perkunjungan - Gereja Kristus Yesus

advertisement
PANDUAN
PERKUNJUNGAN
SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA
SINODE GEREJA KRISTUS YESUS
KATA PENGANTAR
Pelayanan perkunjungan adalah pelayanan yang tidak bisa dipisahkan dari pelayanan gerejawi. Pelayanan ini mewujudkan
kehadiran serta pemeliharaan Allah terhadap umat yang dikasihi-Nya. Dalam Perjanjian Lama, Kitab Yehezkiel 34 memaparkan bahwa Allah murka kepada para pemimpin Israel karena
mereka “sibuk menggembalakan dirinya sendiri dan menelantarkan domba-dombanya, umat Israel”. Dalam Yehezkiel 34:4
jelas dikatakan tegoran ini : “Yang lemah tidak kamu kuatkan,
yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang
tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari.”
Karena itu Allah sendiri akan memperhatikan umat-Nya, Ia sendiri akan mencari dan menyelamatkan mereka dan membawa
mereka ke padang yang berumput hijau.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus memberi teladan
bagaimana Ia melayani sebagai seorang Gembala yang baik.
Dalam Yohanes 10, digambarkan gembala yang baik adalah
yang mengenal domba-dombanya, menuntun mereka, dan
domba-dombanya mengenal dan mendengarkan suaranya. Ia
menjaga dan membela mereka terhadap serigala-serigala dengan taruhan nyawanya.
Dari sini jelas, dalam seluruh Alkitab, baik Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru pelayanan pastoral merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Allah terhadap umat-Nya; dan sebaliknya Allah menghendaki agar umat-Nya melakukannya juga.
Mengenal, memperhatikan, memelihara, menuntun domba itulah pelayanan perkunjungan.
Tugas gereja selain mengabarkan Injil, membawa manusia berdosa diselamatkan masuk menjadi umat Allah, gereja juga dipanggil untuk memberi pelayanan pastoral ini, yaitu
perkunjungan kepada jemaat-Nya untuk mewujudkan kasih dan
lawatan Allah bagi umat-Nya.
Oleh karena tujuan itulah buku panduan perkunjungan
ini dibuat. Saya berdoa kiranya buku sederhana ini membawa manfaat bagi pelayanan saudara-saudara seiman dalam
penggembalaan jemaat Tuhan. Kiranya segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. Soli Deo Gloria.
Jakarta, Juni 2012
Pdt Joni Sugicahyono
Ketua Sub Bidang Pembinaan Warga Gereja
Sinode Gereja Kristus Yesus
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................... 3
Bab 1. Pentingnya Perkunjungan/Visitasi ........................... 6
Bab 2. Dasar Pelayanan Perkunjungan: Allah Mengasihi
Umat-Nya ................................................................ 8
Bab 3. Bentuk Dan Macam Perkunjungan ......................... 10
Bab 4. Syarat-syarat bagi Pelayan Perkunjungan . ............ 12
Bab 5. Bagaimana melakukan Perkunjungan ..................... 14
Bab 6. Fungsi Alkitab Dalam Perkunjungan ........................ 24
Bab 7. Fungsi Doa Dalam Perkunjungan ........................... 28
Bab 8. Laporan Dan Evaluasi . ........................................... 30
Bab 1
Pentingnya Perkunjungan/Visitasi
Perkunjungan adalah aktivitas yang penting dalam kehidupan jemaat.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, maka setiap orang
membutuhkan kehadiran orang lain di dalam hidupnya. Setiap orang
mendambakan perhatian dari orang lain, tidak hanya dari suami/istri dan anggota keluarga lainnya, tetapi juga dari orang lain di luar
keluarganya. Di luar rumah tangganya, orang membutuhkan relasi
dengan tetangga, dengan teman-teman di lingkungan kerjanya, dengan teman-teman yang mempunyai minat atau hobi yang sama. Di
dalam gereja, orang juga membutuhkan suatu relasi yang cukup erat
diantara saudara seiman.
Kehidupan yang keras dan kompetitif membuat orang semakin individualistik. Kecenderungan ini bukan hanya menjadi masalah
kota besar, tetapi juga sudah mempengaruhi kota-kota kecil, bahkan
pedesaan. Orang semakin enggan mengunjungi dan dikunjungi, pelayanan perkunjungan semakin berkurang dilakukan oleh gereja-gereja saat ini. Perkunjungan tidak lagi menjadi kegiatan rutin, tetapi
hanya dilakukan bila ada masalah. Gereja mengganggap jemaat
yang tidak bermasalah atau jemaat yang dalam keadaan “biasa-biasa
saja” tidak perlu dikunjungi. Karena itu timbul kesan, seakan-akan
kunjungan hanya diperlukan bagi orang yang sedang bermasalah.
Padahal perkunjungan kepada warga jemaat secara rutin perlu dilakukan, apalagi kenyataannya orang yang sedang menghadapi masalah tidak selalu tampak dari luarnya. Seringkali kita baru mengenal
kehidupan seseorang secara lebih mendalam melalui kunjungan ke
tempat tinggalnya.
Sebagian orang juga memerlukan pertolongan, pendampingan,
serta penguatan. Karena itu pelayanan perkunjungan hendaknya
sanggup mengubah suasana yang tidak menggembirakan, yang diliputi ketidakpastian dan kecemasan, menjadi suasana damai sejahtera di dalam Kristus. Dalam hal ini pelayanan perkunjungan melaksanakan pelayanan pastoral dengan Kristus sendiri sebagai Gembala
yang Agung.
Manfaat Pelayanan Perkunjungan
Perkunjungan terutama ditujukan untuk melayani warga jemaat dalam
berbagai aspek, yaitu pelayanan pastoral, pembinaan, dan sebagai
jembatan komunikasi antara pimpinan dan pengurus gereja dengan
anggota jemaat. Dalam hal pastoral dan pembinaan, perkunjungan
bermanfaat membantu warga jemaat untuk menemukan arti dan tujuan hidup, dan untuk menerima kasih dan pemeliharaan Allah, serta
untuk menghidupkan firman yang telah didengarnya. Perkunjungan
juga bermanfaat untuk mensosialisasikan program gereja, agar pelayanan gereja diketahui dan dipahami dengan benar oleh anggota
jemaat, dan dapat memenuhi kebutuhan jemaat.
