SERI TINJAUAN TEOLOGIS Memahami tentang kutuk menurut alkitab G.I. Casthelia Kartika M. Th. Sinode Gereja Kristus Yesus Seri Tinjauan Teologis Judul: Memahami Tentang Kutuk Menurut Alkitab Penulis: G.I. Casthelia Kartika, M. Th. Editor: Bid. Pembinaan Sinode GKY Cetakan pertama, Mei 2012 Diterbitkan oleh : Sub Bidang Pengajaran Bidang Pembinaan Sinode Gereja Kristus Yesus KATA Pengantar P ergumulan orang-orang Kristen bukan saja terkait di dalam area kenyataan yang orang-orang Kristen hadapi di dalam kehidupan yang nyata, namun juga bagaimana orang-orang Kristen memahami kenyataan kehidupan itu. Pemahaman terhadap realitas tidak selalu sesuai dengan realitas itu sendiri. Realitas yang sederhana dapat dipandang sebagai realitas yang tidak sederhana, hal itu terjadi karena pemahaman realitas. Pemahaman yang keliru di dalam kekristenan adalah pemahaman yang dianut oleh orang Kristen dengan anggapan bahwa pemahaman tersebut adalah pemahaman yang diajarkan oleh Alkitab, padahal pemahaman tersebut bukanlah pemahaman dari Alkitab. Pemahaman yang keliru ini bukan saja membuat praktik-praktik kekristenan yang keliru, juga menambah beban pergumulan bagi orang-orang Kristen. Pemahaman yang keliru ini merupakan hal yang sangat mungkin terjadi, karena Alkitab terbuka bagi semua orang (di dalam arti bahwa Alkitab boleh dibaca oleh semua orang) dan setiap orang bisa saja memberikan tafsiran terhadap ayat-ayat di dalam Alkitab. Tafsiran yang keliru dan diajarkan dengan penuh kharisma, akan membawa keSeri Tinjauan Teologis | iii pada pemahaman banyak orang Kristen juga keliru. Pemahaman yang keliru ini amat membingungkan orang-orang Kristen lainnya. Tidak heran ada juga orang-orang Kristen yang bingung menjadi orang Kristen yang ikut-ikutan jadi keliru. Buku ini membahas terkait dengan kutuk yang sudah cukup membingungkan banyak orang-orang Kristen. Penerbitan buku ini dimaksudkan sebagai pengajaran bagi anggota jemaat GKY khususnya, dan orang-orang Kristen pada umumnya, agar memiliki pemahaman yang sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab. Kutuk, yang menjadi topik pembahasan di dalam buku ini, telah menghantui orang-orang Kristen tertentu, sehingga mereka hidup di dalam tekanan, kegagalan, bahaya dan penderitaan. Pertanyaannya adalah apakah mereka itu sedang mengalami kutuk itu sendiri atau mereka sedang mengalami pemahaman mereka tentang kutuk padahal mereka bukan sedang mengalami kutuk itu? Semoga buku ini berguna dan menjadi berkat bagi kita semua. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Ketua Bidang Pembinaan Sinode Gereja Kristus Yesus iv | Seri Tinjauan Teologis Daftar Isi Kata Pengantar ........................................... iii Pendahuluan . ............................................. vi A. Apakah Alkitab Berbicara tentang Kutuk Keturunan? . ..................................1 B. Fenomena Kutuk .................................... 9 C. Berkat sebagai Kontras dari Kutuk .......17 D. Apa yang Alkitab Katakan tentang Berkat dan Kutuk? . ...............................23 1. Apakah Artinya Kutuk? .....................26 2. Kekuatan Kutuk .................................32 3. Hubungan antara Kutuk dan Berkat dengan Perjanjian Allah . ....................38 4. Kutuk dikaitkan dengan dosa keturunan/asal ....................................44 5. Kutuk Hukum Taurat .........................44 E. Cara Pandang dan Sikap yang Benar Menghadapi Pengajaran tentang Kutuk Keturunan . ..................................49 Kepustakaan . .............................................56 S pendahuluan ebagian besar orang Kristen pastilah pernah mendengar istilah “Kutuk Keturunan”. Kutuk keturunan adalah penghukuman yang dijatuhkan kepada individu-individu tertentu, oleh karena dosa-dosa yang dilakukan oleh keluarganya atau beberapa generasi sebelum dirinya. Yang jelas kutuk ini dianggap dapat merampas seluruh kualitas hidup yang dimiliki seseorang, misalnya sakit, kegagalan, dipermalukan, bahkan sampai kepada kematian. Dalam kurun waktu lebih dari sepuluh tahun ini, ada banyak pelayanan yang bermunculan terkait dengan pelepasan terhadap kutuk semacam ini bahkan ada yang mengajarkan bahwa banyak dari antara orang Kristen perlu untuk dibebaskan atau dilepaskan dari kutukkutuk keturunan yang selama ini berpengaruh sangat buruk dalam kehidupan mereka. Pelayanan-pelayanan semacam ini selalu memberitakan perlunya dipatahkan kutuk keturunan yang membelenggu kehidupan. Kutuk itulah yang membuat hidup menjadi tidak lancar, jauh dari keberhasilan, dan semua pengalaman buruk lainnya. Dan ironisnya, tidak sedikit orang Kristen yang terseret dengan pengajaran vi | Seri Tinjauan Teologis ini dan meyakini bahwa kegagalan, atau sakit yang dia alami itu lebih disebabkan oleh kutuk keturunan. Karena itu seolah-olah tidak habishabisnya mereka berusaha mencari penyelesaian dari semua persoalan hidupnya lewat doa pelepasan dari kutuk keturunan. Dan ironisnya, tidak sedikit orang Kristen yang terseret dengan pengajaran ini dan meyakini bahwa kegagalan, atau sakit yang dia alami itu lebih disebabkan oleh kutuk keturunan. Tentu saja kepada orang-orang demikian, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali menolong mereka untuk mengetahui siapa mereka yang telah hidup di dalam Kristus, dan kemerdekaan seperti apa yang sesungguhnya telah mereka miliki di dalam Kristus. Mengajar mereka juga untuk menyingkirkan semua ketakutan tentang kutuk-kutuk tersebut melalui pemahaman tentang kebenaran yang telah dinyatakan Allah lewat firman-Nya. Seperti yang dituliskan dalam Yohanes 8:32 – “… dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Seri Tinjauan Teologis | vii Pengajaran tentang kutuk keturunan ini muncul dari penafsiran ayat yang diambil dari Akitab Perjanjian Lama khususnya, sehingga mengakibatkan suatu keyakinan bahwa kutuk keturunan itu memang terjadi, bahkan sangat mungkin kita menanggung kutuk dari leluhur atau nenek moyang kita yang sesungguhnya kita juga sudah tidak mengetahui siapa dia. Tidak sedikit juga penulis-penulis buku yang menuliskan tentang bagaimana menghancurkan kutuk keturunan ini. Pemaparan dalam buku kecil ini akan memberikan pengertian mengenai apa yang melatarbelakangi Alkitab ketika membicarakan tentang kutuk keturunan dan pengertian dari kutuk itu sendiri, mengapa hal ini banyak diajarkan secara salah, dan apakah kutuk-kutuk itu masih berlangsung sampai saat ini? Ketika membahas tentang kutuk, maka tidak mungkin kita tidak membicarakan kontrasnya, yaitu berkat. Walaupun fokus penjelasan ini pada kutuk, namun sedikit banyak juga akan menyinggung tentang berkat dalam Alkitab. abab