner: Tabel 1. Skor Quisioner Persepsi Mahasiswa terhadap Pengajaran Bahasa Inggris Responden Skor Responden Skor Responden Skor 1 59 25 84 49 97 2 61 26 84 50 98 3 67 27 84 51 98 4 68 28 85 52 99 5 69 29 85 53 100 6 73 30 86 54 102 7 74 31 87 55 102 8 74 32 87 56 103 9 75 33 88 57 104 10 75 34 88 58 104 11 76 35 89 59 104 12 77 36 89 60 104 13 79 37 89 61 104 14 79 38 89 62 105 15 80 39 91 63 106 16 80 40 91 64 106 17 81 41 92 65 106 18 81 42 92 66 108 19 82 43 93 67 109 20 83 44 93 68 113 21 83 45 93 69 114 22 83 46 94 70 114 23 84 47 95 71 114 24 84 48 95 72 121 73 140 Dari tabel tersebut di atas, nilai minimumnya adalah 59; sedangkan nilai maksimumnya adalah 140. Sedangkan nilai rata-rata dari nilai-nilai tersebut adalah sebesar 91,2. Jumlah keseluruhan nilai dari tabel di atas adalah 6645. Jumlah kumulatif nilai terendah adalah 2044 (hasil dari 28 X 73); adapun nilai kumulatif tertinggi yang dapat dicapai adalah 10220 (hasil dari 28 X 140). Secara kontinum, jumlah skor di atas (6645) dapat dilihat posisinya pada gambar berikut: 6645 0 2044 4088 6132 8176 10220 STS TS N S SS Jika dilihat dari prosentase nilai yang telah didapat dari skor di atas, maka diperoleh angka 65,02% dari perhitungan (6645/10220 X 100% = 65,02%). 0 20% Sangat Jelek 40% Jelek 60% 65,02% Cukup Baik 80% 100% Sangat Baik Adapun interpretasi skor yang digunakan adalah: 0% - 20% = Sangat Jelek 21% - 40% = Jelek 41% - 60% = Cukup 61% - 80% = Baik 81% - 100% = Sangat Baik Dari ketentuan interpretasi skor tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa STAIN Pekalongan terhadap pengajaran Bahasa Inggris yang mereka terima tergolong baik. Hal ini terlihat pada posisi persentase skor sebesar 65,02% yang masuk pada kriteria baik. Sedangkan untuk pokok masalah yang kedua, yaitu tentang signifikansi pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies, responden mendapatkan tiga pertanyaan. Jumlah kumulatif skor dari data di atas sebesar 574, sedangkan nilai rataratanya adalah 7,8. Nilai tertinggi adalah 15 (responden nomor 73) dan nilai terendah adalah 4 (responden nomor 5, 22, dan 32). Jumlah nilai terendah yang mungkin dapat dicapai adalah 219 (73 X 3); adapun nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 1095 (73 X 15). Secara kontinum, jumlah skor di atas (574) dapat dilihat posisinya pada gambar berikut: 574 0 219 438 STS TS 657 876 1095 N S SS Jika dilihat dari prosentase nilai yang telah didapat dari skor di atas, maka diperoleh angka 52,4% dari perhitungan (574/1095 X 100% = 52,4%). 0 20% STS 40% TS 52,4% C 60% 80% S 100% SS Adapun interpretasi skor yang digunakan untuk mengetahui apakah pengajaran Bahasa Inggris dapat berperan signifikan dalam pengembangan Islamic Studies, adalah sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat Tidak Setuju 21% - 40% = Tidak Setuju 41% - 60% = Cukup 61% - 80% = Setuju 81% - 100% = Sangat Setuju Dari ketentuan interpretasi skor tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menurut mahasiswa STAIN Pekalongan, pengajaran Bahasa Inggris dalam pengembangan Islamic Studies masuk dalam kategori cukup. Berikut ini akan diuraikan analisis data yang berupaya menjawab pertanyaan apakah perbedaan persepsi mahasiswa STAIN Pekalongan terhadap pengajaran Bahasa Inggris, berpengaruh terhadap pengembangan Islamic Studies mereka. Dalam hal ini variabel bebas X yaitu persepsi mahasiswa apakah mampu memprediksi variabel terikat Y, yaitu pengembangan Islamic Studies masing-masing mahasiswa. Berikut ini adalah skor yang telah didapatkan untuk masing-masing variabel X dan Y, seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 