•••••
Bab 2
Dasar Pelayanan Perkunjungan:
Allah Mengasihi Umat-Nya
Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya dan membiarkannya
menjalani hidup sendirian. Allah selalu melawat kita, karena Allah mengasihi umat-Nya. Inilah dasar pelayanan perkunjungan gerejawi.
a. Di Taman Eden Allah mengunjungi Adam yang sendirian, kemudian Allah memberikan kepadanya teman/penolong yang sepadan.
b. Allah juga tetap mengunjungi Adam dan Hawa sesudah mereka
jatuh dalam dosa. Perhatian Allah kepada manusia terus berlangsung walaupun manusia makin menjauhi Allah. Allah senantiasa
memberikan perhatian kepada manusia yang hidup di dalam dunia
yang memprihatinkan ini.
c. Tuhan Yesus tidak hanya berkhotbah dan mengajar, tetapi Dia
selalu menyempatkan diri mengunjungi orang-orang. Ia mengunjungi Lewi si pemungut cukai di “kantor”nya, Ia juga menghampiri
perempuan Samaria di tepi sumur Yakub. Yesus juga mengunjungi
Maria dan Marta di rumah mereka, baik ketika mereka dalam keadaan “baik-baik saja”, maupun pada saat mereka berduka karena
Lazarus, saudara mereka meninggal.
Kasih Allah inilah yang menjadi landasan pelayanan perkunjungan kita kepada sesama saudara seiman. Kita mengunjungi sesama warga jemaat karena kita mengasihi mereka, bukan karena
ditugaskan oleh majelis atau pengurus komisi, juga bukan karena
sekedar mengisi waktu luang. Kasih Allah yang memberikan kemungkinan kepada kita untuk menyisihkan waktu mengunjungi. Kasih Allah
juga yang menjadikan kita diliputi sukacita dalam melakukan perkunjungan, bukan karena terpaksa. Cinta kasih itu juga yang memungkinkan kita rendah hati melayani orang yang kita kunjungi.
Bab 3
Bentuk dan Macam Perkunjungan
Tuhan menghendaki semua anggota tubuh Kristus terlibat dalam
persekutuan yang indah di dalam gereja-Nya. Persekutuan itu tidak
hanya berupa pertemuan-pertemuan di gedung gereja di dalam kebaktian atau acara-acara gerejawi, tetapi seharusnya juga terwujud di
dalam kehidupan di luar (gedung) gereja. Karena itu, saling berkunjung
seharusnya mewarnai kehidupan setiap warga gereja. Akan tetapi,
perkunjungan yang bersifat sosial atau pertemanan harus dibedakan
dengan perkunjungan. Perkunjungan dilakukan dengan motif tertentu
yang bertujuan melayani orang yang dikunjungi. Di dalam pelayanan
perkunjungan, yang menjadi fokus adalah kepentingan orang yang
dikunjungi.
Bentuk-Bentuk Perkunjungan:
1. Perkunjungan formal.
Perkunjungan formal adalah pelayanan perkunjungan yang ditugaskan oleh majelis atau suatu komisi tertentu. Penugasan itu
dilakukan berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh warga
jemaat tertentu, atau dilakukan untuk memperoleh informasi menyangkut pribadi yang bersangkutan, atau untuk suatu kepentingan jemaat secara keseluruhan. Ada target tertentu yang ingin
dicapai melalui perkunjungan formal ini, dengan waktu yang telah
ditentukan. Hasil kunjungan dilaporkan kepada yang memberikan
tugas.
2. Perkunjungan non-formal.
Perkunjungan non-formal adalah perkunjungan yang dilakukan
oleh seorang atau beberapa anggota jemaat kepada anggota
lainnya. Perkunjungan dilakukan mungkin karena ia mengetahui
orang tersebut memerlukan dukungan moral atau bantuan material, atau ia sudah menyadari pentingnya perkunjungan diantara
saudara seiman. Perkunjungan ini dapat dilakukan dengan santai,
tanpa target apapun. Karena itu waktunya pun tidak kaku. Pelawat
dapat mengatur sendiri waktu yang diperlukan.
Macam-macam Perkunjungan:
1. Perkunjungan Rutin.
Mengingat pentingnya perkunjungan, setiap jemaat perlu dikunjungi secara rutin. Sama seperti sesama anggota keluarga yang
tinggal terpisah, tetap saling mengunjungi secara rutin, demikian
juga sesama anggota keluarga Allah. Melalui perkunjungan rutin,
kita menjaga hubungan antar jemaat selalu terjalin erat. Di dalam
perkunjungan itu kita juga dapat mengetahui kondisi kehidupan
jemaat, dan bisa saling berbagi di dalamnya. Sukacita dirayakan bersama, duka ditanggung bersama. Kunjungan rutin dilaksanakan oleh setiap Wilayah Persekutuan Kelompok Kecil, dikoordinasikan oleh Sub Bidang Pemerhati/Pelawatan yang mengatur
jadwal perkunjungan.
2. Perkunjungan kepada jemaat baru.
Jemaat baru adalah orang yang datang pertama kali dalam kebaktian umum atau kebaktian doa, maupun dalam persekutuan
kategorial. Jemaat baru dalam kebaktian umum atau kebaktian
doa diminta mengisi formulir data jemaat baru, agar dapat segera
ditindaklanjuti. Data jemaat baru akan diserahkan kepada ketua
Wilayah Persekutuan Kelompok Kecil dimana dia tinggal. Jemaat
baru harus dikunjungi dalam waktu dua minggu sejak kedatangannya pertama kali di gereja. Untuk jemaat baru yang datang dalam
persekutuan kategorial, ditidaklanjuti dan dilayani oleh pengurus
dan pembina komisi bersangkutan.
3. Perkunjungan kepada orang sakit atau keluarga yang berkabung.
Perkunjungan kepada warga jemaat yang sakit dan keluarga yang
berkabung menjadi kewajiban semua jemaat, karena sebagai sesama anggota tubuh Kristus hendaknya kita ikut merasakan pen10
deritaan dan kesedihan yang dialami oleh saudara seiman. Tetapi
secara khusus, Persekutuan Kelompok Kecil yang membawahi
warga jemaat yang bersangkutan adalah yang paling bertanggungjawab atas kunjungan ini.
4. Perkunjungan kepada warga jompo.
Perkunjungan kepada orang jompo adalah pelayanan rutin dan
dapat dijadwal. Pelayanan ini menyangkut kebutuhan-kebutuhan
khusus yang tidak boleh tertunda pengadaannya, dan kemungkinan memerlukan bantuan gereja untuk mencukupi kebutuhan
warga jompo ini. Karena itu pelayanan ini menjadi tanggung jawab
dari Bidang Diakonia.