viii | Seri Tinjauan Teologis A. Apakah Alkitab Berbicara tentang Kutuk Keturunan? Seri Tinjauan Teologis | Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan? A dalah benar bahwa Alkitab membicarakan tentang kutuk keturunan (generational curse). Misalnya, tertulis dalam Imamat 26:39 – “Dan siapa yang masih tinggal hidup dari antaramu, mereka akan hancur lebur dalam hukumannya di negeri-negeri musuh mereka, dan karena kesalahan nenek moyang mereka juga, mereka akan hancur lebur sama seperti nenek moyang mereka.” Ayat lain yang sepertinya membicarakan tentang kutuk keturunan adalah, “… tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan ketiga dan keempat.” (Keluaran 34:6-7, lihat juga Keluaran 20:5; Bilangan 14:28; Ulangan 5:9). Sesungguhnya bagian ayat-ayat yang menuliskan tentang kutuk keturunan ini bukan dalam pengertian kutuk dosa nenek moyang ditanggungkan kepada generasi berikutnya. Tetapi pengertiannya lebih kepada dosa yang dilakukan oleh satu generasi akan diteruskan oleh generasi berikutnya. Bahkan juga bukan satu generasi saja yang berkomitmen melakukan dosa yang sama, karena hal ini bisa saja terjadi pada generasi-generasi berikutnya. SeSeri Tinjauan Teologis | Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan? perti halnya dalam catatan tentang raja-raja di Israel dan Yehuda, bahwa anak-anak mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan seperti ayah mereka. ...pengertiannya lebih kepada dosa yang dilakukan oleh satu generasi akan diteruskan oleh generasi berikutnya. Jadi kalau Allah menghukum sampai keturunan ketiga dan keempat, itu bukan dikarenakan sang anak harus menanggung dosa orang tua atau leluhurnya, tetapi karena anak tersebut juga melakukan dosanya sendiri. Maka Allah pasti menjatuhkan hukuman juga atas generasi-generasi berikutnya yang melakukan dosa yang sama dengan yang dilakukan nenek moyang mereka. Tetapi sesungguhnya Allah sendiri telah menetapkan bahwa anak-anak tidak bertanggungjawab atas dosa orang tuanya, demikian juga sebaliknya. Setiap orang harus bertanggungjawab atas dosanya sendiri (Ulangan 24:16). Bukankah ini bisa menjadi sebuah penyesatan dan penyimpangan, apabila dengan yakin dikatakan bahwa kutuk keturunan itu ma | Seri Tinjauan Teologis Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan? sih mengikat kita sehingga perlu dilepaskan, sementara Alkitab sama sekali tidak mengatakan demikian. Allah menekankan tentang hukuman atas dosa yang diberlakukan kepada si pembuat dosa secara langsung. Selain itu jelas dikatakan dalam Alkitab Perjanjian Baru, bahwa tidak ada lagi orang percaya yang hidup di bawah kutuk oleh karena penebusan dan keselamatan yang datang dari Allah melalui Yesus Kristus. Allah menekankan tentang hukuman atas dosa yang diberlakukan kepada si pembuat dosa secara langsung. Ketika orang Kristen secara terus menerus memberitakan dengan kuat bahwa kutuk keturunan itu masih mengikat orang Kristen, hal ini bisa merupakan perendahan terhadap karya dan anugerah Allah melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Akibat dari pengajaran tentang kutuk keturunan ini banyak orang Kristen bisa menjadi putus asa, karena tidak tahu bagaimana caranya keluar dari keadaan itu. Bahkan doa pelepasan pun tidak menjadi solusi, karena Seri Tinjauan Teologis | Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan? ketika kehidupan tidak membaik, maka orang yang terkena kutuk dan sedang dilayani itu bisa merasa dirinya kurang beriman, sehingga belenggu kutuk itu pun tidak bisa terlepas dari dirinya. Bukankah ini menjadi sesuatu yang sangat berat dan beban atau ketakutan yang terus menghantui sepanjang hidup? ...memberitakan dengan kuat bahwa kutuk keturunan itu masih mengikat orang Kristen, hal ini bisa merupakan perendahan terhadap karya dan anugerah Allah melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Ada janda yang terkena penyakit kanker dengan level penyakit yang sudah cukup berat yaitu pada stadium 4. Menanggung rasa sakitnya saja sudah sangat menderita, belum lagi dia kerap kali mendengar tuduhan dari keluarga suaminya bahwa sakit yang dia derita itu adalah akibat dari kutuk keturunan yang ditanggungkan kepada dirinya. Karena suaminya sudah meninggal, maka janda inilah yang harus menanggung kutuk itu. Beratnya sakit yang dia tanggung diperberat dengan beban pikiran yang harus ditanggungnya. Mengapa | Seri Tinjauan Teologis Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan? dia harus menanggung penderitaan seberat ini untuk dosa yang diperbuat oleh nenek moyang atau leluhur yang dia tidak pernah tahu sebelumnya? Banyak pelayan doa pelepasan mengunjungi janda ini. Makin dikunjungi dan didoakan, makin diperdengarkan kepadanya bahwa kesembuhan yang belum kunjung tiba lebih disebabkan karena kutuk itu belum benar-benar keluar dari dirinya, ikatan kutuk yang ada pada dirinya sangat kuat. Dapatkah dibayangkan, beban seperti apa yang harus ditanggung oleh ibu ini? Ia selalu dihantui dengan perasaan bahwa penyakit yang dideritanya itu akibat hukuman Tuhan karena dosa nenek moyang dari pihak suaminya. Dengan putus asa ibu ini berbicara kepada seorang hamba Tuhan mengenai rasa frustrasinya terhadap penyakit yang dideritanya. Sampai suatu hari ia mendengar pengajaran yang benar dari seorang hamba Tuhan, tentang apa yang firman Tuhan katakan tentang kutuk. abab Seri Tinjauan Teologis | B. FENOMENA KUTUK Seri Tinjauan Teologis | Fenomena Kutuk S ecara umum, kutuk dipahami sebagai keadaan yang sangat negatif, yaitu keadaan dimana seseorang tertimpa malapetaka, bisa dalam bentuk penyakit, kesusahan, atau bencana yang tidak ada habisnya menimpa kehidupan. Biasanya juga, orang memahami bahwa kutuk itu bisa terjadi karena kesalahannya sendiri atau kesalahan leluhurnya yang ditimpakan kepadanya. Berat atau ringannya kutuk yang ditanggung, berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dibuat, atau kuat tidaknya janji yang diingkari (dalam hal ini keterikatan perbuatan salah dan pelanggaran janji kepada suatu kuasa di luar manusia; sebutlah itu dewa, roh-roh orang yang sudah meninggal, Iblis, bahkan seringkali dikaitkan juga dengan Tuhan). Fenomena dan pemahaman tentang kutuk di antara orang Kristen, sangat beragam. Sama beragamnya dengan pemahaman mengenai berkat. Begitu beragamnya pandangan-pandangan yang ada, hingga tanpa terasa pemahaman dan pandangan mengenai topik ini tidak lagi digali dengan benar sesuai dengan apa yang Alkitab katakan, tetapi sudah bercampur dengan berbagai pandangan kafir atau kepercayaan lain, atau juga banyaknya terjadi misSeri Tinjauan Teologis | 11 Fenomena Kutuk interpretasi (kekeliruan