BAB I PENDAHULUAN 1. A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. A.
Latar Belakang
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia, karena dengan komunikasi kebutuhan
manusia akan terpenuhi. Menurut Johnson (1981) dalam (Supratiknya, 2003: 9) mengemukakan
beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan
kebahagiaan hidup manusia yaitu: Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan
intelektual dan sosial kita, Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi
dengan orang lain, Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran
kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu
membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama,
Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas Komunikasi atau hubungan
kita dengan orang lain, lebih-lebih orangorang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan
(significant figures) dalam hidup kita.
Diawali dengan komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran komunikasi itu
menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia individu. Seiring dengan proses
tersebut,perkembangan intelektual dan sosial individu sangat ditentukan oleh kualitas
komunikasi dengan orang lain tersebut. Secara sadar maupun tidak sadar individu
memperhatikan dan mengingat-ingat semua tanggapan dari orang lain terhadap diri individu.
Dengan komunikasi dengan orang lain individu dapat menemukan diri yang sebenarnya.
Komunikasi antarpribadi mengembangkan individu dari dimensi kesosialan. Bersosialisasi
dengan orang lain secara tidak langsung menunjukkan kekhasan diri sendiri, sehingga lebih
mudah menemukan jatidiri. Kondisi mental yang sehat dan tidak sehat ternyata dipengaruhi juga
oleh kualitas komunikasi antarpribadi dengan orang lain. Oleh sebab itu komunikasi antarpribadi
sangat penting bagi kehidupan individu yang hidup di tengah-tengah lingkungan sosial
1. B.
Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal ?
4. C.
Tujuan
5. Dapat mengetahui pengertian dari komunikasi interpersonal
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketrampilan komunikasi interpersonal
BAB II
PEMBAHASAN
1. A.
Pengertian komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “ The
Interpersonal Communicationtau Book”.( devito. 1889:4 ) sebagai: “proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika”( the process of sending and receiving
messages betwen two persons, or among a small group of person, with some effect and some
immediate feedback). Jadi, Komunikasi merupakan proses pemindahan informasi dan pengertian
antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing berusaha untuk memberikan arti pada pesanpesan simbolik yang dikirim melalui suatu media yang menimbulkan umpan balik.
Komunikasi Interpersonal yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara
seseorang dengan orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan
melalui telepon, dsbnya.Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secra dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu
lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana
seorang bicara yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi. Yang aktif hanya
komunikatornya saja, sedangkan komunikan bersifat pasif.
Komunikasi Interpersonal berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi
dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses
psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi
terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Hal terpenting dari aspek psikologis
dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan
tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi interpersonal pengamatan
terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi orang
yang mengamati. Dengan demikian aspek psikologis mencakup pengamatan pada dua dimensi,
yaitu internal dan eksternal. Namun kita mengetahui bahwa dimensi eksternal tidaklah selalu
sama dengan dimensi internalnya.
Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui
tindakan atau perilaku yang dapat diamati. Proses interpretasi ini setiap individu berbeda. Karena
setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, yang terbentuk karena pengalaman yang
berbeda pula. Keterampilan komunikasi tidak hanya mengacu pada cara di mana kita
berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi meliputi banyak hal seperti cara bagaimana kita
menanggapi lawan bicara kita, gerakan tubuh serta mimik muka, nada suara kita dan banyak hal
lainnya. Terdapat delapan elemen yang menentukan efektivitas komunikasi, yaitu :
1)
Pengirim, orang-orang yang mengawali suatu komunikasi.
2)
Penerima, orang-orang yang melalui inderanya menerima pesan-pesan dari Pengirim.
3) Encoding, proses mengubah gagasan atau informasi ke dalam rangkaian simbol atau isyarat.
Dalam proses ini, gagasan atau informasi diterjemahkan ke dalam simbol-simbol (biasanya
dalam bentuk kata-kata atau isyarat) yang memiliki kesamaan arti dengan simbol-simbol yang
dimiliki Penerima.