5. Perkunjungan kepada orang/keluarga yang memiliki masalah
khusus.
Orang atau keluarga yang sedang mengalami masalah khusus,
misalnya, perceraian, terkena PHK, tidak naik kelas, tidak lulus ujian, kecelakaan, dan sebagainya, seringkali butuh orang lain untuk
mengatasi gejolak emosinya. Tim Perkunjungan yang melayani
perlu disertai oleh konselor atau Rohaniwan, untuk menguatkan
orang yang dikunjungi.
•••••
11
Bab 4
Syarat-syarat Bagi Pelayan
Perkunjungan
Semua pelayan Tuhan dipanggil untuk suatu tugas tertentu yang diberikan oleh Tuhan, bukan atas keinginan pribadi atau dorongan hati.
Tuhan memberikan talenta-talenta khusus untuk setiap jenis pelayanan tertentu. Karena itu untuk setiap pelayanan, ada persyaratan
yang harus dipenuhi. Demikian juga dengan pelayanan perkunjungan,
ada empat syarat yang harus dipenuhi:
1. Sudah lahir baru.
Ini adalah syarat mutlak karena perkunjungan gerejawi adalah pelayanan yang berdasarkan firman Tuhan di dalam Alkitab, yang seharusnya dituntun oleh Roh Kudus.
2. Memiliki relasi yang baik dengan Tuhan.
Orang yang tidak mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan, tidak
mempunyai kepekaan terhadap tuntunan Roh Kudus, dan tidak
mempunyai kehidupan yang dituntun oleh firman Tuhan. Pelawat
yang demikian tidak dapat memberikan dukungan, kekuatan dan
penghiburan berdasarkan firman Tuhan. Mungkin dia pandai menasehati orang, dia juga mungkin bisa menjadi pendengar yang
baik, tetapi kekuatannya tidak didasarkan pada firman Tuhan.
3. Memiliki relasi yang baik dengan sesama.
Orang yang tertutup, tidak suka bergaul, dan egosentris tentunya
tidak dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Dia tidak mungkin memberi perhatian kepada orang lain, karena pusat
hidupnya adalah diri sendiri. Namun demikian, tidak berarti karakter
seperti ini tidak dapat dipakai Allah untuk pelayanan perkunjungan.
Karena kasih Allah sanggup mengubah orang, dan memampukan
orang untuk melaksanakan kehendak-Nya. Yang paling penting
12
orang tidak bersandar pada kemampuannya sendiri, tetapi bersandar kepada karunia Allah yang memanggil dan memberi tugas
pelayanan berdasarkan kehendak-Nya.
4. Anggota jemaat yang setia.
Anggota jemaat yang sering tidak hadir di dalam ibadah akan menimbulkan tanda tanya tentang relasinya dengan gereja dan dengan
sesama warga jemaat. Harus diingat bahwa perkunjungan gerejawi
bukan kunjungan sosial, yang dapat berlaku dimana saja, dari siapa saja kepada siapa saja. Pelayanan ini ditujukan kepada warga
jemaat, meskipun tidak menutup kemungkinan kita juga melakukan
kepada orang lain, tetapi tujuan utamanya adalah warga jemaat.
•••••
13
Bab 5
Bagaimana Melakukan
Perkunjungan?
Kunjungan pastoral berbeda dengan kunjungan sosial yang sekedar
menjaga hubungan. Lebih daripada itu, di dalam kunjungan pastoral
kita memberi perhatian akan kehidupan orang yang dikunjungi. Apakah kebutuhan hidupnya cukup terpenuhi, apa suka atau duka yang
dialaminya, dan sebagainya.
Perkunjungan tidak perlu dibatasi oleh tempat. Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh Yesus dalam perjumpaan-Nya dengan
orang lain, Ia tidak selalu melakukan perkunjungan ke rumah seseorang. Ia tidak selalu sengaja mendatangi seseorang atau sekelompok
orang. Perjumpaan itu tidak selalu terjadi di suatu rumah, tetapi dapat
terjadi di tempat-tempat lain. Terkadang perjumpaan itu dapat terjadi
dalam rumah ibadat diantara banyak orang, di tepi danau ketika Ia
menjumpai Petrus dan teman-temannya, atau di sebuah sumur kepada seorang perempuan Samaria.
Cara perjumpaan Yesus pun berbeda-beda, terkadang Yesus
berinisiatif menjumpai langsung, namun terkadang karena seseorang
menjumpai Dia (Nikodemus), atau terkadang Ia berjumpa atas permintaan orang itu atau keluarganya (saudara-saudara Lazarus).
Dimanapun tempat perjumpaan maupun dengan cara apapun,
yang terpenting Yesus selalu menyediakan waktu untuk berjumpa dengan mereka dan memperhatikan kebutuhan mereka.
14
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan perkunjungan:
1. Mengenal siapa yang akan dikunjungi.
a. Mencari tahu sebanyak mungkin data mengenai orang yang dikunjungi sebelum perkunjungan berlangsung.
• Siapa nama lengkapnya dan nama panggilannya, latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
• Apa pekerjaannya: pekerjaan tetap atau tidak, karyawan atau
wiraswasta.
• Dimana tempat tinggalnya: rumah sendiri atau bukan,
bagaimana lingkungannya.
• Sudah berkeluarga atau belum, berapa anaknya, siapa saja
yang tinggal bersamanya.
• Berasal dari keluarga Kristen atau bukan, dan lain-lain.
b. Mengamati hal-hal penting selama perkunjungan berlangsung,
antara lain:
• Bagaimana perasaannya: suka atau tidak suka saat dikunjungi.
• Bagaimana raut wajahnya (mimik): gembira, sedih, cemas,
putus asa, atau gelisah.
• Bagaimana nada bicaranya: menyenangkan, menjengkelkan, terbata-bata, lancar, meninggi, menurun, dan sebagainya.
• Bagaimana perhatiannya: terpusat atau terbagi karena ada
anak yang rewel atau sakit, sedang memasak atau melakukan pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
• Bagaimana situasi rumah tangganya: damai sejahtera atau
sedang ada konflik dengan istri atau suami.
2. Membangun Percakapan.
Percakapan dalam perkunjungan bukanlah sekedar berkata-kata
dan asal diucapkan. Dalam perkunjungan, percakapan perlu diatur
sedemikian rupa sehingga menjadi perkataan yang membangun.
