Memahami tentang kutuk menurut alkitab

advertisement
SERI TINJAUAN TEOLOGIS
Memahami
tentang
kutuk
menurut
alkitab
G.I. Casthelia Kartika M. Th.
Sinode Gereja Kristus Yesus
Seri Tinjauan Teologis
Judul: Memahami Tentang Kutuk
Menurut Alkitab
Penulis: G.I. Casthelia Kartika, M. Th.
Editor: Bid. Pembinaan Sinode GKY
Cetakan pertama, Mei 2012
Diterbitkan oleh :
Sub Bidang Pengajaran
Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
KATA Pengantar
P
ergumulan orang-orang Kristen bukan
saja terkait di dalam area kenyataan
yang orang-orang Kristen hadapi di dalam kehidupan yang nyata, namun juga bagaimana
orang-orang Kristen memahami kenyataan
kehidupan itu. Pemahaman terhadap realitas
tidak selalu sesuai dengan realitas itu sendiri.
Realitas yang sederhana dapat dipandang sebagai realitas yang tidak sederhana, hal itu terjadi karena pemahaman realitas.
Pemahaman yang keliru di dalam kekristenan adalah pemahaman yang dianut oleh
orang Kristen dengan anggapan bahwa pemahaman tersebut adalah pemahaman yang
diajarkan oleh Alkitab, padahal pemahaman
tersebut bukanlah pemahaman dari Alkitab.
Pemahaman yang keliru ini bukan saja membuat praktik-praktik kekristenan yang keliru, juga menambah beban pergumulan bagi
orang-orang Kristen. Pemahaman yang keliru
ini merupakan hal yang sangat mungkin terjadi, karena Alkitab terbuka bagi semua orang
(di dalam arti bahwa Alkitab boleh dibaca oleh
semua orang) dan setiap orang bisa saja memberikan tafsiran terhadap ayat-ayat di dalam
Alkitab. Tafsiran yang keliru dan diajarkan
dengan penuh kharisma, akan membawa keSeri Tinjauan Teologis | iii
pada pemahaman banyak orang Kristen juga
keliru. Pemahaman yang keliru ini amat membingungkan orang-orang Kristen lainnya. Tidak heran ada juga orang-orang Kristen yang
bingung menjadi orang Kristen yang ikut-ikutan jadi keliru.
Buku ini membahas terkait dengan kutuk
yang sudah cukup membingungkan banyak
orang-orang Kristen. Penerbitan buku ini dimaksudkan sebagai pengajaran bagi anggota
jemaat GKY khususnya, dan orang-orang
Kristen pada umumnya, agar memiliki pemahaman yang sesuai dengan apa yang diajarkan
Alkitab. Kutuk, yang menjadi topik pembahasan di dalam buku ini, telah menghantui
orang-orang Kristen tertentu, sehingga mereka hidup di dalam tekanan, kegagalan, bahaya
dan penderitaan. Pertanyaannya adalah apakah mereka itu sedang mengalami kutuk itu
sendiri atau mereka sedang mengalami pemahaman mereka tentang kutuk padahal mereka
bukan sedang mengalami kutuk itu? Semoga
buku ini berguna dan menjadi berkat bagi kita
semua. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
Ketua Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
iv | Seri Tinjauan Teologis
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................... iii
Pendahuluan . ............................................. vi
A. Apakah Alkitab Berbicara tentang
Kutuk Keturunan? . ..................................1
B. Fenomena Kutuk .................................... 9
C. Berkat sebagai Kontras dari Kutuk .......17
D. Apa yang Alkitab Katakan tentang
Berkat dan Kutuk? . ...............................23
1. Apakah Artinya Kutuk? .....................26
2. Kekuatan Kutuk .................................32
3. Hubungan antara Kutuk dan Berkat
dengan Perjanjian Allah . ....................38
4. Kutuk dikaitkan dengan dosa
keturunan/asal ....................................44
5. Kutuk Hukum Taurat .........................44
E. Cara Pandang dan Sikap yang Benar
Menghadapi Pengajaran tentang
Kutuk Keturunan . ..................................49
Kepustakaan . .............................................56
S
pendahuluan
ebagian besar orang Kristen pastilah
pernah mendengar istilah “Kutuk Keturunan”. Kutuk keturunan adalah penghukuman yang dijatuhkan kepada individu-individu
tertentu, oleh karena dosa-dosa yang dilakukan oleh keluarganya atau beberapa generasi
sebelum dirinya. Yang jelas kutuk ini dianggap dapat merampas seluruh kualitas hidup
yang dimiliki seseorang, misalnya sakit, kegagalan, dipermalukan, bahkan sampai kepada
kematian.
Dalam kurun waktu lebih dari sepuluh tahun ini, ada banyak pelayanan yang bermunculan terkait dengan pelepasan terhadap kutuk
semacam ini bahkan ada yang mengajarkan
bahwa banyak dari antara orang Kristen perlu
untuk dibebaskan atau dilepaskan dari kutukkutuk keturunan yang selama ini berpengaruh
sangat buruk dalam kehidupan mereka. Pelayanan-pelayanan semacam ini selalu memberitakan perlunya dipatahkan kutuk keturunan
yang membelenggu kehidupan. Kutuk itulah
yang membuat hidup menjadi tidak lancar,
jauh dari keberhasilan, dan semua pengalaman buruk lainnya. Dan ironisnya, tidak sedikit
orang Kristen yang terseret dengan pengajaran
vi | Seri Tinjauan Teologis
ini dan meyakini bahwa kegagalan, atau sakit
yang dia alami itu lebih disebabkan oleh kutuk
keturunan. Karena itu seolah-olah tidak habishabisnya mereka berusaha mencari penyelesaian dari semua persoalan hidupnya lewat
doa pelepasan dari kutuk keturunan.
Dan ironisnya, tidak sedikit
orang Kristen yang terseret
dengan pengajaran ini
dan meyakini bahwa kegagalan,
atau sakit yang dia alami itu lebih
disebabkan oleh kutuk keturunan.
Tentu saja kepada orang-orang demikian,
tidak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali menolong mereka untuk mengetahui siapa
mereka yang telah hidup di dalam Kristus, dan
kemerdekaan seperti apa yang sesungguhnya
telah mereka miliki di dalam Kristus. Mengajar mereka juga untuk menyingkirkan semua
ketakutan tentang kutuk-kutuk tersebut melalui pemahaman tentang kebenaran yang telah
dinyatakan Allah lewat firman-Nya. Seperti
yang dituliskan dalam Yohanes 8:32 – “… dan
kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Seri Tinjauan Teologis | vii
Pengajaran tentang kutuk keturunan ini
muncul dari penafsiran ayat yang diambil dari
Akitab Perjanjian Lama khususnya, sehingga
mengakibatkan suatu keyakinan bahwa kutuk
keturunan itu memang terjadi, bahkan sangat
mungkin kita menanggung kutuk dari leluhur
atau nenek moyang kita yang sesungguhnya
kita juga sudah tidak mengetahui siapa dia.
Tidak sedikit juga penulis-penulis buku yang
menuliskan tentang bagaimana menghancurkan kutuk keturunan ini.
Pemaparan dalam buku kecil ini akan
memberikan pengertian mengenai apa yang
melatarbelakangi Alkitab ketika membicarakan tentang kutuk keturunan dan pengertian
dari kutuk itu sendiri, mengapa hal ini banyak
diajarkan secara salah, dan apakah kutuk-kutuk itu masih berlangsung sampai saat ini?
Ketika membahas tentang kutuk, maka tidak
mungkin kita tidak membicarakan kontrasnya,
yaitu berkat. Walaupun fokus penjelasan ini
pada kutuk, namun sedikit banyak juga akan
menyinggung tentang berkat dalam Alkitab.
abab
viii | Seri Tinjauan Teologis
A.
Apakah
Alkitab
Berbicara
tentang
Kutuk
Keturunan?
Seri Tinjauan Teologis | Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan?