4) Pesan, bentuk fisik dari informasi-informasi atau gagasan-gagasan yang telah diubah oleh
pengirim. Pesan biasanya diberikan dalam bentuk-bentuk yang dapat dihayati dan ditangkap oleh
salah satu indera atau lebih dari penerima. Perkataan dapat didengar, tulisan tangan dapat dibaca,
dan isyarat-isyarat tangan dapat dilihat, dan sentuhan tangan dapat dirasakan sebagai ancaman
atau kehangatan. Pesan-pesan non-verbal merupakan bentuk yang sangat penting terutama di
dalam menekankan arti atau memberikan reaksi-reaksi secara terbuka.
5) Decoding, proses penterjemahan terhadap pesan-pesan yang dikirim oleh Pengirim kepada
Penerima. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau, penggunaan
interprestasi yang bersifat pribadi terhadap simbol-simbol atau isyarat-isyarat, harapan-harapan,
dan saling pengertian dengan Pengirim. Komunikasi lebih efektif dan efisien apabila pesan yang
diterjemahkan oleh penerima seimbang atau sesuai dengan pesan-pesan yang dimaksudkan oleh
Pengirim.
6) Channel, cara atau saluran atau jalan pengiriman suatu pesan. Hal ini seringkali dapat
dipisahkan dari pesan. Agar komunikasi dapat berjalan secara efisien dan efektif, Channel
haruslah sesuai dengan pesan yang hendak dikirim.
7) Noise, faktor pengganggu jalannya komunikasi. Munculnya gangguan ini bisa pada setiap
tahap komunikasi.
8) Feedback (umpan balik), reaksi atau ekspresi Penerima terhadap pesan-pesan yang telah
diterimanya, dan dikomunikasikan kepada Pengirim. Dengan adanya umpan balik, Pengirim
dapat mengetahui sejauh mana pesan-pesan yang telah dikirimnya bisa diterima oleh Penerima.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan
komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau
lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang samaterhadap topik
pesan yang disampaikan. Sifat- sifat dari komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum
digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata,
kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
2. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan,
yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara
seimbang atau porsional.
3. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya adalah bahwa para peserta
atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat
yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon,
internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam
berkomunikasi.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, baik secara
personal maupun professional paling tidak kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar
dalam berkomunikasi, yaitu :
1. menulis,
2. membaca,
3. berbicara;
4. mendengar
Persentase penggunaan saluran komunikasi adalah sebagai berikut :
- Menulis (writing): 9%
- Mendengarkan (listening): 45%
- Membaca (reading) : 16%
- Berbicara (speaking) : 30%
Disadari ataupun tidak, setiap hari kita melakukan, paling tidak, satu dari keempat hal tersebut
diatas dengan lingkungan kita. Seperti juga pernafasan, komunikasi sering dianggap sebagai
suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali kita tidak memiliki kesadaran
untuk melakukannya secara efektif. Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis
dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis
ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif serta menjadi
pendengar yang baik.
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup
manusia. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar apa yang kita
tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada
penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang disampaikan
tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi yang efektif
adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta integritas pribadi yang kuat.
Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau seberapapun
kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan
komunikasi yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif akan berperan besar
dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan komunikasi
yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan
untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan menggunakan berbagai media atau alat
audio visual merupakan bagian yang sangat penting
1. B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat
untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima lat
indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan
kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggih.
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling
ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya
yaitu komunikasi interpersoanal umumnya berlangsung secar tatap muka ( face to face ).
Komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi ( personal
contact ) yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator. Ketika
komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik akan terjadi secara seketika
( immediate feedback ). Komunikator akan mengetahui pesan tersampaikan secara baik atau
tidak ketika melihat tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan melalui ekspresi
wajah dan gaya bahasa.. apabila umpan baliknya positif artinya tanggapan dari komunikan
tersebut menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan mempertahankan gaya
komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan negatif dari komunikan maka
komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya dapat berkomunikasi yang jauh
lebih baik.