penafsiran) terhadap topik tersebut. Tanpa pemahaman yang benar tentang pengajaran Alkitab mengenai apapun, sudah pasti akan menuai respons yang salah. Tentu saja ini dapat menjadi hal yang sangat berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena apa yang kita pahami dan yakini, biasanya itu akan menuntun pikiran kita untuk mendorong berbagai tindakan berdasarkan pemikiran itu. Jika ada pemikiran berdasarkan pemahaman yang salah, maka sudah dapat dipastikan bahwa reaksi kita dan sikap kita, bahkan keputusan tindakan kita, akan didasarkan pada konsep atau pemahaman keliru yang telah kita yakini itu. Tanpa pemahaman yang benar tentang pengajaran Alkitab mengenai apapun, sudah pasti akan menuai respons yang salah. ... apa yang kita pahami dan yakini, biasanya itu akan menuntun pikiran kita untuk mendorong berbagai tindakan berdasarkan pemikiran itu. Itu sebabnya, setiap orang Kristen perlu memahami dengan benar apa yang Alkitab katakan dan ajarkan tentang berbagai hal yang 12 | Seri Tinjauan Teologis Fenomena Kutuk kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya tidak ada lagi kebingungan apapun di dunia ini bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus, karena kita bisa mendapatkan jawaban dari Alkitab. Hal yang harus terus diingat adalah bahwa firman Tuhan itu ya dan amin. Segala sesuatu yang dijadikan dan ada di dunia ini, tidak mungkin terjadi di luar pengetahuan-Nya. Kesukaan terhadap firman Tuhan, berusaha untuk mempelajari, menghayati dan mengimaninya di dalam hati kita, itulah dasar kekuatan setiap orang percaya menghadapi berbagai angin pengajaran yang begitu banyak bermunculan. Kesukaan terhadap firman Tuhan, berusaha untuk mempelajari, menghayati dan mengimaninya di dalam hati kita, itulah dasar kekuatan setiap orang percaya menghadapi berbagai angin pengajaran yang begitu banyak bermunculan. Manifestasi dari kutuk, seringkali dipahami dalam bentuk fenomena yang cukup ekstrim, misalnya sakit penyakit yang terminal, atau yang membuatnya harus sampai terisolasi Seri Tinjauan Teologis | 13 Fenomena Kutuk karena kondisinya sangat mengenaskan, kemelaratan, kondisi kejiwaan yang tidak normal, bahkan terkadang muncul dalam bentuk kerasukan. Tidak sedikit juga aliran-aliran dalam kekristenan yang mengaitkan kutuk dengan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi, sehingga dengan mudah menambahkan istilah kutuk pada masalah-masalah tersebut. Misalnya, kutuk pisau operasi, kutuk disharmonisasi atau konflik keluarga, kutuk jalan buntu mendapatkan pekerjaan, kutuk berat jodoh, kutuk kemandulan atau tidak bisa punya anak, dan masih banyak lagi sebutan kutuk yang lain. Kutuk seperti ini adalah ikatan yang harus dilepaskan dari diri orang yang terkena olehnya. Dikatakan bahwa orang tersebut sudah dan sedang dikuasai oleh Iblis, karena itu doa dengan ritual tertentu, yang biasa disebut dengan ‘doa pelepasan’ adalah salah satu cara untuk melepaskan seseorang dari ikatan kutuk yang dilakukan. Pelayanan doa pelepasan ini pun menjadi metode doa yang terus dicari, dipelajari, dan dianjurkan ketika fenomena kerasukan terjadi atau dirasakan seseorang. Ritual doa pelepasan dilakukan, ada kalanya dengan benda-benda tertentu seperti Alkitab, salib, roti dan anggur Perjamuan Kudus, “minyak urapan”. Tentu 14 | Seri Tinjauan Teologis Fenomena Kutuk saja kalau melihat simbol-simbol ini, tidaklah diragukan bahwa ini merupakan ritual Kristen. Memang kita perlu bersikap kritis dan memiliki pemahaman yang cukup untuk menyadari bahwa tidak semua ritual dengan menggunakan lambang-lambang Kristen adalah bentuk kekristenan yang sejati. Tidak cukup hanya dengan memegang, memakai dan menggunakan lambang-lambang Kristen, maka otomatis kebenaran sudah menjadi bagiannya. Simbol-simbol Kristen ini sangat banyak digunakan di dunia hiburan dengan tujuan komersial. Misalnya, kalung salib dipakai oleh penyanyi yang tingkah pola atau gaya panggungnya sungguh tidak pantas. Atau dalam konteks kerohanian, lambang-lambang atau benda-benda tersebut dikeramatkan, dan dianggap mengandung nilai mistik yang melaluinya Allah bekerja. Banyaknya pandangan, pendapat, serta reaksi mengenai kutuk ini, menyebabkan berbagai kemungkinan kesalahan interpretasi atau penafsiran, sehingga pengertian tentang kutuk telah bergeser dari apa yang sebenarnya Alkitab bicarakan atau maksudkan. Mungkin saja ini bukan sebuah kesengajaan untuk menyelewengkan pemahaman Kristen yang Seri Tinjauan Teologis | 15 Fenomena Kutuk tertulis dalam Alkitab, tetapi sangat mungkin salah satu penyebabnya adalah pemahaman dan pengertian yang tidak tepat terhadap firman Tuhan. Sebenarnya apa pengertian dari kutuk secara alkitabiah? Berdasarkan pergumulan akan berbagai pengajaran yang bermunculan tentang “kutuk” akhir-akhir ini, dan begitu banyak kepercayaan yang tidak didasarkan pada pengajaran yang benar, maka dalam tulisan ini juga akan dipaparkan bagaimana Berkat dan Kutuk dipahami oleh kebanyakan orang Kristen pada saat ini? Tepatkah berpandangan demikian? Dan apa kata firman Tuhan tentang Berkat dan Kutuk? abab 16 | Seri Tinjauan Teologis C. Berkat sebagai Kontras dari Kutuk Seri Tinjauan Teologis | 17 Berkat Sebagai Kontras Dari Kutuk S ebagai kontras dari kutuk, secara sederhana berkat sering dimengerti sebagai sesuatu yang baik, bermanfaat dan menyenangkan terjadi dalam hidup seseorang atas seizin Tuhan tentunya. Tetapi mudah sekali juga pengertian berkat ini menjadi sangat dangkal, yaitu dengan menyempitkan pengertian berkat itu sebagai kesuksesan dalam hidup baik keluarga maupun pekerjaan, kesembuhan dari sakit, masalah berat yang terselesaikan, dan kecukupan materi. Dengan kata lain, apa yang menjadi kontras dari berkat adalah kutuk. Tidak jarang kedangkalan pemahaman bahkan kekeliruan pandangan tentang berkat terjadi di kalangan Kristen. Orang Kristen memahami berkat sebagai indikasi bahwa dirinya dikasihi oleh Tuhan atau tidak, didengar doanya atau tidak, diperhatikan atau tidak. Jika makin banyak berkat yang diterima, maka makin besarlah kasih Tuhan kepadanya. Makin sedikit yang dia terima atau makin kecil keberhasilan hidupnya, maka itu tandanya ia belum cukup benar hidupnya di hadapan Tuhan, sehingga Tuhan Allah kurang mengasihinya. Pertanyaan dan sikap yang selalu muncul adalah bagaimanakah merebut perhatian Seri Tinjauan Teologis | 19 Berkat Sebagai Kontras Dari Kutuk Tuhan agar bisa memiliki hidup yang diberkati? Ada yang secara ekstrim mempersembahkan sejumlah hartanya, dengan harapan Allah akan mengembalikan kepadanya berkali-kali lipat dari yang sudah diberikan. Atau menjalankan disiplin-disiplin rohani lainnya, sebagai tanda