A
dalah benar bahwa Alkitab membicarakan tentang kutuk keturunan (generational curse). Misalnya, tertulis dalam Imamat
26:39 – “Dan siapa yang masih tinggal hidup
dari antaramu, mereka akan hancur lebur
dalam hukumannya di negeri-negeri musuh
mereka, dan karena kesalahan nenek moyang
mereka juga, mereka akan hancur lebur sama
seperti nenek moyang mereka.” Ayat lain yang
sepertinya membicarakan tentang kutuk keturunan adalah, “… tetapi tidaklah sekali-kali
membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa
kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada
keturunan ketiga dan keempat.” (Keluaran
34:6-7, lihat juga Keluaran 20:5; Bilangan
14:28; Ulangan 5:9).
Sesungguhnya bagian ayat-ayat yang menuliskan tentang kutuk keturunan ini bukan
dalam pengertian kutuk dosa nenek moyang
ditanggungkan kepada generasi berikutnya.
Tetapi pengertiannya lebih kepada dosa yang
dilakukan oleh satu generasi akan diteruskan
oleh generasi berikutnya. Bahkan juga bukan
satu generasi saja yang berkomitmen melakukan dosa yang sama, karena hal ini bisa saja
terjadi pada generasi-generasi berikutnya. SeSeri Tinjauan Teologis | Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan?
perti halnya dalam catatan tentang raja-raja di
Israel dan Yehuda, bahwa anak-anak mereka
melakukan apa yang jahat di mata Tuhan seperti ayah mereka.
...pengertiannya lebih kepada dosa
yang dilakukan oleh
satu generasi akan diteruskan
oleh generasi berikutnya.
Jadi kalau Allah menghukum sampai keturunan ketiga dan keempat, itu bukan dikarenakan sang anak harus menanggung dosa orang
tua atau leluhurnya, tetapi karena anak tersebut juga melakukan dosanya sendiri. Maka
Allah pasti menjatuhkan hukuman juga atas
generasi-generasi berikutnya yang melakukan
dosa yang sama dengan yang dilakukan nenek
moyang mereka. Tetapi sesungguhnya Allah
sendiri telah menetapkan bahwa anak-anak
tidak bertanggungjawab atas dosa orang tuanya, demikian juga sebaliknya. Setiap orang
harus bertanggungjawab atas dosanya sendiri
(Ulangan 24:16).
Bukankah ini bisa menjadi sebuah penyesatan dan penyimpangan, apabila dengan yakin dikatakan bahwa kutuk keturunan itu ma | Seri Tinjauan Teologis
Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan?
sih mengikat kita sehingga perlu dilepaskan,
sementara Alkitab sama sekali tidak mengatakan demikian. Allah menekankan tentang hukuman atas dosa yang diberlakukan kepada si
pembuat dosa secara langsung. Selain itu jelas
dikatakan dalam Alkitab Perjanjian Baru, bahwa tidak ada lagi orang percaya yang hidup di
bawah kutuk oleh karena penebusan dan keselamatan yang datang dari Allah melalui Yesus
Kristus.
Allah menekankan tentang
hukuman atas dosa
yang diberlakukan kepada
si pembuat dosa secara langsung.
Ketika orang Kristen secara terus menerus
memberitakan dengan kuat bahwa kutuk keturunan itu masih mengikat orang Kristen, hal
ini bisa merupakan perendahan terhadap karya
dan anugerah Allah melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Akibat dari pengajaran tentang kutuk keturunan ini banyak orang Kristen bisa menjadi putus asa, karena tidak tahu bagaimana
caranya keluar dari keadaan itu. Bahkan doa
pelepasan pun tidak menjadi solusi, karena
Seri Tinjauan Teologis | Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan?
ketika kehidupan tidak membaik, maka orang
yang terkena kutuk dan sedang dilayani itu
bisa merasa dirinya kurang beriman, sehingga
belenggu kutuk itu pun tidak bisa terlepas dari
dirinya. Bukankah ini menjadi sesuatu yang
sangat berat dan beban atau ketakutan yang
terus menghantui sepanjang hidup?
...memberitakan dengan kuat bahwa
kutuk keturunan itu masih mengikat
orang Kristen, hal ini bisa merupakan perendahan terhadap karya dan
anugerah Allah melalui kematian
dan kebangkitan-Nya.
Ada janda yang terkena penyakit kanker
dengan level penyakit yang sudah cukup berat yaitu pada stadium 4. Menanggung rasa
sakitnya saja sudah sangat menderita, belum
lagi dia kerap kali mendengar tuduhan dari keluarga suaminya bahwa sakit yang dia derita
itu adalah akibat dari kutuk keturunan yang
ditanggungkan kepada dirinya. Karena suaminya sudah meninggal, maka janda inilah yang
harus menanggung kutuk itu. Beratnya sakit
yang dia tanggung diperberat dengan beban
pikiran yang harus ditanggungnya. Mengapa
| Seri Tinjauan Teologis
Apakah Alkitab Berbicara Tentang Kutuk Keturunan?
dia harus menanggung penderitaan seberat ini
untuk dosa yang diperbuat oleh nenek moyang atau leluhur yang dia tidak pernah tahu
sebelumnya? Banyak pelayan doa pelepasan
mengunjungi janda ini. Makin dikunjungi
dan didoakan, makin diperdengarkan kepadanya bahwa kesembuhan yang belum kunjung
tiba lebih disebabkan karena kutuk itu belum
benar-benar keluar dari dirinya, ikatan kutuk
yang ada pada dirinya sangat kuat.
Dapatkah dibayangkan, beban seperti apa
yang harus ditanggung oleh ibu ini? Ia selalu dihantui dengan perasaan bahwa penyakit
yang dideritanya itu akibat hukuman Tuhan
karena dosa nenek moyang dari pihak suaminya. Dengan putus asa ibu ini berbicara kepada
seorang hamba Tuhan mengenai rasa frustrasinya terhadap penyakit yang dideritanya. Sampai suatu hari ia mendengar pengajaran yang
benar dari seorang hamba Tuhan, tentang apa
yang firman Tuhan katakan tentang kutuk.
abab
Seri Tinjauan Teologis | B.
FENOMENA
KUTUK
Seri Tinjauan Teologis | Fenomena Kutuk
S
ecara umum, kutuk dipahami sebagai
keadaan yang sangat negatif, yaitu keadaan dimana seseorang tertimpa malapetaka,
bisa dalam bentuk penyakit, kesusahan, atau
bencana yang tidak ada habisnya menimpa
kehidupan. Biasanya juga, orang memahami
bahwa kutuk itu bisa terjadi karena kesalahannya sendiri atau kesalahan leluhurnya yang
ditimpakan kepadanya. Berat atau ringannya
kutuk yang ditanggung, berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dibuat, atau kuat tidaknya janji yang diingkari (dalam hal ini keterikatan perbuatan salah dan pelanggaran janji
kepada suatu kuasa di luar manusia; sebutlah
itu dewa, roh-roh orang yang sudah meninggal, Iblis, bahkan seringkali dikaitkan juga dengan Tuhan).
Fenomena dan pemahaman tentang kutuk
di antara orang Kristen, sangat beragam. Sama
beragamnya dengan pemahaman mengenai
berkat. Begitu beragamnya pandangan-pandangan yang ada, hingga tanpa terasa pemahaman dan pandangan mengenai topik ini tidak lagi digali dengan benar sesuai dengan apa
yang Alkitab katakan, tetapi sudah bercampur
dengan berbagai pandangan kafir atau kepercayaan lain, atau juga banyaknya terjadi misSeri Tinjauan Teologis | 11
Fenomena Kutuk
interpretasi (kekeliruan penafsiran) terhadap
topik tersebut. Tanpa pemahaman yang benar
tentang pengajaran Alkitab mengenai apapun,
sudah pasti akan menuai respons yang salah.