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan
maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan umtuk melancarkan komunikasi
persuasif ( persuasive communication ) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis
manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi
persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam artian tokoh
yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah yang sangat
banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh
jajarannya akan mengikutinya.
Sistem komunikasi interpersonal dijelaskan dalam Buku Psikologi Komunikasi ( Drs. Jalaluddin
Rahmat, M.Sc ) diituliskan bahwa dalam sistem komunikasi interpersonal ada hal-hal penting
tentang:
1)
Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca
indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada
seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi
oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai
aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai
kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu
mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu
1. pengideraan
2. pengorganisiran berdasarkan prinsip- prinsip tertentu.
3. stimulasi pada penginderaan diinterpretasikan dan dievaluasi.
Mar’at (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang
berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari
lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat
penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan. Mar’at (Aryanti,
1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar,
cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis
Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor
fungsional dan struktural.
o faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu,
pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang
bersifat subyektif.
o Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga,
hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
2)
Konsep Diri
Menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsepdiri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa
diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri
individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat
informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan
mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai
dirinya. Menurut William D. Brooks bahwa konsepdiri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Centi (1993:9) mengemukakan konsepdiri (self-concept)
adalah gagasan tentang diri sendiri, bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, merasa
tentang diri sendiri, dan menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Jadi, Konsepdiriadalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi
kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan
terdekatnya.
3)
Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat
orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
Teori atraksi interpersonal
v Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil
belajar.
v Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga
keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh.
v Exchange theory ,interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika orang kenal pada
seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan lebih disukai.
v Gain-loss theory , orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan dari
pada orang-orang yang merugikan kita.
Faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal:
Faktor-faktor personal, meliputi:
a) kesamaan karakteristik personal;cognitive consistency theory dari Fritz
Heider
mengemukakan bahwa orang
cenderung memiliki sikap yang sama dengan orang yang
disukai;
b) tekanan emosional (stress),
c) harga diri yang rendah,
d) isolasi sosial.
Faktor-faktor situasional:
a) daya tarik fisik,
b) ganjaran (reward),
c) familiarity,
d) kedekatan (closeness),
e) kemampuan.
4)
Hubungan Interpersonal.
Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi
sekunder terjadi, isi pesan dipahami, tetapi hubungan dengan komunikan rusak. Anita Taylor
mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan
interpersonal barangkali yang paling penting.
hubungan interpersonal,memerlukan komunikasi yang berkualitas
Komunikasi interpersonal dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
1. 1.
Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan
penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect.
Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian kita tentang
orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central organizing
trait.
Walaupun teori Asch ini menarik untuk melukiskan bagaiana cara orang menyampaikan berita
tentang orang lain mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu, dalam kenyataan kita jarang
melakukannya. Jarang kita melukiskan orang dengan menyebut rangkaian kata sifat. Kita
biasanya mulai pada central trait, menjelaskan sifat itu secara terperinci, baru melanjutkan pada
sifat-sifat yang lain.
Edward T. Hall, juga menyimpulkan keakraban seorang dengan orang lain dari jarak mereka,
seperti yang kita amati. Kedua, erat kaitannya dengan yang pertama, kira menangapi sifat orang
lain dari cara orang itu membuat jarak dengan kita. Ketiga, caranya orang mengatur ruang
mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu.
Macam- macam petunjuk pada saat melakukan komunikasi, yaitu :
1. a.
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan
kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat
dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga apabila
petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang
mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk
dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuliorang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap).
1. b.
Petunjuk Wajah
Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting dalam
mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather (1976:21),
menulis; “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah
alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan wajah
dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah wajah rekan dan sahabat kita
untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka,pada gilirannya, menelaah
kita”.