Proses percakapan memang tidak dapat kita ramalkan. Kita tidak
tahu percakapan itu akan berjalan dengan baik, lancar, atau tersendat-sendat. Bahkan mungkin kita masih memikirkan kata-kata apa
15
yang harus kita ucapkan dalam perkunjungan itu; masih merabaraba, sebab percakapan akan berkembang sejalan dengan interaksi yang terjadi. Percakapan dapat berjalan lancar bila kedua
belah pihak sama-sama aktif, sebaliknya percakapan itu akan
tersendat bila salah satu pihak atau bahkan kedua pihak tidak aktif.
Di dalam kondisi apapun kita harus berusaha mengambil inisiatif
dalam percakapan, supaya kunjungan itu efektif. Percakapan yang
aktif harus dijaga supaya tidak melebar dan tidak terarah, dan percakapan yang “dingin” harus diaktifkan untuk menghidupkan suasana. Untuk mengaktifkan percakapan dibutuhkan keterampilan
untuk memulai percakapan.
16
Percakapan biasanya diawali dengan bertanya mengenai
keadaan sehari-hari orang yang dikunjungi: kesehatan, keluarga,
anak-anak, pekerjaan, dan sebagainya. Informasi itu mengenai keadaan secara umum yang berkaitan dengan kehidupannya seharihari. Sangat penting, namun jangan berhenti disitu. Jangan hanya
berputar-putar pada informasi yang umum itu. Melalui perhatian
yang sungguh-sungguh dan kepekaan kita, dari percakapan yang
umum itu dapat diarahkan ke percakapan yang khusus yang lebih
dalam. Pelawat dapat melanjutkan percakapan yang lebih terarah
pada hal-hal yang dirasa penting bagi orang yang dikunjungi.
Mungkin melalui informasi yang kita peroleh ada sinyal-sinyal tertentu yang harus segera kita tangkap. Sinyal-sinyal itu mungkin tanda bahwa orang yang dikunjungi itu memerlukan nasehat
sebab tidak tahu berbuat apa; mungkin memerlukan penguatan
sebab merasa tak berdaya; mungkin memerlukan pengharapan
sebab sedang putus asa; mungkin memerlukan pengajaran karena merasa belum mendalami imannya; mungkin memerlukan bimbingan karena harus memutuskan sesuatu; mungkin memerlukan
pengarahan sebab sedang dalam kebingungan; mungkin memerlukan simpati dan empati kita karena sedang dalam kesulitan atau
penderitaan; mungkin memerlukan teman bicara sebab kesepian;
dan sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam percakapan:
- Bersedia Mendengarkan.
Mendengarkan sering menjadi hambatan bagi seseorang yang
melakukan perkunjungan. Yang sering terjadi adalah sebaliknya.
Pelawat bukan mendengarkan orang yang dikunjungi, melainkan
mendominasi pembicaraan, sedangkan orang yang dikunjungi
malah harus menjadi pendengar yang baik bagi dia. Pelawat yang
tidak mau mendengarkan orang yang dikunjungi terkesan tidak
memberikan perhatian kepadanya, sebaliknya justru orang yang
dikunjungi itulah yang harus memerhatikan dia. Pelawat yang tidak mau mendengarkan orang yang dikunjungi tidak akan dapat
memberikan tanggapan yang tepat, sehingga mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung. Akibatnya, orang yang dikunjungi
merasa tidak ditanggapi dengan baik dan komunikasi terputus, tidak mau terbuka.
Mendengarkan mempunyai arti mencari makna dari katakata yang diucapkan, sebab tidak setiap kata sudah diucapkan dengan jelas. Kadang-kadang perlu dicari makna yang sebenarnya
di balik kata-kata yang diucapkan itu. Karena ada sebagian orang
tidak mampu menyusun kata-kata dengan teratur. Oleh karena itu,
diperlukan keterampilan untuk mendengarkan dengan baik. Matius 8:5-13 menunjukkan contoh bagaimana Yesus mendengarkan
permintaan seorang perwira yang hambanya sakit lumpuh. Dengan
hanya mendengarkan saja, Yesus tahu bahwa perwira itu memiliki
iman yang besar, sehingga Yesus berkata kapadanya bahwa hambanya pasti sembuh.
- Sabar.
Pepatah mengatakan bahwa kesabaran adalah kunci keberhasilan. Sabar berarti tidak tergesa-gesa, termasuk tidak tergesagesa memberikan reaksi jika orang yang kita kunjungi menampakkan sikap yang kurang baik; mau menanti apabila orang yang kita
kunjungi tidak segera menyambutnya, karena masih ada urusan
yang harus dia selesaikan. Sabar juga berarti mau mendengarkan
keluhan atau kegembiraan yang diungkapkan, walaupun kita sudah
lelah mendengarkannya. Akan tetapi, kalau kita benar-benar lelah,
sebaiknya dilanjutkan pada kesempatan lain atas persetujuan ber17
sama, daripada tetap meneruskannya tanpa konsentrasi penuh.
Kita tak perlu tergesa-gesa mengarahkan orang yang dikunjungi ke akhir percakapan, misalnya karena kita pandang ia sangat
lamban dalam mengambil keputusan. Kita tidak boleh terburu-buru
karena dikejar waktu untuk keperluan lain atau karena mengejar
target yang telah ditetapkan oleh yang mengutus, seperti yang
sering terjadi dalam perkunjungan secara formal. Memang kadangkadang tanggapan orang yang dikunjungi menjengkelkan, bahkan
mungkin mencaci-maki kita; namun kita tetap dituntut bersabar
demi orang yang kita kunjungi. Untuk itu diperlukan pengorbanan
yang tidak kecil. Alkitab juga mencatat bahwa dengan penuh kesabaran Allah menghadapi manusia yang menolak kehadiran-Nya
dalam diri Yesus yang menjadi manusia (bandingkan dengan penolakan Yesus di Nazaret dalam Matius 13:53-58; Markus 6:1-6;
Lukas 4:16-30).
- Memiliki Kepercayaan Diri.
Kepercayaan diri seorang pelawat dapat luntur pada saat berhadapan dengan orang yang dikunjungi yang bersikap tidak ramah,
menjengkelkan, kurang menghargai, bahkan menolak kehadiran
pelawat. Menghadapi hal itu, dapat timbul keragu-raguan dalam
dirinya mengenai tugas yang diserahkan kepadanya, atau menghambat keinginannya untuk melanjutkan percakapan yang sedang
berlangsung. Muncul pertanyaan dalam dirinya: Mampukah aku
menyelesaikan tugas ini?