Tentu saja ini dapat menjadi hal yang sangat
berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena apa
yang kita pahami dan yakini, biasanya itu akan
menuntun pikiran kita untuk mendorong berbagai tindakan berdasarkan pemikiran itu. Jika
ada pemikiran berdasarkan pemahaman yang
salah, maka sudah dapat dipastikan bahwa
reaksi kita dan sikap kita, bahkan keputusan tindakan kita, akan didasarkan pada konsep atau
pemahaman keliru yang telah kita yakini itu.
Tanpa pemahaman yang benar
tentang pengajaran Alkitab
mengenai apapun, sudah pasti
akan menuai respons yang salah.
... apa yang kita pahami dan yakini,
biasanya itu akan menuntun pikiran
kita untuk mendorong berbagai
tindakan berdasarkan
pemikiran itu.
Itu sebabnya, setiap orang Kristen perlu
memahami dengan benar apa yang Alkitab
katakan dan ajarkan tentang berbagai hal yang
12 | Seri Tinjauan Teologis
Fenomena Kutuk
kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya tidak ada lagi kebingungan apapun
di dunia ini bagi setiap orang yang percaya
kepada Kristus, karena kita bisa mendapatkan jawaban dari Alkitab. Hal yang harus
terus diingat adalah bahwa firman Tuhan itu
ya dan amin. Segala sesuatu yang dijadikan
dan ada di dunia ini, tidak mungkin terjadi
di luar pengetahuan-Nya. Kesukaan terhadap firman Tuhan, berusaha untuk mempelajari, menghayati dan mengimaninya di
dalam hati kita, itulah dasar kekuatan setiap
orang percaya menghadapi berbagai angin
pengajaran yang begitu banyak bermunculan.
Kesukaan terhadap firman Tuhan,
berusaha untuk mempelajari,
menghayati dan mengimaninya
di dalam hati kita, itulah dasar
kekuatan setiap orang percaya
menghadapi berbagai
angin pengajaran yang
begitu banyak bermunculan.
Manifestasi dari kutuk, seringkali dipahami
dalam bentuk fenomena yang cukup ekstrim,
misalnya sakit penyakit yang terminal, atau
yang membuatnya harus sampai terisolasi
Seri Tinjauan Teologis | 13
Fenomena Kutuk
karena kondisinya sangat mengenaskan, kemelaratan, kondisi kejiwaan yang tidak normal, bahkan terkadang muncul dalam bentuk
kerasukan. Tidak sedikit juga aliran-aliran
dalam kekristenan yang mengaitkan kutuk
dengan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi, sehingga dengan mudah menambahkan
istilah kutuk pada masalah-masalah tersebut.
Misalnya, kutuk pisau operasi, kutuk disharmonisasi atau konflik keluarga, kutuk jalan
buntu mendapatkan pekerjaan, kutuk berat
jodoh, kutuk kemandulan atau tidak bisa punya anak, dan masih banyak lagi sebutan kutuk
yang lain. Kutuk seperti ini adalah ikatan yang
harus dilepaskan dari diri orang yang terkena
olehnya. Dikatakan bahwa orang tersebut sudah dan sedang dikuasai oleh Iblis, karena itu
doa dengan ritual tertentu, yang biasa disebut
dengan ‘doa pelepasan’ adalah salah satu cara
untuk melepaskan seseorang dari ikatan kutuk
yang dilakukan.
Pelayanan doa pelepasan ini pun menjadi
metode doa yang terus dicari, dipelajari, dan
dianjurkan ketika fenomena kerasukan terjadi
atau dirasakan seseorang. Ritual doa pelepasan
dilakukan, ada kalanya dengan benda-benda
tertentu seperti Alkitab, salib, roti dan anggur
Perjamuan Kudus, “minyak urapan”. Tentu
14 | Seri Tinjauan Teologis
Fenomena Kutuk
saja kalau melihat simbol-simbol ini, tidaklah
diragukan bahwa ini merupakan ritual Kristen.
Memang kita perlu bersikap kritis dan
memiliki pemahaman yang cukup untuk menyadari bahwa tidak semua ritual dengan
menggunakan lambang-lambang Kristen
adalah bentuk kekristenan yang sejati. Tidak
cukup hanya dengan memegang, memakai
dan menggunakan lambang-lambang Kristen, maka otomatis kebenaran sudah menjadi
bagiannya. Simbol-simbol Kristen ini sangat
banyak digunakan di dunia hiburan dengan
tujuan komersial. Misalnya, kalung salib dipakai oleh penyanyi yang tingkah pola atau
gaya panggungnya sungguh tidak pantas. Atau
dalam konteks kerohanian, lambang-lambang
atau benda-benda tersebut dikeramatkan, dan
dianggap mengandung nilai mistik yang melaluinya Allah bekerja.
Banyaknya pandangan, pendapat, serta
reaksi mengenai kutuk ini, menyebabkan berbagai kemungkinan kesalahan interpretasi
atau penafsiran, sehingga pengertian tentang
kutuk telah bergeser dari apa yang sebenarnya
Alkitab bicarakan atau maksudkan. Mungkin saja ini bukan sebuah kesengajaan untuk
menyelewengkan pemahaman Kristen yang
Seri Tinjauan Teologis | 15
Fenomena Kutuk
tertulis dalam Alkitab, tetapi sangat mungkin
salah satu penyebabnya adalah pemahaman
dan pengertian yang tidak tepat terhadap firman Tuhan. Sebenarnya apa pengertian dari
kutuk secara alkitabiah?
Berdasarkan pergumulan akan berbagai
pengajaran yang bermunculan tentang “kutuk” akhir-akhir ini, dan begitu banyak kepercayaan yang tidak didasarkan pada pengajaran yang benar, maka dalam tulisan ini juga
akan dipaparkan bagaimana Berkat dan Kutuk
dipahami oleh kebanyakan orang Kristen pada
saat ini? Tepatkah berpandangan demikian?
Dan apa kata firman Tuhan tentang Berkat dan
Kutuk?
abab
16 | Seri Tinjauan Teologis
C.
Berkat
sebagai
Kontras dari
Kutuk
Seri Tinjauan Teologis | 17
Berkat Sebagai Kontras Dari Kutuk
S
ebagai kontras dari kutuk, secara sederhana berkat sering dimengerti sebagai sesuatu yang baik, bermanfaat dan menyenangkan terjadi dalam hidup seseorang atas seizin
Tuhan tentunya. Tetapi mudah sekali juga
pengertian berkat ini menjadi sangat dangkal,
yaitu dengan menyempitkan pengertian berkat itu sebagai kesuksesan dalam hidup baik
keluarga maupun pekerjaan, kesembuhan dari
sakit, masalah berat yang terselesaikan, dan
kecukupan materi. Dengan kata lain, apa yang
menjadi kontras dari berkat adalah kutuk.
Tidak jarang kedangkalan pemahaman
bahkan kekeliruan pandangan tentang berkat
terjadi di kalangan Kristen. Orang Kristen memahami berkat sebagai indikasi bahwa dirinya
dikasihi oleh Tuhan atau tidak, didengar doanya atau tidak, diperhatikan atau tidak. Jika
makin banyak berkat yang diterima, maka makin besarlah kasih Tuhan kepadanya. Makin
sedikit yang dia terima atau makin kecil keberhasilan hidupnya, maka itu tandanya ia belum cukup benar hidupnya di hadapan Tuhan,
sehingga Tuhan Allah kurang mengasihinya.
Pertanyaan dan sikap yang selalu muncul
adalah bagaimanakah merebut perhatian
Seri Tinjauan Teologis | 19
Berkat Sebagai Kontras Dari Kutuk
Tuhan agar bisa memiliki hidup yang diberkati? Ada yang secara ekstrim mempersembahkan sejumlah hartanya, dengan harapan
Allah akan mengembalikan kepadanya berkali-kali lipat dari yang sudah diberikan. Atau
menjalankan disiplin-disiplin rohani lainnya,
sebagai tanda betapa seriusnya ia menjalani
hidup di hadapan Tuhan. Misalnya, berdoa,
berpuasa, beribadah atau melakukan hal rohani lainnya, demi berkat yang akan ia terima
sebagai ganjarannya. Melakukan hal rohani
dengan maksud dan motivasi yang tidak benar,
adalah sesuatu yang sangat keras diperingatkan oleh firman Tuhan, karena ia tidak akan
mendapatkan apa-apa dari apa yang dilakukan
itu, meskipun nampaknya bersifat rohani.