Walaupun petunjuk fasial dapat mengungkapkan emosi, tidak semua orang mempersepsi emosi
itu dengan cermat. Ada yang sangat sensitive pada wajah, ada yang tidak. Sekarang para ahli
psikologi sosial sudah menemukan ukuran kecermatan persepsi wajah itu dengan tes yang
disebut FMST-facial meaning sensitivity test (tes kepekaan makna wajah). Dengan tes ini,
kepekaan kita menangkap emosi pada wajah orang lain dapat dinilai skornya.
1. c.
Petunjuk Paralinguistik
Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambing-lambang verbal. Jadi, jika
petunjuk verbal menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan
bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal
(dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Suara keras akan
dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting. Tempo bicara yang lambat, raguragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri atau … kebodohan.
Dialek digunakan menentukan persepsi juga. Bila perilaku komunikasi (cara bicara) dapat
memberikan petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan keadaan
emosional.
1. d.
Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh,
kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita mengetahui
bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita beranggapan bahwa ia
memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila kita
sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifat-sifat baik pada orang itu dan
sebaliknya.
Selain berbagai petunjuk diatas, petunjuk verbal juga mempunyai peran. Yang dimaksud dengan
petunjuk verbal disini adalah isi komunikasi persona stimuli, bukan cara. Misalnya, orang yang
menggunakan pilihan kata-kata yang tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis,
mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang
itu cerdas dan terpelajar.
1. 2.
Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga
pada hubungan interpersonal. Karena itu,keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna
untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa cirri-ciri khusus
penanggap yang ceramat adalah :
1. a.
Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar
formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya
atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada
bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat
dengan kita.
1. b.
Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan
unsur-unsur motivasi.
1. c.
Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah
mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan
bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi. Pada
persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang
tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat
menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang
yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung
menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah
cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan
Maslow, 1957).
Bila petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal membantu kita melakukan persepsi yang cermat,
beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi interpersonal menjadi lebih sulit lagi,
karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar. Menusia secara sadar berusaha
menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut dengan Erving
Goffman sebagai self-presentation (penyajian diri).
d.
Proses Pembentukan Kesan

Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan
mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau
malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya.
Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten.
Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita
jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat
menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona
stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada
kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.

Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat,
pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsepkonsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya
asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita. Setiap
orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat
apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang
lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori kepribadian.
Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti
jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau
gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.

Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan
melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga
ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada
orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di
kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar
garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita
mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya;
factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan
kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik
(atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:7071), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari
pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan
dari kita dengan pernyataan itu.
1. 3.
Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal.
Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan
komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah.
Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita
bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti kembali persepsi kita. Akibat lain
dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang tidak sesuai dengan persepsi
kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan persepsi stimuli adalah
manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan realitas sebenarnya
mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan yang keliru.
Dalam komuniaksi interpersonal terdiri dari berbagai macam teori salah satunya adalah teori
fungsional. Kata fungsional disini hakekatnya ini bukanlah sebuah teori, melainkan suatu
perspektif yang dapat digunakan sebagai pijakan teori. Beberapa teori komunikasi menggunakan
perspektif fungsional, yaitu.
1. 1.
Teori-teori Struktural dan Fungsional
Bagian ini memasukkan kelompok utama pendekatan-pendekatan yang tergabung secara samar
dalam ilmu sosial. Meski makna istilah strukturalisme dan fungsionalisme kurang begitu tepat,
tetapi keduanya percaya bahwa struktur sosial adalah hal yang nyata dan berfungsi dalam cara
yang dapat diamati secara objektif.