betapa seriusnya ia menjalani hidup di hadapan Tuhan. Misalnya, berdoa, berpuasa, beribadah atau melakukan hal rohani lainnya, demi berkat yang akan ia terima sebagai ganjarannya. Melakukan hal rohani dengan maksud dan motivasi yang tidak benar, adalah sesuatu yang sangat keras diperingatkan oleh firman Tuhan, karena ia tidak akan mendapatkan apa-apa dari apa yang dilakukan itu, meskipun nampaknya bersifat rohani. Pertanyaan dan sikap yang selalu muncul adalah bagaimanakah merebut perhatian Tuhan, agar bisa memiliki hidup yang diberkati? Yakobus 4:1-3 menyatakan hal ini dengan jelas, “Darimanakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, 20 | Seri Tinjauan Teologis Berkat Sebagai Kontras Dari Kutuk lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Ayat ini ingin mengatakan, bahkan doa pun yang adalah tanda hubungan dengan Allah, dapat diselewengkan dengan maksud pemuasan diri terhadap apa yang diminta di dalam doa tersebut untuk dikabulkan oleh Tuhan. ...sesungguhnya berkat tidak diberikan untuk memuaskan hawa nafsu manusia. Berkat adalah bagian dari anugerah Allah untuk kemuliaanNya dan di dalam kedaulatan-Nya. Dalam pengertian ini maka sesungguhnya berkat tidak diberikan untuk memuaskan hawa nafsu manusia. Berkat adalah bagian dari anugerah Allah untuk kemuliaan-Nya dan di dalam kedaulatan-Nya. abab Seri Tinjauan Teologis | 21 D. Apa yang Alkitab Katakan tentang Berkat dan Kutuk? Seri Tinjauan Teologis | 23 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? B erkat dan kutuk adalah istilah yang sangat umum terdapat di dalam Alkitab. Kedua istilah tersebut bahkan sudah muncul di kitab pertama, yaitu Kitab Kejadian. Kitab Kejadian 1 dimulai dengan berkat, dan mulai Kejadian 3, 4 dan 9, banyak dibicarakan tentang kutuk. Lalu penggunaan kedua istilah ini dilakukan secara sejajar dan bergantian, mulai dari Kejadian 12:1-3 berkenaan dengan berkat Abraham. Arti yang paling umum dari berkat adalah “perkataan atau harapan terhadap sesuatu yang baik tentang seseorang atau sesuatu.” Secara khusus, dalam konteks yang lebih formal, istilah berkat menempatkan seseorang dalam kasih sayang atau perlindungan Allah. Berdasarkan akar katanya, istilah kutuk memang merupakan lawan kata dari berkat. Jika berkat atas seseorang berarti memohonkan perlindungan Allah atas mereka supaya mereka dapat menikmati kasih Allah, sedangkan kutuk menyingkirkan dari mereka perlindungan dan kasih Allah. Terhadap kata kerja kutuk dan berkat, Allah selalu menjadi subjeknya, ini berarti bahwa kedua hal tersebut hanya Allah yang dapat melakukannya. Seri Tinjauan Teologis | 25 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? Sebenarnya, penyampaian berkat atau kutuk, penekanannya bukan cara-cara yang berbau magis atau mistik, sehingga perlu dilakukan dengan mantra-mantra tertentu. Salah satu contoh yang paling jelas, ditemukan pada kisah perkataan Daud kepada Saul dalam 1 Samuel 26:19. Jika bukan Tuhan yang membujuk Saul melawan Daud, tetapi anak-anak manusia, maka Daud menyatakan ‘terkutuk’ atas mereka, yang artinya mereka akan dicabut, disingkirkan dari kasih, berkat dan perlindungan Allah. Walaupun memang manifestasi orang yang terkena kutuk, bisa terasa sifat magisnya. Tetapi itu lebih dikarenakan keterlibatan yang supranatural di dalamnya, yaitu Allah sendiri atau allah-allah lain, sebagai tempat di mana orang-orang terkutuk itu dibuang. 1. Apakah Artinya Kutuk? Dalam cerita-cerita rakyat, sering istilah kutuk dipakai untuk menjelaskan perubahan keadaan dari baik menjadi buruk oleh karena kesalahan dari pelaku yang pantas dikenai kutuk. Ketika ucapan kutuk disampaikan atau beberapa cerita kutuk disampaikan dalam bentuk mantra, maka terjadilah kutukan yang telah dilontarkan. Misalnya, dalam cerita rak26 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? yat Sumatera Barat, Malin Kundang, kisah tentang kedurhakaan seorang anak kepada Ibunya. Kesedihan sang Ibu melihat perilaku anaknya, membuatnya mengucapkan kutuk terhadap anaknya sendiri. Akibatnya anak itu menjadi patung. Ada banyak kisah-kisah rakyat lainnya, bukan hanya di dunia Timur, tetapi juga di dunia Barat, menggambarkan kutuk sebagai ucapan dengan harapan buruk terjadi atas orang yang dituju. The International Standard Bible Encyclopedia mendefinisikan kutuk disampaikan sebagai “Doa atau permohonan yang ditujukan dengan harapan kepada Allah.” Kutuk atau (berkat) merupakan pernyataan dengan kuasa yang merujuk kepada keberadaan supranatural, yang memiliki kuasa untuk melakukan apa yang jahat atau (apa yang baik). Dengan kata lain, penyebutan kutuk oleh manusia adalah merupakan kisah takhayul kuno/primitif. Ini dikatakan bukan berarti bahwa kutuk dari Allah juga merupakan takhayul primitif. Kutuk yang dari Allah adalah sangat nyata dan ada dalam bentuk penghukuman. Secara umum kutuk diartikan sama dengan hukuman (punishment), yaitu keadaan di mana seseorang menerima hukuman akibat apa yang Seri Tinjauan Teologis | 27 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? telah diperbuatnya. Dalam bahasa Ibrani, kutuk dituliskan dengan beberapa istilah sinonim, yaitu ‘arar, qalal, dan ‘ala. Arti yang paling mendasar dari istilah ini adalah pengutukan, yaitu keadaan menginginkan kerugian orang lain (Ayub 31:30; Kejadian 12:3). Pengertian lain yang muncul dari istilah ini adalah untuk menguatkan janji yang dibuatnya sendiri (Kejadian 24:41; 26:28: Nehemia 10:29). Satu lagi pengertian yang muncul dari istilah ini adalah untuk menjamin kebenaran kesaksiannya dalam hukum (1 Raja-raja 8:31; bandingkan dengan Keluaran 22:11). Adalah hal yang sangat umum dalam istilah Ibrani, satu kata terdiri dari beberapa makna. Karena itu perlu diperhatikan konteks dari penempatan istilah tersebut, sehingga didapatkan pengertian yang tepat terhadap penggunaannya. Penggunaan istilah yang merujuk pada pengertian pengutukan, akan terlihat bagaimana dan dimana istilah ini ditempatkan. Pertama, jika Allah mengucapkan kutuk, pertama-tama berkenaan dengan celaan atas dosa (Bilangan 5:21, 23; Ulangan 29:19, 20). Kedua, kutuk ialah penghukuman Allah atas dosa (Bilangan 5:22, 24, 27; Yesaya 24:6). Ketiga, orang yang menderita akibat-akibat dosa karena penghakiman dan penghukuman Allah (Bilangan 5:21, 27; Yeremia 29:18). 