Pertanyaan dan sikap yang selalu
muncul adalah bagaimanakah
merebut perhatian Tuhan,
agar bisa memiliki
hidup yang diberkati?
Yakobus 4:1-3 menyatakan hal ini dengan
jelas, “Darimanakah datangnya sengketa
dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah
datangnya dari hawa nafsumu yang saling
berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya,
20 | Seri Tinjauan Teologis
Berkat Sebagai Kontras Dari Kutuk
lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi
kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu
bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak
memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak
menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu
habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”
Ayat ini ingin mengatakan, bahkan doa pun
yang adalah tanda hubungan dengan Allah,
dapat diselewengkan dengan maksud pemuasan diri terhadap apa yang diminta di dalam
doa tersebut untuk dikabulkan oleh Tuhan.
...sesungguhnya berkat tidak diberikan untuk memuaskan hawa nafsu
manusia. Berkat adalah bagian dari
anugerah Allah untuk kemuliaanNya dan di dalam kedaulatan-Nya.
Dalam pengertian ini maka sesungguhnya berkat tidak diberikan untuk memuaskan
hawa nafsu manusia. Berkat adalah bagian
dari anugerah Allah untuk kemuliaan-Nya dan
di dalam kedaulatan-Nya.
abab
Seri Tinjauan Teologis | 21
D.
Apa yang
Alkitab
Katakan
tentang
Berkat dan
Kutuk?
Seri Tinjauan Teologis | 23
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
B
erkat dan kutuk adalah istilah yang sangat
umum terdapat di dalam Alkitab. Kedua
istilah tersebut bahkan sudah muncul di kitab
pertama, yaitu Kitab Kejadian. Kitab Kejadian 1
dimulai dengan berkat, dan mulai Kejadian
3, 4 dan 9, banyak dibicarakan tentang kutuk.
Lalu penggunaan kedua istilah ini dilakukan
secara sejajar dan bergantian, mulai dari Kejadian 12:1-3 berkenaan dengan berkat Abraham.
Arti yang paling umum dari berkat adalah
“perkataan atau harapan terhadap sesuatu
yang baik tentang seseorang atau sesuatu.”
Secara khusus, dalam konteks yang lebih formal, istilah berkat menempatkan seseorang
dalam kasih sayang atau perlindungan Allah.
Berdasarkan akar katanya, istilah kutuk memang merupakan lawan kata dari berkat. Jika
berkat atas seseorang berarti memohonkan
perlindungan Allah atas mereka supaya mereka dapat menikmati kasih Allah, sedangkan
kutuk menyingkirkan dari mereka perlindungan dan kasih Allah. Terhadap kata kerja kutuk
dan berkat, Allah selalu menjadi subjeknya, ini
berarti bahwa kedua hal tersebut hanya Allah
yang dapat melakukannya.
Seri Tinjauan Teologis | 25
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
Sebenarnya, penyampaian berkat atau kutuk, penekanannya bukan cara-cara yang berbau magis atau mistik, sehingga perlu dilakukan dengan mantra-mantra tertentu. Salah satu
contoh yang paling jelas, ditemukan pada kisah
perkataan Daud kepada Saul dalam 1 Samuel
26:19. Jika bukan Tuhan yang membujuk Saul
melawan Daud, tetapi anak-anak manusia,
maka Daud menyatakan ‘terkutuk’ atas mereka, yang artinya mereka akan dicabut, disingkirkan dari kasih, berkat dan perlindungan
Allah. Walaupun memang manifestasi orang
yang terkena kutuk, bisa terasa sifat magisnya.
Tetapi itu lebih dikarenakan keterlibatan yang
supranatural di dalamnya, yaitu Allah sendiri
atau allah-allah lain, sebagai tempat di mana
orang-orang terkutuk itu dibuang.
1. Apakah Artinya Kutuk?
Dalam cerita-cerita rakyat, sering istilah kutuk dipakai untuk menjelaskan perubahan
keadaan dari baik menjadi buruk oleh karena
kesalahan dari pelaku yang pantas dikenai kutuk. Ketika ucapan kutuk disampaikan atau
beberapa cerita kutuk disampaikan dalam
bentuk mantra, maka terjadilah kutukan yang
telah dilontarkan. Misalnya, dalam cerita rak26 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
yat Sumatera Barat, Malin Kundang, kisah
tentang kedurhakaan seorang anak kepada
Ibunya. Kesedihan sang Ibu melihat perilaku
anaknya, membuatnya mengucapkan kutuk
terhadap anaknya sendiri. Akibatnya anak itu
menjadi patung. Ada banyak kisah-kisah rakyat lainnya, bukan hanya di dunia Timur, tetapi juga di dunia Barat, menggambarkan kutuk
sebagai ucapan dengan harapan buruk terjadi
atas orang yang dituju.
The International Standard Bible Encyclopedia mendefinisikan kutuk disampaikan sebagai “Doa atau permohonan yang ditujukan
dengan harapan kepada Allah.” Kutuk atau
(berkat) merupakan pernyataan dengan kuasa
yang merujuk kepada keberadaan supranatural, yang memiliki kuasa untuk melakukan
apa yang jahat atau (apa yang baik). Dengan
kata lain, penyebutan kutuk oleh manusia
adalah merupakan kisah takhayul kuno/primitif. Ini dikatakan bukan berarti bahwa kutuk
dari Allah juga merupakan takhayul primitif.
Kutuk yang dari Allah adalah sangat nyata dan
ada dalam bentuk penghukuman.
Secara umum kutuk diartikan sama dengan
hukuman (punishment), yaitu keadaan di mana
seseorang menerima hukuman akibat apa yang
Seri Tinjauan Teologis | 27
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
telah diperbuatnya. Dalam bahasa Ibrani, kutuk dituliskan dengan beberapa istilah sinonim,
yaitu ‘arar, qalal, dan ‘ala. Arti yang paling
mendasar dari istilah ini adalah pengutukan,
yaitu keadaan menginginkan kerugian orang
lain (Ayub 31:30; Kejadian 12:3). Pengertian
lain yang muncul dari istilah ini adalah untuk menguatkan janji yang dibuatnya sendiri
(Kejadian 24:41; 26:28: Nehemia 10:29). Satu
lagi pengertian yang muncul dari istilah ini
adalah untuk menjamin kebenaran kesaksiannya dalam hukum (1 Raja-raja 8:31; bandingkan dengan Keluaran 22:11). Adalah hal yang
sangat umum dalam istilah Ibrani, satu kata
terdiri dari beberapa makna. Karena itu perlu
diperhatikan konteks dari penempatan istilah
tersebut, sehingga didapatkan pengertian yang
tepat terhadap penggunaannya. Penggunaan
istilah yang merujuk pada pengertian pengutukan, akan terlihat bagaimana dan dimana
istilah ini ditempatkan. Pertama, jika Allah
mengucapkan kutuk, pertama-tama berkenaan
dengan celaan atas dosa (Bilangan 5:21, 23;
Ulangan 29:19, 20). Kedua, kutuk ialah penghukuman Allah atas dosa (Bilangan 5:22, 24,
27; Yesaya 24:6). Ketiga, orang yang menderita akibat-akibat dosa karena penghakiman
dan penghukuman Allah (Bilangan 5:21, 27;
Yeremia 29:18).
28 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
Jadi jelas dituliskan dalam Alkitab, bahwa
kutuk merupakan penghukuman Allah kepada manusia yang berkaitan dengan dosa,
yaitu perbuatan melawan dan memberontak
atau tidak taat kepada Allah. Keadaan terkutuk adalah keadaan dimana seseorang menjadi seteru Allah. Terhadap musuh-Nya, Allah
memiliki keputusan tindakan yang tidak dapat
ditawar lagi, yaitu penghancuran dan pemusnahan.