Sebagai contoh, pengamat komunikasi mungkin berasumsi bahwa hubungan personal merupakan
sesuatu yang nyata dengan bagian-bagian yang disusun secara khusus, seperti juga rumah yang
merupakan suatu yang nyata dengan material yang disusun sesuai rencana. Disini hubungan
dilihat sebagai struktur sosial. Pengamat akan berasumsi lebih jauh bahwa hubungan yang ada
bersifat tidak statis tetapi memiliki atribut seperti ikatan, ketergantungan, kekuatan, kepercayaan
dan sebagainya.
Meskipun strukturalisme dan fungsionalisme seringkali digabung, tetapi keduanya tetap berbeda
dalam penekanannya. Strukturalisme yang berakar pada linguistik, menekankan pada organisasi
bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme yang berakar pada biologi, menekankan pada cara-cara
sistem yang terorganisasi bekerja untuk menunjang dirinya. Sistem terdiri atas variabel-variabel
yang berhubungan timbal balik dengan variabel lain dalam sebuah fungsi network. Perubahan
pada satu variabel akan mengakibatkan perubahan pada yang lain. Peletakan dua pendekatan ini
secara bersama-sama menghasilkan suatu gambaran sistem sebagai struktur elemen dengan
hubungan yang fungsional. Sebagai contoh, beberapa peneliti komunikasi organisasi
menggunakan pendekatan struktural-fungsional dalam kerja mereka. Mereka melihat organisasi
sebagai suatu sistem dimana bagian-bagian yang terkait membentuk departemen, tingkatan,
perilaku umum, suasana, aktivitas kerja dan produk.
Pendekatan teoritik yang paling umum dari komunikasi yaitu teori sistem. Teori sistem dan dua
bidang yang berhubungan, sibernetika dan teori informasi, menyajikan perspektif yang luas
mengenai cara memandang dunia. Teori sistem berkaitan dengan saling keterhubungan antara
bagian-bagian dari suatu organisasi.
1. 2.
Teori kebutuhan hubungan interpersonal
Salah sastu bagian dalam lapangan komunikasi yang dikenal sebagai relational communication
sangat dipengaruhi oleh teori sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi bahwa fungsi komunikasi
interpersonal untuk membuat, membina, dan mengubah hubungan dan bahwa hubungan pada
gilirannya akan mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal.
Poin ini berdasar pada gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan struktur
hubungan. Dlaam keluarga misalnya, anggota individu secara sendirian tidak membentuk sebuah
sistem, tetapi ketika berinteraksi antara satu dengan anggota lainnya, pola yang dihasilkan
memberi bentuk pada keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara luas diadopsi dalam
lapangan komunikasi. Proses dan bentuk merupakan dua sisi mata uang; saling menentukan satu
sama lain.
Seorang Antropolog Gregory Bateson adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya dikenal
dengan komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada pengembangan dua proposisi mendasar
pada mana kebanyakan teori relasional masih bersandar. Pertama yaitu sifat mendua dari pesan:
setiap pertukaran interpersonal membawa dua pesan, pesan “report” dan pesan “command”.
Report message mengandung substansi atau isi komunikasi, sedangkan command message
membuat pernyataan mengenai hubungan. Dua elemen ini selanjutnya dikenal sebagai “isi
pesan” dan “pesan hubungan”, atau “komunikasi” dan “metakomunikasi”.
Pesan report menetapkan mengenai apa yang dikatakan, dan pesan command menunjukkan
hubungan diantara komunikator. Isi pesan sederhana seperti “I love you” dapat dibawakan dalam
berbagai cara, dimana masing-masing mengatakan sesuatu secara berbeda mengenai hubungan.
Frasa ini dapat dikatakan dalam cara yang bersifat dominasi, submissive, pleading (memohon),
meragukan, atau mempercayakan. Isi pesannya sama, tetapi pesan hubungan dapat berbeda pada
tiap kasus.
Proposisi kedua Bateson yaitu bahwa hubungan dapat dikarakterisasi dengan komplementer atau
simetris. Dalam hubungan yang komplementer, sebuah bentuk perilaku diikuti oleh lawannya.