28 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? Jadi jelas dituliskan dalam Alkitab, bahwa kutuk merupakan penghukuman Allah kepada manusia yang berkaitan dengan dosa, yaitu perbuatan melawan dan memberontak atau tidak taat kepada Allah. Keadaan terkutuk adalah keadaan dimana seseorang menjadi seteru Allah. Terhadap musuh-Nya, Allah memiliki keputusan tindakan yang tidak dapat ditawar lagi, yaitu penghancuran dan pemusnahan. Jadi jelas dituliskan dalam Alkitab, bahwa kutuk merupakan penghukuman Allah kepada manusia yang berkaitan dengan dosa, yaitu perbuatan melawan dan memberontak atau tidak taat kepada Allah. Misalnya, dituliskan dalam Ulangan 32:40-41 – “Sesungguhnya, Aku mengangkat tangan-Ku ke langit, dan berfirman: Demi Aku yang hidup selama-lamanya, apabila Aku mengasah pedang-Ku yang berkilat-kilat, dan tangan-Ku memegang penghukuman, maka Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan mengadakan pembalasan kepada yang membenci Aku.” Seri Tinjauan Teologis | 29 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? Juga dituliskan dalam bagian Alkitab yang lain, “Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh-Nya, tempurung kepala yang berambut dari orang yang tetap hidup dalam kesalahan-kesalahannya” (Mazmur 68:22). Maka tepatlah yang dikatakan oleh penulis Ibrani, “Ngeri benar, kalau jatuh ke tangan Allah yang hidup” (Ibrani 10:31). Kutuk bukanlah sekedar kata-kata biasa, atau kata-kata buruk yang asal diucapkan. Bagi orang Ibrani, perkataan itu bisa hanya merupakan ucapan bibir saja jika tidak didukung oleh roh yang cakap untuk melaksanakannya (2 Raja-raja 18:20). Tetapi perkataan itu bisa memiliki kuasa, dalam arti jika jiwa berkuasa, maka kata-katanya dirasuki kuasa juga (Pengkhotbah 8:4; 1 Raja-raja 21:4). Jadi dalam pengertian tertentu, perkataan kutuk itu bukan hanya sekedar sebuah ucapan di bibir saja. Ada suatu kuasa yang melatarbelakanginya, sehingga perkataan yang diucapkan itu dapat menjadi alat untuk merugikan seseorang atau memberkati seseorang. Itu sebabnya di dalam Alkitab, kutuk selalu dikontraskan dengan berkat. Sebagai suatu kenyataan bahwa kedua istilah ini merupakan ungkapan kata-kata yang punya potensi untuk menjadikannya baik atau men30 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? jadikannya buruk. Sebagai kontras dari kutuk adalah berkat. Potensi kata yang mengandung berkat, nampak dalam mujizat yang dinyatakan oleh Yesus. Ketika ia berkata-kata untuk mendatangkan berkat kesembuhan, kebangkitan dan keselamatan atas seseorang, maka perkataan-Nya itu menjadi kenyataan, yaitu orang yang menjadi tujuan perkataan-Nya itu menerima berkat kesembuhan dan kelepasan daripada-Nya. Dalam kesempatan lain, Yesus juga menunjukkan bahwa Ia dengan perkataan-Nya dapat menghardik alam, sehingga sekalipun pada saat itu badai hebat sedang terjadi, namun oleh perkataan-Nya badai itu pun menjadi diam dan laut pun menjadi tenang (Matius 8:23-27). Hingga pada saat itu, orangorang menjadi heran dan bertanya-tanya, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Tetapi pada saat yang lain, Ia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Markus 11:14, 20-21). Hal ini menunjuk pada apa yang akan terjadi pada kehidupan orang percaya (orang Kristen) yang tidak menunjukkan buahnya, akan menerima penghukuman dari Tuhan, dan itu bukan sekedar kata-kata hukuman, tetapi sesuatu yang pasti akan terjadi dan menimpa orang tersebut Seri Tinjauan Teologis | 31 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? dalam bentuk yang sangat nyata (konkrit). 2. Kekuatan Kutuk Ketika kutuk dinyatakan kepada seseorang, sesungguhnya harus dipahami bahwa ini bukan sekedar kata-kata dengan harapan buruk terjadi kepada seseorang, tetapi sesuatu yang buruk atau bencana pastilah terjadi kepada orang itu tanpa bisa dipertanyakan lagi. Katakata dari kutuk itu memiliki kekuatan atau kuasa yang menimbulkan akibat atas apa yang telah dikatakannya. Jadi, memang kutuk selalu menunjuk pada keberadaan supranatural yang memiliki kuasa untuk menjadikan sesuatu yang buruk terjadi dalam diri seseorang. Pada zaman Alkitab penyampaian kutuk terhadap seseorang, sekelompok orang bahkan suatu bangsa dapat dilakukan dalam berbagai cara. Beberapa melakukannya dengan cara menuliskan sumpah serapah dalam sebuah gulungan kitab atau perkamen (kertas dari kulit binatang), lalu dilemparkan menurut arah angin, yang kemudian diyakini bahwa perkamen yang berisi sumpah serapah (kutuk) itu akan sampai pada tujuan yang dimaksudkan. Dalam pengertian yang lebih khusus, ada suatu kuasa yang bertindak sebagai penyam32 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? pai berita atau pembawa pesan kejahatan itu, sehingga pesan yang berisi dengan kutukan itu pasti akan sampai kepada orang atau alamat yang dituju. Perhatikan apa yang Zakharia tuliskan dalam Zakharia 5:1-3 – ‘gulungan kitab yang terbang” yang berisi kutukan atau sumpah serapah itu “yang menimpa seluruh negeri.” Gulungan kitab yang terbang itu pasti akan menemukan jalannya ke rumah setiap pencuri dan orang yang bersumpah palsu demi nama Tuhan. Ternyata, nampak dalam tulisan Zakharia ini, bahwa Tuhan, sebagai Pribadi yang berkuasa, mengarahkan kepada siapa gulungan kitab yang berisi sumpah serapah itu akan diterima. Jadi kutukan itu bukan sekedar apa yang tertulis atau tulisan dalam kertas atau gulungan kitab itu, tetapi kuasa yang mendorongnya untuk sampai ke tempat tujuan sebenarnya, yang membuat tulisan itu penuh dengan kekuatan dan kuasa untuk terjadi terhadap orang yang dituju. Itulah sebabnya dapat dikatakan, bahwa kalau hanya kata-kata atau tulisan saja yang ditujukan kepada seseorang, jika tanpa ada kuasa tertentu di baliknya, yang mendorong tulisan kutukan itu menjadi sebuah kenyataan yang menghancurkan bagi seseorang, maka tulisan-tulisan itu tidak akan pernah ada Seri Tinjauan Teologis | 33 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? efek atau akibatnya. Secara umum, nama dari para dewa atau kuasa tertentu seringkali dipakai untuk menyertai kata-kata kutuk yang keluar dari mulut seseorang. Misalnya ketika Goliat mengutuk Daud, ia memanggil para allahnya. “Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud” (1 Samuel 17:43). Hal ini dilakukan sebagai legitimasi kekuatan supranatural yang terkandung dalam kutukan tersebut. Selain dari pengertian di atas, kata kutuk berasal dari kata Yunani anathema, yang berasal dari bahasa Ibrani kherem, yang berarti sesuatu yang terkutuk, sesuatu yang harus disingkirkan, sampai pemusnahan total (misalnya, Imamat 27:28; Bilangan 21:3). Sebenarnya pengertian utama dari kata anathema ini adalah “sesuatu atau seseorang yang dipersembahkan (di Bait Allah)” dengan kekuatan janji atau nazar. Jadi, ketika ada korban yang dipersembahkan kepada Tuhan sebagai penebusan salah atau pengampunan dosa bagi seseorang, maka korban itu tertimpa kutuk, yang mestinya kutuk itu tertanggung atas diri orang yang bersalah itu. Itu sebabnya, hukuman yang dijatuhkan