Jadi jelas dituliskan dalam Alkitab,
bahwa kutuk merupakan
penghukuman Allah kepada
manusia yang berkaitan dengan
dosa, yaitu perbuatan melawan
dan memberontak atau
tidak taat kepada Allah.
Misalnya, dituliskan dalam Ulangan
32:40-41 – “Sesungguhnya, Aku mengangkat
tangan-Ku ke langit, dan berfirman: Demi
Aku yang hidup selama-lamanya, apabila Aku
mengasah pedang-Ku yang berkilat-kilat, dan
tangan-Ku memegang penghukuman, maka
Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan
mengadakan pembalasan kepada yang membenci Aku.”
Seri Tinjauan Teologis | 29
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
Juga dituliskan dalam bagian Alkitab yang
lain, “Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh-Nya, tempurung kepala yang berambut dari orang yang tetap hidup dalam
kesalahan-kesalahannya” (Mazmur 68:22).
Maka tepatlah yang dikatakan oleh penulis
Ibrani, “Ngeri benar, kalau jatuh ke tangan
Allah yang hidup” (Ibrani 10:31).
Kutuk bukanlah sekedar kata-kata biasa, atau kata-kata buruk yang asal diucapkan. Bagi orang Ibrani, perkataan itu bisa
hanya merupakan ucapan bibir saja jika
tidak didukung oleh roh yang cakap untuk melaksanakannya (2 Raja-raja 18:20).
Tetapi perkataan itu bisa memiliki kuasa,
dalam arti jika jiwa berkuasa, maka kata-katanya dirasuki kuasa juga (Pengkhotbah 8:4;
1 Raja-raja 21:4). Jadi dalam pengertian tertentu, perkataan kutuk itu bukan hanya sekedar sebuah ucapan di bibir saja. Ada suatu
kuasa yang melatarbelakanginya, sehingga
perkataan yang diucapkan itu dapat menjadi
alat untuk merugikan seseorang atau memberkati seseorang. Itu sebabnya di dalam Alkitab,
kutuk selalu dikontraskan dengan berkat. Sebagai suatu kenyataan bahwa kedua istilah ini
merupakan ungkapan kata-kata yang punya
potensi untuk menjadikannya baik atau men30 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
jadikannya buruk.
Sebagai kontras dari kutuk adalah berkat. Potensi kata yang mengandung berkat,
nampak dalam mujizat yang dinyatakan oleh
Yesus. Ketika ia berkata-kata untuk mendatangkan berkat kesembuhan, kebangkitan
dan keselamatan atas seseorang, maka perkataan-Nya itu menjadi kenyataan, yaitu
orang yang menjadi tujuan perkataan-Nya itu
menerima berkat kesembuhan dan kelepasan
daripada-Nya. Dalam kesempatan lain, Yesus
juga menunjukkan bahwa Ia dengan perkataan-Nya dapat menghardik alam, sehingga sekalipun pada saat itu badai hebat sedang terjadi, namun oleh perkataan-Nya badai itu pun
menjadi diam dan laut pun menjadi tenang
(Matius 8:23-27). Hingga pada saat itu, orangorang menjadi heran dan bertanya-tanya,
“Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan
danau pun taat kepada-Nya?” Tetapi pada
saat yang lain, Ia mengutuk pohon ara yang
tidak berbuah (Markus 11:14, 20-21). Hal ini
menunjuk pada apa yang akan terjadi pada kehidupan orang percaya (orang Kristen) yang
tidak menunjukkan buahnya, akan menerima
penghukuman dari Tuhan, dan itu bukan sekedar kata-kata hukuman, tetapi sesuatu yang
pasti akan terjadi dan menimpa orang tersebut
Seri Tinjauan Teologis | 31
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
dalam bentuk yang sangat nyata (konkrit).
2. Kekuatan Kutuk
Ketika kutuk dinyatakan kepada seseorang,
sesungguhnya harus dipahami bahwa ini bukan sekedar kata-kata dengan harapan buruk
terjadi kepada seseorang, tetapi sesuatu yang
buruk atau bencana pastilah terjadi kepada
orang itu tanpa bisa dipertanyakan lagi. Katakata dari kutuk itu memiliki kekuatan atau
kuasa yang menimbulkan akibat atas apa yang
telah dikatakannya. Jadi, memang kutuk selalu menunjuk pada keberadaan supranatural
yang memiliki kuasa untuk menjadikan sesuatu yang buruk terjadi dalam diri seseorang.
Pada zaman Alkitab penyampaian kutuk
terhadap seseorang, sekelompok orang bahkan suatu bangsa dapat dilakukan dalam berbagai cara. Beberapa melakukannya dengan
cara menuliskan sumpah serapah dalam sebuah gulungan kitab atau perkamen (kertas
dari kulit binatang), lalu dilemparkan menurut
arah angin, yang kemudian diyakini bahwa
perkamen yang berisi sumpah serapah (kutuk)
itu akan sampai pada tujuan yang dimaksudkan. Dalam pengertian yang lebih khusus, ada
suatu kuasa yang bertindak sebagai penyam32 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
pai berita atau pembawa pesan kejahatan itu,
sehingga pesan yang berisi dengan kutukan itu
pasti akan sampai kepada orang atau alamat
yang dituju. Perhatikan apa yang Zakharia
tuliskan dalam Zakharia 5:1-3 – ‘gulungan
kitab yang terbang” yang berisi kutukan atau
sumpah serapah itu “yang menimpa seluruh
negeri.” Gulungan kitab yang terbang itu pasti akan menemukan jalannya ke rumah setiap
pencuri dan orang yang bersumpah palsu demi
nama Tuhan. Ternyata, nampak dalam tulisan
Zakharia ini, bahwa Tuhan, sebagai Pribadi
yang berkuasa, mengarahkan kepada siapa
gulungan kitab yang berisi sumpah serapah itu
akan diterima.
Jadi kutukan itu bukan sekedar apa yang
tertulis atau tulisan dalam kertas atau gulungan kitab itu, tetapi kuasa yang mendorongnya
untuk sampai ke tempat tujuan sebenarnya,
yang membuat tulisan itu penuh dengan kekuatan dan kuasa untuk terjadi terhadap orang
yang dituju. Itulah sebabnya dapat dikatakan,
bahwa kalau hanya kata-kata atau tulisan saja
yang ditujukan kepada seseorang, jika tanpa
ada kuasa tertentu di baliknya, yang mendorong tulisan kutukan itu menjadi sebuah kenyataan yang menghancurkan bagi seseorang,
maka tulisan-tulisan itu tidak akan pernah ada
Seri Tinjauan Teologis | 33
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
efek atau akibatnya. Secara umum, nama dari
para dewa atau kuasa tertentu seringkali dipakai untuk menyertai kata-kata kutuk yang
keluar dari mulut seseorang. Misalnya ketika
Goliat mengutuk Daud, ia memanggil para allahnya. “Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud” (1 Samuel 17:43).
Hal ini dilakukan sebagai legitimasi kekuatan
supranatural yang terkandung dalam kutukan
tersebut.