Contoh, perilaku dominan seorang partisipan memperoleh perilaku submissive dari partisipan
lain. Dalam symmetry, tindakan seseorang diikuti oleh jenis yang sama. Dominasi ketemu
dengan sifat dominan, atau submissif ketemu dengan submissif.
Disini kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur dalam sistem.
Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.
Sistem yang mengandung serangkaian pesan submissif akan sangat berbeda dengan yang
mengandung rangkaian pesan yang besifat dominasi. Dan struktur pesan yang mencampur
keduanya adalah berbeda pula.
1. 3.
Teori disonansi kognitif
Teori Leon Festinger mengenai dissonansi kognitif merupakan salah satu teori yang paling
penting dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun teori ini menghasilkan sejumlah
riset dan mengisi aliran kritik, interpretasi, dan extrapolasi.
Festinger mengajarkan bahwa dua elemen kognitif termasuk sikap, persepsi, pengetahuan, dan
perilaku. Tahap pertama yaitu posisi nol, atau irrelevant, kedua yaitu konsisten, atau consonant
dan ketiga yaitu inkonsisten, atau dissonant. Dissonansi terjadi ketika satu elemen tidak
diharapkan mengikuti yang lain. Jika kita pikir merokok itu berbahaya bagi kes ehatan, mereka
tidak berharap kita merokok. Apa yang konsonan dan dissonan bagi seseorang tidak bisa berlaku
b agi orang lain. Jadi kita harus selalu menanyakan apa yang konsisten dan yang tidak konsisten
dalam sistem psik ologis orang itu sendiri.
Dua premis yang menolak aturan teori dissonansi. Pertama yaitu bahwa dissonansi menghasilkan
ketegangan atau penekan an yang menekan individu agar berubah sehingga dissonansi
terkurangi. Kedua, ketika dissonansi hadir, indivi du tidak hanya berusaha menguranginya,
melainkan juga akan menghindari situasi dimana dissonansi tambahan bisa dihasilkan.
Semakin besar dissonansi, semakin besar kebutuhan untuk menguranginya. Contoh, semakin
perokok tidak konsisten dengan pengetahuannay mengenai efek negatif merokok, semakin besar
dorongan untuk berhenti merokok. Dissonansi itu sendiri merupakan hasil dari dua variabel lain,
kepentingan elemen kognitif dan sejumlah elemen yang terlibat dalam hubungan yang dissonan.
Dengan kata lain, jika kita mempunyai beberapa hal yang tidak konsisten dan jika itu penting
untuk kita, kita akan mengalami dissonansi yang lebih besar. Jika kesehatan tidak penting,
pengetahuan bahwa merokok itu buruk bagi kesehatan kemungkinan tidak mempengaruhi
perilaku perokok secara aktual.
Sikap, Kepercayaan, dan Nilai. Salah satu teori yang paling komprehensif mengenai sikap dan
perubahannya yaitu milik Milton Rokeach. Dia mengembangkan penjelasan yang meluas
mengenai perilaku manusia berdasarkan kepercayaan, sikap dan nilai.
Rokeach percaya bahwa setiap orang mempunyai sistem yang tersusun dengan baik atas
kepercayaan, sikap dan nilai, yang menuntun perilaku. Belief adalah ratusan atau ribuan
pernyataan yang kita buat mengenai diri dan dunia. Kepercayaan dapat bersifat umum ataupun
khusus, dan itu disusun dalam sistem dalam hal sentralitas atau pentingnya terhadap ego. Pada
pusat sistem kepercayaan yang dibangun dengan baik itu, kepercayaan yang secara relatif tidak
dapat berubah yang membentuk inti sistem kepercayaan. Pada pinggiran sistem terbentang
sejumlah kepercayaan yang tidak signifikan yang dapat mudah berubah. Percaya bahwa orang
tua kita bahagia dalam perkawinan kemungkinan cukup penting, karena dampaknya yaitu banyak
hal lain yang kita anggap benar.