2 Skor Quisioner Pengaruh Persepsi tentang Pengajaran Bahasa terhadap Pengembangan Islamic Studies N Persepsi Pengajaran Signifikansi N Persepsi Pengajaran Signifikansi N Persepsi Pengajaran 1 59 5 25 84 6 49 97 9 2 61 5 26 84 6 50 98 11 3 67 8 27 84 5 51 98 8 4 68 5 28 85 8 52 99 12 5 69 4 29 85 7 53 100 9 6 73 5 30 86 10 54 102 10 7 74 5 31 87 10 55 102 6 8 74 5 32 87 4 56 103 5 9 75 8 33 88 8 57 104 12 10 75 5 34 88 7 58 104 9 11 76 6 35 89 8 59 104 7 12 77 8 36 89 8 60 104 6 13 79 7 37 89 8 61 104 6 14 79 6 38 89 7 62 105 5 15 80 8 39 91 12 63 106 9 16 80 5 40 91 11 64 106 6 17 81 10 41 92 7 65 106 6 18 81 5 42 92 6 66 108 7 19 82 11 43 93 10 67 109 8 20 83 10 44 93 10 68 113 9 21 83 8 45 93 8 69 114 12 22 83 4 46 94 12 70 114 10 23 84 13 47 95 8 71 114 7 24 84 8 48 95 7 72 121 13 73 140 15 Signifikansi Tabel 3 Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Signifikansi Pengajaran Signifikansi Pengajaran Signifikansi Pengajaran Signifikansi 1,000 ,476 . ,000 73 73 Pengajaran ,476 1,000 ,000 . 73 73 Pada tabel 3 di atas diketahui bahwa terdapat hubungan antara variabel X dan Y. Nilai yang diperoleh adalah 0,476, berarti terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa dengan pengembangan Islamic Studies mereka. Selain itu, pada tabel Correlations tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas Sig. sebesar 0,000. Ini artinya bahwa nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig. 0,000. Oleh karenanya terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies yang mereka tempuh. Tabel 4 Model Summary(b) Model R R Square Change R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate F Change df1 df2 ,476(a) ,227 1 ,216 Sig. F Change 2,206 Change Statistics R F Square Chang Change e df1 ,227 20,794 1 71 df2 ,00 0 a Predictors: (Constant), Pengajaran b Dependent Variable: Signifikansi Nilai Rsquare yang ditunjukkan oleh tabel tersebut sebesar 0,227. Angka tersebut menunjukkan bahwa pengembangan Islamic Studies mahasiswa STAIN Pekalongan, 22,7% di antaranya dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang pengajaran Bahasa Inggris, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor yang lain. Rsquare merupakan hasil kuadrat dari nilai R, yaitu sebesar 0,476. Tabel 5 ANOVA(b) Sum of Squares Regression 101,173 Residual 345,457 Total 446,630 a Predictors: (Constant), Pengajaran b Dependent Variable: Signifikansi Model 1 df 1 71 72 Mean Square 101,173 4,866 F 20,794 Sig. ,000(a) Hasil dari uji ANOVA ditampilkan bahwa nilai F = 20,794, dengan tingkat probabilitas Sig. 0,000. Oleh karena tingkat probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi. Tabel 6 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Pengajaran ,432 ,082 a Dependent Variable: Signifikansi Std. Error 1,650 ,018 Standardized Coefficients t Sig. Beta B Std. Error ,794 ,000 ,476 ,262 4,560 Thitung yang ditampilkan oleh tabel Coefficients adalah sebesar 4,560. Sedangkan Ttabel dari jumlah sampel 71 (df = 73 - 2 = 71) dengan tingkat = 0,005 adalah sebesar 1,658. Karena Thitung > Ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas X dan variabel terikat Y. Pada tabel juga ditampilkan nilai Sig. sebesar 0,000. Karena nilai Sig. lebih kecil dari pada nilai probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa STAIN terhadap pengajaran Bahasa Inggris berpengaruh terhadap signifikansi Bahasa Inggris dalam pengembangan Islamic Studies. Tabel 7 Residuals Statistics(a) Minimum 5,25 -2,206 Maximum 11,86 3,373 Mean 7,86 ,000 Std. Deviation 1,185 1,000 ,258 ,914 ,348 ,110 73 5,27 -4,004 -1,815 -1,840 -4,113 -1,872 ,000 ,000 ,000 a Dependent Variable: Signifikansi 11,21 5,711 2,589 2,611 5,809 2,727 11,375 ,253 ,158 7,86 ,000 ,000 ,001 ,004 ,003 ,986 ,015 ,014 1,158 2,190 ,993 1,007 2,255 1,018 1,619 ,032 ,022 73 73 73 73 73 73 73 73 73 Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value N 73 73 Hasil dari uji Residul Statistics, pada bagian ini mengemukakan ringkasan hasilhasil dari nilai yang diprediksikan, baik data nilai Minimal, Maksimal, Mean, Deviasi Standar dan jumlah kasus atau N. Tabel 8 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Signifikansi 1.0 Expected Cum Prob 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 Observed Cum Prob 0.8 1.0 Hasil dari Normal Probability-Plot; gambar tersebut memperlihatkan penyebaran dari data-data yang ada pada variabel (menggambarkan garis regresi), karena titik-titik terletak mendekati atau sekitar garis lurus. Tabel 9 Scatterplot Dependent Variable: Signifikansi Regression Studentized Deleted (Press) Residual 3 2 1 0 -1 -2 -2 0 2 4 Regression Standardized Predicted Value Grafik Scatterplot tersebut mengindikasikan kelayakan model regresi. Kelayakan ini disebabkan sebaran titik-titiknya tidak membentuk pola tertentu. Olehh karena itulah grafik di atas menunjukkan bahwa model regresi disimpulkan layak untuk dipergunakan. Sedangkan untuk pokok masalah keempat atau yang terakhir, diketahui bahwa sebagian besar responden, atau tepatnya 85,7% menginginkan bahwa materi skill reading hendaknya disesuaikan dengan program studi yang diambil oleh masingmasing mahasiswa. Namun demikian ternyata mahasiswa menyatakan tidak tahu apakah semua skill kemampuan bahasa (reading, speaking, writing, listening) harus diajarkan secara keseluruhan, mengingat terbatasnya alokasi waktu yang tersedia. Hal ini dapat diketahui dari persentase skor total tanggapan responden yang hanya mencapai angka 56,4% yang masuk dalam kategori netral atau tidak tahu. Pembahasan Dari penelitian ini didapatkan jawaban bahwa persepsi mahasiswa STAIN Pekalongan tentang pengajaran Bahasa Inggris yang selama ini mereka terima, tergolong baik. Dengan demikian pengajaran Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan menurut responden pada penelitian ini meningkatkan pengetahuan mereka tentang Bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari persentase total skor yang mencapai angka 65,02%. Meskipun tergolong dalam kategori baik, namun demikian angka 65,02% hanya sedikit saja di atas kategori cukup yang mempunyai skala rentang 40 % s.d. 60%. Oleh karena tipisnya jarak tersebut, maka tentu saja ada banyak hal yang harus diperbaiki oleh UPB selaku UPT yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengajaran Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan. Selanjutnya pada pokok masalah yang kedua, diketahui bahwa signifikansi pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies mahasiswa STAIN Pekalongan hanya tergolong dalam kategori cukup. Skor kumulatif responden jika dipersentase hanya mencapai angka 52,4%. Ini berarti bahwa tidak selamanya pengajaran Bahasa Inggris dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan Islamic Studies. Kemampuan Bahasa Inggris yang mereka kuasai belum maksimal untuk memberikan kontribusinya dalam meningkatkan proses pengembangan Islamic Studies di kalangan mahasiswa STAIN Pekalongan. Selain itu, kumulatif skor untuk rumusan masalah kedua ini juga memberi arti bahwa meski sebagian mahasiswa mengakui bahwa pengajaran Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan tergolong baik, namun di antara mereka ada yang