Selain dari pengertian di atas, kata kutuk berasal dari kata Yunani anathema, yang
berasal dari bahasa Ibrani kherem, yang berarti sesuatu yang terkutuk, sesuatu yang harus
disingkirkan, sampai pemusnahan total (misalnya, Imamat 27:28; Bilangan 21:3). Sebenarnya pengertian utama dari kata anathema
ini adalah “sesuatu atau seseorang yang dipersembahkan (di Bait Allah)” dengan kekuatan janji atau nazar. Jadi, ketika ada korban
yang dipersembahkan kepada Tuhan sebagai
penebusan salah atau pengampunan dosa bagi
seseorang, maka korban itu tertimpa kutuk,
yang mestinya kutuk itu tertanggung atas diri
orang yang bersalah itu. Itu sebabnya, hukuman yang dijatuhkan kepada korban adalah
tanpa ampun. Seperti halnya sebuah korban,
34 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
jika orang atau hewan yang dikorbankan,
maka harus sampai mati (Imamat 27:28-29;
1 Korintus 12:3; 16:22; Galatia 1:9).
Dalam pelayanan dan kasihnya kepada
orang Israel, Paulus pernah mengatakan,
“Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari
Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani (Roma 9:3).” Senada dengan apa yang dikatakan Paulus, jauh
sebelum itu Musa juga menyatakan hal yang
sama, demi kasihnya kepada Israel, “Tetapi
sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa
mereka itu – dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari kitab yang telah Kau tulis”
(Keluaran 32:32). Namun Allah tidak pernah
memberikan kesempatan atau mengizinkan
apa yang dinyatakan oleh dua hamba-Nya
yang setia di zaman yang berbeda itu terwujud. Kutuk atas dosa manusia itu terlalu berat
jika ditanggungkan kepada seseorang, sekalipun ia memiliki kasih yang sangat besar kepada sesamanya. Karena menjadi kutuk atau
menanggung kutuk, itu membawa pada kenyataan penghukuman tanpa ampun.
Dalam hal ini kutuk juga bisa berarti keadaan terpisah dari Allah. Membayangkan keSeri Tinjauan Teologis | 35
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
adaan ini saja sudah menjadi hal yang mengerikan. Yang dilakukan baik oleh Musa mau pun
Paulus, tentulah bukan pernyataan basa basi.
Kesediaan untuk menjadi kutuk, dalam hal ini
yang dikorbankan, hanya mungkin terjadi oleh
seorang yang memiliki rasa kasih yang besar,
sehingga ia bersedia mengorbankan jiwanya
seperti halnya ia mengorbankan tubuhnya,
demi orang-orang yang dikasihinya itu.
....kutuk juga bisa berarti
keadaan terpisah dari Allah.
Sesungguhnya, dari keseriusan pernyataan
ini, bahkan kita dapat mengukur seperti apa
Musa dan Paulus mengasihi umat Tuhan dan
orang-orang yang belum percaya. Sampai
mereka bersedia menjadi kutuk agar orang
lain diselamatkan. Tidak ada hal yang berkaitan dengan kasih, yang lebih besar dari ini.
Namun, jika sampai pada pengertian kutuk
semacam ini tidak ada yang pernah bisa dan
mungkin mencapainya kecuali dilakukan oleh
Allah sendiri di dalam Yesus Kristus, yang secara nyata menjadi kutuk untuk menggantikan
apa yang seharusnya ditanggung oleh manusia. Keadaan sebagai orang terkutuk ditanggung-Nya, terpisah dari Allah, dihukum tanpa
36 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
ampunan, dan mencapai klimaks atau totalitasnya pada kematian. Baik pernyataan Musa
maupun Paulus lebih berupa keinginan, yang
kalau mungkin diwujudkan, mereka bersedia
menanggungnya. Pernyataan ini saja sudah sangat luar biasa ketika dinyatakan oleh seorang
hamba Allah. Namun hal demikian tidak pernah terjadi pada mereka.
pengertian kutuk semacam ini tidak
ada yang pernah bisa dan mungkin
mencapainya kecuali
dilakukan oleh Allah sendiri
di dalam Yesus Kristus,
yang secara nyata menjadi kutuk
untuk menggantikan apa yang
seharusnya ditanggung oleh
manusia.
Maka dengan jelas, kita dapat merasakan
betapa gelap dan ngerinya keadaan terpisah
dari Allah dalam tanggungan kutuk pada diriNya, yang nampak dalam salah satu pernyataan sebelum kematian-Nya, “Eli, Eli, lama
sabakhtani?” – Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Tidak ada
kengerian yang lebih hebat dari kenyataan
ini: Ditinggalkan oleh Allah. Sesungguhnya
memang tidak ada seorang pun yang sanggup
Seri Tinjauan Teologis | 37
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
menanggung kutuk itu dengan sempurna, sekalipun ia bersedia. Jadi yang dilakukan oleh
Yesus, bukan sekedar menunjukkan kebaikan
hati yang berlebihan karena kesediaan-Nya
menanggung. Jika kita memahami seberapa
besar kekuatan kutuk yang ditanggungkan
atas diri-Nya, maka kesadaran akan kebesaran
cinta kasih-Nya kepada umat manusia mestinya tidak lagi diragukan.
Ketika dalam tradisi gereja mula-mula dicatat bahwa orang-orang Kristen dikejar dan
dipaksa untuk mengutuki Yesus, tentu ini
menjadi penghinaan yang mengerikan, jika
dibandingkan dengan keberadaan Yesus sendiri yang adalah mulia. Dalam kemuliaan-Nya
ia menjadi kutuk menggantikan manusia, dan
manusia berbalik mengutuki-Nya. Tidak ada
yang lebih hina dari yang dilakukan manusia,
selain ketika ia mengutuki Allah yang telah
menanggung kutuk dirinya. Sekali lagi harus
diingat, bahwa tindakan mengutuki itu bukan
sekedar mengata-ngatai, tetapi lebih kepada
tindakan penyingkiran, memisahkan Dia dari
hidup kita.
38 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
3. Hubungan antara Kutuk dan Berkat dengan Perjanjian Allah
Sesungguhnya maksud terdalam hati Allah
kepada umat-Nya adalah Ia berhasrat untuk
memberkati umat manusia daripada menghancurkan dan membinasakan umat-Nya lewat tindakan kutukan. Karena berkat merupakan fokus utama dari hubungan perjanjian
(covenant) yang Ia bangun antara diri-Nya dengan umat-Nya. Atas dasar inilah maka berkat
menempati tempat utama dalam pemberitaan
mengenai hubungan Allah dengan umat. Memang pada kenyataannya, Alkitab menyatakan bahwa berkat merupakan suatu keadaan
atau status yang disukai oleh Allah. Selain itu,
berkat juga berbicara tentang kemakmuran
dan kesuksesan.
....maksud terdalam hati Allah
kepada umat-Nya adalah
Ia berhasrat untuk memberkati
umat manusia daripada
menghancurkan dan
membinasakan umat-Nya
lewat tindakan kutukan.
Orang-orang Kristen tertentu menekankan berkat dalam pengertian ini, yaitu berSeri Tinjauan Teologis | 39
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
kaitan dengan kemakmuran dan kesuksesan.
Memang tidak sepenuhnya salah, karena kemakmuran dan kesuksesan kadangkala dapat
menjadi indikasi berkat Tuhan yang diturunkan. Tetapi yang harus diingat, bahwa kemakmuran dan kesuksesan bukanlah satu-satunya
indikasi orang yang diberkati. Harus juga memahami bahwa berkat Allah itu juga dikaitkan
dengan status atau keadaan yang Allah sukai.
Misalnya, hidup seperti apa yang disukai oleh
Allah? Tentu hidup dengan kualitas moral
yang baik, hidup yang dijalani dengan rasa takut akan Allah.
Harus juga memahami bahwa
berkat Allah itu juga dikaitkan
dengan status atau keadaan
yang Allah sukai.
Itu sebabnya, kekudusan dan kesetiaan
menjadi karakter utama yang harus dimiliki
oleh seorang untuk menerima berkat dari Allah.
Kualitas karakter tersebut mengarah pada kekudusan hidup di hadapan Tuhan. Hal ini terkait dengan ketaatan. Dalam konteks perjanjian
(covenant), ketaatan menjadi dasar utama kesepakatan sebuah perjanjian. Konsekuensi dari
pelanggaran manusia terhadap ketetapan-Nya
adalah kutuk, sebaliknya konsekuensi ketaat40 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
an manusia pada firman-Nya adalah berkat.