1. 4.
Teori self disclosure
Disclosure dan understanding merupakan tema penting dalam teori komunikasi pada tahun ’60
dan ‘70-an. Sebagian besar sebagai konsekuensi aliran humanistik dalam psikologi, sebuah
ideologi “honest communication” muncul, dan beberapa dari pemikiran kita tentang apa yang
membuat komunikasi interpersonal itu baik dipengaruhi oleh gerakan ini. Didorong oleh karya
Carl Rogers, disebut Third Force begitu dalam psikologi menyatakan bahwa tujuan komunikasi
adalah meneliti pemahaman diri dan orang lain dan bahwa pengertian hanya dapat terjadi dengan
komunikasi yang benar.
Menurut psikologi humanistik, pemahaman interpersonal terjadi melalui self-disclosure,
feedback, dan sensitivitas untuk mengenal atau mengetahui orang lain. Misunderstanding dan
ketidakpuasan dalam hubungan diawali oleh ketidakjujuran, kurangnya kesamaan antara
tindakan seseorang dengan perasaannya, miskin feedback, serta self disclosure yang ditahan.
Banyak riset pengenalan diri muncul dari gerakan humanistik ini. Seorang teoritisi yang
menggali proses self-disclosure ini adalah Sidney Jourard. Uraiannya bagi kemanusiaan sifatnya
terbuka dan transparan. Transparansi berarti membiarkan dunia untuk mengenal dirinya secara
bebas dan pengenalan diri seseorang pada orang lain. Hubungan interpersonal yang ideal
menyuruh orang agar membiarkan orang lain mengalami mereka sepenuhnya dan membuka
untuk mengalami orang lain sepenuhnya.
Jourard mengembangkan gagasan ini setelah mengamati bahwa sakit mental cenderung tertutup
bagi dunia. Dia menemukan bahwa mereka menjadi sehat ketika mereka bersedia mengenalkan
dirinya pada ahli terapi. Kemudian, Jourard menyamakan kesakitan (sickness ) dengan
ketertutupan dan kesehatan dengan transparansi. Jourard melihat pertumbuhan –pergerakan
orang menuju cara berperilaku yang baru- sebagai hasil langsung dari keterbukaan pada dunia.
Orang yang sakit sifatnya tetap dan stagnan; pertumbuhan orang akan sampai pada posisi hidup
baru. Selanjutnya, perubahan merupakan esensi dari pertumbuhan personal.
Personal growth melekat pada komunikasi interpersonal sebab dunia merupakan sosial yang
sangat luas. Untuk menerima perubahan seseorang itu sendiri meminta kita untuk menetapkan
bahwa kita juga diterima oleh orang lain. Pertumbuhan akan sulit jika orang-orang di sekitar kita
tidak membuka untuk penerimaan kita sendiri.
Sekarang kita mengerti self-disclosure sebagai proses yang lebih kompleks daripada yang
dilakukan pada tahun ’60 dan ‘70-an. Sebagai contoh pemikiran terbaru atas subyek ini, Sandra
Petronio meletakkan secara bersamaan serangkaian ide mengenai kompleksitas self-disclosure
dalam relationship. Teori ini berdasar pada risetnya sendiri dan survey pada sejumlah banyak
kajian lain dengan topik pengembangan hubungan dan disclosure. Dia menerapkan teori ini pada
pasangan yang menikah khususnya, selain juga dapat diterapkan pada bermacam-macam;
hubungan.
Menurut Petronio, individu terlibat dalam hubungan secara konstan menjadi bagian dalam proses
pengaturan yang membatasi antara publik dan privat, antara perasaan dan pikiran yang mereka
mau berbagi dengan sang patner dengan perasaan dan pikiran yang tidak mau mereka bagi.
Permainan diantara kebutuhan untuk berbagi dan kebutuhan untuk melindungi diri ini sifatnya
konstan dan mendorong pasangan untuk membicarakan dan mengkoordinasi batasan mereka.