Kepercayaan diri dapat dipertahankan apabila kita sadar dan
yakin bahwa perkunjungan adalah tugas yang diberikan Allah kepada kita melalui majelis, komisi, panitia, atau atas kemauan sendiri karena kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari jemaat.
Kepercayaan diri dapat dibina melalui kesadaran bahwa setiap
orang memiliki keterbatasan; bahwa setiap orang tidak lepas dari
emosi yang kadang-kadang tak terkendalikan; bahwa setiap orang
kadang-kadang memerlukan sasaran untuk melampiaskan kemarahan atau ketidakpuasannya. Demikian pula orang yang dikunjungi, tidak lepas dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Justru
dalam keadaan seperti itulah ia memerlukan perhatian dan perto18
longan.
Surat-surat pastoral Rasul Paulus menjadi contoh bagi kita
mengenai hal ini. Kepada Timotius dan Titus, Paulus menasehati
agar mereka tidak dianggap rendah sehingga kehilangan kepercayaan diri. Mereka harus tetap setia kepada Tuhan yang mengutus
mereka kepada orang-orang yang dipercayakan kepada mereka
(1 Timotius 4:12 dan Titus 2:16). Nasihat Rasul Paulus itu tentu
diharapkan akan menumbuhkan dan memelihara kepercayaan diri
Timotius dan Titus dalam melaksanakan tugas panggilan Tuhan.
- Keterlibatan Tuhan dalam Percakapan.
Dalam percakapan, kita harus menyadari bahwa bukan hanya dua
orang yang bercakap-cakap, melainkan tiga. Percakapan dalam
perkunjungan adalah percakapan segitiga, yaitu percakapan antara pelawat, orang yang dikunjungi, dan Tuhan, Sang Gembala
Agung. Ini berarti Tuhan harus selalu diperhitungkan dalam percakapan itu. Pelawat harus selalu ingat bahwa Tuhan ikut berbicara,
sehingga ia tidak dapat berbicara semaunya sendiri. Percakapan
itu hendaknya selalu mengarah kepada kehendak Tuhan demi kebaikan orang yang kita kunjungi.
3. Perkunjungan dan Kerahasiaan.
Banyak orang yang tidak ingin masalah pribadinya diketahui orang
lain, baik karena sifat orang itu tertutup dan enggan membuka diri,
atau berbagai alasan lainnya. Tujuan perkunjungan adalah mendatangkan shalom bagi orang yang dikunjungi. Karena itu bila
orang itu terlihat berbeban berat, pelawat perlu menjadi sahabat
yang dapat ikut menanggung bebannya. Pelawat itu perlu mendorong agar orang yang dikunjungi dapat menceritakan kesulitannya
untuk meringankan beban di hatinya. Syarat utama untuk orang
bersedia membagi perasaannya adalah kepercayaan kepada
orang itu. Apabila orang yang dikunjungi bersedia membagikan
persoalannya kepada kita dan itu bersifat rahasia, hendaknya kita
betul-betul menjaga rahasia itu. Pelawat wajib menjaga rahasia itu
dan tidak menceritakannya kepada orang lain, sekalipun kepada
istri atau suaminya sendiri. Rahasia itu tidak hanya harus disimpan
selama masa tugas kita dalam pelayanan perkunjungan ini, tetapi
19
juga menjadi tanggung jawab kita untuk menjaganya sampai kapan pun.
Ada orang yang tidak tahan menyimpan rahasia dan menceritakannya kepada orang lain dengan pesan: “Ini rahasia, jangan
bilang siapa-siapa yah!” Orang ini menipu diri sendiri, karena
bagaimanapun dia telah berpesan wanti-wanti, tidak ada jaminan
rahasia itu tidak diteruskan kepada orang lain. Biasanya justru kasus itu lalu diceritakan kepada orang lain, lalu diteruskan kepada
orang lain lagi. Begitu seterusnya sehingga masalah itu akhirnya
menjadi rahasia umum, suatu yang bersifat rahasia tetapi diketahui
orang banyak. Akhirnya yang terjadi adalah timbulnya konflik dan
rusaknya hubungan persaudaraan. Relasi yang rusak karena hal
ini lebih sulit diperbaiki, karena perasaan dikhianati menimbulkan
sakit hati yang mendalam. Akibatnya, perkunjungan dituduh menjadi biang keladi timbulnya konflik diantara warga jemaat. Perkunjungan yang semula memiliki maksud membangun persaudaraan
dan persekutuan serta mewujudkan damai sejahtera Allah, malah
mendapat arti yang jelek. Bukan damai sejahtera yang terjadi, melainkan permusuhan.
Menyimpan rahasia memang bukan hal yang mudah. Ada
orang yang suka mengungkapkan apa yang diketahuinya kepada
orang lain supaya ia dikenal sebagai orang yang tahu segala sesuatu. Hal itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi dia,
termasuk kebanggaan dapat mengetahui rahasia orang lain, sebab hal itu menunjukkan bahwa dia dipercaya. Namun kebanggaan itu pasti tidak akan lestari sebab orang tidak akan percaya
lagi kepadanya. Oleh sebab itu dibutuhkan keteguhan hati untuk
memegang rahasia itu dengan kesadaran bahwa semua itu dilakukan demi orang yang dikunjungi karena kasih kepadanya.
Bisa terjadi pelawat terlalu banyak menyimpan rahasia orang.
Situasi ini dapat membahayakan seperti tanggul yang menahan
agar bendungan tidak bobol. Kita menyadari bahwa kemampuan
kita untuk menyimpan rahasia terbatas, sehingga ada kemungkinan tanggul itu bobol. Apa yang perlu kita lakukan agar tanggul kita tidak bobol? Tentu saja diperlukan saluran untuk mengu20
rangi beban rahasia itu. Siapa yang dapat menjadi saluran? Tidak
ada yang lain kecuali Allah sendiri yang menugasi kita melakukan
perkunjungan itu. Di dalam doa kita dapat menumpahkan semua
beban kita kepada-Nya. Mungkin juga dapat melakukan pengosongan dengan cara menuliskannya pada secarik kertas, tetapi
dibakar setelah selesai dituliskan, agar tidak dibaca orang lain.
Kalau hal ini kita lakukan secara teratur, maka ”gudang” kita tidak
akan pernah penuh, sehingga selalu ada tempat bagi rahasia baru.