Sekalipun muncul dua kontras atas tindakan Allah kepada manusia, dalam hal berkat dan
kutuk, tetapi Allah terlebih suka memberikan
berkat-Nya daripada menyatakan kutuk. Menarik sekali untuk disimak, di dalam Alkitab
Perjanjian Lama, istilah berkat atau bentuk
yang sama dengan arti berkat, digunakan sebanyak 410 kali; sedangkan istilah kutuk atau
bentuk yang sama dengan arti kutuk, digunakan sebanyak 338 kali. Dalam Alkitab Perjanjian Baru, istilah berkat terdapat 112 kali
dan kutuk ditemukan sebanyak 23 kali. Jadi,
berkat lebih banyak dibicarakan dari pada kutuk. Mungkin itu juga sebabnya, mengapa banyak orang Kristen lebih banyak tahu tentang
berkat, dan begitu yakinnya untuk melakukan klaim-klaim tertentu kepada Allah untuk
menurunkan berkat-Nya.
Turunnya berkat dan kutuk
atas umat manusia, itu murni
merupakan kedaulatan Allah.
Turunnya berkat dan kutuk atas umat manusia, itu murni merupakan kedaulatan Allah.
Setan juga dapat menyampaikan kutuk kepada seseorang atau sesuatu. Namun jika Setan
Seri Tinjauan Teologis | 41
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
yang melakukannya, itu sepenuhnya atas seizin Allah. Perhatikan bagaimana Setan mesti
mendapatkan izin dari Allah untuk mencobai
Ayub dan keluarganya dalam malapetaka hebat yang terjadi pada seluruh keluarga, harta
benda, dan bahkan dirinya sendiri seperti
orang yang kena tulah (lihat Ayub 1:6-12). Kita
juga mengingat bagaimana Balak memanggil
Bileam untuk mengutuki orang Israel. Saat
itu Bileam mengatakan kepada utusan Balak
bahwa ia menunggu apa yang dikatakan Allah
kepadanya. Dalam Bilangan 22:12 dikatakan
– Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam:
“Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk
bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.”
tanpa seizin Tuhan, siapapun
tidak akan dapat menurunkan
kutuk kepada umat Allah.
Dari bagian ini tegas sekali Alkitab menerangkan, bahwa tanpa seizin Tuhan, siapapun
tidak akan dapat menurunkan kutuk kepada
umat Allah. 1 Yohanes 5:18 – “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak
berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah
melindunginya, dan si jahat tidak dapat menja42 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
mahnya.” Kembali mengingat apa yang Allah
janjikan kepada Abraham yaitu Allah menjanjikan berkat, yang akan dirasakan oleh seluruh keturunan Abraham. Kejadian 12:3 tertulis “Aku akan memberkati orang-orang yang
memberkati engkau, dan mengutuk orangorang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Ini adalah sebuah penetapan dari Allah,
ketika Ia membangun perjanjian-Nya dengan
Abraham. Dan perjanjian ini tidak pernah diingkari-Nya. Artinya Allah memegang perjanjianNya. Janji Allah untuk seluruh keturunan
Abraham adalah berkat bukan kutuk. Sebagai
milik Kristus, kita orang percaya adalah orang
yang sudah dibebaskan dari kutuk.
Janji Allah untuk seluruh keturunan
Abraham adalah berkat bukan
kutuk. Sebagai milik Kristus,
kita orang percaya adalah orang
yang sudah dibebaskan dari kutuk.
Itulah sebabnya Paulus dalam Galatia 3:29
menyatakan, “Dan jikalau kamu adalah milik
Kristus, maka kamu juga adalah keturunan
Abraham dan berhak menerima janji Allah.”
Yang diperlukan dari kita adalah percaya. Jika
demikian yang dinyatakan Allah kepada AbraSeri Tinjauan Teologis | 43
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
ham tentang dirinya dan semua keturunannya,
apakah mungkin orang percaya masih dapat
dibelenggu oleh kutuk keturunan?
4. Kutuk dikaitkan dengan dosa keturunan/
asal
Ada kemungkinan orang mengaitkan antara
kutuk keturunan dengan dosa asal, atau sebagian menyebutnya dengan dosa keturunan.
Tetapi jika dikaitkan dengan dosa asal (original sin), maka dosa yang ditanggung adalah
dosa Adam, manusia pertama itu. Namun kenyataan kutuk dosa asal yang membelenggu
manusia itu, telah selesai, telah dipatahkan
dan telah lunas dibayar oleh pengorbanan dan
darah Kristus. Itu sebabnya, dalam penderitaan dan kematian-Nya, dinyatakan bahwa Kristus menanggung kutuk dosa manusia. Nampak jelas dalam tulisan Paulus, “Karena sama
seperti semua orang mati dalam persekutuan
dengan Adam, demikian pula semua orang
akan dihidupkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus” (1 Korintus 15:22).
5. Kutuk hukum Taurat
Adakalanya pelepasan terhadap kutuk keturunan dikaitkan dengan kutuk hukum Taurat.
44 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
Di mana setiap orang yang melanggar perintah Allah, akan menanggung kutuk seumur
hidupnya. “Terkutuklah orang yang tidak
menepati perkataan hukum Taurat ini dengan
perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah
berkata: Amin!” (Ulangan 27:26). Dari ayat
ini, banyak penganut aliran yang mempercayai kutuk keturunan, mengatakan mungkin
ia sendiri tidak tahu apa yang dilakukan oleh
para leluhur kita, namun yang jelas itu telah
menyakiti hati Allah, sehingga kena kutuklah dia, namun bukan hanya orang yang telah
melakukan kesalahan itu, tetapi juga sampai
kepada keturunannya. Bahkan akan ada di
antara keturunannya yang menanggung kutuk paling berat dari nenek moyang tersebut.
Untuk mengatasinya, hanya mungkin dilakukan dengan doa pelepasan yaitu memohonkan
kembali kepada Tuhan agar mencabut akar
dari kutuk keturunan tersebut dan memberikan pengampunan-Nya. Padahal mengenai
hal ini, jelas Paulus mengatakan, Kristus telah
menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan
jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada
tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!” (Galatia 3:21). Artinya, penyaliban Kristus telah menyelesaikan segalanya, termasuk belenggu hidup di bawah kutuk
Seri Tinjauan Teologis | 45
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
hukum Taurat.
Ada banyak ayat Alkitab yang sering ditafsirkan secara keliru karena ketidakjelasan
dari apa yang dimaksudkan penulis kitab
tersebut. Atau kemungkinan lainnya yaitu
pengajar-pengajar sesat mengambil dukungan
dari ayat-ayat Alkitab. Ketika melihat ayatayat Alkitab dipakai sebagai dukungan dari
pengajaran tersebut, orang-orang Kristen
tertentu mengatakan bahwa apa yang diajarkan itu benar. Hal ini terjadi karena dangkalnya pemahaman akan firman Tuhan di antara
orang-orang Kristen itu sendiri, hingga tidak
dapat membedakan mana ajaran yang benar
dan yang salah. Setelah mereka tidak mengkritisi ayat-ayat pendukung yang dipakai.Padahal sangat mungkin para pengajar palsu itu
mengutip ayat Alkitab tanpa ia sendiri mengetahui apa arti sesungguhnya atau pengertian
yang benar dari ayat tersebut.
Tentang hidup di bawah kutuk hukum Taurat yang dimaksudkan oleh Paulus adalah, tidak ada seorang pun dibenarkan di hadapan
Allah karena melakukan hukum Taurat, karena orang benar akan hidup oleh iman (Galatia
3:10-12). Hukum tidak dapat memberi kehidupan, sekalipun orang tersebut tinggal dalam
46 | Seri Tinjauan Teologis
Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Berkat Dan Kutuk?
keadaan menuruti semua hukum yang tertulis.
Inilah bukti, menurut Paulus, tidak seorangpun
dapat dibenarkan di hadapan Allah melalui hukum Taurat. Hanya oleh iman di dalam Kristus, orang dapat dibenarkan. Sesungguhnya
ayat ini sama sekali tidak bicara tentang kutuk
keturunan. Tetapi Paulus lebih membicarakan bagaimana pembenaran yang dilakukan
oleh Kristus terhadap kita, merupakan penggenapan dari berkat Abraham yang pernah
dijanjikan. Dan kutuk hukum Taurat itu telah
dipatahkan oleh pengorbanan dan penyaliban
Kristus bagi umat manusia (Galatia 3:14). Ada
banyak bagian firman Tuhan mengungkapkan,
bahwa hanya Allah yang memegang kuasa atas
hidup dan matinya manusia. Dan Allah memang menyatakan perlindungan-Nya kepada
umat-Nya dari segala yang jahat. Yang harus
kita lakukan adalah percaya pada janji-Nya
dan hidup di dalam kebenaran janji Allah itu.