berpendapat bahwa pengajaran tersebut tidak membantu mereka dalam pengembangan Islamic Studies. Selisih persentase dari pokok masalah pertama (65,02%) dan pokok masalah kedua (52,4%) mengimplikasikan bahwa sebagian mahasiswa walau menyatakan bahwa pengajaran Bahasa Inggris tergolong baik akan tetapi tidak otomatis dapat membantu mereka untuk mengembangkan Islamic Studies. Fakta di atas juga diperkuat oleh tabel 4.10. model summary. Pada tabel tersebut diketahui bahwa nilai Rsquare hanya sebesar 0,227. Ini berarti bahwa kontribusi pengetahuan Bahasa Inggris mahasiswa terhadap pengembangan Islamic Studies hanya sebesar 22,7%. Meskipun angka tersebut bukanlah angka kecil—mengingat banyaknya variabel yang turut mempengaruhi dalam proses pengembangan Islamic Studies— namun demikian kontribusinya haruslah ditingkatkan lagi. Raihan persentase sebesar 52,4% ini tentu saja menjadi tantangan yang tidak dapat dinafikan oleh UPB. Seperti yang telah disinggung pada bab-bab sebelumnya bahwa penguasaan Bahasa Inggris bagi akademisi muslim merupakan sebuah keharusan jika mereka ingin mengembangkan Islamic Studies yang terkadang bersumber dari pusat-pusat keilmuan di Barat. Sebagian besar perkembangan Islamic studies tersebut terpublikasikan melalui bahasa mereka, yaitu Bahasa Inggris. Bagaimana mungkin akademisi muslim mampu meng-up date perkembangan Islamic Studies jika mereka tidak mempunyai media untuk dapat mengaksesnya; ibarat seorang petani yang hendak mengolah tanahnya dan bercocok tanam namun tidak memiliki cangkul. Pada pokok masalah yang ketiga didapatkan hubungan antara variabel bebas X (persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris) dengan variabel terikat Y (signifikansi pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies mahasiswa) adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara X dan Y, sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel Correlations. 2. Variabel Y dipengaruhi oleh variabel X sebesar 22,7%, sebagaimana yang tercantum pada tabel Model Summary. 3. Variable X dapat digunakan untuk memprediksi variable Y. Hal ini dapat dilihat dalam tabel ANOVA, dimana diketahui bahwa analisis regresi dapat digunakan untuk menganalisis variable X dan Y. 4. Setiap penambahan variable X sebesar 0,476 maka akan diikuti pertambahan variabel Y sebesar 0,476 pula. Dari hasil temuan untuk pokok masalah yang ketiga tersebut, ada beberapa hal perlu dicermati, antara lain: 1. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah generasi pertama untuk penerapan sistem baru dalam pengajaran Bahasa Inggris. Oleh karenanya sangat wajar jika dalam pelaksanaan sistem baru ini terdapat beberapa kelemahan yang dijumpai di lapangan. 2. Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa jumlah dosen pengajar Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan sangat terbatas. Dari ribuan mahasiswa STAIN, dosen Bahasa Inggris hanya berjumlah 3 orang dengan status dosen tetap dan 1 calon dosen. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka ditunjuk beberapa orang dosen non-bahasa Inggris yang dianggap mempunyai kemampuan Bahasa Inggris untuk mengajar kelas Bahasa Inggris. Kondisi ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi penerapan sistem baru, karena bagi dosen non-bahasa Inggris sangat dimungkinkan belum mempunyai metode-metode khusus dalam pengajaran Bahasa Inggris. 