Kita tidak akan tergoda untuk menumpahkan atau membocorkan
kepada orang lain apapun yang terjadi, dengan alasan apapun.
4. Apa yang Perlu Dibawa Dalam Perkunjungan.
Orang biasanya membawa “buah tangan” ketika mengunjungi seseorang, terutama ketika mengunjungi orang sakit. Di dalam pergaulan seringkali orang melakukannya demi sopan santun, jadi
kurang memperhatikan apa yang dibawa. Orang sakit sering dibawakan makanan yang belum tentu baik bagi pemulihan pasien.
Membawa buah tangan sangat baik secara etika pergaulan, tetapi
lebih penting lagi ketulusan hati kita memberikannya. Pemberian
itu harus ditinjau dari kebutuhan orang yang menerimanya, bukan
dari keinginan kita memberi. Yang penting adalah buah tangan itu
betul-betul bermanfaat bagi orang yang kita kunjungi dan jangan
sampai menjadi keharusan yang memberatkan pelayanan ini.
Kehadiran Yesus di dunia ini tidak membawa apa-apa kecuali diri-Nya sendiri. Kehadiran-Nya untuk mengunjungi manusia
hanya bertujuan membawa manusia kembali kepada Allah, kembali beriman kepada-Nya. Kepada Zakheus yang ingin melihatNya, Yesus singgah di rumahnya, dan perjumpaan itu menjadikan
Zakheus menyadari keberadaan dirinya (Lukas 19:1-10). Kepada
anak-anak yang dibawa kepada-Nya, Yesus menjamah, mendoakan, dan memberkati mereka (Matius 19:13-15; Markus 10:1316; Lukas 18:15-17). Kepada Nikodemus yang bergumul dengan
imannya, Yesus menunjukkan kasih Allah yang besar di dalam diriNya. Kepada seorang perempuan yang kepergok berzinah, Yesus
memberikan pengampunan serta melindunginya dari kemarahan
orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Kepada para murid yang
cemas dan takut setelah kematian-Nya, Ia memberikan kepastian
21
dan penghiburan, serta kekuatan.
Yang paling penting dalam perkunjungan sebenarnya adalah
membawa diri kita sendiri. Kita perlu menyadari bahwa kita bukanlah orang yang memiliki kebaikan yang sempurna. Ketidaksempurnaan kita tidak perlu kita sembunyikan di balik buah tangan yang
kita bawa. Kehadiran kita yang penuh ketulusan merupakan pemberian yang tidak ada taranya. Yang penting, kehadiran kita dapat
membawa kesejukan bagi orang yang kita kunjungi; memberikan
kesempatan kepada orang yang kita kunjungi untuk merenungkan
hidup dan iman mereka, serta kasih Allah yang tiada taranya; menolong mereka untuk makin menyadari arti penting persaudaraan
dan persekutuan di dalam Yesus Kristus.
•••••
22
Bab 6
Fungsi Alkitab
Dalam Perkunjungan
Alkitab kita percayai sebagai kesaksian tentang karya Allah bagi manusia dan dunia. Dari dalamnya kita dapat mengenal Allah dan karyaNya melalui kehidupan dan karya Kristus. Melalui Alkitab kita dapat
mengenal kehidupan orang-orang percaya sebelum kita. Melalui
Alkitab kita dapat memperoleh bimbingan, petunjuk, nasehat, penghiburan, penguatan dari Allah. Kita semua mengakui bahwa Alkitab
adalah pedoman bagi hidup orang Kristen.
Dalam perkunjungan seringkali kita perlu menyampaikan penghiburan, perkataan yang menguatkan atau nasehat. Semua percakapan yang menyangkut kerohanian harus didasarkan pada firman
Tuhan di dalam Alkitab. Orang yang kita kunjungi pasti memerlukan
sapaan Allah yang menghibur, menguatkan, memberi pengharapan
seperti yang tercantum dalam Alkitab, bukan berdasarkan hikmat bijaksana yang berasal dari pikiran kita sendiri. Kita juga perlu mengingatkan orang yang melakukan kesalahan agar menyadari kesalahannya
dan kembali kepada Tuhan. Namun demikian, jangan menggunakan
ayat-ayat Alkitab untuk menghakimi dan menjatuhkan orang.
Sikap yang penuh pengertian dan hati yang tulus serta ucapan
yang menghibur, menguatkan, dan memberi pengharapan berdasarkan kasih Allah merupakan wujud perbuatan yang Allah kehendaki.
Oleh karena itu, sebelum melakukan perkunjungan alangkah baiknya
kita merenungkan bagian tertentu dari Alkitab yang berkaitan dengan
kunjungan itu, lebih-lebih bila orang yang dikunjungi memerlukan pelayanan khusus yang sudah kita ketahui pokok permasalahannya.
23
Mengingat pemahaman tersebut, maka Alkitab berfungsi antara
lain sebagai berikut:
1. Alkitab Sebagai Pedoman Hidup.
Setiap ucapan dan sikap seseorang pelawat harus didasarkan
pada maksud isi Alkitab yaitu mengingatkan, mengajar, menasehati, membimbing, mendorong, membesarkan hati, menunjukkan
kesalahan, menghibur, mewartakan pengampunan dan pengharapan. Dengan demikian, pemahaman tentang isi Alkitab menjadi
sangat penting agar pelawat dapat melakukan perkunjungannya
dengan berdaya guna. Oleh karena itu, mempelajari maksud Tuhan
yang tertulis dalam Alkitab yang terkait dengan perkunjungan dapat
membantu menciptakan suasana yang menyenangkan dan menyejukkan. Kita tidak menggunakan ayat-ayat untuk memojokkan
orang yang dikunjungi, misalnya agar orang tersebut mengakui dosanya, atau untuk membenarkan argumentasinya sendiri. Kita tidak menggunakan ayat-ayat untuk menakut-nakuti atau membuat
orang yang dikunjungi tak berdaya karena dipandang melakukan
kesalahan. Kita juga tidak menggunakan ayat-ayat untuk memberikan penghiburan dan pengharapan yang semu, misalnya kepada orang yang menderita sakit tak tersembuhkan kita mengatakan bahwa pasti sembuh, atau kepada yang sedang mengalami
kedukaan yang dalam kita mengatakan bahwa di dalam Tuhan ada
sukacita.