Jadi kepercayaan yang diletakkan pada kutuk
keturunan yang menguasai hidup manusia dengan belenggu yang begitu memberatkan dan
mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia,
sungguh amat sangat tidak Alkitabiah. Seharusnya, setiap orang Kristen, terlepas dari pemikiran yang menyesatkan ini.
abab
Seri Tinjauan Teologis | 47
E.
Cara Pandang
dan
Sikap yang
Benar
Menghadapi
Pengajaran
tentang Kutuk
Keturunan
Seri Tinjauan Teologis | 49
Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar
Cara Pandang dan Sikap yang Benar
Menghadapi Pengajaran tentang Kutuk
Keturunan:
1. Kenyataan tentang kutuk keturunan yang
sering diajarkan oleh aliran-aliran tertentu
dalam kekristenan tidaklah benar. Bahwa
ada ayat-ayat dalam kitab Musa menuliskan bahwa Allah akan menghukum anakanak oleh karena dosa orang tua dan nenek moyangnya sampai pada keturunan
ketiga dan keempat, itu memang benar.
Tetapi sangatlah salah apabila ayat tersebut dipakai sebagai pendukung ajaran kutuk keturunan, karena maksud dari ayat
tersebut tidaklah demikian (lihat penjelasan hal 2). Allah memperhitungkan dosa
yang dilakukan oleh individu, dan tanggungan atas dosa itu ditanggung sendiri
oleh orang yang melakukan perbuatan
dosa itu. Seperti dicatat dalam kitab Yehezkiel, menyatakan bahwa setiap orang
akan bertanggungjawab atas dosanya sendiri. Ia menuliskan nubuatannya dengan
mengatakan, “Sungguh, semua jiwa Aku
punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak
Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa,
itu yang harus mati. Tetapi kamu berkata:
Seri Tinjauan Teologis | 51
Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar
Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan
semua ketetapan-Ku dengan setia, maka
ia pasti hidup. Orang yang berbuat dosa,
itu yang harus mati. Anak tidak akan turut
menanggung kesalahan ayahnya dan ayah
tidak akan turut menanggung kesalahan
anaknya. Orang benar akan menerima
berkat kebenarannya, dan kefasikan orang
fasik akan tertanggung atasnya (Yehezkiel
18:4, 19-20).
2. Memiliki keyakinan bahwa kutuk dan berkat adalah hak Allah untuk melaksanakannya, dan tidak seorang pun bahkan hukum
apapun dapat menggantikan otoritas Allah
terhadap dua hal ini. Jika Setan melakukannya, itu pun atas seizin Allah. Dalam
konteks demikian, maka tidaklah mungkin kutuk dari satu generasi diturunkan
kepada generasi berikutnya oleh otoritas
manusia atau Setan tanpa seizin Tuhan.
3. Kutuk yang terjadi dalam diri manusia hanya dapat diselesaikan oleh Allah saja.
Jangan ada seorang pun berpikir bahwa
ia dapat melepaskan diri dari kutuk yang
telah ditetapkan oleh Allah, karena tidak
ada seorang pun yang lebih berkuasa dari
52 | Seri Tinjauan Teologis
Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar
Allah dalam hal ini. Bahkan kalaupun kita
masih hidup di bawah kutuk, tidak ada
bentuk pelayanan pelepasan dengan ritual
apapun yang dapat melepaskannya, karena
kuasa untuk melepaskan bukan berdasarkan pada berbagai ritual doa pelepasan,
tetapi Allah sendiri dengan kuasa dan otoritas-Nya yang membebaskan.
4. Doa pelepasan hendaknya dimengerti bukan sebagai doa yang lebih keramat dibandingkan dengan jenis doa yang lain. Jika
kita ingin tetap menggunakan istilah ‘doa
pelepasan’, maka doa tersebut lebih kepada permohonan yang ditujukan kepada
Allah agar seseorang menerima keselamatan yang daripada Allah saja.
5. Percaya bahwa Allah telah mematahkan
kutuk apapun yang mengikat diri manusia di dalam Kristus, sesaat ia bertobat
dan berbalik kepada Allah. Sejak itu tidak
ada lagi kuasa lain yang menguasai dirinya, selain Allah sendiri dengan kasih dan
anugerah-Nya (lihat Yunus 3:10).
6. Bagi orang percaya dengan tulus hati
memelihara hukum-hukum-Nya, mengasihi dan setia serta taat kepada-Nya di
dalam iman kepada Yesus Kristus, maka ia
adalah orang yang diberkati. Apapun yang
telah diperbuat nenek moyangnya, tidak
Seri Tinjauan Teologis | 53
Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar
akan memiliki pengaruh apapun bagi dirinya.
7. Kalaupun ada hukuman yang ditanggungkan atas kita, maka hal itu terkait dengan
dia yang telah menyimpang dari jalan
Tuhan. Dengan cara menyembah dan taat
kepada allah lain, yang bukan Allah di
dalam Yesus Kristus, atau membenci atau
menolak Yesus menjadi Tuhan atas kehidupannya. Hukuman yang dia tanggung
tidak lagi terkait dengan hukuman atas
dosa nenek moyang atau leluhurnya.
8. Allah berhak menghukum setiap perbuatan dosa yang kita lakukan. Seiring dengan kedaulatan-Nya untuk menghukum,
Ia pun berdaulat untuk mengampuni. Itu
sebabnya, kita harus menghargai anugerah
pengampunan itu, supaya memberikan kewaspadaan kepada kita untuk tidak terus
menerus hidup di dalam dosa.
9. Setiap orang yang telah menerima Kristus
telah menerima pembenaran dan pengudusan, memiliki status yang baru di dalam
Kristus.
10. Setiap orang Kristen seharusnya memiliki sukacita yang besar dalam hidupnya,
karena Allah terlebih suka untuk menyatakan berkat-Nya daripada menghempas54 | Seri Tinjauan Teologis
Cara Pandang Dan Sikap Yang Benar
kan orang dalam kutukan. Itu sebabnya,
setiap orang yang tidak dapat melepaskan
diri dari pikiran keterikatan dengan kutuk keturunan, adalah orang yang belum
sepenuhnya mengerti arti percaya mengakui dan menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.
Satu-satunya jalan keluar atau pembebasan dari keterikatan keadaan ini adalah
“Bertobat dan berbalik kepada Allah di
dalam Yesus Kristus!”
abab
Seri Tinjauan Teologis | 55
Kepustakaan
Eichrodt, Walther, Theology of the Old Testament. Vol. I. London: SCM, 1961.
Douglas J. D., ed., Ensiklopedi Alkitab masa
Kini. Terj., Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997.
House, Paul R. Old Testament Theology.
Downers Grove: InterVarsity, 1998.
Orr, James., ed., The International Standard
Bible Encyclopaedia. Vol. II. Peabody: Hendrickson Publishers, 1994.
Prince, Derek, Blessing or Curse You can
Choose. Grand Rapids: Chosen Books, 1990.
Smiles, Vincent M., The Gospel and The Law
in Galatia. Collegeville: The Liturgical, 1998.
Swindoll, Charles R., ed., The Theological
Wordbook. Nashville: Word Publishing, 2000.
Website
John Calvin, When Curse Becomes Blessing
(http://www.the-highway.com/Calvin_Gal3b.
html)
_________, Generational Curses and Freemasonry (http://www.generational-curse.com)
Randy Felton, Blessings and Curses (www.
haydid.org/potter.htm)
John H. Walton, Curse and Bless (http://
www.koinoniablog.net/2008/10/hebrew-corner8-curse-and-bless-by-john-h-walton.html)
56 | Seri Tinjauan Teologis
Download