kepada korban adalah tanpa ampun. Seperti halnya sebuah korban, 34 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? jika orang atau hewan yang dikorbankan, maka harus sampai mati (Imamat 27:28-29; 1 Korintus 12:3; 16:22; Galatia 1:9). Dalam pelayanan dan kasihnya kepada orang Israel, Paulus pernah mengatakan, “Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani (Roma 9:3).” Senada dengan apa yang dikatakan Paulus, jauh sebelum itu Musa juga menyatakan hal yang sama, demi kasihnya kepada Israel, “Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari kitab yang telah Kau tulis” (Keluaran 32:32). Namun Allah tidak pernah memberikan kesempatan atau mengizinkan apa yang dinyatakan oleh dua hamba-Nya yang setia di zaman yang berbeda itu terwujud. Kutuk atas dosa manusia itu terlalu berat jika ditanggungkan kepada seseorang, sekalipun ia memiliki kasih yang sangat besar kepada sesamanya. Karena menjadi kutuk atau menanggung kutuk, itu membawa pada kenyataan penghukuman tanpa ampun. Dalam hal ini kutuk juga bisa berarti keadaan terpisah dari Allah. Membayangkan keSeri Tinjauan Teologis | 35 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? adaan ini saja sudah menjadi hal yang mengerikan. Yang dilakukan baik oleh Musa mau pun Paulus, tentulah bukan pernyataan basa basi. Kesediaan untuk menjadi kutuk, dalam hal ini yang dikorbankan, hanya mungkin terjadi oleh seorang yang memiliki rasa kasih yang besar, sehingga ia bersedia mengorbankan jiwanya seperti halnya ia mengorbankan tubuhnya, demi orang-orang yang dikasihinya itu. ....kutuk juga bisa berarti keadaan terpisah dari Allah. Sesungguhnya, dari keseriusan pernyataan ini, bahkan kita dapat mengukur seperti apa Musa dan Paulus mengasihi umat Tuhan dan orang-orang yang belum percaya. Sampai mereka bersedia menjadi kutuk agar orang lain diselamatkan. Tidak ada hal yang berkaitan dengan kasih, yang lebih besar dari ini. Namun, jika sampai pada pengertian kutuk semacam ini tidak ada yang pernah bisa dan mungkin mencapainya kecuali dilakukan oleh Allah sendiri di dalam Yesus Kristus, yang secara nyata menjadi kutuk untuk menggantikan apa yang seharusnya ditanggung oleh manusia. Keadaan sebagai orang terkutuk ditanggung-Nya, terpisah dari Allah, dihukum tanpa 36 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? ampunan, dan mencapai klimaks atau totalitasnya pada kematian. Baik pernyataan Musa maupun Paulus lebih berupa keinginan, yang kalau mungkin diwujudkan, mereka bersedia menanggungnya. Pernyataan ini saja sudah sangat luar biasa ketika dinyatakan oleh seorang hamba Allah. Namun hal demikian tidak pernah terjadi pada mereka. pengertian kutuk semacam ini tidak ada yang pernah bisa dan mungkin mencapainya kecuali dilakukan oleh Allah sendiri di dalam Yesus Kristus, yang secara nyata menjadi kutuk untuk menggantikan apa yang seharusnya ditanggung oleh manusia. Maka dengan jelas, kita dapat merasakan betapa gelap dan ngerinya keadaan terpisah dari Allah dalam tanggungan kutuk pada diriNya, yang nampak dalam salah satu pernyataan sebelum kematian-Nya, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” – Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Tidak ada kengerian yang lebih hebat dari kenyataan ini: Ditinggalkan oleh Allah. Sesungguhnya memang tidak ada seorang pun yang sanggup Seri Tinjauan Teologis | 37 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? menanggung kutuk itu dengan sempurna, sekalipun ia bersedia. Jadi yang dilakukan oleh Yesus, bukan sekedar menunjukkan kebaikan hati yang berlebihan karena kesediaan-Nya menanggung. Jika kita memahami seberapa besar kekuatan kutuk yang ditanggungkan atas diri-Nya, maka kesadaran akan kebesaran cinta kasih-Nya kepada umat manusia mestinya tidak lagi diragukan. Ketika dalam tradisi gereja mula-mula dicatat bahwa orang-orang Kristen dikejar dan dipaksa untuk mengutuki Yesus, tentu ini menjadi penghinaan yang mengerikan, jika dibandingkan dengan keberadaan Yesus sendiri yang adalah mulia. Dalam kemuliaan-Nya ia menjadi kutuk menggantikan manusia, dan manusia berbalik mengutuki-Nya. Tidak ada yang lebih hina dari yang dilakukan manusia, selain ketika ia mengutuki Allah yang telah menanggung kutuk dirinya. Sekali lagi harus diingat, bahwa tindakan mengutuki itu bukan sekedar mengata-ngatai, tetapi lebih kepada tindakan penyingkiran, memisahkan Dia dari hidup kita. 38 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? 3. Hubungan antara Kutuk dan Berkat dengan Perjanjian Allah Sesungguhnya maksud terdalam hati Allah kepada umat-Nya adalah Ia berhasrat untuk memberkati umat manusia daripada menghancurkan dan membinasakan umat-Nya lewat tindakan kutukan. Karena berkat merupakan fokus utama dari hubungan perjanjian (covenant) yang Ia bangun antara diri-Nya dengan umat-Nya. Atas dasar inilah maka berkat menempati tempat utama dalam pemberitaan mengenai hubungan Allah dengan umat. Memang pada kenyataannya, Alkitab menyatakan bahwa berkat merupakan suatu keadaan atau status yang disukai oleh Allah. Selain itu, berkat juga berbicara tentang kemakmuran dan kesuksesan. ....maksud terdalam hati Allah kepada umat-Nya adalah Ia berhasrat untuk memberkati umat manusia daripada menghancurkan dan membinasakan umat-Nya lewat tindakan kutukan. Orang-orang Kristen tertentu menekankan berkat dalam pengertian ini, yaitu berSeri Tinjauan Teologis | 39 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? kaitan dengan kemakmuran dan kesuksesan. Memang tidak sepenuhnya salah, karena kemakmuran dan kesuksesan kadangkala dapat menjadi indikasi berkat Tuhan yang diturunkan. Tetapi yang harus diingat, bahwa kemakmuran dan kesuksesan bukanlah satu-satunya indikasi orang yang diberkati. Harus juga memahami bahwa berkat Allah itu juga dikaitkan dengan status atau keadaan yang Allah sukai. Misalnya, hidup seperti apa yang disukai oleh Allah? Tentu hidup dengan kualitas moral yang baik, hidup yang dijalani dengan rasa takut akan Allah. Harus juga memahami bahwa berkat Allah itu juga dikaitkan dengan status atau keadaan yang Allah sukai. Itu sebabnya, kekudusan dan kesetiaan menjadi karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang untuk menerima berkat dari Allah. Kualitas karakter tersebut mengarah pada kekudusan hidup di hadapan Tuhan. Hal ini terkait dengan ketaatan. Dalam konteks perjanjian (covenant), ketaatan menjadi dasar utama kesepakatan sebuah perjanjian. Konsekuensi dari pelanggaran manusia terhadap ketetapan-Nya adalah kutuk, sebaliknya konsekuensi ketaat40 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? an manusia pada firman-Nya adalah berkat. Sekalipun muncul dua