2. Alkitab Sebagai Penguat Iman.
Kadang-kadang seorang pelawat merasa bahwa pekerjaannya
sia-sia, tanpa hasil; tidak ada sambutan yang simpatik, bahkan
ditolak; tidak diterima dengan tulus; tidak dapat memberikan nasihat dengan tepat; dan sebagainya. Alkitab mengingatkan bahwa
Allah tetap menyertai dengan Roh-Nya yang membimbing dan
mengarahkan kita; bahwa Allah tetap mempercayakan tugas itu
kepada kita; bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita sendirian.
Allah yang sudah mengutus kita, Ia juga yang akan menolong dan
yang akan menyempurnakan pekerjaan kita yang tidak lepas dari
kekurangan. Dengan demikian, kita akan tetap memiliki semangat
tinggi untuk menunaikan perkunjungan dengan ketetapan dan keteguhan hati, penuh percaya akan campur tangan Tuhan dan kuat
24
kuasa Tuhan yang telah mengutus kita.
3. Alkitab Sebagai Pemberi Arah.
Ada bahaya dalam perkunjungan, yaitu bila pelawat beraksi sebagai top figure, menjadi orang utama dan mendapat nama; merasa
“sombong rohani,” sehingga semuanya diarahkan kepada dirinya.
Keberhasilan dalam perkunjungan menjadikannya terkenal dan
menerima pujian. Sedangkan kegagalan yang dialaminya menjadikannya putus asa, merasa tidak berguna atau dilecehkan.
Arah perkunjungan yang benar adalah mengajak orang yang
dikunjungi sampai kepada Allah yang peduli kepada mereka, agar
orang tersebut dapat merasakan kasih dan penyertaan Allah; agar
orang tersebut dapat mengalami kemurahan Allah; agar orang
tersebut menyadari siapa dirinya di hadapan Allah. Arah yang
demikian itu menjadikan kita berusaha sekuat mungkiin untuk memusatkan perhatian kepada orang yang kita kunjungi, dan sedapat
mungkin “menghadirkan” Allah, memberikan kesempatan kepada
Allah untuk hadir dalam perkunjungan itu, sehingga ia dapat menemukan Allah.
Orang-orang kota Samaria yang diberi warta tentang Yesus
oleh seorang perempuan Samaria seperti dikisahkan oleh Yohanes,
berkata, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau
katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu,
bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yohanes 4:42). Ini
tidak berarti orang-orang Samaria meremehkan perempuan Samaria yang telah menyampaikan berita itu, sebagaimana mereka
sudah mendengar Yesus dari dia. Karena melalui perempuan Samaria itulah mereka dapat bertemu dengan Yesus dan percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat mereka.
•••••
25
Bab 7
Fungsi Doa Dalam Perkunjungan
Doa adalah suatu bentuk komunikasi kita dengan Allah. Di dalam doa,
kita membuka diri di hadapan Allah, menyatakan apa saja tentang diri
kita dan tentang orang lain, juga tentang situasi di sekitar kita. Melalui doa kita menaikkan permohonan dan harapan kita, baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain. Doa bagi diri sendiri tidak menjadi
soal apakah diucapkan atau tidak, tetapi doa bagi orang yang sedang
dalam kesulitan dan pergumulan, yang diucapkan di hadapannya,
dapat menguatkan dan melegakan hati orang itu. Dengan maksud
yang sama, kadang-kadang pendoa menggunakan doa untuk tujuan yang salah, yaitu untuk menasehati, mengoreksi, atau menegur
orang lain. Pelawat juga kadang-kadang menggunakan doa untuk
menetralisir “ketegangan” dalam percakapan sebelumnya, atau untuk
meredakan kemarahan orang yang dikunjungi, bahkan untuk menutupi ketidakmampuan pelawat menghadapi orang yang dikunjungi. Ini
pun adalah tujuan salah yang harus dihindari.
Doa yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan situasi kondisi akan dapat memberikan kekuatan kepada orang yang dikunjungi
dan si pelawat itu sendiri. Yang dimaksud dengn sesuai situasi kondisi adalah kita harus mempertimbangkan situasi kondisi dimana kita
akan mendoakan seseorang. Ada situasi kondisi dimana kita berdoa
dengan suara lembut saja, tidak mengganggu orang lain, atau situasi
kondisi lain. Adakalanya kita perlu menanyakan apakah orang tersebut berseda untuk didoakan.
Yang penting dalam pelayanan perkunjungan ini ialah kita perlu berdoa pribadi sebelum dan sesudah melakukan perkunjungan.
Dalam doa sebelum melakukan perkunjungan itu, kita menyerahkan
kepada Tuhan apa yang akan kita lakukan dan mohon penyertaan26
Nya; berdoa bagi orang yang akan kita kunjungi dengan segala keadaannya, baik yang sudah kita ketahui maupun yang belum kita
ketahui. Sesudah perkunjungan selesai, kita berdoa lagi mengucap
syukur bahwa perkunjungan sudah berlangsung dan menyerahkan
kembali orang yang kita kunjungi kepada pemeliharaan Tuhan. Kita
juga berdoa untuk perkunjungan berikutnya, apabila perkunjungan
hari itu ternyata kita pandang belum cukup. Bahkan pada saat perkunjungan berlangsung pun kita dapat berdoa dalam hati menyerahkan
proses yang sedang berjalan itu kepada Tuhan.
Sebelum melakukan pekerjaan-Nya dan di tengah-tengah
pekerjaan-Nya, Yesus juga berdoa. Sebelum menyeberangi danau
Genesaret dan melaksanakan tugas di Genesaret, Yesus berdoa
di bukit (Matius 14:23). Sebelum disalib, Yesus berdoa di taman
Getsemani memohon kekuatan dari Bapa-Nya (Matius 26:36, 39;
Markus14:32; Lukas 22:40). Sebelum memberi makan empat ribu
orang (Matius 12:32-39; Markus 8:1-10) dan lima ribu orang (Matius
14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:13) Yesus berdoa mengucap syukur.
•••••
27
Bab 8
Laporan Dan Evaluasi
Perkunjungan adalah pelayanan yang sangat penting dan strategis,
bukan sekedar pelayanan sampingan. Tanpa pengelolaan yang baik,
akan terjadi in-efisiensi dan in-efektif. Tanpa koordinasi dapat terjadi
pelayanan yang tumpang tindih, ada orang yang dikunjungi berkalikali dan berturut-turut, sementara orang lain tidak terlayani. Atau
bisa terjadi kesalahan prioritas, yang harus dilayani lebih dulu, justru
terlambat dilayani. Karena itu perkunjungan perlu dilakukan dengan
sengaja, terencana, dan berkesinambungan. Artinya, perkunjungan
itu tidak dilakukan secara spontan, sekedar didorong oleh intuisi dan
menurut kata hati. Dengan demikian kegiatan perkunjungan harus
terencana dengan baik, sejak persiapan sampai pada pelaksanaannya.