3. Pada penelitian ini tidak dibedakan antara mahasiswa yang lulusan SMA, MA ataupun sekolah kejuruan. Selain itu juga tidak dibedakan antara responden yang berasal dari kelas A (merupakan kelas dengan nilai rata-rata tertinggi) dengan kelas yang paling rendah nilai rata-ratanya. Oleh karenanya untuk penelitian berikutnya mungkin dapat dipertajam lagi pemilahan populasi dan sampel penelitian untuk mendapatkan validitas data yang lebih akurat dan presisif. Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan ini pada akhirnya dapat menyimpulkan bahwa persepsi mahasiswa STAIN Pekalongan terhadap pengajaran Bahasa Inggris di STAIN Pekalongan tergolong baik. Hal ini terlihat dari persentase skor nilai dari angket yang telah disampaikan kepada mahasiswa, yaitu sebesar 65,02%. Sedangkan signifikansi pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies, masuk dalam kategori cukup. Hal ini terlihat dari persentase skor nilai dari angket yang telah disampaikan kepada mahasiswa, yaitu sebesar 52,4%. Berikutnya adalah simpulan bahwa persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris berpengaruh signifikan terhadap pengembangan Islamic Studies mereka. Ini terlihat dari nilai yang diperoleh tabel Correlations adalah 0,476, berarti terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa dengan pengembangan Islamic Studies mereka. Selain itu, pada tabel Correlations tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas Sig. sebesar 0,000. Ini artinya bahwa nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig. 0,000. Oleh karenanya terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran Bahasa Inggris terhadap pengembangan Islamic Studies yang mereka tempuh. Pada tabel Coefficients juga ditunjukkan bahwa Thitung yang ditampilkan sebesar 4,560. Sedangkan Ttabel dari jumlah sampel 71 (df = 73 - 2 = 71) dengan tingkat = 0,005 adalah sebesar 1,658. Karena Thitung > Ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas X dan variabel terikat Y. Sebagian besar responden, atau tepatnya 85,7% menginginkan bahwa materi skill reading hendaknya disesuaikan dengan program studi yang diambil oleh masingmasing mahasiswa. Namun demikian ternyata mahasiswa menyatakan tidak tahu apakah semua skill kemampuan bahasa (reading, speaking, writing, listening) harus diajarkan secara keseluruhan, mengingat terbatasnya alokasi waktu yang tersedia. Hal ini dapat diketahui dari persentase skor total tanggapan responden yang hanya mencapai angka 56,4% yang masuk dalam kategori netral (tidak tahu). Daftar Pustaka Abdullah, M. Amin, dkk., Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum: Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum, Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2003. Alaydrus, Abubakar dkk, English for University Teaching, Semarang: UNDIP Semarang, 1999. AR., Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Bahasa, Bandung: Rosdakarya, 2006 Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Brophy, Jere, Motivating, 1998, Students to Learn, USA: McGraw-Hill Co. Brown, H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching, USA: PrenticeHall, 1980. Harmer, Jeremy, How to Teach English: an Introduction to the Practice of English Language Teaching, England: Longman, 1998 Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu: Positivisme, PostPositivisme dan PostModernisme, edisi 2 Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001. Mudzhar, M. Atho, Pendekatan dalam Studi Islam: Teori dan Praktek, Yogyakarta: IAIN SUKA Press, 2000 Nasr, Sayyed Hossein Nasr, Knowledge and The Sacred, Lahore: Suhail Academy, 1988. PB., Triton, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006. Richards, Jack C & Theodore S. Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, UK: Cambridge University Press, 2000.