Hambatan Komunikasi Interpesonal
Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah hambatan-hambatan yang biasanya terjadi di
dalam komunikasi antar pribadi, sebagai berikut :
1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar. Pengalaman-pengalaman masa lampau
mengarahkan seseorang untuk mendengarkan sesuatu hal yang memang diharapkannya. Sebagai
contoh, seorang pekerja yang telah terbiasa dikritik akan tetap merasa dikritik meskipun
atasannya mengungkapkan kata-kata yang bersifat memuji.
2. Mengabaikan informasi-informasi yang bertentangan dengan yang diketahui. Apabila kita
mendengar pesan yang berbeda dengan pengertian kita terdahulu, kita cenderung mengabaikan
pesan itu daripada merubah gagasan kita atau mencari penjelasan yang lain.
3. Mengevaluasi sumber, arti yang kita tegaskan pada suatu pesan sangat dipengaruhi oleh
penilaian kita terhadap sumber.
4. Pengamatan yang berbeda. Kata-kata, tindakan, dan kejadian- kejadian akan diamati
berdasarkan nilai-nilai individual dan pengalaman dari Penerima.
5. Tanda-tanda non verbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah, dan postur badan
dapat membantu atau mengganggu komunikasi.
6. Pengaruh perasaan. Kehidupan perasaan yang mendominasi (misalnya marah, takut,
gembira dsb) akan mempengaruhi interprestasi terhadap pesan-pesan yang diterima
Cara memperbaiki komunikasi interpersonal
Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa persyaratan,
atara lain : persepsi, ketetapan, kredibilitas, pengendalian, dan kecocokan / keserasian.
Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dengan
memperhatikan tiga hal sebagai berikut:
1. Membuat satu pesan secara lebih berhati-hati
2. Minimalkan gangguan dalam proses komunikasi
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si Pengirim dan si penerima pesan
BAB III
PENUTUP
Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “ The
Interpersonal Communicationtau Book”.( devito. 1889:4 ) sebagai: “proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika”( the process of sending and receiving
messages betwen two persons, or among a small group of person, with some effect and some
immediate feedback). Jadi, Komunikasi merupakan proses pemindahan informasi dan pengertian
antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing berusaha untuk memberikan arti pada pesanpesan simbolik yang dikirim melalui suatu media yang menimbulkan umpan balik.
Komunikasi Interpersonal berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi
dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses
psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi
terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Hal terpenting dari aspek psikologis
dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan
tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi interpersonal pengamatan
terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi orang
yang mengamati. Dengan demikian aspek psikologis mencakup pengamatan pada dua dimensi,
yaitu internal dan eksternal. Namun kita mengetahui bahwa dimensi eksternal tidaklah selalu
sama dengan dimensi internalnya.
Sistem komunikasi interpersonal dijelaskan dalam Buku Psikologi Komunikasi ( Drs. Jalaluddin
Rahmat, M.Sc ) diituliskan bahwa dalam sistem komunikasi interpersonal ada hal-hal penting
tentang:
1. Persepsi Interpersonal
2. Konsep Diri
3. Atraksi Interpersonal
4. Hubungan Interpersonal.
Komunikasi interpersonal dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
1. Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan
penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect.
Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian kita tentang
orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central organizing
trait.
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Petunjuk Wajah
Petunjuk Paralinguistik.
Petunjuk Artifaktual
1. Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga
pada hubungan interpersonal. Karena itu,keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna
untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa cirri-ciri khusus
penanggap yang ceramat adalah :
Pengalaman
Motivasi
Kepribadian
Proses Pembentukan Kesan
1. Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal.
Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan
komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jallaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mcleod. 2008. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta : University Press
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. jakarta : Bumi Aksara
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti
www. jurusankomunikasi.blogspot.com diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul 20.25 WIB
www. stumbleoverclovers.blogspot. com diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul 20.27 WIB
Download