kontras atas tindakan Allah kepada manusia, dalam hal berkat dan kutuk, tetapi Allah terlebih suka memberikan berkat-Nya daripada menyatakan kutuk. Menarik sekali untuk disimak, di dalam Alkitab Perjanjian Lama, istilah berkat atau bentuk yang sama dengan arti berkat, digunakan sebanyak 410 kali; sedangkan istilah kutuk atau bentuk yang sama dengan arti kutuk, digunakan sebanyak 338 kali. Dalam Alkitab Perjanjian Baru, istilah berkat terdapat 112 kali dan kutuk ditemukan sebanyak 23 kali. Jadi, berkat lebih banyak dibicarakan dari pada kutuk. Mungkin itu juga sebabnya, mengapa banyak orang Kristen lebih banyak tahu tentang berkat, dan begitu yakinnya untuk melakukan klaim-klaim tertentu kepada Allah untuk menurunkan berkat-Nya. Turunnya berkat dan kutuk atas umat manusia, itu murni merupakan kedaulatan Allah. Turunnya berkat dan kutuk atas umat manusia, itu murni merupakan kedaulatan Allah. Setan juga dapat menyampaikan kutuk kepada seseorang atau sesuatu. Namun jika Setan Seri Tinjauan Teologis | 41 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? yang melakukannya, itu sepenuhnya atas seizin Allah. Perhatikan bagaimana Setan mesti mendapatkan izin dari Allah untuk mencobai Ayub dan keluarganya dalam malapetaka hebat yang terjadi pada seluruh keluarga, harta benda, dan bahkan dirinya sendiri seperti orang yang kena tulah (lihat Ayub 1:6-12). Kita juga mengingat bagaimana Balak memanggil Bileam untuk mengutuki orang Israel. Saat itu Bileam mengatakan kepada utusan Balak bahwa ia menunggu apa yang dikatakan Allah kepadanya. Dalam Bilangan 22:12 dikatakan – Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: “Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.” tanpa seizin Tuhan, siapapun tidak akan dapat menurunkan kutuk kepada umat Allah. Dari bagian ini tegas sekali Alkitab menerangkan, bahwa tanpa seizin Tuhan, siapapun tidak akan dapat menurunkan kutuk kepada umat Allah. 1 Yohanes 5:18 – “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menja42 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? mahnya.” Kembali mengingat apa yang Allah janjikan kepada Abraham yaitu Allah menjanjikan berkat, yang akan dirasakan oleh seluruh keturunan Abraham. Kejadian 12:3 tertulis “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orangorang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Ini adalah sebuah penetapan dari Allah, ketika Ia membangun perjanjian-Nya dengan Abraham. Dan perjanjian ini tidak pernah diingkari-Nya. Artinya Allah memegang perjanjianNya. Janji Allah untuk seluruh keturunan Abraham adalah berkat bukan kutuk. Sebagai milik Kristus, kita orang percaya adalah orang yang sudah dibebaskan dari kutuk. Janji Allah untuk seluruh keturunan Abraham adalah berkat bukan kutuk. Sebagai milik Kristus, kita orang percaya adalah orang yang sudah dibebaskan dari kutuk. Itulah sebabnya Paulus dalam Galatia 3:29 menyatakan, “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” Yang diperlukan dari kita adalah percaya. Jika demikian yang dinyatakan Allah kepada AbraSeri Tinjauan Teologis | 43 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? ham tentang dirinya dan semua keturunannya, apakah mungkin orang percaya masih dapat dibelenggu oleh kutuk keturunan? 4. Kutuk dikaitkan dengan dosa keturunan/ asal Ada kemungkinan orang mengaitkan antara kutuk keturunan dengan dosa asal, atau sebagian menyebutnya dengan dosa keturunan. Tetapi jika dikaitkan dengan dosa asal (original sin), maka dosa yang ditanggung adalah dosa Adam, manusia pertama itu. Namun kenyataan kutuk dosa asal yang membelenggu manusia itu, telah selesai, telah dipatahkan dan telah lunas dibayar oleh pengorbanan dan darah Kristus. Itu sebabnya, dalam penderitaan dan kematian-Nya, dinyatakan bahwa Kristus menanggung kutuk dosa manusia. Nampak jelas dalam tulisan Paulus, “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1 Korintus 15:22). 5. Kutuk hukum Taurat Adakalanya pelepasan terhadap kutuk keturunan dikaitkan dengan kutuk hukum Taurat. 44 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? Di mana setiap orang yang melanggar perintah Allah, akan menanggung kutuk seumur hidupnya. “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!” (Ulangan 27:26). Dari ayat ini, banyak penganut aliran yang mempercayai kutuk keturunan, mengatakan mungkin ia sendiri tidak tahu apa yang dilakukan oleh para leluhur kita, namun yang jelas itu telah menyakiti hati Allah, sehingga kena kutuklah dia, namun bukan hanya orang yang telah melakukan kesalahan itu, tetapi juga sampai kepada keturunannya. Bahkan akan ada di antara keturunannya yang menanggung kutuk paling berat dari nenek moyang tersebut. Untuk mengatasinya, hanya mungkin dilakukan dengan doa pelepasan yaitu memohonkan kembali kepada Tuhan agar mencabut akar dari kutuk keturunan tersebut dan memberikan pengampunan-Nya. Padahal mengenai hal ini, jelas Paulus mengatakan, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:21). Artinya, penyaliban Kristus telah menyelesaikan segalanya, termasuk belenggu hidup di bawah kutuk Seri Tinjauan Teologis | 45 Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? hukum Taurat. Ada banyak ayat Alkitab yang sering ditafsirkan secara keliru karena ketidakjelasan dari apa yang dimaksudkan penulis kitab tersebut. Atau kemungkinan lainnya yaitu pengajar-pengajar sesat mengambil dukungan dari ayat-ayat Alkitab. Ketika melihat ayatayat Alkitab dipakai sebagai dukungan dari pengajaran tersebut, orang-orang Kristen tertentu mengatakan bahwa apa yang diajarkan itu benar. Hal ini terjadi karena dangkalnya pemahaman akan firman Tuhan di antara orang-orang Kristen itu sendiri, hingga tidak dapat membedakan mana ajaran yang benar dan yang salah. Setelah mereka tidak mengkritisi ayat-ayat pendukung yang dipakai.Padahal sangat mungkin para pengajar palsu itu mengutip ayat Alkitab tanpa ia sendiri mengetahui apa arti sesungguhnya atau pengertian yang benar dari ayat tersebut. Tentang hidup di bawah kutuk hukum Taurat yang dimaksudkan oleh Paulus adalah, tidak ada seorang pun dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat, karena orang benar akan hidup oleh iman (Galatia 3:10-12). Hukum tidak dapat memberi kehidupan, sekalipun orang tersebut tinggal dalam 46 | Seri Tinjauan Teologis Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk? keadaan menuruti semua hukum yang tertulis. Inilah bukti, menurut Paulus, tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah melalui hukum Taurat. Hanya oleh iman di dalam Kristus, orang dapat dibenarkan. Sesungguhnya ayat ini sama sekali tidak bicara tentang kutuk keturunan. Tetapi Paulus lebih