1. Tahap Persiapan.
Sebelum melaksanakan perkunjungan, tim Perkunjungan perlu
berkumpul untuk membicarakan dan merencanakan pelaksanaan
perkunjungan, antara lain:
a. Siapa yang akan dikunjungi dan apa kebutuhan mereka.
Pada dasarnya setiap warga gereja perlu mendapatkan perkunjungan. Namun demikian, kita tidak dapat melakukan itu secara
berurutan, karena kebutuhan setiap warga gereja tidak selalu sesuai dengan jadwal perkunjungan yang kita atur secara berurutan.
Oleh karena itu, dalam menentukan siapa yang akan dikunjungi,
perlu dibicarakan apa kebutuhan yang akan diprioritaskan agar tidak kehilangan momentum.
Secara garis besar, ada tiga kelompok kebutuhan, yaitu:
• Kebutuhan berdasarkan siklus hidup manusia, seperti: lahir, dewasa, menikah, memiliki keturunan, lanjut usia, dan meninggal.
• Kebutuhan yang timbul karena adanya perubahan atau transisi
28
dalam pekerjaan, tempat tinggal, keanggotaan gereja, agama,
dan perkembangan iman.
• Kebutuhan yang diakibatkan oleh krisis yang terjadi dalam diri
seseorang, dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam bergereja,
dan dalam bermasyarakat.
b. Jumlah orang/keluarga yang akan dikunjungi dalam suatu
hari tertentu.
Dalam mengatur jumlah orang/keluarga yang akan dikunjungi, perlu dipertimbangkan waktu yang tersedia, agar dalam pelaksanaannya setiap orang yang dikunjungi mendapat cukup waktu. Pertimbangkan juga kepadatan lalu lintas di jalur yang dilalui.
c. Dimana dan kapan pelaksanaan perkunjungan itu akan dilakukan.
Dalam kaitannya dengan tempat, perlu dikumpulkan data alamat
tempat tinggal dan bagaimana situasi rumahnya. Data ini perlu kita
miliki, agar kita dapat merencanakan perkunjungan secara efisien.
Misalnya, diatur orang-orang yang saling berdekatan tempat
tinggalnya atau sejalan. Berkaitan dengan waktu perkunjungan,
diperlukan data tentang pekerjaan orang yang akan dikunjungi,
suasana keluarganya, agar kita dapat memperkirakan waktu yang
dimungkinkan untuk dilakukan perkunjungan. Juga orang/keluarga
yang akan dikunjungi diklasifikasikan, mana yang dapat dikunjungi
berdasarkan jadwal rutin yang kita tentukan, mana yang perlu dikunjungi di luar jadwal rutin.
d. Penanggung Jawab.
Tim Perkunjungan perlu memilih penanggung jawab perkunjungan
rutin dan perkunjungan tidak rutin (perkunjungan yang sifatnya
mendadak). Penanggung jawab yang dipilih harus memperlengkapi pelayanannya dengan data-data dari tim perkunjungan, seperti alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
e. Sarana dan dana.
Tidak dapat dipungkiri, dalam melaksanakan perkunjungan juga
diperlukan sarana dan dana pendukung. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan sarana apa saja dan berapa dana yang diperlukan, seperti
29
kendaraan, dana transportasi, dan lain-lain.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang perlu dipersiapkan:
a. Pertemuan Awal.
Percakapan awal sebelum dilakukan perkunjungan merupakan
persiapan yang penting, apalagi kalau perkunjungan itu dilakukan
terhadap orang/keluarga yang belum begitu dikenal. Percakapan
awal ini bermanfaat bagi anggota tim yang akan terlibat dalam
perkunjungan untuk mempertimbangkan hal-hal yang dapat diketahui tentang orang/keluarga itu, hal-hal yang perlu dilakukan,
dan hal-hal yang perlu dihindari. Untuk itu, sebelum melakukan
perkunjungan, tim berkumpul dulu di suatu tempat, membicarakan
secara garis besar tentang orang-orang/keluarga-keluarga yang
akan dikunjungi, serta berdoa bersama.
b. Membuat Catatan Perkunjungan.
Meskipun setiap orang diberi kemampuan untuk mengingat, namun
daya ingat manusia terbatas. Oleh karena itu, tim perkunjungan
perlu mencatat perkunjungan ataupun informasi yang didapat dari
perkunjungan, seperti: pergumulan dan pokok doa jemaat yang
dikunjungi dalam formulir perkunjungan yang tersedia.
Catatan itu tidak selalu ditulis pada saat perkunjungan, tetapi
bisa dilakukan sesegera mungkin setelah perkunjungan dilakukan.
Catatan itu sangat penting, sebagai data untuk keputusan tindak
lanjut bagi orang yang dikunjungi itu. Dengan adanya data ini, pelayanan lanjutan tidak kembali ke titik yang sama, jadi ada progress
yang maju. Data ini juga berguna bagi pelayanan pastoral pendeta
kepada warga jemaat itu, atau bagi penatua yang akan mengadakan kunjungan lanjutan kepada yang bersangkutan. Catatan ini
harus disimpan dengan baik dan dijaga kerahasiaannya.
3. Evaluasi Dan Tindak Lanjut Program.
Evaluasi dilakukan segera setelah perkunjungan selesai, agar tidak ada yang terlupakan. Sebelum masing-masing anggota tim
pulang, adakan pertemuan sebentar di suatu tempat, membahas
30
perkunjungan yang baru saja dilakukan, sekaligus mengisi formulir
tersebut bersama-sama. Apabila ada yang perlu segera ditindaklanjuti, dapat segera direncanakan tindak lanjutnya:
• Ditindaklanjuti secara pribadi.
• Ditindaklanjuti bersama tim perkunjungan lainnya.
• Ditindaklanjuti oleh majelis atau Rohaniwan.
Selain itu, evaluasi secara periodik dan rutin perlu dilakukan untuk
membahas laporan kegiatan-kegiatan perkunjungan yang telah
dilakukan, siapa yang masih perlu dikunjungi, siapa yang perlu dilimpahkan kepada majelis, dan sebagainya. Rapat ini melibatkan
semua anggota tim Perkunjungan.
—soli deo gloria—
31
Download