membicarakan bagaimana pembenaran yang dilakukan oleh Kristus terhadap kita, merupakan penggenapan dari berkat Abraham yang pernah dijanjikan. Dan kutuk hukum Taurat itu telah dipatahkan oleh pengorbanan dan penyaliban Kristus bagi umat manusia (Galatia 3:14). Ada banyak bagian firman Tuhan mengungkapkan, bahwa hanya Allah yang memegang kuasa atas hidup dan matinya manusia. Dan Allah memang menyatakan perlindungan-Nya kepada umat-Nya dari segala yang jahat. Yang harus kita lakukan adalah percaya pada janji-Nya dan hidup di dalam kebenaran janji Allah itu. Jadi kepercayaan yang diletakkan pada kutuk keturunan yang menguasai hidup manusia dengan belenggu yang begitu memberatkan dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia, sungguh amat sangat tidak Alkitabiah. Seharusnya, setiap orang Kristen, terlepas dari pemikiran yang menyesatkan ini. abab Seri Tinjauan Teologis | 47 E. Cara Pandang dan Sikap yang Benar Menghadapi Pengajaran tentang Kutuk Keturunan Seri Tinjauan Teologis | 49 Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar Cara Pandang dan Sikap yang Benar Menghadapi Pengajaran tentang Kutuk Keturunan: 1. Kenyataan tentang kutuk keturunan yang sering diajarkan oleh aliran-aliran tertentu dalam kekristenan tidaklah benar. Bahwa ada ayat-ayat dalam kitab Musa menuliskan bahwa Allah akan menghukum anakanak oleh karena dosa orang tua dan nenek moyangnya sampai pada keturunan ketiga dan keempat, itu memang benar. Tetapi sangatlah salah apabila ayat tersebut dipakai sebagai pendukung ajaran kutuk keturunan, karena maksud dari ayat tersebut tidaklah demikian (lihat penjelasan hal 2). Allah memperhitungkan dosa yang dilakukan oleh individu, dan tanggungan atas dosa itu ditanggung sendiri oleh orang yang melakukan perbuatan dosa itu. Seperti dicatat dalam kitab Yehezkiel, menyatakan bahwa setiap orang akan bertanggungjawab atas dosanya sendiri. Ia menuliskan nubuatannya dengan mengatakan, “Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Tetapi kamu berkata: Seri Tinjauan Teologis | 51 Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (Yehezkiel 18:4, 19-20). 2. Memiliki keyakinan bahwa kutuk dan berkat adalah hak Allah untuk melaksanakannya, dan tidak seorang pun bahkan hukum apapun dapat menggantikan otoritas Allah terhadap dua hal ini. Jika Setan melakukannya, itu pun atas seizin Allah. Dalam konteks demikian, maka tidaklah mungkin kutuk dari satu generasi diturunkan kepada generasi berikutnya oleh otoritas manusia atau Setan tanpa seizin Tuhan. 3. Kutuk yang terjadi dalam diri manusia hanya dapat diselesaikan oleh Allah saja. Jangan ada seorang pun berpikir bahwa ia dapat melepaskan diri dari kutuk yang telah ditetapkan oleh Allah, karena tidak ada seorang pun yang lebih berkuasa dari 52 | Seri Tinjauan Teologis Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar Allah dalam hal ini. Bahkan kalaupun kita masih hidup di bawah kutuk, tidak ada bentuk pelayanan pelepasan dengan ritual apapun yang dapat melepaskannya, karena kuasa untuk melepaskan bukan berdasarkan pada berbagai ritual doa pelepasan, tetapi Allah sendiri dengan kuasa dan otoritas-Nya yang membebaskan. 4. Doa pelepasan hendaknya dimengerti bukan sebagai doa yang lebih keramat dibandingkan dengan jenis doa yang lain. Jika kita ingin tetap menggunakan istilah ‘doa pelepasan’, maka doa tersebut lebih kepada permohonan yang ditujukan kepada Allah agar seseorang menerima keselamatan yang daripada Allah saja. 5. Percaya bahwa Allah telah mematahkan kutuk apapun yang mengikat diri manusia di dalam Kristus, sesaat ia bertobat dan berbalik kepada Allah. Sejak itu tidak ada lagi kuasa lain yang menguasai dirinya, selain Allah sendiri dengan kasih dan anugerah-Nya (lihat Yunus 3:10). 6. Bagi orang percaya dengan tulus hati memelihara hukum-hukum-Nya, mengasihi dan setia serta taat kepada-Nya di dalam iman kepada Yesus Kristus, maka ia adalah orang yang diberkati. Apapun yang telah diperbuat nenek moyangnya, tidak Seri Tinjauan Teologis | 53 Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar akan memiliki pengaruh apapun bagi dirinya. 7. Kalaupun ada hukuman yang ditanggungkan atas kita, maka hal itu terkait dengan dia yang telah menyimpang dari jalan Tuhan. Dengan cara menyembah dan taat kepada allah lain, yang bukan Allah di dalam Yesus Kristus, atau membenci atau menolak Yesus menjadi Tuhan atas kehidupannya. Hukuman yang dia tanggung tidak lagi terkait dengan hukuman atas dosa nenek moyang atau leluhurnya. 8. Allah berhak menghukum setiap perbuatan dosa yang kita lakukan. Seiring dengan kedaulatan-Nya untuk menghukum, Ia pun berdaulat untuk mengampuni. Itu sebabnya, kita harus menghargai anugerah pengampunan itu, supaya memberikan kewaspadaan kepada kita untuk tidak terus menerus hidup di dalam dosa. 9. Setiap orang yang telah menerima Kristus telah menerima pembenaran dan pengudusan, memiliki status yang baru di dalam Kristus. 10. Setiap orang Kristen seharusnya memiliki sukacita yang besar dalam hidupnya, karena Allah terlebih suka untuk menyatakan berkat-Nya daripada menghempas54 | Seri Tinjauan Teologis Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar kan orang dalam kutukan. Itu sebabnya, setiap orang yang tidak dapat melepaskan diri dari pikiran keterikatan dengan kutuk keturunan, adalah orang yang belum sepenuhnya mengerti arti percaya mengakui dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya. Satu-satunya jalan keluar atau pembebasan dari keterikatan keadaan ini adalah “Bertobat dan berbalik kepada Allah di dalam Yesus Kristus!” abab Seri Tinjauan Teologis | 55 Kepustakaan Eichrodt, Walther, Theology of the Old Testament. Vol. I. London: SCM, 1961. Douglas J. D., ed., Ensiklopedi Alkitab masa Kini. Terj., Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997. House, Paul R. Old Testament Theology. Downers Grove: InterVarsity, 1998. Orr, James., ed., The International Standard Bible Encyclopaedia. Vol. II. Peabody: Hendrickson Publishers, 1994. Prince, Derek, Blessing or Curse You can Choose. Grand Rapids: Chosen Books, 1990. Smiles, Vincent M., The Gospel and The Law in Galatia. Collegeville: The Liturgical, 1998. Swindoll, Charles R., ed., The Theological Wordbook. Nashville: Word Publishing, 2000. Website John Calvin, When Curse Becomes Blessing (http://www.the-highway.com/Calvin_Gal3b. html) _________, Generational Curses and Freemasonry (http://www.generational-curse.com) Randy Felton, Blessings and Curses (www. haydid.org/potter.htm) John H. Walton, Curse and Bless (http:// www.koinoniablog.net/2008/10/hebrew-corner8-curse-and-bless-by-john-h-walton.html) 56 | Seri Tinjauan Teologis